Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal serang
wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari
kehidupan sampai masa nn-reprduktif. Masa-masa klimakterium:
Pramenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause, keluhan klimakterik
sudah mulai timbul, hormone estrogen masih dibentuk. Bila kadar estrogen
menurun maka akan terjadi perdarahan tidak teratur.
Menopause adalah henti haid yang terakhir yang terjadi dalam masa
klimakterium dan hormn estrogen tidak dibentuk lagi, jadi merupakan satu titik
waktu dalam masa tersebut. Umumnya terjadi pada umur 45-55 tahun.
Pasca menopause adalah masa 3-5 tahun setelah menopause, dijumpai hiper-
gonadotropin (FSH dan LH) dan kadang-kadang hipertiroid.
Sebelum haid dan berhenti, sebenarnya pada seorangwanita terjadi
berbagai perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti sclerosis
pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis sterioid
seks, penurunan sekresi estrogen, gangguan umpan balik pada hipofise.
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan
ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, sehingga terganggunya
interaksi antara hipotalamus-hipofise. Pertama-tama terjadi kegagalan luteum.
Kemudian turunnya fungsi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi
umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi
FSH dan LH. Dari kedua gonadotropin itu, ternyata yang paling mencolok
peningkatannya adalah FSH.
Klimakterium bukan suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa
peralihan yang normal, yang berlangsung beberapa tahun sebelum dan beberapa
tahun sesudah menopause. Kita menjumpai kesulitan dalam menentukan awal
dan akhir klimakterium, tetapi dapat dikatakan bahwa klimakterium mulai kira-
kira 6 tahun sebelum menopause berdasarkan endokrinologik (kadar estrogen
mulai turun dan kadar hormone gonadotropin naik) dan gejala-gejala klinis.
Secara endokrinologis, masa klimakterium ditandai oleh turunannya kadar
estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin.
B. ETIOLOGI
Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai
perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti, berkurangnya jumlah
folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen.
Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh
sistem poros hipotalamus-hipofisis-gonad yang merangsang dan mengatur
produksi hormon-hormon seks yang dibutuhkan. Hipotalamus menghasilkan
hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang akan merangsang
kelenjar hipofisis untuk menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) dan
luteinizing hormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan
mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat secara
bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk menghasilkan
beberapa follicle (kantong telur). Dari beberapa kantong telur tersebut hanya satu
yang matang dan menghasilkan sel telur yang siap dibuahi. Sel telur dikeluarkan
dari ovarium (disebut ovulasi) dan ditangkap oleh fimbria (organ berbentuk
seperti jari-jari tangan di ujung saluran telur) yang memasukkan sel telur ke tuba
fallopii (saluran telur). Apabila sel telur dibuahi oleh spermatozoa maka akan
terjadi kehamilan tetapi bila tidak, akan terjadi haid lagi. Begitu seterusnya
sampai mendekati masa klimakterium, dimana fungsi ovarium semakin
menurun.
Masa pramenopause atau sebelum haid berhenti, biasanya ditandai
dengan siklus haid yang tidak teratur. Pramenopause bisa terjadi selama beberapa
bulan sampai beberapa tahun sebelum menopause. Pada masa ini sebenarnya
telah terjadi aneka perubahan pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah,
berkurangnya jumlah sel telur dan menurunnya pengeluaran hormon seks.
Menurunnya fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium
untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Hal ini akan mengakibatkan interaksi
antara hipotalamus-hipofisis terganggu. Pertama-pertama yang mengalami
kegagalan adalah fungsi korpus luteum. Turunnya produksi steroid ovarium
menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus.
Keadaan ini akan mengakibatkan peningkatan produksi dan sekresi FSH dan LH.
Peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk
mendiagnosis sindrom klimakterik.
Secara endokrinologis, klimakterik ditandai oleh turunnya kadar estrogen dan
meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Pada wanita masa reproduksi, estrogen
yang dihasilkan 300-800 ng, pada masa pramenopause menurun menjadi 150-
200 ng, dan pada pascamenopause menjadi 20-150 ng. Menurunnya kadar
estrogen mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal yang dapat berupa
gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik, metabolik dan
gangguan siklus haid. Beratnya gangguan tersebut pada setiap wanita berbeda-
beda bergantung pada:
1. Penurunan aktivitas ovarium yang mengurangi jumlah hormon steroid seks
ovarium. Keadaan ini menimbulkan gejala-gejala klimakterik dini (gejolak
panas, keringat banyak, dan vaginitis atrofikans) dan gejala-gejala lanjut
akibat perubahan metabolik yang berpengaruh pada organ sasaran
(osteoporosis).
2. Sosio-budaya menentukan dan memberikan penampilan yang berbeda dari
keluhan klimakterik.
3. Psikologik yang mendasari kepribadian wanita klimakterik itu, juga akan
membe-rikan penampilan yang berbeda dalam keluhan klimakterik.

