Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEKS KELUARGA

Tn. A PADA An. F DENGAN ANEMIA DI RT 7 RW 1 KELURAHAN


SAMBIROTO KECAMATAN TEMBALANG SEMARANG

Disusun oleh :

MAULIDA LATHIFAH
NIM : 1502010

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA


STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEMARANG
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan ini telah disetujui oleh pembimbing praktik komunitas dalam


konteks keluarga program studi DIII Kebidanan STIKes Karya Husada Semarang
pada :
Hari :
Tanggal :

Pembimbing,

Sawitry, S.SiT, M.H

Mengetahui
Ketua STIKes Karya Husada Semarang

Ns. FERY AGUSMAN MM, SKM,M. Kep, SP. Kom


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala taufik dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan ‘’Asuhan Kebidanan
Komunitas dalam Konteks Keluarga’’ Studi kasus ini disusun untuk melengkapi
tugas komunitas yang telah dilaksanakan di Kelurahan Sambiroto Kecamatan
Tembalang, Semarang
Penulis menyadari bahwa keberhasilan menyusun laporan ini tidak lepas
dari bimbingan dan dukungan berbagi pihak yang diberikan kepada penulis.
Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Ns. Fery Agusman MM, SKM,M.Kep, SP. Kom selaku ketua
STIKES Karya Husada Semrang
2. Siti Nur Umariyah Febriyanti, S.SiT, M.H selaku ketua program studi DIII
kebidanan STIKES Karya Husada Semarang.
3. Sawitry, S.SiT, M.H Selaku dosen pembimbing praktik keluarga
4. Ketua RT 7 RW 1 Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang, Semarang
khususnya keluarga yang membantu pelaksanaan praktik komunitas.
5. Semua pihak yang ikut membantu sehingga tugas praktik kebidanan
komunitas ini dapat diselsaikan tepat waktunya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki, untuk itu kritik dan saran yang bermanfaat guna perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini sangat penulis harapkan.

Semarang, April 2018

Penulis
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori atau Konsep Dasar Komunitas


1. Pengertian kebidanan komunitas
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program
pendidikan bidan dan lulus ujian dengan persyaratan yang berlaku
(Kemenkes 900/2002).
Komunitas berasal dari bahasa latin yaitu komunis yang berarti
kesamaan public ataupun banyak. Istilah community dapat diterjemahkan
sebagai masyarakat setempat yang menunjuk pada warga sebuah desa,
kota, suku, atau bangsa (Melani, dkk: 2009).
Komunitas digambarkan sebagai sebuah lingkungan fisik di mana
seseorang tinggal beserta aspek-aspek sosialnya. Hubungan-hubungan
individu dalam sebuah komunitas akan membangun dan mendukung
terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau keyakinan baik tentang arti
keluarga, konsep sehat, maupun sakit. Keyakinan mereka ini akan
dicerminkan dalam perilaku keluarga maupun dikelompok tertentu. Hal ini
merupakan dasar pemikiran mereka dalam pemeliharaan kesehatan
maupun perawatan ketika sakit (Meilani, dkk:2009).
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terbesar yang
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama
(J.L Gilin & J.P Gilin, 2009).
Kebidanan komunitas adalah upaya memberikan asuhan kebidanan
pada masyarakat baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
terfokus pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga
Berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk usia wanita adi yuswa
secara paripurna (Meilani, dkk : 2009).
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat
konsep utama dalam pelayanan kebidanan yaitu manusia, masyarakat,
lingkungan, kesehatan dan pelayanan kebidanan yang mengacu pada
konsep paradigma kebidanan dan paradigm sehat sehingga diharapkan
tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat (Meilani, dkk : 2009).
2. Konsep Pendekatan menurut H.L Blum
a. Lingkungan hidup
Masalah kesehatan keluarga tergantung pada lingkungan hidup, baik
secara fisik, biologi dan sosial budaya.
Tingkat pendidikan keluarga biasanya pendidikan rendah, tingkat
sosial ekonomi yang miskin dan gangguan untuk mencapai status
keluarga sehat secara optimal.
b. Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan
atau aktivitas organism yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia
pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana
manusia merespon baik secara pasif mengetahui, bersikap,
mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar
dirinya maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan
penyakit sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini
dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit
yakni:
1) Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan (Health Promotion Behavior)
2) Perilaku pencegahan penyakit (Health Promotion Behavior)
adalah respon untuk melakukan pencegahan penyakit.
3) Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (Health
Promotion Behavior) yaitu perilaku untuk melakukan atau
mencari pengobatan.
4) Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan Health
Promotion Behavior) yaitu perilaku yang berhubungan dengan
usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu
penyakit.
Dari uraian di atas nampak jelas bahwa perilaku adalah
merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu yang
kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-proses psikologis
oleh seseorang yang memberikan predisposisi melakukan
response menurut terhadap suatu objek.
c. Pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan
memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat
(upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat/ UKBM). Sampai
sekarang pelayanan kesehatan bagi keluarga tidak dalam bentuk paket
untuk setiap menit keluarga, tetapi dalam pelayanan individu untuk
setiap anggota keluarga.
d. Genetalia atau keturunan
Keluarga dibentuk menjadi dua macam manusia dengan bermacam-
macam gen dan sifat yang mempengaruhi anak-anak mereka.
Pelayanan genetika dalam konteks pelayanan kesehatan keluarga
dianggap sulit dan mahal untuk dilaksanakan dan membutuhkan
metode teknologi yang tinggi dengan ahli khusus (Bapelkes, 2009).
3. Prioritas masalah
Syarat untuk memutuskan adanya masalah
a. Adanya kesenjangan
b. Adanya rasa tidak puas
c. Adanya rasa tanggung jawab
Dari berbagai masalah yang ditemukan tidak mungkin seluruhnya
dapat ditanggulangi, untuk itu perlu adanya prioritas masalah. Metode
yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah adalah metode
Hanloon kualitatif.
Prinsip metode Hanloon kulitatif adalah dengan matching. Kriteria
yang dipakai adalah
a. Urgency (U) / mendesak yaitu: apabila masalah tersebut
mendesak dalam aspek waktu, masih dapat ditunda atau harus
segera ditanggulangi.
b. Seriounes (S) / kegawatan yaitu besarnya akibat atau kerugian
yang dinyatakan dalam besaran kuantitatif berapa rupiah, orang
dan lain-lain.
c. Growth (G) / perkembangan yaitu kecendurungan atau
perkembangan akibat dari suatu permasalahan. Semakin
berkembang masalah semakin di pripritaskan (Bapelkes, 2009).
4. Pemecahan masalah
Tujuan pemecahan masalah adalah menghilangkan atau mengurangi
faktor-faktor penyebab masalah kegiatan yang dilakukan berupa
a. Penetapan tujuan dan sasaran
b. Mencari alternative pemecahan masalah

B. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian
Konsep adalah unit terkecil dari masyarakat dari keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat, di bawah satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
Menurut Sulurcion G. Baylon dan Aratclis Magia, 1998 keluarga
adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan
darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya
masing-masing menciptakan serta memoertahankan kebudayaan (Nasrul
Effendi, 1998: 32).
Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga
adalah:
a. Unit terkecil dari masyarakat
b. Terdiri dari dua orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Di bawah asuhan satu kepala rumah tangga
f. Berinteraksi diantara sesame keluarga
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan
2. Tipe keluarga
a. Keluarga inti (nuklir family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family) keluarga ini ditambah dengan sanak
saudara, misalnya: nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi, dll.
c. Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (cahabititation) adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis
1) Untuk menurunkan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. fungsi psikologis
1) memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberi perhatian di antara anggota keluarga
3) memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) membina sosialisasi pada anak.
2) membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3) meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi ekonomi
1) mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
2) pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3) menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa
yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak dan jaminan hari
tua.
e. Fungsi pendidikan
1) menyekolahkan anak untuk memberi pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya.
2) mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
3) mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
Dari berbagai fungsi di atas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarganya adalah:
a) Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b) Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak
agar kesehatannya selalu terpelihara sehingga diharapkan
menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial
dan spiritual.
c) Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mendiri dalam mempersiapkan masa
depannya
4. Ciri Keluarga
a. Diikat dalam suatu perkawinan.
b. Ada hubungan darah.
c. Ada ikatan batin.
d. Ada tanggungjawab masing-masing anggotanya.
e. Ada pengambil keputusan.
f. Kerjasama diantara anggota keluarga.
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga.
h. Tinggal dalam satu rumah.
5. Struktur Keluarga dan Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:
a. Patrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, di mana hubungan itu di susun melalui jalur garis
ayah.
b. Matrilineal
Keluarga sedarah yang tersiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi di mana hubungan ini di susun melalui jalur garis
ibu.
c. Matrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak keluarga yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
Pemegang kekuasaan dalam keluarga:
1) Patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah pihak ayah.
2) Matriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah di pihak ibu.
3) Equalitarian yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
ayah dan ibu.
6. Tugas-tugas Keluarga
Menurut Nasrul Effendi (37) ada delapan tugas pokok keluarga, yaitu
sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih
luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

