Anda di halaman 1dari 110

.

. , .

II

"
UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


INVESTASI SWASTA PADA LIMA WILAYAH DI JAWA TIMUR

TESIS

FERAWATY
0806428754

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM PASCASARJANA
DEPOK
JULI 2010
UNIVERSITAS INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


INVESTASI SWASTA PADA LIMA WILAYAH
DI JAWA TIMUR

TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains Ilmu Ekonomi

FERAWATY
0806428754

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
KHUSUSAN EKONOMI PUBLIK DAN MONETER
DEPOK
JULI 2010
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah basil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Ferawaty

NPM

Tanda Tangan

Tanggal Juli 2010

11
HA~PENGESAHAN

Tesis ihi diajukan oleh:


Nama : Ferawaty
NPM : 0806428754
Program Studi : Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi
Judul Tesis : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta di Lima Wilayah
di Jawa Timur

Telab berbasil dipertabankan di badapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Magister Sains Ekonomi pada Program Pascasarjana Umu Ekonomi,
Fakultas Ekooomi, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Dosen Dr. Telisa Aulia Falianty


i>)J(u~
(............. :::~................ )

Pembimbing /~~...
_/,<~'-:~./' ~
"
,, • ,,,

Ketua Tim Dr. Arie Dama anti


(:?:'" (~ ¥' ~
.. ..... ·............. . ........ )
\ ·• I I
) .; •//
Penguji \

Dosen Penguji Dr. Jossy P. Moeis

Ditetapkan di Depok
Tanggal Juli 2010

1 \1 Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, karena berkat rahmat dan karunia-NYA,
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Tugas akhir
berupa tesis ini merupakan suatu persyaratan yang harus dikerjakan oleh setiap
mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, khususnya jurusan Ilmu
Ekonomi untuk meraih gelar magister. Tentunya tesis ini tak luput dari bantuan
dan bimbingan yang diberikan oleh banyak pihak. Oleh sebab itu, penulis juga
ingin berterima kasih kepada:
1. Ibu Dr.Telisa Aulia Falianty, selaku dosen pembimbing saya. Terima kasih
banyak atas bimbingannya, masukan-masukan serta data-data yang saya
butuhkan.
2. lbu Dr. Arie Damayanti, selaku ketua tim penguji. Saya ucapkan terima kasih
banyak atas kesedian ibu dalam menguji saya serta masukan-masukan yang
sangat bermanfaat dalam penulisan ini.
3. Bapak Jossy P. Moeis, selaku penguji. Saya ucapkan terima kasih atas waktu
dan masukan yang diberikan dalam melengkapi penulisan ini.
4. Mba Maya, Mba Mirna, Mba Ria, Mba Denti, dan semuanya yang selalu
mernbantu soal administratif perkuliahan.
5. Pihak kampus Universitas Indonesia dan semua dosen pengajar. Terima kasih
untuk sernua ilmu dan nasehat yang telah diberikan kepada saya selama
mengikuti perkuliahan di Universitas Indonesia.
6. Terima kasih kepada Bappenas yang telah memberikan bantuan materi berupa
beasiswa kepada saya sehingga saya dapat melanjutkan studi di Pascasrujana
Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia.
7. Terima kasih kepada Badan Perneriksa Keuangan (BPK), baik BPK Pusat
maupun BPK Perwakilan Surabaya atas ijin yang diberikan kepada saya
sehingga dapat melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia.
8. Mama tersayang dan Ibu Mertuaku, terima kasih banyak atas semangat dan
doa yang diberikan pada F era serta terima kasih atas waktu dan tenaga yang
diberikan selama ini sehingga penelitian ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
9. Suamiku tercinta: Janny Edward, dan anakku: Hephzibah Joshua Patti, terima
kasih ya sayang karena selalu mendampingi, mendukung, menyernangati, dan
mendoakan mama. Anakku Jonathan Fritzie, terima kasih telah menemani
mama belajar selama sembilan bulan, mama merindukanmu.
10. Adik-adikku tercinta, Ronald, Rismawaty, dan Iskandar Octovian, terima
kasih sudah mernbantu dan mendoakan kak Fera; khususnya kepada Iskandar
Octovian, terima kasih buat waktu dan tenaga selama pencarian data.
11. Ternan-ternan Double-Degree Belanda; khususnya Laksmi, Tin Rachmawati,
Julinda Hemawati, mb.Rosy, dan Endra, terima kasih atas kebersamaan dan
bantuan yang diberikan selama menyelesaikan kuliah di Universitas
Indonesia.
12. Ternan-ternan eks-double degree Belanda dan Jepang: Mba Nadrah, Uditya,
Afrizal Umari, Amalia, Laura Novani, Novi Susanti, Andi, terima kasih buat
kebersamaan dan bantuan selama menyelesaikan kuliah di Universitas
Indonesia.

IV
13. Seluruh pihak yang terkait dalam penulisan ini yang tidak dapat dijabarkan
satu per satu.
Semoga penulisan ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi
pembacanya.

Depok, Juli 2010

Ferawaty

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:
Nama Ferawaty
NPM 0806428754
Program Studi Pascasarjana
Departemen Ekonomi
Fakultas Ekonomi
Jenis karya Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti (Non-exclusive Royalty-Free Right)
atas karya saya yang berjudul:

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta pada Lima


Wilayah di Jawa Timur
beserta perangkat yang ada Gika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslutif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencamtumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di: Depok


Pada tanggal: Juli 2010
Yang menyatakan

(Ferawaty)

VI
ABSTRAK

Tesis ini diajukan oleh:


Nama Ferawaty
Program Studi : Program Pascasmjana Ilmu Ekonomi
Judul Tesis : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Swasta pada Lima
Wilayah di J awa Timur

Investasi swasta merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong


pertumbuhan perekonomian dalam suatu daerah, sehingga perlu digali lebih lanjut
faktor penentu yang dapat mendorong peningkatan investasi swasta. Penelitian ini
menguji beberapa faktor yang diperkirakan dapat mempengaruhi investasi swasta
pada beberapa daerah di Jawa Timur, yaitu daerah Surabaya, Sidomjo, Gresik,
Mojokerto, dan Pasuruan. Kota Surabaya merupakan ibukota Jawa Timur, dan
keempat daerah lainnya merupakan daerah yang berbatasan dengan Surabaya, dan
diharapkan dapat menjadi daerah penopang bagi peningkatan investasi swasta di
Jawa Timur. Kemudian dilihat lebih lanjut faktor apa yang paling berpengaruh
terhadap peningkatan investasi swasta di beberapa daerah tersebut.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah dengan uji regresi data panel
selama periode 1998 - 2008. V ariabel dependen yang digunakan adalah investasi
swasta; sedangkan variabel-variabel independennya adalah Belanja Pembangunan
Pemerintah, Upah Minimum Regional Riil (UMR Riil), Jumlah Penduduk
(Populasi), dan Lapindo. Hasil regresi yang diperoleh menunjukkan bahwa semua
variabel-variabel independen dapat dikatakan signifikan secara statistik. Nilai
elastisitas terbesar adalah variabel Jumlah Penduduk/Populasi dengan elastisitas
sebesar 3,14%, diikuti dengan variabel UMR Riil, Belanja Pemerintah, dan
Lapindo.

Kata kunci:
Investasi swasta, Belanja Pemerintah, Upah Minimum Regional, Populasi,
Lapindo.

Vll

Universitas Indonesia
ABSTRACT

Name Ferawaty
Study Program Program Pascasaijana Ilmu Ekonomi
Title Factors that influence Private Investment in Five Regions in East
Java.

Private investment is one factor that can improve economic growth in a


region, so it needs to explored further factor which may encourage increased
private investment. This research examines several factors that may affect private
investment in some areas in East Java, which is the area of Surabaya, Sidoaijo,
Gresik, Mojokerto and Pasuruan. Surabaya is the capital city of East Java, and the
other four areas are bordered by the Surabaya area, and are expected to be able to
be the supporting areas in increasing private investment in East Java. Later we see
further what the most influential factor in increasing private investment in those
areas.
The research methodology used is panel data regression over the period
1998-2008. The dependent variable used is private investment, while the
independent variables are the Government Development Expenditure, the Real
Minimum Wage (UMR Real), Total Population (Population), and Lapindo.
Regression results showed that all independent variables can be said to be
statistically significant. The largest elasticity value is given by Population variable
with elasticity of 3.14%, and followed by the real minimum wage variable,
Government Expenditures, and Lapindo

Keywords:
Private Investment, Government Spending, Wages, Population, Lapindo.

Vlll

Universitas Indonesia
DAFfARISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN ORISINALITAS .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... vi
ABSTRAK.................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................... viii
DAFTAR lSI. ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang....... ... ... ... .. ........... ..... ... ...... .. ... ... ..... ... ... .. .. .. ... ............. 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................................. 8
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................. 8
1.4. Manfaat Penelitian............................................................................... 8
1.5. Ruang Lingkup Penelitian................................................................... 9
1.6. Sistematika Penulisan....................................................................... 9
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya................................................................. ..... 11
2.2. lnvestasi...................................... ...................... ................................ 13
2.3. Investasi di Daerah........................................................................... 18
2.4. Hubungan Belanja Pemerintah Daerah dan Investasi Swasta.......... 21
2.5. Hubungan Upah Minimum Regional dan Investasi Swasta............. 24
2.6. Hubungan Jumlah Penduduk dan lnvestasi Swasta..................... .... 26
2.7. Hubungan Lumpur Lapindo dan Investasi Swasta.......................... 27
3. METODOLOGI PENELITIAN
3 .1. Kerangka Pikir Konseptual.. ............................................................. 30
3.2. Jenis dan Sumber Data...................................................................... 33
3.3. Metode Ana1isis ............................................................................... 33
3.3.1. Pemodelan dengan Menggunakan Data Panel.. ....................... 33
3.3.2. Spesifikasi Model. .................................................................... 35
3.3.3. Pengujian Siflifikansi Secara Statistik................................... 37
3.3.3.1. Uji R .......................................................................... 38
3.3.3.2. Uji F ............................................................................. 39
3.3.3.3. Uji !. ............................................................................. 39
3.3.4. Uji Hipotesis............................................................................ 40
4. ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Daerah................................................................................... 43
4.1.1. Kota Surabaya....................................................................... 45
4.1.2. Kabupaten Sidoaijo ............................................................... 47
4.1.3. Kabupaten Gresik .................................................................. 50
4.1.4. Kabupaten Mojokerto........................................................... 57
4.1.5. Kabupaten Pasuruan.............................................................. 59
4.2. Investasi Daerah.............................................................................. 61
4.3. Hasil Regresi. .................................................................................. 65

ix

Universitas Indonesia
4.4. Kriteria Statistik.............................................................................. 69
4.4.1. Uji R-squared ........................................................................ 70
4.4.2. Uji F...................................................................................... 71
4.4.3. Uji t. ...................................................................................... 72
4.5. Model yang Terbentuk.................................................................... 73
4.6. Interpretasi Model. ......................................................................... 74
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 78
5.2. Saran............................................................................................... 80
DAFfAR PUSTAKA.................................................................... 83

Universitas Indonesia
DAFfAR TABEL

Tabel 4.1. Regresi lin-lin dengan OLS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 66


Tabel 4.2. Regresi lin-lin dengan FEM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66
Tabel 4.3. Regresi log-log dengan OLS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67
Tabel 4.4. Regresi log-log dengan FEM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
Tabel 4.5. Regresi log-log dengan FEM-SUR . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68
Tabel4.6. Hasil Regresi ............ .......................................... 70
Tabel4.7. Hasil Uji-t dengan FEM-SUR.................................... 72
Tabel 4.8. Nilai koefisien c tiap daerah...................................... 73

Xl

Universitas Indonesia
DAFfAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta Jawa Timur ...................... ...................... .. 5


Gambar 1.2. Perkembangan lnvestasi Tahun 1998 - 2008 . . . . . . . . . .... 7
Gambar 3.1. Kerangka Analisis Pengaruh Belanja Pemerintah,
UMR, Jumlah Penduduk, dan Lumpur Lapindo
terhadap Investasi Swasta . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 31
Gambar 3.2. Kerangka Pikir Penelitian Pengaruh Belanja
Pemerintah, UMR, Jumlah Penduduk, dan Lumpur
Lapindo terhadap Investasi Swasta ..................... 32
Gambar 4.1. Investasi di Surabaya Tahun 1998 - 2008................ . 46
Gambar 4.2. Investasi di Sidoarjo Tahun 1998 - 2008................ .. 49
Gambar 4.3. Investasi di Gresik Tahun 1998- 2008................ .... 54
Gambar 4.4. Investasi di Mojokerto Tahun 1998 - 2008............... 58
Gambar 4.5. Investasi di Pasuruan Tahun 1998- 2008................ . 61
Gambar 4.6. Investasi Swasta di Daerah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62
Gambar 4.7. Belanja Pemerintah Daerah tahun 1998-2008 ........... 63
Gambar 4.8. UMR tahun 1998-2008 ... . . . . . . . . ................................... 64
Gambar 4.9. Populasi tahun 1998-2008 ......................................... 64
Gambar 4.1 0. Model yang terbentuk . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73

Xll

Universitas Indonesia
BABl
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Investasi merupakan salah satu komponen yang memegang peranan penting
dalam suatu perekonomian suatu daerah karena dengan meningkatnya investasi
berarti pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dan penyerapan tenaga kerja dapat
menjadi lebih optimal. Penanaman modal sebenamya merupakan langkah awal
dari suatu kegiatan produksi dan juga merupakan langkah awal kegiatan
pembangunan ekonomi. Sebagai upaya untuk menumbuhkan perekonomian,
setiap negara senantiasa berusaha untuk menciptakan iklim yang dapat
menggairahkan kegiatan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat
atau kalangan swasta dalam negeri, tetapi juga investor asing. Adanya nilai
investasi yang optimal diharapkan dapat membuat kondisi perekonomian di suatu
daerah semakin baik dan juga dapat menurunkan angka pengangguran. Kuncoro
(2005: 3) menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia telah mencanangkan tahun
2003 dan tahun 2004 sebagai "tahun investasi" sebagai bukti keseriusan
pemerintah untuk menambah nilai investasi. Dengan pencanangan tersebut
diharapkan dapat menarik lebih banyak investor, baik investor dalam negeri
maupun investor luar negeri, untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Investasi secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu investasi publik dan
investasi swasta. lnvestasi publik adalah investasi yang dilakukan oleh pihak
pemerintah, sedangkan investasi swasta adalah investasi yang dilakukan oleh
pihak di luar pemerintah, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang
berasal dari luar negeri.
lnvestasi yang dilaksanakan oleh pemerintah terutama untuk mendorong
penciptaan iklim usaha yang kondusif, penyediaan sarana dan prasarana, serta
pembiayaan ekonomi rakyat. Investasi pemerintah tercermin melalui anggaran dan
realisasi Belanja Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) ataupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sedangkan
investasi swasta dilaksanakan terutama untuk meningkatkan pemanfaatan sumber
daya lokal menjadi kekuatan ekonomi yang mampu menopang pertumbuhan
ekonomi, membuka kesempatan kerja, serta menunjang pendapatan daerah.

1
Universitas Indonesia
2

lnvestasi swasta secara umum dapat dibagi dua, yaitu: investasi swasta yang
berasal dari dalam negeri dan investasi swasta yang berasal dari luar negeri.
Investasi swasta yang berasal dari dalam negeri sering disebut sebagai penanaman
modal dalam negeri (PMDN). Sedangkan investasi swasta yang berasal dari luar
negeri sering disebut sebagai penanaman modal asing (PMA). PMA biasanya
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan transnasional yang memiliki kantor pusat
yang berada di negara-negara maju asalnya dan memiliki cabang atau perusahaan-
perusahaan anak yang tersebar di berbagai negara di seluruh penjuru dunia. PMA
ini biasanya langsung diwujudkan berupa pabrik, pengadaan fasilitas produksi,
pembelian mesin-mesin, dan sebagainya. Selain itu, PMA juga dapat berupa
saham, obligasi, sertifikat, dan sebagainya yang berasal dari luar negeri.
lnvestasi merupakan pengeluaran yang digunakan untuk pembelian kapital
dalam rangka meningkatkan produksi nasional. Dengan adanya investasi
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan terciptanya lapangan
kerja. Dalam tulisannya yang berjudul "dampak investasi pemerintah daerah Jawa
Barat terhadap penyerapan tenaga kerja di Propinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, dan
lainnya", Mawardi (2004) menyimpulkan bahwa kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah J awa Barat dengan menggerakkan sektor swasta untuk
berinvestasi pada sektor industri akan berdampak positif, khususnya pada sektor
industri tekstil, yang ditandai dengan meningkatnya permintaan akhir pada sektor
industri tersebut. Adanya kenaikan permintaan akhir tersebut akan menyebabkan
adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja secara merata pada semua sektor
industri, khususnya di J awa Barat.
Investasi yang dilakukan pada akhimya akan memerlukan sejumlah tenaga
kerja, sehingga investor mungkin juga akan mempertimbangkan besarnya upah
minimum yang ada pada suatu daerah tertentu dimana kegiatan investasi tersebut
dilakukan, khususnya investor yang melakukan ivestasi pada sektor industri. Upah
tenaga kerja akan mempengaruhi besamya beban investor dalam proses produksi.
Semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi, maka semakin
besar pula beban yang ditanggung oleh investor. Hal ini selanjutnya dapat juga
mempengaruhi harga jual produk. Oleh karena itu, hal ini perlu menjadi
pertimbangan pula bagi pemerintah daerah dalam menetapkan besarnya upah

Universitas Indonesia
3

minimum atas tenaga keija di daerah nya. Penetapan upah minimum yang tepat
diharapkan dapat memberikan tingkat kesejahteraan optimal bagi tenaga keija dan
juga dapat memberikan kepuasan optimal bagi para investor yang ingin
menanamkan modalnya di daerah tersebut. Pemerintah Daerah bersama dengan
pihak terkait, seperti pihak dari Serikat Buruh, secara bersama-sama
merundingkan dan memutuskan besarnya Upah Minimum Regional yang
diharapkan dapat menunjang kesejahteraan tenaga keija yang ada tanpa
mengabaikan kepentingan para pengusaha agar usaha yang ada tetap
berkelanjutan.
Tulus Tambunan (2006: 11-12) dalam tulisannya mengenai iklm investasi di
Indonesia menyatakan bahwa upah tenaga keija di Indonesia adalah upah yang
paling murah diantara negara-negara ASEAN lainnya. Sebenamya, hal itu dapat
menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk menanam modalnya di
Indonesia. Namun hal tersebut akan menjadi kurang berarti jika terdapat banyak
permasalahan di daerah tempat tujuan investasi akan dilakukan, karena total biaya
produksi akan menjadi lebih mahal akibat tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang ada itu. Untuk itu, diperlukan peran serta
pemerintah untuk tetap menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi
berlangsungnya kegiatan investasi di Indonesia.
Selain besarnya Upah Minimum Regional, jumlah penduduk yang besar
juga dapat akan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor. Hal ini disebabkan
terbukanya pasar yang lebih luas dan beragam bagi produk yang dihasilkan oleh
perusahaan, khususnya yang bergerak dalam bidang industri. Semakin besar
jumlah penduduk di suatu daerah diharapkan dapat mendorong tumbuhnya
investasi di daerah tersebut. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi sasaran
pengusaha sebagai pasar bagi produknya. Selain itu, jumlah penduduk yang besar
merupakan potensi yang baik bagi tersedianya sumber daya manusia yang juga
diperlukan dalam proses produksi. Tersedianya jumlah tenaga keija yang optimal
akan memudahkan para investor untuk lebih mengembangkan usahanya, terutama
bagi usaha padat karya. Dengan alasan inilah investor diharapkan akan lebih
tertarik untuk melakukan investasi pada daerah yang memiliki jumlah penduduk
banyak.

Universitas Indonesia
4

Hal lain yang dapat menjadi daya tarik masuknya investasi ke dalam suatu
daerah adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai bagi kelangsungan
suatu usaha. Pemerintah Daerah dapat ikut berperan serta memajukan
perekonomian di daerahnya melalui penyediaan sarana dan prasaran tersebut. Hal
ini tercermin melalui besarnya Belanja Pembangunan yang terealisasi dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setiap tahunnya. Semakin
besar Belanja Pembangunan suatu daerah diharapkan dapat memperbaiki kondisi
sarana dan prasarana yang tersedia di dalam suatu daerah sehingga dapat menjadi
suatu daya tarik bagi masuknya investasi swasta ke daerah tersebut yang pada
akhimya diharapkan dapat meningkatkan kondisi perekonomian di daerah.
Pemerintah Indonesia telah menerapkan otonomi daerah sejak tahun 2001.
Sebagai bagian dari Negara Republik Indonesia, setiap daerah otonom di
Indonesia wajib mendukung kegiatan pemerintah pusat dalam rangka untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia melalui peningkatan kondisi
perekonomian di daerah otonom masing-masing. Dalam era otonomi, daerah
diberi keleluasaan mengembangkan prakarsa dan kreativitasnya untuk menggali
potensi sumber daya guna mendukung kemampuan pembiayaan pembangunan.
Propinsi Jawa Timur, sebagai salah satu daerah otonom di Indonesia dan sebagai
propinsi terbesar kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta, juga mempunyai
kewajiban untuk turut mendukung majunya perekonomian Indonesia. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara mendorong para investor untuk melakukan investasi
di Jawa Timur.
Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Jawa Timur. Namun karena
keterbatasan yang ada, maka penelitian hanya akan dilakukan pada kota Surabaya
sebagai ibukota J awa Timur dan pada beberapa kota/kabupaten yang
berdampingan langsung dengan wilayah kota Surabaya. Selain Surabaya,
daerah/wilayah yang menjadi objek penelitian ini merupakan zona pusat (central
zone) yang berdampingan langsung dengan kota Surabaya yaitu daerah Sidoarjo,
daerah Gresik, daerah Mojokerto, dan daerah Pasuruan. Sehingga total daerah
yang akan masuk dalam daerah yang diteliti adalah sebanyak lima daerah, yaitu
Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan Pasuruan. Selanjutnya, posisi

Universitas Indonesia
5

geografis kelima daerah tersebut dapat dilihat lebih lanjut pada peta Jawa Timur
di bawah ini.

