Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KELOMPOK

INFRASTRUKTUR KOTA
INFRASTRUKTUR KOTA TERHADAP LAHAN GAMBUT
OPERASI DAN PEMELIHARAAN INFRASTRUKTUR KOTA

ANGGOTA KELOMPOK
1.BIMA TANAKA (4201628009)
2.CLARA LUDOWIKA YULY MOERDANI (4201628027)
3.EDO EWARDO (4201628027)
4.QALBUN TRIWANI (4201628026)

DOSEN PENGAMPU :
1.ELLY NURHIDAYATI, ST, MT
2.DEWI RIA INDRIANA, ST, MT

MATA KULIAH INFRASTRUKTUR KOTA


KELAS III DESAIN KAWASAN BINAAN
SEMESTER III

TEKNIK ARSITEKTUR PRODI D-IV DESAIN KAWASAN


BINAAN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga kami telah dapat menyelesaikan makalah Infrastruktur Kota tentang “ Infrastruktur
Kota Terhadap Lahan Gambut , Operasi dan Pemeliharaan Infrastruktur Kota ” dengan waktu
yang telah di tentukan.

Dalam penulisan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok
serta dosen pengajar yang memberi pengarahan untuk membantu dalam penulisan makalah
ini. Kami menyadari, makalah ini masih ada kekurangan, untuk itu diharapkan adanya kritikan
dan saran yang berguna untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Atas perhatiannya kami anggota kelompok ucapkan terima kasih.

Pontianak, 06 Desember 2017

Anggota Kelompok
DAFTAR lSI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembuatan MakalahManfaat makalah

BAB III PEMBAHASAN

A. Infrastruktur Kota Terhadap Lahan Gambut


B. Operasi dan Pemeliharaan Infrastruktur Kota

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia,
sebagaimana kita lihat segala kebutuhan hidup manusia dari produk yang bahan-bahannya
hampir seluruhnya tersedia di dalam tanah. Di seluruh permukaan bumi terdapat aneka macam
tanah dari yang paling gersang sampai yang paling subur, berwarna putih, merah, coklat,
kelabu, hitam dan berbagai ragam sifatnya. Dari berbagai jenis tanah , jenis tanah gambut
merupakan tanah yang juga terdapat di wilayah Indonesia.

Indonesia memiliki lahan gambut seluas 27.000.000 Ha terpusat di Pulau-pulau


Kalimantan, Sumatera dan Irian Jaya. Beberapa daerah Indonesia memiliki lapisan gambut yang
sangat dalam. Areal gambut kurang diperhatikan karena tidak menarik secara ekonomi. Namun
pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi memaksa orang membangun di atas
tanah gambut. Penggunaan lahan gambut sebagai areal pertanian, permukiman maupun
infrastruktur seperti jalan. Pada awalnya jalan di tanah gambut dengan menggunakan alas
rangkaian kayu gelondongan, untuk memperbaiki daya dukung gambut dan menyeragamkan
penurunan. Berkaitan dengan infrastruktur kota, karena perkembangan yang semakin modern
sehingga banyaknya pemanfaatan lahan gambut yang digunakan untuk pembangunan dan
sebagainya.

Berkaitan dengan operasi dan pemeliharaan infrastruktur yang ada di sebuah kota atau
Negara hal tersebut sangat penting, dimana pemeliharaan pada suatu infrastruktur kota bisa
menanggulangi berbagai masalah yang mungkin bisa timbul baik dari tindakan manusia
maupun karena tindakan dari alam sendiri seperti bencana dan lainnya . Karena itu dalam bab
ini kami akan membahas beberapa hal terkait infrastruktur kota dengan lahan dan
pemeliharaannnya.
B.RUMUSAN MASALAH

1.Bagaimana kaitan antara infrastruktur kota pada lahan gambut ?

2.Bagaimana operasi dan pemeliharaan infrastruktur kota pada Negara-negara maju ?

C.TUJUAN MAKALAH.

1.Menjelaskan Bagaimana kaitan antara infrastruktur kota pada lahan gambut ?

2.Mengetahui Bagaimana operasi dan pemeliharaan infrastruktur kota pada Negara-negara


maju ?

