Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 7
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Hal ini yang menjadi latar belakang kami untuk menganalisa Annual Report Rumah
sakit Siloam International Hospitals dengan berfokus pada aspek evaluasi dan pengendalian
dengan sub bab analisis kondisi Keuangan sebelum dan setelah akusisi dan pengukuran harga
saham sebelum dan setelah akuisisi.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.2.1 Kinerja Perusahaan Sebelum Ekpansi Akuisisi (annual report tahun 2013)
Dalam analisa kinerja perusahaan pada strategi perusahaan ini akan difokuskan pada
kondisi kinerja keuangan baik sebelum akuisisi perusahaan rumah sakit besar (2013) dan
setelah (paska) akuisisi perusahaan. Berdasarkan data annual report 2013 Perseroan adalah
grup rumah sakit swasta terbesar di Indonesia dalam jumlah kapasitas dan jumlah tempat
tidur operasional, per tanggal 31 Desember 2012 menurut Frost & Sullivan. Perseroan
membuka rumah sakit pertama di tahun 1996 dan sejak itu terus berkembang melalui
pendirian rumah-rumah sakit baru maupun akuisisi oportunistik rumah-rumah sakit yang
sudah ada. Pada tahun 2013 Perseroan mengoperasikan 16 rumah sakit , di 12 kota di
Indonesia dan menawarkan layanan kesehatan spesialis yang lengkap seperti prosedur bedah
kompleks, layanan laboratorium, fasilitas radiologi dan imaging, pengobatan kesuburan,
layanan kesehatan umum dan layanan diagnostik dan darurat di Indonesia.
Siloam Hospitals tumbuh dan berkembang melalui ekpansi konsolidasi, pelayanan
Good Coorporate Governance yang terus meningkat mutunya, dan akuisisi lima rumah sakit
sekaligus pada tahun 2011. Namun yang menarik adalah Pada tanggal 12 September 2013,
Perseroan yang telah berubah nama menjadi PT Siloam International Hospitals melakukan
Initial Public Offering (IPO) dan dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia sebagai PT Siloam
International Hospitals Tbk. Selain dari jumlah rumah sakit, Siloam Hospitals juga menjadi
rumah sakit pertama di Indonesia yang mendapat akreditasi international dari lembaga
akreditasi Joint Commission International Accreditation (akreditasi telah dilakukan pada
tahun 2007, 2010 dan 2013). Akreditasi menguatkan posisi Siloam Hospitals sebagai rumah
sakit dengan layanan berstandar internasional. Strategi pertumbuhan Perseroan sebagian
bergantung pada kemampuan Perseroan untuk mengidentifikasi potensi pertumbuhan dan
peluang akuisisi. Tidak ada jaminan bahwa Perseroan dapat mengidentifikasi peluangpeluang
yang memenuhi kriteria investasi Perseroan.
Rencana Kinerja Perusahaan Siloam Hospital pra-Akusisi (orientasi jangka panjang)
Menyadari Akusisi adalah hal yang memnjadi salah satu priorotas utama dalam
mengambangkan bisnis jasa kesehatannya Siloam Hospital mulai melakukan Ekspansi
akuisisi pada periode 2011-2012 (non rumah sakit atau non industri medis) dan memulai
akusisi perusahaan dibidang kesehatan (perusahaan Medis). Namun dalam menerapkan
strategi akuisisi Siloam Hospital mengalami permasalahan kemungkinan adanya kendala dan
kesulitan dalam proses kegiatan oprasionalnya seperti beberapa resiko :
1. kemungkinan tidak memiliki cukup dana atau kemampuan untuk memperoleh
pendanaan tambahan untuk mengejar peluang pertumbuhan dan akuisisi; dan
2. kemungkinan tidak dapat secara efektif mengelola hubungan dengan lebih banyak
pasien, pemasok, kontraktor, pemberi pinjaman serta pihak-pihak lain;
3. kemungkinan mengalami kesulitan untuk mengendalikan biaya ekspansi usaha
Perseroan dan menjamin bahwa fungsi manajerial, manajemen risiko, alokasi sumber
daya, pengendalian internal dan fungsi kepatuhan dan sistem informasi manajemen
Secara garis besar risiko keulitan ini dapat diidentifikasi dan dibagi berdasarkan :
Pengembangan rumah sakit baru Perseroan bergantung pada, antara lain, risiko yang
berhubungan dengan pengidentifikasian lokasi yang tepat, pengembangan, pembangunan dan
pendanaan. Sedangkan akuisisi rumah sakit bergantung pada risiko pendanaan dan
kemampuan Perseroan untuk mengidentifikasikan fasilitas yang tepat dan menegosiasikan
persyaratan akuisisi yang menguntungkan.