C. Anemia
1. Definisi Anemia dalam Kehamilan
Anemia adalah kondisi ibu dengan jumlah protein sel darah merah
dan zat pewarna merah pada sel darah kurang dari 12% gram
(Winkjosastro,2002) sedangkan Anemia dalam kehamilan adalah kondisi
ibu dengan jumlah protein sel darah merah dan zat pewarna merah pada sel
darah dibawah 11% gram pada usia kehamilan 4-7 bulan (Saifuddin,2002).
Jadi Anemia bukan penyakit kurang darah tapi, kurangnya sel darah merah
karena jumlah protein sel darah merah dan zat pewarna merah pada sel
darah yang rendah dalam darah.
2. Jenis – Jenis Anemia Dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan dapat di bagi menjadi:
a. Anemia defesiensi besi (62,3%)
Anemia defisiensi besi adalah Anemia yang terjadi akibat
kekurangan bahan pembentuk protein sel darah merah dalam darah.
Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsure
besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan
penggunaan atau karena terlampau banyk besi keluar dari badan ,
misalnya perdarahan.
Prognosis:
1) Prognosis Anemia defesiensi besi dalam kehamilan umumnya
baik bagi ibu dan anak . Persalinan dapat berlangsung seperti
biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain . Anemia
berat dalam kehamilan muda yang tidak di obati dapat
menyebabkan abortus dan dalam kehamilan tua dapat
menyebabkan partus lama , perdarahan post partum dan infeksi.
Walaupun bayi yang di lahirkan dari ibu yang menderita anemia
defesiensi besi tidak menunjukkan Hb yang rendah, namun
cadangan besinya kurang yang barubeberapa bulan kemudian
tampak sebagai anemia infatum
2) Pencegahan dan Pengobatan: di daerah dengan frekuensi
kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfat
ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari.Selain itu,
ibu di beri nasehat untuk makan lebih banyak protein dan sayur
yang banyak mengandung mineral dan vitamin.
b. Anemia megaloblastik (29,0%)
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan karena
defesiensi asam folat.
Diagnosis:
Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan
megeloblas atau promegaloblas dalam darah atau sum-sum tulang
belakang
Pencegahan dan Pengobatan:
a) Asam folat 15-30 mg per hari
b) Vitamin B12 3x1 tablet per hari
c) Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari
d) Pada kasus berat diberikan penambah darah.
c. Anemia hipolastik (8,0%)
Anemia hipoplastik yaitu Anemia yang disebabkan oleh
penurunan fungsi kerja sumsum tulang untuk membentuk sel darah
merah baru.Pengobatannya yaitu dengan transfuse darah.
d. Anemia hemolitik (0,7%)
Anemia hemolitik adalah Anemia yang disebabkan
penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari
pembuatanya. Gejala utamamya adalah anemia dengan kelainan-
kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan.
Pengobatanya:
Tergantung pada jenis anemia ini serta penyebabnya. Bila
disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan
obat-obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obtan,
hal ini tidak memberikan hasil sehingga penambah darah berulang
dapat membantu penderita.
3. Gejala Anemia Pada Ibu Hamil
a. Pucat
b. Sering pusing
c. Lemah, lelah, letih, lesu, lunglai
d. Nafas terengah-engah
e. Nyeri dada
f. Mata berkunang-kunang
g. Lidah luka
h. Nafsu makan turun
i. Mual dan muntah yang berlebihan pada hamil muda
4. Penyebab Anemia dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh kekurangan bahan
pembentuk protein sel darah merah dan perdarahan secara mendadak
bahkan tidak jarang keduanya saling berhubungan (Safuddin,2002).
Menurut mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya aadal
sebagai berikut:
a. Kurangnya bahan pembentuk protein sel darah merah dalam makanan
yang dikonsumsi. Kebutuhannya bagi ibu hamil sekitar 1000mg:
1) 500mg untuk meningkatkan jumlah sel darah merah
2) 300mg untuk bayi
3) 200mg untuk mangganti kehilangan bahan pembentuk protein sel
darah merah setiap hari.Rata-rata ibu hamil normal perlu
menyerap 3,5mg setiap hari atau meyerap 20% yang masuk.
b. Penyerapan bahan pembentuk protein sel darah merah yang tidak
sempurna akibat mencret yang sudah berlangsung lama, pembedahan
tertentu pada slauran pencernaan seperti: lambung. Bahan pembentuk
protein sel darah merah diserap dari saluran pencernaan.Sebagian besar
diserap dari usu halus bagian atas terutama usus 12 jari.Bila terjadi
gangguan saluran pencernaan, maka penyerapan dari saluran
pencernaan menjadi tidak sempurna.Hal itu menyebabkan kurangnya
jumlah bahan pembentuk protein sel darah merah didalam tubuh
sehingga pembentukan sel darah merah terhambat.
c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi berat,
luka, kanker dan perdarahan pada lambung dan usus akibat tindakan
pemberian obat. Kehilangan banyak darah tersebut menyebabkan
terkurasnya cadangan bahan pembentuk protein sel darah merah dalam
tubuh sehingga pembentukan sel darah merah terganggu.
5. Faktor Predisposisi Anemia pada Ibu Hamil
a. Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan
membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun
janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu
mengalami anemia.Wintrobe (1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat
mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu
hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Muhilal et al
(1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan
semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin
besar.Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya kecendrungan
semakin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia semakin
besar.Karena 80% ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu antara 20
tahun hingga 35 tahun.
b. Paritas
Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin
tinggi angka kejadian anemia Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi
mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami anemia dibanding
yang paritas rendah
c. Jarak Kehamilan Yang terlalu Dekat
Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya
anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendek. Menurut Kramer
(1987) hal ini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan
mekanisme biologis dan pemulihan factor hormonal dan adanya
kecendrungan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan
semakin tinggi angka kejadian anemia.
d. Pengetahuan
Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan
cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu
hamil dari anemia. Semakin rendah pengetahuan kesehatan
reproduksi, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
e. pemeriksaan Antenatal Care
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh tenaga professional yaitu Dr Ginekolog dan Bidan
serta memenuhi syarat 5 T (TB, BB, Tekanan darah, Tinggi Fundus,
TT, Tablet Fe). Jika pemeriksaan Antenatal Care kurang atau tidak
ada sama sekali maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
f. Pola makan dan Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe
Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang
sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan
produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap
orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap
golongan bahan makanan yaitu KH, protein hewani dan nabati,
sayuran, buah dan susu. (Kodyat, 1995).
Kepatuhan menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan
jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara menkonsumsi tablet Fe,
frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet
Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan
menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan besi.
Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya
yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia
karena kekurangan asam folat.ibu hamil yang kurang patuh konsumsi
tablet Fe mempunyai risiko untuk mengalami anemia dibanding yang
patuh konsumsi tablet Fe.
6. Akibat Anemia pada Ibu Hamil
a. Akibat anemia pada usia kehamilan 3 bulan pertama
1) Dapat terjadi keguguran
2) Cacat bawaan
b. Akibat anemia pada usia kehamilan 4-9 bulan
1) Persalinan belum cukup bulan
2) Perdarahan dalam melahirkan
3) Gangguan pertumbuhan bayi dalam kandungan
4) Bayi kekurangan oksigen dalam kandungan sampai menyebabkan
kematian
5) Mudah terkena infeksi
c. Akibat anemia saat melahirkan
1) kekuatan mengejan
2) Melahirkan berlangsung lama
3) Tertahannya plasenta dan perdarahan saat melahirkan
4) Akibat anemia terhadap bayi
5) Kematian dalam kandungan
6) Cacat bawaan
7) Kecerdasannya rendah
8) Bayi lahir dengan anemia
9) Berat badan bayi lahir keci
7. Tujuan Pencegahan Anemia Pada Ibu Hamil
Tujuan dari pencegahan anemia selama kehamilan adalah untuk
menjaga keseimbangan jumlah protein sel darah merah dan zat pewarna
merah pada sel darah ibu dan untuk mencegah kekurangan bahan
pembentuk protein sela darah merah pada bayi.
a. Pencegahan dan Pengobatan Anemia pada Ibu Hamil
1) Pemberian tambahan bahan pembentuk protein sel darah merah
selama masa kehamilan (± 90 tablet) dalam satu hari 1 tablet (
satu tablet mengandung 60 mg Fe dan 200 πg asam folat ) minum
dengan air putih dan jangan minum dengan air kopi atau dengan
air the karena akan menghambat penyerapan. Efek sampingnya
yaitu : rasa tidak enak di hulu hati, mual, muntah dan mencret.
2) Memakan makanan yang banyak mengandung bahan pembentuk
protein sel darah merah seperti:
a) Telur
b) Susu
- Ibu hamil 0-3 bulan = 1 gelas
- Ibu hamil 4-7 bulan = 1 gelas
- Ibu hamil 7-9 bulan = 1 gelas
c) Hati
d) Ikan
- Ibu hamil 0-3 bulan = 1 ½ potong
- Ibu hamil 4-7 bulan = 2 potong
- Ibu hamil 7-9 bulan = 3 potong
e) Daging
f) Tempe
- Ibu hamil 0-3 bulan = 3 potong
- Ibu hamil 4-7 bulan = 4 potong
- Ibu hamil 7-9 bulan = 5 potong
g) Sayuran yang berwarna hijau tua (kangkung, bayam, daun
katuk, daun singkong)
- Ibu hamil 4-7 bulan = 3 mangkok
- Ibu hamil 7-9 bulan = 3 mangkok
h) Buah-buahan (jeruk, jambu biji, pisang, tomat)
- Ibu hamil 0-3 bulan = 2 buah
- Ibu hamil 4-7 bulan = 2 buah
- Ibu hamil 7-9 bulan = 2 buah
3) Periksa secepat mungkin apabila terdapat tanda-tanda anemia
agara langkah-langkah pencegahan bisa segera dilakukan
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEKS KELUARGA
Tn. A PADA Ny. S USIA 20 TAHUN DENGAN ANEMIA DI RT.07 RW.01
KELURAHAN SAMBIROTO TEMBALANG KOTA SEMARANG