3.Memenuhi tugas kelompok Infrastruktur Kota

D.MANFAAT MAKALAH

1. Dapat mengetahui tentang kaitan antara infrastruktur kota pada lahan gambut

2. memiliki pengetahuan bagaimana operasi dan pemeliharaan infrastruktur kota pada Negara-
negara maju
BAB II

PEMBAHASAN

A.Kaitan Infrastruktur Kota dengan Lahan Gambut

Di daerah gambut untuk mendapatkan stabilitas tanah yang baik membutuhkan waktu yang
relatif lama yaitu cara konvensional dengan pre-loading. Salah satu alternatif dengan membuat
aliran vertikal atau horisontal drainase pada tanah gambut itu sendiri selama proses pre-
loading berlangsung. Pre-loading dengan drainase ini dimaksudkan agar air yang termampatkan
selama proses konsolidasi lebih cepat mengalir akibat tanah akan mengalami
penurunan (settlement). Penurunan akibat pre-loading ini diharapkan dapat mengurangi
penurunan bangunan nantinya

Kaitan lahan gambut dengan infrastruktur karena umunya pada suatu daerah pasti
dibangun sebuah jalan, sebagai jalur sirkulasi agar terbentuknya suatu kawasan. Karena jalan
merupakan suatu infrastruktur yang ada di sebuah kawasan sehingga konstruksinya juga perlu
di perhatikan sesuai dengan jenis tanah dan daya dukung lainnya.Infrastruktur sebuah kota bisa
sebuah bangunan dan bisa dalam bentuk objek lainnya sehingga posisi suatu infrastruktur
berpengaruh pada alas atau lahan yang di jadikan tempat infrastuktur itu di dirikan dimana
infrastruktur tersebut bisa berfungsi dengan baik dan menunjang kehidupan yang ada di
kawasan dalam berbagai aspek.

Besarnya pre-loading ini tergantung pada pembebanan bangunan yang akan diterima oleh
tanah serta penurunan bangunan yang diizinkan tentunya. Proses drainase dapat dibantu
dengan pembuatan sumuran-sumuran yang berisi material sangat permeable seperti kerikil,
pasir kasar, kerakal. Bisa juga dengan bahan sintetis yang telah banyak digunakan. Diharapkan
dengan proses drainase ini tanah akan cepat lebih stabil dan settlement tidak melebihi batas-
batas yang telah ditentukan. Untuk konstruksi jalan diperlukan penelitian terhadap sifat-sifat
teknik gambut yang mencakup daya dukung, besar dan waktu penurunan, ketebalan serta jenis
tanah yang berada dibawahnya

Metode terapan untuk konstruksi suatu struktur akan sangat bergantung pada beberapa
aspek misalnya tebal gambut, daya dukung lapisan tanah di bawah gambut, sifat konstruksi di
atasnya serta sifat dan komposisi dari gambut (peat) itu sendiri
Untuk lapisan gambut dengan kedalaman 0 – 2m cara yang paling mudah adalah dengan
membuang/mengupas lapisan gambut tersebut dan menggantinya dengan material yang lebih
baik. Jika kedalamannya 3 – 4m, konstruksi dengan menggunakan cerucuk kayu (dolken).
Sedangkan lapisan gambutnya sangat dalam maka konstruksi menggunakan tiang pancang atau
dengan menggunakan material alternatif yang ringan seperti EPS (expanded
polyesthyrine) dapat menjadi pilihan. Namun tentu kita harus memperhitungkan segi biayanya
pula

Settlement pada gambut dapat pula dipercepat dengan melakukan preloading dengan
menggunakan system vertical drain (PVD), sand drain dan lain-lain. Metode ini dapat dipilih jika
sesuai dan telah melakukan analisis mendalam berdasarkan soil investigation yang baik serta
dengan menggunakan pendekatan yang tepat. Saat ini banyak software yang telah
dikembangkan untuk dapat membantu memperhitungkan besarnya dan lamanya settelemnt
yang akan terjadi berdasarkan karakteristik lapisan gambut setempat

Indonesia dikenal sebagai salah satu dari 17 negara megadiversity, dengan dua dari
25 hotspots dunia (area-area yang memiliki keanekaragaman yang tinggi). Sejarah geologi
pembentukan yang berbeda di antara pulau-pulau di Indonesia, variasi iklim dari bagian barat
yang lembab sampai bagian timur yang kering sangat mempengaruhi pembentukan ekosistem
dan distribusi flora maupun fauna yang ada di dalamnya

Semua sumberdaya alam tersebut, baik di darat, laut maupun di udara, yang berupa tanah,
air, mineral, flora, fauna termasuk plasma nutfah dan lain-lain, merupakan anugerah
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan modal dasar yang perlu dikelola dan
dimanfaatkan sebaik-baiknya secara optimal dan lestari sehingga dapat memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi pembangunan dan kesejahteraan rakyat, baik bagi masa kini
maupun bagi generasi mendatang.

Menciptakan atau dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai serta sesuai dengan
kapasitas SDM yang ada di sebuah kawasan akan menunjang kehidupan masyarakat serta
memberi kenyamanan untuk kehidupan di sebuah kawasan.

