BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan
penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain
sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah
satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia
sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang
memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun),
akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat
ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di
kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa
beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA
(Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini
mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga
memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang
penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam
2 kelompok usia:
Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan
sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan
Pnemonia ). Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk
yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan
adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar
pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis
dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup
dalam program ini.
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya
tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada
dan negara-negara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus
pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price,
2005, Hal 804-814)
1.3. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai Pneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Klasifikasi
Tiga klasifikasi pneumonia.
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b. Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia).
c. Pneumonia aspirasi.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised.
(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78)
2. Berdasarkan bakteri penyebab:
a. Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia bakterial sering diistilahkan dengan
pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi
hingga mereka yang telah lanjut usia. Para peminum alkohol, pasien yang
terkebelakang mental, pasien pascaoperasi, orang yang menderita penyakit
pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang mempunyai sistem kekebalan tubuh
rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut,
dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau
pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-
paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru,
infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri
Pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia
bakteri tersebut. Gejalanya Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan
infeksi saluran napas yang ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena
infeksi virus (flu). Infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan
pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus
dapat terisap masuk ke dalam paru-paru (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang seseorang yang peka,
misalnya klebsiella pada penderita alkoholik, staphyllococcus pada penderita pasca
infeksi influenza. Pneumonia Atipikal. Disebabkan mycoplasma, legionella, dan
chalamydia (Soeparman, dkk, 1998, Hal 697).
2.1.3. Etiologi
Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus
influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai
penyebab pneumonia yang berat, dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif
mansjoer, dkk, Hal 466)
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
2.1.4. Patofisiologi
anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis
kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang
memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau
epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel
infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan
fisiologis yang normal. Ini Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi
partikel infektif. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi
paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel
dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag
alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada
bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat
secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-
organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan paling sering
terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan
virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri
patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal
berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang
ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia
bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr,
virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari
sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai
parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi
cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti
infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang
khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi
dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial.
Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang
terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).
a. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 C sampai 40,5
C). , sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan
gastrointestinal.
b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 45
kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger,
merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka
berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
c. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat
bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, dan ronki.
d. Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah
efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler
tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri
bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku duduk /
meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas,
nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia
lobus kanan bawah).
e. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura
pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
f. Tanda infeksi ekstrapulmonal.
( Arif mansjoer, dkk, 2001, Hal 466)
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya /GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
c. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.
d. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri
dada substernal (influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan).
f. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea
Takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori,
pelebaran nasal.
Tanda :
o Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.
o Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.
o Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
o Gesekan friksi pleural.
o Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial.
o Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.
g. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan steroid, kemoterapi,
institusionalitasi, ketidak mampuan umum, demam. Tanda : berkeringat, menggigil
berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola, atau varisela.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis Pertimbangan DRG
menunjukkan rerata lama - lama dirawat 6 8 hari Rencana pemulangan: bantuan
dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah. Oksigen mungkin diperlukan,
bila ada kondisi pencetus.
i. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat
juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul
(lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum,
aspirasi transtrakea,bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum
meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos,
hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di identifikasikan
semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya
pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu
dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi
perembesan (hipoksemia)
7. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : Mungkin meningkat.
9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra
nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa
(rubela) )
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174)
j. Proritas Keperawatan
1. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernafasan
2. Mencegah komplikasi
3. Mendukung proses penyembuhan
4.Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
2. Riwayat Kesehatan/keperawatan
a. Keluhan utama/alasan masuk RS
An E (59 th) datang ke RS dr. M. Yunus Bengkulu pada tanggal 25 Mei.2012,
jam 10.20 wib dengan keluhan batuk berdahak dan sesak napas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS) :
o Faktor pencetus: Orang tua anak mengatakan sesak napas didahului oleh batuk pilek
seminggu sebelum masuk RS.
o Muncul keluhan ( ekaserbasi) : Orang tua anak mengatakan sesak napas sejak 6 hari
sebelum masuk RS.
o Sifat keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas timbul perlahan-lahan,
sesak napas terus menerus dan bertambah dengan aktivitas.
o Berat ringannya keluhan : Orang tua anak mengatakan sesak napas cenderung
bertambah sejak 2 hari sebelum masuk RS.
o Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi : Orang tua anak mengatakan upaya
untuk mengatasi sesak adalah dengan istirahat dan minum obat batuk ( OBH ).
o Keluhan lain saat pengkajian : Orang tuan anak juga mengatakan batuk dengan
dahak yang kental dan sulit untuk dikeluarkan, sehingga terasa lengket di
tenggorokkan. Orang tua anak mengatakan kesulitan bernapas. Orang tua anak
mengutarakan kondisi badan anak nya terasa lemah dan ujung - ujung jarinya
terasa dingin.
Berpindah
Berjalan
Menaiki tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan
rumah
555 555
- Kekuatan otot : 555 555
Sistem integumen (kulit) : turgor kulit buruk (tidak elastis) dan pucat
Kepala : Simestris dan rambut warna hitam, tidak ada ketmbe, bersih.
Mata : DBN, konjuntiva tidak anemis,ukuran pupil normal.
Telinga : DBN
Kuku : Kuku pucat dan sedikit sinosis
Hidung : Pernapasan cuping hidung
Mulut : Mukosa bibir kering dan pucat
Thorak /paru
- Inspek : RR : 32x/i, penggunaan otot bantu pernapasan (+), takipnea (+),dispnea
(+),pernapasan dangkal, dan rektrasi dinding dada tidak ada.
- Palpasi : fremitus menurun pada kedua paru
- Perkusi : redup
- Auskultrasi : bunyi napas bronkial, krekels (+),stridor (+).
Vaskular periper : akral dingin, capilarry repille kembali dalam 5 detik
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil foto rontgen : menunjukkan infiltrasien lobaris (sebagianlobus pada kedua
paru).
b. AGD :menunjukkan alkalosis respiratorik (pH naik,PCO2 turun,HCO3 normal)
c. Pemeriksaan sputum: ditemukan kuman Stapilococcus aureus dan Diplococcus
pneumonia
d. Pemeriksaan darah rutin didapatkan :
- Leokosit = 16.000/mm3
- Hb = 10,5 gr/dl
- Trombosit =265.000/mm3
- Hematokrit = 44%
- Albumin = 3,01 gr/dl
- Protein total = 5,86 gr/dl
3. Analisa Data :
Nama klien : An. E (59 th)
Ruang rawat : Anggrek, RSUD M. Yunus Bengkulu
Diagnosa medik : Pneumonia
No Data Etiologi
1. DS: Inflamasi trakeo bronkial dan
- Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak napas farenkim paru, pembentukkan
- Klien mengatakan batuk dengan dahak yang kental dan edema dan peningkatan
sulit untuk dikeluarkan produksi sputum.
humidifikasi. kehilanga
5. 5.
Berikan makan dengan pori Tindak
(Tanda tanga
A : Masalah ter
mengatakan
merasa agak
P : Intervensi
Kaji terus kar
Pantau terus
Ingatkan k
latihan nafas
Lanjutkan p
indikasi
(Tanda tanga
3 . Perubahan nutrisi S:
kurang dari 1. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual - Klien mengat
kebutuhan tubuh atau muntah misalnya: sputum banyak, - Klien mengat
berhubungan pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri. lengket diten
dengan anoreksia, Dengan Hasil : Klien mual dan muntah disebabkan - Klien men
akibat toksin sputum banyak. makan da
bakteri dan rasa 2. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan menghabiska
sputum buang sesering mungkin. makan (pagi,
Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di - Klien mengat
wadah
3. Menjadwalkan pengobatan pernapasan sedikitnya 1 - Klien mengat
jam sebelum makan. O:
Dengan Hasil:
- Klien tam
4. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau
sputum saat
palpasi distensi abdomen.
- Klien tampak
Dengan Hasil: Terdapat bising usus - Klien tam
5. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering mengabiskan
termasuk dengan makan kering ( roti panggang ) setiap kali ma
dan makanan yang menarik untuk pasien. - Kulit klien tam
Dengan Hasil: Klien mau makan dalam porsi kecil - Turgor kulit b
6. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran berat- Hb : 10 gr / d
badan dasar. - Protein total
Dengan Hasil:BB : 61 Kg
- Albumin 3,00
- BB : 61 kg
- TTV:
o TD : 125/80 m
o N : 100 x/i
o RR : 27x /i
Akral hangat
Kuku pucat d
Mukosa bibir
A : Masalah b
P : Inte
dilanjutkan
- Indentifikasi
- Menjadwalk
- Memberika
porsi kecil tap
- Evaluasi ter
(Tanda Tanga
Kamis , 1. Bersihan jalan Jam : 09.00 Wib Jam :13.30 W
27 Mei nafas tak efektif 1. Mengkaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan S:
2012 berhubungan gerakan dada. - Klien meng
dengan inflamasi Dengan Hasil : RR = 25x/i, mengeluarka
trachea bronchial,2. Mengukur TTV - Klien meng
peningkatan Dengan hasil : sesak
produksi sputum.o TD : 120/80mmhg
o N : 80 x/i O:
o RR : 26x /i - Klien d
(Tanda tanga
A : Masalah tera
mengatakan
merasa nya
segar,
P : Intervensi
Pantau terus
Ingatkan k
latihan nafas
Lanjutkan p
indikasi
(Tanda tanga
3. Resiko tinggi 1. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual S :
terhadap nutrisi atau muntah misalnya: sputum banyak, - Klien men
kurang dari pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri. sputum kelua
kebutuhan tubuh Dengan Hasil : Klien dapat mengeluarkan sputum - Klien meng
berhubungan 2. Memberikan wadah tertutup untuk sputum dan nafsu makan
dengan buang sesering mungkin. menghabiska
peningkatan Dengan Hasil : Klien membuang dahaknya di makan (pagi,
kebutuhan wadah O:
metabolik 2. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau- Klien tam
sekunder palpasi distensi abdomen. sputum saa
terhadap demam Dengan Hasil: Terdapat bising usus berkurang
dan proses 3. Memberikan makan dengan pori kecil dan sering- Klien ta
infleksi. termasuk dengan makan kering (roti panggang) dan makanan dal
makanan yang menarik untuk pasien. makan
Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan- Kulit klien ma
dalam porsi kecil - Hb : 10 gr / d
4. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran
- Protein total
berat badan dasar.
- Albumin 3,00
Dengan Hasil: BB = 61 Kg
- BB : 61 kg
- TTV:
o TD : 120/80 m
o N : 80 x/i
o RR : 25x /i
Akral hangat
A :Masalah te
Mengidentifik
sputum,
abdomen, da
P : Inte
dilanjutkan
o Indenti
o Menjad
o Membe
dengan
sering
o Evalua
(Tanda Tanga
o N : 80 x/i O:
o RR : 24x /i - Klien men
(Tan
A : Masalah terata
P : Intervensi
(T
3. Perubahan nutrisi1. Mengidentifikasikan faktor yang menimbulkan mual S:
kurang dari atau muntah misalnya: sputum banyak, - Klien mengat
kebutuhan tubuh pengobatan aerosol, .dispenea berat, nyeri. - Klien meng
berhubungan Dengan Hasil : Klien tidak mual lagi makan dan m
dengan anoreksia,2. Mengauskultasikan bunyi usus. Observasi atau 1 porsi penu
akibat toksin palpasi distensi abdomen. (pagi, siang d
bakteri dan rasa Dengan Hasil: tidak terdapat bising usus O:
sputum 3. Memberikan makan dengan porsi kecil dan sering- Klien tidak t
termasuk dengan makan kering (roti panggang) dan tidak ada spu
makanan yang menarik untuk pasien. - Klien ta
Dengan Hasil: Klien menghabiskan makanan 1 makanan da
porsi penuh setiap kali ma
4. Mengevaluasikan status nutrisi umum, ukuran- Kulit klien su
berat badan dasar.
- Hb : 14 gr / d
Dengan Hasil: BB = 62 Kg
- Protein total
- Albumin 3,4g
- BB : 62 kg
- TTV:
o TD : 120/80 m
o N : 80 x/i
o RR : 24x /i
Akral hangat
A : Masalah tera
P : Inte
dihentikan
(Tanda Tanga
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang
serius dan mengancam nyawa. Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua,
anak-anak, dan mereka yang mempunyai persolan-persoalan medis lain yang
serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu.
Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat,
kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi
dari pneumonia paling umum ditemukan adalah disebabkan karena bakteri
streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah orang
tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.
B. Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor
pencetus dan resiko yang bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah.
Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari merokok, tidak meminum
minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA
Soeparman, dkk. 1998. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI : Jakarta