Kondisi keuangan Perusahaan Siloam Hospital sebelum Akuisisi
Berdasarkan laporan perusahaan Siloam Hospital sebelum melakukan ekpansi akuisisi dapat
dilihat pada pos laba bersih setelah pajak mengalami penurunan namun tidak signifikan dari
tahun sebelumnya yaitu pada periode 2012 sebesar 50 miliar. Hal ini tidak menjadi masalah
bagi Siloam Hospital karena ditinjau dari tingkat pendapatan pada tahun 2013 meningkat
signifikat sebesar 2.504 miliar. EBITDA juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat
signifikan dengan CAGR 24% dalam periode yang sama. Khusus tahun 2013, pertumbuhan
EBITDA adalah 35%. Kontribusi penghasilan terbesar berasal dari 4 rumah sakit mapan yang
telah beroperasi paling lama. Pertumbuhan GOR rumah-rumah sakit ini masih mencapai 15-
20% per tahun. Sedangkan MRCCC dan rumah sakit baru lainnya tumbuh diatas 50%, karena
rumah-rumah sakit ini sedang meningkatkan operasional mereka untuk mencapai kapasitas.
dari tahun 2012. Pada tanggal 31 Desember 2013, posisi Kas dan Setara Kas Perseroan
adalah sebesar Rp 515 miliar, tumbuh 206% dari tahun 2012 karena saldo hasil dari IPO yang
belum digunakan. Aset Tetap meningkat sebesar 62% menjadi Rp 1.402 miliar pada tahun
2013 dari Rp 865 miliar pada tahun 2012 karena pembukaan 2 rumah sakit baru dan akuisisi
2 rumah sakit di Bali. Sementara rasio solvabilitas berdasarkan perbandingan total hutang dan
total ekuitas adalah 59% pada tanggal 31 Desember 2013.
Pada tahun 2013 entitias anak perusahaan Siloam Hospital yang diakuisisi rata-rata
bukan perusahaan medis atau kesehatan, dan masing-masing dari mereka ikut andil dalam
kepemilikan saham SILO. Total jumlah saham yang beredar pada tahun 2013 sebelum
akuisisi perusahaan medis yaitu sebesar 1.156.100.000.
Sedangkan untuk pergerakan harga saham, jumlah saham yang beredar di akhir
periode 2013 adalah hingga mencapai 20.000.000 dan harga saham terakhir sempat fluktuatif
hingga terakhir mencapai 9000 per lembar saham, seperti yang dijelaskan pada grafik
dibawah ini :
2.3 Kinerja Perusahaan Paska Setelah Akuisisi (annual report 2014-2016)
Kombinasi Bisni Business Combination Kombinasi bisnis adalah suatu transaksi atau
peristiwa lain dimana pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih
bisnis. Kombinasi bisnis dicatat dengan menggunakan metode akuisisi. Imbalan yang
dialihkan dalam suatu kombinasi bisnis diukur pada nilai wajar, yang dihitung sebagai hasil
penjumlahan dari nilai wajar tanggal akuisisi atas seluruh aset yang dialihkan oleh Grup,
liabilitas yang diakui oleh Grup kepada pemilik sebelumnya dari pihak yang diakuisisi dan
kepentingan ekuitas yang diterbitkan oleh Grup dalam pertukaran pengendalian dari pihak
yang diakuisisi. Biaya-biaya terkait akuisisi diakui sebagai beban pada periode saat biaya
tersebut terjadi dan jasa diterima.