Potensi dan Sebaran Lahan Gambut

Salah satu tipe ekosistem penting yang terdapat di Indonesia adalah lahan gambut. Lahan
gambut tropis meliputi areal seluas 40 juta ha, dimana 50% diantaranya terdapat di Indonesia,
yaitu sekitar 18,8 juta ha (atau sekitar 10,8% dari luas daratan Indonesia). Karena jumlah lahan
gambut yang cukup luas sehingga berpengaruh pada pembangunan yang ada di daerah
Indonesia khususnya sehingga perlu sikap-sikap tertentu terkait dengan lahan gambut.
Luas gambut Kandungan Karbon
Sebaran Gambut
No. (Provinsi) (Ha) (juta ton)

Nanggroe Aceh 274.051,00 458,86


1. Darusalam

325.295,00 377,28
2. Sumatera utara

210.234,00 422,23
3. Sumatera Barat

63.052,00 30,53
4. Bengkulu

4.043.601,00 14.605,04
5. Riau

716.839,00 1.413,19
6. Jambi

63.620,00 63,04
7. Bangka Belitung

1.420.042,00 1.407,24
8. Sumatera Selatan

87.567,00 35,94
9. Lampung

7.204.301,00 18.813,37
TOTAL
Manfaat Lahan Gambut
Lahan gambut memiliki peranan hidrologis yang penting bagi suatu wilayah, karena secara
alami berfungsi sebagai cadangan (reservoir) air dengan kapasitas yang sangat besar, dengan
demikian lahan gambut dapat mengatur debit air pada musim hujan dan kemarau. Secara
ekologis, ekosistem lahan gambut merupakan tempat perkembangbiakan ikan yang ideal, selain
itu juga menjadi habitat berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar, termasuk jenis-jenis endemik
dan dilindungi

Fungsi dan manfaat lahan gambut secara lebih terinci dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Menyediakan berbagai layanan jasa lingkungan/ekologis :

- Melindungi sumber-sumber air (memelihara daur hidrologi, mengatur dan menstabilkan aliran
permukaan dan menjaga air tanah, berperan sebagai penyangga dalam berbagai keadaan yang
ekstrim, seperti banjir dan kekeringan

-Memelihara struktur tanah dan menahan kelembaban dan berbagai unsur hara untuk
membantu melindungi kemampuan produktif tanah

-Menyimpan dan mendaur zat-zat hara (hara dari udara dan juga dari dalam tanah yang
keduanya penting untuk kelangsungan kehidupan)

-Menyerap dan menguraikan zat-zat pencemar (oleh berbagai komponen ekosistem mulai dari
bakteri sampai berbagai bentuk kehidupan yang lebih tinggi, dan berbagai proses ekologis)

-Memberi konstribusi terhadap kestabilan iklim (penyimpan karbon)

-Memelihara berbagai ekosistem (menjaga keseimbangan antara makhluk hidup dengan


berbagai sumber daya yang diperlukannya – seperti makanan dan naungan – yang mereka
perlukan untuk tetap hidup

b. Fungsi biologis untuk memasok :

-Penyedia makanan (berbagai binatang, ikan, tumbuhan)

-Berbagai gen (merupakan suatu sumber daya yang sangat kaya, misalnya, untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas persediaan makanan dan obat-obatan)

-Berbagai sumber obat (salah satu pemanfaatan sumber daya hayati yang paling tua dan tetap
berlangsung sekarang, seperti antibiotik dan bahan obat-obatan yang potensial untuk masa
depan)
-Berbagai cadangan untuk pemuliaan, cadangan populasi (menyediakan berbagai sistem
penunjang bagi potensi manfaat dan sumber daya lingkungan yang bernilai komersial)

-Sumber-sumber daya di masa depan (suatu “bank” yang sangat besar untuk pengembangan
sumber-sumber daya yang telah dan belum ditemukan untuk meningkatkan kesejahteraan
manusia)

c.Fungsi Sosial/ekonomi/budaya untuk menyediakan:

-Berbagai fasilitas penelitian, pendidikan dan pemantauan (sebagai laboratorium hidup bagi
berbagai studi tentang cara memperoleh manfaat yang lebih baik dari berbagai sumber daya
hayati, cara memelihara sumber-sumber genetis dari berbagai sumber daya hayati yang
dipanen dan bagaimana melakukan rehabilitasi terhadap sumber-sumber daya yang mengalami
kerusakan dan kemerosotan.