Figure 2.
East Java: Regencies and Municipalities by Geographic Zone

~ c:::l t7Zl
Western Zone

ll]]
Central Zone

Eastern Zone
Regencies and Municipalities
1 Pacitan 7 Malang 13 Probolinggo 19 Madiun
2 Ponorogo 8 Lumajang 14 Pasuruan . 20 Magetan 25 Gresik
3 Trenggalek 9 Jember 15 Sidoarjo 21 Ngawi 26 Bangkalan
4 Tulungagung 10 Banyuwangi 16 Mojokerto 22 Bojonegoro 27 Sampang
5 Blitar 11 Bondowoso 17 Jombang 23 Tuban 28 Pamekasan
6 Kediri 12 Situbondo 18 Nganjuk 24 Lamongan 29 Sumenep

Gambar 1.1. Peta Jawa Timur


Salah satu fokus J awa Timur dalam perekonomiannya adalah di bidang
industri. Hal ini ditandai dengan adanya daerah-daerah industri di beberapa
wilayah di J awa Timur, seperti sentra industri SIER di kota Surabaya dan PIER di
kabupaten Pasuruan. Selain itu, terdapat pula daerah penopang kegiatan
perekonomian bidang industri, seperti kabupaten Sidoarjo, kabupaten Gresik, dan
kabupaten Mojokerto. Pemerintah daerah Jawa Timur berupaya dari waktu ke
waktu untuk lebih mengoptimalkan nilai investasi yang ada di daerah nya dalam
rangka untuk turut mendukung perekonomian Indonesia.
Setiap daerah dituntut mampu dan aktif agar dapat meraih peluang sebesar-
besarnya untuk menarik investor melakukan investasi ke daerah nya masing-
masing. Investor, baik investor yang berasal dari dalam negeri maupun investor
yang berasal dari luar negeri, akan tertarik menanamkan modal pada suatu tempat
jika mereka merasa ada hal-hal yang dapat memberikan keuntungan timbal balik

Universitas Indonesia
6

saat mereka melakukan investasi di suatu daerah tertentu. Oleh karena itu, para
investor akan memilih daerah yang dapat mendukung kegiatan investasi yang
dilakukannya. Pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah daerah di wilayah
Jawa Timur, dapat mendorong para investor untuk melakukan investasi di Jawa
Timur dengan cara menyediakan sarana dan prasarana yang baik, salah satunya
yang tercermin dari besarnya pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah
yang tercermin di dalam realisasi pengeluaran pemerintah dalam APBD. Investor
sangat menaruh perhatian terhadap kinelja Pemerintah Daerah dalam mengelola
perekonomian di daerah nya.
Jumlah penduduk Jawa Timur yang besar dan beragam, baik usia maupun
penghasilannya, dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk
melakukan investasi di Jawa Timur. Di satu sisi, jumlah penduduk yang besar
dapat menjadi daya tarik tersendiri sebagai pasar potensial atas produk yang
dihasilkan. Di lain sisi, jumlah penduduk yang besar juga dapat menjadi sumber
potensial bagi tersedianya tenaga kelja yang sangat diperlukan untuk menunjang
proses produksi dalam dunia usaha. Oleh karena itu, selain sebagai pendukung
bagi tersedianya tenaga keija, penduduk secara keseluruhan juga dapat berfungsi
sebagai konsumen. Apalagi jika didukung dengan besarnya upah minimum
regional di wilayah Jawa Timur yang relatiflebih rendah sehingga biaya produksi
akan menjadi semakin murah.
Permasalahan yang teljadi di tempat yang menjadi tujuan investasi juga
akan mempengaruhi minat investor untuk melakukan investasi di daerah tersebut.
Permasalahan juga teljadi di daerah di Jawa Timur. Salah satunya adalah bencana
Lumpur Lapindo teljadi di kabupaten Sidoaljo sejak tahun 2006. Hal ini juga
merupakan salah satu faktor yang diindikasikan dapat mengurangi minat investor
untuk menanamkan modalnya di wilayah Jawa Timur. Infrastruktur yang telah ada
akan menjadi rusak akibat bencana ini. Hal inilah yang dirasakan dapat menjadi
salah satu penghambat bagi pertumbuhan investasi di wilayah Jawa Timur,
apalagi karena kabupaten Sidoaljo berbatasan langsung dengan kota Surabaya dan
merupakan salah satu jalan/akses alternatif bagi kabupaten lain di Jawa Timur
untuk menuju ke pelabuhan laut yang berada di Surabaya.

Universitas Indonesia
7

Dengan potensi dan resiko yang ada pada masing-masing daerah yang
berkaitan dengan tumbuhnya investasi swasta di daerah, maka nilai investasi yang
ada pada masing-masing daerah juga akan berbeda. Demikian pula halnya dengan
nilai investasi swasta yang akan berubah tiap tahun akibat adanya perubahan
besar potensi dan resiko di tiap daerah yang ada. Nilai investasi di kelima daerah
tersebut juga berubah-ubah setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS) di Surabaya, diketahui bahwa pada tahun 2008 nilai
investasi tertinggi berada pada daerah Gresik dan nilai terendah berada pada
daerah mojokerto. Lebih lanjut, hal tersebut dapat dilihat pada gambar 1.2 di
bawah ini.

12,000,000.00

10,000,000.00

<I)
8,000,000.00 -+- Surabaya
~ _._ Sidoarp
<I)
CD
> 6,000,000.00 --Gresik
-= -r- M>jokerto
..!!!
:z 4,000,000.00 ~Pasuruan

2,000,000.00

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun

Gambar 1.2. Perkembangan Investasi Swasta Tahun 1998 - 2008


Perubahan nilai investasi pada kelima daerah tersebut disebabkan oleh
banyak faktor. Pada penelitian ini, penulis akan mencoba melihat faktor yang
dapat berpengaruh terhadap perubahan nilai investasi tersebut, khususnya yang
terjadi pada perkembangan investasi di Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto,
dan Pasuruan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis
..
akan menulis tesis dengan judul "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi
Swasta pada Lima Wilayah di J awa Timur (Kabupaten Surabaya, Kabupaten
Sidoarjo, Kabupaten Gresik, Kabupaten!Kota Mojokerto, dan Kabupaten!Kota
Pasuruan)".

Universitas Indonesia
8

1.2. Perumusan Masalah


Pemerintab Daerab, dalam hal ini adalab Pemerintab Daerab di beberapa
wilayab di Jawa Timur, memiliki peranan penting untuk mendorong tumbuhnya
nilai investasi pada daerahnya masing-masing. Selain itu, jumlab penduduk yang
ada di daerab Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan Pasuruan, juga diduga
mempunyai daya tarik tersendiri bagi para investor untuk melakukan investasi di
daerab tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telab diuraikan di atas, dapat dirumuskan
beberapa masalab dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakab Belanja Pembangunan Pemerintab Daerab, upab minimum regional
riil, jumlab penduduk, dan luapan Lumpur Lapindo berpengaruh terhadap
investasi swasta di daerab Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan
Pasuruan?
2. Bagaimana arab hubungan antara Belanja Pembangunan Pemerintab Daerab,
upab minimum regional riil, jumlab penduduk, dan luapan Lumpur Lapindo
terhadap investasi swasta di daerab Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan
Pasuruan?

1.3. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menguji signifikansi dari variabel-variabel yang diduga mempengaruhi
investasi swasta di daerab Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan
Pasuruan dan mengestimasi besaran koefisien dari variabel-variabel yang
terkait.
2. Mengetabui arab hubungan antara variabel investasi swasta dengan variabel-
variabel yang diduga mempengaruhi investasi swasta di daerab Surabaya,
Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan Pasuruan.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada pemerintab,
khususnya kepada pemerintah kota Surabaya, kabupaten Sidoarjo, kabupaten
Gresik, kabupatenlkota Mojokerto, dan kabupatenlkota Pasuruan, sebagai alat

Universitas Indonesia
9

untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang pemah diterapkan sebelumnya


yang berkaitan dengan investasi di daerah masing-masing. Hasil evaluasi tersebut
dapat digunakan lebih lanjut dalam membuat keputusan untuk mempertahankan
kebijakan-kebijakan yang telah ada sebelumnya ataupun untuk menciptakan
kebijakan-kebijakan baru yang lebih baik sehingga mendorong tumbuhnya
investasi swasta.
Selain sebagai alat pelengkap untuk pengambilan keputusan, hasil dari
penelitian ini diharapkan juga dapat digunakan sebagai dasar bagi para peneliti
lain atau bagi pemerintah daerah masing-masing untuk dapat lebih
mengembangkan model yang dihasilkan dengan cara menambah variabel lain
yang diperkirakan dapat mempengaruhi investasi swasta di daerah sehingga dapat
diperoleh suatu model yang lebih dapat menjelaskan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap investasi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Unit analisis dalam penelitian ini akan dibatasi hanya pada lima
wilayah/daerah yang berada di dalam Propinsi Jawa Timur, yaitu kota Surabaya,
kabupaten Sidoarjo, kabupaten Gresik, kabupatenlkota Mojokerto, dan
kabupatenlkota Pasuruan, sehingga data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data dari kelima daerah tersebut di atas. V ariabel dependen atau variabel
bebas yang digunakan adalah investasi daerah. Sedangkan variabel-variabel
independen atau variabel terikat yang digunakan adalah realisasi belanja
Pemerintah Daerah, upah minimum regional riil, jumlah penduduk, dan luapan
Lumpur Lapindo (sebagai variabel dummy).
Data akan diolah dengan menggunakan uji regresi data panel yang
merupakan kombinasi antara deret waktu (time series) dan kerat lintang (cross
section) untuk lima wilayah selama peri ode 1998 - 2008. Data yang dipergunakan
merupakan data sekunder tahunan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa
Timur di Surabaya.

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan tesis ini terdiri dari lima bagian, yaitu:

Universitas Indonesia
10

1. Bah 1: Pendahuluan.
Bah ini merupakan hagian yang herisi uraian latar helakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang 1ingkup
penelitian, dan sistematika penulisan.
2. Bah 2: Landasan Teori.
Bah ini merupakan hagian yang herisi literatur mengenai penelitian serupa
yang dilakukan sehelumnya oleh peneliti lain dan teori yang akan digunakan
sehagai landasan hagi pemhahasan masalah dalam penelitian.
3. Bah 3: Metodologi Penelitian
Bah ini merupakan hagian yang menguraikan mengenai metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian, yang meliputi uraian mengenai kerangka
pikir konseptual, jenis dan sumher data, metode yang digunakan dalam proses
analisis data, spesifikasi model, dan hipotesa yang akan diuji.
4. Bah 4: Analisa dan Pemhahasan.
Bah ini merupakan hagian yang herisi profil daerah serta analisa dan
pemhahasan atas masalah yang ada dalam penelitian.
5. Bah 5: Kesimpulan dan Saran.
Bah ini merupakan hagian yang herisi kesimpulan atas hasil analisa dan saran
kepada pihak yang herkepentingan.

Universitas Indonesia
BAB2
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan diuraikan beberapa studi atau penelitian terdahulu yang
berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi investasi swasta. Selain
itu, bagian ini juga akan menguraikan landasan teori yang akan digunakan untuk
menjawab permasalahan yang ada dalam tesis ini.

2.1. Penelitian Sebelumnya


Sejalan dengan proses menuju desentralisasi, masing-masing daerah
diharuskan mencari altematif pembiayaan pembangunan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah maka perlu diperhatikan karakteristik daerah (baik
spesialisasi, keragaman, dan persaingan) dan perlu diperhatikan juga nilai
investasi di daerah setiap tahunnya. Melalui kegiatan investasi, diharapkan daerah
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya.
Investasi merupakan salah satu hal yang penting dalam perekonomian
sehingga banyak pihak yang telah melakukan penelitian mengenai investasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi investasi telah diuji pada beragam
wilayah/tempat. Beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan topik
tesis ini akan diuraikan lebih lanjut berikut ini.
Baotai Wang melakukan penelitian empiris di negara Canada menggunakan
data tahunan mulai tahun 1961 sampai dengan tahun 2000. Dalam paper-nya,
Wang (2004, p.502) menyimpulkan bahwa berdasarkan atas hasil empms
diketahui beberapa kategori pengeluaran pemerintah yang berkaitan dengan
expenditure on protection of person and property (gp), expenditure on debt
charges (gd), dan expenditure on services (gs) tidak berpengaruh terhadap
besamya investasi swasta di Canada. Sedangkan pengeluaran pemerintah yang
berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan atau government expenditure on
education and health (gh) menunjukkan pengaruh positif terhadap investasi
swasta; dan pengeluaran pemerintah yang berkaitan dengan kapital dan
infrastruktur atau government expenditure on capital and infrastructure (gk)
menunjukkan hubungan negatif terhadap investasi swasta.

11
Universitas Indonesia
12

Sudewa (1999) melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang


mempengaruhi investasi swasta di Indonesia. Sudewa menyimpulkan bahwa
variabel investasi publik, tingkat inflasi domestik, dan hutang luar negeri
berpengaruh positif terhadap investasi swasta di Indonesia. Sedangkan variabel
tingkat suku bunga domestik riil dan Pendapatan Domestik Bruto berpengaruh
negatif terhadap investasi swasta di Indonesia.
Menurut Sastrowardoyo (1994), variabel-variabel yang mempengaruhi
investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) secara umum adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan yang membentuk kondisi dalam negeri yang meliputi: stabilitas
politik sosial dan ekonomi; pertumbuhan ekonomi; tingkat inflasi; tingkat
suku bunga; peraturan devisa/mata uang; kualitas tenaga kerja; tersedianya
sumber daya alam dan biaya perolehan; kecukupan pembangunan prasarana
fisik (pelabuhan laut, jalan, sistem telekomunikasi dan tenaga listrik); kualitas
hidup masyarakat; tingkat penguasaan IPTEK.
2. Variabel-variabel makro yang meliputi: Produk Domestik Bruto (PDB),
tingkat resiko politik, dan nilai tukar uang (kurs dollar terhadap rupiah).
3. Sistem insentif penanaman modal yang mencakup faktor promosi yang
meliputi: fasilitas perpajakan, metode depresiasi barang modal, fasilitas dan
prosedur impor barang-barang modal dan bahan baku I bahan penunjang
produksi, proteksi perdagangan, kemudahan penggunaan tenaga kerja,
program pelatihan tenaga kerja, peraturan penanaman modal yang meliputi
batas maksimum kepemilikan saham perusahaan asing, bidang usaha yang
terbuka bagi penanaman modal asing, ketentuan lokasi pabrik. Ketentuan
barang produksi yang harus diekspor, ketentuan proses produksilkandungan
lokal, kebijaksanaan tentang alih teknologi dan kebijaksanaan tentang
ketenagakerjaan.
Selain itu, Arliani (2007) dalam thesisnya mengenai analisa faktor-faktor
yang mempengaruhi investasi di Provinsi Y ogyakarta menyatakan bahwa terdapat
empat faktor yang mempengaruhi investasi di Provinsi Y ogyakarta, yaitu Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), instalasi listrik, panjang kilometer jalan raya,
dan jumlah populasi di daerah Yogyakarta.

Universitas Indonesia
13

Sedangkan Dadang Firmansyah (2008) meneliti faktor-faktor yang


mempengaruhi investasi di Indonesia selama periode tahun 1985 sampai dengan
tahun 2004. Dadang menemukan bahwa Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan
infrastruktur tidak berpengaruh terhadap Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) di Indonesia. Disamping itu, jumlah tenaga kerja ditemukan berpengaruh
positif terhadap PMDN di Indonesia. Dadang juga memasukkan variabel dummy
Krisis Ekonomi yang terjadi sejak tahun 1998 dalam penelitiannya dan
menemukan bahwa Krisis Ekonomi berpengaruh negatif terhadap PMDN di
Indonesia.

2.2. lnvestasi
Romer (2006:386) berpendapat, there are two main reasons for studying
investment. First, the combination of.firms ' investment demand and households'
saving supply determines how much of an economy's output is invested; as a
result, investment demand is potentially important to the behavior of standards of
living over the long run. Second, nvestment is highly volatile; thus investment
demand may be important to short-run fluctuations. Secara singkat dapat
dikatakan bahwa dalam pandangan Romer, terdapat dua alasan utama perlunya
mempelajari investasi, yaitu:
1. Kombinasi permintaan investasi dari perusahaan-perusahaan dan tabungan
rumah tangga akan menentukan besamya output suatu perekonomian yang
disisihkan untuk investasi. Oleh karena itu, permintaan atas investasi
merupakan hal yang berpotensi dan sangat penting dalam menentukan standar
hidup dalamjangka panjang.
2. Investasi merupakan hal yang sangat sensitif, oleh karena itu permintaan atas
adanya suatu investasi akan menjadi hal yang penting dalam menentukan
fluktuasi ekonomi jangka pendek.
Investasi dapat diartikan sebagai pembelian atas berbagai peralatan modal,
persediaan, dan struktur bisnis. Menurut Nopirin (1996:53), investasi
didefinisikan sebagai pembelian barang modal, yakni barang yang dipakai untuk
menghasilkan barang lain. R. Dornbush & Stainley Fischer (1989:268)
menjelaskan bahwa investasi merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk

Universitas Indonesia
14

meningkatkan atau mempertahankan stok barang modal. Stok barang modal


tersebut terdiri dari barang modal berupa pabrik, mesin, kantor, dan produk tahan
lama yang digunakan untuk proses produksi.
Sementara itu, investasi dapat juga diartikan sebagai pengeluaran atau
pembelanjaan para investor atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal
dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian
(Sadono Sukimo, 1994). Selain itu, Lipsey (1995) menyebutkan bahwa investasi
adalah penyaluran sumber daya yang ada sekarang dengan mengharapkan
keuntungan di masa yang akan datang. J adi, seseorang melakukan investasi untuk
memperoleh penghasilan selama suatu jangka waktu tertentu dan untuk
menambah nilai modal yang ditempatkan.
Investasi merupakan salah satu bagian terpenting dalam pembangunan
ekonomi untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah atau
suatu negara. Peningkatan investasi tidak hanya meningkatkan permintaan agregat
seperti dalam suatu model ekonomi makro Keynes, tetapi juga mampu
meningkatkan penawaran agregat melalui pengaruhnya terhadap kapasitas
produksi. Dalam perspektif waktu yang lebih panjang, investasi akan
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output yang pada
akhimya akan dapat juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Dalam model pertumbuhan Keynes, tabungan agregat dianggap sebagai
fungsi dari pendapatan agregat, atau dapat dikatakan bahwa S = f(x). Sedangkan
rate atau tingkat tabungan agregat merupakan bagian proporsional dari tingkat
pendapatan agregat dan dirumuskan sebagai S = sY. Koefisien s mencerminkan
suatu hasrat untuk menabung (propensity to save), baik dalam arti rata-rata
(average propensity to save) maupun dalam arti marginal (marginal propensity to
save). Nilai s berkisar antara 0 dan 1, atau dapat juga dituliskan 0 < s < 1.
Salah satu model ekonomi lain yang memberikan perhatian pada peranan
investasi adalah model Harrod-Domar. Model ini merupakan pengembangan dari
model Keynes, dimana model ini mengatakan bahwa peningkatan investasi tidak
hanya meningkatkan permintaan agregat dalam jangka pendek, tetapi juga akan
meningkatkan penawaran agregat melalui penambahan stok kapital dalam jangka

Universitas Indonesia
15

panjang, dan hal ini berarti bahwa akan meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk menghasilkan output (pertumbuhan ekonomi).
Menurut Paul Samuelson dan William Nordhaus (1990), peran investasi
dalam makro ekonomi suatu negara ada dua, yaitu:
1. Investasi merupakan suatu komponen pengeluaran yang cukup besar dan
berubah-ubah. Dengan demikian, perubahan besar dalam investasi akan sangat
mempengaruhi permintaan agregat dan pada akhirnya akan berakibat juga pada
output dan kesempatan keija.;
2. Investasi menghimpun akumulasi modal. Dengan demikian, berarti akan
terhimpun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi output potensial
suatu bangsa bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang juga akan
meningkat.
Bentuk-bentuk investasi mengarah pada penggunaan modal. Penggunaan
modal yang dimaksud dapat berupa tambahan sumber daya baru atau peningkatan
sumber daya yang ada. Namun sifat terpenting dari semuanya adalah bahwa hal
tersebut melibatkan suatu trade-off antara konsumsi sekarang dan konsumsi di
masa yang akan datang, yaitu dengan cara sedikit berkorban pada saat ini untuk
memperoleh hasil yang lebih banyak di masa yang akan datang {Todaro, 1984).
Adapun yang dapat dikategorikan sebagai investasi (Sadono Sukirno, 1994)
adalah:
1. Pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin-mesin dan peralatan
produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
2. Pembelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, kantor, pabrik, dan
bangunan-bangunan lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang perusahaan yang belum teijual, berupa
barang mentah, barang yang masih dalam proses produksi, dan barang jadi.
Investor dapat diartikan sebagai pihak yang melakukan kegiatan menanam
uang atau modal; orang yang menanamkan uangnya dalam usaha dengan tujuan
mendapatkan keuntungan dari modal yang telah ditanamkan tersebut. Salah satu
pelaku I investor dalam kegiatan investasi adalah perusahaan. Perusahaan adalah
organisasi yang dikembangkan oleh seseorang atau sekumpulan orang dengan
tujuan untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa yang dibutuhkan

Universitas Indonesia
16

masyarakat (Sukimo, 1994:38). Pelaku investasi secara umum adalah pemerintah,


swasta, dan keijasama pemerintah dengan swasta. Investasi pemerintah pada
umumnya dilakukan bukan untuk mencari keuntungan, tetapi untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat (nasional) seperti jaringan jalan raya, taman-taman umum,
dan sebagainya. Investasi ini sering disebut Social Overhead Cost (SOC), namun
ada juga yang menyebutkan bahwa investasi yang timbul bukan karena adanya
pendapatan tambahan. Swasta tidak tertarik pada jenis investasi ini karena
memerlukan biaya besar dan tidak memberikan keuntungan secara langsung,
melainkan secara berangsur-angsur dalam jangka waktu lama. Swasta lebih
tertarik pada jenis investasi yang dijanjikan memperoleh laba, yang biasanya
didorong oleh adanya pertambahan pendapatan. Bila pendapatan bertambah dan
konsumsi naik, maka bertambah pula lah effective demand. Investasi yang
ditimbulkan oleh bertambahnya permintaan yang sumbemya terletak pada
penambahan pendapatan disebut induced investment (Gumpita, 2003).
Investasi dalam suatu negara dapat berasal dari pemerintah itu sendiri.
Selain berasal dari pemerintah, investasi juga dapat berasal dari pihak swasta, baik
swasta yang berasal dari dalam negeri (PMDN) maupun dari luar negeri (PMA).
lnvestasi I modal asing (PMA) dapat mengambil dua bentuk investasi (Donbursch
dan Fisher, 1992), yaitu:
1. Investasi Langsung (Direct Investment).
Pada bentuk investasi langsung, perusahaan-perusahaan asing melakukan
penanaman modal secara de facto atau de jure dan melakukan pengawasan atas
aset (aktiva) yang ditanam di negara pengimpor modal. Berbagai bentuknya antara
lain: pembentukan suatu cabang perusahaan di negara pengimpor, pembentukan
suatu perusahaan di negara pengimpor yang semata-mata dibiayai oleh perusahaan
yang terletak di negara penanam modal untuk secara khusus beroperasi di negara
lain, atau menaruh aset tetap di negara lain oleh perusahaan nasional dari negara
penanam modal.
2. Investasi Tidak Langsung (Indirect Investment)
Investasi Tidak Langsung lebih dikenal dengan istilah investasi porto folio,
yang sebagian besar terdiri atas saham yang dapat dipindahkan (yang dikeluarkan

Universitas Indonesia
17

atau yang dijamin oleh pemerintah negara pengimpor modal) atas saham atau
surat utang oleh warga dan beberapa negara lain.
Dalam melakukan suatu kegiatan investasi, para investor sudah pasti
mempertimbangkan resiko-resiko yang akan dihadapi. Diperlukan suatu
pemahaman tersendiri bagi para investor atas resiko investasi yang dihadapinya
agar investor tersebut dapat mengoptimalkan nilai atas investasi yang
dilakukannya. Ada beberapa resiko yang dihadapi oleh para investor (Boediono,
1992), yaitu antara lain:
1. Resiko Inflasi
Resiko inflasi merupakan suatu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia
dalam perekonomian dimana daya beli yang ada dalam nilai uang akan mengalami
perubahan sejalan dengan berjalannya waktu.
2. Resiko Tingkat Bunga
Resiko tingkat bunga merupaka resiko dalam investasi dimana diketahui
bahwa tingkat bunga tidak pernah stabil dan akan terus berubah secara terus
menerus.
3. Resiko Pasar
Resiko ini timbul karena harga pasar yang tidak menentu, yang dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain:
a. Pasar yang memiliki penjual dan pembeli yang sedikit dan hanya ada pada
waktu-waktu tertentu saja.
b. Ulah para investor yang bisa beralih-alih preferensinya terhadap suatu
instrumen investasi.
c. Tidak ada dana untuk melakukan investasi.
Berdasarkan Undang-Undang Nomer 1 Tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing dan Undang-Undang Nomer 6 Tahun 1968 tentang Penanaman
Modal Dalam Negeri dapat diketahui pengertian dari masing-masing jenis
penanaman modal tersebut. Penanaman Modal Dalam Negeri adalah penggunaan
modal dalam negeri bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi
pada umumnya. Penanaman modal tersebut dapat dilakukan secara langsung,
yaitu yang dilakukan oleh pemiliknya sendiri, atau secara tidak langsung, yaitu
melalui pembelian obligasi-obligasi, saham-saham, dan surat berharga lainnya

Universitas Indonesia
18

yang dilakukan oleh perusahaan, serta deposito dan tabungan yang berjangka
sekurang-kurangnya satu tahun. Sedangkan yang disebut sebagai modal asing
adalah:
a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan
devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk
pembiayaan perusahaan Indonesia.
b. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang
asing dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar negeri ke dalam wilayah
Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa
Indonesia.
c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang di atas
diperkenankan ditransfer, tetapi digunakan untuk membiayai perusahaan
Indonesia.
Pengertian Penanaman Modal Asing hanyalah meliputi penanaman modal
asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-
ketentuan undang-undang yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di
Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung resiko
dari penanaman modal tersebut.