I. PENGKAJIAN
Hari / Tanggal : Minggu, 22 April 2018
Waktu : 15.00 WIB
Tempat : Rumah Tn. A
A. Data Subyektif
1. Struktur dan Sifat Keluarga
a. Struktur Keluarga
Nama Kepala Keluarga : Tn. A
Umur : 21 Tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Alamat : RT.07 RW.01 Kelurahan Sambiroto

Daftar Anggota Keluarga


Keududukan Jenis Pendidik Pekerj
No Nama Umur Ket
dalam keluarga kelamin an aan
1 Tn. A Suami L 21 Th SMP Swasta -
2 Ny.S Istri P 20 Th SMA Swasta Anemia
Gambar Genogram

Keterangan:

: Perempuan

: Laki-laki

: Anggota keluarga dengan masalah kesehatan

b. Sifat Keluarga
1) Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan
dalam keluarga adalah suami
2) Kebiasaan tidur dan istirahat
a) Tn. A
Nutrisi : makan 3x sehari (porsi sedang, nasi, sayur,
lauk), minum ±7 gelas/hari (air putih, teh)
Eliminasi : BAB ± 1x/hari, BAK ±8x /hari
Istirahat : siang ±1 jam/hari, malam ± 7 jam/hari
Kebersihan diri: Mandi 2x/hari
Gosok gigi 2x/hari
Ganti baju 2x/hari
Keramas 3x/minggu
b) Ny. S
Nutrisi : makan 3x sehari (porsi sedang, nasi, sayur
lauk), minum 7 gelas/hari (sebelum hamil)
makan 4x sehari (porsi kecil, nasi, sayur
lauk), minum ±7 gelas/hari (selama hamil)
Eliminasi : BAB 1x/hari, BAK 7x/hari (sebelum
hamil)
BAB 1x/hari, BAK 8x/hari (selama hamil)
Istirahat : siang ±1 jam/hari, malam ±7 jam/hari
(sebelum hamil)
siang ±2 jam/hari, malam ±8 jam/hari
(selama hamil)
Kebersihan diri: Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti
baju 2x/hari, keramas 3x/minggu (sebelum
hamil)
Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti
baju 2x/hari, keramas 3x/minggu (selama
hamil)
2. Faktor Sosio, Ekonomi dan Budaya
a. Penghasilan dan pengeluaran (KK)
1) Pekerjaan Tn. A adalah swasta
2) Jam kerja mulai jam sampai jam 07.00 – 17.00 WIB
3) Besar uang yang dihasilkan/ bulan adalah ± 1.600.000,-
4) Keseluruhan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari
5) Seringkali dalam keluarga tidak memiliki simpanan uang
6) Penentuan keluarga menjadi tanggung jawab istri
b. Suku dan agama
1) Suku : Jawa
2) Agama : Islam
c. Peranan anggota dalam keluarga
1) Ayah (Tn. A) sebagai kepala keluarga
2) Ibu ( Ny. S) sebagai istri
d. Hubungan keluarga dan masyarakat
1) Ayah (Tn. A) hubungan dengan keluarga dan masyarakat
terlihat akrab
2) Ibu (Ny. S) hubungan dengan keluarga harmonis dan dengan
masyarakat baik
3. Faktor lingkungan
Perumahan (lingkungan fisik/sarana sanitasi)
a. Pembuangan kotoran dan WC milik pribadi
b. Penyediaan air bersih
Menggunakan PAM dengan keadaan jernih, tidak berbau dan
berasa untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari
c. Pembuangan sampah
Sampah dikumpulkan terlebih dahulu dalam plastik lalu dibakar
d. Jendela dan kelembaban
Tiap kamar dirumah ada jendela dan ventilasi cukup memadai
e. Lingkungan rumah
Keluarga Tn. A bertempat tinggal dengan ukuran 6 m X10 m, yang
terdiri dari 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 ruang tamu, 1
ruang keluarga dan 1 tempat cucian
f. Fasilitas liburan
Dirumah Tn. A tersedia TV, VCD, Radio
g. Fasilitas sosial dan kesehatan yang ada
Jika keluarga ada yang sakit maka akan di bawa ke puskesmas
h. Denah rumah (gambar dan keterangan)