C. TANDA AWAL KLIMAKTERIUM DAN MENOPAUSE


a. Tanda Awal Klimakterium : Masa ini ditandai dengan berbagai macam
keluhan endokrinologi vegetatif, yaitu, terjadi perubahan pada ovarium
seperti sclerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan
menurunnya sintesis steroid seks, lalu henti haid. Dan ditandai dengan
turunnya kadar estrogen dan meningkatkan pengeluaran gonadotropin.
b. Tanda Awal Menopause : Perubahan yang dialami oleh wanita dengan
menjelang menopause adalah ; merasa tua, mudah tersinggung, mudah
kaget sehingga jantung berdebar, takut tidak bisa memenuhi kebutuhan
seksual suami, rasa takut bahwa suami akan menyeleweng. Keinginan
seksual menurun dan sulit menggapai kepuasan (orgasme), dan juga merasa
tidak berguna dan tidak menghasilkan sesuatu, merasa memberatkan
keluarga dan orang lain.
Pada perubahan fisik seorang wanita mengalami perubahan kulit. Lemak bawah
kulit menghilang sehingga kulit mengendor, sehingga jatuh dan lembek. Kulit
mudah terbakar sinar matahari dan menimbulkan pigmentasi dan menjadi hitam.
Pada kulit tumbuh bintik hitam, kelenjar kulit kurang berfungsi sehingga kulit
kulit menjadi kering dan keriput.
Karena menurunnya estrogen dapat menimbulkan perubahan kerja usus menjadi
lambat, dan mereabsorbsi sari makanan makin berkurang. Kerja usus halus yang
semakin berkurang maka akan menimbulkan gangguan buang air besar berupa
obstipasi. Perubahan yang terjadi pada alat genetalia meliputi liang senggama
terasa kering, lapisan sel liang senggama menipis yang menyebabkan mudah
terjadi (infeksi kandung kemih dan liang senggama).
Daerah sensitif makin sulit untuk dirangsang. Saat berhubungan seksual dapat
menjadi nyeri. Perubahan pada tulang terjadi oleh karena kombinasi rendahnya
hormon paratiroid. Tulang mengalami pengapuran, artinya kalium menurun
sehingga tulang keropos dan mudah terjadi patah tulang terutama terjadi pada
persendian paha.
Masalah yang timbul pada Klimakterium dan Menopause
a. Gambaran klinis dari defesiensi estrogen dapat berupa gangguan siklus
haid, gangguan neurovegetatif, gangguan psikis dan gangguan somatik.
b. Gangguan siklus haid : Perdarahan tidak teratur, seperti oligomenore,
polimenore dan hipermenore.
c. Gangguan nerovegetatif : Gejolak panas (hotflushes), keringat banyak, rasa
kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah,
jari-jari atrofi, gangguan usus (meteorismus).
d. Gangguan psikis : Mudah tersinggung, lekas lelah, semangat, berkurang,
susah tidur.
e. Gangguan somatik : Infark miokard aterosklerosis, porosis, afipositas,
kolpitis, ektropium uretra, inkontinensia urin, disuria, desnsus, prolaps,
penyakit kulit klimakterik, dispareumia artritis, sklerosis koroner,
adipositas, gejala endokrinium berupa hipertirosis defeminisasi, virilasi dan
gangguan libido. Klimakterium berakhir kira-kira 6 – 7 tahun sesudah
menopause. Pada saat ini kadar estrogen telah mencapai nilai yang rendah
yang sesuai dengan keadaan senium, dan gejala-gejala neurovege tatif telah
terhenti. Dengan demikian, lamanya klimakterium ± 13 tahun.