2.3. Investasi di Daerah


Pembangunan regional atau daerah dapat diartikan sebagai pembangunan
nasional dalam skala kecil. Artinya, adanya pembangunan pada tingkat regional
akan dapat mendukung pembangunan nasional dan mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional. Penanaman modal atau investasi dalam suatu perekonomian
sangat diperlukan, baik untuk menunjang pertumbuhan ekonomi maupun untuk
perluasan tenaga kerja. Upaya untuk menarik investor agar menanamkan
modalnya di Indonesia secara intensif sudah dilakukan oleh Pemerintah (BPS,
2004:77). Hal ini dinyatakan secara eksplisit oleh Pemerintah Indonesia yang
telah mencanangkan tahun 2003 dan tahun 2004 sebagai "tahun investasi" sebagai
bukti keseriusan pemerintah untuk lebih memikirkan cara dalam meningkatkan
nilai investasi. Dengan pencanangan tersebut diharapkan dapat menarik lebih

Universitas Indonesia
19

banyak investor, baik investor dalam negeri maupun investor luar negeri, untuk
menanamkan modalnya di Indonesia (Kuncoro, 2005:3).
Siska Rahman (2006) mencuplik teori yang berasal dari website Komite
Pemantauan Pelaksana Otonomi Daerah (KPPOD) dan menyatakan bahwa daya
tarik investasi daerah dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu:
1. Faktor kelembagaan, yang terdiri dari:
a. Adanya kepastian hukum;
b. Aparatur dan pelayanan;
c. Kebijakan daerah atau peraturan daerah; dan
d. Keuangan daerah (Pendapatan dan Belanja Daerah).
2. Faktor Sosial Politik, yang terdiri dari:
a. Keamanan;
b. Sosial Politik; dan
c. Budaya Masyarakat
3. Faktor Ekonomi Daerah, yang terdiri dari:
a. Potensi ekonomi; dan
b. Struktur ekonomi.
4. Fa.l(tor Ketenagakerjaan dan Produktivitas, yang terdiri dari:
a. Ketersediaan tenaga kerja;
b. Biaya tenaga kerja, dalam hal ini adalah pedoman normatif pengupahan
yang ditetapkan pemerintah (upah minimum regional); dan
c. Produktivitas tenaga kerja.
5. Faktor Infrastruktur Fisik, yang terdiri dari:
a. Ketersediaan infrastruktur fisik; dan
b. Kualitas dan akses terhadap infrastruktur fisik.
Daerah-daerah yang memiliki potensi pasar yang rendah dengan upah
tenaga kerja yang relatif mahal tidak akan memiliki daya saing, khususnya daya
saing untuk menarik investor swasta luar negeri (PMA). Oleh karena itu,
diperlukan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk dapat memenuhi
terpenuhinya kelima faktor tersebut di atas agar investor, khususnya yang berasal
dari luar negeri, tertarik untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan
adanya otonomi daerah, diharapkan masing-masing pemerintah daerah yang ada

Universitas Indonesia
20

di Indonesia bertindak lebih aktif untuk mendukung pemerintah pusat. Sebisa


mungkin, masing-masing Pemerintah Daerah diharapkan dapat mengenali dan
menggali potensi yang ada pada daerahnya serta memperbaiki kekurangan yang
ada melalui penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan yang tepat.
Beberapa variabel yang harus diperhatikan terkait dengan faktor kebijakan
Pemerintah Daerah (BKPM, 2005) adalah sebagai berikut:
1. Perda, Pajak, Retribusi
Bagi investor, Peraturan Daerah (Perda) pajak dan retribusi yang dipungut
sebagai sumber pendapatan daerah merupakan salah satu sumber biaya ekonomi
tinggi sehingga dapat menghambat kegiatan investasi.
2. Upah Minimum
Pemerintah Daerah harus mampu mempertemukan kepentingan antara
tenaga kerja dengan investor.
3. Perizinan
Perizinan mencakup prosedur dan birokrasi penzman yang berlaku di
daerah, yang dapat diukur dari tata cara, kecepatan, dan kepastian waktu
penyelesaian. Perizinan yang cepat dan pasti, baik dari segi biaya dan waktu
penyelesaian, akan menjadi pertimbangan bagi investor.
4. Penanganan keluhan
Keberadaan instansi yang menangani keluhan investasi di daerah
mencerminkan sikap pemerintah yang responsif terhadap keluhan-keluhan
investor dan menyelesaikan permasalahan yang dihadapi secara cepat dan
profesional.
5. Informasi potensi daerah
Informasi potensi daerah yang lengkap dan mudah diakses memberikan
kemudahan bagi investor untuk membuat keputusan berinvestasi.
6. Keuangan daerah
Aspek keuangan daerah mencerminkan dinamika kebijakan keuangan,
khususnya berkaitan dengan pengelolaan dan pembiayaan, baik rutin maupun
pembangunan di daerah.
Investasi merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang dalam berbagai
bentuk selalu didasarkan pada prinsip ekonomi, yaitu untuk meraih keuntungan

Universitas Indonesia
21

sebesar-besarnya dengan menggunakan pengorbanan (modal) sekecil-kecilnya.


Oleh karena itu, keputusan para pengusaha untuk melakukan investasi selalu
didasarkan pada asumsi akan adanya harapan (ekspektasi) terciptanya keuntungan
setelah kegiatan investasi dilakukan.

2.4. Hubungan Belanja Pemerintah Daerah dan Investasi Swasta


Menurut Blanchard (2006), investasi utamanya ditentukan oleh dua faktor,
yaitu tingkat penjualan dan tingkat suku bunga. Blanchard menyatakan,
"invesment depends primarily on two factors:
1. The level of sales. Consider a firm facing an increase in sales and needing to
increase production. To do so, it may need to buy additional machines or build
and additional plant. In other words, it needs to invest. A firm facing low sales
will feel no such need and will spend a little, if anything, on investment.
2. The interest rate. Consider a firm deciding whether or not to buy a new
machine. Suppose that to buy the new machine, the firm must borrow. The
higher the interest rate, the less attractive it is to borrow and buy machine. At
a high enough interest rate, the additional profits from using the new machine
will not cover interest payments, and the new machine will not be worth
buying."
Hal tersebut di atas dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
I= I (Y, i)
( +' -)
dim ana:
I = Investasi
Y = Produksi/output
= tingkat suku bunga

Lebih lanjut, Blanchard juga menjelaskan bahwa produksi (Y) terdiri atas
beberapa beberapa faktor, dan dirumuskan sebagai berikut:

Y = C (Y- T) + I (Y,i) + G
(+, -) (+,-) (+)
dim ana:
Y = Produksi I Output
C = Konsumsi

Universitas Indonesia
22

T =Pajak
I = Investasi
1 = Tingkat suku bunga
G = Pengeluaran Pemerintah

Berdasarkan persamaan di atas, Blanchard menyatakan bahwa setiap


peningkatan output/income (Y) akan meningkatkan konsumsi (C) pada saat pajak
diabaikan, dan akan meningkatkan investasi (I) pada saat tingkat suku bunga
diabaikan. Tetapi peningkatan I dan C pada akhimya akan meningkatkan output
(Y) kembali. Atau dengan kata lain, setiap peningkatan pada konsumsi (C),
investasi (1), dan Pengeluaran Pemerintah (G) akan mendorong peningkatan
output (Y). Pada akhimya, setiap adanya peningkatan output (Y) akan
mempengaruhi investasi (I) karena salah satu faktor yang mempengaruhi investasi
adalah output/produksiljumlah pendapatan (Y).
Dalam era otonomi, Pemerintah Daerah yang tersebar di seluruh wilayah
Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung semua program
pemerintah pusat, termasuk program pemerintah yang bertujuan untuk
meningkatkan nilai investasi. Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh Pemerintah
Daerah adalah menetapkan kebijakan yang tepat dalam menyusun Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) nya.
APBD merupakan salah satu laporan pertanggungjawaban Pemerintah
Daerah yang berisi rincian pendapatan dan belanja yang digunakan dalam
mengelola perekonomian suatu daerah tertentu. Dalam kaitannya dengan menarik
investor untuk menanamkan modal di daerahnya, Pemerintah Daerah perlu
membuat kebijakan yang tepat atas belanja daerahnya, khususnya belanja yang
berhubungan dengan belanja pembangunan.
Pengeluaran pemerintah Daerah (G) secara umum dapat dibedakan menjadi
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin adalah
pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membiayai administrasi
pemerintah, pemeliharaan gedung pemerintah, membiayai fasilitas sosial untuk
keperluan penduduk. Sedangkan pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran
yang akan menambah modal sosial masyarakat, seperti jalan, pelabuhan, dan lain-
lain (Sadono Sukimo, 1981 ). Atau dengan kata lain, Pengeluaran Pembangunan

Universitas Indonesia
23

merupakan pengeluaran pemerintah yang digunakan dalam melakukan


pembangunan fisik serta pemeliharaannya yang tercermin di dalam anggaran
Belanja Pembangunan!Belanja Publik dalam APBD. Kedua jenis pengeluaran ini
secara berkesinambungan akan meningkatkan kondisi perekonomian di suatu
daerah, salah satunya akibat meningkatnya kondisi fisik di daerah tersebut.
Salah satu faktor yang dapat menjadi daya tarik investor untuk melakukan
investasi di suatu daerah adalah apabila tersedia infrastruktur yang baik dan
memadai untuk mendukung kegiatan investasi yang dilakukannya. Infrastruktur di
suatu daerah dapat menjadi lebih baik apabila ada peningkatan kualitas dan
kuantitas nya dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari adanya pengadaan
infrastruktur baru maupun pemeliharaan infrastruktur yang telah ada sebelumnya.
Iklim investasi yang kondusif salah satunya ditandai dengan ketersediaan
infrastruktur, baik kuantitas maupun kualitasnya. Pembangunan infrastruktur, baik
berupa prasarana transportasi Galan, rei kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan
udara), jaringan listrik, dan komunikasi (telepon) serta instalasi dan jaringan air
minum, sangatlah penting dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat
di suatu wilayah. Selain dibutuhkan oleh kalangan rumah tangga, prasarana
infrastruktur juga dibutuhkan oleh kalangan industri. Dengan adanya peningkatan
dalam hal prasarana infrastruktur diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Daerah dengan prasarana yang
mencukupi akan mempunyai keuntungan yang lebih besar dalam usaha untuk
menarik investor masuk ke daerahnya serta akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan daerah yang memiliki prasarana yang minim.
Ketersediaan infrastruktur yang baik dan memadai akan dapat
memperlancar semua kegiatan yang dilakukan oleh pengusaha/investor dan akan
dapat mengurangi biaya produksi dari setiap kegiatan produksinya. Hal inilah
yang dirasakan dapat menjadi faktor pendorong bagi tumbuhnya minat investor
untuk menanamkan modalnya di wilayah Indonesia.
Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran pembangunan mempengaruhi
peran investor untuk menanamkan modalnya. Dengan asumsi bahwa besamya
peranan tersebut mencerminkan pemerintah aktif dalam menyediakan sarana
infrastruktur, maka akan berpengaruh secara positif terhadap besar kecilnya

Universitas Indonesia
24

investasi di Jawa Timur, khususnya pada kelima daerah tersebut di atas. Dari
uraian di atas dapat dilihat bahwa besarnya pengeluaran pembangunan pemerintah
daerah dapat mencerminkan peran pemerintah di dalam menyediakan sarana
infrastruktur yang juga mempunyai pengaruh terhadap masuknya investasi di
Jawa Timur.

2.5. Hubungan Upah Minimum Regional dan lnvestasi Swasta


Imelda (2006) dalam tesisnya menyatakan dalam tesisnya bahwa khusus
untuk penanaman modal asing, yang menjadi daya tarik investasi menurut laporan
Working Group of the Capital Markets Consultative Group (2003) adalah:
1. Market size and growth prospects of the huouse country play an important role
in affecting investment location since foreign direct investment (FDI) in
emerging market countries is increasingly being uncertaken to service
domestic rather than to tap cheap labor.
2. Wage-adjusted productivity of labor, rather than the cost of local labor per se,
will increasingly drive efficiency-seeking investment of "footloose" firmas that
use emerging market countries as export platformas.
3. The availability of infrastructure is critical. Emerging market economies that
are best prepared to address infrastructure bottlenecks will secure greater
amount of FDI.
4. Except some sectors, tax incentives (e.g. tax holidays) do not play an important
role in determining investment although reasonable levels of taxation and the
overall stability of tax regime do.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa daerah-daerah yang
memiliki potensi pasar rendah dan dengan tingkat upah tenaga kerja yang relatif
lebih mahal, tidaklkurang memiliki daya saing, terutama daya saing internasional.
Oleh karena itu, perlu diciptakan suatu iklim investasi yang baik yang sangat
diperlukan untuk menarik investor menanamkan modalnya di daerah tersebut.
Pembangunan investasi diharapkan dapat menciptakan peluang tenaga kerja,
selain itu juga diharapkan dapat memasukkan teknologi baru di bidang industri
dan membuka peluang masuknya pasar internasional. Pemerintah Daerah juga
memiliki peran penting dalam meningkatkan nilai investasi di daerahnya, salah

Universitas Indonesia
25

satunya melalui penetapan kebijakan yang tepat mengenai Upah Minimum


Regional (UMR). Pemerintah Daerah bersama-sama dengan serikat pekerja dan
wakil dari pengusaha bersepakat untuk menetapkan besarnya UMR dalam suatu
daerah tertentu. Besarnya UMR yang diputuskan dalam Surat Keputusan (SK)
Kepala Daerah akan mempengaruhi kondisi perekonomian di daerah tersebut.
Di satu sisi, keputusan besarnya UMR yang ditetapkan akan dapat
mempengaruhi kesejahteraan para pekerja yang ada di daerah tersebut. Namun di
sisi lain, besamya UMR yang ditetapkan dapat mempengaruhi minat investor
untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut. Semakin tinggi nilai UMR yang
ditetapkan, maka biaya tenaga kerja yang harus ditanggung oleh pengusaha akan
menjadi semakin besar. Gumpita (2003: 80) menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan "biaya tenaga kerja" dalam faktor ketenagakerjaan dan produktivitas
adalah kompensasi untuk pekerja secara keseluruhan sebagai biaya yang
dikeluarkan oleh pengusaha yang biayanya merupakan upah atau gaji untuk
pekerjanya.
Perusahaan dalam melakukan investasi akan mengharapkan mendapatkan
return berupa keuntungan atau profit yang sebesar-besarnya. Secara teori, profit =
total penjualan - total biaya produksi (Profit = Total Revenue {TR) - Total Cost
{TC)). Untuk memperoleh keuntungan maksimal, maka perusahaan perlu
menghasilkan total penjualan sebesar-besamya dan total biaya produksi
seminimal mungkin. Biaya tenaga kerja merupakan salah satu komponen dari total
biaya produksi. Oleh karena itu, perusahaan akan lebih memilih tingkat upah
tenaga kerja yang optimal, artinya bahwa upah tenaga kerja dapat ditekan
seminimal mungkin tanpa mengurangi produktifitas dari para pekerjanya. Karena
apabila upah yang kecil sampai mempengaruhi produktifitas para pekerjanya,
maka output yang dihasilkan oleh perusahaan juga tidak bisa maksimal. Biaya
tenaga kerja yang besar akan mengakibatkan biaya produksi yang ditanggung oleh
pengusaha I investor juga semakin besar. Hal inilah yang dapat mempengaruhi
besar atau kecilnya minat investor untuk menanamkan modalnya di suatu daerah
tertentu.
Oleh karena itu, Pemerintah Daerah sebagai salah satu pihak yang terlibat
dalam penetapan upah minimum regional (UMR) harus berupaya sebaik mungkin

Universitas Indonesia
26

dalam membuat kebijakan mengenai UMR agar nilai UMR tersebut bisa menarik
sebanyak mungkin investor untuk melakukan penanaman modal di daerah nya
tanpa perlu mengorbankan kesejahteraan tenaga keija yang ada.

2.6. Hubungan Jumlah Penduduk dan Investasi Swasta


Investor Swasta akan lebih tertarik untuk menanamkan modalnya di suatu
daerah jika investor tersebut melihat bahwa terdapat hal-hal yang dapat
memberikan mereka keuntungan ataupun potensi untuk adanya keuntungan
apabila kegiatan investasi dilakukan di daerah tersebut. Semua kegiatan investasi
merupakan kegiatan produksi, yaitu dengan melakukan pengolahan potensi
ekonomi yang ada menjadi suatu kekuatan ekonomi yang nyata. Kegiatan
investasi akan mencari suatu tempat yang memiliki sumber daya yang potensial,
baik berupa sumber daya alam maupun faktor-faktor produksi lainnya yang dapat
diperoleh dengan biaya sekecil-kecilnya. Dalam teori ekonomi klasik terdapat tiga
faktor produksi, yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja. Pada era modem, tanah
dapat dikategorikan sebagai sumber daya alam, modal dan teknologi
dikategorikan sebagai sumber daya buatan, dan tenaga keija dikategorikan sebagai
sumber daya manusia.
Pemyataan Imelda (2006) di atas dalam poin pertama menyatakan bahwa
khusus untuk penanaman modal asing, yang menjadi daya tarik investasi menurut
laporan Working Group of the Capital Markets Consultative Group (2003) adalah:
Market size and growth prospects of the huouse country play an important role in
affecting investment location since foreign direct investment (FD/) in emerging
market countries is increasingly being uncertaken to service domestic rather than
to tap cheap labor. Sehingga dapat dikatakan bahwa ukuran pasar, yang salah
satunya dicerminkan oleh jumlah penduduknya, dapat mempengaruhi tumbuhnya
investasi dalam suatu daerah, khususnya untuk penanaman modal asing.
Jumlah penduduk merupakan faktor yang dapat mempengaruhi investasi,
baik penduduk dari sisi sumber tenaga kerja maupun penduduk dari sisi sumber
pasar yang potensial. Salah satu yang berhubungan dengan potensi keuntungan
adalah tersedianya pasar yang cukup bagi produk yang dihasilkan, khususnya bagi
investor yang bergerak di bidang industri. Jumlah penduduk yang besar dan

Universitas Indonesia
27

beragam dapat menjadi daya tarik terseendiri bagi investor, khususnya investor
swasta. Jumlah penduduk yang besar merupakan pasar potensial yang tepat
sebagai sasaran I pasar bagi produk yang dihasilkan sehingga ukuran pasar
domestik nya atau domestic market size akan bertambah. Semakin besar domestic
market size dapat diartikan semakin bertambahnya permintaan akan produk yang
dihasilkan oleh pengusaha, yang mengindikasikan bahwa barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh masyarakat untuk diproduksi menjadi lebih banyak.
Berdasarkan teori yang ada, faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan
output salah satu nya adalah konsumsi (C). Dengan meningkatnya konsumsi,
maka permintaan akan suatu barang juga dipastikan meningkat. Dengan
meningkatnya permintaan, maka diperlukan lebih banyak produksi dan dengan
demikian akan memerlukan tambahan mesin dan faktor-faktor produksi lainnya.
Penambahan kemampuan perusahaan untuk melakukan produksi dapat dilakukan
melalui peningkatan investasi dengan melakukan ekspansi melalui penambahan
kapasitas mesin. Selain itu, hal tersebut juga akan mengakibatkan penambahan
permintaan akan tenaga kerja, yang salah satu sumber tenaga kerja paling
potensial adalah penduduk dalam daerah tersebut.

2.7. Hubungan Lumpur Lapindo dan lnvestasi Swasta


Pada uraian mengenai kelima faktor yang mempengaruhi daya tarik
investasi daerah di atas, salah satu faktor yang juga memiliki peran penting untuk
menaikkan daya tarik suatu daerah di mata investor adalah faktor keamanan.
Gumpita (2003 :78) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan "keamanan" dalam
faktor sosial politik adalah suatu situasi keamanan di daerah yang mempengaruhi
kegiatan usaha, investasi, yang dapat mendukung atau menghambat aktivitas
usaha/investasi dan jaminan keselamatan, jiwa maupun harta. Kondisi keamanan
antara lain mencakup gangguan keamanan terhadap dunia usaha maupun terhadap
lingkungan masyarakat di sekitar tempat usaha.
Salah satu contoh yang termasuk dalam kategori faktor keamanan adalah
luapan Lumpur Lapindo. Luapan Lumpur Lapindo merupakan suatu peristiwa
luapan lumpur yang terjadi di kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa Timur sejak
tanggal 29 Mei 2006. Menurut Bank Indonesia (2007) dalam laporan Evaluasi

Universitas Indonesia
28

Perkembangan Ekonomi, Perbankan, dan Sistem Pembayaran Jawa Timur


Triwulan IV-2006, peristiwa luapan Lumpur Lapindo dikatakan menimbulkan
dampak sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Sidoarjo khususnya
maupun Jawa Timur pada umumnya. Bagi Bank Indonesia, peristiwa luapan
lumpur tersebut memberikan dampak terhadap tiga bidang tugas utama Bank
Indonesia, yaitu: bidang Ekonomi dan Moneter, bidang Perbankan, dan bidang
Sistem Pembayaran. Menghadapi kendala tersebut, Bank Indonesia Surabaya
telah melakukan langkah-langkah antisipasi dampak luapan lumpur dengan cara
melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah dan Instansi terkait.
Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo atau Lumpur Sidoarjo
(Lusi) merupakan peristiwa menyembumya lumpur panas di lokasi pengeboran
PT Lapindo Brantas di desa Renokenongo, kecamatan Porong, kabupaten Sidoaro,
Jawa Timur sejak tanggal 27 mei 2006. Semburan lumpur panas menyebabkan
tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga
kecamatan di sekitamya, serta pada awal texjadinya bencana ini mempengaruhi
aktivitas perekonomian di Jawa Timur, khususnya di kabupaten Sidoarjo. Lokasi
semburan lumpur ini berada di Porong, yakni di kecamatan di bagian selatan
Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan
dengan kecamatan Gempol (kabupaten pasuruan) di sebelah selatan. Selain itu
diketahui juga bahwa lokasi lumpur Lapindo ini merupakan kawasan pemukiman
dan di sekitamya merupakan salah satu kawasan industri utama di Sidoarjo.
Pada awalnya lumpur Lapindo hanya menggenangi empat desa dengan
ketinggian lumpur sekitar enam meter. Sampai dengan bulan Agustus 2006,
luapan lumpur Lapindo telah menggenangi lebih dari dua belas desa di tiga
kecamatan. Total warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan
25.000 jiwa mengungsi. Selain itu, terdapat 10.426 unit rumah terendam lumpur
dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur. Sekitar 30 pabrik yang tergenang
terpaksa meghentikan aktivitas produksi akibat terkena dampak lumpur Lapindo
ini. Selain itu, ruas jalan tol Surabaya-Gempol juga sempat ditutup semen tara.
Luapan lumpur Lapindo merupakan kasus/bencana yang texjadi pada
pertengahan tahun 2006 di kabupaten Sidoarjo. Luapan lumpur Lapindo telah
mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya di kabupaten

Universitas Indonesia
29

Sidoarjo, terutama dalam bidang properti. Luapan lumpur Lapindo telah


menyebabkan beberapa orang penduduknya berpindah tempat tinggal karena
tempat tinggalnya yang lama telah terkena langsung efek lumpur Lapindo dan
sebagian dari penduduk lainnya di kabupaten Sidoarjo berpindah tempat tinggal
dengan tujuan untuk menjauhi area yang diperkirakan akan terkena imbas lumpur
Lapindo ini dalam beberapa waktu mendatang. Apalagi penanganan pemerintah,
baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, dirasakan masih kurang
serius. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa lumpur Lapindo masih terus
meluap sampai dengan pertengahan tahun 2010. Akibatnya, banyak pengembang
perumahan yang harus kehilangan potensi untuk mengembangkan usahanya di
daerah kabupaten Sidoarjo. Selain itu, beberapa perusahaan yang berada di dekat
lokasi lumpur Lapindo juga harus menghentikan usaha nya di daerah ini.
Meskipun Pemerintah Daerah bersama dengan Instansi terkait lainnya sudah
melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasi dampak atas luapan Lumpur
Lapindo tersebut, namun sampai saat ini bencana tersebut masih belum bisa
dihentikan sehingga dapat mempengaruhi kondisi perekonomian di kabupaten
Sidoarjo khususnya dan Jawa Timur pada umumnya. Hal ini dapat menjadi
pertimbangan bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Jawa Timur.

