Anda di halaman 1dari 109

Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Flu burung (Avian Influenza, AI) merupakan infeksi yang disebabkan


oleh virus influenza A subtipe H5N1 (H=hemagglutinin;
N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung
dan ayam). Pada buku ini yang dibahas adalah flu burung yang
disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 pada manusia.

Pada tahun 1997 infeksi Flu burung telah menular dari unggas ke
manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus
influenza A subtipe H5N1. Flu burung pada manusia pertama kali
ditemukan di Hongkong pada tahun 1997 yang menginfeksi 18 orang
diantaranya 6 orang pasien meninggal dunia. Kemudian awal tahun
2003 ditemukan 2 orang pasien dengan 1 orang meninggal. Virus ini
kemudian merebak di Asia sejak pertengahan Desember 2003
sampai sekarang.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka disimpulkan bahwa AI selain


menyerang unggas dapat juga menyerang manusia. Di Indonesia,
virus ini menyerang ternak ayam sejak Oktober 2003 sampai
Februari 2004 dan dilaporkan sebanyak 4,7 juta ayam mati namun
belum menyerang manusia. Berdasarkan data Departemen
Kesehatan RI tanggal 26 November 2006 di Indonesia terdapat 74
kasus konfirmasi dan 56 orang diantaranya meninggal ( CFR 75,7%).
Berdasarkan kajian pakar Virus H5N1 merupakan salah satu virus
yang paling mungkin menyebabkan pandemi influenza yang
diperkirakan dapat menimbulkan kematian puluhan sampai ratusan
juta manusia di dunia selama masa pandemi. Sampai saat ini
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 2

Indonesia telah masuk dalam fase 3 atau waspada pandemi yaitu


ada infeksi dari unggas ke manusia sedangkan penularan dari
manusia ke manusia tidak ada atau penularan yang sangat terbatas
hanya pada kontak erat.

Departemen Kesehatan RI bersama profesi-profesi terkait (PDPI,


PAPDI, , IDAI, IDSAI, PDS PATKLIN, dan PAMKI serta PPNI)
menyusun Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah
Sakit agar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan medis kepada pasien flu burung.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Sebagai acuan tatalaksana flu burung di Rumah Sakit dalam
rangka meminimalkan kesakitan, kematian dan penyebarannya.

2. Tujuan Khusus
• Memberi informasi tentang pengertian umum flu burung dan
cara penularannya.
• Memberi petunjuk penegakan diagnosis di Rumah Sakit.
• Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu burung di Rumah
Sakit.
• Memberi petunjuk pemulangan pasien flu burung yang dirawat
dan tindak lanjutnya (follow-up).
• Memberi petunjuk penatalaksanaan pasien flu burung yang
meninggal dunia.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan sebagai tersebut di pedoman ini adalah
pelayanan di Rumah Sakit.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 3

D. Dasar Hukum

ƒ Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


ƒ Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3273).
ƒ Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3495).
ƒ Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun
1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447).
ƒ Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali
dirubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005.
ƒ Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989 tentang Jenis
Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara
Penyampaian Laporan dan Tata Cara Penanggulangannya.
ƒ Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1372/Menkes/SK/IX/2005
tentang Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung
ƒ Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1371/Menkes/SK/IX/2005
tentang Penetapan Flu Burung Sebagai Penyakit Yang Dapat
Menimbulkan Wabah serta Pedoman Penanggulangannya.
ƒ Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan.
ƒ Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1643/Menkes/SK/XII/2005
tentang Tim Nasional Penanggulangan Penyakit Flu Burung
ƒ Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 756/Menkes/SK/IX/2006
tentang Pembebasan Biaya Pasien Penderita Flu Burung.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 4

BAB II
PENYAKIT FLU BURUNG

A. Etiologi
Virus influenza tipe A merupakan anggota keluarga
orthomyxoviridae. Pada permukaan virus tipe A, ada 2 glikoprotein,
yaitu hemagglutinin (H) dan neuraminidase (N). Subtipe berdasarkan
sifat H (H1 sampai H16) dan N (N1 sampai N9). Virus influenza pada
unggas mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari
pada suhu 220 C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00 C. Di dalam tinja
unggas dan dalam tubuh unggas sakit, dapat hidup lama, tetapi mati
pada pemanasan 600 C selama 30 menit, 560 C selama 3 jam dan
pemanasan 800 C selama 1 menit. Virus akan mati dengan deterjen,
desinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung iodin atau
alkohol 70%.

Virus H5N1 dapat bermutasi sehingga dapat menjadi virus penyebab


pandemi.

B. EPIDEMIOLOGI
1. Sebaran kasus
Data sebaran kasus pada unggas dan manusia sampai dengan
26 November 2006.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 5

2. Kelompok Risiko Tinggi, Cara Penularan, Masa Inkubasi


a. Kelompok Risiko Tinggi
Kelompok yang perlu diwaspadai dan berisiko tinggi terinfeksi flu
burung adalah :
- Kontak erat (dalam jarak 1 meter), seperti merawat,
berbicara atau bersentuhan dengan pasien suspek, probabel
atau kasus H5N1 yang sudah konfirm.
- Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti
bulu, memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan
ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas atau terhadap
lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam
wilayah di mana infeksi dengan H5N1 pada hewan atau
manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan
terakhir.
- Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak
dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 6

dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi


H5N1 dalam satu bulan terakhir.
- Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau
unggas liar), misalnya kucing atau babi yang telah
dikonfirmasi terinfeksi H5N1.
- Memegang / menangani sampel (hewan atau manusia) yang
dicurigai mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium
atau tempat lainnya.

b. Cara Penularan
Penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui :
1. Binatang : Kontak langsung dengan unggas atau binatang lain
yang sakit atau produk unggas yang sakit.
2. Lingkungan : Udara atau peralatan yang tercemar virus
tersebut baik yang berasal dari tinja atau sekret unggas yang
terserang Flu Burung.
3. Manusia : Sangat terbatas dan tidak efisien (ditemukannya
beberapa kasus dalam kelompok / cluster).
4. Makanan : Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang
tidak dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau
dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi H5N1
dalam satu bulan terakhir.

c. Masa Inkubasi
Masa inkubasi rata-rata adalah 3 hari (1-7 hari). Masa penularan
pada manusia adalah 1 hari sebelum, sampai 3-5 hari setelah
gejala timbul dan pada anak dapat sampai 21 hari.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 7

BAB III
DIAGNOSIS

A. Definisi Kasus
Dalam mendiagnosis kasus flu burung ada 4 kriteria yang
ditetapkan yaitu :
• Kasus dalam Investigasi
• Kasus Suspek
• Kasus Probabel
• Kasus Konfirm

1. Kasus dalam investigasi


Seseorang yang telah diputuskan oleh dokter setempat untuk
diinvestigasi terkait kemungkinan infeksi H5N1.
Kegiatan yang dilakukan berupa surveilans semua kasus ILI
dan Pneumonia di rumah sakit serta mereka yang kontak
dengan pasien flu burung di rumah sakit.

2. Kasus Suspek H5N1


Seseorang yang menderita demam dengan suhu > 38o C
disertai satu atau lebih gejala di bawah ini :
o batuk
o sakit tenggorokan
o pilek
o sesak napas

DAN DISERTAI
Satu atau lebih dari pajanan di bawah ini dalam 7 hari sebelum
mulainya gejala :
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 8

- Kontak erat (dalam jarak 1 meter), seperti merawat,


berbicara atau bersentuhan dengan pasien suspek, probabel
atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi.
- Terpajan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti
bulu, memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan
ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas atau terhadap
lingkungan yang tercemar oleh kotoran unggas itu dalam
wilayah di mana infeksi dengan H5N1 pada hewan atau
manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan
terakhir.
- Mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak
dimasak dengan sempurna di wilayah yang dicurigai atau
dipastikan terdapat hewan atau manusia yang terinfeksi
H5N1 dalam satu bulan terakhir.
- Kontak erat dengan binatang lain (selain ternak unggas atau
unggas liar), misalnya kucing atau babi yang telah
dikonfirmasi terinfeksi H5N1.
- Memegang/ menangani sampel (hewan atau manusia) yang
dicurigai mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium
atau tempat lainnya.
- ditemukan leukopeni (nilai hitung leukosit di bawah nilai
normal).
- ditemukan adanya titer antibodi terhadap H5 dengan
pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda atau uji
ELISA untuk influenza A tanpa subtipe.
- foto toraks menggambarkan pneumonia yang cepat
memburuk pada serial foto.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 9

3. Kasus Probabel H5N1


Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih
keadaan di bawah ini :
a. ditemukan kenaikan titer antibodi terhadap H5, minimum 4
kali, dengan pemeriksaan uji HI menggunakan eritrosit kuda
atau uji ELISA.
b. hasil laboratorium terbatas untuk Influenza H5
(terdeteksinya antibodi spesifik H5 dalam spesimen serum
tunggal) menggunakan uji netralisasi (dikirim ke
Laboratorium Rujukan).
Atau
Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit saluran
napas akut yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya yang
secara epidemiologis berkaitan dengan aspek waktu, tempat
dan pajanan terhadap suatu kasus probabel atau suatu kasus
H5N1 yang terkonfirmasi.

4. Kasus H5N1 terkonfirmasi


Seseorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau
probabel
DAN DISERTAI
Satu dari hasil positif berikut ini yang dilaksanakan dalam
suatu laboratorium influenza nasional, regional atau
internasional yang hasil pemeriksaan H5N1-nya diterima oleh
WHO sebagai konfirmasi :
a. Isolasi virus H5N1
b. Hasil PCR H5N1 positif
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 10

c. Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk


H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan
spesimen akut (diambil <7 hari setelah awitan gejala
penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen harus
pula >1/80.
d. Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada spesimen
serum yang diambil pada hari ke >14 setelah awitan (onset
penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain, misalnya
titer HI sel darah merah kuda >1/160 atau western blot
spesifik H5 positif.

B. LANGKAH DIAGNOSTIK
1. Gejala Klinis
Pada umumnya gejala klinis flu burung yang sering ditemukan
adalah demam > 380 C, batuk dan nyeri tenggorok. Gejala lain
yang dapat ditemukan adalah pilek, sakit kepala, nyeri otot,
infeksi selaput mata, diare atau gangguan saluran cerna. Bila
ditemukan gejala sesak menandai terdapat kelainan saluran napas
bawah yang memungkinkan terjadi perburukan. Jika telah
terdapat kelainan saluran napas bawah akan ditemukan ronki di
paru dan bila semakin berat frekuensi pernapasan akan semakin
cepat.

2. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik


a. Pemeriksaan Laboratorium
Setiap pasien yang datang dengan gejala klinis seperti di atas
dianjurkan untuk sesegera mungkin dilakukan pengambilan
sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin (Hb, Leukosit,
Trombosit, Hitung Jenis Leukosit), spesimen serum, aspirasi
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 11

nasofaringeal, apus hidung dan tenggorok untuk konfirmasi


diagnostik.

Diagnosis flu burung dibuktikan dengan :


1. Uji RT-PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain
Reaction) untuk H5.
2. Biakan dan identifikasi virus Influenza A subtipe H5N1.
3. Uji Serologi :
3.1.Peningkatan >4 kali lipat titer antibodi netralisasi untuk
H5N1 dari spesimen konvalesen dibandingkan dengan
spesimen akut ( diambil <7 hari setelah awitan gejala
penyakit), dan titer antibodi netralisasi konvalesen
harus pula >1/80.
3.2.Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 >1/80 pada
spesimen serum yang diambil pada hari ke >14 setelah
awitan (onset penyakit) disertai hasil positif uji serologi
lain, misalnya titer HI sel darah merah kuda >1/160
atau western blot spesifik H5 positif.

Pemeriksaan lain dilakukan untuk tujuan mengarahkan


diagnostik ke arah kemungkinan flu burung dan menentukan
berat ringannya derajat penyakit . Pemeriksaan yang dilakukan
adalah :

Pemeriksaan Hematologi :

Hemoglobin, leukosit, trombosit, hitung jenis leukosit, limfosit


total. Umumnya ditemukan leukopeni, limfositopeni dan
trombositopeni.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 12

Pemeriksaan Kimia darah :

Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, Kreatin


Kinase, Analisis Gas Darah. Umumnya dijumpai penurunan
albumin, peningkatan SGOT dan SGPT, peningkatan ureum dan
kreatinin, peningkatan Kreatin Kinase, Analisis Gas Darah
dapat normal atau abnormal. Kelainan laboratorium sesuai
dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang ditemukan.

b. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan foto toraks PA dan Lateral harus dilakukan pada
setiap tersangka flu burung. Gambaran infiltrat di paru
menunjukkan bahwa kasus ini adalah pneumonia.
Pemeriksaan lain yang dianjurkan adalah pemeriksaan CT Scan
untuk kasus dengan gejala klinik flu burung tetapi hasil foto
toraks normal sebagai langkah diagnostik dini.

c. Pemeriksaan Post Mortem


Pada pasien yang meninggal sebelum diagnosis flu burung
tertegakkan, dianjurkan untuk mengambil sediaan post-
mortem dengan jalan biopsi pada mayat (necropsi), spesimen
dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi dan PCR.

3. Derajat Penyakit
Pasien yang telah dikonfirmasi sebagai kasus flu burung dapat
dikategorikan menjadi :
Derajat 1 : Pasien tanpa pneumonia
Derajat 2 : Pasien dengan pneumonia ringan tanpa gagal
napas
Derajat 3 : pasien dengan pneumonia berat dan gagal
napas
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 13

Derajat 4 : Pasien dengan pneumonia berat dan ARDS atau


dengan kegagalan organ ganda (multiple organ
failure).

4. Diagnosis Banding
Diagnosis banding disesuaikan dengan tanda dan gejala yang
ditemukan. Penyakit dengan gejala hampir serupa yang sering
ditemukan antara lain:
- Demam Dengue
- Infeksi paru yang disebabkan oleh virus lain, bakteri atau
jamur
- Demam Typhoid
- HIV dengan infeksi sekunder
- Tuberkulosis Paru

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk


menyingkirkan diagnosis banding tergantung indikasi, antara lain:

- Dengue blot : IgM, IgG untuk menyingkirkan diagnosis


demam dengue

- Biakan sputum dahak, darah dan urin.

- Biakan Salmonella, uji Widal untuk menyingkirkan diagnosis


demam tifoid.

- Pemeriksaan anti HIV .

- Pemeriksaan dahak mikroskopik Basil Tahan Asam (BTA)


dan biakan mikobakterium, untuk menyingkirkan TB Paru.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 14

BAB IV
TATALAKSANA MEDIK

Pada dasarnya penatalaksanaan flu burung (AI) sama dengan influenza


yang disebabkan oleh virus yang patogen pada manusia.

A. Penatalaksanaan Umum
1. Pelayanan di Fasilitas Kesehatan non Rujukan Flu Burung
• Pasien suspek flu burung langsung diberikan Oseltamivir 2 x 75
mg (jika anak, sesuai dengan berat badan) lalu dirujuk ke RS
rujukan flu burung.
• Untuk puskesmas yang terpencil pasien diberi pengobatan
oseltamivir sesuai skoring di bawah ini, sementara pada
puskesmas yang tidak terpencil pasien langsung dirujuk ke RS
rujukan. Kriteria pemberian oseltamivir dengan sistem skoring,
dimodifikasi dari hasil pertemuan workshop “Case
Management” & pengembangan laboratorium regional Avian
Influenza, Bandung 20 – 23 April 2006

Skor
Gejala 1 2

Demam < 38ºC > 38ºC


RR N >N
Ronki Tdk ada Ada
Leukopeni Tdk ada Ada
Kontak Tdk ada Ada
Jumlah
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 15

Skor :
6–7 = evaluasi ketat, apabila meningkat (>7) diberikan
oseltamivir
>7 = diberi oseltamivir.

Batasan Frekuensi Napas :


< 2bl = > 60x/menit
2bl - <12 bl = > 50x/menit
>1 th - <5 th = > 40x/menit
5 th - 12 th = > 30x/menit
>13 = > 20x/menit
Pada fasilitas yang tidak ada pemeriksaan leukosit maka pasien
dianggap sebagai leukopeni (skor = 2)
• Pasien ditangani sesuai dengan kewaspadaan standar

2. Pelayanan di Rumah Sakit Rujukan


Pasien Suspek H5N1, Probabel, dan Konfirmasi dirawat di Ruang
Isolasi.
• Petugas triase memakai APD, kemudian segera mengirim pasien
ke ruang pemeriksaan.
• Petugas yang masuk ke ruang pemeriksaan tetap mengunakan
APD dan melakukan kewaspadaan standar.
• Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik.
• Pemeriksaan laboratorium sesuai dengan bab III.B.2.a, dan foto
toraks. Setelah pemeriksaan awal, pemeriksaan rutin
(hematologi dan kimia) diulang setiap hari sedangkan HI diulang
pada hari kelima dan pada waktu pasien pulang. Pemeriksaan
PCR dilakukan pada hari pertama, kedua, dan ketiga perawatan.
Pemeriksaan serologi dilakukan pada hari pertama dan diulang
setiap lima hari.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 16

• Penatalaksanaan di ruang rawat inap


Klinis
1. Perhatikan :
- Keadaan umum
- Kesadaran
- Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
- Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan
alat pulse oxymetry.
2. Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.