-Berbagai fasilitas rekreasi dan pariwisata

-Berbagai nilai budaya (karena budaya manusia berkembang bersama lingkungannya,


lingkungan alami menyediakan kebutuhan manusia untuk mendapatkan inspirasi, menikmati
keindahan, memenuhi kebutuhan spiritual dan pendidikan

-Kegiatan penunjang budidaya tumbuhan. Yang dimaksud disini adalah pengambilan berbagai
jenis flora maupun fauna, kemudian dibudidayakan di luar kawasan konservasi seperti lahan
milik sendiri, hutan lindung dan hutan produksi (apabila di kedua hutan tersebut tidak terdapat
bibitnya.

Kerusakan Lahan Gambut

Perlu dipahami bahwa keberadaan, fungsi dan dampak akibat kerusakan sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya tidak mengenal batas-batas wilayah administrasi (misalnya batas
kabupaten, batas propinsi atau bahkan batas negara). Pengelolaan sumber daya alam hayati
yang kurang baik (misalnya eksploitasi yang berlebihan, dsb.) di daerah hulu/daerah tinggi
(upstream, upperland) dampaknya tidak hanya dirasakan diderah yang bersangkutan,
melainkan akan dirasakan oleh daerah-daerah dibawahnya (downstream, lowland)

Sebagian besar lahan gambut di Indonesia kini mengalami kerusakan yang cukup
mengkhawatirkan sebagai akibat dari adanya kegiatan-kegiatan yang kurang/tidak berwawasan
lingkungan. Kegiatan yang merusak antara lain pembakaran lahan gambut dalam rangka
persiapan lahan pertanian, perkebunan, pemukiman dan lain-lain; penebangan hutan gambut
yang tidak terkendali (baik legal maupun ilegal) untuk diambil kayunya, pembangunan
saluran-saluran irigasi/parit/kanal untuk tujuan pertanian maupun transportasi

Kegiatan-kegiatan diatas tidak hanya menyebabkan rusaknya fisik lahan/hutan gambut (seperti
amblasan/subsiden, terbakar dan berkurangnya luasan gambut), tapi juga menyebabkan
hilangnya fungsi gambut sebagai penyimpan (sink) dan penyerap (sequester) karbon, sebagai
daerah resapan air yang mampu mencegah banjir pada wilayah disekitarnya pada musim hujan
dan mencegah intrusi air asin pada musim kemarau

Disamping itu, kerusakan hutan dan lahan gambut juga menyebabkan hilangnya
keanekaragaman hayati dan sumber daya alam didalamnya. Keberadaan parit dan sluran di
lahan gambut (baik untuk mengangkut kayu, produk pertanian maupun lalu lintas air) tanpa
adanya sistem pengatur air yang memadai telah menyebabkan keluarnya air dari dalam tanah
gambut ke sungai di sekitarnya tanpa kendali, sehingga lahan gambut tersebut di musim
kemarau menjadi kering dan mudah terbakar

Upaya Konservasi Lahan Gambut

Memperhatikan peranan, manfaat, ancaman kerusakan lahan gambut, maka perlu dilakukan
upaya secara bersama-sama, agar dapat menyelamatkan dan melestarikan kawasan lahan
gambut beserta segenap potensi, fungsi dan manfaatnya bagi kesejahteraan kita semua melalui
upaya

-Identifikasi dan Inventarisasi Potensi Kawasan Lahan gambut

-Interpretasi fungsi kawasan lahan gambut dan sosialisasi ke masyarakat luas

-Identifikasi manfaat berkelanjutan

-Akses bagi pemanfaatan berkelanjutan bagi masyarakat sekitar

-Perlindungan terhadap Kawasan Lahan gambut

-Pemanfaatan bijaksana ekosistem Lahan gambut secara berkolaborasi


Gambar lahan gambut yang sudah mengalami penurunan akibat beban di atasnya
terlalu melampaui kapasitas daya tahan tanah.
Pembangunan jalan pada lahan gambut
B. Operasi dan Pemeliharaan Infrastruktur Kota di Belanda

Negara Belanda mengutamakan pembangunan infrastruktur yang efisien


dan nyman untuk penduduknya, alhasil penduduk Belanda sangat Nyman apabila
bepergian dengan menggunakan mobil, swpeda atau berjalan kaki.