D. PATOFISIOLOGI
Seiring dengan pertambahan usia, sistem neurohormonal tidak mampu
untuk berstimulasi periodik pada sistem endokrin yang menyebabkan ovarium
tidak memproduksi progesterone dalam jumlah yang bermakna. Estrogen hanya
dibentuk dalam jumlah kecil melalui aromatisasi androsteredion dalam sirkulasi.
penurunan fungsi ovarium menyebabkan ovarium mengecil dan akhirnya folikel
juga menghilang.
Tidak adanya estrogen ovarium merupakan penyebab timbulnya
perubahan-perubahan pasca menopause, misalnya: kekeringan vagina, yang
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman sewaktu berhubungan seks, dan atrofi
gradual organ-organ genetalia, serta perubahan fisik lainnya. Namun wanita
pasca menopause tetap memiliki dorongan seks karena androgen adrenal mereka.
Masih tidak jelas apakah gejala-gejala emosional yang berkaitan dengan fungsi
ovarium, misalnya depresi dan iritabilitas, disebabkan oleh penurunan estrogen
akan merupakan reaksi psikologis terhadap dampak menopause.
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Umum: Merupakan pendapat umum yang salah bahwa
semua masalah klimakterik dan menopause dapat dihilangkan dengan hanya
pemberian estrogen saja. Tujuan pengobatan dengan estrogen bukanlah
memperlambat terjadinya menopause, melainkan memudahkan wanita-
wanita tersebut memasuki masa klimakterium. Hubungan pribadi yang baik,
saling percaya antara suami-istri, maupun antara dokter-penderita akan
memberikan harapan yang besar akan kesembuhan. Pemberian obat-obat
penenang bukanlah cara pengobatan yang terbaik. Psikoterapi superfisial
oleh dokter keluarga sering sekali menolong.
2. Pengobatan hormonal: Menopause merupakan suatu peristiwa fisiologis dari
keadaan defisiensi estrogen. Sindrom klimakterik pada umumnya terjadi
akibat kekurangan estrogen, sehingga dengan sendirinya pengobatan yang
tepat adalah pemberian estrogen, meski bukan tanpa risiko. Pada masa lalu,
estrogen diberikan untuk selang waktu yang singkat dan kemudian
berangsur-angsur dikurangi sehingga gejolak panas sirna. Konsep ini tidak
berlaku lagi. Seorang wanita yang mengalami gejala-gejala menopause telah
mengidap defisiensi estrogen dan akan tetap begitu sepanjang hayatnya.
Defisiensi estrogen jangka panjang dapat menyebabkan berkembangnya
osteoporosis, penyakit jantung aterosklerotik, dan mungkin perwujudan
psikogenik. Program yang seimbang dari pengobatan estrogen-pengganti
yang dikombinasikan dengan progestogen siklik merupakan pengobatan
terbaik, karena tujuan nyata dari estrogen-pengganti adalah tidak hanya
untuk meredakan gejala-gejala vasomotor melainkan juga untuk mencegah
akibat metabolik seperti osteoporosis dan ateroskletosis.