Universitas Indonesia
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pikir Konseptual

Investasi merupakan salah salah satu faktor yang dapat menjadi pendukung
pertumbuhan ekonomi. Untuk menjaga kelanjutan pertumbuhan agar
perekonomian dapat berkembang dalam jangka panjang, maka diperlukan
investasi-investasi baru. Semakin meningkatnya investasi dapat berarti semakin
berkembangnya produksi untuk menciptakan barang dan jasa. Dengan demikian,
investasi yang lebih produktif akan menciptakan lapangan pekerjaan yang dapat
mengurangi angka kemiskinan dan tingkat pengangguran serta akan berimplikasi
pada terciptanya pertumbuhan ekonomi yang baik. Oleh karena itu, perlu
dipikirkan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan daya
tarik suatu daerah agar dapat menjadi tempat tujuan para investor untuk
menanamkan modalnya.
Daya tarik investasi suatu daerah tidak akan terjadi dengan sendirinya.
Pembentukan daya tarik investasi suatu daerah akan berlangsung secara terus
menerus dari waktu ke waktu dan akan dipengaruhi oleh banyak aspek. Secara
umum, investasi yang masuk ke suatu daerah membutuhkan adanya iklim yang
sehat dan kondusif guna mendukung aktivitas bisnis. Iklim investasi daerah juga
dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi daerah yang bersangkutan. Kondisi
inilah yang mampu menggerakkan sektor swasta untuk ikut serta dalam
menggerakkan roda perekonomian.
Banyak hal yang dapat menjadi pendorong bagi terciptanya suatu investasi
baru dalam suatu daerah tertentu. Penelitian ini akan menggunakan empat faktor
yang diindikasikan dapat mempengaruhi peningkatan jumlah investasi swasta
yang ada dalam suatu daerah tertentu. Kebijakan Pemerintah Daerah dalam
menetapkan jumlah anggaran belanja pembangunan dan dalam menetapkan nilai
upah minimum regional akan mempengaruhi minat investor untuk berinvestasi.
Jumlah penduduk yang besar di suatu daerah juga dapat menjadi daya tarik
tersendiri untuk masuknya investasi di suatu daerah. Selain itu, Pemerintah

30
Universitas Indonesia
31

Daerah juga seharusnya cepat tanggap dalam mengatasi hal-hal yang dianggap
dapat mengganggu kelancaran jalannya perekonomian di daerahnya.
Secara singkat, hal tersebut dapat dilihat dalam gambar 3.1 di bawah ini.

I INVESTAS! SWASTA
I

FAKTOR-FAK.TOR YANG
MEMPENGARUHI INVESTASI
DIDAERAH

BELANJA
PEMERINTAH
t I
JUMLAH
PENDUDUK.
I
LUMPUR
I
I UMRRiil
I
LAP INDO

Gambar 3.1. Kerangka Analisis Pengaruh Belanja Pemerintah, UMR Riil, Jumlah
Penduduk, dan Lumpur Lapindo terhadap Investasi Swasta
Disamping itu, dalam penelitian ini diperlukan adanya kerangka pikir
penelitian agar dapat terlihat dengan jelas hal-hal yang akan dilakukan dalam
penelitian ini. Kerangka pikir penelitian ini akan dituangkan dalam gambar 3.2 di
bawah ini.

Universitas Indonesia
32

Pengaruh Belanja Pemerintah, UMR Riil,


Jumlah Penduduk, dan Lumpur Lapindo
terhadap lnvestasi Swasta

~
PERMASALAHAN:
I. Apakah Belanja Pemerintah Daerah, upah minimum regional (UMR) riil, jumlah penduduk,
luapan Lumpur Lapindo berpengaruh terhadap investasi swasta di kota Surabaya, kabupaten
Sidorujo, kabupaten Gresik, kabupaten/kota Mojokerto, dan kabupatenlkota Pasuruan?
2. Bagaimana arah hubungan antara Belanja Pemerintah Daerah, upah minimum regional, jumlah
penduduk, dan luapan Lumpur Lapindo terhadap investasi swasta di kota Surabaya, kabupaten
Sidorujo, kabupaten Gresik, kabupaten/kota Mojokerto, dan kabupaten/kota Pasuruan?

~
TUJUAN PENELITIAN:
I. Menguji signifikansi variabel-variabel yang mempengaruhi investasi swasta di kota Surabaya,
kabupaten Sidorujo, kabupaten Gresik, kabupatenlkota Mojokerto, dan kabupatenlkota Pasuruan
dan mengestimasi besaran koefisien dari variabel-variabel yang terkait.
2. Mengetahui arah hubungan antara variabel investasi swasta dengan variabel-variabel yang
mempengaruhi investasi swasta di kota Surabaya, kabupaten Sidorujo, kabupaten Gresik,
kabupatenlkota Mojokerto, dan kabupatenlkota Pasuruan.

~
HIPOTESA:
I. Belanja Pemerintah Daerah berpengaruh positif terhadap Investasi Swasta di kota Surabaya,
kabupaten Sidorujo, kabupaten Gresik, kabupatenlkota Mojokerto, dan kabupatenlkota Pasuruan.
2. UMR Riil berpengaruh negatif terhadap Investasi Swasta di kota Surabaya, kabupaten Sidoatjo,
kabupaten Gresik, kabupatenlkota Mojokerto, dan kabupatenlkota Pasuruan.
3. Jumlah Penduduk berpengaruh positif terhadap Investasi Swasta di kota Surabaya, kabupaten
Sidorujo, kabupaten Gresik, kabupatenlkota Mojokerto, dan kabupatenlkota Pasuruan.
4. Luapan Lumpur Lapindo berpengaruh negatif terhadap Investasi Swasta di kota Surabaya,
kabupaten Sidoatjo, kabupaten Gresik, kabupatenlkota Mojokerto, dan kabupatenlkota Pasuruan.

~
DATA YANGDIGUNAKAN:
I. Investasi Swasta (PMA dan PMDN) kota Surabaya, kabupaten Sidoarjo, kabupaten Gresik, kabupaten!kota
Mojokerto, dan kabupaten!kota Pasuruan tahun 1998-2008.
2. Belanja Pemerintah Daerah kota Surabaya, kabupaten Sidoarjo, kabupaten Gresik, kabupaten!kota Mojokerto,
dan kabupaten!kota Pasuruan tahun 1998-2008.
3. Upah Minimum Regional (UMR) Riil kota Surabaya, kabupaten Sidoarjo, kabupaten Gresik, kabupaten!kota
Mojokerto, dan kabupaten!kota Pasuruan tahun 1998-2008.
4. Data mengenai terjadinya kasus Lumpur Lapindo, yaitu pada bulan Oktober 2006.

~
V ARIABEL YANG DIGUNAKAN:
I. Variabel Dependen: Investasi Swasta (PMA dan PMDN)
2. Variabel Independen:
a. Belanja Pemerintah Daerah
b. Upah Minimum Regional Riil
c. Jumlah Penduduk
d. Dummy Variabelluapan Lumpur Lapindo

Gambar 3.2. Kerangka Pikir Penelitian Pengaruh Belanja Pemerintah, UMR Riil,
Jumlah Penduduk, dan Lumpur Lapindo terhadap Investasi Swasta

Universitas Indonesia
33

3.2. Jenis dan Sumber Data


Penelitian ini akan menggunakan data atas kota Surabaya, kabupaten
Sidomjo, kabupaten Gresik, kabupaten/kota Mojokerto, dan kabupaten/kota
Pasuruan selama sebelas tahun, mulai dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2008.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Jawa Timur di Surabaya. Rincian data yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Data Investasi Swasta yang terdiri dari: data Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) kota Surabaya, kabupaten
Sidoajo, kabupaten Gresik, kabupaten/kota Mojokerto, dan kabupaten/kota
Pasuruan tahun 1998-2008.
2. Data Jumlah Penduduk kota Surabaya, kabupaten Sidoajo, kabupaten Gresik,
kabupaten/kota Mojokerto, dan kabupaten/kota Pasuruan tahun 1998-2008.
3. Data Upah Minimum Regional (UMR) Riil kota Surabaya, kabupaten Sidoajo,
kabupaten Gresik, kabupaten/kota Mojokerto, dan kabupaten/kota Pasuruan
tahun 1998-2008.
4. Data APBD kota Surabaya, kabupaten Sidoajo, kabupaten Gresik,
kabupaten/kota Mojokerto, dan kabupaten/kota Pasuruan tahun 1998-2008.
5. Dummy Variabelluapan Lumpur Lapindo yang terjadi pada tahun 2006

3.3. Metode Analisis


Untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka
peneliti harus menentukan terlebih dahulu metode analisis yang akan digunakan
dalam rangka membentuk model bagi pemecahan masalah tersebut. Setelah
terbentuk model, maka model yang terbentuk harus diuji terlebih dahulu sebelum
digunakan sebagai alat dalam pengambilan keputusan atau kebijakan.
3.3.1. Pemodelan dengan Menggunakan Data Panel
Penelitian ini akan mencari model yang tepat untuk permasalahan yang ada
dengan menggunakan data panel. Sebelum membahas mengenai data panel,
terlebih dahulu perlu diketahui tentang data cross section dan time series. Data
cross section merupakan data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap

Universitas Indonesia
34

banyak: individu. Sedangkan data time series merupak:an data yang dikumpulkan
dari wak:tu ke wak:tu terhadap suatu individu.
Dalam suatu penelitian, ada kalanya seorang peneliti tidak: dapat melak:ukan
analisis hanya dengan menggunak:an data time series maupun data cross section
saja. Oleh karena itu, data panel digunak:an dalam suatu penelitian. Data yang
menggabungkan antara data cross section dan time series disebut dengan data
panel. Sehingga data panel dapat diartikan sebagai data yang dikumpulkan dari
wak:tu ke wak:tu terhadap banyak: individu. Data Panel atau Panel data memiliki
banyak: nama lain. Gujarati (2003:636) menyatakan "there are other names for
panel data such as pooled data (pooling of time series and cross-sectional
observations), combination of time series and cross-section data, micropanel
data, longitudinal data (a study over time of a variabel or group of subjects),
event history analysis (e.g., studying the movementover time of subjects through
successive states or conditions), cohort analysis (e.g., following the career path of
1965 graduates of a business school). " Bagaimanapun juga, data kombinasi
antara data cross-section dan data time series pada umumnya disebut sebagai Data
Panel.
Karena data panel merupak:an gabungan dari data cross section dan data
time series, mak:a jumlah pengamatan menjadi sangat banyak. Hal ini merupak:an
keuntungan bagi peneliti karena datanya menjadi banyak:, tetapi model yang
menggunak:an data panel menjadi lebih kompleks karena parametemya menjadi
banyak. Oleh karena itu, diperlukan teknik tersendiri dalam mengatasi model yang
menggunak:an data panel (Nachrowi, 2006). Mengingat data panel merupak:an
gabungan dari data cross section dan data time series, mak:a modelnya dituliskan
sebagai berikut:

i=l,2,3, ........... N t=l,2,3, ...........T

dimana:
N = banyaknya observasi
T = banyaknya wak:tu
NxT = banyaknya data panel

Universitas Indonesia
35

Lebih lanjut, Nachrowi (2006:311) menyatakan bahwa untuk mengestimasi


parameter model dengan data panel, terdapat beberapa teknik yang ditawarkan,
yaitu:
1. Ordinary Least Square (OLS)
Sebelum membuat regresi dengan menggunakan data panel, kita terlebih
dahulu harus menggabungkan data cross section dan data time series sehingga
menjadi pool data. Kemudian data gabungan ini diperlakukan sebagai satu
kesatuan pengamatan yang digunakan untuk mengestimasi model dengan
menggunakan metode OLS. Tetapi, dengan menggabungkan data maka kita tidak
dapat melihat perbedaan, baik antar individu maupun antar waktu. Dengan
menggunakan teknik OLS, terlihat bahwa baik intercept maupun slope tidak
berubah, baik antar individu maupun antar waktu. Padahal hal tersebut kadang
kala kurang tepat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka dapat digunakan
teknik model Efek Tetap (Fixed Effect) dan model Efek Random (Random Effect).
2. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Adanya variabel-variabel yang tidak semuanya masuk dalam persamaan
model memungkinkan adanya intercept yang tidak konstan. Atau dengan kata
lain, intercept ini mungkin berubah untuk setiap individu dan waktu atau dengan
kata lain a tidak akan konstan. Dengan menggunakan metode Efek Tetap, kita
dapat mengatasi permasalahan akibat adanya perubahan a pada setiap i dan t. Hal
inilah yang menjadi dasar pemikiran pembentukan model Efek Tetap.
3. Model Efek Random (Random Effect)
Apabila dalam model Efek Tetap perbedaan antar individu dan atau waktu
dicerminkan lewat intercept, maka pada Model Efek Random, perbedaan tersebut
diakomodasi lewat error. Teknik ini juga memperhitungkan bahwa error mungkin
berkorelasi sepanjang time series dan cross section.
3.3.2. Spesiflkasi Model
Secara umum, tahapan metodologi terdiri atas enam tahapan. Pertama,
dengan mengacu pada teori, kita mengajukan suatu hipotesis atau pertanyaan.
Kedua, untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis yang diajukan pada tahap
pertama, kita mengajukan model ekonometri yang dapat digunakan untuk
mengetes hipotesis tersebut. Ketiga, setelah modelnya sudah terbentuk, maka

Universitas Indonesia
36

parameter dari model tersebut diestimasi dengan suatu software komputer.


Keempat, basil dari estimasi parameter tersebut perlu diverifikasi terlebib dahulu
untuk melibat apakah basilnya sudah sesuai dengan model atau tidak. Kelima, jika
dari basil verifikasi mengatakan bahwa model yang telah ter-estimasi sudah layak,
maka model tersebut dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan atau
memprediksi nilai suatu variabel. Keenam, prediksi tersebut dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan atau suatu
kebijakan.
Model adalah suatu penjelasan dari fenomena aktual sebagai suatu sistem
atau proses yang sistematis. Dalam merancang model, yang dilakukan adalah
membuat estimasi model, kemudian dianalisis secara teoritis dan ekonomi, dan
melibat bubungan antara variabel-variabel independent (variabel bebas) dengan
variabel dependen (variabel terikat).
Investasi swasta di daerah dalam penelitian ini diduga dipengarubi oleb
belanja pemerintah daerah, upah minimum regional, jumlah penduduk, dan luapan
Lumpur Lapindo. Variabel dependen (variabel terikat) yang digunakan adalah
investasi daerah. Sedangkan variabel-variabel independent (variabel bebas) yang
digunakan adalah realisasi belanja Pemerintah Daerah. upah minimum regional
riil, jumlah penduduk dan dummy luapan Lumpur Lapindo.
Data akan diolah dengan menggunakan uji regresi data panel yang
merupakan kombinasi antara deret waktu (time series) dan kerat lintang (cross
section) untuk lima wilayah selama periode 1998 - 2008. Kelima wilayab tersebut
berada di Propinsi Jawa Timur, yaitu: kota Surabaya, kabupaten Sidoarjo,
kabupaten Gresik, kabupaten Mojokerto, dan kabupaten Pasuruan. Dengan
demikian, formulasi model yang dibangun dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

INVEST= f(BPEM, UMRRIIL, POP, LAP) ....................... ................. (3.1)

INVESTi,t =a+ ~~ BPEMi,t + ~2 UMRRIILi,t + ~3 POPi,t + ~4 LAPi,t + e ....... (3.2)


Kemudian, model ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma agar
menjadi suatu bentuk persamaan linier sebingga dapat diperoleb angka

Universitas Indonesia
37

elastisitasnya. Dengan demikian formulasi model dengan menggunakan regresi


data panel adalah sebagai berikut:

Penjelasan:

1. ~o intersep
2. ~~ + ~2 + ~3 + ~4 = parameter dari masing-masing variabel yang akan diuji
3. = 1,2,3, ....... , N ( N = 5 kota I kabupaten di Jawa Timur)
4. t = 1,2,3, ....... , T ( T = 11, yaitu jumlah tahun observasi mulai
tahun 1998 sampai dengan tahun 2008)
5. INVEST = Investasi swasta, yaitu seluruh nilai pembelian atas barang
modal. Investasi dilakukan dengan motif memperoleh
keuntungan bersih dari investasi tersebut. Data investasi
yang digunakan adalah data PMA dan PMDN.
6. BPEM Belanja Pemerintah, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh
Pemerintah daerah untuk membiayai pembangunan yang
ada di daerahnya.
7. UMRRIIL = Upah Minimum Regional Riil, yaitu standar upah minimum
yang dibayarkan kepada pekerja yang besarannya
ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Daerah masing-
masing daerah dibagi dengan Indeks Harga Konsumen
(IHK).
8. POP Jumlah Penduduk, merupakan jumlah total populasi pada
suatu daerah.
9. LAP = variabel dummy, yaitu adanya luapan Lumpur Lapindo
yang terjadi sejak tahun 2006 dan sampai saat ini masih
terns terjadi.
10.s = error
3.3.3. Pengujian Signifikansi Secara Statistik
Model yang terbentuk perlu dilakukan pengujian secara statistik untuk
melihat signifikansinya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui uji hipotesis. Uji

Universitas Indonesia
38

hipotesis herguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefisien regresi yang
diperoleh adalah signifikan atau tidak. Yang dimaksud dengan signifikan adalah
suatu nilai koefisien regresi yang secara statistik tidak sama dengan nol. Jika
koefisien slope sama dengan nol, herarti dapat dikatakan hahwa tidak cukup hukti
untuk menyatakan hahwa variahel hehas mempunyai pengaruh terhadap variahel
terikat.
Untuk kepentingan tersehut, maka semua koefisien regresi harus diuji. Ada
dua jenis uji hipotesis terhadap koefisien regresi yang dapat dilakukan, yaitu uji F
dan uji T. Uji F digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara
hersama-sama. Sedangkan uji T dilakukan untuk menguji koefisien regresi,
termasuk intercept secara individu. Selain itu, perlu dilakukan juga pengujian atas
koefisien determinasi dari model yang ada yang dinotasikan dengan R2 dan juga
uji lainnya yang merupakan alat uji dalam ekonometri.
Faktor-faktor yang diidentifikasi sehagai daya tarik daerah yang dapat
mengundang investor untuk melakukan penanaman modal di daerah adalah
hesarnya helanja pemerintah daerah untuk memhiayai pemhangunan di daerah,
upah minimum regional riil, jumlah penduduk, dan adanya luapan Lumpur
Lapindo yang terjadi di kahupaten Sidoarjo. Pengujian signifikansi masmg-
masing variahel independen harus dilakukan untuk menguji apakah suatu variahel
independen cukup mempunyai pengaruh terhadap variahel dependen atau tidak.
Untuk kepentingan tersehut, maka semua koefisien regresi harus diuji.
3.3.3.1. Uji R 1
Koefisien Determinasi (Goodness of Fit), yang dinotasikan dengan R2,
merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi, karena dapat
menginformasikan haik atau tidaknya model regresi yang ter-estimasi. Atau
dengan kata lain, angka tersehut dapat mengukur seherapa dekatkah garis regresi
yang ter-estimasi dengan data yang sesungguhnya.
Nilai Koefisien Determinasi (R2) ini mencerminkan seherapa hesar variasi
dari variahel terikat Y dapat diterangkan oleh variahel hehas X. Apahila Koefisien
Determinasi sama dengan 0 (R2= 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan
oleh X sama sekali. Sementara hila R2= 1, artinya variasi dari Y secara
keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain, hila R2=1, maka semua

Universitas Indonesia
39

titik pengamatan berada tepat pada garis regresi. Dengan demikian, baik atau
buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2-nya yang mempunyai nilai
antara nol dan satu ( 0 ::S R2 ::S 1 ).
Koefisien Determinasi dengan nilai 0 ::S R2 ::S 1 merupakan cara untuk
menghitung tingkat keberhasilan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Apabila nilai R2 semakin besar maka semakin kuat model dapat
menerangkan variasi variabel dependen. Tetapi, meskipun nilai R2 kecil, model
dapat dinyatakan baik hila regresinya telah memenuhi semua prosedur yang benar.
3.3.3.2. Uji F (Chow Test)
Uji F (Chow test) digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara
bersama-sama/simultan. Dengan demikian, hipotesa dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

Ho : ~o = ~~ = ~2 = ~3 = ~4 = 0
H1 : ~o, ~~. ~2, ~3, ~4 f:. 0 (atau, minimal terdapat satu slope yang f:. 0)

Uji F dilakukan dengan cara membandingkan F hitung I statistik dan F


tabel. Jika F statistik > F table, maka tolak Ho atau dengan kata lain bahwa paling
tidak ada satu slope regresi yang signifikan secara statistik (Nachrowi, 2006).
3.3.3.3. Uji t
Setelah melakukan uji koefisien secara keseluruhan, maka langkah
selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu, dengan
menggunakan uji t. Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi, termasuk
intercept secara individu, dengan indikator bahwa apabila ltl statistik > ltl tabel
maka Ho ditolak dan terima H1, atau bisa dilakukan dengan indikator probability
value yang dibandingkan dengan nilai a, dengan indikator bahwa apabila nilai a >
probability value, maka Ho ditolak dan demikian juga sebaliknya. Uji tingkat
kepercayaan untuk masing-masing variabel independen dilakukan pada tingkat
kepercayaan 1 %, 5 %, dan 10 %. Jika signifikan, maka variabel independen
mempuyai pengaruh positif atau negatif terhadap variabel dependen. Penentuan
nilai t hi tung adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia
40

~i
t = -------------

S(~i)

dimana:
~i = Parameter atas variabel bebas yang diestimasi
S(~ i) = Standart error atas variabel bebas yang diuji.

Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa uji t dilakukan untuk melihat
pengaruh satu variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat dengan
menganggap variabel bebas lain konstan. Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : ~1 = 0 ; berarti tidak ada pengaruh sama sekali dari X1 (variabel bebas)


terhadap variabel terikatnya.
H1 ~~ f. 0 ; berarti ada pengaruh X1 (variabel bebas) terhadap variabel
terikatnya, dimana ~1 merupakan koefisien variabel bebas
tersebut.
3.3.4. Uji hipotesis

Untuk pengujian hipotesis selengkapnya dapat dirumuskan seperti uraian di


bawah ini:

1. Belanja Pemerintah Daerah, dalam hal ini adalah belanja pemerintah daerah
yang digunakan untuk membiayai pembangunan yang dilaksanakan dalam
daerah, yang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disebut
sebagai Belanja Modal atau Belanja Pembangunan. Belanja Pemerintah Daerah
pada kelima daerah yang diteliti diduga signifikan dan berpengaruh positif
terhadap Investasi Swasta di kota Surabaya, kabupaten Sidomjo, kabupaten
Gresik, kabupaten Mojokerto, dan kabupaten Pasuruan. Artinya, semakin besar
belanja pembangunan pemerintah daerah akan semakin mendorong investor
untuk melakukan penanaman modal di daerah tersebut.

Ho : ~~ = 0, artinya BPEM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai


investasi swasta.

Universitas Indonesia
41

H1 P1 =1- 0, artinya BPEM berpengaruh secara signifikan terhadap nilai


investasi swasta.