Hampir 80 persen daratan di Belanda adalah buatan manusia, mereka


merubah genangan air laut menjadi daratan yang bisa dibangun, bagaimana
caranya?, mereka mengisolasi daratan, baik dari air laut, maupun aliran sungai.
Masih bingung? Jadi, Mereka membangun tanggul yang tinggi di sepanjang garis
pantai mereka. Mereka juga membangun tanggul yang tinggi sepanjang sungai
mereka. Tanggul-tanggul itu kebanyakan dari tanah hanya sedikit yang dari beton.
Mereka sudah membangun mega proyek Afsluidijk pada tahun 1932, tanggul
raksasa sepanjang 32 km menghubungkan provinsi North Holland dan provinsi
Fryslan, tanggul itu membelah lautan dan menjadikan perairan sisi daratan
menjadi penampung air tawar terbesar di Eropa yang disebut Ijsselmeer. Di atas
tanggul itu dibuat jalan raya. Lalu tanggul-tanggul lainnya menyusul dibangun
berikutnya, melindungi Belanda dari banjir dan gelombang laut. Kemudian
mereka menimbun genangan air tadi dan mulai membangun kota-kota. Setiap
mulut sungai dilengkapi dengan lock atau pintu air, yang memungkinkan
mengontrol air dan namun tetap bisa dilalui kapal-kapal. Lock-lock itu berfungsi
sebagai kolam perpindahan kapal dengan menjaga level permukaan laut yang
berbeda dengan tinggi level air di sungai

Pembangunan system air di belanda dan infrastruktur lainnya direncanakan


dengan tujuan jangka panjang, hingga 100 tahun, dengan asumsi perubahan
dinamika di masa depan seperti terus naiknya permukaan air laut akibat
perubahan iklim yang juga berdampak pada ketidakpastian curah hujan, pengaruh
yang ditimbulkan, sehingga dengan perencanaan seperti itu setiap proyek dapat
beradaptasi bahkan dengan kondisi ekstrim sekalipun. Pemerintah Belanda
mempunyai prinsip 'dry feet' berusaha agar kaki rakyat tetap kering, tanggung
jawab keselamatan warga atas masalah air dipegang sepenuhnya oleh
pemerintah, rakyat belanda dijamin tidur dengan tenang di malam hari tanpa
khawatir kebanjiran meskipun di waktu hujan. Jadi intinya, di negara ini masalah
manajemen air itu nomor 1. Beberapa dekade ini pendekatan manajemen air di
Belanda telah berubah dari yang murni pendekatan engineering menjadi lebih
resilien, lebih beradaptasi dan memperhatikan seluruh aspek.

proyek pertama yang saya kunjungi adalah proyek manajemen banjir di


sungai Vechdal. Sungai ini berada di propinsi Zwoele sepanjang 165 kilometer.
Proyek ini murni inisiatif pemerintah provinsi. Permasalahan banjir yang terjadi
tahun 1950an dan 1990an telah mengubah pendekatan manajemen banjir di
negara ini, dari yang mengandalkan rekayasa teknik seperti pembangunan
tanggul, bendungan, dan dam ke manajemen yang lebih adaptif dan antisipatif.
Alih-alih meninggikan tanggul, mereka lebih memilih melebarkan sungai (room for
the river), tanggul utama tetap ada, mereka membangun tanggul kedua. Karena
banjir hanya terjadi pada musim tertentu misalnya ketika es mulai mencair,
dengan room for the river, ruang di sisi sungai tetap bisa digunakan jika tidak
banjir seperti untuk pertanian atau menggembala ternak. Nah ketika banjir
datang, sungai memiliki kapasitas yang lebih besar, mereka juga memodifikasi
sungai dengan membuat bypass agar aliran air lebih mudah bergerak
Kondisi sungai Vecht saat normal

Pintu air untuk mengontrol ketinggian air sungai


Selain itu mereka juga memanfaatkan sisi sungai untuk ruang publik dengan desain yang
bisa beradaptasi ketika banjir datang. Mereka juga membangun dermaga agar penduduk bisa
menambatkan perahu dipinggir waterfront. Sungai yang dulunya dianggap bagian belakang
rumah sekarang dirubah konsepnya menjadi ruang berinteraksi dan tempat wisata

Setiap pintu air dibangun lock agar perahu penduduk bisa tetap lewat. Sungai di
Belanda selain untuk industri dan pertanian juga digunakan untuk transportasi, ukuran lock
tersebut ada yang kecil sekitar 2 meter namun ada juga yang besar selebar 4 meter.

Lock untuk perahu

Room for the river atau memberi ruang lebih banyak untuk air adalah konsep yang sedang
berkembang di Belanda. Kawasan-kawasan tertentu dijadikan penampung sesaat ketika
banjir datang.