Kondisi keuangan Siloam Hospital yang terus fit ditunjukkan juga berdasarkan analisa
rasio perusahaan, seperti ROI, ROE, dan EPS adalah ukuran yang baik untuk mengevaluasi
kemampuan perusahaan atau divisi mencapai sasaran, berikut pembuktian analisa rasio :
Rasio Likuiditas
Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa current ratio dan quick ratio
pada PT Siloam International Hospitals tahun 2013 sampai dengan 2016 sangat baik karena
sudah memenuhi syarat standar rata-rata industri. Bahkan selisih antara rata-rata dengan nilai
current ratio maupun quick rationya lumayan besar. Hal ini menunjukan bahwa PT Siloam
Internationals Hotels dalam mengelola manajemen aset lancarnya sudah sangat baik. Namun,
di samping itu rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan asset lancar yang akan
mempunyai pengaruh kurang baik terhadap profitabilitas perusahaan karena aktiva lancar
secara umum menghasilkan tingkat return yang lebih rendah dibandingkan dengan asset tetap
Hasil perhitungan menggunakan Cash ratio pada tahun 2013 sampai 2015 masih jauh
di bawah standar karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu untuk
menjual sebagian dari aktiva lancar lainnya. Namun hal ini sudah diperbaiki perusahaan
dengan menunjukan perbaikan rasio cash pada tahun 2016. Dapat kita simpulkan dari rasio-
rasio diatas kinerja keuangan perusahaan sudah sangat baik dan memenuhi standar dalam
pengelolaan aktivanya.
Rasio Profitabilitas
Pada rasio ROI mengalami fluktuasi pada empat tahun terakhir. Tahun 2013 ke 2014
ROI mengalami penurunan sedangkan tahun 2015 ke 2016 ROI selalu meningkat
menandakan adanya perbaikan menejemen dalam menghasilkan laba perusahaan. Sedangkan
pada rasio ROA secara umum malah mengalami penurunan nilai, hal ini menunjukan bahwa
kinerja perusahaan menurun karena perputaran aset terhadap laba perusahaan juga menurun.
Tetapi jika dilihat dari EPS perusahaan terus mengalami kenaikan, hal ini
menunjukan bahwa kinerja perusahaan meningkat. Hal ini akan sangat menguntungkan bagi
para pemegang saham karena nilai saham dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Jika
dianalisis hal ini disebabkan karena NPM dan Gross Provit Margin dari tahun ketahun juga
meningkat sehingga akan membuaat EPS meningkat juga.
Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas
aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat
penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada
aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva
lain yang lebih produktif.
Rasio perputaran total asset mengalami fluktuasi. Rasio yang paling tinggi terjadi
pada tahun 2015 yakni sebesar 1.3. Pada tahun 2014 rasio meningkat menjadi 1.1 dari 0.9
pada tahun 2013. Tetapi pada 2016 mengalami penurunan menjadi 1.2. Dilihat dari hasilnya
perputaran asset perusahaan rendah dan perlu adanya evaluasi manajemen terkait dengan
strategi dan pengeluaran modalnya
Rasio Solvabilitas
Dari perhitungan rasio solvabilitas diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan struktur
modal perusahaan sudah baik tetapi perlu adanya peningkatan kinerja karena rasio dari tahun
ketahun semakin menurun. Hal ini juga berarti bahwa antara utang dan modal yang
digunakan untuk mendanai perusahaan cukup berimbang.
Melalui analisis rasio aktivitas dengan menghitung inventory turnover dan total assets
turnover, perusahaan dinilai baik karena rasio perusahaan hampir selalu berada di atas rasio
rata-rata industri.
Analisis rasio solvabilitas dengan menggunakan debt to total assets ratio, debt to
equity ratio dan long term debt to capital structure menunjukkan bahwa kondisi hutang
perusahaan terhadap aset dan hutang terhadap ekuitas cukup mengkhawatirkan pada awal
tahun dikarenakan jumlah hutang perusahaan yang cukup besar. Namun kinerja perusahaan
sudah membaik sehingga ratio terus turun pada tahun berikutnya, sehingga kondisi stuktur
modal perusahaan bias dikatakan sehat.