2. Upah Minimum Regional (UMR) Riil diduga berpengaruh negatif terhadap


Investasi Swasta di kota Surabaya, kabupaten Sidoarjo, kabupaten Gresik,
kabupaten Mojokerto, dan kabupaten Pasuruan. Artinya, semakin tinggi upah
minimum regional riil yang ditetapkan dalam suatu daerah akan mengurangi
minat investor untuk melakukan penanaman modal di daerah tersebut.

Ho : P2 = 0, artinya UMR Riil tidak berpengaruh secara signifikan terhadap


nilai investasi swasta.
H1 : P2 =1- 0, artinya UMR Riil berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
investasi swasta.

3. Jumlah Penduduk atau populasi diduga berpengaruh positif terhadap Investasi


Swasta di kota Surabaya, kabupaten Sidoarjo, kabupaten Gresik, kabupaten
Mojokerto, dan kabupaten Pasuruan. Artinya, semakin banyak jumlah
penduduk di suatu daerah akan mendorong investor untuk melakukan
penanaman modal di daerah tersebut.

Ho : PJ = 0, artinya JP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai


investasi swasta.
H1 : PJ =1- 0, artinya JP berpengaruh secara signifikan terhadap nilai investasi
swasta.

4. Luapan Lumpur Lapindo diduga berpengaruh negatif terhadap Investasi Swasta


di kota Surabaya, kabupaten Sidoarjo, kabupaten Gresik, kabupaten Mojokerto,
dan kabupaten Pasuruan. Artinya, tetjadinya luapan Lumpur Lapindo akan
mengurangi minat investor untuk melakukan penanaman modal di daerah
tersebut.

Ho : P4 = 0, artinya LAP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai


investasi swasta.
H1 : P4 =1- 0, artinya LAP berpengaruh secara signifikan terhadap nilai investasi
swasta.

Universitas Indonesia
42

5. Intersep

Ho : Po = 0, artinya konstanta tidak berpengaruh secara signifikan terhadap


nilai investasi swasta.
H1 Po =/: 0, artinya konstanta berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
investasi swasta.

Universitas Indonesia
BAB4
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Prom Daerah


Propinsi Jawa Timur terletak di ujung timur pulau Jawa dengan wilayah
yang juga mencakup pulau Madura dan pulau Bawean. Secara administratif,
ibukota propinsi Jawa Timur berada di kota Surabaya, dan propinsi Jawa Timur
terbagi menjadi 29 kabupaten dan 10 kota.
Propinsi Jawa Timur memiliki beberapa komoditi unggulan. Sektor
pertanian melalui sub sektor tanaman pangan, perkebunan, dan sub sektor
perikanan mempunyai peranan yang cukup penting dalam perekonomian propinsi
ini. Komoditi yang dihasilkannya antara lain adalah padi, kelapa, tebu, jambu
mente, kopi, cengkeh, tembakau, karet, dan kakao. Propinsi Jawa Timur juga
merupakan daerah yang berpotensi untuk pengembangan buah-buahan dan
memberikan kontribusi nasional sebesar 20%. Jenis buah-buahan yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan jenis produksi buah-buahan adalah mangga
(banyak ditemui di kabupaten Situbondo, Probolinggo, Pacitan, dan Gresik),
pisang (banyak ditemui di kaupaten Lumajang, Magetan, dan Banyuwangi), dan
jeruk (banyak ditemui di kabupaten Pasuruan, Ponorogo, Madiun, Mojokerto,
Pacitan, Magetan, dan Jombang).
Sedangkan pada sub sektor perikanan terdiri atas perikanan laut, perairan
umum, dan perikanan budidaya. Di bidang kehutanan, daerah Jawa Timur
memiliki areal tanaman jati dan berbagai jenis tanaman hutan lainnya. Potensi
sumber daya alam lain yang dimiliki adalah sektor pertambangan. Jenis produksi
yang dihasilkan dari sektor pertambangan antara lain batu gunung I andesit, pasir,
batu kapur, felspart, pasir kwarsa, dan lain-lain.
Selain itu, daerah Jawa Timur juga memiliki potensi yang besar untuk
mengembangkan berbagai jenis industri karena didukung oleh perguruan tinggi
(universitas) dan lembaga penelitian yang banyak terdapat di sana. Berbagai
industri di Jawa Timur telah berkembang meskipun belum mencapai basil yang
maksimal, misalnya industri mesin dan logam dasar, industri kereta api di
Madiun, berbagai mesin dan alat pertanian serta industri senjata ringan di Malang,
industri menengah dan kecil di kabupaten Sidorujo dan Surabaya, industri

43
Universitas Indonesia
44

maritime (perkapalan) untuk ukuran sedang dan kecil di Surabaya, industri kimia
dasar dengan komoditas seperti penyedap makanan, kosmetik, soda, dan semen di
Pasuruan, Lamongan, Mojokerto, dan Gresik; serta aneka industri makanan,
minuman, pakaian jadi, kerajinan tangan, perabotan, dan alat-alat rumah tangga di
Pasuruan, Malang, Sidorujo, dan Surabaya.
Pariwisata juga merupakan sektor yang sangat menjanjikan jika
dikembangkan dan dikelola secara baik dan professional. Apalagi J awa Timur
mempunyai objek wisata alam, budaya, dan sejarah. Wisata alam yang ada di
Jawa Timur antara lain adalah Telaga Sarangan, Tretes, Taman Nasional Gunung
Bromo, Tengger, Gunung Ketanggungandi Aijuna, Gunung Semeru, Alas Purwo,
dan Baturetno di Malang, Pasir Pantai Putih di Situbondo, Pantai Popoh, Pantai
Pacitan, Pantai Ngliyep, dan wisata Bahari di beberapa daerah di Jawa Timur.
Wisata budayanya antara lain Candi Panataran, Candi Jawi, candi Jago, dan candi
Singosari di Malang, Karapa Sapi di Madura, upacara Labuhan di sepanjang
pantai Laut Selatan, kesenian tradisional Reog Ponorogo, dan Ludruk. Wisata
sejarahnya antara lain adalah makam Para Wali seperti Sunan Ampel, Sunan Giri,
Sunan Bonang, Sunan Mojoagung, Sunan Drajat, makam Bung Karno, Trowulan
yang merupakan peninggalan kerajaan Majapahit, dan Museum Empu Tantular.
Sebagai daya tarik untuk menjadi tujuan investasi, propinsi Jawa Timur juga
memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang, diantaranya adalah kawasan
industri Gresik yang terletak di Gresik; Ngoro Industri Persada di Ngoro,
Mojokerto; Surabaya Industrial Estate Rungkut di Pasuruan dan di Surabaya;
Bandara Juanda di Waru Sidorujo, dan Bandara Trunojoyo di Sumenep Madura;
serta memiliki Pelabuhan Telagabiru, Pelabuhan Tanjung Wangi, Pelabuhan
Besuki, Pelabuhan-pelabuhan khusus PT Semen Gresik Tuban; dan Pelabuhan
Tanjung Perak Surabaya.
Penelitian ini menggunakan data yang berada di lima daerah di Jawa Timur,
yaitu kota Surabaya, kabupaten Sidorujo, kabupaten Gresik, kabupaten Mojokerto,
dan kabupaten Pasuruan. Secara singkat, profil kelima daerah tersebut akan
diuraikan di bawah ini.

Universitas Indonesia
45

4.1.1. Kota Surabaya


Kota Surabaya merupakan ibukota propinsi Jawa Timur, Indonesia.
Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta. Kota
Surabaya secara geografis terletak antara 0721' lintang selatan dan 11236'- 11254'
bujur timur, dengan penduduk metropolisnya yang berjumlah hampir tiga juta
jiwa pada tahun 2008. Suku Jawa adalah suku mayoritas di kota Surabaya
(83,68%), selain itu kota Surabaya juga merupakan tempat tinggal suku Madura
(7,5%), Tionghoa (7,25%), Arab (2,04%) dan sisanya ditempati oleh suku bangsa
lain atau warga negara asing. Wilayah kota Surabaya di sebelah utara dan timur
berbatasan dengan Selat Madura, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan
kabupaten Gresik dan sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Sidoa.tjo.
Luas wilayah kota Surabaya adalah sebesar 274,06 km2 yang terbagi menjadi 31
kecamatan dan 163 desalkelurahan.
Sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan perekonomian
di daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Surabaya merupakan pusat bisnis,
perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia Timur. Sebagian
besar penduduknya bergerak dalam bidang jasa, industri, dan perdagangan
sehingga jarang ditemukan lahan persawahan. Banyak perusahaan besar yang
berkantor pusat di Surabaya, seperti PT Sampoema Tbk, Maspion, Wing's Group,
Unilever, dan PT PAL. Kawasan industri di Surabaya diantaranya Surabaya
Industrial Estate Rungkut (SIER) dan Margomulyo. Sektor industri pengolahan
dan perdagangan yang mencakup juga hotel dan restoran, merupakan kontributor
utama kegiatan ekonomi surabaya yang tergabung dalam nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB).
Surabaya merupakan pusat transportasi darat di bagian timur Pulau J awa,
yakni pertemuan dari sejumlah jalan raya yang menghubungkan Surabaya dengan
kota-kota lainnya. Jalan tol termasuk ruas Surabaya-Gresik, Surabaya-Waru-
Gempol, dan Waru-Bandara Juanda. Saat ini telah dikaji rencana pembangunan
jalan tol dalam kota Lintas Tengah dan Lintas Timur yang dibangun dengan
tujuan untuk mengurangi kemacetan. Jalan tol yang terbaru adalah jalan tol
Surabaya-Mojokerto-Kertosono.

Universitas Indonesia
46

Di sektor pariwisata, Surabaya memiliki objek wisata alam Kebun Binatang


Wonokromo dan Pantai Kenjeran. Kota ini juga mempunyai banyak wisata
sejarah dari kenangan Soerabaja Tempo Doeloe, gedung-gedung tua peninggalan
zaman belanda dan jepang salah satunya adalah Hotel Oranje atau Yamato.
Disamping dianugerahi wisata sejarah, surabaya juga kaya akan wisata belanja.
Sebagai kota perdagangan, Surabaya memiliki cukup banyak pusat perbelanjaan
dan mal. Kesenian tradisional di kota Surabaya tumbuh dan bernsaha untuk tetap
dilestarikan. Bentuk kesenian tradisional kota ini banyak ragamnya seperti seni
tari, seni musik dan seni panggung. Ludruk, Gending Jula Juli Suroboyo, tari
Remo, Kentrung, Okol, Seni Ujung, Besutan, upacara Loro Pangkon, tari
Lenggang Suroboyo dan tari Hadrah.
Kota Surabaya terdiri atas 31 kecamatan yang terbagi dalam lima wilayah,
yaitu wilayah Surabaya Pusat, Surabaya Utara, Surabaya Selatan, Surabaya
Timur, dan Surabaya Barat. Segala kekayaan dan daya tarik yang ada pada daerah
Surabaya dapat menjadi suatu daya tarik tersendiri bagi para investor untuk
melakukan investasi di Surabaya. Selain daya tarik, para investor juga pasti akan
mempertimbangkan resiko yang akan dihadapinya dalam kegiatan investasi yang
dilakukannya. Perkembangan investasi yang ada pada daerah Surabaya terns
bernbah dari waktu ke waktu. Perkembangan investasi tersebut dapat dilihat pada
gambar 4.1 di bawah ini.

4,500,000.00
·.
4 ,000,000.00
'. ~- :;, >. ·:;~·r
•'
_.,, i:l ::'··.'}
3,500,000.00

..
: :u r:. l• .;;
3,000,000.00 ..
1•. '·

I
>
.E
2 ,500,000.00

2,000,000.00
·.·.

. '··
..
- ~--
~-:----,-
. '·
r-~-
:! / 1-fil
z 1,500,000.00 r-
I ll.. I-I···
I
1,000,000.00 u. 1-1:<
~- :;·
·~- ~--
ii:7' ~-wrEt ~- p ~
500,000.00 . • c-
·- 1-
~- :·,
-
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun

Gambar 4.1. lnvestasi di Surabaya Tahun 1998 - 2008


Nilai investasi pada kota Surabaya terns bernbah dari tahun ke tahun, baik
pernbahan secara positif maupun pernbahan secara negatif. Luapan lumpur

Universitas Indonesia
47

lapindo yang terjadi pada tahun 2006 juga membawa dampak terhadap investasi
swasta di Surabaya. Ketidakjelasan penanganan atas lumpur Lapindo pada tahun
2006 cukup membuat investor menahan keinginannya untuk menanamkan
modalnya di Surabaya. Tetapi setelah melihat bahwa lumpur Lapindo tidak terus
meluber ke daerah Surabaya, investor mulai memberi kepercayaan untuk
menanamkan modal di Surabaya. Selain itu, Pemerintah Daerah kota Surabaya
juga berupaya meningkatkan nilai investasi swasta di daerah nya dengan cara
memperbaiki kondisi sarana dan prasarana di kota Surabaya. Kondisi peningkatan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di kota Surabaya mulai
membaik dan hal ini terlihat pada peningkatan nilai investasi swasta, baik
penanaman modal Dalam Negeri maupun penanaman modal Asing, pada tahun
2006, tahun 2007, dan tahun 2008.
4.1.2. Kabupaten Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo, yang sering dikenal dengan sebutan kota Delta, secara
geografis terletak pada 112,5' - 112,9' Bujur Timur dan pada 7,3' - 7,5' Lintang
Selatan. Wilayah kabupaten Sidoarjo di sebelah utara berbatasan dengan kota
Surabaya dan kabupaten Gresik, sebelah timur berbatasan dengan Selat Madura.
Sedangkan sebelah barat kabupaten Sidoarjo berbatasan dengan kabupaten
Mojokerto dan sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Pasuruan.
Luas wilayah Kabupaten Sidoarjo sebesar 591,59 km 2 yang terbagi menjadi
delapan belas kecamatan dengan jumlah penduduk sebesar lebih dari satu
setengah juta jiwa. Kabupaten Sidoarjo terdiri dari 18 kecamatan, yang terbagi
lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Kecamatan yang cukup besar di kabupaten
Sidoarjo adalah kecamatan Taman, Kecamatan Krian, kecamatan Candi,
kecamatan Porong, dan kecamatan W aru.
Perikanan, industri dan jasa merupakan sektor perekonomian utama
kabupaten Sidoarjo. Selat Madura di sebelah Timur merupakan daerah penghasil
perikanan, diantaranya ikan, udang, dan kepiting. Udang dan bandeng menjadi
primadona, kedua produk laut ini lalu menjadi salah satu simbollambang daerah.
Sektor industri di Sidoarjo berkembang cukup pesat karena lokasi yang
berdekatan dengan pusat bisnis kawasan Indonesia Timur (Surabaya), dekat
dengan Pelabuhan Laut Tanjung Perak maupun Bandar Udara Juanda, memiliki

Universitas Indonesia
48

sumber daya manusia yang produktif serta kondisi sosial politik dan keamanan
yang relatif stabil menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di
Sidoarjo. Sektor industri kecil juga berkembang cukup baik, diantaranya sentra
industri kerajinan tas dan koper di Tanggulangin, sentra industri sandal dan sepatu
di Wedoro - Waru dan Tebel - Gedangan, sentra industri kerupuk di Telasih -
Tulangan. Kabupaten Sidoarjo dikenal pula dengan sebutan "Kota Petis", sama
seperti nama oleh-oleh makanan khas Sidoarjo yaitu Bandeng Asap dan Kerupuk
Udang.
Bandara Intemasional Juanda dan terminal bus Purabaya yang dianggap
sebagai "milik" kota Surabaya berada di dalam wilayah kabupaten Sidoarjo.
Terminal Purabaya merupakan gerbang utama Surabaya dari arah selatan, dan
salah satu terminal bus terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, terdapat kereta
komuter Surabaya Gubeng-Sidoarjo-Porong yang menghubungkan kawasan
Sidoarjo dengan kota Surabaya.
Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu daerah yang berbatasan langsung
dengan Surabaya juga merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan bagi
investor. Kedekatan lokasi kabupaten Sidoarjo dengan kota Surabaya menjadi
daya tarik tersendiri bagi investor untuk menanamkan modalnya karena adanya
pelabuhan laut yang terletak di kota Surabaya. Selain itu, peran serta pemerintah
daerah setempat untuk memperbaiki sarana dan prasarana pada kabupaten
Sidoarjo diharapkan dapat membawa dampak positif terhadap peningkatan nilai
investasi swasta di kabupaten Sidoarjo. Namun demikian, luapan lumpur Lapindo
yang terjadi pada pertengahan tahun 2006 tetap mempengaruhi perkembangan
investasi swasta di kabupaten tersebut karena bagaimanapun juga pusat bencana
lumpur Lapindo tersebut berada pada kabupaten Sidoarjo. Perkembangan
investasi dari tahun ke tahun pada daerah Sidoarjo dapat dilihat pada gambar 4.2
di bawah ini.

Universitas Indonesia
49

4,500,000.00 -r--..,.,._,.,.,.==""""==~...,_,.,.......,...,.,.,.,.,...--==-=
4,000,000.00
3,500,000.00 +-.~--:-~,.,.....__------4'

-:: 3,000,000.00 +-...;.._-~-~---.,.-..,...--·


: 2,500,000.00 +-"-'....::.:.._c__:.:...:...::....::...___:..-::.._:.....;__ _ _-1?
>
.!: 2,000,000.00 t,..,-+-,.----+--11< 1-_ : . : _ - - - - - hiW;;
~ 1,500,000.00
z
1,000,000.00 _._,..,..,,... ... , .. ,,.,... •. "' 1-- - - - - - .-H·
500,000.00

1998 1999 200) 2001 2002 2003 2004 2005 200) 2007 2008
Tahun

Gambar 4.2. Investasi di Sidoarjo Tahun 1998 - 2008


Luapan lumpur Lapindo yang tetjadi pada pertengahan tahun 2006 di
kabupaten Sidoarjo telah mempengaruhi minat investor untuk menanamkan
modalnya di kabupaten ini, terutama dalam bidang properti. Luapan lumpur
Lapindo telah menyebabkan beberapa orang penduduknya berpindah tempat
tinggal karena tempat tinggalnya yang lama telah terkena langsung efek lumpur
Lapindo dan sebagian dari penduduk lainnya di kabupaten Sidoarjo berpindah
tempat tinggal dengan tujuan untuk menjauhi area yang diperkirakan akan terkena
imbas lumpur Lapindo ini dalam beberapa waktu mendatang. Apalagi penanganan
pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, dirasakan masih
kurang serius. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa lumpur Lapindo masih
terus meluap sampai dengan pertengahan tahun 2010. Akibatnya, banyak
pengembang perumahan yang harus kehilangan potensi untuk mengembangkan
usahanya di daerah kabupaten Sidoarjo. Selain itu, beberapa perusahaan yang
berada di dekat lokasi lumpur Lapindo juga harus menghentikan usaha nya di
daerah ini.
Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo atau Lumpur Sidoarjo
(Lusi) merupakan peristiwa menyembumya lumpur panas di lokasi pengeboran
PT Lapindo Brantas di desa Renokenongo, kecamatan Porong, kabupaten Sidoaro,
Jawa Timur sejak tanggal 27 mei 2006. Semburan lumpur panas menyebabkan
tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga
kecamatan di sekitamya, serta pada awal tetjadinya bencana ini mempengaruhi

Universitas Indonesia
50

aktivitas perekonomian di Jawa Timur, khususnya di kabupaten Sidoatjo. Lokasi


semburan lumpur ini berada di Porong, yakni di kecamatan di bagian selatan
Sidoatjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoatjo. Kecamatan ini berbatasan
dengan kecamatan Gempol (kabupaten pasuruan) di sebelah selatan. Selain itu
diketahui juga bahwa lokasi lumpur Lapindo ini merupakan kawasan pemukiman
dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Sidoatjo.
Pada awalnya lumpur Lapindo menggenangi empat desa dengan ketinggian
lumpur sekitar enam meter. Sampai dengan bulan Agustus 2006, luapan lumpur
Lapindo telah menggenangi lebih dari dua belas desa di tiga kecamatan. Total
warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan 25.000 jiwa
mengungsi. Selain itu, terdapat 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit
rumah ibadah terendam lumpur. Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa
meghentikan aktivitas produksi akibat terkena dampak lumpur Lapindo ini. Selain
itu, ruas jalan tol Surabaya-Gempol juga sempat ditutup sementara.
Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik merupakan daerah yang dijadikan
sebagai tempat tujuan atas berpindah tempatnya penduduk kabupaten Sidoatjo.
Hal ini membuat banyak para pengembang perumahan menjadikan kedua daerah
ini sebagai tempat berinvestasi di bidang properti. Diantara kedua daerah ini,
kabupaten Gresik merupakan daerah utama tujuan investasi di bidang properti
karena pada kabupaten Gresik masih tersedia lahan yang cukup untuk
membangun perumahan dan lokasi kabupaten Gresik yang masih relatif dekat dari
pusat kota di Surabaya.
4.1.3. Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik termasuk ke dalam Propinsi Jawa Timur, dengan letak
geografis pada 7' - 8' Lintang Selatan dan 112' - 113' Bujur Timur, dengan luas
wilayah kabupaten ini sebesar 1.192,25 Km 2 yang terdiri dari 996,14 km luas
daratan ditambah sekitar 196,11 Km 2 luas pulau Bawean dan beberapa pulau kecil
disekitarnya. Sedangkan luas wilayah perairan adalah sekitar 5.773,80 Km2 yang
sangat potensial dari subsektor perikanan laut. Kabupaten Gresik mempunyai
wilayah kepulauan, yaitu pulau Bawean dan beberapa pulau kecil disekitarnya.
Kabupaten Gresik sebelah utara berbatasan dengan Laut J awa sehingga kabupaten
Gresik memiliki garis pantai yang dapat dijadikan objek pariwisata andalan.