Pintu air
Room for the river, ketika banjir datang seluruh
kawasan akan tergenang air

Proyek kedua adalah Lock Ijmond di Haarlem. Pintu air atau lock Ijmond merupakan
proyek kerjasama antara Rijkwaterstaat, Pemerintah Provinsi North Holand dan Pemkot
Amsterdam. Pintu ini dibangun untuk menggantikan pintu air lama yang sudah tua. Usia
pintu air lama mendekati 100 tahun, sebelum tahun 2029 pintu air itu harus diganti, karena
faktor keselamatan. Meskipun masih bisa digunakan hingga tahun 2029, pemerintah
memutuskan untuk mengerjakan pintu air baru lebih awal untuk mengantisipasi
perkembangan ekonmi di kawasan Amsterdam. Ya, pintu air Ijmond merupakan pintu masuk
kapal yang akan ke Amsterdam. Pintu air yang lama memiliki panjang 400 m, lebar 50 m dan
kedalaman 15 meter, sementara pintu baru akan dibangun sedikit lebih besar untuk
mengakomodir kapal-kapal yang berukuran besar dimasa mendatang, panjang pintu baru
mencapai 500 meter, lebar 70 meter dan kedalaman 18 meter.
Kapal yang menuju ke Amsterdam

Lock Ijmond saat ini

Pintu ini menjadi sangat penting karena selain jalur utama kapal ke Amsterdam juga
menjadi penahan air laut. Saat saya kesana, proses pengerjaan belum terlihat. Hanya terlihat
beberapa pekerja melakukan survei tanah dan konstruksi serta pemeriksaan sisa ranjau. Di
kawasan situ memang terdapat sisa-sisa ranjau zaman perang dunia yang masih tertinggal
dan harus dibersihkan. Pintu air yang baru itu hanya akan dibangun disebelah pintu lama,
jaraknya kurang lebih hanya 20 meter.
Disini pintu baru tersebut akan dibangun, menara kontrol di ujung sana akan dirobohkan

Menara kontrol pintu yang sudah dikosongkan


dan siap di hancurkan

Tanah dari penggalian pintu yang baru nantinya akan diteliti, bila kondisinya baik maka akan
digunakan untuk pertanian.
Pekerja sedang memeriksa ranjau di bawah air

Pekerja sedang mengambil sampel tanah

Di kawasan ini terdapat tiga pintu air mulai yang terbesar hingga terkecil. Tentu saja ukuran
pintu itu untuk menyesuaikan ukuran kapal.
Proyek ketiga adalah DNA atau De Nieuw Afsluitdijk. Afsluitdijk merupakan tanggul besar
yang berfungsi melindungi Belanda dari air laut Utara. Atas alasan keselamatan, terus
naiknya tinggi permukaan air laut dan kondisi tanggul, maka pemerintah memutuskan untuk
memperkuat tanggul. Mengingat potensi tanggul yang tidak hanya sebatas penahan
gelombang laut, pemerintah daerah tertarik untuk ikut bergabung dan berencana
mengembangkan energi terbarukan di tanggul raksasa ini. Ada dua proyek energi terbarukan
yang akan di kembangkan disini, pertama adalah blue energi, yang kedua adalah tidal energi.
Blue energi merupakan proyek percobaan pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi
dari air laut dan air tawar. Air laut dan air tawar dialirkan kedalam pembangkit melewati
membran. Dari situ listrik akan dihasilkan. Saat berkunjung kesana kami tidak diberi
kesempatan untuk melihat kedalam pembangkit, proyek yang juga melibatkan Fujifilm.
Sementara Tidal energi merupakan pembangkit listrik menggunakan turbin memanfaatkan
tenaga air tawar yang dibuang ke laut. Ketika laut surut maka air tawar di Ijsselmeer akan
dialirkan ke laut. Nah aliran air tersebut akan digunakan untuk memutar turbin yang nantinya
akan menghasilkan listrik. Proyek ini masih dalam pengembangan, beberappa perusahaan
diperbolehkan untuk menguji turbin mereka di sini.
Pembangkit Blue Energi dan pipa untuk air laut

Pipa menghisap air laut dari dan saluran


pembuangan yang dialirkan ke kolam
pembuangan

Selain pengembangan energi terbarukan, proyek DNA juga menakup merenovasi pintu
air, kawasan menara dan pesisir tanggul. Pintu air akan dibuat lebih besar untuk
mengakomodir pabrik kapal yang ada di provinsi Fryslan. Sementara Renovasi kawasan
menara pengawas dan pesisir tanggul adalah untuk kepentingan pariwisata. Selain itu, dalam
proyek DNA mereka juga akan membangun fish migration. Fish migration merupakan sistem
yang dibuat untuk mencegah ikan yang ada di dalam danau Ijsselmeer tidak lolos keluar ke
laut Utara. Sistem tersebut dibuat disebelah saluran pembuangan. Mereka akan membangun
saluran kembali yang memungkinkan ikan masuk kembali ke danau Ijsselmeer. Hal ini
dilakukan karena jumlah ikan di danau terus berkurang, banyak ikan yang keluar ke laut
Utara ketika saluran pembuangan air dibuka.