Dengan analisis profitabilitas melalui metode perhitungan profit margin, ROA, dan
ROI perusahaan memiliki rasio di bawah rata-rata. Sehingga dapat disimpulkan kondisi
profitabilitas perusahaan kurang baik. Namun dalam hal rasio EPS, kinerja perusahaan sangat
baik karena EPS perusahaan selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Dalam kondisi keuangan anak perusahaan terdapat kenaikan biaya pada asset lancar
lainnya karena disebabkan adanya penempatan deposito sebagai jaminan atas akuisisi, entitas
anak, pengakuan aset pengampuan pajak, dan pos persediaan sebesar 27,02 %. Sedangkan
aset lancar yang mengalami penurunan adalah pajak dibayar dimuka dengan penurunan
sebesar 100% serta pos beban diyar dimuka dengan penurunan 10,74 %. Good will menjadi
salah satu faktor penentu tentang pembagian deviden perlembar saham entitas anak
perusahaan dan penentu biaya akusisi saham perusahaan penunjang. Goodwill yang berasal
dari suatu kombinasi bisnis awalnya diukur pada biaya perolehan, yang merupakan selisih
lebih antara nilai gabungan dari imbalan yang dialihkan, jumlah setiap kepentingan
nonpengendali, dan nilai wajar kepentingan ekuitas yang telah dimiliki pengakuisisi dalam
pihak yang diakuisisi atas jumlah neto terindentifikasi dari aset yang diperoleh dan liabilitas
yang diambil alih. Untuk lebih detailnya tertera dalam laporan keuangan entitas anak
perusahaan dibawah ini.
Kondisi Saham Perusahaan Siloam Hospital Setelah Akuisisi (periode 2014-2016)
2.3.5 Laporan kondisi Saham Siloam Hospital 2015-2016
Berdasarkan laporan kondisi saham diatas laba persaham dasar yang dibagikan oleh
perusahaan mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dari 59,59 ditahun 2015
meningkat menjadi 72,51 akan tetapi jumlah saham yang beredar ytang diterbitkan ikut
mengalami peningkatan setelah 3 periode berturut-turut jumlahnya sama sebesar
1.156.100.00 menjadi 1.300.615.200. dari hasil ini dapat diketahui perhitungan EPS pada
tahun 2016 sebesar 4,362, dan jumlah tersebut sebagai acuan pengukuran bagi investor. Perlu
diketahui juga uang muka untuk akusisi saham, Siloam Hospital menyiapkan 20.000.000.000
3.1 KESIMPULAN
Dari hasil analisis diatas maka dapat disimpilkan bahwa Siloam Hospital senantiasa
mengutamakan pelayanan didasarkan pada strategi 4 (empat) pilar, yaitu keunggulan di
layanan gawat darurat, peralatan medis state-of-the art, telemedicine dan program kemitraan
dan pengembangan dokter. Melalui strategi ini, Perseroan mampu memberikan layanan medis
dengan maksimal. Kemudahan akses pasien terhadap Center of Excellence juga
menempatkan Perseroan di posisi depan persaingan bisnis layanan kesehatan. Siloam
Hospital menggunakan dua strategi utama untuk menjalankan bis.niss layanan kesehatannya
yaitu berfokus pada pengembangan mutu dan perluasan jumlah rumah sakit dan ekspansi
rumah sakit serta perusahaan-perusahaan pendukung. Berdarkan analisis keuangan dan harga
saham, setelah akuisisi perusahaan-perusahaan rumah sakit medis selama kurun waktu
periode 2014-2016 menagalmi kondisi keuangan yang optimal dan harga saham yang naik
serta jumlah volume saham beredar di publik semakin banyak, karena Siloam Hospital
membuka penawaran Umum perdana saham dengan perbanyak kapasitas. Metode penilaian
keuangan berdasarkan ROI, ROE, EPS dan tinjauan pergerakan harga saham dinilai cocok
dengan hasil hipotesis.