3 4 6

1 2 5
Keterangan:
1. Teras rumah 4. Ruang tv
2. Ruang tamu 5. Kamar mandi
3. Kamar tidur 6. Dapur
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu tidak pernah ada riwayat
penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, HIV/AIDS
Ibu mengatakan didalam keluarga ibu tidak pernah ada riwayat
penyakit keturunan seperti DM, hipertensi, jantung
b. Riwayat kesehatan berencana
Ibu belum pernah KB.
c. Riwayat imunisasi keluarga
- Ny. S sudah mendapatkan imunisasi capeng pada saat ingin
menikah
5. Psikososial
a. Status emosi : suami adalah orang yang senang bercanda, jarang
terjadi pertengkaran hebat antara suami dan istri. Masalah
diselesaikan dengan cara musyawarah antar anggota keluarga
b. Konsep diri :
1) Ayah : Tn. A merupakan orang yang baik dan peduli terhadap
anggota keluarga
2) Ibu : Ny.S adalah orang yang sangat menghargai dan
menghormati Tn. A sebagai kepala keluarga
c. Pola Interaksi
Interaksi didalam keluarga cukup baik, sering nonton TV bersama
pada waktu istirahat, dan interaksi dengan masyarakat juga cukup
baik dilihat dari Tn.A sering mengikuti sholat berjamaah di Masjid
dan Ny.S aktif mengikuti kegiatan Arisan di RT
d. Pola pertahanan dalam keluarga
Tn. cukup disegani dalam keluarga, masalah yang ada didalam
keluarga diselesaikan dengan cara bermusyawarah

B. Data Obyektif
Pengkajian atau pemeriksaan fisik :
1. Ayah (Tn. A)
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV :
Suhu : 36, 6 0 C Nadi : 82 ×/ menit
TD : 120/ 80 mmHg RR : 22 ×/ menit
d. Antopometri
BB : 73 kg
TB : 171 cm
e. Status present
Kepala : mesochepal
Rambut : rambut hitam, kulit kepala bersih, tidak mudah rontok
Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus, simetris,
ada reflek pupil
Hidung : simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip
Mulut : tidak ada stomatitis, tidak ada caries dentis
Telinga : simetris, tidak ada serumen
Muka : tidak ada odema, tidak pucat, tidak berjerawat
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Dada : simetris, gerak nafas teratur
Perut : tidak ada pembesaran hati dan limpa
Ekstremitas: simetris, tidak ada varises
Punggung : tidak ada kelainan
Anus : tidak ada hemoroid
Reflek patela: +/ +
2. Ibu (Ny. S)
a. KU : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV :
Suhu : 36, 5 0 C Nadi : 82 ×/ menit
TD : 120/ 70 mmHg RR : 22 ×/ menit
d. Antopometri
BB : 50 kg
TB : 155 cm
LILA : 25 cm
Hb : 10,8 gr/dl
HPHT : 17-12-2017
HPL : 23-9-2018
e. Status Present
1) Inspeksi
Kepala : Kepala bersih, tidak ada benjolan, tidak rontok
Muka : Simetris, Tidak odema, pucat, tidak ada cloasma
gravidarum.
Mata : Simetris, Sclera putih, conjungtiva pucat.
Hidung : Simetris, tidak ada secret dan polip.
Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen.
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
Dada : Simetris, puting susu menonjol, colostrum belum
keluar, hiperpigmentasi areola mamae.
Abdomen: Tidak ada luka bekas jahitan, perut terlihat membesar
sesuai dengan usia kehamilan, linea nigra ada.
Genetalia : Tidak ada oedem, tidak ada varises.
Anus : Tidak ada hemoroid.
Ekstremitas: Simetris, tidak ada oedem
2) Palpasi
Leopold I : ballotment (+)
Leopold II : -
Leopold III : -
Leopold IV : -
3) Auskultasi
DJJ : (-)
4) Perkusi
Reflek patella : ka/ki (+)/(+)
f. Pemeriksaan penunjang
Gol darah : B
Hb : 10,8 gr/dL (22 Februari 2018)