Lock di Afsluitdijk

Kawasan menara akan direnovasi untuk


dijadikan kawasan tujuan wisata dan museum
Sistem Polder
Polder adalah sebidang tanah yang rendah, dikelilingi oleh embankment / timbunan atau tanggul yang
membentuk semacam kesatuan hidrologis buatan, yang berarti tidak ada kontak dengan air dari daerah
luar selain yang dialirkan melalui perangkat manual. Pada daerah ini air buangan seperti air kotor dan air
hujan dikumpulkan di suatu badan air (sungai, kanal) lalu dipompakan ke badan air yang lebih tinggi
posisinya, hingga pada akhirnya dipompakan ke sungai atau kanal yang bermuara ke laut.

Sistem polder banyak diterapkan pada reklamasi laut atau muara sungai, juga pada manajemen
air buangan (air kotor dan drainase hujan) di daerah yang lebih rendah dari permukaan laut dan
sungai.

Penerapan sistem polder dapat memecahkan masalah banjir perkotaan. Suatu subsistem-
subsistem pengelolaan tata air tersebut sangat demokratis dan mandiri sehingga dapat
dikembangkan dan dioperasikan oleh dan untuk masyarakat dalam hal pengendalian banjir
kawasan permukiman mereka. Unsur terpenting di dalam sistem polder adalah organisasi
pengelola, tata kelola sistem berbasis partisipasi masyarakat yang demokratis dan mandiri,
serta infrastruktur tata air yang dirancang, dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat.
Sedangkan pemerintah hanya bertanggung jawab terhadap pengintegrasian sistem-sistem
polder, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan sungai-sungai utama. Hal tersebut
merupakan penerapan prinsip pembagian tanggung jawab dan koordinasi dalam good
governance.
Belajar dari Belanda
Belanda menerapkan sistem reklamasi lahan melalui sistem polder yang kompleks untuk
mempertahankan wilayah Belanda dari ancaman banjir dan air pasang. Polder merupakan
sistem tata air tertutup dengan elemen meliputi tanggul, pompa, saluran air, kolam retensi,
pengaturan lansekap lahan, dan instalasi air kotor terpisah. Sistem polder mula-mula
dikembangkan Belanda pada abad ke-11 dengan adanya dewan yang bertugas untuk menjaga
level ketinggian air dan untuk melindungi daerah dari banjir (waterschappen). Kemudian sistem
polder ini disempurnakan dengan penggunaan kincir angin pada abad ke-13 untuk memompa
air keluar dari daerah yang berada di bawah permukaan air laut. Dengan semakin banyaknya
pembangunan sistem hidrolik inovatif di negeri Van Oranje tersebut, polder dan kincir angin
akhirnya menjadi identik dengan Negeri Belanda.

Negara Belanda merupakan negara yang tak pernah berhenti berupaya melahirkan inovasi.
Perjuangan melawan banjir telah dilakukan Belanda hampir selama satu milenium. Lebih dari
seratus bencana banjir pernah menyerang Belanda dalam kurun waktu tersebut. Salah satu
bencana banjir yang paling memakan banyak korban adalah yang terjadi pada tahun 1953.
Sebagai reaksi preventif, Pemerintah Belanda membuat Proyek Delta (Delta Works/
Deltawerken), yaitu pembangunan infrastruktur polder strategis untuk menguatkan pertahanan
terhadap bencana banjir. Secara konsep, Proyek Delta ini akan mengurangi resiko banjir di
South Holland dan Zeeland untuk sekali per 10.000 tahun.

Proyek Delta (Delta Works/ Deltawerken)


Proyek Delta dikonstruksi hampir selama 5 dekade dan menjadi salah satu upaya pembangunan
terbesar dalam sejarah peradaban manusia. American Society of Civil Engineers pun
menetapkannya sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia modern. Terkait dengan
pencapaian tersebut, dapat dirasakan bahwa semangat membangun dan berinovasi Belanda
sangat tinggi. Inovasi adalah instrumen utama dalam pembangunan Belanda menjadi sebuah
bangsa yang sejahtera secara ekonomi, kaya akan budaya dan memiliki reputasi tinggi dalam
bertoleransi. Ekonomi pengetahuan (knowledge economy) telah menjadi pijakan bagi Belanda
melejitkan diri dan mengambil posisi penting dalam percaturan global.