B. Profilaksis Menggunakan Oseltamivir


Perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penularan dari manusia ke
manusia, namun penggunaan profilaksis oseltamivir sebelum
terpajan tidak dianjurkan. Rekomendasi saat ini oseltamivir diberikan
pada petugas yang terpajan pada pasien yang terkonfirmasi dengan
jarak < 1 m tanpa menggunakan APD. Bagi mereka yang terpajan
lebih 7 hari yang lalu, profilaksis tidak dianjurkan.

Kelompok risiko tinggi untuk mendapat profilaksis adalah


• Petugas kesehatan yang kontak erat dengan pasien suspek atau
konfirmasi H5N1 misalnya pada saat intubasi atau melakukan
suction trakea, memberikan obat dengan menggunakan
nebulisasi, atau menangani cairan tubuh tanpa APD yang
memadai. Termasuk juga petugas lab yang tidak menggunakan
APD dalam menangani sampel yang mengandung virus H5N1.
• Anggota keluarga yang kontak erat dengan pasien konfirmasi
terinfeksi H5N1. Dasar pemikirannya adalah kemungkinan mereka
juga terpajan terhadap lingkungan atau unggas yang menularkan
penyakit.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 17

C. Antiviral
1. Pengobatan
Antiviral diberikan secepat mungkin (48 jam pertama) :
• Dewasa atau anak ≥ 13 tahun Oseltamivir 2x75 mg per hari
selama 5 hari.
• Anak > 1 tahun dosis oseltamivir 2 mg/kgBB, 2 kali sehari
selama 5 hari.
• Dosis oseltamivir dapat diberikan sesuai dengan berat badan
sbb :
> 40 kg : 75 mg 2x/hari
> 23 – 40 kg : 60 mg 2x/hari
> 15 – 23 kg : 45 mg 2x/hari
≤ 15 kg : 30 mg 2x/hari

• Pada percobaan binatang tidak ditemukan efek teratogenik dan


gangguan fertilitas pada penggunaan oseltamivir. Saat ini
belum tersedia data lengkap mengenai kemungkinan terjadi
malformasi atau kematian janin pada ibu yang mengkonsumsi
oseltamivir. Karena itu penggunaan oseltamivir pada wanita
hamil hanya dapat diberikan bila potensi manfaat lebih besar
dari potensi risiko pada janin.

2. Profilaksis
Profilaksis 1x75 mg diberikan pada kelompok risiko tinggi
terpajan sampai 7-10 hari dari pajanan terakhir. Penggunaan
profilaksis jangka panjang dapat diberikan maksimal hingga 6-8
minggu sesuai dengan profilaksis pada influenza musiman.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 18

D. Pengobatan lain
• Antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman tipikal dan
atipikal (lihat lampiran 2 petunjuk penggunaan antibiotik).
• Metilprednisolon 1-2 mg/kgBB IV diberikan pada pneumonia
berat, ARDS atau pada syok sepsis yang tidak respons terhadap
obat-obat vasopresor.
• Terapi lain seperti terapi simptomatik, vitamin, dan makanan
bergizi.
• Rawat di ICU sesuai indikasi.

E. Perawatan Intensif
Kriteria pneumonia berat; jika dijumpai salah satu di bawah ini :
1. Frekuensi napas > 30 menit.
2. PaO2/FiO2 < 300.
3. Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
4. Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
5. Tekanan sistolik < 90 mmHg
6. Tekanan diastolik < 60 mmHg
7. Membutuhkan ventilasi mekanik
8. Infiltrat bertambah > 50%
9. Membutuhkan vasopresor > 4 jam (septik syok)
10. Serum kreatinin ≥ 2 mg/dl.

Kriteria perawatan di ruang rawat intensif. ( ICU )


a. Gagal Napas
Kalau terjadi gangguan ventilasi dan perfusi, jika pada
pemeriksaan AGD ( Analisis Gas Darah ) ditemukan :
- PaCO2 > 60 torr
- Ratio Pa O2/Fi O2 :
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 19

< 200 untuk ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome)


< 300 untuk ALI (Acute Lung Injury)
- Frekuensi napas > 30 X menit

b. Syok (dapat hipovolemik, distributif, kardiogenik ataupun


obstruktif )
Tekanan darah sistolik < 90 mmHg (dewasa) atau untuk anak
Tekanan Arteri Rata-rata (TAR) < 50 mmHg, yang telah
dilakukan resusitasi cairan dan membutuhkan inotropik/
vasopresor > 4 jam.
Sebaiknya dengan menggunakan kateter vena sentral.

c. a + b memerlukan bantuan ventilator mekanik.


d. Jika memakai ventilator mekanik, maka dianjurkan dengan
menggunakan respirator dengan pressure cycle, dengan
pengaturan awal :
Mode : Pressure Control Ventilation
Volume Tidal : 6 – 8 cc / kg Berat Badan
PEEP > 5 Cm H20
Frekuensi Napas : 12 X /menit
Fi O2 : 1.0 (100 %)
P insp (Tekanan Inspirasi) : Mulai dari 10 Cm H20

Mutlak dilakukan pemeriksaan AGD 30 menit setelah setting


awal.
Sasaran yang ingin dicapai adalah mempertahankan PaO2 di
atas 100 torr dan Sat O2 diatas 95% dengan FiO2 dibawah
60%.

e. Dapat juga digunakan NIPPV (Non Invasive Positive Pressure


Ventilation), pada pasien dengan kesadaran compos mentis.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 20

f. Dapat disapih dari respirator kalau:


1. Keadaan Umum pasien sudah membaik, kesadaran membaik
tanpa sedasi.
2. Nutrisi adekuat dengan status cairan adekuat.
3. Bebas infeksi.
4. Hemodinamik stabil tanpa inotropik atau vasopressor.
5. Status asam basa dan elektrolit stabil.
6. Tidak ada bronkospasme.
7. Oksigenasi baik dengan FiO2< 0.5 dengan PEEP < 5 CmH2O
8. Weaning Parameter :
- Frekuensi Pernapasan/Vt < 100.
- Frekuensi Pernapasan : 30 X/menit.
- Vt : 6 – 8 CC/kgbb.

Indikasi keluar dari ICU.

Setelah 24 jam setelah pasien disapih dan diekstubasi tanpa adanya


kelainan baru maka pasien dapat dipindahkan ke ruangan.

F. Kriteria pindah rawat dari ruang isolasi ke ruang perawatan


biasa :
- Terbukti bukan kasus flu burung.
- Untuk kasus PCR positif dipindahkan setelah PCR negatif.
- Setelah tidak demam 7 hari.
- Pertimbangan lain dari dokter.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 21

G. Kriteria kasus yang dipulangkan dari perawatan biasa :


- Tidak panas 7 hari dan hasil laboratorium dan radiologi
menunjukkan perbaikan.
- Pada anak ≤ 12 tahun dengan PCR positif, 21 hari setelah
awitan (onset) penyakit.
- Jika kedua syarat tak dapat dipenuhi maka dilakukan
pertimbangan klinik oleh tim dokter yang merawat.

H. Perawatan Tindak Lanjut


- Pasien yang sudah pulang ke rumah diwajibkan kontrol di
poliklinik Paru / Penyakit Dalam / Anak RS terdekat.
- Kontrol dilakukan satu minggu setelah pulang yaitu foto toraks
dan laboratorium dan uji lain yang ketika pulang masih
abnormal.

Jika muncul kembali gejala dan tanda flu burung


Segera ke Rumah Sakit
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 22

BAB V
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Penatalaksanaan keperawatan pasien flu burung (AI) pada dasarnya


sama dengan penatalaksanaan keperawatan pasien pneumonia. Di
dalam buku ini difokuskan pada asuhan keperawatan pasien flu burung
tanpa alat bantu pernapasan yang dirawat di ruang isolasi dan pasien
flu burung dengan alat bantu pernapasan yang dirawat di ruang ICU.

Asuhan keperawatan dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan


mulai dari pengkajian sampai evaluasi dilengkapi dengan rencana
pasien pulang (discharge planning). Diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul pada pasien flu burung antara lain pola napas tidak
efektif, gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, cairan dan elektrolit,
gangguan Activity Daily Living (ADL) dan komunikasi verbal, resiko
penyebaran infeksi dan cemas. Rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan masalah/diagnosis keperawatan yang ditegakkan
antara lain manajemen cairan, manajemen asam basa, dan manajemen
ventilasi mekanik dengan menerapkan prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi (terlampir). Evaluasi dlakukan untuk menilai
keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien flu burung.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
(meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis
kelamin dan penanggung jawab).
2. Riwayat kesehatan sekarang
- Demam : Ya  Tidak 
- Sesak napas : Ya  Tidak 
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 23

- Batuk : Ya  Tidak 
- Pilek : Ya  Tidak 
- Sakit tenggorokan : Ya  Tidak 
- Diare : Ya  Tidak 

3. Riwayat kesehatan masa lalu


- Riwayat pernah sakit paru : Ada  Tidak 
- Riwayat sakit lain : Ada  Tidak 

4. Riwayat kesehatan keluarga


- Riwayat sakit turunan : Ada  Tidak 
- Riwayat sakit yang sama dengan
pasien : Ada  Tidak 
- Riwayat sakit paru dalam keluarga : Ada  Tidak 
- Genogram

5. Riwayat perjalanan
Dalam waktu 7 hari sebelum timbulnya gejala :
- Melakukan kunjungan ke daerah
atau bertempat tinggal di wilayah
yang terjangkit flu burung : Ya  Tidak 
- Mengkonsumsi unggas sakit : Ya  Tidak 
- Kontak dengan unggas / orang yang
positif flu burung : Ya  Tidak 

6. Kondisi lingkungan rumah


- Dekat dengan pemeliharaan unggas : Ya  Tidak 
- Memelihara unggas : Ya  Tidak 
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 24

7. Kebiasaan sehari-hari (aktivitas)


- Waktu bekerja :
- Jenis pekerjaan :
- Kebersihan diri (kebiasaan mencuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan)

8. Pemeriksaan fisik
a. Status neurologi
- Tingkat kesadaran :
CM  Somnolent  Apatis  Sopor 
- Glasgow Coma Scale (GCS):
Eye :…….. Motorik :……….. Verbal :……….

b. Status respirasi
- Jalan Napas
Bersih  Ada Sumbatan 
- Pernapasan
Sesak  Tidak Sesak 
- Frekuensi Pernapasan : ...... x /menit
- Irama Napas
Teratur  Tidak Teratur 
- Jenis Pernapasan
Spontan  Kusmaul  Cheynestokes 
- Batuk
Ya  Tidak 
- Sputum
Ya  Tidak  Warna 
- Konsistensi
Kental  Encer 
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 25

- Suara Napas
Vesikuler  Ronki  Wheezing  Rales 
- Palpasi Dada : ..................
- Perkusi Dada : .................
- Nyeri saat bernapas
Ya  Tidak 
- Menggunakan alat bantu pernapasan
Ya  Tidak 

c. Status kardiovaskuler
- Nadi : …..x/menit
▪ Irama : Teratur  Tidak teratur 
▪ Denyut : Teratur  Tidak teratur 
- Tekanan darah :……………….. mmHg
- Distensi vena jugularis :
▪ Kanan : Ya  Tidak 
▪ Kiri : Ya  Tidak 
- Warna kulit :
Pucat  Cyanosis  Kemerahan 
- Pengisian kapiler : ……/detik
- Edema :
Ya  Tidak 
- Kelainan bunyi jantung :
Murmur  Gallop 
- Sakit dada :
Ya  Tidak 
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 26

d. Gastrointestinal
- Keadaan mulut
• Gigi : Caries  Tidak 
• Stomatitis : Ya  Tidak 
• Lidah kotor : Ya  Tidak 
• Saliva : Normal  Abnormal 
- Muntah : Ya  Tidak 
- Nyeri daerah perut : Ya  Tidak 
- Bising Usus : …....x/menit
- Diare : Ya  Tidak 
- Konstipasi : Ya  Tidak 
e. Ekstremitas
- Kesulitan dalam pergerakan :
Ya  Tidak 
- Keadaan tonus otot :
Baik  Hipotoni  Hypertoni  Atoni 

- Kekuatan otot :

f. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium meliputi darah lengkap, AGD, kimia darah,
serologi, PCR, Widal, IgM, IgG, mikrobiologi, pemeriksaan
anti HIV, kultur, BTA.
- Radiologi meliputi foto toraks dan CT-Scan

g. Terapi pengobatan
(Terapi yang diberikan merupakan hasil kolaborasi dengan
dokter)
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 27

9. Riwayat psikososial dan spiritual


- Dampak penyakit pasien terhadap keluarga
- Persepsi terhadap penyakit
- Masalah yang mempengaruhi pasien
- Mekanisme koping
- Sistem nilai kepercayaan

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu
burung tanpa ABN yang dirawat di ruang isolasi:
-Bersihan jalan napas tidak efektif
-Gangguan pertukaran gas
-Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh
-Resiko tinggi penularan infeksi
-Intoleransi aktifitas
-Nyeri
-Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
-Ansietas

2. Diagnosis keperawatan yang mungkin timbul pada pasien flu


burung dengan ABN ventilator yang dirawat di ruang ICU:
-Pola nafas tidak efektif
-Jalan nafas tidak efektif
-Penurunan cardiac output
-Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
-Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
-Gangguan pemenuhan ADL
-Gangguan komunikasi verbal
-Resiko tinggi penyebaran infeksi
-Cemas
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 28

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG TANPA VENTILATOR

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi keperawatan Rasional


1 Bersihan jalan napas tidak Jalan napas kembali efektif • Kaji frekuensi / kedalaman • Takipnea, pernapasan
efektif b.d peningkatan dengan kriteria hasil : pernapasan & gerakan dada dangkal dan gerakan
produksi sputum, penurun- o Frekuensi napas dalam batas dada tidak simetris
an energi, kelemahan normal (16–20 x/mnt) karena ketidaknyamanan
DS : o Bunyi napas vesikuler gerakan dinding dada.
DO : o Bernapas tidak menggunakan • Auskultasi area paru, catat • Penurunan aliran udara
o Ronki alat bantu napas adanya ronki, mengi, dan terjadi pada area
o Mengi o Tidak ada dispnea dan krekels. konsolidasi dengan
o Jalan napas terdapat sianosis cairan
sekret • Observasi & catat batuk • Batuk adalah mekanisme
o Bunyi napas tidak normal yang berlebihan, pembersihan jalan napas
: ….. peningkatan frekusensi secara alami
o Frekuensi napas : napas, sekret yang
…x/menit berlebihan.
• Penghisapan sesuai dengan • Merangsang batuk atau
indikasi pembersihan secara
alami
• Berikan cairan sedikitnya • Cairan yang hangat
2500 ml/ hari memobilisasi dan
mengeluarkan sekret
• Bantu mengawasi efek • Memudahkan
penggunaan nebulizer. pengenceran dan
pembuangan sekret
• Berikan obat sesuai indikasi: • Obat untuk menurunkan
Mukolitik, ekspektoran, spasme bronkus dengan
bronkodilator, analgesik. mobilisasi sekret
2 Gangguan pertukaran gas Menunjukkan perbaikan ventilasi • Kaji frekuensi, kedalaman • Manifestasi distress
b.d perubahan membran dengan kriteria hasil : dan kemudahan bernapas pernapasan tergantung
alveolar, gangguan kapasi- o Oksigenasi jaringan dengan pada derajat keterlibatan
tas pembawa O2 darah, AGD dalam rentang normal paru dan status
gangguan pengiriman O2 o Tak ada distress pernafasan kesehatan umum
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 29

• Observasi warna kulit, • Sianosis kuku menunjuk-


membran mukosa dan kuku, kan vasokonstriksi,
catat adanya sianosis sianosis membran
mukosa menunjukkan
hipoksemia sistemik
• Awasi suhu tubuh, bantu • Demam tinggi sangat
tindakan kenyamanan untuk meningkatkan
menurunkan demam kebutuhan metabolik
dan O2
• Observasi penyimpangan • Syok dan edema paru
kondisi, catat hipotensi, adalah penyebab umum
banyaknya jumlah sputum, kematian pada
perubahan tingkat ke- pneumonia
sadaran.
• Berikan terapi O2 dengan • Mempertahankan PaO2
benar diatas 60 mmHg
• Awasi AGD dan Saturasi • Mengevaluasi proses
Oksigen dengan pulse penyakit dan memu-
oksimeter dahkan terapi paru
3 Resiko tinggi penularan Pencegahan penularan infeksi • Pantau ketat tanda-tanda • Selama periode waktu ini
infeksi b.d proses penyakit dengan kriteria hasil : vital, khususnya pada awal potensial komplikasi fatal
o Tidak terdapat tanda – tanda terapi dapat terjadi
penularan infeksi dari pasien • Anjurkan pasien • Perubahan karakteristik
ke pasien lain, keluarga dan memperhatikan pengeluaran sputum menunjukan
petugas kesehatan. sputum dan melaporkan perbaikan pneumonia
o Mencapai waktu perbaikan perubahan warna, jumlah atau terjadinya infeksi
infeksi berulang tanpa dan bau sputum skunder
komplikasi • Cegah penyebaran infeksi • Organisme yang mudah
dari pasien lain, keluarga menular dapat ditularkan
dan petugas kesehatan melalui kontak langsung.
dengan mencuci tangan Teknik mencuci tangan
secara konsisten sebelum penting dalam
dan sesudah kontak dengan mengurangi transian
pasien serta menggunakan lapisan luar kulit dan
APD menurunkan penyebaran
/ tambahan infeksi
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 30

• Kolaborasi pemberian anti • Obat ini digunakan untuk


mikrobakterial membunuh kebanyakan
mikrobial pneumonia
4 Intoleran aktifitas b.d Peningkatan aktifitas dengan • Evaluasi respon pasien • Menetapkan kemampuan
kelemahan, ketidak kriteria hasil: terhadap aktivitas, catat / kebutuhan pasien
seimbangan antara suplai o Menunjukan peningkatan laporan dispnea,
dan kebutuhan O2 toleransi terhadap aktivitas peningkatan kelemahan
o Tanda vital dalam rentang • Berikan lingkungan tenang • Menurunkan stress dan
normal dan batasi pengunjung rangsangan berlebihan,
selama fase akut sesuai meningkatkan istirahat
indikasi
• Bantu pasien memilih posisi • Tirah baring dipertahan
nyaman untuk istirahat/ kan untuk menurunkan
tidur kebutuhan metabolik,
menghemat energi untuk
penyembuhan
• Bantu perawatan diri yang • Meminimalkan kelelahan
tidak dapat dilakukan pasien dan membantu
keseimbangan suplai dan
kebutuhan O2
5 Nyeri b.d inflamasi Nyeri terkontrol dengan kriteria • Tentukan karakteristik nyeri • Nyeri dada biasanya ada
parenkim paru, batuk hasil: misalnya tajam, konstan, dalam beberapa derajat
menetap o Menyatakan nyeri hilang atau ditusuk. Selidiki perubahan pada pneumonia
terkontrol karakter/ lokasi / intensitas
o Menunjukan rileks, peningkat- nyeri
an aktifitas dengan tepat • Pantau tanda-tanda vital • Perubahan frekuensi
jantung/TD menunjukan
bahwa pasien mengalami
nyeri
• Kolaborasi pemberian • Obat ini dapat digunakan
analgesik dan antitusif untuk menekan batuk
nonproduktif atau
menurunkan mukosa
berlebihan, meningkat-
kan kenyamanan
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 31

6 Gangguan pemenuhan Kebutuhan nutrisi pasien • Auskultasi bising usus • Bising usus mungkin
kurang dari kebutuhan terpenuhi selama perawatan menurun bila proses
tubuh b.d peningkatan dengan kriteria hasil: infeksi berat
kebutuhan metabolik o Menunjukan peningkatan berat • Berikan makanan porsi kecil • Meningkatkan masukan
sekunder, anoreksia, badan dengan frekuensi sering meskipun nafsu makan
distensi abdomen o Menunjukan peningkatan nafsu lambat untuk kembali
makan • Sajikan makanan dalam • Mengurangi rasa mual
o Makan habis 1 porsi keadaan hangat
o Tidak ada mual muntah • Berikan perawatan mulut • Menghilang rasa tidak
enak dan bau mulut
• Timbang berat badan setiap • Mengetahui
hari perkembanganm status
nutrisi
7 Resiko tinggi kekurangan Kebutuhan volume cairan tubuh • Kaji tanda-tanda vital setiap • Peningkatan suhu atau
volume cairan berlebihan terpenuhi dengan kriteria hasil: 4 jam demam meningkatkan
b.d kehilangan cairan o Membran mukosa lembab laju metabolik melalui
berlebihan (demam, o Turgor kulit baik evaporasi
berkeringat banyak, o Pengisian kapiler kurang dari 3 • Kaji turgor kulit, • Merupakan indikator
muntah, hiperventilasi) detik kelembaban membran langsung keadekuatan
o Tanda-tanda vital stabil mukosa (bibir dan lidah) volume cairan
• Kaji adanya mual/muntah • Adanya gejala ini
menurunkan masukan
oral
• Tingkatkan pemasukan • Menurunkan resiko
cairan minimal 2500 ml/ dehidrasi
sesuai kondisi pasien
• Pantau intake dan output
cairan
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 32

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN FLU BURUNG DENGAN VENTILATOR

No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi keperawatan Rasional


1 Pola napas tidak efektif b.d Pertahankan pola napas yang • Kaji ulang penyebab gagal • Pemahaman penyebab
fatique, perubahan ratio efektif melalui ventilator dapat napas masalah pernapasan
O2/CO2 ditandai dengan : dicapai dengan kriteria : penting untuk
DS : - - Peningkatan kerja menentukan kebutuhan
DO : pernapasan tidak ada ventilasi dan tipe paling
- Pola napas - Tidak ada penggunaan otot tepat dukungan
menggunakan ventilator bantu pernapasan/retraksi ventilator
dengan mode Pressure - Tidak ada sianosis • Observasi pola napas atau • Pasien dengan ventilator
Control, PEEP > 5 Cm - Analisis Gas Darah : monitor usaha napas pasien dapat mengalami
H2O pH : 7.35 – 7.45 dan bandingkan dengan data hiperventilasi sebagai
- Hasil foto toraks : PaCO2 : 35 – 45 mmhg pada “patient display” upaya memperbaiki
pneumonia PaO2 : 80 – 95 mmhg status oksigenasi
(perburukan) Sat O2 : 95 – 100 %
BE : -2.5 –2.5 • Memberikan informasi
- Nadi normal sesuai umur mengenai distribusi
- TD : 90/60 – 120/90 volume ke paru kanan
kiri baik/tidak, dan
evaluasi makin berat
• Auskultasi secara periodik • Perubahan simetrisitas
kualitas bunyi napas dan menunjukan tidak
inspeksi simetrisitas gerakan tepatnya posisi ETT atau
dada terjadinya barotrauma
• Pastikan bahwa pernapasan • Penyesuaian dibutuhkan
sesuai dengan ventilator pada Volume Tidal,
atau ada perlawanan frekuensi pernapasan
(fighting) atau apakah pasien
memerlukan obat sedasi
untuk mensinkronkan
dengan program
ventilator jika pasien
mengalami “fighting”
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 33

• Isi balon trakea/endotrakea • Balon pipa trakea diisi


sesuai kebutuhan sehingga sesuai kebutuhan agar
tidak bocor volume tidak masuk
sesuai dengan yang
diset/program
• Cek sirkuit/selang ventilator • Lipatan pada selang /
terhadap obstruksi (terlipat sirkuit ventilator men-
atau ada akumulasi air). cegah pengiriman
Bebaskan bila ada yang volume dan
terlipat atau air pada sirkuit meningkatkan tekanan
jalan napas. Air
mencegah distribusi gas
dan media pertumbuhan
bakteri
• Siapkan alat-alat resusitasi • Untuk memberikan
dekat dengan tempat tidur ventilasi yang adekuat,
pasien dan lakukan ventilasi bila ada masalah pasien
manual bila diperlukan atau masalah peralatan
yang memerlukan
ventilator dilepas untuk
sementara
Kolaborasi
• Kaji seting ventilator dan • Seting ventilator
sesuaikan dengan pola mengacu pada pola yang
ventilator sesuai kondisi ditentukan berdasar pada
pasien penyakit,kondisi pasien

• Observasi konsentrasi O2 • FiO2 disesuaikan untuk


(FiO2) yang diberikan mempertahankan saluran
dan kadar O2 darah
2 Jalan napas tidak efektif b.d Jalan napas efektif dicapai • Kaji kepatenan jalan napas • Obstruksi dapat
adanya benda asing pada dengan kriteria hasil : disebabkan oleh
jalan napas dan - Tak terlihat adanya sekret penumpukan sekret,
ketidakmampuan pasien - Suara napas bersih sumbatan mukus,
untuk batuk efektif, - Peak Inspiratory Airway problem dari posisi ETT
ditandai dengan : Pressure (puncak tekanan
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 34

DS : - jalan nafas > 40 cmH2O) • Evaluasi gerakan dada dan • Gerakan dada simetris
DO : - Sekret encer dan mudah di auskultasi bunyi napas dan napas terdengar
- Ronki +/+, mengi +/+ suctioning (dihisap) pada seluruh lapang
- Alarm ventilator berbunyi - Pola napas sesuai program paru, menunjukkan
- Jalan napas terdapat - Tanda-tanda vital : posisi pipa sudah tepat.
sekret (kental) Frekuensi napas normal sesuai Obstruksi jalan napas
- Hasil pemeriksaan AGD umur bagian bawah
tidak normal Nadi 60-100 x/mnt (atelektasis/pneumonia)
TD 90/60-140/90 mmHg menyebabkan bunyi
AGD : nafas ronki/mengi)
PH : 7.35 – 7.45 • Monitor tempat ETT, catat • Pipa dapat masuk ke
PaCO2 : 35 – 45 mmhg tanda garis bibir bandingkan bronkus kanan, sehingga
PaO2 : 80 – 95 mmhg dengan tempat yang terjadi obstruksi aliran
SatO2 : 95 – 100 % diinginkan, plester pipa udara ke paru kiri yang
BE : -2.5 –2.5 dengan aman dapat menyebabkan
tension pneumothoraks
• Catat batuk yang berlebihan, • Pasien yang diintubasi
peningkatan frekuensi mempunyai reflek batuk
napas, bunyi alarm/tekanan yang tidak efektif atau
pada ABN, sekret yang masalah neuro sensory
terlihat pada ETT/banyak yang menyebabkan
ronki ketidakmampuan pasien
batuk. Pasien ini
tergantung pada suction
untuk mengeluarkan
sekret
• Lakukan penghisapan jika • Penghisapan sekresi
dibutuhkan, pilih kateter sebaiknya tidak terlalu
penghisap dengan ukuran sering dilakukan dan
1/3 dari lumen ETT. (ingat lamanya tidak lebih dari
1x penghisapan tidak lebih 15 detik
dari 15 detik)
• Ajarkan teknik batuk efektif • Meningkatkan keefektifan
usaha batuk
• Rubah posisi secara periodik • Meningkatkan drainase
sekret dan ventilasi
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 35

untuk semua bagian paru


dan penurunan resiko
terjadinya atelektasis
• Hidrasi cukup sesuai • Membantu/menjamin
kebutuhan sekret tetap encer oleh
karena status cairan
Kolaborasi: yang cukup
• Lakukan chest fisioterapi • Meningkatkan ventilasi
pada semua segmen
paru & membantu
drainase sekret
• Pemberian obat • Oleh karena relaksasi
bronkodilator mukolitik otot polos bronkus dan
encernya sekret
• Tindakan bronchoscopy • Untuk mengeluarkan
sekret dan sumbatan
dengan langsung melihat
lokasi di bagian paru
sebelah mana
3 Gangguan keseimbangan Pasien dapat mencapai • Pantau suhu, nadi, • Kekurangan cairan
cairan dan elektrolit: keseimbangan cairan yang pernapasan pada interval meningkatkan frekuensi
Kurang dari kebutuhan adekuat teratur jantung, menurunkan
tubuh b.d hipertermi Kriteria Hasil: TD, dan mengurangi
DS : - Terhidrasi secara adekuat volume nadi.
DO : dibuktikan dengan TD, nadi, • Catat perubahan turgor kulit, • Kekurangan cairan juga
- Turgor kulit berat badan dan produksi urine hidrasi, membran mukosa dapat diidentifikasi
- Balance cairan dalam batas normal dan karakter sekret. dengan penurunan turgor
- Capillary refill < 3 detik kulit, membran mukosa
kering, dan viskositas
sekret kental.
• Ukur / hitung masukan, • Memberikan informasi
pengeluaran dan ke- tentang status cairan
seimbangan cairan umum.
• Berikan kompres hangat dan • Membantu mengurangi
tepid sponging di tempat demam dengan
tidur mekanisme evaporasi.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 36

Kolaborasi:
• Pemberian cairan enteral • Mencegah terjadinya
dan parenteral dehidrasi yang akan
meningkatkan suhu
tubuh.
• Pemberian terapi antipiretik • Mengurangi demam
dengan aksi sentral di
hipotalamus.
4 Gangguan pemenuhan Kebutuhan nutrisi pasien • Kaji kebiasaan diet, • Untuk mengetahui status
nutrisi kurang dari terpenuhi selama perawatan masukan makanan saat ini nutrisi, kebiasaan makan
kebutuhan tubuh b.d. mengevaluasi berat badan pasien sebelum sakit
Kriteria Hasil :
Intake yang tidak adekuat, dan ukuran tubuh
- Menunjukkan peningkatan
ditandai dengan • Auskultasi bising usus • Penurunan bising usus
berat badan mendekati normal
DS : - menunjukkan penurunan
- Menunjukkan perilaku /
DO : motilitas gaster dan
perubahan pola hidup untuk
-BB :…kg, TB :…cm konstipasi yang
meningkatkan dan/atau
-Pasien terlihat kurus berhubungan dengan
mempertahankan berat badan
-Pasien terpasang NGT pembatasan pemasukan
yang normal
-Hasil pemeriksaan elektrilt cairan, pilihan makanan
tidak normal buruk, penurunan
aktivitas dan hipoksemia
• Berikan makan cair sesuai • Untuk memenuhi
program kebutuhan nutrisi
• Hindari makanan yang • Menghindari terjadinya
sangat panas dan sanngat iritasi dalam saluran
dingin pencernaan.

5 Gangguan pemenuhan ADL Kebutuhan perawatan diri pasien • Bantu pasien setiap hari • Meningkatkan ke-
b.d. Kelemahan fisik, terpenuhi dalam hal personal hygiene nyamanan dan ke-
imobilisasi, ditandai dengan bersihan diri pasien.
Kriteri Hasil :
DS :- • Ubah posisi pasien tiap 3 • Membantu meningkatkan
DO : Pasien bersih, terpenuhi jam sirkulasi peredaran darah
- Pasien istirahat total kebutuhannya selama perawatan dan mencegah terjadinya
- ADL pasien dibantu kontraktur pada
sepenuhnya oleh perawat muskuloskeletal.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 37

- Pasien tampak lemah • Lakukan ROM secara pasif • Mencegah terjadinya


apabila pasien di-knockdown atropi otot.
• Bantu ROM bila pasien telah • Melatih keseimbangan
sadar tubuh.
• Pasang kasur dekubitus • Mencegah terjdinya
dekubitus
6 Gangguan komunikasi Kebutuhan komunikasi • Kaji kemampuan komunikasi • Ajar lebih tepat untuk
verbal b.d. Adanya terpenuhi dengan kriteria hasil : pasien untuk pola komunikasi
pemasangan ETT dan komunikasi pengganti
- Pasien dapat mengungkapkan
ventilasi mekanik, ditandai • Lakukan komunikasi yang • Melalui bahasa isyarat
keinginannya/keluhanya
dengan : mudah dimengerti, melalui dan tulisan pasien tetap
- Hubungan terapeutik perawat-
DS : - bahasa isyarat dan tulisan dapat berkomunikasi
pasien, pasien-keluarga, dan
DO : • Berikan bel yang dapat • Dengan semua sarana
tim kesehatan lain tetap
- Pasien terpasang ETT dan diraih dan pastikan pasien komunikasi yang jelas
terjaga
ventilasi mekanik dapat menggunakannya dan adanya komitmen
- Pasien kooperatif pada
- Pasien mendapat terapi perawat-pasien
program pengobatan dan
pengobatan relaksan • Beri tanda bahwa pasien • Agar semua tim yang
perawatan
mengalami gangguan verbal bekerja siap membantu
bila diperlukan
• Beri waktu pada keluarga • Mempertahankan pola
satu orang yang dekat komunikasi keluarga
dengan pasien dan ajarkan pasien tetap harmonis
cara-cara berkomunikasi
yang sudah dipahami pasien
7 Resiko tinggi penyebaran Pencegahan penularan infeksi • Cuci tangan secara konsisten • Teknik mencuci tangan
infeksi b.d proses Kriteria hasil: dilakukan sebelum dan penting dalam
perjalanan penyakit Tidak terdapat tanda-tanda sesudah kontak dengan mengurangi transien
infeksi nosokomial dan pasien. lapisan luar kulit.
komplikasi proses penyakit. • Gunakan alat perlindungan • Menghindari penyebaran
diri/ APD sesuai prosedur. infeksi
• Ganti sirkuit ventilator setiap • Menghindari pertumbuh-
48 jam. an virus dalam sirkuit.
• Keluarkan air dalam sirkuit • Menghindari masuknya
tiap 3 jam. air dalam sirkuit ke paru
melalui ETT.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 38

Kolaborasi :
• Pemberian antibiotik
• Pemeriksaan kultur darah,
sputum dan sputum
8 Cemas b.d. prosedur Program pengobatan dan • Kontrak waktu dengan • Dengan kontrak dan
infasif yang dilakukan pada keperawatan pasien efektif baik keluarga mengenai kapan tujuan yang jelas serta
pasien. di RS dengan kriteria hasil : dilaksanakan pendidikan kesepakatan pasien-
DS : kesehatan perawat dalam
Setelah diberikan penjelasan,
- Keluarga menanyakan kerjasama mencapai
demonstrasi, tanya jawab dan
tentang penyakit yang tujuan
diskusi melalui beberapa kali
diderita pasien. • Gali sejauh mana • Dengan mengetahui
pertemuan keluarga dan pasien
DO : pemahaman, pengetahuan sejauh mana pengetahu-
dapat mengerti dan memahami
- Keluarga bertanya keluarga mengenai manfaat an keluarga tentang alat
manfaat alat yang terpasang
mengenai alat yang alat yang terpasang pada yang terpasang pada
pada pasien.
terpasang pada pasien. pasien. pasien mengurangi
- Keluarga pasien tampak kecemasan.
cemas dan gelisah. • Beri pengertian kepada • Dengan mengetahui
- Pasien terlihat gelisah pasien dan keluarga tentang manfaat pemasangan
manfaat pemasangan ETT. ETT pasien dan keluarga
tidak merasa cemas.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 39

C. PERENCANAAN PULANG (DISCHARGE PLANNING)


1. Jelaskan tentang perjalanan penyakit dan tanda-tanda terjangkit
flu burung serta cara pencegahannya.
2. Informasikan kepada pasien dan keluarga mengenai hasil akhir
dari pemeriksaan laboratorium dan foto toraks.
3. Informasikan mengenai cara pencegahan dan tempat yang
memiliki resiko tinggi untuk penyebaran flu burung.
4. Informasikan kepada pasien dan keluarga untuk kontrol 1(satu)
minggu setelah pulang atau datang setiap saat bila dirasa ada
keluhan.
5. Jelaskan kepada paien dan keluarga tentang tata cara minum
obat/terapi yang dibawa pulang.
6. Ajarkan teknik mencuci tangan yang baik dan benar.
7. Informasikan mengenai diet dan intake nutrisi sesuai kontra
indikasi.
8. Bekali pasien dengan surat keterangan yang memberitahukan
bahwa yang bersangkutan saat ini bukan pengidap /sembuh dari
penyakit flu burung.

D. EVALUASI
1. Jalan napas efektif dengan bunyi napas bersih.
2. Tidak menunjukan terjadinya perubahan pertukaran gas.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal
4. Tidak menunjukan adanya gangguan nutrisi, cairan, dan
elektrolit
5. Aktivitas kembali normal
6. Tidak menunjukan kecemasan
7. Tidak terjadi penyebaran infeksi baik di dalam tubuh pasien
maupun orang lain
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 40

BAB VI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

Flu burung berpotensi untuk berkembang menjadi pandemi, oleh karena


itu pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan hal yang sangat
penting dalam penanggulangan flu burung. Dalam buku ini akan
diuraikan tentang universal precautions secara umum, kemudian
penerapannya pada transportasi pasien, perawatan di ruang isolasi dan
ICU, hingga pemulasaraan jenazah.

A. Pengertian

Sesuai dengan rekomendasi WHO dan CDC tentang kewaspadaan


isolasi untuk pasien flu burung, kewaspadaan yang perlu dilakukan
meliputi:

1. Kewaspadaan standar

Perhatikan kebersihan tangan dengan mencuci tangan sebelum


dan sesudah kontak dengan pasien maupun alat-alat yang
terkontaminasi sekret pernapasan

2. Kewaspadaan kontak

Gunakan sarung tangan dan gaun pelindung selama kontak


dengan pasien
Gunakan peralatan terpisah untuk setiap pasien, seperti
stetoskop, termometer, tensimeter, dan lain-lain
3. Perlindungan mata

Gunakan kacamata pelindung atau pelindung muka, apabila


berada pada jarak 1 (satu) meter dari pasien.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 41

4. Kewaspadaan airborne

Tempatkan pasien di ruang isolasi airborne,


Gunakan masker N95 bila memasuki ruang isolasi.

B. Ruang perawatan isolasi

Untuk mencegah penyebaran virus flu burung di rumah sakit, semua


pasien flu burung mulai dari kasus suspek hingga kasus terkonfirmasi
harus dirawat di ruang isolasi dengan menerapkan isolasi ketat
(strict barrier).

Ruang Perawatan isolasi terdiri dari :

• Ruang ganti umum


• Ruang bersih dalam
• Stasi perawat
• Ruang rawat pasien
• Ruang dekontaminasi
• Kamar mandi petugas

Prinsip kewaspadaan airborne harus diterapkan di setiap ruang


perawatan isolasi yaitu:

• Ruang rawat harus dipantau agar tetap dalam tekanan negatif


dibanding tekanan di koridor.

• Pergantian sirkulasi udara 6-12 kali perjam

• Udara harus dibuang keluar, atau diresirkulasi dengan


menggunakan filter HEPA (High-Efficiency Particulate Air)

Setiap pasien harus dirawat di ruang rawat tersendiri. Pada saat


petugas atau orang lain berada di ruang rawat, pasien harus
memakai masker bedah (surgical mask) atau masker N95 (bila
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 42

mungkin). Ganti masker setiap 4-6 jam dan buang di tempat sampah
infeksius. Pasien tidak boleh membuang ludah atau dahak di lantai -
gunakan penampung dahak/ludah tertutup sekali pakai (disposable).

Setiap ruang isolasi harus dilengkapi dengan peralatan seperti yang


tercantum dalam lampiran 8.

C. Standar Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD)

1. Mengenakan pakaian pelindung

a. Persiapan sarana

Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai


ukuran badan.
Sepatu bot karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan
sesuai ukuran kaki.
Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi)
atau steril ukuran pergelangan dan sepasang sarung bersih
ukuran lengan yang sesuai dengan ukuran tangan.
Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup kepala yang
bersih.
Masker N95 dan kaca mata pelindung
Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang –
barang pribadi.
b. Langkah awal saat masuk ke ruang perawatan isolasi, masuk
kedalam ruang bersih luar. Lakukan hal sebagai berikut:

Lepaskan cincin, jam atau gelang


Lepaskan pakaian luar
Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian
pelindung.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 43

Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan


barang–barang pribadi lainnya di dalam lemari berkunci
yang telah disediakan.
c. Mencuci tangan

Lakukan cuci tangan pada tempat yang telah disediakan.


Buka kran dan pertahankan aliran air lurus dari mulut kran
Bungkukkan badan sedikit untuk menjauhi tubuh dari
percikan air.
Basahi kedua belah tangan seluruhnya sehingga batas siku.
Ambil sabun dan balik-balikan secukupnya dalam
genggaman kedua belah tangan (hindari aliran air).
Kembalikan sabun ketempatnya dengan berhati-hati
Buat busa secukupnya dari sabun yang melekat ditangan
yang basah.
Gosok dengan keras seluruh permukaan tangan dan jari-jari
kedua tangan sekurang-kurangnya 10-15 detik, ratakan ke
seluruh tangan dengan memperhatikan bagian di bawah
kuku dan di antara jari-jari.
Membilas kedua belah tangan di bawah air mengalir.
Mengeringkan tangan dengan kertas lap atau kain yang
telah disediakan dan gunakan lap untuk mematikan kran
(Awas, bagian tersentuh kran pada kain / kertas lap tidak
boleh tersentuh tangan yang sudah bersih) atau keringkan
tangan di bawah pengering udara (gunakan siku untuk
menyalakan atau mematikan tombol).
Buang kertas lap atau kain terpakai ke tempat yang telah
disediakan.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 44

LANGKAH-LANGKAH MENCUCI TANGAN

A B C

D E F

KETERANGAN

A. Gosokkan kedua telapak tangan


B. Gosok punggung dan sela sela jari tangan kanan dengan tangan
kiri dan sebaliknya
C. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan
D. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
E. Gosok ibu jari kanan berputar dalam genggaman tangan kiri dan
lakukan sebaliknya
F. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kiri di telapak
tangan kanan dan sebaliknya
G. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan
kanan dan lakukan sebaliknya.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 45

d. Sebelum petugas masuk kedalam ruang perawatan pasien,


petugas harus memakai APD lengkap di ruang bersih dalam (ante
room). Langkah-langkah penggunaan APD

Kenakan sepasang sarung tangan sebatas pergelangan tangan.


Kenakan gaun luar / Jas operasi
Kenakan apron plastik (bila memakai jas operasi)
Kenakan sepasang sarung tangan sebatas lengan.
Kenakan Masker N 95.
Kenakan penutup kepala.
Kenakan kaca mata pelindung.
Kenakan kedua belah sepatu bot karet.

Peralatan tetap dipakai selama di ruang perawatan.

Siapkan peralatan cadangan di ruang bersih dalam seperti:

• Sarung tangan
• Apron plastik
• Masker
• Fasilitas cuci tangan
• Fasilitas menggantung jas operasi

e. Masuk langsung ke Ruang rawat kasus suspek / probabel /


konfirmasi.
Pedo
oman Penatalaksanaa
an Flu Burung di Rum
mah Sakit 46

CON
NTOH DAN CARA PEMAKAI
P IAN ALAT
T PELIND
DUNG DIR
RI (APD)

Cata
atan :
• Ikuti prosedur pemakaia
p an APD dengan
d benar.
• Untuk virus
v flu burung gunakan
g masker N95.
N
• Apabila ng tidak ada, gunakan jas hujan
a baju pelindun
dimana
a bagian dalam menjadi
m ba
agian lua
ar.
• Kacamata pelin
ndung dapat dig
gantikan dengan kacama
ata
renang
g.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 47

2. Melepaskan Alat Pelindung Diri

Desinfeksi
Bahan Dekontaminasi Pembersihan Tingkat Sterilisasi
Tinggi
Kaca mata Lap dengan Cuci dengan detergen Tidak perlu Tidak perlu
pelindung larutan klorin 0,5 dan air. Bilas dengan
dan penutup % setelah setiap air bersih, keringkan
wajah. prosedur. di udara atau
handuk, setelah
setiap prosedur.

Linen (kap, Tidak perlu. (Staf Cuci dengan detergen Tidak perlu Tidak perlu
masker, baju binatu harus dan air untuk
cuci, gaun memakai gaun, menghilangkan
penutup) sarung tangan, semua partikel
sepatu tertutup, kotoran. Bilas dengan
dan alat pelindung air bersih, keringkan
mata kalau di udara atau dengan
menangani linen mesin. Pakaian yang
kotor) dikeringkan di udara
dapat disetrika
sebelum dipakai.
Apron Lap dengan Cuci dengan detergen Tidak perlu Tidak perlu
(plastik atau larutan klorin 0,5 dan air. Bilas dengan
karet yang %. Bilas dengan air bersih, keringkan
berat) air bersih. di udara atau dengan
handuk.
Alas kaki Lap dengan Cuci dengan detergen Tidak perlu Tidak perlu
(sepatu karet larutan klorin 0,5 dan air. Bilas dengan
atau sepatu %. Bilas dengan air bersih, keringkan
bot) air bersih. di udara atau dengan
handuk.
Gaun bedah, Tidak perlu (Staf Cuci dengan detergen Tidak perlu Lebih
duk linen dan binatu harus dan air. Bilas dengan diinginkan
pembungkus memakai air bersih, udara atau
apron/celemek, mesin pengering
sarung tangan, sesudah pakai.
dan alat pelindung
mata sewaktu
menangani linen
kotor).
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 48

- Mencuci tangan,
Sama dengan langkah cuci tangan saat akan menggunakan
pakaian pelindung.

D. Prosedur keluar Ruang Perawatan isolasi

• Perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan Alat


Perlindungan Diri (APD).
• Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai.
• Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaian
umum, masukkan dalam kantung binatu berlabel infeksius.
• Mandi dan cuci rambut (keramas)
• Sesudah mandi, kenakan pakaian biasa.
• Pintu keluar dari Ruang Perawatan isolasi harus terpisah dari
pintu masuk.

E. Penerapan dalam transportasi kasus

Dalam memindahkan (merujuk) pasien flu burung dari satu tempat


ke tempat lain harus mengikuti langkah-langkah berikut:

Mencuci tangan dengan baik dan benar.


Petugas kesehatan menggunakan alat perlindungan diri (APD)
lengkap.
Pasien menggunakan masker.
Menjaga kontak seminimal mungkin dengan pasien.
Desinfeksi alat transport dan peralatan lain setelah selesai

Keluarga pasien atau Petugas Kebersihan:

Bagi penunggu pasien atau petugas kebersihan yang membersihkan


ruangan dan mengambil APD yang kotor, diperlakukan seperti
petugas kesehatan lainnya dalam penggunaan APD.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 49

F. Memroses Linen
- Staf binatu harus menggunakan APD lengkap.
- Jika mengumpulkan dan membawa linen kotor, tangani sesedikit
mungkin dan dengan kontak minimal untuk mencegah perlukaan
dan penyebaran mikroorganisme.
- Anggap semua bahan kain yang telah dipakai untuk suatu
prosedur sebagai infeksius, sekalipun tidak tampak adanya
kontaminasi.
- Bawa linen kotor dalam kontainer tertutup atau kantong plastik
untuk mencegah keterceceran dan batasi linen kotor itu dalam
area tertentu sampai dibawa ke binatu.
- Pilih dengan hati-hati semua linen di area binatu sebelum dicuci.
Jangan mulai memilih atau mencuci linen pada saat mau
dipakai.

G. Penatalaksanaan Limbah / Sampah


Penatalaksanaan limbah / sampah yang terkontaminasi yang benar
mencakup :
• Menggunakan plastik atau wadah besi dengan tutup yang dapat
dipasang dengan rapat.
• Pisahkan sampah terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Beri
tanda pada wadah untuk sampah terkontaminasi.
• Taruh tempat sampah ditempat yang memerlukan dan nyaman bagi
pemakai.
• Perlengkapan yang digunakan untuk menampung dan membuang
sampah tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
• Cuci semua wadah atau tempat sampah dengan menggunakan
larutan disinfektan (klorin 0,5%) dan bilas dengan air secara
teratur. Petugas kebersihan harus memakai APD.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 50

H. Penerapan dalam pemulasaraan jenazah

Penatalaksanaan terhadap jenazah pasien flu burung dilakukan


secara khusus sesuai dengan UU Undang – Undang Nomor 4 Tahun
1984 tentang Wabah Penyakit Menular :

a. Memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan


perundangan yang berlaku.

b. Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan oleh petugas


kesehatan.

c. Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus-hamaan


bahan dan alat yang digunakan dalam penatalaksanaan
jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.

1. Kamar Jenazah

Seluruh petugas pemulasaraan jenazah telah mempersiapkan


kewaspadaan umum (universal precaution).
Sebelumnya mencuci tangan dengan sabun, serta sebelum dan
sesudah sarung tangan dilepas.
Perlakuan terhadap jenazah : luruskan tubuh, tutup mata,
telinga, dan mulut dengan kapas / plester kedap air, lepaskan
alat kesehatan yang terpasang, setiap luka harus diplester
dengan rapat.
Jika diperlukan untuk memandikan jenazah (air pencuci
dibubuhi bahan desinfektan) atau perlakuan khusus terhadap
jenazah maka hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus
dengan tetap memperhatikan universal precaution.
Jenazah pasien flu burung ditutup dengan kain kafan / bahan
dari plastik (tidak dapat tembus air). Dapat juga jenazah
ditutup dengan bahan kayu atau bahan lain yang tidak mudah
tercemar.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 51

Jenazah tidak boleh dibalsem, atau disuntik pengawet.


Jika akan diautopsi hanya dapat dilakukan oleh petugas
khusus, autopsi dapat dilakukan jika sudah ada izin dari pihak
keluarga dan direktur rumah sakit.
Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
Jenazah sebaiknya hanya diantar / diangkut dengan mobil
jenazah.
Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan di
dalam pemulasaraan jenazah.
2. Tempat Pemakaman Umum :

Setelah semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik,


maka pihak keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah
tersebut.
Penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman umum.

Catatan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI)

Berhubung penanganan jenazah pasien Flu Burung bersifat khusus,


maka menurut keterangan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), hukum
yang digunakan menurut Syariat Islam adalah Hukum Darurat.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 52

BAB VII
SISTEM RUJUKAN

Flu burung yang merupakan ’New Emerging Disease’ dalam


penatalaksanaannya membutuhkan metode, sarana, fasilitas dan
peralatan khusus sehingga tidak semua sarana pelayanan kesehatan
mampu untuk merawat dan melakukan pemeriksaan terhadap pasien flu
burung. Untuk itu pemerintah telah menetapkan 44 RS rujukan flu
burung yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia, juga telah
ditetapkan laboratorium rujukan untuk pemeriksaan spesimen guna
menegakkan diagnosis flu burung. Diharapkan dengan menerapkan
sistem rujukan yang baik dapat meningkatkan keberhasilan
penanggulangan flu burung.

Rujukan pada flu burung meliputi 2 aspek yaitu :

A. Rujukan Pasien

B. Rujukan Spesimen

A. Rujukan Pasien

Mengingat bahwa tidak semua sarana pelayanan kesehatan


mempunyai sarana, fasilitas dan peralatan khusus untuk perawatan
pasien flu burung, maka perawatannya harus dilakukan di RS
Rujukan flu burung yang telah ditetapkan. Apabila di Sarana
Pelayanan Kesehatan non Rujukan flu burung mendapatkan pasien
suspek flu burung harus sesegera mungkin merujuk pasien ke RS
Rujukan flu burung.

Dalam merujuk pasien suspek flu burung, rumah sakit yang merujuk
harus menghubungi rumah sakit yang akan menerima pasien
tersebut.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 53

Langkah – langkah yang harus dilakukan dalam merujuk pasien flu


burung :

ƒ Rumah sakit yang merujuk harus memberi informasi kondisi


pasien

ƒ Informed consent kepada pasein dan keluarganya

ƒ Pasien yang akan dirujuk sedapat mungkin dalam kondisi stabil.

ƒ Seluruh foto kopi dokumen medik pasien harus disertakan pada


saat merujuk, termasuk pemeriksaan – pemeriksaan yang telah
dilakukan, seperti foto toraks, laboratorium.

Beberapa kriteria dalam merujuk pasien flu burung :

ƒ Alat transportasi yang


dipergunakan, adalah ambulans
khusus :

- Dapat didesinfeksi

- Tersedia stretcher

- Tersedia alat - alat medis & obat untuk Bantuan Hidup Dasar.

- Tersedia radio komunikasi

Ambulans tersebut harus cukup aman dan nyaman serta tidak


memperburuk keadaan pasien selama di rujuk.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 54

ƒ Kondisi pasien

Prinsip stabilisasi pasien selama dirujuk

A Airway • Jalan napas bebas


• Apabila diperlukan intubasi lakukan pemeriksaan
ulang terutama pada saat pasien di pindahkan

B Breathing • Berikan 02 100%


• Bila tidak dapat bernapas dengan spontan dan tidak
di intubasi, lakukan bantuan pernapasan dengan
menggunakan bag valve mask, pemberian oksigen
tidak lebih 5L/min dengan frekuensi napas normal.
• Jika terpasang intubasi, ventilator diatur ke keadaan
normal (PCO2 35 -40 mmHg), sesuaikan dengan hasil
pantauan pulse oxymetri ( nilai SpO2 > 90%)

C Circulation • Dilakukan pemasangan infus untuk mencegah


kekurangan cairan intravaskuler. Pemantauan ketat
pada kapiler, tekanan darah, EKG, urin, gas darah
arteri dan laktat untuk evaluasi asidosis. Lakukan
pemasangan IV line di 2 tempat.

D Disability • Lakukan pemeriksaan ulang, serta pemeriksaan


neurologi. Monitor gula darah jika ada kejang berikan
anti kejang. Pemeriksaan laboratorium termasuk
analisis gas darah, elektrolit, hematokrit dan x-ray.

E Exposure • Pemantauan ketat suhu tubuh, hindari dan terapi


hipertermia serta hipotermia (< 360 C)
and
Environment

G Gastro • Pemasangan NGT untuk mencegah dekompresi


gaster.
Intestinal

R Renal & • Lakukan pemantauan ketat pengeluaran urin > 1ml


Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 55

Restraint /kg/hr. Monitor ketat keadaan pasien

ƒ Petugas :

Petugas yang mendampingi pasien flu burung selama dirujuk


minimal berjumlah 2 (dua) orang, dengan kriteria :

- Sudah mendapat pelatihan Basic Life Support (BLS)

- Sudah mendapat pelatihan Pengendalian Infeksi.

- Mengetahui permasalahan pasien yg akan dirujuk

B. Rujukan Spesimen

Mengumpulkan atau mengangkut bahan spesimen klinis sebaiknya


mengikuti dengan benar penerapan Kewaspadaan Standar upaya
perlindungan untuk meminimalisasi pajanan.

Bahan spesimen yang akan dikirim sebaiknya diletakkan di dalam


wadah spesimen anti bocor yang memiliki penutup tersendiri untuk
bahan spesimen tersebut (yaitu tempat plastik bahan spesimen
biohazard). Petugas yang membawa bahan hendaknya dilatih untuk
penanganan yang aman dan prosedur dekontaminasi jika terjadi
tumpahan.

Rumah sakit harus memberitahu laboratorium yang akan menerima


bahwa bahan spesimen tersebut sedang dalam perjalanan. Bahan
spesimen sebaiknya dikirimkan dan diserahkan langsung kepada
petugas yang memeriksa. Sistem tabung pneumatik tidak digunakan
untuk membawa bahan spesimen.

Sebaiknya dibuat suatu daftar nama petugas yang telah menangani


bahan spesimen dari pasien yang sedang di investigasi untuk suatu
penyakit menular.
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 56

Alur spesimen Flu Burung


Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 57

BAB VIII
ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

A. Sistem Pembiayaan

Dengan keterbatasan dana yang ada pada Pemerintah Pusat dan


berkembangnya era Otonomi Daerah, maka pembiayaan pasien flu
burung menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah Pusat
(dalam hal ini adalah Departemen Kesehatan RI) dan Pemerintah
Daerah.

Pembiayaan yang menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan


RI tertuang dalam surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
756/MENKES/SK/IX/2006 Tentang Pembebasan Biaya Pasien
Penderita Flu Burung yang ditetapkan pada tanggal 20 September
2006.

Pembebasan biaya tesebut berlaku bagi pasien yang dirawat di


rumah sakit rujukan flu burung dan rumah sakit non rujukan flu
burung (pemerintah maupun swasta) yang menerima pasien sebelum
dirujuk ke rumah sakit rujukan flu burung, yang meliputi :

1. Biaya Administrasi;
2. Biaya Pelayanan dan Perawatan di UGD, Ruang Isolasi, Ruang ICU
dan Jasa dokter;
3. Pemeriksaan Penunjang (pemeriksaan Laboratorium dan
Radiologi);
4. Obat–obatan dan bahan habis pakai;
5. Biaya rujukan; dan
6. Pemulasaran Jenazah (peti jenazah, transportasi dan
penguburan).
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 58

B. Aspek Etik Legal

Sehubungan dengan peliknya permasalahan penanganan pasien flu


burung, terutama masalah penanganan jenasah, yang antara lain
disebabkan oleh latar belakang agama dan sosial budaya masyarakat
yang beragam (sehingga pemahaman dan reaksi masyarakat
terhadap flu burung pun turut beragam) mengharuskan setiap
petugas medis (dokter dan perawat) di Rumah Sakit yang menerima
pasien flu burung menjelaskan segala tindakan yang mungkin akan
dilakukan terhadap pasien tersebut baik kepada diri pasien sendiri
(jika mungkin) maupun keluarganya secara jelas dan terperinci
sehingga dapat dipahami dan diterima dengan baik.

Hal tersebut dapat dituangkan dalam suatu Informed Consent


sebagaimana tercantum di bawah ini :
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 59

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

Bapak/Ibu yang terhormat, bersama ini kami sampaikan informasi


tentang pasien :
No. Reg :
Nama
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :

Yang diduga menderita flu burung


1. Flu burung merupakan penyakit yang berpotensi menular, sehingga
perlu dilakukan berbagai tindakan pengendalian infeksi
2. Dalam proses menegakkan diagnosis flu burung diperlukan
berbagai tindakan diagnostik.
3. Pengendalian infeksi :
a. Pemakaian Alat Perlindungan Diri (APD) pada pasien
maupun keluarga/pengunjung pasien
b. Pasien dirawat di ruang isolasi atau ruang perawatan
intensif (ICU) jika diperlukan, dengan atau tanpa alat bantu
napas (ventilator).
4. Tindakan Diagnostik
a. Pengambilan darah dan cairan tubuh lain secara berulang
sesuai keperluan
b. Foto Toraks secara berulang sesuai keperluan
c. Usap tenggorok secara berulang sesuai keperluan
d. Pemeriksaan teropong saluran napas (Bronkoskopi) jika
diperlukan
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 60

e. Pengambilan sedikit jaringan tubuh baik pada saat pasien


masih hidup maupun setelah meninggal dunia.
Jika diperlukan akan dilakukan tindakan bedah jenasah
(autopsi)
5. Jika pasien meninggal dunia, pemulasaran Jenasah akan dilakukan
secara khusus sesuai kewaspadaan standar dengan tetap
memperhatikan kaidah agama yang dianut.

Setelah membaca dan memahami informasi di atas, dengan ini saya :


Nama :
Status : (pasien / ayah / ibu / istri / suami / anak / ……….)
Umur :
Jenis Kelamin :
Nomor jati diri : (KTP/SIM/Paspor/.......)

................., ....- .....- 20...


Pasien / Keluarga Dokter yang menerangkan

(nama lengkap) (nama lengkap)

Keluarga / Saksi Perawat

(nama lengkap) (nama lengkap)


Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 61

C. Pelaporan

1. Formulir Pelaporan ( resume harian, rekap akhir)

a. Pelaporan Harian.
Pada saat ditemukan pasien Suspek flu burung di sarana
pelayanan kesehatan, maka agar dapat dilakukan verifikasi
dan penetapan jumlah penderita flu burung dengan cepat
diperlukan suatu sistem pelaporan cepat dari rumah sakit ke
Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Propinsi serta ke Posko flu
burung Ditjen P2PL yang selanjutnya diteruskan kepada
Ditjen Bina Yanmed dan Menteri Kesehatan. Formulir ini
digunakan untuk kepentingan surveilans.

Laporan Harian dikirim ke alamat :

POSKO PENANGGULANGAN FLU BURUNG DEPKES RI


Gedung Ditjen P2PL Depkes RI
Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat
Telepon / Fax : 021-4257125

b. Pelaporan Bulanan
Rumah Sakit membuat laporan bulanan kasus flu burung
guna keperluan Audit Medik dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.

Laporan Bulanan dikirim ke alamat :

DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK


c/q : Direktorat Bina Pelayanan Medik Dasar
Gedung Depkes Lantai V Blok B Ruang 508
Jalan HR Rasuna Said Blok X5 Kav. No. 4-9
Jakarta Selatan 12850
Telepon : 021-5222430 Fax : 021-52902046
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 62

2. Alur pelaporan

Pelaporan dibuat berjenjang dari rumah sakit yang menemukan


kasus sampai pada menteri kesehatan. (sesuai bagan terlampir)

MENKES

POSKO FB DITJEN BINA


DITJEN P2PL YANMED

DINKES
RUMAH SAKIT
PROP dan
KAB/KOTA
KET :
BULANAN
HARIAN

3. Monitoring dan Evaluasi (Monev)

Untuk melihat keberhasilan penanggulangan medis flu burung


dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkesinambungan
dan berkala melalui :

a. Pertemuan dan koordinasi

b. Analisis laporan
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 63

i. Formulir Pelaporan ( resume harian, rekap akhir)


Laporan Harian Tersangka Flu Burung
Nama RS :
Tgl membuat laporan :

UMUR GEJALA KLINIS LABORATORIUM


NO NAMA ALAMAT TGL ASAL RIW. R T KET
L P S B S P S D L L T L H R P L A E
M R KONTAK U A K I E I A E R I I T O A D R
A U H T T L S A I U O M S I I A
S J U U . E A R N K M F P T N O P
U U K T K K E - O B O C - L I
K K E L S O S R L O
M
A N A I S I A G
O
N G I T I T I I
R
G N T N
T
O
E
R
M
O
K

Catatan :
1. Laporan dikirim setiap hari kerja selambat-lambatnya jam 14.00 waktu setempat Penanggung Jawab
2. Keterangan dapat diisi dengan keadaan pasien meninggal/hidup/mati

TTD
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 64

ii. Formulir Laporan Bulanan

GEJALA
KLINIS
RIWAYAT PEMERIKSAAN TERAPI & POST
NO IDENTITAS WAKTU LAB RADIOLOGI KET
KONTAK FISIK TINDAKAN MORTEM
MASUK
RS

PENANGGUNG JAWAB
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 65

BAB IX
NASEHAT UNTUK PASIEN DAN KELUARGA

A. BAGI KELUARGA PASIEN (BUDAYA HIDUP SEHAT)

1. Peralatan Rumah Tangga

Seluruh peralatan rumah tangga yang terkena cairan tubuh pasien


harus dibersihkan dengan sabun dan desinfektan.

2. Lantai.

Bersihkan lantai sesering mungkin (setiap hari sesuai kebutuhan)


dengan lap basah, deterjen, dan air. Pakailah deterjen jika ada
kontaminasi, seperti darah atau percikan cairan tubuh lain seperti
yang diuraikan di bawah.
Pel basah adalah alat paling umum dan dianjurkan untuk
membersihkan lantai.
- Teknik satu ember : digunakan satu ember larutan pembersih,
yang diganti bila kotor. Daya bunuh larutan pembersih berkurang
dengan bertambahnya kotoran dan bahan-bahan organis lainnya.
- Teknik dua ember : satu ember mengandung larutan
pembersih, satu lagi mengandung air untuk bilas. Kain pel selalu
diperas dahulu sebelum dicelup ke dalam larutan pembersih
sehingga dapat menghemat tenaga dan bahan.
- Teknik tiga ember : ember ketiga digunakan untuk memeras
pel sebelum dibilas, yang akan memperpanjang masa pakai air
bilasan.

3. Kamar Mandi / WC
Bersihkan sesering mungkin dengan pel khusus, sikat, dan gunakan
larutan pembersih desinfektan.

4. Kamar pasien.
Bersihkan setiap hari dan sewaktu pasien pulang, dengan
menggunakan prosedur di atas. Proses pembersihan juga dilakukan
di kamar pasien yang diisolasi, alat-alat juga perlu dibersihkan dan
desinfektan sebelum digunakan di kamar lain.

5. Kain/linen kotor.

65
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 66

Kumpulkan kain kotor setiap hari dalam kontainer tertutup


antibocor.

6. Sampah dan Tempat Sampah


Kumpulkan sampah setiap hari, hindari sampah berserakan.
Bersihkan tempat sampah yang terkontaminasi sesudah setiap
dikosongkan. Bersihkan tempat sampah bersih sekurang-kurangnya
satu kali seminggu. Pakailah larutan pembersih desinfektan dan
sikat untuk menghilangkan material organis dan kotoran lainnya.

B. BAGI ORANG YANG TINGGAL DI DAERAH TERJANGKIT

1. Penyebaran virus flu burung di daerah terjangkit sesungguhnya


dapat dicegah. Yang dimaksud daerah terjangkit adalah daerah
dimana terdapat unggas mati akibat H5N1 pada radius 1 km.
a. Cara terbaik mencegah infeksi virus flu burung adalah sedapat
mungkin menghindari kontak dengan ayam, bebek, burung
peliharaan atau jenis unggas lainnya, kecuali dalam keadaan
terpaksa.
b. Anak-anak merupakan kelompok resiko tinggi, beritahu agar:
ƒ Menghindari kontak dengan unggas dan kotorannya
ƒ Jangan menyimpan burung sebagai peliharaan
ƒ Segera mencuci tangan dengan air dan sabun setelah kontak
dengan unggas dan kotorannya
ƒ Jangan tidur berdekatan dengan unggas.
c. Jangan membawa unggas yang hidup atau mati dari satu tempat
ke tempat lain walau anda yakin unggas anda sehat.
d. Tangani unggas yang terjangkit di daerah tersebut.
e. Jangan sajikan unggas dari daerah terjangkit.
f. Jika anda tidak sengaja kontak dengan unggas:
• Cuci tangan anda secara benar dengan sabun dan air setelah
kontak
• Letakkan sepatu di luar rumah dan bersihkan dari kotoran

66
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 67

• Periksa suhu tubuh paling tidak sekali sehari selama satu


minggu. Jika anda mengalami panas tinggi (> 380 C),
periksakan ke dokter atau fasilitas kesehatan terdekat.

1. Penanganan yang tepat terhadap unggas yang sakit, yang dicurigai


flu burung atau mati adalah penting untuk tindakan pengendalian
dalam rangka mencegah penyebaran penyakit.
a. Pastikan anak-anak jauh dari unggas mati dan sakit
b. Jika anda menangani unggas mati dan sakit, pastikan anda
terlindungi.
c. Jika anda menghadapi unggas yang sakit dan mati untuk
pertama kali, segera beritahu yang berwenang dan yang
berpengalaman untuk penanganan.

3. Dekontaminasi areal peternakan dan kandang ayam akan


membantu pengendalian penyebaran penyakit.
a. Jika mungkin, tanyakan petugas profesional
b. Jika harus dilakukan sendiri, gunakan alat pelindung diri (APD).
c. Burung mati harus dibakar dan dikubur dengan aman
d. Virus influenza dapat bertahan hidup lama, pencucian dengan
deterjen penting pada tahapan dekontaminasi. Bahan organik
harus dibuang dari rumah peternakan.
e. Area di luar rumah yang digunakan untuk unggas yang sulit di
bersihkan dan didesinfeksi, unggas harus dikeluarkan dari area
tersebut minimum 42 hari untuk radiasi ultraviolet alami untuk
merusak virus residual
f. Penyemprotan desinfektan di area luar atau tanah dengan ukuran
terbatas sesuai dengan ketidakaktifan bahan kimia oleh bahan
organik.

4. Burung yang mati dan kotorannya harus dikubur.


a. Sebaiknya cari bantuan kepada pertanian setempat tentang
bagaimana mengubur hewan mati dengan aman
b. Ketika membakar burung mati atau kotorannya, hindari debu
yang meningkat. Kubur bangkai dan kotoran burung paling tidak
pada kedalaman 1 meter.

67
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 68

c. Setelah bangkai unggas dan kotorannya dikubur, bersihkan


semua area dengan deterjen dan air secara benar. Virus
influenza akan mati oleh deterjen dan desinfektan.

5. Pakaian pelindung yang terkontaminasi harus ditangani secara


benar dan di buang.
a. Setelah area dibersihkan, buang semua bahan pelindung dan cuci
tangan dengan sabun dan air.
b. Cuci pakaian dengan air sabun panas atau hangat. Jemur di
bawah terik matahari.
c. Taruh sarung tangan yang telah digunakan dan bahan habis
pakai lain lain pada tas plastik untuk pembuangan aman.
d. Bersihkan alat yang dapat digunakan kembali seperti sepatu
karet dan kacamata pelindung dengan air dan deterjen, tetapi
selalu ingat mencuci tangan setelah penanganan alat.
e. Alat yang tidak bisa dibersihkan harus dilebur.
f. Bilas/cuci badan menggunakan sabun dan air. Cuci rambut anda.
g. Jangan biarkan diri anda terkontaminasi atau area yang sudah
bersih dengan menghindari kontak dengan kotoran, pakaian dan
alat-alat yang terkontaminasi.
h. Yang terpenting, cuci tangan setiap setelah penanganan alat-alat
terkontaminasi.

6. Sepatu yang digunakan harus di dekontaminasi


a. Setelah berjalan di area yang mungkin terkontaminasi, bersihkan
sepatu dengan sabun dan air.
b. Ketika membersihkan sepatu, jangan mengibaskan partikel ke
wajah dan pakaian anda. Gunakan kantong plastik di tangan,
lindungi mata dengan kacamata pelindung, tutupi mulut dan
hidung dengan kain.
c. Tinggalkan sepatu kotor di luar rumah hingga dibersihkan dengan
benar.

7. Orang yang sakit seperti flu harus memperhatikan tindakan


pencegahan tambahan.

68
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 69

a. Adalah sangat penting mencegah penyebaran influenza manusia


di daerah terjangkit. Ketika virus flu burung dan virus influenza
manusia kontak satu sama lain maka terdapat risiko terjadi
perubahan genetik sehingga virus baru akan muncul.
b. Setiap orang yang sakit seperti flu harus hati-hati dengan sekresi
hidung dan mulut bila di sekeliling orang lain, khususnya anak
kecil, agar tidak menyebarkan virus influenza manusia
c. Tutup hidung dan mulut ketika batuk dan bersin. Gunakan tisu
dan buang di tempat sampah setelah dipakai. Ajari anak-anak
untuk melakukan hal tersebut dengan baik
d. Selalu cuci tangan dengan sabun dan air setelah kontak dengan
sekresi dari hidung dan mulut.
e. Anak-anak cenderung menyentuh muka, mata dan mulut dengan
tangan kotor. Ajari pentingnya membersihkan tangan setelah
batuk, bersin dan menyentuh bahan-bahan kotor.
f. Beritahukan ke institusi kesehatan segera dan cari nasehat medis
dari profesi kesehatan jika mempunyai gejala sakit, seperti
demam dan/atau gejala seperti flu.

8. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan ketika akan


mengunjungi teman ataupun saudara yang dirawat di fasilitas
kesehatan.
a. Jika anda mengunjungi pasien yang terinfeksi dengan flu burung
ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit untuk menggunakan
APD.
b. Pakaian khusus diperlukan ketika harus kontak langsung dengan
pasien dan atau lingkungan pasien.
c. Gunakan masker dengan benar dan sempurna.
d. Tinggalkan semua peralatan APD waktu meninggalkan ruangan
pasien, cuci tangan dengan air dan sabun.

9. Pada daerah yang terjangkit flu burung, jangan memakan daging


yang berasal dari unggas atau binatang yang sakit atau mati.
Bahkan disarankan untuk tidak mengkonsumsi semua jenis unggas
baik yang sehat maupun sakit dari peternakan yang terinfeksi flu
burung tersebut.

69
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 70

10. Pada daerah di luar radius 1 km daerah terjangkit, langkah-langkah


tindakan pencegahan yang harus dilakukan:
a. Menyembelih unggas gunakan metode yang tidak mencemari
lingkungan rumah anda dengan darah, debu, feses dan kotoran
lainnya.
b. Menghilangkan bulu ayam, rendam unggas/ayam dalam air
mendidih sebelum mencabuti bulunya.
c. Membersihkan isi tubuh unggas, gunakan metode yang tidak
mencemari lingkungan rumah tangga anda dari darah, debu,
feces dan kotoran hewan lainnya.
d. Jangan mengusap muka dan inderanya (contoh menggosok
mata) selama melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan
unggas, kecuali anda sudah mencuci tangan anda dengan sabun
dan air.

11. Lakukan semua tindakan kewaspadaan untuk menjamin bahwa


semua unggas dan bahan olahannya telah diproses dengan baik dan
aman untuk dimakan (konsumsi).
a. Ayam harus diolah secara higienis dan dimasak dengan baik.
b. Juga demikian dengan telur. Tindakan yang harus dilakukan
dalam menangani telur mentah dan cangkangnya adalah mencuci
cangkang telur dalam air sabun dan cuci tangan setelahnya.
Telur dimasak sampai matang (dalam air mendidih selama 5
menit, 70oC) tidak akan menularkan flu burung kepada
konsumen.
c. Pada umumnya, semua makanan harus dimasak sampai matang
pada suhu 70oC atau lebih.

70
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 71

BAB X

PENUTUP

Pedoman ini merupakan revisi dari pedoman tatalaksana flu burung di


sarana pelayanan kesehatan yang diterbitkan pada Agustus 2006.
Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi tenaga
kesehatan di Rumah Sakit saat menatalaksana pasien flu burung dan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang diperlukan.

Pedoman ini perlu disosialisasikan ke seluruh Sarana Pelayanan


Kesehatan. Pada pelatihan–pelatihan penatalaksanaan kasus flu burung
untuk petugas kesehatan di Rumah Sakit pedoman ini dapat
diimplementasikan dengan baik.

Secara berkala pedoman ini akan dievaluasi, sehingga bila diperlukan


perubahan – perubahan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan akan
dilakukan revisi agar pedoman ini menjadi lebih sempurna sehingga
penanganan flu burung menjadi lebih baik lagi.

71
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 72

Lampiran 1. Alur Pasien Suspek Flu Burung di Sarana Pelayanan


Kesehatan Non Rujukan

DATANG SENDIRI DATANG SENDIRI


Tanpa RISTI Dengan RISTI RUJUKAN

TEMPAT
PENDAFTARAN
PASIEN

POLIKLINIK :
- Umum
- Paru TRIAGE
- P. Dalam IRD
- Anak
SUSPEK
FLU BURUNG

Tidak Ya

RAWAT Berikan
JALAN / INAP Oseltamivir

Kirim ke Rumah
Sakit Rujukan FB

72
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 73

Lampiran 2. Alur Pasien Suspek Flu Burung di Rumah Sakit


Rujukan

DATANG SENDIRI DATANG SENDIRI


Tanpa RISTI Dengan RISTI RUJUKAN

TEMPAT
PENDAFTARAN
PASIEN

POLIKLINIK :
- Umum
- Paru TRIAGE
- P. Dalam IRD
- Anak
SUSPEK
FLU BURUNG

Tidak Ya

RAWAT RAWAT
JALAN / INAP INAP
ISOLASI

Alur
Penatalaksanaan
Medis

73
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 74

Lampiran 3. Tabel panduan pemberian antibiotik untuk


pneumonia

Rawat jalan • Tanpa faktor modifikasi


- Golongan β laktam atau β laktam + anti β
laktamase
• Dengan faktor modifikasi
- Golongan β laktam + anti β laktamase atau
fluorokuinolon respirasi (levofloksasin,
moksifloksasin, gatifloksasin
• Bila dicurigai pneumonia atipik : makrolid baru
(roksitromisin,klaritromisin, azitromisin)
Rawat inap • Tanpa faktor modifikasi :
- Golongan betalaktam + anti betalaktamase iv,
atau
- Sefalosporin G2,G3 iv,atau
- Fluorokuinolon respirasi iv
• Dengan faktor modifikasi :
- Sefalosporin G2,G3 iv atau
- Fluorokuinolon respirasi iv
• Bila dicurigai disertai infeksi bakteri atipik ditambah
makrolid baru
Ruang rawat Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
intensif • Sefalosporin G3 iv non pseudomonas ditambah
makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi iv
Ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
• Sefalosporin antipseudomonas iv atau karbapenem
iv ditambah fluorokuinolon antipseudomonas
(siprofloksasin) iv atau aminoglikosida iv
• Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik
sefalosporin antipseudomonas iv atau karbapenem
iv ditambah aminoglikosida iv, ditambah lagi
makrolid baru atau fluorokuinolon respirasi iv

Catatan :

Yang termasuk dalam faktor modifikasi adalah :

C. Pneumokokus resisten terhadap Penisilin


• Umur lebih dari 65 tahun
• Memakai obat – obatan golongan beta laktam selama tiga bulan
terakhir

74
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 75

• Pecandu alkohol
• Penyakit gangguan kekebalan
• Penyakit penyerta yang multipel

D. Bakteri enterik gram negatif


• Penghuni rumah jompo
• Mempunyai penyakit dasar kelainan jantung paru
• Mempunyai kelainan penyakit multipel
• Riwayat pengobatan antibiotik

E. Pseudomonas aeruginosa
• Bronkiektasis
• Pengobatan kortikosteroid > 10 mg/hari
• Pengobatan antibiotik spektrum luas > 7 hari pada bulan terakhir
• Gizi kurang

75
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 76

Lampiran 4. Panduan untuk mengumpulkan bahan pemeriksaan

A. Persiapan petugas pengambil spesimen


Petugas pengambil spesimen diharuskan memakai :
- Laboratorium jas (lengan panjang)
- Sarung tangan (karet)
- Kaca mata pelindung
- Masker (N95 untuk petugas dan pasien)
- Tutup kepala (plastik)

B. Macam / Jenis spesimen


1. Spesimen dari saluran pernapasan bagian atas
Tiga jenis spesimen dapat diambil untuk isolasi bakteri atau virus
dan pemeriksaan dengan PCR. Spesimen tersebut meliputi :
- Usap nasofaring
- Bilasan nasofaring
- Usap orofaring

Bilasan nasofaring merupakan spesimen untuk mendeteksi virus


saluran napas, terutama pada anak – anak berumur 2 tahun atau
kurang.

Untuk usap nasofaring :


Masukkan swab ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang
atas. Biarkan beberapa detik agar cairan hidung terhisap. Lakukan
usapan pada kedua lubang hidung.

Untuk usap orofaring


Lakukan usapan pada bagian belakang faring dan daerah tonsil,
hindarkan menyentuh bagian lidah. Kemudian masukkan swab
sesegara mungkin kedalam cryotube (tabung tahan pendinginan)
yang berisi 2 ml media transport virus (hanks BSS + antibiotika).
Putuskan tangkai plastik di daerah mulut botol / tabung agar botol /
tabung dapat dapat ditutup dengan rapat. Bungkus tabung ini
dengan tisu bersih dan masukkan kertas koran yang telah diremas–
remas untuk menghindari terjadinya benturan–benturan pada
tabung saat pengiriman. Masukkan tabung ini kedalam kotak
pengiriman primer (bahan boleh dari pipa paralon atau sejenis
tupper ware ).

2. Spesimen dari saluran pernapasan bagian bawah

76
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 77

Spesimen yang diambil dapat berupa bilasan bronkoalveolar,


aspirasi transtrakeal, atau cairan pleural. Setelah itu, separuh cairan
disentrifugasi (pada laboratorium dengan BSL-2+) dan endapan
selnya difiksasi dalam botol dengan tutup luar yang bagian
dalamnya mengandung ring untuk penahan. Semua spesimen ini
masukkan dalam kotak pengiriman spesimen primer seperti diatas.

3. Spesimen darah / sera


Darah fase akut (waktu pasien masih dalam keadaan sakit) harus
diambil dan dikirim sesegera mungkin. Pengambilan darah harus
dilakukan lagi pada fase konvalesen (7–14 hari setelah pengambilan
darah primer) dan segera dikirimkan.

Cara pengambilan sampel darah / sera:


Diambil 2–5 ml darah vena dalam tabung steril (2 ml dari anak – anak
dan 5 ml dari orang dewasa) secara lege artis (memperhatikan
kewaspadaan universal secara ketat).

a. Pengambilan darah pakai jarum suntik biasa


1) Masukkan darah yang diperoleh ke dalam tabung bertutup karet
(tabung steril vacum tanpa bahan pencegahan pembekuan darah).
2) Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah
dalam tabung membeku dengan baik.
3) Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung steril harus
dilakukan di Badan Litbangkes, Jakarta, atau laboratorium yang
ada sentrifus.
4) Semua tabung dibungkus dengan kertas tissu dan memasukkan
kertas koran yang telah diremas ke dalam kotak pengiriman
primer.

b. Pengambilan darah pakai jarum vacutainer

1) Darah ditampung lebih dahulu pada tabung darah bertutup karet


sebanyak 2 ml dari anak – anak dan 5 ml dari orang dewasa.
2) Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah
dalam tabung steril membeku dengan baik.
3) Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung harus dilakukan
di Badan Litbangkes, Jakarta, atau di laboratorium yang ada
sentrifuge dengan G. 5.000 – 10.000.

77
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 78

4) Semua tabung dibungkus dengan kertas tissu dan masukkan


kertas koran yang telah diremas ke dalam kolak pengiriman
primer.

C. Cara pemberian label

Setiap spesimen yang disimpan dalam wadah khusus diberi label yang
berisi informasi : nama pasien, umur, jenis kelamin, tanggal
pengambilan, lokasi pengambilan, jenis spesimen. (S
= Darah/Serum, Nt = usap Oro dan Nasofaring).

Label ditulis dengan pensil 2B, ballpoint atau spidol yang tidak luntur.

Cara pengepakan dan pengiriman spesimen untuk keperluan diagnostik


harus menuruti ketentuan WHO. Bungkus kotak pengiriman dengan
tisu atau kertas koran yang diremas, untuk mencegah benturan –
benturan pada spesimen waktu pengiriman. Masukkan dalam kotak
pengiriman sekunder. Kotak pengiriman sekunder dapat menampung
lebih dari satu kotak pengiriman primer, asal persyaratan suhu
pengiriman suhu sama. Bila pengiriman dalam suhu 4° C, masukkan
beberapa kantong es yang sudah dibekukan lebih dahulu.

a). Pengepakan primer (Kotak Pengiriman Primer)


- Wadah spesimen yang pertama harus kedap air, jika tutupnya
berulir harus dilapisi dengan parafilin atau sejenisnya.
- Jika terdiri dari beberapa wadah harus dibungkus secara terpisah
untuk mencgah pecah akibat berhimpitan.
- Gunakan material pendukung di sela–sela wadah yang
mempunyai daya hisap untuk menghisap seluruh isi yang
terdapat dalam wadah pertama, apabila terjadi kebocoran atau
pecah.
- Pada saat menentukan besarnya volume spesimen yang dikirim
sertakan besarnya volume media transport yang digunakan.
- Dalam wadah yang pertama tidak boleh berisi lebih dari 500 ml
atau 500 gram bahan.
- Seluruh isi dari wadah yang pertama disebut sebagai spesimen
diagnostik.

b). Pengepakan sekunder (Kotak Pengiriman Sekunder)


- Pengepakan sekunder harus menuruti aturan pengepakan bahan
infeksius.
- Pengepakan sekunder harus kedap air.

78
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 79

- Wadah bagian luar dilabel dengan :


1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM KESEHATAN
2. JANGAN DIBALIK
3. KEPADA (alamat tujuan)

KEPADA
Kepala Puslitbang Pemberantasan Penyakit
Badan Litbang Kesehatan
Jln. Percetakan Negara no 29, Jakarta 10560
Telepon : 021 – 426 – 1088 ext 134/ 021 – 425 – 9860
Fax : 021 – 424 – 5389
Kp3m@litbang.depkes.go.id
selitbang@litbang.depkes.go.id

79
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 80

Lampiran 5. Formulir Spesimen

NOMOR IDENTIFIKASI PASIEN

AI

JENIS Kode Kode Umur Jenis


PASIEN Propinsi kab/ kota dlm thn kelamin
Nomor

Keterangan
Jenis pasien : C = Kasus K = Kontak S = Survei
Kode Propinsi, Kode Kab / Kota liaht di lampiran no Epid
Jenis kelamin : L = laki-laki P = Perempuan

Nomor Sampel

Nomor kasus Jenis Sampel


sampel keberapa

Jenis sampel : T = Usap tenggorokan


H: Usap hidung
N: Usap nasofaringeal
F: Faeces
U: Urine
R: Trakeal
S: Serum

80
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 81

Lampiran 6.
Manajemen Tindakan Keperawatan Pada Penatalaksanaan
Keperawatan Flu Burung

1. MANAJEMEN JALAN NAPAS


Definisi:
Mempertahankan kepatenan jalan napas

Aktifitas:
• Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila
perlu
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
• Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
• Pasang Orofaringeal Tube bila perlu
• Lakukan fisioterapi dada jika perlu
• Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
• Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan
• Lakukan suction pada Orofaringeal Tube
• Berikan bronkodilator bila perlu
• Berikan pelembab udara
• Atur keseimbangan cairan
• Monitor respirasi dan status O2

2. MANAJEMEN CAIRAN
Definisi:
Meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi dari
abnormalitas status cairan

Aktifitas:
• Timbang BB tiap hari dan monitor kenaikan BB
• Pertahankan intake dan output secara akurat
• Pasang kateter bila perlu
• Monitor status hidrasi (membran mukosa, kekuatan pulse,
tekanan darah orthostatik)
• Monitor hasil laborat yang berhubungan dengan retensi air
(peningkatan BUN, penurunan HCT dan peningkatan osmolalitas
urine)

81
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 82

• Monitor status hemodinamik yang meliputi CVP, MAP, PAP, PCWP.


• Monitor tanda-tanda vital
• Monitor indikasi adanya overload, retensi cairan
• Tetapkan lokasi dan luasnya oedem
• Monitor pemasukan cairan dan nutrisi dan tentukan/hitung intake
kalori tiap hari
• Berikan terapi IV
• Monitor status nutrisi
• Berikan diuretik sesuai dosis
• Berikan cairan iv sesuai dengan suhu kamar
• Tingkatkan intake oral
• Beri cairan selama 24 jam
• Monitor respons pasien terhadap terapi elektrolit
• Konsul jika muncul tanda dan gejala kelebihan cairan
• Siapkan produk darah bila perlu

3. MANAJEMEN VENTILASI MEKANIK


Definisi:
Menggunakan alat artificial untuk membantu pasien bernapas

Aktifitas:
• Monitor kelemahan otot-otot respirasi
• Monitor kelemahan (impending) respirasi
• Konsultasikan dengan tim kesehatan lain dalam penggunaan
mode di ventilator
• Instruksikan pada pasien dan keluarga mengenai alat-alat atau
rasanya penggunaan ventilator mekanik
• Monitor secara rutin penggunaan ventilator
• Monitor peningkatan tekanan inspirasi
• Pastikan alarm ventilator dalam posisi menyala
• Berikan sedatif, analgetik narkotik bila perlu sesuai program
• Monitor efektifitas ventilasi mekanik pada status
psikologik/fisiologik pasien
• Lakukan tindakan dengan tenang

82
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 83

• Berikan alat-alat yang diperlukan pasien untuk komunikasi


(kertas, pensil)
• Cek seluruh konektor ventilator secara reguler
• Kosongkan air dari selang bila perlu
• Pastikan perubahan sirkuit ventilator tiap 24 jam bila perlu
• Gunakan prosedur aseptik
• Monitor tekanan ventilator dan bunyi napas
• Selama penghisapan, stop pemberian NGT dan 30-60 menit
setelah fisioterapi dada
• Matikan alarm ventilator selama penghisapan untuk menurunkan
frekuensi/alarm kekeliruan
• Monitor perkembangan pasien saat terpasang ventilator dan
lakukan perubahan sesuai indikasi
• Posisi semi Fowler
• Kolaborasi dengan dokter untuk menggunakan CPAP dan PEEP
untuk meminimalkan hipoventilasi alveolar
• Lakukan fisioterapi dada
• Lakukan suction seminimal mungkin dengan teknik close suction
• Berikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat
• Lakukan perawatan mulut secara teratur
• Monitor respon pasien terhadap pemakaian ventilator dan setiap
perubahan setting ventilator (kadar AGD, SaO2, CO2, volume
tidal)
• Monitor derajat dari shunt, kapasitas, V2/V1, MVV, kekuatan
inspirasi, FEV, untuk kesiapan menyapih dari ventilator mekanik
berdasarkan pada protap.

4. MANAJEMEN ASAM BASA


Definisi:
Mempertahankan keseimbangan asam basa dan mencegah
komplikasi dari ketidakseimbangan asam basa.

Aktifitas:
• Pertahankan kepatenan akses iv
• Pertahankan kepatenan jalan napas
• Monitor tingkat analisis gas darah dan elektrolit

83
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 84

• Monitor status hemodinamik yang meliputi CVP, MAP, PAP, dan


PCWP jika terpasang
• Monitor kehilangan asam dari muntah, produk NGT, diare dan
produk diuresis
• Monitor kehilangan basa dari drainase dan diare
• Atur posisi untuk memfasilitasi ventilasi adekuat misalnya jalan
napas terbuka dan elevasi kepala
• Monitor adanya gagal napas (PaO2 turun, PaCO2 naik dan
kelemahan otot pernapasan)
• Monitor pola pernapasan
• Monitor determinan
• Kirimkan spesimen untuk pemeriksaan laborat dari
keseimbangan asam basa
• Kurangi pemakaian O2 jika perlu
• Monitor status neurolgis
• Atur pemberian obat alkali bila perlu
• Beri perawatan mulut secara teratur
• Instruksikan pada klien dan keluarga untuk kegiatan pengobatan
ketidakseimbangan asam basa

84
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 85

Lampiran 7. Formulir Rujukan Pasien

Kepada
Yth. Teman Sejawat ................................
Di
.....................................

Bersama ini kami merujuk pasien Flu Burung sebagai berikut :

Nama :...................................................................
Umur :..................... thn ……………… bln
Jenis Kelamin :..................... ( L / P )
Alamat :Jln…………………………………………………... No…………
Rt……………………………. Rw …………………………………………….
Kelurahan :……………………………………………………………….
Kecamatan :………………………………………………………………..
Tanggal mulai sakit : ………………………………………………………………………….
Tanggal mulai dirawat :……………………………….Jam…………………………………….

A. Hasil Pemeriksaan Klinis :

B. Hasil Pemeriksaan Penunjang :

85
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 86

C. Pengobatan yang telah diberikan :

........................., ..... ................... 20....


( nama sarana pelayanan kesehatan )
Dokter / Perawat yang merawat

( nama terang )

86
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 87

Lampiran 8. Surat Keterangan Pasien Pulang

KOP SURAT INSTANSI YANG BERSANGKUTAN

Surat Keterangan Pasien Pulang


No. .............................

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama : .................................
NIP : .................................
Jabatan : .................................
Instansi : .................................

Menerangkan bahwa pasien :


Nama : .................................
Umur : .................................
Jenis Kelamin : .................................
Alamat : .................................
Pekerjaan : .................................

Saat ini dinyatakan bukan pengidap/sembuh* dari penyakit flu burung.

Demikian surat keterangan ini dibuat agar dapat dipergunakan


sebagaimana mestinya.

........................, ..../..../20....

(Nama Lengkap)
NIP.................
* Coret yang tidak perlu

87
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 88

Lampiran 9. Ruang Isolasi


Gb-1. Model Alur Pelayanan Ruangan Pasien Flu Burung ke R. Isolasi

Poliklinik Rawat Inap Poliklinik Rawat Jalan Ambulan

R. Dekontaminasi di IGD

Triase (IGD)

Selasar RS (pasien dan


petugas menggunakan
APD)

Gedung Isolasi

R.Rawat Pasien R.Rawat Pasien R.Rawat Pasien


Terkonfirmasi Suspek Probabel

88
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 89

Gb-2. Model Varian R. Isolasi untuk Flu Burung

SELASAR RUMAH SAKIT

R. Tunggu R. Tunggu
Pasien Pasien

R.Adm.
Internal

R. Antara /
R.Rekam
Transfer Km/Wc Km/Wc Pria
Medik
Chamber / Wanita
Internal &
Air-Lock
Diskusi
R Lab
Air Curtain

Air Curtain

Hand-dryer
Clean
Room Cabinet PPE-Cabinet Stainless Steel
w/Flat Top Medical Stainless Steel w/Flat Top Sink
Sink
PPE-Cabinet
Bed Head Unit

Tt-CONFIRM

w/Flat Top
Waste
Modular

IV Ceiling-Track
Modular
Tt-PROBABLE
Air Curtain

Air Curtain

Stasi Perawat R. Isolasi

Stasi Perawat R. Isolasi


Pasien Terkonfirmasi (;
Confirm Nurse Station

Probable (;Probable
Nurse Station Area)

Hand-dryer

Stainless Steel
R. Rawat

R. Rawat
Sirkulasi

Sirkulasi
Air Curtain
Minimal

Sink
120 cm

R. Antara -1
(;Pre-Preparation Rm.)
Air Curtain

Area)
Air Curtain

Air Curtain

R. Rawat Intensif Isolasi R. Rawat Intensif Isolasi


Pasien TERKONFIRMASI R. Antara -2
Pasien Berkemungkinan
(;Preparation Rm)
(;CONFIRM H5N1 (;PROBABLE H5N1
Isolation Ward) Isolation Ward)

Air Curtain

Hand-dryer
Clean
Room Cabinet PPE-Cabinet Stainless Steel
w/Flat Top Medical Stainless Steel w/Flat Top Sink
Sink

Modular
PPE-Cabinet
Bed Head Unit

Tt-SUSPECT
w/Flat Top
Tt. CONFIRM

Waste
Modular

IV Ceiling-Track
Confirm Nurse Station Area)
Air Curtain

Air Curtain

Stasi Perawat R. Isolasi


Pasien Terkonfirmasi (:

Stasi Perawat R. Isolasi

Hand-dryer
Nurse Station Area)
Suspect (;Suspect

Stainless Steel
R. Rawat

R. Rawat
Sirkulasi

Sirkulasi
Air Curtain
Minimal

Sink
120 cm

R. Antara -1
(;Pre-Preparation Rm.)
Air Curtain

R. Rawat Intensif Isolasi


Air Curtain

Air Curtain

Pasien Tercurigai
R. Rawat Intensif Isolasi (;SUSPECT H5N1
Pasien TERKONFIRMASI R. Antara -2 Isolation Ward)
(;Preparation Rm)
(;CONFIRM H5N1
Isolation Ward)

Air Curtain

Clean
Air Curtain

Storage
Air Curtain

R.Loker
Air Lock / Petugas
Clean Tranfer
Storage Chamber Design Copyright by c Aryosi - PSPPK-2006
(Linen,
Equipment
&
R.Transfer
Medicine)
Air Curtain

Dirty R.Spoelhoeck & R.KM/WC


Utility & Desinfektanisasi Petugas
Linen

Model Varian
Tata-Ruang Dalam R.Isolasi Skala Garis
0 200 400 600

0 2m 4m 6m

89
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 90

Gb-3. Model Varian-1 R.Perawatan Isolasi untuk Flu Burung

Minimal (l) Minimal (l) Minimal (l)


Modular Modular Modular
400 cm 150 cm 400 cm

Bed-Side Cabinet w/ Flat Table Top


Bed-Side (Vital Sign) Monitor
Adult/Pediatric Ventilator Set
Infusion Pump w/Standard Tripod
Syrenge Pump w/Standard Tripod

Bed Head Unit

Instrument Table w/ Top

Room Cabinet
w/Flat Top
Foldable Writing Table

IV Ceiling-Track
Minimal (p)
Modular
R. Rawat Intensif Isolasi
(;H5N1 Isolation Ward) 400 cm
Design Copyright by c Aryosi - PSPPK-2006

Medical Stainless Steel


Sink
Mobile Aneroid Sphigmanometer Set

Hand-dryer
w/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope
High Volume 15" Exhauster

Exhauster Shaft
PPE-Cabinet
Clean
w/Flat Top

Waste
R. Antara -1 PPE-Cabinet
(;Pre-Preparation Rm.) w/Flat Top

Minimal (p)
Hand-dryer

Modular
Sink
Stainless Steel

R. Antara -2
Sink
Stainless Steel

(;Preparation Rm) 300 cm

Minimal
Sirkulasi
240 cm
Sirkulasi
(Max. Bed Length in the
R. Rawat
Medical Equipment
Market is + 2352mm at
Feb,2006)
Minimal
120 cm

Minimal (p)
Stasi Perawat R. Isolasi Modular
(;Nurse Station Area) 200 cm

Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006

Model Varian - 1 Skala Garis


Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan 0 200 400 600
Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse
Station untuk R.Perawatan dengan BSL-2 0 2m 4m 6m

90
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 91

Gb-4. Model Varian-2 R.Perawatan Isolasi untuk Flu Burung

Minimal (l) Minimal (l) Minimal (l)


Modular Modular Modular
300 cm 150 cm 300 cm

ed-Side Cabinet w/ Flat Table Top


Bed-Side (Vital Sign) Monitor

Adult / Pediatric Ventilator Set

Infusion Pump w/Standard Tripod


Instrument Table w/ Top Foldable Syrenge Pump w/Standard Tripod
Writing Table
High Volume 15" Exhauster
Mobile Aneroid Sphigmanometer Set
w/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope Exhauster Shaft

Bed Head Unit

Stainless
Steel Hand-
Room Cabinet
w/Flat Top

Sink dryer
Room Cabinet

IV Ceiling-Track

PPE-Cabinet
w/Flat Top

PPE-Cabinet
Waste
w/Flat Top
w/Flat Top

R. Rawat Intensif Isolasi


Clean

(;H5N1 Isolation Ward) Minimal (p)


Modular
300 cm
Air Curtain
Air Curtain
Hand-dryer

R. Antara
Petugas
Stainless Steel

Modular
R. Rawat
(; Air Lock
Foyer for
Medical Staff )
Sink

Air Curtain Air Curtain Air Curtain


Minimal
Sirkulasi
240 cm
Sirkulasi (Max. Bed Length in the Medical
R. Rawat Equipment Market is + 2352mm at
Feb,2006)

Minimal
120 cm Minimal (p)
Modular
Stasi Perawat R.Isolasi 200 cm
(;Nurse Station Area)

Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006

Model Varian - 2
Skala Garis
Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan 0 200 400 600
Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse
Station untuk R.Perawatan dengan BSL-3. 0 2m 4m 6m

Gb-5. Model Varian-3 R.Perawatan Isolasi untuk Avian Flu (H5N1)

91
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 92

Gb-5. Model Varian-3 R.Perawatan Isolasi untuk Avian Flu (H5N1)

Minimal (l) Minimal (l) Minimal (l)


Modular Modular Modular
300 cm 150 cm 300 cm

Minimal (l) Modular 300 cm

Mobile Aneroid Sphigmanometer Set


w/ Stand & Adult Dual Head Stethoscope

Bed-Side Cabinet w/ Flat Table Top

Bed-Side (Vital Sign) Monitor


Minimal (p) Modular Exhauster Shaft
150 cm High Volume 15" Exhauster Km/WC
Instrument Table w/ Top Foldable
Writing Table

Minimal (p) Modular Air Curtain R. Antara Km/WC Air Curtain Adult / Pediatric Ventilator Set
120 cm Infusion Pump w/Standard Tripod
Bed Head Unit

Stainless Syrenge Pump w/Standard Tripod


Steel Hand-
Sink dryer

Room Cabinet
w/Flat Top
IV Ceiling-Track
PPE-Cabinet

PPE-Cabinet
Waste
w/Flat Top
w/Flat Top
Clean

Minimal (p) R. Rawat Intensif Isolasi


(;H5N1 Isolation Ward)
Modular
300 cm R. Antara
Air Curtain
Air Curtain

Petugas
Sink
Stainless Steel

(; Air Lock Modular


Foyer for R. Rawat
Hand-dryer

Medical Staff )

Minimal
Sirkulasi Air Curtain Air Curtain Air Curtain
240 cm
(Max. Bed Length in
the Medical Sirkulasi
Equipment Market R. Rawat
is + 2352mm at
Feb,2006)
Minimal
Minimal (p) 120 cm
Modular
200 cm Stasi Perawat R.Isolasi
(;Nurse Station Area)

Drawing Copyright by c PSPPK-Setjen-DEPKES-RI-2006

Model Varian - 3 Skala Garis


Tata-Ruang Dalam pada area R. Perawatan 0 200 400 600

Isolasi, R. Foyer Air-Lock Petugas dan Nurse 0 2m 4m 6m


Station untuk R.Perawatan dengan BSL-3.

Gb-6. Model Potongan Sterilisator Udara R.Perawatan Isolasi untuk Flu


Burung

92
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 93

Gb-6. Model Potongan Sterilisator Udara R.Perawatan Isolasi untuk Flu


Burung

R.Perawatan Isolasi
A R. Perawatan R.Antara A
Isolasi /Persiapan
/TC

Selasar
DENAH SKEMATIK
EKSHAUS 15 Inch
EKSHAUS 15 Inch (;15" High Vaccum
(;15" High Vaccum Exhauster)
Exhauster) UV-Lamp Set

Indoor Unit
(min) 1 Pk
(Bergantung Besaran EKSHAUS 15 Inch
Ruangan) (;15" High Vaccum
EKSHAUS 15 Inch
EKSHAUS 15 Inch 45,00 cm Exhauster)
(;15" High Vaccum
(;15" High Vaccum
Exhauster) Pre / EPA Filter Set
Exhauster)
45,00 cm

UV-Lamp Set

77,50 ~ 102,50 cm
UDARA BERSIH KELUAR
45,00 cm
(; FRESH AIR-OUTLET)

80,00 ~ 85,00 cm
UDARA KOTOR
RUANGAN KELUAR
(; ROOM WASTE
AIR-OUTLET) UDARA BERSIH
UDARA BUANGAN BERSIH 375,00~400,00 cm RUANGAN MASUK
STERILISATOR UDARA (; ROOM CLEAN
(;STERISATOR CLEAN WASTE 280,00 cm AIR-INTAKE)
AIR-OUTLET) UDARA KOTOR
RUANGAN KELUAR
(; ROOM WASTE
AIR-OUTLET)

10,00 cm
17,50 cm
Pre / EPA Filter Set Design & Drawing Copyright by Aryosi-PSPPK-2006

EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)
Burner Set PSPPK, SETJEN, DEPKES-RI c 2006
EKSHAUS 15 Inch
(;15" High Vaccum
Exhauster)

TAMPAK POTONGAN A-A


RUANG ISOLASI & STERILISATOR UDARA

93
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 94

Daftar Peralatan Di Ruang Isolasi Flu Burung

No. Nama Alat


I Alat Kedokteran/Keperawatan/Kesehatan
1. Bronkoskopi
2. TT 3 Posisi + matras
3. Ventilator
4. Bed Side Monitor
5. Analisis Gas Darah
6. Mobile X Ray
7. Ultra Violet Lamp
8. APD (Alat Perlindungan Diri)
9. Nebulizer
10. Intubasi set
11. Oxgen Consentrator Complete with Accessories
12. Infusion Pump
13. Syringe pump
14. EKG 12 Channel
15. Defribilator
16. Automatic Film Processor
17. Vena Sectie
18. Sterilasator Kering
19. Suction Pump
20. Central Monitor
21. Stretcher
22. Manometer O2 central
23. Tensimeter
24. Stethoscope
25. Termometer
26. Standar Infus

II APD
1. Baju Operasi
2. Gaun/Jas Operasi
3. Sepatu Boot
4. Topi Bedah/Tutup Kepala
No. Nama Alat
5. Masker Bedah
6. Masker N95
7. Sarung Tangan Panjang
8. Sarung Tangan Biasa/Bedah
9. Kaca Mata Pelindung

94
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 95

10. Apron Plastik

III Alat Rumah Tangga


1. Lemari Alat Tenun
2. Lemari Pakaian
3. Ember Besar dan Kecil
4. Tempat Sampah Medis
5. AC / Kipas Angin
6. Sikat Cuci Tangan

IV Alat Habis Pakai


1. Desinfektan
2. Sabun
3. Tisu
4. Plastik Sampah

95
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 96

Kriteria Ruang Perawatan Isolasi Flu Burung

1) Perawatan Isolasi (Isolation Room)


a. Zona Pajanan Primer / Pajanan Tinggi
b. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air Suction
System
d. Air Sterilizer System dengan Burning & Filter
e. Modular minimal = 3 x 3 m2

2) Ruang Kamar Mandi / WC Perawatan Isolasi (Isolation Rest Room)


a. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang
b. Pengkondisian udara masuk dengan Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar melalui Vaccum Luminar Air Suction
System
d. Modular minimal = 1,50 x 2,50 m2

3) Ruang Bersih Dalam (Ante Room / Foyer Air Lock)


a. Zona Pajanan Sekunder / Pajanan Sedang
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar ke arah inlet saluran buang ruang
rawat isolasi
d. Modular minimal = 3 x 2,50 m2

4) Area Sirkulasi (Circulation Corridor)


a. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
d. Modular minimal lebar = 2,40 m

5) Ruang Stasi Perawat (Nurse Station)


a. Zona Pajanan Tersier / Pajanan Rendah / Tidak Terpajan
b. Pengkondisian udara masuk dengan AC Open Circulation System
c. Pengkondisian udara keluar dengan sistem exhauster
d. Modular minimal = 2 x 1,5 m2 / petugas (termasuk alat)

96
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 97

Lampiran 10. Diagnosis Klinis Flu Burung oleh WHO

Definisi Kasus untuk Infeksi Virus Influenza A (H5N1)


WHO pada Manusia
29 Agustus 2006

Latar Belakang

Pelaporan kasus influenza H5N1 yang cepat dan akurat adalah landasan
utama untuk memonitor baik evolusi global penyakit flu burung dan risiko
yang menyertainya bahwa suatu virus pandemik mungkin muncul. Dalam
kerja sama dengan beberapa mitra, WHO sudah mengembangkan definisi
kasus yang baku untuk memfasilitasi :
1. Pelaporan dan klasifikasi kaus-kasus infeksi H5N1 pada manusia oleh
para pejabat kesehatan nasional dan internasional.
2. Pembakuan bahasa untuk tujuan-tujuan komunikasi.
3. Keterbandingan data lintas waktu dan daerah geografik.

Penerapan Definisi Kasus H5N1


1. Definisi kasus itu berlaku pada fase kewaspadaan pandemik sekarang
ini (fase 3) dan mungkin berubah ketika informasi baru tentang
penyakit flu burung dan epidemiologinya tersedia.
2. Pejabat nasional yang berwenang harus melaporkan secara resmi
kasus-kasus H5N1 yang probabel dan konfirm kepada WHO. Definisi
kasus untuk orang-orang yang dalam investigasi dan kasus-kasus
suspek telah dikembangkan untuk membantu para pejabat nasional
yang berwenang dalam mengklasifikasi dan menelusuri kasus-kasus.
3. Definisi kasus itu tidak dimaksudkan untuk menyediakan deskripsi-
deskripsi penyakit yang lengkap pasien-pasien tetapi untuk
membakukan pelaporan kasus-kasus.

97
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 98

4. Dalam situasi klinik yang membutuhkan putusan-putusan mengenai


pengobatan, pelayanan atau “triage” orang-orang yang mungkin
terinfeksi H5N1, dan bukan ketaatan pada definisi kasus. Karena
sebagian besar pasien dengan infeksi H5N1 menunjukkan demam dan
keluhan-keluhan saluran napas bagian bawah spektrum klinik luas.

Definisi Kasus

Orang yang dalam Investigasi


Seseorang yang telah diputuskan oleh para pejabat kesehatan yang
berwenang dalam kesehatan masyarakat untuk diinvestigasi kemungkinan
H5N1

Kasus Suspek H5N1


Seseorang dengan penyakit saluran napas bawah yang tidak bisa
dijelaskan disertai demam (suhu > 38o C), batuk, sesak napas atau
kesulitan bernapas. Dan satu atau lebih dari pemaparan dalam 7 hari
sebelum mulainya gejala :
- Kontak erat (dalam jarak 1 meter) dengan seseorang (merawat,
berbicara dengan atau meraba) orang yang dicurigai menderita
penyakit flu burung, probabel atau kasus H5N1 yang sudah konfirmasi.
- Pemaparan (misalnya memegang, menyembelih, mencabuti bulu,
memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) terhadap ternak ayam
atau unggas liar atau bangkai unggas atau terhadap lingkungan yang
tercemar oleh kotoran unggas-unggas itu dalam wilayah dimana infeksi
dengan H5N1 pada hewan atau manusia telah dicurigai atau
dikonfirmasi dalam bulan terakhir.
- Konsumsi bahan baku atau produk ternak ayam yang tidak dimasak
sempurna dalam wilayah dimana infeksi dengan H5N1 pada hewan
atau manusia telah dicurigai atau dikonfirmasi dalam bulan terakhir.
- Kontak dekat dengan seekor binatang yang telah dikonfirmasi
terinfeksi H5N1 bukan ternak ayam atau unggas-unggas liar (misalnya
kucing atau babi)
- Memegang / menangani sampel (hewan atau manusia) yang dicurigai
mengandung virus H5N1 dalam suatu laboratorium atau tempat
lainnya.

98
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 99

Kasus Probabel H5N1 (Lapori WHO)


Definisi 1 probabel
Seseorang memenuhi kasus suspek
DAN
Satu kriteria tambahan berikut ini :
a. Infiltrat atau bukti dari suatu pneumonia akut pada gambaran foto
toraks ditambah denagn bukti gagal napas (hipoksemia, takipneu
berat)
ATAU
b. Konfirmasi laboratorium positif untuk infeksi Influenza A tetapi bukti
untuk infeksi H5N1 tidak cukup positif.

Definisi 2 probabel
Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit saluran napas akut
yang tidak bisa dijelaskan yang dianggap secara epidemiologi berkaitan
karena waktu, tempat dan pemaparan terhadap kasus H5N1 yang sudah
terkonfirmasi.
Kasus H5N1 terkonfirmasi (Lapori WHO)
Seseorang yang memenuhi kriteria untuk kasus suspek atau probabel
DAN :
Satu dari hasil-hasil berikut ini yang dilaksanakan dalam suatu
laboratorium influenza nasional, regional atau internasional yang hasil
pemeriksaan H5N1-nya diterima oleh WHO sebagai konfirmasi.
a. Isolasi suatu H5N1 virus
b. Hasil-hasil H5 PCR positif dari pemeriksaan-pemeriksaan menggunakan
dua sasaran PCR yang berbeda misalnya primer khusus untuk influenza
A dan H5 HA
c. Suatu peningkatan 4 kali lipat atau lebih dalam titer antibodi netralisasi
untuk H5N1 berdasarkan pemeriksaan dari suatu spesimen serum
akut (diambil 7 hari atau setelah gejala penyakit mulai) dan suatu
spesimen serum konvalesen. Titer antibodi netralisasi konvalesen
harus pula 1 : 80 atau lebih tinggi.
d. Suatu titer antibodi mikronetralisasi H5N1 1 : 80 atau lebih dalam
suatu spesimen serum yang diambil pada hari ke 14 atau sesudahnya
setelah gejala penyakit mulai dan suatu hasil positif menggunakan

99
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 100

suatu assay serologi yang berbeda, misalnya titer HI sel-sel darah


merah kuda 1 : 160 atau lebih atau suatu hasil positif H5 western blot.

100
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 101

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 756/MENKES/SK/IX/2006

TENTANG
PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENDERITA FLU BURUNG

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa kecenderungan meningkatnya penderita penyakit flu


burung (Avian influenza) yang berpotensial menjadi pandemi
melalui Keputusan Menteri Kesehatan telah ditetapkan flu
burung sebagai Kejadian Luar Biasa(KLB);
b. bahwa penanganan penderita penyakit flu burung
memerlukan penanganan yang cepat dan tepat serta
memerlukan biaya yang cukup besar;
c. bahwa untuk meringankan beban biaya masyarakat
penderita flu burung diperlukan langkah kebijakan
pembebasan biaya pasien penderita flu burung yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

Mengingat: 1. Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945;
2. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor
20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273);
3. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran
Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3447);

5. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang


Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana
telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 62 Tahun 2005;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560 Tahun 1989


tentang Jenis Penyakit Tertentu yang Dapat Menimbulkan
Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporan dan Tata Cara
Penanggulangannya;

7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1372/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Kondisi
Kejadian Luar Biasa (KLB) Flu Burung (Avian Influenza);

101
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 102

8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1371/Menkes/SK/IX/2005 tentang Penetapan Flu Burung
Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah serta
Pedoman Penanggulangannya;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan:

Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG


PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENDERITA FLU
BURUNG DI RUMAH SAKIT.
Kedua : Pembebasan biaya sebagaimana dimaksud Diktum Kesatu
berlaku bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit yang telah
ditetapkan sebagai Rumah Sakit Rujukan Flu Burung dan
Rumah Sakit Non Rujukan Flu Burung (pemerintah maupun
swasta) yang menerima pasien sebelum dirujuk ke Rumah
Sakit Rujukan Flu Burung.
Ketiga : Pembebasan biaya dimaksud Diktum Kedua meliputi :
1. Biaya Administrasi;
2. Biaya Pelayanan dan Perawatan di UGD, Ruang Isolasi,
Ruang ICU dan Jasa dokter;
3. Pemeriksaan Penunjang (pemeriksaan Laboratorium dan
Radiologi);
4. Obat–obatan dan bahan habis pakai;
5. Biaya rujukan; dan
6. Pemulasaran Jenazah (peti jenazah, transportasi dan
penguburan).
Keempat : Pembebasan biaya sebagaimana dimaksud Diktum Ketiga
berlaku untuk :
a. Pasien suspek flu burung sampai hasil pemeriksaan Lab
PCR (-);
b. Pasien suspek flu burung dengan hasil pemeriksaan Lab
PCR (+) sampai dinyatakan sembuh atau PCR (-);
c. Pemulasaran Jenazah.

102
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 103

:
Kelima Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada Diktum Kedua
yang menangani pasien flu burung dapat mengajukan
penggantian biaya (klaim biaya) kepada Departemen
Kesehatan dengan mengacu pada prosedur sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Keenam : Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan


kepada pasien penderita flu burung terhitung mulai
berlakunya Keputusan ini agar mengacu pada ketentuan
sebagaimana tercantum dalam Keputusan ini.
Ketujuh : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 20 September 2006

MENTERI KESEHATAN RI,

Dr. dr Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K)

103
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 104

Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor : 756/MENKES/SK/IX/2006
Tanggal : 20 September 2006

PEDOMAN PROSEDUR PENGGANTIAN BIAYA PENANGANAN


PASIEN PENDERITA FLU BURUNG

A. PENDAHULUAN

Konsensus Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Undang–Undang Dasar 1945


pasal 28 H dan Undang–Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga negara.
Karena itu, setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh
perlindungan terhadap kesehatannya, dan Negara bertanggungjawab mengatur
agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya.

Saat ini salah satu penyakit yang mengancam hak fundamental masyarakat untuk
hidup sehat adalah penyakit Flu Burung. Penyakit ini menyerang sistem
pernafasan dengan angka kematian yang sangat tinggi (>50 %), penyebabnya
adalah virus Influenza A subtipe H5N1 subtipe H5N1 (H=hemagglutinin;
N=neuraminidase) yang pada umumnya menyerang unggas (burung dan ayam),
namun pada tahun 1997 infeksi flu burung telah berpindah dari unggas ke
manusia dan sejak saat itu telah terjadi 3 kali outbreak infeksi virus influensa A
subtipe H5N1.

Flu burung pada manusia pertama kali ditemukan di Hongkong pada tahun 1997
dimana dari 18 orang penderita 6 orang meninggal dunia. Data Depkes per
tanggal 6 September 2006 dilaporkan bahwa jumlah kasus konfirm sebanyak 62
orang dengan angka kematian sebanyak 47 orang. Akhir-akhir ini kasus flu
burung berkembang dengan cepat dihampir seluruh propinsi di Indonesia.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Menteri Kesehatan RI melalui Surat
Keputusan Nomor : 1371/Menkes/SK/IX/2005 telah menetapkan 44 Rumah Sakit
sebagai rujukan dalam menangani pasien–pasien menderita Flu Burung dan
menetapkan penyakit ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Sehubungan dengan hal tersebut Departemen Kesehatan telah mempersiapkan


secara bertahap Rumah Sakit Rujukan Flu Burung baik di segi sarana (peralatan
medis, bahan habis pakai dan obat–obatan), prasarana (ruang isolasi) maupun
peningkatan SDM yang terampil. Pembiayaan perawatan pasien termasuk biaya

104
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 105

rujukan dan penguburan merupakan hal yang sangat penting untuk ditata secara
baik, mengingat tingginya biaya yang dibutuhkan selama pasien dirawat di rumah
sakit.

B. TUJUAN
Umum :
Mempercepat penanganan pasien Flu Burung.
Khusus :
1. Mempercepat akses ke Rumah Sakit.
2. Memberikan pelayanan sesuai Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di
Rumah Sakit.
3. Menyederhanakan mekanisme pengajuan klaim ke pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan RI.

C. MEKANISME KERJA DALAM PENGAJUAN KLAIM

1. Direktur Utama/Direktur Rumah Sakit yang merawat penderita membuat


permohonan penggantian biaya pengobatan bagi pasien Flu Burung
Kepada Departemen Kesehatan,

Cq : Direktur Bina Pelayanan Medik Dasar


Gedung Departemen Kesehatan
Lt V Blok B Ruang 508
Jl. HR. Rasuna Said X5 Kav 5—9
Jakarta Selatan 12950
Telepon : 021-5222430
Fax : 021-5222430, 021-52902046
dengan melampirkan bukti-bukti lengkap dan asli sesuai prosedur
administrasi yang berlaku bagi pengelola keuangan negara.

2. Mengisi Formulir Pasien dan Rekapitulasi Pasien penderita Flu Burung


yang diketahui oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam rangkap 3
(tiga) asli.(contoh terlampir)

3. Penulisan kwitansi dalam rangkap 3 asli (contoh terlampir).


4. Melampirkan fotocopy Medical Record Pasien.
5. Melampirkan obat & Bahan Habis Pakai yang digunakan.
6. Pemeriksaan Laboratorium & Radiologi didasarkan atas indikasi medis
semata & atas permintaaan dokter yang merawat.

7. Biaya rujukan di sesuaikan oleh jarak asal rujukan ke Rumah sakit rujukan
dengan memperhatikan azas kewajaran.

105
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 106

8. Penggunaan obat–obatan dan bahan habis pakai mengacu pada pedoman


penatalaksanaan Flu Burung di Sarana Pelayanan Kesehatan yang
dikeluarkan Departemen Kesehatan.

9. Seluruh Berkas akan di Verifikasi dan selanjutnya bila sudah sesuai dengan
prosedur administrasi yang berlaku akan dibayarkan kepada Rumah Sakit
yang mengajukan klaim tersebut.

10. Bagi RS non Rujukan yang menerima pasien Suspek Flu Burung, agar
sesegera mungkin merujuk ke RS Rujukan Flu Burung setempat.
D. PENUTUP

Dengan terbitnya pedoman ini diharapkan penanganan terhadap pasien Flu


burung di Rumah Sakit menjadi lebih baik lagi, sehingga angka kematiannya dari
hari kehari dapat diturunkan.

E. CONTOH FORM

ƒ Form 1 contoh: format rekapitulasi


ƒ Form 2 contoh: format kwitansi

MENTERI KESEHATAN RI,

Dr. dr Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K)

106
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 107

FORM 1:
REKAPITULASI PASIEN PENDERITA FLU BURUNG

Propinsi :
Kabupaten/Kota :
Rumah Sakit :

No Rawat
Sex Biaya Biaya Biaya Ambulans Peti
No. Nama Penderita Rekam Umur Alamat Diagnosa Jumlah KET
L/P Inap Jalan Lab Radiologi Rujukan Jenasah Jenasah
Medik

TOTAL

……………...........,………
……………………..200…

Mengetahui Direktur RS ……………………………………….


Kepala Dinas Kesehatan……………….

(………………………………) (………………………………)

107
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 108

FORM 2
CONTOH:

KWITANSI

SUDAH TERIMA : (kosongkan saja)

BANYAKNYA UANG : …………………………………………………………………………………………….

UNTUK PEMBAYARAN : Penggantian biaya perawatan pasien penderita Flu burung di RS……………................

Jumlah Rp. …………………

Direktur Rumah Sakit


………………………

Materai 6000
Tandatangan / Stempel
Nama jelas / NIP

108
Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Rumah Sakit 109

REFERENSI

1. World Health Organization, Western Pacific Region. Avian


Influenza, 15 January 2004.

2. World Health Organization, South-East Regional Office. Avian


Influenza Virus A (H5N1), 20 July 2004.

3. JNPK – KR, YBP – SP, JHPIEGO. Panduan Pencegahan Infeksi


Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya
Terbatas

4. World Health Organization. Cumulative Number of Confirmed


Human Cases of Avian Influenza A/(H5N1). Available at :
http://www.who.int.

5. Working Group on Therapeutic Care, Departemen of Medical


Services. Clinical Practice Guideline for Human Avian Influenza
(H5N1), Revised version, December 19, 2005.

109

Anda mungkin juga menyukai