II. INTERPRETASI DATA


Diagnosa
Ny. S G1P0A0 usia 20 tahun umur kehamiln 18 minggu dengan anemia
Dasar :
Ibu mengatakan umurnya 20 tahun
Ibu mengatakan ini kehamilan pertamanya
HPHT : 17-12-2017
HPL : 23-9-2018
Hb : 10,8 gr/dL
Masalah : anemia,
Dasar:
Ibu mengatakan dirinya sering merasa pusing, lemas, cepat mengantuk.
Penjajakan masalah:
Kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat
Prioritas masalah:
Sesuai data yang diperoleh dari pengkajian terhadap masalah kesehatan yaitu:
Masalah ibu hamil dengan anemia
No Kriteria Perhitungan Skor Pemecahan masalah
1 Sifat masalah 2/3 *1 1 Ancaman terhadap kegagalan
perilaku hidup bersih dan sehat
2 Kemungkinan ½ *2 1 Masalah sebenarnya dapat
masalah dirubah tapi secara bertahap
sesuai dengan pemahaman dan
perilaku keluarga
3 Potensi 2/3* 1 2/3 Masalah dapat dicegah dengan
dicegah pendidikan kesehatan
4 Prioritas 2/3 * 1 1/2 Ibu merasakan sebagai masalah
masalah dan perlu untuk segera ditangani
Jumlah 3 1/6

Masalah kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat


No Kriteria Perhitungan Skor Pemecahan masalah
1 Sifat masalah 1/3 *1 1/3 Ancaman terhadap
kegagalan perilaku hidup
bersih dan sehat
2 Kemungkinan 1/2 *2 1 Masalah sebenarnya
masalah dapat dirubah tapi secara
bertahap sesuai dengan
pemahaman dan perilaku
keluarga
3 Potensi 2/3* 1 2/3 Masalah dapat dicegah
dicegah dengan pendidikan
kesehatan
4 Prioritas 2/3 * 1 ½ Ibu merasakan sebagai
masalah masalah dan perlu untuk
segera ditangani
Jumlah 2 ½

III. INTERVENSI
1. Jelaskan kepada ibu tentang keluhan yang dirasakan
2. Berikan pendidikan kesehatan tentang anemia
3. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
4. Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan hb ulang.
5. Beritahu ibu cara menkonsumsi fe dengan benar.

IV. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan pada
Hari / Tanggal : Kamis, 26 April 2018
Pukul : 13.00 WIB
1. Menjelaskan kepada ibu tentang keluhan yang dirasakan.
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang anemia
3. Menganjurkan kepada ibu untuk istirahat yang cukup
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan Hb ulang
5. Memberitahu ibu cara menkonsumsi obat penambah darah

V. EVALUASI
Dilaksanakan pada
Hari / Tanggal : Kamis, 26 April 2018
Pukul : 13.00 WIB
1. Ibu sudah mengerti tentang keluhan yang dirasakan.
2. Ibu sudah mengetahui tentang anemia
3. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup
4. Ibu bersediauntuk melakukan pemeriksaan Hb ulang
5. Ibu sudahmengetahui cara menkonsumsi obat penambah darah
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini, penulis akan mengupas keadaan yang ada
dikeluarga sesuai konsep teori medis sehingga masalah yang timbul dapat segera
terselesaikan.
Langkah 1 : Pengkajian
1. Teori : pada langkah ini semua informasi dikumpulkan secara akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan khusus
d. Pemeriksaan penunjang
2. Praktik dan hasil : Dalam pengambilan data penulis melaksanakan secara
mandiri dengan keluarga Tn. A pengkajian terdiri atas data subyektif dan
obyektif, data dikumpulkan dengan informasi lengkap dari semua sumber
yang terkait. Untuk mendapatkan data tersebut penulis melakukan anamnesa
langsung ke klien, selama proses pengkajian pada keluarga Tn. A merespon
dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan dengan baik. Pada keluarga
Tn. A ada salah satu anggota yang mempunyai masalah kurangnya
pengetahuan tentang anemia. Ny. S menyatakan dirinya sering merasa pusing,
lemas, cepat mengantuk.