Pengembangan Sistem Polder


Pengembangan kota-kota pantai di Indonesia seperti Jakarta dan Semarang seringkali lebih
didasarkan kepada kepentingan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pengembangan kawasan-
kawasan ini menimbulkan banjir yang menunjukkan ketidakseimbangan pembangunan. Maka
dari itulah perlu upaya peningkatan atau pengembangan aspek teknologi dan manajemen
untuk pengendalian banjir dan ROB di kota-kota pantai di Indonesia. Dengan demikian sistem
polder dikembangkan karena menggunakan paradigma baru, diantaranya berwawasan
lingkungan (environment oriented), pendekatan kewilayahan (regional based), dan
pemberdayaan masyarakat pengguna.

Sistem polder yang merupakan suatu daerah yang dikelilingi tanggul atau tanah tinggi dibangun
agar air banjir atau genangan dapat dicegah dan pengaturan air di dalamnya dapat dikuasai
tanpa pengaruh keadaan di luarnya. Suatu sub¬sistem-subsistem pengelolaan tata air tersebut
dianggap pas dan mandiri yang dikembangkan dan dioperasikan oleh dan untuk masyarakat
dalam pengen¬dalian banjir kawasan per¬mu¬kiman. Penerapan sistem polder selama ini
dinilai sebagai salah satu jurus yang dapat me¬me¬cah¬kan masalah banjir perkotaan.

Kriteria Sistem Polder


Polder merupakan salah satu Sistem Tata Saluran Pembuang di Rawa yang disebut Sistem
Tertutup.

Kondisi hidrologi dan tata air dalam sistem ini dapat dikontrol sepenuhnya oleh manusia.
Biasanya sistem ini berupa sistem yang dilengkapi bangunan pengendali muka air, misalnya
pintu klep otomatis. Umumnya sistem pembuangannya menggunakan pompa.

Kelengkapan sarana fisik pada sistem polder antara lain : saluran air atau kanal atau tampungan
memanjang dan waduk, tanggul, serta pompa. Saluran air atau tampungan memanjang dan
waduk dibangun sebagai sarana untuk mengatur penyaluran air ketika elevasi air di titik
pembuangan lebih tinggi dari elevasi saluran di dalam kawasan.Yang kedua ialah tanggul yang
dibuat di sekeliling kawasan yang berguna untuk mencegah masuknya air kedalam kawasan,
baik yang berasal dari luapan sungai, limpasan permukaan atau akibat naiknya muka air laut.
Sebaliknya dengan adanya tanggul, air yang ada di dalam kawasan tidak dapat keluar. Tanggul
dibuat dengan ukuran yang lebar, besar, dan tinggi serta dapat difungsikan sebagai jalan. Yang
ketiga ialah pompa air yang berfungsi sebagai pengering air pada badan air, dan bekerja secara
otomatis apabila volume atau elevasi air melebihi nilai perencanaan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bahwa infrastruktur kota pada lahan Gambut perlu perhatian khusus karena dengan
adanya perhatian khusus maka pembangunan yang di laksanakan bisa bermanfaat semestinya
serta sumber daya alam bisa dimanfaatkan dengan baik untuk menunjang kehidupan di era
modern tanpa harus menyebabkan kerusakan kerusakan terhadap alam.

Belanda membuat suatu proyek dengan jangka waktu yang lama sehingga awalnya daerah
mereka yang di prediksikan mengalami bencana alam bisa di tanggulangi dengan
pembangunan-pembangunan proyek besar meski hal tersebut memakan biaya yang cukup
mahal.

Di Belanda juga sangat mengutamakan hal yang berkaitan dengan kenyamanan dan
efisiensi masyarakatnya sehingga operasi dari infrastruktur di sana juga teratur dan terorganisir
serta pemeliharaan yang di pantau oleh pemerintah Negara Belanda dengan kebijakan
kebijakan yang bisa di toleran oleh para penduduk Belanda.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis mengakui masih banyak kekurangan. Untuk itu
demi kesempurnaan makalah ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak khususnya para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

http://hwc2015.nvo.or.id/747-mengais-ilmu-dari-sistem-polder-belanda/

http://bisnis.liputan6.com/read/3111755/6-negara-dengan-infrastruktur-paling-baik-di-
dunia

https://nicomaris.blogspot.co.id/2016/05/perkembangan-infrastruktur-di-belanda.html

http://kompetiblog2011.studidibelanda.com/news/2011/05/1/656/holland_is_the_best_tec
hnology_in_water_management.html

http://aryapersada.com/konstruksi-jalan-di-tanah-gambut.html

https://mukegile08.wordpress.com/2012/02/23/karakteristik-tanah-gambut/

Laporan Akhir ” Pengembangan Teknologi Bangunan Air Pengendalian Banjir Perkotaan Menuju
Waterfront City

Anda mungkin juga menyukai