Universitas Indonesia
51

Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Madura dan Kota Surabaya. Sedangkan
sebelah selatan kabupaten Gresik berbatasan dengan Kabupaten Mojokerto dan
kabupaten Sidoarjo; dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Lamongan.
Jumlah penduduk kabupaten Gresik pada tahun 2008 adalah sekitar satu setengah
juta jiwa. Sektor industri, perdagangan dan pertanian merupakan kontributor
utama dalam struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Gresik dari tahun
ke tahun. Pada kenyataannya, sektor industri memberikan sumbangan terbesar
terhadap kineJ.ja perekonomian kabupaten Gresik, kemudian disusul dengan sektor
perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pertanian. Kabupaten Gresik terkenal
karena dua orang penyebar agama islam yang termahsyur di pulau Jawa yaitu
Sunan Giri dan Sunan Gresik serta terdapat cukup banyak pondok pesantren.
Kabupaten Gresik bagian Utara (meliputi wilayah Panceng, Ujung Pangkah,
Sidayu, Bungah, Dukun, Manyar) adalah bagian dari daerah pegunungan Kapur
Utara yang memiliki tanah relatif kurang subur. Disamping kabupaten Gresik,
daerah lain yang juga dapat dikatakan sebagai kawasan penyanggah Kota
Surabaya adalah daerah hilir aliran Bengawan solo yang bermuara di Pantai Utara
Kabupaten Gresik/ Kecamatan Ujungpangkah. Daerah hilir Bengawan Solo
tersebut sangat potensial karena mampu menciptakan lahan yang cocok untuk
pemukiman maupun usaha pertambakan. Potensi bahan-bahan galian di wilayah
ini cukup potensial terutama dengan adanya beberapa jenis bahan galian golongan
C. Kabupaten Gresik bagian tengah (Meliputi wilayah Duduk Sampeyan, Balong
Panggang, Benjeng, Cerme, Gresik, Kebomas) merupakan kawasan dengan tanah
relatif subur. Di wilayah ini terdapat sungai-sungai kecil antara lain Kali Lamong,
Kali Corong, Kali Manyar sehingga dibagian tengah wilayah ini merupakan
daerah yang cocok untuk pertanian dan pertambakan. Kabupaten Gresik bagian
Selatan (meliputi kecamatan Kedamean, Driyorejo dan Wringin Anom) adalah
merupakan sebagian dataran rendah yang cukup subur dan sebagian merupakan
daerah bukit-bukit (Gunung Kandeng). Potensi bahan-bahan galian di wilayah ini
cukup potensial terutama dengan adanya beberapa jenis bahan galian golongan C.
Kabupaten Gresik di wilayah kepulauan Bawean dan pulau kecil sekitarnya
meliputi wilayah Sangkapura dan tambak yang berpusat di Sangkapura yang

Universitas Indonesia
52

memiliki potensi bahan-bahan galian di wilayah ini yang cukup potensial,


terutama dengan adanya beberapajenis bahan galian golongan C (Onix).
Kabupaten Gresik yang merupakan Sub Wilayah Pengembangan Bagian
(SWPB) tidak terlepas dari kegiatan sub wilayah pengembangan Gerbang
Kertasusila (Gresik, Bangkalan, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan). Termasuk salah
satu bagian dari 9 sub wilayah pengembangan jawa timur yang kegiatannya
diarahkan pada sektor pertanian, industri, perdagangan, maritim, pendidikan dan
industri wisata. Dengan ditetapkannya Gresik sebagai bagian salah satu wilayah
pengembangan Gerbangkertosusila dan juga sabagai wilayah industri, maka kota
gresik menjadi lebih terkenal dan termashur, tidak saja di persada nusantara tetapi
juga ke seluruh dunia yang ditandai dengan munculnya industri multi modem
yang patut dibanggakan bangsa Indonesia.
Selain itu, di kabupaten Gresik terdapat tiga industri besar yaitu: PT BHS
dengan produknya yang berupa sarong, kopiah dengan merek yang terkenalnya
yaitu Atlas yang menguasai pangsa pasar sarong di Indonesia, juga terdapat
industri semen PT Semen Gresik yang salah satu pabriknya berada di Tuban, Jawa
Timur, dan Industri pupuk PT Petrokimia Gresik.
Adanya industri tersebut cukup menyerap tenaga kerja yang tersedia di
wilayah industri tersebut. Keunggulan industri membuat sektor itu memberikan
sumbangan terbesar terhadap PDRB pada wilayah ini. Di kabupaten Gresik juga
terdapat industri kerajinan rotan, industri anyaman, bordir dan industri tikar
bawean yang terletak di kecamatan Bawean. Oleh karena wilayah Gresik yang
kurang subur untuk bercocok tanam maka Gresik tidak mengandalkan pertanian
sebagai unggulannya. Sementara itu, sektor yang tetap dijadikan primadona oleh
masyarakat Gresik adalah budi daya tambak. Komoditas tambak yang
dikembangkan di Gresik yaitu udang windu payau, udang windu tawar, kepiting,
bandeng umpan dan kerapu.
Kabupaten Gresik memiliki satu Pelabuhan Umum dan enam dermaga
khusus milik swasta (PT Petrokimia Gresik, PT Semen Gresik, PT Smelting, PT
Kawasan Industri Maspion, PT PJB UP Gresik, PT UPMS V I Asphalt Plant)
selain sebuah dermaga khusus bongkar muat batubara milik PT Gresik J asa Tama.
Keberadaan dermaga dan kawasan industri yang relatif baro di kabupaten Gresik

Universitas Indonesia
53

merupakan hal yang menjadi daya tarik bai investir untuk menanamkan modalnya
di kabupaten Gresik.
Berdasarkan informasi pada website Pemerintah Kabupaten Gresik di
www.gresik.go.id, diketahui bahwa peluang investasi di kabupaten Gresik adalah
di bidang perumahan dan pemukiman. Disamping masih luasnya rencana
peruntukan lahan untuk kawasan perumahan dan pemukiman juga untuk
melengkapi adanya perkembangan pembangunan kegiatan industri, baik yang
diarahkan pada kawasan Gresik Utara maupun Gresik Selatan. Sebagai gambaran,
terdapat pertumbuhan perkembangan industri kecil yang mampu menyerap
180.936 tenaga kerja untuk tahun 2005 dan 42.722 tenaga kerja untuk industri
menengah atas sehingga dapat diperkirakan 20% dari mereka masih belum
memiliki rumah dan berminat serta mampu (meng-kredit) rumah, apalagi rumah
dengan harga yang murah atau rumah sederhana. Maka hal ini adalah peluang
bagi para investor yang berminat untuk bergerak dibidang perumahan. Belum lagi
minat warga masyarakat umum lainnya yang masih banyak belum memiliki
rumah sendiri.
Diperkirakan dari seluruh jumlah keluarga-keluarga di Kabupaten Gresik
yang sebesar 223.593 keluarga, sebesar 10% nya masih belum memiliki rumah
sehingga setidaknya harus ada 22.359 unit rumah yang disediakan oleh para
pengembang. Kondisi estimasi kebutuhan perumahan tersebut dengan melihat
perkembangan jumlah keluarga dan pertumbuhan penduduk jelas merupakan
potensi peluang yang sangat besar bagi para pengembang untuk membangun
sarana perumahan. Perkembangan sarana perumahan yang positif jelas juga akan
memberi dampak positif terhadap pembangunan sarana utilitas lainnya seperti
kebutuhan akan listrik, air bersih, dan telekomunikasi.
Kabupaten Gresik sebagai salah satu daerah yang berbatasan langsung
dengan Surabaya juga merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan bagi
investor. Peran serta Pemerintah Daerah kabupaten Gresik diharapkan dapat
menarik lebih banyak lagi investor untuk menanamkan modalnya di kabupaten
Gresik, apalagi ditunjang dengan adanya beberapa pelabuhan di kabupaten ini.
Kondisi sarana dan prasarana yang semakin membaik dari waktu ke waktu
merupakan bukti kontribusi pemerintah daerah setempat. Di samping itu, jalan tol

Universitas Indonesia
54

yang menghubungkan kabupaten Gresik dengan daerah di sekitarnya juga


merupakan hal positif yang diharapkan dapat memacu pihak swasta untuk
berinvestasi di kabupaten Gresik. Perkembangan investasi pada daerah Gresik
dapat dilihat pada gambar 4.3 di bawah ini.

12,000,000.00

10,000,000.00
c;; 8,000,000.00
~
...
Cl>
> 6,000,000.00
=
.!! 4,000,000.00
:z
2,000,000.00

1998 1999 200) 2001 2002 2003 2004 2005 2000 2007 2008
Tahun

Gambar 4.3. Investasi di Gresik Tahun 1998-2008


Seperti yang telah diuraikan di atas, kabupaten Gresik merupakan salah satu
daerah tujuan bagi para pengembang perumahan untuk menanamkan modalnya di
bidang properti. Lokasi kabupaten Gresik yang relatif dekat dari pusat kota
Surabaya dan adanya kawasan industri di kabupaten Gresik juga merupakan daya
tarik tersendiri bagi investor di bidang properti. Kota Surabaya merupakan pusat
propinsi Jawa Timur sekaligus pusat perkantoran. Minimnya perumahan dengan
harga terjangkau di kota Surabaya mengharuskan orang untuk memilih tempat
tinggal selain di kota Surabaya tetapi tetap yang terdekat dengan tempatnya
bekerja. Jika sebelum terjadinya luapan lumpur Lapindo banyak orang memilih
untuk tinggal di kabupaten Sidoarjo, maka setelah tahun 2006 banyak orang
beralih ke kabupaten Gresik sebagai daerah tempat tinggal.
Lokasi kabupaten Gresik yang relatif dekat dengan pusat kota Surabaya
tetapi relatif cukup jauh dari bencana lumpur Lapindo menjadi daya tarik bagi
orang-orang untuk memilih kabupaten Gresik sebagai daerah tempat tinggal. Hal
inilah yang menjadi pertimbangan bagi investor atau pengembang di bidang
properti untuk menanamkan modalnya di kabupaten Gresik dan menyebabkan
nilai investasi di kabupaten ini meningkat pesat.

Universitas Indonesia
55

Selain itu, menjamumya pembangunan perumahan di kabupaten Gresik juga


turut mendongkrak permintaan bahan baku untuk membangun perumahan, salah
satunya adalah peningkatan permintaan semen. Adanya peningkatan permintaan
semen memicu investor untuk lebih banyak lagi menanamkan modalnya pada
industri semen, salah satunya pada PT Semen Gresik yang terletak pada
kabupaten Gresik. Hal ini turut berpengaruh terhadap peningkatan investasi
swasta di kabupaten Gresik.
Kabupaten Gresik sebagai pusat pengembangan industri dalam Surabaya
Metropolitas Area sangat menunjang dalam perkembangan pengembangan
transportasi, baik untuk lokal maupun antar kota dalam segala aspek
pembangunan (jangkauan regional). Potensi pengembangan modal transportasi
dan infrastrukturnya terutama ke pelabuhan dan pengembangan kawasan indusri
di Gresik Utara sehingga peluang usaha lain yang juga potensial untuk
dikembangkan adalah jasa transportasi, yaitu dengan menyediakan sarana
transportasi umum menuju kawasan industri baru. Disamping itu, dengan
pegembangan Pulau Bawean sebagai tujuan wisata, usaha transportasi antar pulau
dengan menyediakan kapal laut juga merupakan peluang yang juga cukup
potensial untuk diperhitungkan karena selama ini jumlah kapal yang melayani
kebutuhan penyeberangan dari dan ke Pulau Bawean hanya tersedia tiga kapal
penumpang yang memiliki kapasitas terbatas.
Pemerintah Daerah kabupaten Gresik perlu melakukan upaya untuk
menunjang kegiatan pariwisata, khususnya pengembangan pariwisata alam di
kepulauan Bawean, dengan cara membangun sarana dan prasarana pendukung,
seperti penginapan, restoran, dan transportasi laut yang aman, nyaman, dan
menyenangkan. Tempat hiburan JUga semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan/aktivitas
ekonomi, sehingga dapat dikatakan bahwa jasa hiburan juga merupakan investasi
yang memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang di kabupaten Gresik.
Selain pariwisata, industri di kabupaten Gresik juga bekembang pesat yang
ditandai dengan dibukanya kawasan industri di kabupaten Gresik ini. Salah satu
jenis industri yang ada yaitu industri kimia dan hasil hutan (IIKHH) yang
bergerak di bidang industri pupuk (yang didukung dengan tersedianya bahan baku

Universitas Indonesia
56

pembuaan pupuk seperti fosfat dan dolomite), industri farmasi (seperti kosmetika
dan obat-obatan yang didukung dengan tersedianya bahan baku fosfat dan batu
gamping), dan industri olahan kayu untuk fumitur dan flooring (kayu untuk
lantai). Selain itu, ada juga jenis industri logam, mesin dan elektronika, dan aneka
(ILMEA). Ragam industri yang bisa dikembangkan dari jenis industri ini adalah
industri yang bergerak di bidang industri logam (seperti konstruksi baja), industri
lain (seperti industri plastik, gelas, cat, kertas, yang didukung dengan tersedianya
bahan baku yang sangat besar, seperti batu gamping, kasit, kaolin, dan pasir
kwarsa). Disamping itu terdapat juga jenis industri kecil yang terdiri atas industri
yang bergerak di bidang kerajinan rumah tangga (seperti Alat Tenun Bukan Mesin
(ATBM), konveksi, keramik, gerabah, yang didukung dengan ketersediaan bahan
baku yang sangat banyak seperti lempung dan kaolin), industri yang bergerak di
bidang rumah tangga olahan (seperti makanan dan minuman, krupuk, petis, dan
olahan hasil perikanan), industri kecil lainnya (seperti industri fumitur, kerajinan
rotan, peralatan rumah tangga, perhiasan emas dan perhiasan perak).
Pemerintah Kabupaten Gresik juga telah berupaya meningkatkan
perekonomian di daerahnya melalui kegiatan perdagangan yang ditandai dengan
pembangunan sentra-sentra industri kecil sehingga diharapkan dapat menampung
hasil-hasil industri rumah tangga warga kabupaten Gresik seperti aneka macam
kerajinan, mebel, kerupuk, udang, konveksi, kopiah, tikar, pandan, dan produk
industri rumah tangga lainnya. Selain itu, pembangunan sentra-sentra industri
kecil ini juga ditunjang adanya penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang
memadai untuk kemudahan akses dalam menjangkau pusat perdagangan. Hal ini
akan menjadikan kabupaten Gresik sebagai pusat industri kecil untuk kawasan
utara Jawa Timur, baik untuk pemasaran regional Jawa Timur, luar Jawa Timur,
hingga ekspor ke Luar Negeri.
Potensi pengembangan transportasi kabupaten Gresik dalam menunjang
sektor ekonomi serta sebagai penghubung antar wilayah-wilayah di sekitamya
dapat dikatakan sangat baik dan potensial untuk mendatangkan para investor dan
untuk meningkatkan kondisi perekonomian di kabupaten Gresik. Pengembangan
transportasi yang menunjang kegiatan perekonomian kabupaten Gresik
diantaranya adalah:

Universitas Indonesia
57

1. Adanya jalan tol Gresik-Surabaya yang mempermudah hubungan antara Gresik


dan Surabaya.
2. Tersedianya jaringan jalan yang melayani pergerakan regional yang dalam
kondisi baik dan denganjenis permukaan beraspal (aksebilitas baik).
3. Tersedianya jalan kabupaten dan sebagian diantaranya merupakan jalan poros
desa (JPD) yang merupakan prioritas untuk membuka daerah terisolir yang
memiliki potensi ekonomi.
4. Tersedianya jaringan rel kereta api yang melintasi wilayah kabupaten Gresik
bagian tengah, melintang dari arah barat ke timur yang jangkauannya meliputi
Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Jawa Barat.
5. Tersedianya pelabuhan yang berpotensi untuk perkembangan ekonomi lokal.
6. Adanya perubahan status fungsi jalan yang semula berstatus sebagai jalan
kabupaten menjadi jalan propinsi yang mempermudah perawatan atas jalan
tersebut.
4.1.4.Kabupaten dan Kota Mojokerto
Mojokerto adalah sebuah daerah di Propinsi Jawa Timur, Indonesia.
Wilayah Mojokerto secara umum terdiri atas kabupaten Mojokerto dan kota
Mojokerto. Kabupaten Mojokerto terbagi menjadi 18 (delapan belas) kecamatan
dan terbagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Kabupaten Mojokerto
berbatasan dengan kabupaten Lamongan dan kabupaten Gresik di sebelah utara,
kabupaten Sidoarjo dan kabupaten Pasuruan di sebelah timur, kabupaten Malang
dan kota Batu di sebelah selatan, serta kabupaten Jombang di sebelah barat. Kota
Mojokerto dikeliling oleh kabupaten Mojokerto dan tcrbagi menjadi dua
kecamatan, yaitu kecamatan Magersari dan kecamatan Prajurit Kulon. Kabupaten
Mojokerto memiliki luas wilayah sebesar 835,93 km2 dan kota Mojokerto
memiliki luas wilayah sebesar 16,46 km2 dengan total jumlah populasi di kedua
daerah tersebut pada tahun 2008 sekitar satu juta tiga ratus ribu jiwa.
Perekonomian pada daerah Mojokerto banyak bergerak di bidang industri
yang lebih banyak terpusat pada kabupaten Mojokerto. Wilayah kabupaten
Mojokerto terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan
kelurahan. Di kabupaten Mojokerto terdapat beberapa perusahaan besar seperti
PT.Ajinomoto Indonesia, PT Multi Bintang, PT Tjiwi Kimia, PT Roman Ceramic

Universitas Indonesia
58

Indonesia, PT Halim, PT Pakerin, serta pabrik rokok yang dikelola koperasi unit
desa dan merupakan mitra perusahaan rokok Sampoerna. Industri kecil di
kabupaten ini juga cukup berkembang dan tersebar di berbagai daerahnya seperti
di kecamatan Sooko yang terkenal sebagai sentra industri sepatu dan sandal,
kecamatan Trowulan yang terkenal dengan kerajinan kemasan dan perak serta
patung batu, kecamatan Bangsal yang terkenal dengan krupuk rambaknya dan
juga terdapat sekolah polisi negara. Sektor pertanian di daerah ini juga turut
berkembang sebagai penyuplai bahan baku. Tebu misalnya, dapat menjadi bahan
baku penyedap masakan dan minyak spiritus. Bambu digunakan sebagai bahan
baku industri joss paper yang di ekspor ke Taiwan dan Cina.
Kabupaten Mojokerto memiliki sejumlah obyek wisata menarik yang
tersebar di berbagai daerah di kabupaten ini, antara lain: Trowulan yang terkenal
dengan daya tarik utama wisata sejarah di kabupaten ini karena terdapat puluhan
candi-candi peninggalan Kerajaan Majapahit, makam raja-raja Majapahit, serta
Pendopo Agung yang diperkirakan berada tepat di pusat istana Majapahit.
Kawasan pegunungan di selatan kabupaten Mojokerto juga merupakan kawasan
wisata andalan, diantaranya adalah Pemandian Air Panas di Pacet dan villa-villa
peristirahatan di Trawas.
Mojokerto sebagai salah satu daerah yang berbatasan langsung dengan
Surabaya juga merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan bagi investor.
Perkembangan investasi pada daerah Mojoke1to dapat dilihat pada gambar 4.4 di
bawah ini.

...
.; 1,500,000.00 +--1~--~-~~....--c-
Q>
>
c
~ 1,000,000.00 -r---- ----...;,.----_-..,-,...-'+f\
z

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun

Gambar 4.4. Investasi di Mojokerto Tahun 1998 - 2008

Universitas Indonesia
59

Secara keseluruhan, kondisi investasi swasta di Mojokerto relatif baik


karena kondisinya relatif stabil dari tahun ke tahun, bahkan cenderung mengalami
peningkatan walaupun hanya mengalami peningkatan dalam jumlah yang kecil.
Hal ini disebabkan sudah banyaknya perusahaan di bidang industri yang sudah
lama me1akukan investasi di daerah Mojokerto dan kondisi keamanan di daerah
Mojokerto juga relatif cukup aman. Kondisi yang nyaman ini membuat investor
tetap tertarik untuk menanamkan modalnya di daerah Mojokerto Terjadinya
luapan lumpur Lapindo juga tidak ter1alu berpengaruh terhadap perkembangan
investasi swasta di kabupaten ini. Tersedianya jalan altematif menuju ke kota
Surabaya (ke pelabuhan laut) dan adanya jalan tol membuat investor tetap
menaruh minat untuk menanamkan modalnya di kabupaten Mojokerto.
4.1.5. Kabupaten dan Kota Pasuruan
Wi1ayah Pasuruan secara geografis terletak antara 11230' - 11330' Bujur
Timur dan 730' - 830' Lintang Selatan. Kabupaten Pasuruan berbatasan dengan
kabupaten Sidoarjo dan Laut Jawa di sebelah utara, kabupaten Probolinggo di
sebelah barat, kabupaten Malang di sebelah selatan, serta kota Batu di sebelah
barat daya. Kabupaten ini dikenal sebagai daerah industri dan daerah wisata,
termasuk Gunung Bromo. Sedangkan kota Pasuruan berada di jalur utama
Surabaya-Banyuwangi yang berbatasan dengan selat Madura di sebelah utara serta
berbatasan dengan kabupaten Pasuruan di sebelah timur, selatan, dan barat. Secara
umum wilayah Pasuruan terdiri dari kota Pasuruan dan kabupaten Pasuruan.
Kegiatan investasi di wilayah Pasuruan banyak terpusat di kabupaten Pasuruan.
Luas wilayah kabupaten Pasuruan seluas 1.474Km2 yang terbagi menjadi 24 (dua
puluh empat) kecamatan dan terbagi lagi menjadi beberapa desa dan kelurahan.
Sedangkan kota Pasuruan memiliki luas sebesar 13,58 Km2 yang terbagi menjadi
tiga kecamatan dan tiga puluh empat kelurahan.
Kabupaten Pasuruan dilintasi jalur pantura Surabaya-Banyuwangi, dilintasi
jalur kereta api lintas timur pulau Jawa serta menuju kota Malang, Blitar,
Tulungagung, Kediri dan Kertosono, di stasiun Bangil terdapat persimpangan
jalur tersebut. Bagian barat wilayah kabupaten Pasuruan terdapat jalur utama
Surabaya - Malang, serta ruas jalan tol Surabaya-Gempol yang sementara terputus
akibat luapan Lumpur Lapindo. Gempol merupakan kota persimpangan jalur

Universitas Indonesia
60

Surabaya-Malang degan jalur menuJu Mojokerto/Madiun. Sedangkan kota


Pasuruan memiliki stasiun kereta api lintas timur Surabaya-Jember-Banyuwangi.
Kabupaten Pasuruan memiliki salah satu kawasan industri utama di Jawa
Timur, yaitu Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER). Industri utama di
kabupaten ini antara lain adalah PT Sampoerna di Pandaan, Matsushita
(Panasonic), Cheil Jedang Indonesia Rejoso, PT Nestle Indonesia di Kejayan,
PT.YMPI, PT Daiken, PT National Starch, dan PT Aneka Tuna.
Bagian barat wilayah kabupaten ini (perbatasan dengan wilayah kabupaten
Mojokerto dan Malang) adalah dataran tinggi yang cukup sejuk, dan merupakan
salah satu daerah tujuan wisata utama Jawa Timur. Kawasan tersebut terdapat
villa-villa peristirahatan, dan sejumlah perumahan elit. Kawasan pegunungan ini
juga sering digunakan sebagai tempat berkemah. Di antara obyek wisata andalan
Pasuruan adalah Taman Safari Indonesia di Prigen dan Kebun Raya Purwodadi.
Sebelah selatan kabupaten Pasuruan terdapat Gunung Bromo yang menjadi salah
satu tujuan wisata utama Jawa Timur. Di kabupaten Pasuruan juga masih dapat
ditemui satu suku dengan sosial budaya khas, yaitu masyarakat Tengger yang
hidup di kawasan Pegunungan Tengger Kecamatan Tosari. Sistem sosial dan
religi masyarakat Tengger ini sangat unik dan khas dengan berbagai aktivitasnya
seperti perayaan Hari Raya Kasada dan Hari Raya Karo yang di dalamnya banyak
mengandung nilai-nilai religius dan sejarah.
Kota Pasuruan memiliki beberapa tempat wisata, yaitu: Pelabuhan dan
Taman Kota. Pelabuhan adalah pusat aktivitas nelayan yang juga menjadi lokasi
perdagangan hasil laut. Nelayan yan beraktivitas di sini berasal dari sekitar
Pasuruan hingga nelayan yang berasal dari Madura. Taman Kota terletak dekat
dengan stadion Untung Suropati dengan fasilitas utamanya adalah tempat bermain
anak-anak.
Wilayah Pasuruan sebagai salah satu daerah yang berbatasan langsung
dengan Surabaya juga merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan bagi
investor. Perkembangan investasi pada daerah Pasuruan dapat dilihat pada gam bar
4.5 di bawah ini.

Universitas Indonesia
61

3,000,000.00 ..,....._ _ _.,..,.....,._ _......,.,,......____,__ _~--.

2,500,000.00 + - - - - - - - - - - - - - - - - 1
·: 2,000,000.00
-..,
~ 1,500,000.00 -t-_......----:~~-c--.......,-·~1-..,..,----E ~~lt'J--U;I-1

~ 1,000,000.00 +---...:,.;-....:;..._~--""''--.....,.._
z
500,000.00 +.-.----.~cr-----..,-

1998 1999 2<XXl 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun

Gambar 4.5. Investasi di Pasuruan Tahun 1998-2008


Nilai investasi swasta pada kabupaten Pasuruan terns berubah dari tahun ke
tahun. Kawasan industri yang ada di Pasuruan, yang disebut PIER, merupakan
salah satu faktor yang dapat menarik investor untuk lebih banyak lagi
menanamkan modalnya di kabupaten Pasuruan. Selain itu, kondisi keamanan di
kabupaten Pasuruanjuga relatifbaik. Bencana lumpur Lapindo yang terjadi sejak
tahun 2006 memang membuat akses tol agak tersendat, namun hal itu tidak
menjadi masalah yang besar karena tersedianya akses jalan altematif dari
Pasuruan ke Surabaya tanpa melalui daerah yang terkena bencana lumpur
Lapindo.