Langkah 2 : Interpretasi Data


1. Teori : Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi data yang akurat. Kemudian data dasar yang sudah
dikumpulkan di interpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa
masalah yang spesifik.
2. Praktik dan hasil :pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa
atau masalah berdasarkan interpretasi yang akurat atas data yang
dikumpulkan. Kemudian muncullah diagnosa masalah yang spesifik.
Diagnosa yang di dapat pada keluarga Tn. A adalah masalah pada Ny. S
dengan anemia.

Langkah 3 : Intervensi
1. Teori : Menyusun asuhan secara menyeluruh, yang tidak hanya meliputi
apa yang sudah terlihat dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan dengan pedoman antisipasi dari wanita tersebut yaitu apa yang
terjadi berikutnya, penyuluhan, konseling, dan rujukan untuk masalah
ekonomi, sosial kultural dan psikologi bila diperlukan.
2. Praktik dan hasil : Merencanakan asuhan kebidanan sesuai dengan kasus
yang dapat mendukung dalam perencanaan yang tindakan yang akan
dilakukan. Pada langkah ini berdasarkan dengan teori, tindakan yang akan
dilakukan pada kasus Ny. S dengan anemia yaitu dengan melakukan
konseling tentang anemia, tanda dan gejala, penyebab, pengobatan, dan
pencegahan anemia.

Langkah 4 : Implementasi
1. Teori : Pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada intervensi, perencanaan ini bisa dilakukan seluruh bidan atau
sebagian lagi oleh klien atau anggota tenaga kesehatan yang lainnya.
2. Praktik dan hasil : Implementasi merupakan tindak lanjut dari intervensi dari
intervensi yang telah dibuat. Implementasi pada kasus ini khususnya pada
Ny. S yaitu memberikan konseling tentang anemia meliputi: pengertian, tanda
dan gejala, penyebab, pengobatan, dan pencegahan anemia.

Langkah 5 : Evaluasi
1. Teori : Evalusi mencakup semua tahapan dalam proses asuhan
kebidanan, mulai dari pengkajian sampai evaluasi dan merupakan penilaian
dari tindakan yang dilakukan. Disini dimulai apakah implementasi sudah
sesuai dengan yang direncanakan. Evaluasi yang mungkin didapatkan
berkaitan dengan diagnosa nomenklatur adalah kolaborasi dengan dokter
yang sudah dilakukan bagaimana keberhasilan kolaborasi dengan dokter
tersebut.
2. Praktik dan hasil : Pada langkah ini penulis melakukan evaluasi dari asuhan
yang sudah diberikan kepada Ny. S, hasil yang didapat dari evaluasi yang
dilakukan yaitu ibu telah mengetahui tentang anemia meliputi pengertian,
tanda dan gejala, penyebab, pengobatan, dan pencegahan anemia, dan ibu
bersedia merubah perilaku sehari-hari untuk pencegahan anemia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uarian di atas penulis dapat meyimpulkan sebagai berikut:
1. Praktik kebidanan komunitas dilapangan lahan pada keluarga
Tn. A Di RT 7 , RW 01 , Kelurahan Sambiroto, Kecamatan
Tembalang Semarang telah dilaksanakan.
2. Pada saat pengkajian penulis menemukan masalah keluarga Tn. A
Pada Ny. S dengan anemia
3. Penulis telah menginterpretasi data pada keluarga Tn. A Pada Ny. S
dengan anemia
4. Penulis dapat mengintervensi pada keluarga Tn. A Pada Ny. S
dengan anemia
5. Implementasi yang penulis lakukan telah dilaksanakan oleh
keluarga Tn. A Pada Ny. S dengan anemia
6. Evalusi telah dilakukan penulis di keluarga Tn. A Pada Ny. S
dengan anemia
7. Hasilnya Ny. S mengerti tentang anemia dan bersedia merubah
perilaku untuk pencegahan anemia
B. Saran
1. Bagi keluarga
a. Keluarga diharapkan lebih mengerti tentang kesehatan
b. Ny. S diharapkan lebih mengerti tentang anemia khususnya
pencegahan anemia pada baliata
c. Diharapkan keluarga Tn. A mendukung untuk perubahan perilaku
untuk pencegahan anemia
2. Bagi masyarakat
a. diharapkan bagi masyarakat sekitar lebih meningkatkan
pemahaman tentang anemia.
b. diharapkan bagi masyarakat sekitar untuk memahami pentingnya
pencegahan anemia.
3. Bagi mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai anemia yang
meliputi pengertian, tanda dan gejala, penyebab, pengobatan, dan
pencegahan anemia.

Anda mungkin juga menyukai