Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut WHO (World Health Organization) Kesehatan reproduksi

adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang tidak

semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang

berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.

Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi sehat dari sistem, fungsi,

dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja, yaitu lai-laki dan wanita

usia 10-24 tahun (Kumalasari,2012)

Keadaan kesehatan reproduksi di indonesia saat ini masih belum seperti

yang diharapkan di bandingkan di negara ASEAN lain. Indonesia masih

tertinggal dalam banyak aspek kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan

reproduksi menjadi perhatian bersama bukan hanya individu yang

bersangkutan, karena dampaknya menyangkut berbagai aspek kehidupan

dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat

(Manuaba,2009)

Diketahui bahwa sistem pertahanan dari organ reproduksi wanita

cukup baik, karena asam basanya. Tetapi pertahanan ini cukup lemah,

sehingga infeksi sering tidak terbendung dan menjalar ke segala arah,


2

menimbulkan infeksi mendadak dan menahun sehingga menjadi keluhan.

Keadaan abnormal alat kelamin adalah keputihan (Manuaba,2009)

Keputihan yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara

berlebihan. Keputihan dapat dibedakan menjadi fisiologis terjadi pada masa

menjelang dan sesudah menstruasi, dan keputihan patologis terjadi karena

semua infeksi alat kelamin. keputihan bukan penyakit tetapi gejala penyakit,

beberapa infeksi alat kelamin wanita yang terjadi yaitu vaginitis dan

servisitis. (Manuaba,2009)

Wanita yang tidak bisa membedakan keputihan fisiologis dan keputihan

patologis tidak akan tahu dirinya mengidap penyakit atau tidak, wanita yang

beranggapan keputihan fisiologis adalah keputihan patologis akan membuat

wanita tersebut merasa tidak nyaman dan merasa cemas dirinya menderita

suatu penyakit kelamin dan jika wanita beranggapan keputihan patologis

adalah keputihan fisiologis akan membuat wanita tersebut mengabaikan

keputihan yang dideritanya sehingga penyakit yang diderita bisa semangkin

parah (Manuaba,2008)

Jamur dan bakteri banyak tumbuh dalam kondisi tidak bersih dan

lembab. Organ reproduksi merupakan daerah tertutup dan berlipat, sehingga

lebih mudh untuk berkeringat, lembab dan kotor. Prilaku dalam menjaga

kebersihan genetalia, seperti menjaga kebersihan diri, mengunakan pakaian

dalam berbahan katun, membasuh vagina dengan cara yang benar,


3

menghindari cairan pembilas vagina yang bersifat basa,setia pada pasangan

akan membuat terhindar dari keputihan abnormal, (Widayati,2011)

Menurut WHO Perempuan di dunia sekitar 75% pasti mengalami

keputihan paling tidak sekali seumur hidupnya, dan sebanyak 45% akan

mengalami dua kali atau lebih, sedangkan wanita eropa yang mengalami

keputihan sebesar 25%.

Di indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan

minimal satu kali dalam kehidupannya, lebih dari 70% wanita indonesia

mengalami keputihan yang di sebabkan oleh jamur dan parasit karena cuaca

di indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur yang salah

satunya merupakan penyebab keputihan (Kompas,2009)

Di Jawa Barat, berdasarkkan penelitian yang telah lakukan jumlah

penderita IMS sebanyak 2,376 kasus, sedangkan di Kabupaten Sukabumi

terdapat 51 kasus IMS, IMS di tandai dengan gejala keputihan Abnormal

(Dinkes Jabar,2012)

Program pemerintah untuk mengurangi permasalahan kesehatan

reproduksi remaja yaitu meningkatkan promosi kesehatan reproduksi

remaja,meningkatkan sokongan (advokasi) kesehatan reproduksi remaja, KIE

(komunikasi, informasi, dan edukasi) kesehatan reproduksi remaja,

meningkatkan aktivitas konseling remaja melalui KIE,meningkatkan

dukungan pelayanan remaja yang memiliki masalah khusus,meningkatkan

dukungan bagi kegiatan remaja yang positif (Widyastuti,2009)


4

Hasil penelitian Zetyn Anggraeni mengenai “tingkat pengetahuan

remaja putri tentang keputihan di SMK Bakti 1Surakarta” tahun 2013 hasil

penelitian menunjukan tingkat penegtahuan kategori baik sebanyak 21 siswi

(31,34%), kategori cukup sebanyak 40 siswi (59,70%), dan kategori kurang

sebanyak 6siswi (8,96%).

Dari hasil survey studi pendahuluan di SMA Negeri 1 Cicurug

kabupaten sukabumi, 10 dari siswi SMA Negeri 1 Cicurug semuannya

mengalami keputihan. Saat di berikan pertanyaan tentang pengertian

keputihan, dari 10 siswi , 4 siswi (40%) berpengetahuan baik tentang

keputihan dan 6 siswi (60%) berpengetahuan kurang baik tentang keputihan.

terdapat 7 siswi (70%) berprilaku mengunakan sabun pembersih kewanitaan

dan 3 sisiwi (30%) tidak mengunakan sabun pembersih kewanitaan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

menetahui “hubungan pengetahuan dan prilaku remaja putri dengan kejadian

keputihan di SMA Negeri 1 Cicurug Tahun 2015”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan, maka yang

menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada

hubungan antara pengetahuan dan perilaku remaja putri dengan kejadian

keputihan di kalas 2 SMA Negeri 1 Cicurug kabupaten sukabumi Tahun

2015” ?.
5

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku remaja

puteri dengan kejadian keputihan di SMA Negeri 1 Cicurug Kabupaten

Sukabumi Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian keputihan remaja putri di

SMA Negeri 1 Cicurug Kabupaten Sukabumi tahun 2015.

b. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan remaja putri

tentang keputihan di SMA Negeri 1 Cicurug Kabupaten Sukabumi

Tahun 2015.

c. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat prilaku remaja putri dengan

kejadian keputiha di SMA Negeri 1 Cicurug Kabupaten Sukabumi

Tahun 2015.

d. Mengetahui hubungan pengetahuan remaja putri dengan kejadian

keputihan di SMA Negeri 1 Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun

2015.

e. Mengetahui hubungan perilaku remaja putri dengan kejadian

keputihan di SMA Negeri 1 Cicurug Kabupaten Sukabumi Tahun

2015.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Peneliti
6

Sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh

selama mengikuti perkuliahan.

2. Bagi Institusi pendidikan

a. Dapat di jadikan dokumentasi serta sebagai referensi.

b. Diharapkan hasil penellitian ini dapat menjadi masukan untuk

memperluas wawasan mahasiswi jurusan kebidanan.

3. Bagi lahan penelitian

a. Sebagai masukan informasi dan acuan kegiatan pembelajaran

berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja siswi di SMA Negeri

1 Cicurug Kabupaten Sukabumi.

b. Dapat menambah wawasan bagi siswi di SMA Negeri 1 Cicurug

Kabupaten Sukabumi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman agar lebih memahami dan mengerti dalam mengembangkan

karya tulis ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai