“RETINOBLASTOMA”
Dosen pembimbing :
Di susun oleh :
Kelompok 1
T.A 2018/2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, selawat beserta salam kepada Rasulullah SAW.
Serta sahabat & Keluarganya sekalian dengan segala kebaikan beliau yang telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Dalam memenuhi salah satu tugas yang diberi oleh pengasuh yaitu:
Penulisan karya ilmiah yang berbentuk makalah maka dalam hal ini kami sebagai penulis
memberi judul : “RETINOBLATOMA” .
Dalam tulisan ini kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih
berada jauh dari kesempurnaan, baik di tinjau dari cara penulisan, maupun isi yang
terkandung didalam
Oleh sebab itu kami penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran dari
berbagai pihak dan juga kami ucapkan ribuan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan
juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak
dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim
mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia
sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah
penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk
mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya
dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin
pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus
lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyakit retino blastomai
2. Bagaimana etiologi dari penyakit retino blastomi
3. Apa manifestasi klinis dari penyakit retino blastomi
4. Bagaimana patofisiologi dari penyakit retino plasma
5. Apa penatalaksanaan terhadap pasien retino blastoma.
6. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retino blastoma
C. Tujuan
Tujuan Umum:
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma serta asuhan keperawatan yang
tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut.
Tujuan khusus :
1) Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.
2) Mengetahui etiologi dari penyakit retino blastoma.
3) Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit retina blastoma.
4) Mengetahui patofisiologi dari penyakit retino blastoma.
5) Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retino blastoma.
6) Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien retino blastoma
7) Mengetahui Web Of Caution (WOC) dari penyakit Retinoblastoma
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokular yang ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia di bawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional.
(Mansjoer A. 2000).
Retinoblastoma adalah tumor ganas dalam bola mata pada anak dan bayi sampai 5 tahun.
(Sidarta Ilyas, 2009).
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik retina.
Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia klien saat
diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa
kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi
pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan
dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah
1 tahun. (Ganong William F.1998).
Jadi dari beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa retinoblastoma adalah penyakit
tumor ganas dalam bola mata pada anak usia kurang dari 5 tahun.
C. Etiologi
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang
berada dalam pita kromosom, bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak
terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita
retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita retinoblastoma dan mendapatkan gennya
dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah satu maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar
ke kantung mata dan ke otak (melalui saraf penglihatan / nervus optikus).
D. Patofisiologi
Retinoblastoma biasanya tumbuh dibagian posterior retina.Tumor terdiri dari sel-selganas
kecil, bulat yang berlekatan erat dengan sitoplasma sedikit.Jika timbul dalam lapisan intiinterna,
tumor itu tumbuh ke dalam ( endofitik ) mengisi rongga kaca dan tumbuh kearah
luar ( exofitik ) menembus koroid, sklera dan ke N. Optikus.
F. Klasifikasi
Klasifikasi Stadium
Menurut Reese-Ellsworth, retinobalastoma digolongkan menjadi :
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang ekuator.
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
3. Golongan III
a) Beberapa lesi di depan ekuator.
b) Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil.
c) Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd.
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata.
d) Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina.
b. Penyebaran ke vitreous.
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus kemudian
dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose diatasnya.
Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat utama
dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I Intraokular
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.
c. penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita
Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.
Nervous optikus.
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Ultrasonografi. Pemeriksaan ini dilakukan pada penderita yang belum
protopsis.Dengan USG dapat diketahui :- ukuran panjang bola mata ( axial lenght) yang
biasanya normal pada RB,kecuali bila terdapat buphthalmos.letak, besar dan bentuk
massa tumor didalm bola mata, perluasan tumor ke N. Optikus atau ke dalam bola orbita.
RB memperlihatkan gambaranUSG yang khas sehingga memberikan ketepatan diagnosi
sampai 90 %,yaitu adanya reflektivitas yang tinggi mencapai 100% pada A scan
yangmenunjukkaan tanda kalsifikasi dan shadowing effect positif.
2. CT Scan kepala orbita, bila terdapat protopsis, kecurigaan perluasan tumor
keekstraokular, metastasis intrakranial, pada USG terdapat perluasan ke N.II,
sertamenilai adanya trilateral pada midlinecranial.
3. Bone survey bila aspirasi sumsum tulang positif, nyeri atau pembengkakan tulang.
4. Pemeriksaan punsi sumsum tulang ( BMP ) bila ada protopsis dan
pemeriksaan pungsilumbal ( LP ) bila terdapat gejala peninggian tekanan intrakranial
atau penyebaran tumor ke N.II pasca operasi.
H. Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan local
untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular, regional,
dan metastatic. Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih
terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga,
karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma bilateral
kedua matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada
waktu masuk atau setelah gagal pengobatan local.
Jenis terapi :
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma.
Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk
meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun
pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan orbita.
Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan konservatif
mungkin bisa diambil. Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga
naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena
katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat
ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular.
Massa orbita harus dihindari. Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah
kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.
2. External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan terapi
efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy
dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah harus
dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama yang erat
antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan. Keberhasilan
EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi. Gambaran regresi
setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari
radioterapi harus diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan
pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang
lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.
3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin sering
digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk tumoryang
ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau fotokoagulasi, pada kasus
yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada terapi awal, khusunya
setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara ini menimbulkan malignansi sekunder.
6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas,
prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil pasien
dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra luas sistem
stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar penelitian
didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi. Penentuan stadium secara
histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan risiko relaps. Banyak
peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan
memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor
undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi ingtratekal dan radiasi
intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan. Apabila penyakitnya
sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan. Obat yang digunakan adalah
carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin,
dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir
menemukan bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan dengan
keluaran yang buruk, sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang
dengan pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa
dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini
biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma,
yang dihubungkan dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi.
I. Prognosis
Tumor mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini dan intraokuler. Prognosis
sangat buruk bila sudah tersebar ekstra ocular pada saat pemeriksaan pertama. Tumor dapat
masuk ke dalam otak melalui saraf optik yang terkena infiltrasi sel tumor.
J. Komplikasi
1. Bila tumor masih terbatas intraukolar, pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik.
Tergantung dari letak, besar, dan tabel pada tumor yang masih intraukolar dapat
dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatikdan fotokoagulasi laser
untuk mempertahankan visus. Pada tumor intraokular yang sudah mencapai seluruh
vetreus dan visus nol, dilakukan enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi
masih terbatas di rongga orbita, dilakukan kombinasi eksentrasi, radioterapi, dan
kemoterapi. Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90% pasien
retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma.
(Mansjoer A. 2000).
2. Komplikasi dari penyakit retinoblastoma adalah :
a. Ablasio Retina
3. Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE).
keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun,
walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
a. Glaukoma
4. Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang
secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin
berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran
cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola
mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf
mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
a. Kebutaan
5. Kebutaan merupakan sebuah penyakit pada mata yang disebabkan orang tidak bisa
melihat. Penanganan kebutaan nasional lebih lebih diarahkan pada katarak yang
umumnya dapa diatasi.
K. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sejak kapan sakit mata dirasakan
Penting untuk mengetahui perkembangan penyakitnya, dan sejauhmana perhatian klien dan
keluarganya terhadap masalah yang dialami. Retinoblastoma mempunyai prognosis baik bila
ditemukan dini.
2. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun
bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan kelainan pada mata tersebut
sebelum meminta pertolongan.
3. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya
Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom,
protein yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak dengan
retinoblastoma.
4. Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya.
Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi besar.
5. Apakah ada keluhan lain yang menyertai
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering diberikan oleh penderita. Adanya
keluhan pada organ lain juga bisa diakibatkan oleh tumor yang bermetastase.
6. Penyakit mata sebelumnya
Kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata sebelumnya
akan dapat menerangkan tambahan gejala-gejala penyakit yang dikeluhkan penderita.
7. Penyakit lain yang sedang diderita
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat pula memperburuk
keadaan klien
8. Usia penderita
Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia tertentu.
Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun.
9. Riwayat Psikologi
a. Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang dialami pasien: cemas,
takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya.
b. Mekanisme koping
10. Pemeriksaan Fisik Umum
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum yang dapat merupakan
penyebab penyakit mata yang sedang diderita.
11. Pemeriksaan Khusus Mata
a. Pemeriksaan tajam penglihatan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata
sehingga dapat merusak semua organ di mata yang menyebabkan tajam penglihatan sangat
menurun.
b. Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat merusak saraf
tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata juling.
c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva,
kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil. Pada retinoblastoma didapatkan:
- Leukokoria
Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
- Hipopion
Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
- Hifema
Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
- Uveitis
d. Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan
dan gejala yang paling sering ditemukan pada penderita dengan
retinoblastoma.
e. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papil saraf optik, dan retina. Refleksi
tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
f. Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Preoperasi
1. Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari neoplasma yang
berasal dari neuroretina.
2. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan
3. Ganguan konsep diri berhubungan dengan efek perubahan pada gaya hidup
4. Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik yang berhubungan
dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi,
obat-obatan,komplikasi dan perawatan tindak lanjut.
5. Takut berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani
b. Post operasi
1. Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak pembedahan
2. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder
terhadap gangguan akibat pembedahan mata.
3. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
4. Berduka berhubungan dengan kehilangan mata
5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan penampilan
6. Perubahan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan citra tubuh danperubahan
penglihata
3. Perencanaan
1.Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari neoplasma yang berasal dari
neuroretina.
Tujuan : Klien dapat mengerti tentang penyakitnya dan dapat menggunakan kekuatan panca
indera keenam.
Kriteria :
- Klien mengerti dan mau menerima keberadaan penyakitnya.
- Klien dapat melakukan aktivitas yang diperlukan sehari-hari baik aktif maupun pasif
- Klien mau berkerja sama dalam mengendalikan kondisi penyakitnya baik medis dan perawatan
INTERVENSI RASIONAL
Orientasikan klien pada lingkungannya Orientasi dapat memberikan ingatan atau
memori pad aotak sehingga bisa membawa
perasaanbpada tempatnya.
Berikan penjelasan tentang penyakitnya Pengetahuan dan pengalaman akan
menambah wawasan dan fungsi kerja sama
dalam tindakan.
Hindari pergerakan yang mendadak, meng- Mencegah bertamabh parahnya lapisan saraf
hentakkan kepala,menyisir,batuk,bersin, retina yang terlepas .
muntah
Ajarkan klien dan stimulasi klien dalam Panca indera ke enam merupakan kepekaan
menggunakan panca indera ke enam dalam menggunakan feeling dalam berbuat
dan bertindak.
Jelaskan beberapa alternatif tindkan untuk Pem,bedahan, kemoterapi, merupakan salah
mengatasi masalah yang berhubungan satu dari beberapa tindakan
dengan penyakitnya seperti pembedahan.
Kemoterapi dan lainnya.
2.Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan
Tujuan :
Kecemasan berkurang
Kriteria :
- Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
- Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan.
-Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat ansietas : Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat
ringan,sedang,berat,panik kecemasan klien sehingga memu-dahkan
penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.
Berikan kenyaman dan ketentraman hati Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
Berikan penjelasan mengenai prosedur Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia
perawatan,perjalanan penyakit & progno- benar sakit dan perlu dirawat.
sisnya.
Berikan/tempatkan alat pemanggil yang Agar klien merasa aman dan terlindungi saat
mudah dijangkau oleh klien memerlukan bantuan.
Gali intervensi yang dapat menurunkan Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk
ansietas. menurunkan/mengurangi ansietas.
Berikan aktivitas yang dapat menurunkan Agar klien dengan senang hati melakukan
kecemasan/ketegangan. aktivitas karena sesuai dengan keinginan-nya
dan tidak bertentangan dengan prog-ram
perawatan.
3.Ganguan konsep diri berhubungan dengan efek perubahan pada gaya hidup
Tujuan :
Konsep diri klien mengarah ke positif (adaftif)
Kriteria :
1. Konsep diri yang diekspresikan klien nonverbal dan verbal yang konstruktif
2. Reaksi terhadap perubahan gaya hidup ke arah positif
3. Klien mau menerima keadaannya dan pasrah
INTERVENSI RASIONAL
Dorong klien untuk mengungkapkan Interaksi yang mencobat meningkatkan
perasaannya konsep diri dimulai dengan mengkaji
tentang apa yang dirasakan klien tentang
penyakit dan pembedahan.
Bantu klien untuk mengidentifikasi tingkat Hal ini membantu klien untuk mengubah
mekanisme koping yang dimiliki fokus dari perubahan penampila ke semua
aspek yang positif yang menunjang konsep
diri.
Berikan support sistem (keluarga, teman Mempertahankan kotrak sosial kekuatan
dekat dan lainlain) moral klien dalam mengahdapi masalahnya.
Ajarkan klien untuk beradaptasi terhadap Meminimalkan perubahan yang ada ke arah
perubahan penampilannya. konstruktif.
INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi faktor-faktor penyebab yang Agar diketahui penyebab yg mengha-langi
menghalangi penata laksanaan program sehingga dpt segera diatasi sesuai prioritas.
terapeutik yg efektif.
Bangun rasa percaya diri. Agar klien mampu melakukan aktifitas
sendiri/dengan bantuan orang lain tanpa
mengganggu program perawatan.
Tingkatkan rasa percaya diri dan Agar klien mampu dan mau melakukan/
kemampuan diri klien yang positif. melaksanakan program perawatan yang
dianjurkan tanpa mengurangi peran ser-
tanya dalam pengobatan/ perawatan diri-
nya.
Jelaskan dan bicarakan: proses penyakit, Klien mengerti dan menyadari bahwa
aturan pengobatan/perawatan,efek sam-ping penyakitnya memerlukan suatu tindakan &
prognosis penyakitnya. perlakuan yang tidak menyenangkan.
INTERVENSI RASIONAL
Ciptakan suasana lingkungan yang Mengungkapkan perasaan dan kekawatiran
kondusif dan saling percaya meningkatkan kewaspadaan diri klien dan
membantu klien dalam mengidentifikasi
masalah.
Dengarkan dengan aktif dan validasi Validasi memberi keyakinan
ketakutan klien meningkatkanharga diri dan membantu
mengurangi ansietas.
Sajikan informasi dengan menggunakan Stimulasi simultan berbagai indera
metode model anatami atau contoh protesis meningkatkan proses belajar mengajar.
Diskusikan tentang perawatan preoperatif Infromasi tentang apa yang akan dihadapi
(premedikasi, sedasi, infus cairan ) dapat mengurangi kecemasan, sehingga
memungkinkan klien mau berpartisipasi
jelaskan aktivitas yang diperbolehkan Informasi dapat meningkatkan kepatuhan
setelah operasi (berbaring, ambulasi, dan memfasilitasi proses perencanaan
latihan nafas dalam) pulang.
c. Post operasi
1.Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak pembedahan
Tujuan :
Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi
Kriteria :
- Lokasi nyeri minimal
- Keparahan nyeri berskala 0
- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)
INTERVENSI RASIONAL
Identifikasi klien dlam membantu Pengetahuan yang mendalam tentang nyeri
menghilangkan rasa nyerinya dan kefektifan tindakan penghilangan
nyeri.
Berikan informasi tentang penyebab dan Informasi mengurangi ansietas yang
cara mengatasinya berhubungan dengan sesuatu yang
diperkirakan.
Tindakan penghilangan rasa nyeri Tindakan ini memungkinkan klien untuk
noninvasif dan nonfarmakologis (posisi, mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.
balutan (24-48 jam), distraksi dan
relaksasi.
Terapi analgetik Terapi farmakologi diperlukan untuk
memberikan peredam nyeri.
2.Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap
gangguan akibat pembedahan mata.
Tujuan :
Infeksi tak terjadi
Kriteria :
Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan :
- Kemirahan periorbital
- Drainase baik
- Suhu dalam batas normal
- Nilai laboratorium Sel Darah Putih normal
INTERVENSI RASIONAL
Tingkatkan Penyembuhan luka : Nutrisi dan hidrasi yang optimal
- diit seimbang meningkatkan kesehatan umum.
- menjaga kebersihan luka Mempercepat kesemubuhan luka.
Tindakan untuk mencegah regangan pad Regangan pad ajahitan dapat menimbulkan
ajahitan gangguan, emmbuat jalan masuk
mikroorganisme.
Tindakan perawatan luka aseptik dan Teknik aseptik menimimalkan masuknya
antiseptik mikroorganisme dan mengurangi risiko
infeksi.
Terapi antibiotika Anti kuman atau babteri berspektrum luas.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel
batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan
pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina
embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral
bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan perlunya
pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan
kita sebagai perawat harus mampu memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma
agar dapat segera diobati.Retinoblastoma dapat menunjukkan berbagai macam pola
pertumbuhan seperti :
a. Pertumbuhan endofilik: Terjadi saat menembus internal limiting membrane
kearah korpus vitreous dan memiliki gambaran massa berwarna putih sampai
krim.
b. Pertumbuhan eksofitik: Terjadi pada celah subretina.Berhubung
denganakumulasi cairan subretinal dan terjadi sobekan pada retina.
c. Pertumbuhan infiltrasi difus: Jarang terjadi hanya 1.5% dari
seluruhretinoblastoma.Retinoblastoma terdiri daripada tiga stadium yaitu:
Stadium tenang : Pupil melebar. Di pupil tampak reflek kuning yangdisebut “amourotic
cat’s eye”. Hal inilah yang menarik perhatian orangtuanya untuk kemudian berobat.
Stadium glaukoma : Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkantekanan intraokuler
meninggi, glaucoma sekunder yang disertai denganrasa sakit yang sangat.
Stadium esktra okuler : Tumor menjadi lebih besar, bola mata membesar,menyebabkan
eksoftalmus, kemudian dapat pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita, disertai
nekrose diatasnya.Tatalaksana retinoblastoma untuk pengawasan tumor dan
pertahankannya sebisamungkin. Jika kanker tidak memberikan respon terhadap
pengobatan mungkin perlu diangkat. Beberapa tindakan yang dilakukan adalah:Golongan
I dan II dengan pengobatan lokal (radiasi, cryotherapy, fotokoagulasilaser). Kadang-
kadang digabung dengan kemoterapi.Jika tumor besar (golongan IV dan V) mata harus
dienukleasi segera. Mata tidak terkena dilakukan radiasi sinar X dan kemoterapiPrognosis
retinoblastoma baik jika dilakukan terapi yang teapt. Angkakesembuhannya hamper 90%
jika nervus optikus tidak terlibat dan enukleasidilakukan sebelum tumor melewati lamina
kribosa. Angka ketahanan hidup jadi60% jika tumor meluas melewati lamina kribosa.
Saran
Retinoblastoma merupakan penyakit kongenital pada mata yang seringterjadi pada anak-
anak. Pemeriksaan mata pada bayi yang baru lahir penting untuk mengetahui kelainan pada
bayi lebih awal untuk mencegah terjadinya komplikasi.Oleh karena itu sangat penting untuk
menangani kelainan ini secara tepat untuk mendapat prognosis yang baik.
Daftar Pustaka