4.2. Investasi Daerah


Pada tahun 2008, nilai investasi swasta di kelima daerah yang diteliti, yaitu
Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Mojokerto, dan Pasuruan, dapat dilihat pada gambar
4.6 di bawah ini. Pada gambar tersebut terlihat bahwa pada tahun 2008, nilai
investasi swasta tertinggi berada pada kabupaten Gresik dan nilai investasi swasta
terendah berada pada kabupaten Mojokerto.

Universitas Indonesia
62

12,000,000.00
10,000,000.00
.....
In

0
Q)
8,000,000.00
> 6,000,000.00
.
c

::z:
4,000,000.00
2,000,000.00

Surabaya Sidoa~o Gresik Mojokerto Pasuruan


Daerah

Gambar 4.6. Investasi Swasta di Daerah


Secara umum, trend investasi daerah di kelima daerah tersebut mengalami
peningkatan, dengan peningkatan nilai investasi swasta terbesar berada pada
kabupaten gresik. Setelah mengetahui trend investasi swasta di daerah,
Pemerintah Daerah yang ada pada propinsi J awa Timur, khususnya Pemerintah
Daerah pada kota Surabaya, kabupaten Sidoarjo, kabupaten Gresik, kabupaten
Mojokerto, dan kabupaten Pasuruan, perlu mencari tahu faktor pendorong
tumbuhnya investasi sehingga Pemerintah Daerah setempat dapat mengusahakan
agar investasi swasta di daerahnya bisa ditingkatkan.
Persaingan untuk menarik investor agar menanamkan modalnya tetjadi antar
propinsi, dan bahkan antar daerah kota/kabupaten. Investor membutuhkan iklim
dan kondisi yang kondusif untuk dapat terns melanjutkan usahanya dan
me!aksanakan aktivitas bisnisnya. Bagi investor, iklim investasi yang kondusif
merupakan suatu kondisi dimana semua jenis usaha, mulai dari pertanian sampai
usaha kecil dan menengah, baik domestik maupun perusahaan multinasional,
mempunyai kesempatan untuk dapat berproduksi secara lebih produktif. Iklim
investasi yang kondusif dapat diciptakan oleh Pemerintah Daerah masing-masing.
Pada kenyataannya, kemampuan Pemerintah Daerah dalam menciptakan iklim
investasi yang kondusif berbeda-beda antar daerah yang satu dengan daerah yang
lainnya. Iklim investasi yang kondusif merupakan daya tarik tersendiri bagi
investor yang akan melakukan penanaman modal di daerah.

Universitas Indonesia
63

Dalam melakukan peningkatan daya tarik investasi, Pemerintah Daerah


harus mengetahui faktor-faktor penting yang membuat investor tertarik untuk
menanamkan modalnya serta melakukan evaluasi untuk memperbaiki atau
meningkatkan faktor-faktor kekuatan yang dianggap perlu. Dengan semakin
meluasnya kewenangan Pemerintah Daerah dalam era otonomi, maka Pemerintah
Daerah dituntut untuk mengembangkan prakarsa, kreatifitas, dan inovasinya agar
sumber daya yang ada dapat dikelola untuk mampu dan aktif merangsang investor
untuk menanamkan modalnya di daerah. Selain itu, Pemerintah Daerah harus
meningkatkan kapasitasnya dalam menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan
terutama dalam perumusan kebijakan, pelayanan kepada masyarakat, dan
pengelolaan keuangan daerah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Pemerintah Daerah masing-masing dapat membantu menciptakan iklim investasi
yang kondusif, salah satu nya melalui penyediaan sarana dan prasarana di daerah
nya masing-masing yang tercermin dalam Belanja Pemerintah Daerah dalam
Anggaran Pendapaan dan Belanja Daerah (APBD). Belanja Pemerintah daerah
yang digunakan sebagai Belanja Pembangunannya dapat dilihat pada gambar 4.7
di bawah ini.

:1 600,000,000.00 i - - - - - - - - - - - - - - --t----:::"-1
.c
::. 500,000,000.00
]!
z 400,000,000.00

300,000,000.00

200,000,000.00

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun
- + - Surabaya -Sidoa~o -.-Gresik _,...-Mo)okerto - Pasuruan

Gambar 4.7. Belanja Pemerintah Daerah tahun 1998 - 2008


Selain itu, Pemerintah Daerah juga dapat berperan serta meningkatkan daya
tarik suatu daerah bagi masuknya investor ke dalam daerah tersebut melalui
penetapan kebijakan yang tepat mengenai besamya Upah Minimum Regional

Universitas Indonesia
64

pada daerahnya masing-masing. Besar UMR dari tahun ke tahun pada kelima
daerah yang diteliti adalah sebagai berikut:

6000.00

5000.00

4000.00

~ 3000.00
z
2000.00

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Tahun
-+-- Surabaya - - Sidoarjo Gresik ~ M:>jokerto ~ Pasuruan

Gambar 4.8. UMR tahun 1998 - 2008


Disamping itu, jumlah penduduk atau populasi dalam suatu daerah
merupakan pasar yang potensial sehingga dapat meningkatkan output yang pada
akhimya mengharuskan produsen untuk meningkatkan produksinya yang pada
akhimya akan meningkatkan investasi di daerah tersebut. Selain itu, jumlah
penduduk dapat juga menjadi sumber tenaga kerja yang potensial, apalagi jika
didukung dengan keahlian yang optimal sehingga dapat meningkatkan
produktivitas dan dapat menarik para investor untuk menanamkan modalnya di
daerah tersebut. Populasi kelima daerah tersebut dari tahun ke tahun dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

3,500,000.00 - . - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ,

3,000,000.00

~ 2,000,000.00
z
1,500,000.00

1,000,000.00 ~
- - ..e::::: :;:.<.
-~-==-............ ---~---
"'------- - - ----1

500,000.00

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Tahun
~ Surabaya ~Sidoarjo - -Gresik --,f-Mojokerto -lf-Pasuruan

Gambar 4.9. Populasi tahun 1998 - 2008

Universitas Indonesia
65

Setelah mencari tahu faktor pendorong tumbuhnya investasi swasta di


daerah, kemudian variabel-variabel yang terkait dapat di kumpulkan dan dicari
keterkaitannya. Selanjutnya, dapat dilakukan perancangan/pembentukan suatu
model tertentu yang berkaitan dengan investasi swasta di daerah. Model terbaik
yang terbetuk pada akhimya dapat digunakan sebagai acuan bagi pengambilan
keputusan atau kebijakan di kemudian hari.

4.3. Basil Regresi


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data atas kota Surabaya,
kabupaten Sidoarjo, kabupaten Gresik, kabupaten Mojokerto, dan kabupaten
Pasuruan dengan rentang waktu 11 tahun, mulai tahun 1998 sampai dengan tahun
2008. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan metode Panel dan
dengan menggunakan program eviews 6.
Regresi dilakukan untuk melihat pengaruh belanja modal pemerintah
daerah, umr, jumlah penduduk (populasi), dan dampak Lumpur Lapindo terhadap
investasi swasta di kelima daerah tersebut di atas, baik berupa penanaman modal
dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA), pada kelima
daerah tersebut di atas.
Rincian hasil regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Regresi dengan data lin-lin
Regresi dilakukan dengan menggunakan metode Panel, yang kemudian
dilihat lebih lanjut apakah akan menggunakan teknik Ordinary Least Square
(OLS), atau dengan menggunakan teknik Fixed Effect Method (FEM). Model-
model yang terbentuk dari berbagai teknik yang tersedia kemudian diuji dan
dipilih satu model yang dianggap sebagai model terbaik yang dapat menjelaskan
hubungan antara variabel-variabel bebas dengan variabel terikatnya.
a. Regresi dengan teknik OLS
Pengolahan data dengan menggunakan teknik OLS dapat dilihat pada tabel
4.1. di bawah ini.

Universitas Indonesia
66

Tabel 4.1. Regresi lin-lin dengan OLS


Dependent Variable: INVEST?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 1998 2008
Included observations: 11
!Number of cross-sections used: 5
lrotal panel (balanced) observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
c 774824.5 1657917. 0.467348 0.6423
BPEM? 0.003940 0.001471 2.678073 0.0100
UMRRIIL? -70.00433 379.9112 -0.184265 0.8546
POP? 0.227025 0.394218 0.575887 0.5673
LAP INDO? 1249543. 846849.8 1.475519 0.1463

R-squared 0.287057 Mean dependent var 1612850.


Adjusted R-squared 0.230021 S.D. dependent var 1542303.
S.E. of regression 1353347. Sum squared resid 9.16E+13
Log likelihood -851.9156 F-statistic 5.032955
Durbin-Watson stat 0.816386 Prob(F-statistic) 0.001734

b. Regresi dengan teknik FEM


Pengolahan data dengan menggunakan teknik FEM dapat dilihat pada tabel
4.2. di bawah ini.
Tabel 4.2. Regresi lin-lin dengan FEM
Dependent Variable: INVEST?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 1998 2008
Included observations: 11
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 55
White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable j Coefficient I Std. Error! t-Statistic I Prob.

c -170577.7 1484478. -0.114907 0.9090


BPEM? 0.003228 0.001012 3.189578 0.0026
UMRRIIL? -511.9672 156.5795 -3.269695 0.0020
POP? 2.122801 1.271001 1.670180 0.1017
LAP INDO? 954788.6 651949.4 1.464513 0.1499
Fixed Effects (Cross)
SBY-C -1842803.
- SDA--C 127674.4
GRSK--C 1954738.
MJKT--C 76427.86
PSRN--C -316037.2

Universitas Indonesia
67

Tabel 4.2. (sambungan)

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.518679 Mean dependent var 1612850.


Adjusted R-squared 0.434971 S.D. dependent var 1542303.
S.E. of regression 1159325. Akaike info criterion 30.91315
Sum squared resid 6.18E+13 Schwarz criterion 31.24163
Log likelihood -841.1117 Hannan-Quinn criter. 31.04018
F-statistic 6.196294 Durbin-Watson stat 1.091108
Prob(F-statistic) 0.000020

2. Regresi dengan log-log


Regresi lin-lin yang dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak
terlalu bagus. Oleh karena itu, perlu dilakukan regresi lanjutan untuk memperbaiki
hasil yang ada. Data yang digunakan terlebih dahulu harus dilogaritmakan agar
data menjadi lebih linear. Setelah itu, dilakukan regresi dengan teknik OLS. Hasil
yang diperoleh dapat dilihat pada tabel4.3. di bawah ini.
Tabel 4.3. Regresi log-log dengan OLS
Dependent Variable: INVEST?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 1998 2008
Included observations: 11
Number of cross-sections used: 5
Total panel (balanced) observations: 55
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

c 3.660737 3.302002 1.108642 0.2729


BPEM? 0.291651 0.183570 1.588774 0.1184
UMRRIIL? 0.017667 0.919005 0.019224 0.9847
POP? 0.820346 0.394727 2.078263 0.0428
LAP INDO? 0.334212 0.204566 1.633757 0.1086

R-squared 0.330570 Mean dependent var 12.05329


Adjusted R-squared 0.277015 S.D. dependent var 0.383942
S.E. of regression 0.326460 Sum squared resid 5.328818
Log likelihood -13.85102 F-statistic 6.172599
Durbin-Watson stat 0.529885 Prob(F-statistic) 0.000407

Sedangkan apabila dilakukan regresi log-log dengan menggunakan metode


Fixed Effect Method (FEM) dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini.

Universitas Indonesia
68

Tabel 4.4. Regresi log-log dengan FEM


Dependent Variable: INVEST?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 1998 2008
Included observations: 11
~ross-sections included: 5
lfotal pool (balanced) observations: 55
White cross-section standard errors & covariance (d. f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

c 0.746214 3.730625 0.200024 0.8423


BPEM? 0.455773 0.168793 2.700180 0.0097
UMRRIIL? -1.491529 0.741617 -2.011185 0.0502
POP? 1.885808 0.727763 2.591241 0.0128
LAP INDO? 0.132043 0.123998 1.064884 0.2925
Fixed Effects (Cross)
- SBY--C -0.308237
-
SDA--C 0.072930
- GRSK--C 0.511416
MJKT--C -0.142902
PSRN--C -0.133207

Effects Specification
!cross-section fixed (dumm~ variables) I
R-squared 0.681814 Mean dependent var 12.05329
Adjusted R-squared 0.626477 S.D. dependent var 0.383942
S.E. of regression 0.234652 Akaike info criterion 0.087155
Sum squared resid 2.532833 Schwarz criterion 0.415628
Log likelihood 6.603238 Hannan-Quinn criter. 0.214178
F-statistic 12.32120 Durbin-Watson stat 0.937592
Prob(F-statistic) 0.000000

Sedangkan apabila dilakukan regresi log-log dengan menggunakan metode Fixed


Effect Method (FEM) dengan cross-section SUR dapat dilihat pada tabel 4.5 di
bawah ini.
Tabel 4.5. Regresi log-log dengan FEM-SUR

Dependent Variable: INVEST?


Method: Pooled EGLS (Cross-section SUR)
Sample: 1998 2008
Included observations: 11
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 55
Linear estimation after one-step weighting matrix
White cross-section standard errors & covariance (d. f. corrected)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
c -4.876516 4.105270 -1.187867 0.2410

Universitas Indonesia
69

Tabel 4.5. (sambungan


BPEM? 0.350674 0.096619 3.629447 0.0007
UMRRIIL? -1.757316 0.349809 -5.023649 0.0000
POP? 3.141217 0.679782 4.620920 0.0000
LAP INDO? 0.171952 0.099687 1.724915 0.0913
Fixed Effects (Cross)
- SBY--C -0.562835
- SDA--C 0.053367
GRSK--C 0.628397
MJKT--C 0.024307
PSRN--C -0.143237
Effects Specification
Cross-section fixed {dummy variables)
Weighted Statistics
R-squared 0.737626 Mean dependent var 39.12947
Adjusted R-squared 0.691995 S.D. dependent var 15.75344
S.E. of regression 1.052627 Sum squared resid 50.96907
F-statistic 16.16525 Durbin-Watson stat 1.548332
Prob{F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics
R-squared 0.670205 Mean dependent var 12.05329
Sum squared resid 2.625241 Durbin-Watson stat 0.912236

Penjelasan mengenai Seemingly Unrelated Regression (SUR) yang terdapat


pada menu help pada eviews menyatakan bahwa "Cross-Section SUR setting
allows for contemporaneous correlation between cross-section". Sedangkan
Zellner (1962) menyatakan bahwa "Seemingly Unrelated Regression (SUR) is a
set of equations that may be related not because they interact, but because their
error terms are related." Untuk menghilangkan relasi error antar cross-section
maka digunakan SUR. Oleh karena itu pada penelitian ini akan digunakan dengan
FEM yang digabung dengan SUR.

4.4. Kriteria Statistik


Regresi yang telah dilakukan menggunakan data linear maupun data yang
sudah dilogaritmakan dengan tujuan memperkecil selisih angka antar variabel-
variabel yang digunakan. Regresi di lakukan dengan menggunakan metode OLS
(Ordinary Least Square) dan FEM (Fixed Effect Method). Sementara jika
dilakukan dengan menggunakan metode REM (Random Effect Method), hasil
yang diperoleh tidak lebih bagus dibandingkan dengan meode OLS dan FEM

Universitas Indonesia
70

sehingga basil regresi dengan menggunakan metode REM dapat diabaikan (lihat
lampiran 1). Setelah dilakukan regresi terhadap data atas kelima daerah tersebut di
atas, secara singkat hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel 4.6. Hasil Regresi
Lin-lin Lin-lin Log-log Log-log Log-log
No. Keterangan
OLS FEM OLS FEM FEM-SUR
(Modell) (Model2) (Model3) (Model4) (Model4)
1. Nilai R-squared 0,2871 0,5187 0,3306 0,6818 0,7376
2. Uji- F 5,0329 6,1962 6,1726 12,3212 16,1653
3. Uji- t , konstanta 0,4674 -0,1149 1,1086 0,2000 -1,1879
4. Uji-t, BPEM 2,6781 3,1896 1,5887 2,7002 3,6294
5. Uji- t, UMRRIIL -0,1843 -3,2696 0,0192 -2,0111 -5,0236
6. Uii-t, POP 0,5759 1,6702 2,0783 2,5912 4,6209
7. Uji- t, LAPINDO 1,4755 1,4645 1,6338 1,0649 1,7249
Dengan melihat tabel 4.6. di atas, dapat dilakukan bebarapa pengujian untuk
menentukan model yang paling baik yang dapat memenuhi kriteria statistik yang
ada, yaitu melalui uji R-squared atau uji-R2 (koefisien determinasi), uji F (uji
secara parsial/chow test) dan uji t (uji secara individual). Hasil Pengujian akan
diuraikan lebih rinci sebagai berikut.
4.4.1.Uji R-squared
Berdasarkan tabel 4.6. di atas dapat dilihat bahwa kelima teknik yang
digunakan dalam mengelola data menghasilkan nilai R-squared yang berbeda-
beda. Regresi data lin-lin dengan teknik OLS menghasilkan nilai R-squared
sebesar 0,2871, yang artinya bahwa pada model linear OLS ini, variabel investasi
swasta daerah dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel bebasnya sebesar
28,71%. Regresi data lin-lin dengan teknik FEM menghasilkan nilai R-squared
sebesar 0,5187, yang artinya bahwa pada model linear FEM ini, variabel investasi
swasta daerah dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel bebasnya sebesar
51,87%.
Sedangkan Regresi data log-log dengan teknik OLS menghasilkan nilai R-
squared sebesar 0,3306, yang artinya bahwa pada model log-log OLS ini, variabel
investasi swasta daerah dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel bebasnya
sebesar 33,06%. Regresi data log-log dengan teknik FEM menghasilkan nilai R-
squared sebesar 0,6818, yang artinya bahwa pada model log-log OLS ini, variabel
investasi swasta daerah dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel bebasnya
sebesar 68,18%. Regresi data log-log dengan teknik FEM-SUR menghasilkan

Universitas Indonesia
71

nilai R-squared sebesar 0,7376, yang artinya bahwa pada model ini investasi
swasta daerah dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel bebasnya sebesar
73,76%.
Kelima teknik yang digunakan tersebut menghasilkan nilai R-squared yang
bervariasi. Tetapi untuk sebuah model yang baik, diperlukan nilai R-squared yang
paling besar atau model yang memiliki R-squared mendekati 100%, sehingga
diharapkan model yang diperoleh dapat menjelaskan dengan baik pengaruh dari
variasi variabel-variabel bebasnya terhadap variabel terikatnya. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa model 5 (lima) dengan menggunakan data yang
dilogaritmakan dengan menggunakan metode FEM-SUR adalah yang terbaik
karena berdasarkan hasil regresi data dengan menggunakan model 5 dapat
dikatakan bahwa variabel-variabel bebasnya dapat menerangkan variasi variabel
investasi swasta daerah sebanyak 73,76 %.
4.4.2.Uji F (Chow Test)
Uji F atau sering disebut sebagai Chow test digunakan untuk menguji
koefisien (slope) regresi secara bersama-sama/simultan. Berdasarkan tabel 4.6 di
atas diketahui bahwa model 1 mempunyai F-statistik sebesar 5,0329 dengan
probability F-statistik sebesar 0,001734. Sementara itu, diketahui bahwa model 2
mempunyai F-statistik sebesar 6,1962 dengan probability F-statistik sebesar
0.000020. Selain itu, diketahui bahwa model 3 mempunyai F-statistik sebesar
6,1726 dengan probability F-statistik sebesar 0.000407. Pada model 4 diketahui
nilai F-statistik sebesar 12,3121 dengan probability F-statistik sebesar 0,000000.
Dan pada model 5 diketahui memiliki nilai F-statistik sebesar 16,1653 dengan
probability F-statistik sebesar 0,000000.
Secara keseluruhan, model 1, model 2, model 3, model 4, dan model 5
mempunyai nilai F-statistik yang baik yang terlihat dari probability F-statistik nya
yang signifikan pada tingkat kepercayaan 5% (a = 5%). Tetapi dari keempat
model yang ada tersebut dikatakan bahwa model 5 adalah yang terbaik. Pada
model 5 terlihat pengujian koefisien regresi secara serempak (uji F) dengan hasil
probability F statistik sebesar 0,000000 atau dapat dikatakan besarnya lebih kecil
dari 0,05 (untuk tingkat kepercayaan 95%), yang artinya bahwa variabel-variabel
bebas yang ada dalam model tersebut (Belanja Pemerintah, UMR Riil, Populasi,

Universitas Indonesia
72

dan Lapindo) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan


terhadap variabel terikatnya (variabel investasi swasta) atau paling tidak ada satu
variabel bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya. Lebih
lanjut perlu dilakukan uji-t, yaitu uji signifikansi secara individu antara variabel-
variabel bebas yang ada terhadap variabel terikatnya.
4.4.3.uji-t
Setelah melakukan uji koefisien secara keseluruhan, maka langkah
selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu, dengan
menggunakan uji t. Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi, termasuk
intercept secara individu, dengan indikator bahwa apabila Itl statistik > Itl tabel
maka Ho ditolak dan terima H1, atau bisa dilakukan dengan indikator probability
value yang dibandingkan dengan nilai a, dengan indikator bahwa apabila nilai a >
probability value, maka Ho ditolak dan demikian juga sebaliknya. Dengan kata
lain, dapat dikatakan bahwa uji t dilakukan untuk melihat pengaruh satu variabel
bebas secara individu terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel bebas
lain konstan.
Setelah memilih model terbaik berdasarkan nilai R-squared dan uji-F di
atas, perlu dilihat lagi lebih lanjut tingkat signifikansi dari masing-masing variabel
terikatnya melalui uji-t. Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa secara statistik
model 5 menghasilkan variabel Belanja Pemerintah (BPEM), Upah Minimum
Regional (UMR), dan variabel Populasi (POP) yang signifikan pada tingkat
kepercayaan 5% (a = 5%), sementara variabel bebas lainnya (LAPINDO)
signifikan pada tingkat kepercayaan 10% (a = 10%). Secara singkat nilai uji-t
pada model 5 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel4.7. Hasil Uji-t dengan FEM_SUR

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Pro b.


c -4.876516 4.105270 -1.187867 0.2410
BPEM? 0.350674 0.096619 3.629447 0.0007
UMRRIIL? -1.757316 0.349809 -5.023649 0.0000
POP? 3.141217 0.679782 4.620920 0.0000
LAP INDO? 0.171952 0.099687 1.724915 0.0913

Universitas Indonesia
73

4.5. Model yang Terbentuk


Berdasarkan hasil regresi dan pengujian yang telah dilakukan di atas,
diperoleh model terbaik secara statistik yang dapat menjelaskan pengaruh belanja
pemerintah daerah, upah minimum regional riil, populasi/jumlah penduduk, dan
lumpur Lapindo terhadap investasi swasta pada lima wilayah di J awa Timur pada
tahun 1998-2008. Model yang dihasilkan secara umum adalah sebagai berikut:

Log INVEST= -4,8765 + 0,3507log BPEM -1,7573log UMRRIIL + 3,1412log POP+ 0,1719 LAPINDO

SE: (4,1052) (0,0966) (0,3498) (0,6798) (0,0997)

R2 : 0,7376

Gambar 4.1 0. Model yang terbentuk


Data diolah dengan meggunakan metode FEM-SUR, sehingga masing-
masing daerah memiliki koefisien c selain yang ada dalam model yang terbentuk
di atas. Koefisien c masing-masin g daerah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.8. Nilai Koefisien c Tiap Daerah

Fixed Effects (Cross)