F. PENCEGAHAN
1. Mengonsumsi makanan-makanan bergizi yang secara alami bersifat anti-
inflamasi, seperti whole grain, buah-buahan, ikan, sayuran berdaun hijau
tua, kacang-kacangan, dan memasak dengan minyak zaitun. Hindari
konsumsi makanan yang mengandung trans fat, seperti margarin.
2. Berolahraga yang teratur, sebab olahraga teratur akan mengurangi jumlah
deposit lemak.
3. Merokok, minum alkohol, dan obat-obatnan harus dihindari karena bersifat
pro-inflamasi dan merusak jaringan yang sehat.
4. Hindari stres, karena stres dapat merusak sistem pertahanan tubuh.
5. Tidur yang cukup akan sangat bermanfaat untuk mencegah proses inflamasi
kronik
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Biodata:
1. Identitas klien (Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
status perkawinan, alamat)
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini (Keluhan Utama)
3. Riwayat Penyakit
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
5. Klien pertama kali haid (menarche)
6. Riwayat Obstetrik dan abortus
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
8. Riwayat Psikospritual (kecemasan, harapan, hubungan dengan keluarga,
keagamaaan, hubungan dengan masyarakat)
9. Kebutuhan dasar
10. Pola sehari hari (pola makan, tidur, eliminasi)
11. Pemeriksaan fisik:
a. Keadaan umum : TTV
b. Kulit: mulai keriput, tidak ada lesi, kemerahan.
c. Kepala: simetris tegak lurus dengan garis tengah tubuh, kulit kepala
bersih, rambut mulai beruban.
d. Muka: tampak cemas, kemerahan, hangat, tumbuh bercak-bercak
kecoklatan.
e. Mata: ikterus (-), pupil isokhor kiri dan kanan, anemis (-), palpebra
hitam
f. Telinga: bentuk simetris kiri dan kanan, pendengaran tidak terganggu.
g. Hidung: bentuk simetris, fungsi penciuman baik, polip (-) tidak
ditemukan darah/cairan keluar dari hidung.
h. Mulut: bibir agak kering, sianosis (-), lidah dapat dijulurkan dengan
maksimal dan dapat bergerak bebas.
i. Leher: tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, dapat digerakkan
dengan bebas.
j. Dada: bentuk dan gerakan simetris, tidak ada nyeri tekan.
k. Abdomen: tidak ada pembesaran hati, limpa
l. Tungkai/ekstremitas: simetris kiri dan kanan, dapat melakukan aktivitas
dengan baik
m. Kuku: pendek, bersih
B. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan stress psikologis
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis proses
penuaan
3. Nyeri berhubungan dengan fisik/psikologik (sendi, tuang belakang, usia
lanjut)
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan feminitas atau
ketidakmampuan mempunyai anak

C. Intervensi

DIAGNOSA RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Gangguan pola tidur Pasien melaporkan 1. Tentukan 1. Mengkaji perlunya dan
berhubungan dengan perubahan dalam pola kebiasaan tidur mengidentifikasi
stress psikologis tidur/istirahat dan perubahan intervensi yang tepat
Pasien mengungkapkan yang terjadi 2. Meningkatkan
peningkatan rasa 2. Berikan tempat kenyamanan tidur serta
sejahtera atau segar tidur yang dukungan fisiologis dan
nyaman psikologis
Kriteria Hasil: 3. Tingkatkan 3. Meningkatkan efek
Pasien dapat tertidur kenyamanan relaksasi
dengan pulas. waktu tidur, 4. Memberikan situasi
misal: mandi air kondusif untuk tidur
hangat, masase 5. Perubahan posisi
4. Kurangi mengubah area tekanan
kebisingan dan dan meningkatkan
lampu istirahat
5. Dorongn positif 6. Dapat diberikan untuk
yang nyaman pasien tidur/istirahat
6. Berikan sedatife
sesuai indikasi
Perubahan proses Pasien mamapu 1. Sediakan waktu 1. Waktu reaksi mungkin
pikir berhubungan mempertahankan adekuat bagi diperlambat dengan
dengan perubahan orientasi realita sehari pasien untuk proses penuaan
fisiologis proses – hari memberikan 2. Kehilangan ingatan
penuaan Pasien mampu respon terhadap jangka pendek dapat
mengenali perubahan pernyataan berguna untuk
pola pemikiran dan 2. Catat masalah mengetahui bahwa hal
tingkah laku. pasien tentang ini merupakan suatu
daya ingat yang wajar
Kriteria Hasil: jangka pendek 3. Tingkat stres mungkin
Klien dapat memahami dan sediakan dapat meningkat dengan
dan mengerti tentang bantuan pesat karena kehilangan
perubahan proses 3. Evaluasi tingkat yang baru terjadi seperti
stres individu proses penuaan
penuaan. dan hadapi 4. Membantu pasien untuk
dengan tepat mempertahankan fokus
4. Reorientasikan 5. Mungkin timbul sebagai
pada respon dari penurunan
orang/waktu/tem fisiologi tubuh
pat sesuai
kebutuhan
5. Catat perubahan
siklik dalam
mental dan
tingkah laku
Nyeri berhubungan Keluhan nyeri 1. Kaji keluhan 1. Sebagai dasar
dengan berkurang/terkontrol nyeri, perhatikan pengawasan keefektifan
fisik/psikologik Pasien tampak rileks intensitas (skala intervensi
(sendi, tuang Pasien mampu 0-10), lamanya 2. Menurunkan ketegangan
belakang, usia lanjut) melakukan aktivitas dan lokasi otot memfokuskan
2. Beri tindakan kembali perhatian dan
Kriteria Hasil: kenyamanan peningktan kemampuan
Klien dapat mengikuti 3. Batasi aktivitas koping
aturan farmakologi fisik pasien 3. Mengurangi
yang ditentukan. 4. Dorong tehnik pengeluaran energi
Klien dapat manejemen stres 4. Memfokuskan kembali
mendemontrasikan (relaksasi) perhatian dan kontrol
penggunaan 5. Berikan individu
keterampilan relaksasi analgesik sesuai 5. Menghilangkan nyeri
dan aktifitas hiburan indikasi dan mengurangi
sesuai indikasi situasi ketidaknyamanan
individu.
Gangguan harga diri Pasien menyatakan 1. Berikan waktu 1. Memberikan
berhubungan dengan masalah dan untuk mendengar kesempatan untuk
perubahan feminitas menunjukkan masalah dan memperbaiki kesalahan
atau ketidakmampuan pemecahanmasalah ketakutan pasien konsep,
mempunyai anak yang sehat 2. Kaji stress emosi seperti:perubahan tubuh
Pasien menyatakan pasien. Dorong karena menopause
penerimaan diri pada pasien untuk 2. Biasanya wanita takut
situasi dan adaptasi mengekspresikan tidak mampu memenuhi
terhadap perubahan dengan tepat peran repoduksi dan
pada citra tubuh. 3. Berikan mengalami kehilangan
informasi akurat 3. Memberikan
Kriteria Hasil: tentang masalah kesempatan pada klien
 Pasien dapat menerima pasien untuk bertanya dan
keadaan fisiologis yang 4. Berikan mengasimilasi
ada. lingkungan informasi
Pasien tampak rileks terbuka pada 4. Meningkatkan
dengan usianya. pasien untuk keyakinan dan
mendiskusikan mengidentifikasi
masalah kesalahan konsep yang
seksualitas. dapat mempengaruhi
penilaian situasi.
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal serang wanita
sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan
sampai masa nn-reprduktif. Klimakterium bukan suatu keadaan patologik,
melainkan suatu masa peralihan yang normal, yang berlangsung beberapa tahun
sebelum dan beberapa tahun sesudah menopause.

Masa pramenopause atau sebelum haid berhenti, biasanya ditandai dengan siklus
haid yang tidak teratur. Pramenopause bisa terjadi selama beberapa bulan sampai
beberapa tahun sebelum menopause.

Tanda awal klimakterium ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologi


vegetatif, yaitu, terjadi perubahan pada ovarium seperti sclerosis pembuluh darah,
berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, lalu henti haid.
Dan ditandai dengan turunnya kadar estrogen dan meningkatkan pengeluaran
gonadotropin.

Adapun pencegahannya yaitu dengan cara mengonsumsi makanan-makanan


bergizi yang secara alami bersifat anti-inflamasi, seperti whole grain, buah-
buahan, ikan, sayuran berdaun hijau tua, kacang-kacangan, dan memasak dengan
minyak zaitun. Hindari konsumsi makanan yang mengandung trans fat, seperti
margarin.
Daftar Pustaka

Riyanti Imron et al. (2016). Asuhan kebidanan patologi. TIM


Purwoastuti, Endang et al. (2015). Panduan materi kesehatan reproduksi dan
keluarga berencana. Pustaka Baru Press
http://eprints.ums.ac.id/30800/11/Naskah_publikasi.pdf

Anda mungkin juga menyukai