Anda di halaman 1dari 3

Pusat Kerajinan Keramik Sakok Kota

Singkawang, Kalimantan Barat


Pusat Kerajinan Keramik Desa Sakok

Sakok adalah sebuah desa kecil yang berada dalam wilayah Kota Singkawang, Kalimantan
Barat. Jaraknya sangat dekat sekali dari pusat Kota Singkawang yang dapat ditempuh sejauh
2 km saja. Oleh karena itu ada banyak transportasi umum yang bisa mengantarkan anda ke
Desa Sakok. Daya tarik utama dari desa ini bukanlah berasal dari keindahan alamnya. Namun
penduduk yang tinggal di desa ini mempunyai keahlian dalam membuat keramik. Desa Sakok
yang juga pabrik keramik pertama di Kalimantan Barat ini didirikan pada tahun 1895.
Menurut penelitian para ahli, pembuatan keramik secara tradisional ini merupakan salah satu
yang masih tersisa di Asia Tenggara, selain yang ditemukan di Filipina.

Sehingga desa ini telah menjadi pusat kerajinan keramik yang bisa ditemui ketika berkunjung
ke Kota Singkawang. Desa ini mempunyai bengkel pembuatan keramik tradisional yang
dikelola oleh penduduk setempat. Ketika baru memasuki kawasan desa ini, maka anda sudah
bisa melihat ada berbagai macam keramik yang dipajang oleh para pengrajin. Bukan hanya
keramik tersebut terlihat menarik, namun anda juga bisa membelinya untuk dibawa pulang.
Keramik yang dibuat oleh para pengrajin di Desa Sakok, bahan bakunya terbuat dari kaolin.
Kaolin adalah mineral lempung yang mengandung silikat. Sifat lempung yang menjadi
lengket pada saat terkena air dan kemudian berubah menjadi keras bila telah mengering,
membuat lempung dimanfaatkan oleh manusia untuk membuat keramik semenjak masa
lampau.
Keramik yang dibuat oleh industri besar menggunakan bahan baku yang sama sekali berbeda
dengan keramik tradisional. Sekarang telah ada keramik yang terbuat dari oksida logam
hingga komposit matriks keramik. Untuk membedakannya dengan keramik tradisional, maka
keramik yang dibuat dengan teknologi industri disebut dengan keramik teknik. Karena bahan
baku berikut dengan metode untuk membuat keramik yang digunakan oleh para pengrajin di
Desa Sakok masih tradisional, maka keramik yang mereka produksi bisa memberikan ciri
khas berbeda ketimbang keramik teknik.

Para pengrajin keramik di Desa Sakok memperoleh keahliannya dalam pembuatan keramik
secara turun-temurun. Oleh karena itu wajar saja mereka masih mempertahankan metode dan
bahan baku tradisional dalam pembuatan keramik. Generasi pertama yang diketahui telah
membuat keramik di Desa Sakok sudah dimulai 1895. Generasi pertama pembuat keramik
inilah yang kemudian meneruskan keahliannya kepada para keturunannya yang hingga kini
masih membuat keramik di Desa Sakok.
Dengan datang ke Desa Sakok, pengunjung tidak hanya bisa membeli langsung keramik dari
tangan pertama. Namun juga bisa melihat bagaimana proses pembuatan keramik secara
tradisional. Proses pembuatan dimulai dari penyiapan bahan baku, yaitu tanah lempung.
Tanah lempung yang digunakan sengaja dipilih yang berwarna putih. Sebelum tanah lempung
bisa digunakan, maka tanah ini harus dipisahkan dari kotoran seperti batu yang dapat
mempengaruhi hasil akhir keramik yang dibuat.
Setelah diperoleh tanah lempung yang bagus, maka selanjutnya dilunakkan dengan air agar
bisa dibentuk dengan mudah.
Tanah lempung yang sudah lunak kemudian dibentuk dengan tangan sesuai dengan bentuk
yang diinginkan, misalnya bentuk guci atau tempayan. Beberapa produk kerajinan keramik
seperti guci akan ditambahkan motif untuk mempercantiknya. Motif yang paling sering
digunakan oleh pengrajin keramik di Desa Sakok adalah motif berbentuk naga.
Ketika bentuk yang diinginkan berikut dengan motifnya telah selesai dibuat, maka proses
selanjutnya adalah pewarnaan. Pewarnaan ini selain bisa membuat keramik lebih menarik,
juga bisa melindungi permukaan keramik dengan lapisan yang licin dan mengkilat.
Proses yang paling menentukan dalam pembuatan keramik adalah pembakaran. Keramik
yang telah diberi warna kemudian dibakar dalam tungku khusus. Suhu didalam tungku pada
saat proses pembakaran keramik bisa mencapai 1000 derajat Celcius. Tidak semua keramik
yang dibuat berhasil melewati proses pembakaran. Bila ada cacat pada saat proses
pembentukan keramik, maka keramik bisa retak bahkan pecah pada saat dibakar pada suhu
1000 derajat Celcius dalam tungku pembakaran. Tentu saja semua proses pembuatan keramik
dari awal hingga akhir di Desa Sakok masih dilakukan manual dengan tangan.

Tiongkok terkenal dengan keramik mereka semenjak dari masa lalu. Karena generasi pertama
pengrajin di Desa Sakok merupakan asli berasal dari Tiongkok, maka keramik yang dibuat
oleh generasi penerusnya mempunyai kemiripan dengan keramik tradisional yang dibuat di
Tiongkok. Pengrajin disini ada yang masih mempunyai keramik asli dari Dinasti Ming. Hal
yang paling menarik adalah, ternyata mereka juga bisa membuat keramik yang persis sama
dengan keramik dari Dinasti Ming tersebut.
Sehingga bagi mereka yang menjadi penggemar keramik tradisional tidak perlu jauh-jauh
pergi ke Tiongkok. Karena pengrajin dari Desa Sakok mempunyai keahlian untuk
menghasilkan keramik tradisional yang sama dengan yang dihasilkan oleh para pengrajin
keramik tradisional Tiongkok. Karena keahlian pengrajin keramik yang ada di Desa Sakok,
maka produk mereka telah tersebar hingga ke luar negeri.

Pesanan keramik dari luar negeri terutama berasal dari negara tetangga Indonesia, seperti
Singapura dan juga Malaysia. Jika pengunjung membeli keramik langsung dari pengrajin di
Desa Sakok, tentu saja harganya berbeda ketimbang bila telah dijual oleh tangan kedua di
toko.

Anda mungkin juga menyukai