-
SBY--C -0.562835
SDA--C 0.053367
GRSK--C 0.628397
MJKT--C 0.024307
PSRN--C -0.143237
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dituliskan model untuk masing-masin g
daerah sebagai berikut:
1. Model untuk kota Surabaya
Log INVEST= -4,8765-0,5 628 + 0,3507log BPEM- 1,7573 log UMRRIIL
+ 3,1412log POP+ 0,1719 LAPINDO
2. Model untuk kabupaten Sidoarjo
Log INVEST= -4,8765 + 0,0534 + 0,3507log BPEM- 1,7573 log UMRRIIL
+ 3,1412log POP+ 0,1719 LAPINDO
3. Model untuk kabupaten Gresik
Log INVEST= -4,8765 + 0,6284 + 0,3507log BPEM- 1,7573 log UMRRIIL
+ 3,1412log POP+ 0,1719 LAPINDO

Universitas Indonesia
74

4. Model untuk kabupaten/kota Mojokerto


Log INVEST= -4,8765 + 0,0243 + 0,3507log BPEM- 1,7573 log UMRRIIL
+ 3,1412log POP+ 0,1719 LAPINDO
5. Model untuk kabupaten/kota Pasuruan
Log INVEST= -4,8765 + 0,1432 + 0,3507log BPEM -1,7573 log UMRRIIL
+ 3,1412log POP+ 0,1719 LAPINDO

4.6. Interpretasi Model

Berdasarkan model yang telah terbentuk, secara umum dapat


diinterpretasikan hal-hal sebagai berikut:
1. Variabel-variabel bebas dalam model dapat menerangkan vanas1 variabel
investasi swasta sebesar 73,76 %.
2. Variabel Belanja Pembangunan Pemerintah Daerah (BPEM) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap investasi swasta. Artinya, setiap peningkatan
biaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah untuk pembangunan di
daerahnya sebesar 1 % akan meningkatkan nilai investasi swasta yang disetujui
sebesar 0,35% pada masing-masing daerah tersebut. Elastisitas dari variabel
Belanja Pemerintah (BPEM) masih relatif rendah karena terlihat bahwa
kenaikan investasi swasta hanya sebesar 0,35% pada saat Belanja Pemerintah
naik sebesar 1%.
3. Variabel Upah Minimum Regional (UMR) Riil berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap investasi swasta. Artinya, setiap peningkatan UMR sebesar
1 % akan mengurangi nilai investasi swasta yang disetujui sebesar 1,75% pada
masing-masing daerah tersebut. Elastisitas variabel UMR Riil dikatakan masih
lebih besar daripada elastisitas variabel Belanja Pemerintah, yang berarti
bahwa adanya perubahan UMR Riil sebesar 1 % akan dapat lebih berpengaruh
terhadap perubahan investasi swasta dibandingkan dengan adanya perubahan
Belanja Pemerintah sebesar 1 %.
4. Variabel Populasi/Jumlah Penduduk (POP) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap investasi swasta. Artinya, setiap peningkatan jumlah penduduk di
suatu daerah sebesar 1 % akan meningkatkan nilai investasi swasta sebesar
3,14% pada masing-masing daerah tersebut. Elastisitas variabel jumlah

Universitas Indonesia
75

penduduk lebih besar daripada elastisitas variabel Belanja Pemerintah dan


variabel UMR Riil, yang artinya adanya penambahan jumlah penduduk sebesar
1% akan sangat berpengaruh terhadap perubahan investasi swasta
dibandingkan kedua variabel tersebut.
5. Variabel dummy luapan Lumpur Lapindo (LAPINDO) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap investasi swasta yang disetujui pada masing-masing daerah
tersebut. Pada saat terjadinya lumpur Lapindo akan menyebabkan peningkatan
investasi swasta sebesar 0, 17%, yang berarti bahwa pada tahun terjadinya
kasus lumpur Lapindo tersebut akan meningkatkan nilai investasi swasta
sebesar 0, 17%..
Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan di atas, dapat diketahui
bahwa faktor pendorong yang paling signifikan terhadap meningkatnya investasi
swasta di kelima daerah yang diteliti adalah variabel UMR Riil, yang kemudian
diikuti dengan variabel Populasi (POP), Belanja Pemerintah (BPEM), dan
Lapindo. Belanja Pembangunan Pemerintah Daerah, Populasi, dan Lapindo
mempengaruhi Investasi Swasta secara positif, yang artinya dengan semakin
meningkatnya Belanja Pembangunan Pemerintah Daerah, Populasi, dan terjadinya
lumpur Lapindo akan menyebabkan peningkatan pada nilai investasi swasta.
Sebaliknya, UMR Riil mempengaruhi investasi swasta secara negatif, yang berarti
semakin meningkatnya besar Upah Minimum Regional Riil akan menyebabkan
penurunan nilai investasi swasta.
Pemerintah Daerah J awa Timur telah melakukan koordinasi dengan
Pemerintah Pusat mengenai pemanfaatan lumpur Lapindo untuk mendukung
kegiatan perekonomian di Jawa Timur, khususnya di kabupaten Sidoarjo. Yovinus
Guntur Wicaksono dalam artikelnya tanggal 30 maret 2010 yang berjudul
"Presiden dukung lumpur Lapindo menjadi kawasan wisata" pada

www.vhrmedia.com menyatakan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono


mendukung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur yang akan menjadikan
lokasi luapan lumpur PT Lapindo Brantas sebagai daerah wisata. Presiden
meminta Gubemur Soekarwo mematangkan rencana tata ruang dan wilayah
kawan lumpur Lapindo. Presiden Yudhoyono berharap agar kawasan lumpur
Lapindo dapat memberikan manfaat bagi warga, khususnya warga yang berada di

Universitas Indonesia
76

sekitar area lumpur Lapindo. Untuk mendukung hal itu, presiden telah meminta
tim Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya melakukan kajian ilmiah
dampak lumpur Lapindo. Antara lain, apakah lumpur Lapindo akan mengganggu
kesuburan laban pertanian dan berbahaya bagi kesehatan warga sekitar tanggul.
Presiden berharap dengan dijadikannya kawasan lumpur Lapindo sebagai
kawasan wisata maka akan dapat menaikkan pendapatan daerah dan masyarakat
lokal, selain itu dapat juga dijadikan sebagai sarana belajar tentang gunung api
dan geologi.
Selain Yovinus, Aries Eko pada tanggal 16 Januari 2008 juga menulis
artikelnya pada www.kabarindonesia.com yang berjudul "Lumpur Lapindo bawa
dampak positifbagi sektor Jasa dan Pariwisata" menyatakan bahwa menurut Arif
Afandi, wakil walikota, kasus lumpur Lapindo tidak hanya membawa dampak
positif bagi pendapatan kota Surabaya, terutama di sektor Jasa dan Pariwisata.
Kejadian lumpur Lapindo membuat sektor Jasa dan Pariwisata, yakni Perhotelan
menunjukkan peningkatan okupansi hotel di Surabaya. Padahal tahun 2005
sebelum Lapindo, tingkat pendapatan dari sektor jasa dan pariwisata khususnya
hunian hotel mencapai Rp 115 milyar, namun setelah adanya kasus Lapindo pada
tahun 2006, pendapatan sektor jasa dan pariwisata mencapai Rp 149 milyar,
bahkan pada tahun 2007 meningkat lagi mencapai Rp 159 milyar. Arif Afandi
juga menyatakan bahwa meskipun lumpur Lapindo berdampak positif, tetapi
Surabaya tetap menginginkan agar ada langkah konkrit dari Pemerintah Propinsi
dan Pemerintah Pusat terhadap penyelesaian luapan lumpur Lapindo. Disamping
itu, Arif Afandi menyatakan bahwa Surabaya akan terus mem-back-up kebutuhan
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo untuk menjadi fasilitator guna menyelesaikan
permasalahan lumpur Lapindo.
Sementara itu, Umi Marwati dalam tulisannya di www.kompas.com yang
beijudul "Pemanfaatan lumpur yang dikatakan bencana Lapindo" menyatakan
bahwa telah dilakukan beberapa penelitian terkait dengan bencana lumpur
Lapindo agar lumpur tersebut dapat menjadi lebih bermanfaat. Dalam tulisan itu
Kantor Kementerian Lingkungan Hidup memberikan rambu agar pemanfaatan
lumpur Lapindo harus aman untuk manusia dan lingkungan hidup. Kesimpulan

Universitas Indonesia
77

penelitian yang dilakukan adalah bahwa lumpur Lapndo dapat dimanfaatkan


untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Lumpur panas Lapindo bisa digunakan sebagai objek Nanoteknologi.
2. Lumpur Lapindo berpotensi menjadi bahan baku keramik.
3. Lumpur Lapindo dapat diolah menjadi batu bata.
4. Diketahui bahwa bahan bangunan yang berasal dari lumpur Lapindo aman bagi
kesehatan.
5. Lumpur Lapindo dapat dimanfaatkan untuk reklamasi pantai.
Berdasarkan ketiga artikel tersebut di atas diketahui bahwa lumpur Lapindo
selain berdampak negatif terhadap kondisi perekonomian dapat juga dimanfaatkan
untuk hal-hal yang positif, terutama sebagai daya tarik bagi investor di sektor Jasa
dan Pariwisata. Hal ini terlihat dari hasil regresi yang menyatakan bahwa lumpur
Lapindo berdampak positif terhadap peningkatan investasi swasta di kelima
daerah yang diteliti pada tahun 1998-2008.

Universitas Indonesia
BAB5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Ada beberapa poin kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan
proses analisa dengan menggunakan ekonometri. Berdasarkan hasil regresi, secara
singkat dapat diketahui bahwa semua variabel-variabel bebas dapat dikatakan
secara signifikan mempengaruhi investasi swasta di kelima daerah yang diteliti
secara statistik.
Berdasarkan proses yang telah dilakukan, maka hasil regresi yang diperoleh
maka dapat diuraikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Model terbaik yang diperoleh melalui pengolahan data dengan menggunakan
data panel adalah model 5, yaitu model dengan menggunakan data panel log-
log dan kemudian diolah dengan metode Fixed Effect Method (FEM) SUR.
Model 5 merupakan model yang terbaik dibandingkan dengan keempat model
yang lain dan model 5 dikatakan paling dapat menjelaskan pengaruh antara
variabel-variabel bebasnya terhadap variabel terikatnya.
2. Dengan model 5 tersebut, variabel-variabel bebas dalam model dapat
menerangkan variabel investasi swasta sebesar 73,76 %.
3. Variabel Belanja Pembangunan Pemerintah Daerah (BPEM) berpengaruh
secara positif dan pada tingkat kepercayaan 5% (a = 5%) signifikan pada
tingkat kepercayaan 5% (a = 10%) terhadap investasi swasta. Aninya, setiap
peningkatan biaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah untuk
pembangunan di daerahnya sebesar 1 % akan meningkatkan nilai investasi
swasta yang disetujui sebesar 0,35% pada masing-masing daerah tersebut.
4. Variabel Upah Minimum Regional Riil (UMRRIIL) berpengaruh secara negatif
dan pada tingkat kepercayaan 5% (a = 5%) signifikan terhadap investasi
swasta. Artinya, setiap peningkatan UMR sebesar 1 % akan menurunkan nilai
investasi swasta yang disetujui sebesar 1,75% pada masing-masing daerah
tersebut.
5. Variabel Populasi/Jumlah Penduduk (POP) berpengaruh secara positif dan
pada tingkat kepercayaan 5% (a = 5%) signifikan terhadap investasi swasta.
Artinya, setiap peningkatan jumlah penduduk di suatu daerah sebesar 1 % akan

78
Universitas Indonesia
79

meningkatkan nilai investasi swasta sebesar 3,14% pada masing-masing daerah


tersebut.
6. Variabel dummy luapan Lumpur Lapindo (LAPINDO) berpengaruh secara
positif dan pada tingkat kepercayaan 10% (a = 10%) signifikan terhadap
investasi swasta yang disetujui pada masing-masing daerah tersebut.
Dengan mengetahui kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap
peningkatan investasi swasta di daerah, maka dapat diketahui jenis faktor penentu
yang memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan investasi swasta sehingga
dapat dikembangkan lebih lanjut untuk menarik investor menanamkan modalnya
di daerah. Pada akhimya dapat diketahui dan ditentukan arah kebijakan
pemerintah dalam mengembangkan daya tarik daerahnya yang sesuai dan dapat
memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan investasi swasta.
Pemerintah Daerah pada kota Surabaya, kabupaten Sidoarjo, kabupaten
Gresik, kabupatenlkota Mojokerto, dan kabupatenlkota Pasuruan dapat
memanfaatkan potensi yang ada pada daerahnya masing-masing. Pemerintah
Daerah masing-masing dapat lebih memperhatikan kebijakan, terutama yang
berkaitan dengan penetapan besamya anggaran Belanja Pembangunan. Setiap
adanya penambahan pembangunan di daerah tersebut, yang tercermin dari
peningkatan belanja pembangunan pemerintah yang dikeluarkan, maka akan
meningkatkan nilai investasi swasta di daerah tersebut. Hal ini terbukti secara
statistik melalui model yang terbentuk, yang mengatakan bahwa belanja
pembangunan pemerintah memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap peningkatan nilai investasi swasta di daerah. N amun tingkat elastisitas
dari variabel Belanja Pembangunan ini masih rendah sehingga perlu ditelaah dan
dikaji ulang mengenai komponen yang termasuk sebagai Belanja Pemerintah,
khususnya Belanja Pembangunan Pemerintah Daerah.
Selain itu, jumlah penduduk pada masing-masing daerah dapat juga
digunakan untuk menarik investor agar menanamkan modal di daerahnya. Apalagi
terlihat dari model akhir yang diperoleh bahwa elastisitas dari variabel jumlah
penduduk ini relatif besar sehingga cukup mempunyai pengaruh untuk
meningkatkan investasi swasta di suatu daerah. Tersedianya jumlah penduduk
yang banyak dapat dijadikan daya tarik masuknya investasi ke dalam suatu daerah

Universitas Indonesia
80

karena penduduk merupakan sumber potensial bagi investor sebagai sumber


tenaga ketjanya. Apalagi jika penduduk di daerah tersebut memiliki skill atau
keahlian yang cukup baik.
Sementara itu, pemerintah daerah setempat hams lebih bijak dalam
menetapkan besamya UMR di daerahnya karena menurut model yang tercipta,
UMR mempunyai pengaruh yang signifikan dan negatif terhadap investasi swasta
yang disetujui dalam suatu daerah tertentu. Artinya, dengan adanya peningkatan
penetapan UMR oleh Pemerintah Daerah, maka nilai investasi swasta yang ada
pada daerah tersebut juga dapat berkurang.
Sementara apabila data diolah dengan menggunakan ekonometri maka
diketahui bahwa luapan Lumpur Lapindo yang tetjadi sejak bulan Mei tahun 2006
memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 10%
(a= 10%) terhadap nilai investasi swasta di daerah, khususnya di kelima daerah
yang diteliti.

5.2. Saran
Penting bagi Pemerintah Daerah dari masing-masing daerah untuk
meningkatkan nilai investasi dari waktu ke waktu agar dapat lebih meningkatkan
kondisi perekonomian di daerahnya. Oleh karena itu, maka masing-masing daerah
perlu mengenali faktor-faktor pendorong tumbuhnya investasi swasta di
daerahnya. Model yang terbentuk dalam penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi
Pemerintah Daerah untuk lebih mengenali potensi yang ada pada daerahnya,
terutama daerah yang memiliki jumlah penduduk yang besar. Namun akan lebih
baik lagi apabila model dalam penelitian ini dikembangkan lebih lanjut dengan
cara melakukan penambahan pada variabel bebasnya sehingga pada akhimya
dapat diperoleh model yang yang lebih baik dan terdekat dengan kondisi yang
sebenamya.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil regresi yang telah
diuraikan sebelumnya, maka diberikan saran-saran terkait dengan penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
1. Disarankan kepada Pemerintah Daerah, khususnya Pemerintah Daerah kota
Surabaya, kabupaten Sidoatjo, kabupaten Gresik, kabupatenlkota Mojokerto,

Universitas Indonesia
81

dan kabupatenlkota Pasuruan, agar mempertimbangkan besar Belanja


Pemerintah, khususnya belanjalpengeluaran pemerintah yang berkaitan dengan
pembangunan fisik untuk membangun sarana dan prasarana di daerahnya
masing-masing. Penyediaan sarana dan prasarana yang tercermin salah satunya
melalui pengeluaran atau belanja pembangunan diperlukan untuk dapat
menarik lebih banyak lagi investor untuk menanamkan modalnya. Dengan
tersedianya sarana dan prasaraa yang baik, misalnya tersedianya jalan dan
dermaga yang dalam kondisi baik, akan menarik investor karena hal tersebut
dapat mengurangi biaya produksi yang dikeluarkan oleh para investor.
2. Disarankan kepada Pemerintah Daerah masing-masing untuk lebih
memperhatikan komponen dalam Belanja Pemerintah, khususnya belanja yang
digunakan dalam melakukan pembangunan. Sebaiknya pengeluaran
pemerintah dilakukan untuk menunjang kegiatan perekonomian di daerah,
misalnya pengeluaran untuk membuat jalan baru atau memperbaiki jalan yang
sudah ada, sehingga diharapkan para investor lebih tertarik untuk menanamkan
modalnya di daerah tersebut.
3. Pemerintah Daerah bersama-sama dengan pihak terkait lainnya, misalnya
serikat pekerja dan perwakilan dari investor, agar menetapkan jumlah Upah
Minimum Regional (UMR) dengan nilai/besar UMR yang optimal agar
kesejahteraan pekerja tetap terjamin dan tidak mengganggu produktivitas
tenaga kerja tetapi juga dengan besar UMR yang tidak memberatkan pihak
investor. Penetapan UMR seharusnya juga memperhatikan tingkat inflasi yang
terjadi sehingga jumlah UMR riil yang diterima oleh masyarakat dapat cukup
ntuk digunakan membeli produk yang dihasilkan.
4. Pemerintah Daerah disarankan untuk mendata jumlah penduduk pada
daerahnya masing-masing secara lengkap sehingga dapat diketahui jumlah
penduduk yang ada pada daerahnya pada suatu tahun tertentu dengan pasti
karena jumlah penduduk yang besar merupakan potensi untuk menarik investor
karena tersedianya pasar yang luas ba~ produknya dan tersedianya tenaga
kerja untuk melakukan kegiatan produksi. Dengan didatanya jumlah penduduk
secara teratur, maka para investor dapat melihat lebih jelas besar pasar untuk

Universitas Indonesia
82

produknya di suatu daerah tertentu. Di sarnping itu, para investor juga dapat
melihat lebih jelas potensi tenaga kerja yang ada pada suatu daerah tertentu.
5. Disarankan kepada Pemerintah Daerah untuk lebih waspada terhadap bahaya
lumpur Lapindo tetapi dengan tetap mencari peluang terciptanya kegiatan
ekonomi lainnya. Dengan mencari peluang kegiatan ekonomi lainnya di tengah
bencana lumpur Lapindo yang sedang terjadi diharapkan para investor tidak
hanya melihat lumpur Lapindo sebagai bahaya saja melainkan melihat adanya
lumpur Lapindo sebagai peluang terciptanya peluang ekonomi yang
mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang.
6. Pemerintah Daerah Jawa Timur, khususnya Pemerintah Daerah kota Surabaya,
kabupaten Sidoarjo, kabupaten Gresik, kabupatenlkota Mojokerto, dan
kabupatenlkota Pasuruan, disarankan untuk mengembangkan model yang telah
dibentuk melalui penelitian ini dengan cara menarnbahkan variabel bebas
lainnya yang secara teoritis mempunyai pengaruh terhadap nilai investasi
swasta di daerah.
Disarnping itu, tidak tertutup kemungkinan bagi peneliti-peneliti lainnya
untuk dapat mengembangkan model yang telah terbentuk dalarn penelitian ini
sehingga dapat diketahui variabel-variabel bebas lainnya selain variabel-variabel
bebas yang ada dalarn penelitian ini yang berpengaruh terhadap nilai investasi
swasta di daerah, khususnya pada daerah-daerah di Jawa Timur.

Universitas Indonesia
83

DAFTAR PUS TAKA

Arliani. (2007). Tesis: Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi di


Provinsi Yogyakarta. Universitas Indonesia. Depok.
Badan Pusat Statistik. (BPS) (1999-2009). Jawa Timur Dalam Angka a/am
Berbagai Tahun. Surabaya.
Badan Pusat Statistik. (BPS) (2004). Laporan Perekonomian Indonesia. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. (BPS) (2008). Statistik Indonesia. Jakarta.
Bank Indonesia. (2007) Bank Indonesia dalam laporan Eva/uasi Perkembangan
Ekonomi, Perbankan, dan Sistem Pembayaran Jawa Timur Triwulan IV-
2006.
BKPM. (2005). Penelitian Penyebab Rendahnya Realisasi Investasi di Berbagai
Daerah dan Sektor Potensia/, Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Jakarta.
Blanchard, Olivier. (2006). Macroeconomics. 4th edition. Pearson Prentice Hall.
United States of America.
Boediono. (1992). Teori Pertumbuhan Ekonomi. Seri Synopsis Pengantar Ilmu
Ekonomi. No.4. BPFE. Yogyakarta.
Donbursch, R. dan Fisher S. (1992). Macro Economi (Edisi Terjemahan).
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Firmansyah, Dadang (2008). Skripsi: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Investasi di Indonesia Periode Tahun 1985 - 2004. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.
Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometrics. lh edition. McGraw-Hill
Companies, Inc., New York.
Gumpita (2003). Tesis: Ana/isis Perekonomian dan Kebijakan Peningkatan Daya
Tarik Investasi di Kabupaten Bengkalis Propinsi Riau. Universitas
Indonesia. Depok.
Imelda (2006). Ana/isis Faktor-Faktor Penentu Daya Tarik Investasi Daerah dan
Hubungannya terhadap Pembangunan Ekonomi Regional. Universitas
Indonesia. Depok.

Universitas Indonesia
84

Kuncoro, Mudrajad (2005, Januari). "Menanti Reformasi Iklim Investasi/Bisnis di


Indonesia". Jakarta.
Lipsey, Richard G. (1995). Pengantar Makro Ekonomi. Jilid I. Binarupa Aksara.
Jakarta Barat.
Mawardi (2004). Tesis: Dampak Investasi Pemerintah Daerah Jawa Barat
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan
Lainnya: Model Input-Output Antar Daerah Tahun 2000. Universitas
Indonesia. Depok.
Nachrowi, Nachrowi. D. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
untuk Ana/isis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Nopirin (1996). Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro. Yogyakarta. BPFE
Yogyakarta.
Rahman, Siska (2006). Tesis: Pengaruh Penetapan Otonomi Daerah terhadap
Pengaturan Investasi - Komite Pemantauan Pelaksana Otonomi Daerah
(KPPOD), Bab 1-5 Otonomi Daerah (www.kppod.org/region/bab1-5.pd0.
Diakses 27 Februari 2006. Depok.
Romer, David. (2006). Advanced Macroeconomics. 3rd edition. McGraw-
Hill/Irwin. New York.
Samuelson, Paul A. dan Nordhaus (1990). Ekonomi. Terjemahan Jaka Wasana.
Erlangga. Jakarta.
Sastrowardoyo, Sunyoto (1994). Kebijaksanaan da/am Menghadapi
Perkembangan Perusahaan Multinasional di Indonesia. Forum Nasional
Mahasiswa Ekonomi, Yogyakarta.
Sudewa, I.B. Ari (1999). Skripsi: Ana/isis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Investasi Swasta di Indonesia Periode 1980-1997. Yogyakarta.
Sukimo, Sadono (1994). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Tambunan, Tulus (2006). "Iklim Investasi di Indonesia: Masalah, Tantangan, dan
Potensi''. Jakarta.
Todaro, Michael. P. (1984). Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang.
Akademika Pressindo. Jakarta.

Universitas Indonesia
85

Wang, Baotai. (2004, May). "Journal/Empirical Economics Springer-Verlag:


Effects of Government Expenditure on Private Investment: Canadian
Empirical Evidence". British Columbia, Canada V2N 4Z9, 502.
Zellner, A. (1962). An efficient method of estimating seemingly unrelated
regressions and tests for aggregation bias. Journal of the American
Statistical Association, 57, 348-368.
id. wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_ Sidoarjo
www.gresik.go.id
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0609/03/persona/2919985.htm
www. vhrmedia.com

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai