Anda di halaman 1dari 175

KORELASI PENGARUH TAYANGAN TELEVISI

TERHAPAD PERKEMBANGAN PERILAKU NEGATIF


ANAK USIA DINI
(Studi Pada Kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus
Tahun 2011 / 2012 )

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh
Malikhah
1601908022

JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

i
ABSTRAK
Malikhah, 2012. Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan
Perilaku Negatif Anak Usia Dini (Studi Pada Kelompok B Taman Kanak-kanak
Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus Tahun 2011 /2012). Skripsi, Program Studi
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang. Drs. Sawa Suryana, M.Pd dan Amirul Mukminin, S.Pd, M.Kes.

Kata Kunci : Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi, Perkembangan Perilaku


Negatif
Masa kanak-kanak atau sering disebut usia dini adalah sebuah fase yang harus
dilalui oleh manusia. Pada masa ini anak belum dapat berpikir mana yang baik dan
mana yang buruk. Perkembangan perilaku anak dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain adalah tayangan televisi.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah, apakah ada hubungan pengaruh
tayangan televisi dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman
Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus dan seberapa besar hubungan
tersebut? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan antara tayangan televisi dengan perkembangan perilaku negatif anak dan di
Taman Kanak-kanak tersebut, dan seberapa besar hubungan tersebut.
Populasi penelitian ini adalah murid kelompok B Taman Kanak kanak Aisyiyah
Bustanul Athfal V Kudus. Adapun jumlah populasi adalah sebanyak 76 anak usia dini
terdiri atas 33 peserta didik laki-laki dan 43 peserta didik perempuan, setelah dihitung
menggunakan validitas dan realibilitas maka sampel yang digunakan sebanyak 50
anak. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
proporsional random sampling. Responden yang terpilih diberi angket yang berisi
tentang pengaruh tayangan televisi dan perkembangan perilaku negatif anak usia dini.
Data yang diperoleh diolah dengan bantuan SPSS versi 11.00 dengan statistik model
linier, sebelum analisis dilakukan uji t, uji F dan uji asumsi klasik yakni; uji
Multikolinearitas, uji normalitas dan uji heterokedastitas.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengaruh
tayangan televisi (X) dengan perkembangan perilaku negatif anak (Y) di Taman
Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus dengan hasil yang menunjukkan
bahwa korelasi antara variable x dan y tergolong cukup. Nilai signifikan F hitung
(38,019) > dari nilai F table (2,31) atau signifikan (0.00) < alpha (0.05), menunjukkan
bahwa ada hubungan signifikan antara variabel x dan y.
Melihat hasil penelitian tersebut maka dampingan orang tua sewaktu anak
sedang menonton televisi sangat diperlukan .Orang tua dapat mengatur jadwal
menonton televisi anak-anaknya. Orang tua harus dapat memilih acara yang sesuai
dengan usia anak. Orang tua harus mengetahui acara favorit anak. Orangtua sebaiknya
tidak meletakkan televisi di kamar anak .Ajak anak untuk melakukan banyak aktivitas
lain selain hanya menonton televisi. Ajari anak untuk memperbanyak membaca buku
yang bermanfaat. Orangtua harus membiasakan anak tidak menonton televisi di hari-
hari sekolah. Orangtua harus membekali anak dengan pendidikan yang mengandung
nilai-nilai agama.

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian
Skripsi pada:
Hari : Senin

Tanggal : 04 Maret 2013

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs SawaSuryana, M. Si Amirul Mukminin, M. Kes

NIP. 19590421 198403 1 NIP.19780330 200501 1 001


002

Mengetahui

Ketua Jurusan PG PAUD FIP UNNES

Edi Waluyo, M. Pd
NIP. 19790425 200501 1 001

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang Panitia Penguji Skripsi Jurusan
Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan untuk memenuhi sebagian
syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Anak Usia Dini Universitas
Negeri Semarang pada:
Hari/tanggal: Rabu, 15 Mei 2013

Panitia Ujian Skripsi


Ketua Sekretaris

Drs Budiyono, M.S. Amirul Mukminin, M. Kes


NIP. 19631209 198703 1 002 NIP.19780330 200501 1 001

Peguji Utama

Edi Waluyo, M. Pd
NIP. 19790425 200501 1 001

Peguji I Penguji II

Drs Sawa Suryana, M. Si Amirul Mukminin, M. Kes


NIP. 19590421 198403 1 002 NIP.19780330 200501 1 001

iv
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang

Malikhah
NIM 1601908022

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Kreativitas lebih penting dari pada ilmu pengetahuan, karena pengetahuan

(informasi) tanpa kreativitas hanya ibarat kedaraan tanpa bahan bakar, dan

sebaliknya dengan memiliki kreativitas orang bisa menemukan pengetahuan

yang diperlukan (Albert Einstein).

Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita

bisa berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain (Michael De Montaigne).

Ilmu diperoleh bukan dari pendidikan tapi dari proses belajar.

PERSEMBAHAN :

Kupersembahkan skripsi ini bagi segenap kekuatan hidupku :

1. Kepada Ayah dan Ibu yang tak henti-hentinya memanjatkan doa buat ku

3 Teman-teman di saat resah dan gelisah yang selalu ada untuk bersama

4 Keluarga besar PG PAUD UNNES, Semarang

5 Suamiku tercinta yang membantu moril dan materil

6 Pelita kecil hidup ku, yang selalu mengisi hari-hari ku baik suka atau pun

duka.... I love you (Azza)

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan

hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul

Korelasi Pengaruh Tayangan Telelevisi Terhadap Perkembangan Perilaku Negatif

Anak Usia Dini (Studi Pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus

Tahun 2011/2012).

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Strata 1 (satu) pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

penulisan skripsi ini. Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada :

(1)Drs. Hardjono, M. Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES yang telah

memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.

(2)Edi Waluyo, M. Pd selaku Ketua Jurusan PG PAUD FIP UNNES yang telah

memberikan ijin dalam penulisan skripsi ini.

(3)Dra. Lita Latiana, S.H. M.H, selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi ke

pada peneliti.

(4)Drs. Sawa Suryana, M. Si, selaku Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan

waktu, tenaga, dan fikiran untuk memberikan bimbingan, pengarahan dalam

penyusunan skripsi ini.

(5)Amirul Mukminin, S.Pd, M. Kes, selaku Pemimbing II yang telah bersedia

vii
meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran untuk memberikan bimbingan, pengarahan

dalam penyusunan skripsi ini.

(6)Kepala TK dan Dewan Guru Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V

Kudus yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penelitian ini.

(7)Kedua orangtua dan suami serta buah hatiku yang selalu ada untukku, berkat

perjuangan, kesabaran, kasih sayang, dan doanya yang selalu menyertaiku.

(8)Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil dalam

penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu.

SemogaAllah SWT senantiasa melipat gandakan balasan atas amal baik mereka

dengan rahmat dan nikmatNya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis

mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan dan semoga tulisan ini bisa

memberi manfaat bagi semua. Amien.

Semarang

Penulis

viii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL .. i

ABSTRAK ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN . iv

PERNYATAAN .. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN . vi

KATA PENGANTAR . vii

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah .............. 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian . 8

1.4.1 Manfaat Teoritis 9

1.4.2 Manfaat Praktis . 9

1.5 Penegasan Istilah 10

1.5.1 Korelasi 10

1.5.2 Pengaruh Televisi 10

1.5.3 Perkembangan Perilaku Anak.. 11

ix
1.5.3.1 Pengertian Perkembangan. 11

1.5.3.2 Pengertian Perilaku 11

1.5.3.3Pengertian Anak 11

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

a. PengaruhTelevisi sebagai Media Massa ... 14

2.1.1 Pengertian Media Massa ..... 14

i. Tayangan Televisi .. 16

2.1.3 Perbedaan Kepentingan . 18

2.1.4 Peran Keluarga .. 26

2.2 Perkembangan 30

1) Pengertian Perkembangan . 30

2) Prinsip-prinsip Perkembangan .. 31

3) Teori-Teori Perkembangan ... 35

2. Perilaku.. 36

1) Pengertian Perilaku ... 36

2) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku ... 38

3) Peran Orangtua dan Lingkungan dalam Pekembangan Perilaku 40

3. Belajar ... 41

1) Pengertian Belajar . 41

2) Faktor yang Mempengaruhi Belajar . 43

4. Anak Usia Dini . 44

x
1) Pengertian Anak Usia Dini ... 44

2) Teori Perkembangan Anak ... 45

2.5.2.1 Teori Piaget (Perkembangan Kognitif)... 45

2.5.2.2 Teori Kholberg dan Thomas Likona (Teori Perkembangan Moral).. 45

1. Teori Brofen Brenner (Teori Ekologi dan Kontekstual)... 45

2.5.2.4 Teori Friderich Wilhem Froebel (Teori Perkembangan Otoaktivitas). 46

ii. Tahap-tahap Perkembangan Anak Usia Dini. 46

2.5.3.1 Perkembangan Berdasarkan Analisis Biologis.. 46

2.5.3.2 Teori Perkembangan Kognitif Piaget.. 47

2.5.3.3 Teori Perkembangan Moral (Kolberg dan Likona).. 48

2.5.3.4 Teori Perkembangan Psikoseksual (Sigmund Freud).. 48

2.5.3.5 Teori Perkembangan Psikososial (Erikson) 49

2.5.4 Tahap-tahap Perkembangan Perilaku Anak. 49

iii. Pentingnya Memahami Anak Usia Dini 55

2.6 Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi dengan Perkembangan Perilaku

Anak.. 56

2.7 Hipotesis.. 62

2.8 Kerangka Berpikir 63

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian 70

3.2 Variabel Penelitian. 70

3.3 Populasi dan Sampel.. 72

xi
i. Populasi 72

3.3.2 Sampel.. 72

3.4 Teknik Pengumpulan Data 74

3.4.1 Dokumentasi 74

3.4.2 Angket . 75

3.4.2.1 Pengertian angket ... 75

1. Macam-macam angket ... 76

3.5 Penyusunan Instrumen Penelitian. 77

3.6 Validitas dan Reliabilitas 78

3.6.1 Validitas.... 78

3.6.2 Reliabilitas ... 79

3.7 Teknik Analisis Data .. 80

3.7.1 Model yang digunakan 80

3.7.2 Pengujian Model ...................................................................................... 80

3.7.3 Uji Asumsi Klasik .... 83

3.7.3.1 Uji Normalitas . 83

3.7.3.2 Uji Multikolinearitas 85

3.7.3.3 Uji Heteroskedastisitas .. 85

3.6.3.4 Uji Linieritas ... 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Penelitian 87

xii
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian 87

4.2 Hasil Uji Validitas dan realibilitas... 90

4.2.1 Hasil Uji Validitas.... 90

4.2.2 Hasil Uji Realibilitas. 91

4.3 Hasil Penelitian 92

4.3.1 Hasil Uji Asumsi... 92

4.3.1.1 Uji Normalitas.. 92

4.3.1.2 Uji Multikolonieritas... 93

4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas... 94

4.4 Uji Hipotesis 95

4.4.1 Uji F.. 95

4.4.2 Uji t .. 96

4.5 Pembahasan. 99

4.5.1 Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Sinetron.. 99

4.5.2 Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Filim Kartun.. 100

4.5.3 Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan Musik.... 101

4.5.4 Besarnya Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel

Sinetron..................................................................................... 103

4.5.5 Besarnya Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Film

Kartun 104

4.5.6 Besarnya Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan

Musik.. 105

xiii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

2.1 Simpulan . 107

5.2 Saran .. 108

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL Halaman

3.1 Data Peserta Didik Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V

Kudus. 72

3.2 Kriteria Nilai Alternatif Jawaban. 76

4.1 Data Peserta Didik Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus 89

4.2 Data Pekerjaan Wali Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V

Kudus 90

4.3 Data Pendidika nOrangtua Murid Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul

Athfal V Kudus. 90

4.4 Data Tenaga Pendidik Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V

Kudus 91

4.5 Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov Test. 94

4.6 Hasi lUji Multikolonieritas... 95

4.7 PengujianMultikolonieritas.. 95

4.8 Uji Heteroskedastitas. 96

4.9 Ringkasan Hasil Uji Statistik Intervensi Tayangan Televisi Terhadap

Perkembangan Perilaku Negatif Anak.. 97

4.10 Ringkasan Hasil Uji Parsial. 98

xv
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR Halaman

Grafik Normal Plot 93

Grafik Scatterplot. 95

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Era globalisasi informasi sekarang ini, Indonesia diramaikan oleh hadirnya

beberapa televisi swasta seperti AN-TV, INDOSIAR, TRANSTV, MNC TV,

Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), Surya Citra Televisi (SCTV), TV-

Global, TV ONE, TRANS7, Metro-TV, Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang

sudah lebih lama beroperasi, sedangkan untuk Semarang (Jawa Tengah) masih ada

TV swasta yaitu Borobudur-TV dan Pro-TV. Apabila sampai akhir dekade 80-an

masyarakat dihadapkan pada suatu pilihan mau tidak mau, suka tidak suka hanya

TVRI, saat ini masyarakat lebih leluasa memindah saluran yang satu ke saluran

yang lain sesuai dengan acara yang dinikmati. Semua televisi swasta tersebut

berusaha menarik perhatian pemirsa sebanyak-banyaknya dan dapat menempati

porsi tertinggi. Hal ini berarti masuknya dana meliputi iklan yang menopang dari

televisi tersebut. Dalam situasi demikian sudah tentu televisi harus menyiarkan hal-

hal atau film-film import, meskipun porsinya mulai dikurangi, tetapi tidak mungkin

atau belum berhasil seluruhnya.

Kekhawatiran muncul karena diduga akan menjadi muntahan acara dari luar

negeri tersebut, sebab isinya tidak sesuai dengan budaya, kepribadian bahkan

falsafat bangsa Indonesia. Hal itu tidak sepenuhnya benar dan tidak semua keliru,

karena pada kenyataannya masyarakat tidak bisa menolak masuknya segala hal
1
2

yang "berbau" asing. Bahkan tidak hanya dalam bidang komunikasi, tetapi dalam

hal mode busana, rambut dan makanan alternatif sama dengan yang ada di luar

negeri.

Dengan banyaknya stasiun televisi yang ada di Indonesia (bandingkan

dengan jaman dahulu) dengan berbagai macam acara yang lebih mengutamakan

hiburan (kecuali TVRI), tentu membawa konsekuensi semakin berat bagi pemirsa,

khususnya orang yang sudah tua harus mulai mengarahkan anak-anaknya dalam

memanfaatkan hasil teknologi tersebut. Kondisi ini menantang para orang tua untuk

lebih selektif dan berkompromi dengan anak-anaknya untuk menyaksikan tayangan

yang patut dinikmati dan acara yang seharusnya tidak dilihat oleh anak. Apalagi

usia anak-anak merupakan usia yang strategis dan lebih mudah terkena pengaruh,

baik dari lingkungan dengan kontak langsung maupun media elektronik.

Penelitian pada film untuk anak-anak yang dilakukan oleh Yayasan

Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) bekerjasama dengan Balitbang Deppen

tahun 1993 menunjukkan bahwa adegan antisosial (52%) lebih banyak dari pada

adegan prososial (48%). Adegan prososial menurut Wispe adalah beberapa

perilaku yang memiliki konsekuensi sosial positif sedangkan menurut Mussen dan

Einsenberg perilaku prososial sebagai tindakan yang ditujukan untuk memberi

bantuan atau kebaikan pada orang lain atau kelompok orang tanpa mengharapkan

balasan, dengan cara-cara yang cenderung mentaati norma sosial, Contoh adegan

prososial adalah mementingkan orang lain, mengalah dengan alasan yang masuk

akal dan tanpa paksanaan, aktivitas menolong, pemakaian bersama (share),

kehangatan yang menggambarkan keakraban hubungan persahabatan atau


3

persaudaraan termasuk romantisme dalam bekerjasama, simpati yang merupakan

ungkapan perasaan dan perbuatan tertentu dari seorang kepada orang lain seperti

yang dialami oleh orang tersebut, misalnya; turut sedih, turut bergembira, dan lain-

lain. Sedangkan kategori adegan antisosial meliputi; berkata dan bertindak kasar,

membunuh, berkelahi, pemaksaan, mencuri, berperang, memukul, melukai,

mengganggu, menyerang, dan sejenisnya, seperti ungkapan kebencian atau

mengejek (B. Gunarto, 1995: 24).

Tayangan televisi berpengaruh negatif terhadap perkembangan perilaku

anak tergantung dari penyesuaian anak, (Hurlock, 1978: 344), Anak yang

penyesuaiannya baik kurang kemungkinannya terpengaruh secara negatif, apakah

permanen atau temporer dibandingkan dengan anak yang buruk penyesuaiannya,

dan anak yang sehat dibanding anak yang tidak sehat.

Kuatnya pengaruh tontonan televisi terhadap prilaku seseorang telah

dibuktikan dengan penelitian ilmiah. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh

American Psychological Association (APA) pada 1995, yang mengatakan bahwa

tayangan yang bermutu akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku baik.

Sedangkan tayangan kurang bermutu akan mendorong seseorang untuk berperilaku

buruk, bahkan penelitian ini juga menyimpulkan bahwa hampir semua perilaku

buruk yang dilakukan orang adalah hasil dari pelajaran yang mereka dapat dari

media semenjak usia anak-anak. Pengaruh sinetron dapat kita saksikan setiap hari,

diantaranya banyak anak-anak yang menirukan ucapa-ucapan nakal dari tokoh film

animasi Shinchan yang kasar dan jorok. Belum lagi beberapa contoh prilaku

negatif lain seperti pergaulan bebas, merampok, memperkosa, bertengkar, dan lain-
4

lain yang dilakukan remaja karena pengaruh tayangan televisi.

Dalam sebuah buku yang berjudul Sex Violence and The Media

diungkapkan bahwa membaca dan melihat tayangan televisi yang berbau seks dan

kekerasan dapat berpengaruh kepada perilaku seseorang. Media, televisi, majalah

porno, dan juga iklan yang makin hari makin bebas menonjolkan seks dan

kekerasan, sangat berpengaruh terhadap penyimpangan seks dan kekerasan di

masyarakat, meningkatnya kejahatan, pemerkosaan dan lainnya. Yang paling

menarik, dalam buku itu, juga memberikan kesimpulan bahwa mass media

sebenarnya berpengaruh terhadap perilaku, penampilan, dan situasi mental para

pemirsa dan pembacanya.

Pengaruh yang diingat seseorang melalui membaca tenyata hanya sekitar

15% saja, namun pengaruh terlihat semakin meningkat kalau disertai suara bahkan

adegan visual yang ternyata berpengaruh 50% bagi yang menontonnya. Karena

itulah televisi sangat besar pengaruhnya dalam mengubah perilaku

penontonnya.Imitasi adalah tingkat pertama pengaruh yang kelihatan jelas, dimana

pemirsa melihat secara berulang-ulang perilaku tokoh idolanya dan cenderung

meniru perilaku tersebut. Ini bisa dimaklumi karena salah satu perkembangan

perilaku seseorang dihasilkan dari contoh mereka yang lebih dewasa, orang tua,

keluarga, guru, bahkan orang lain yang menjadi idola.

Berdasarkan kajian yang telah dikemukakan diatas, dapat ditarik

kesimpulan, bahwa peran serta tayangan televisi sangat besar dalam perkembangan

anak, terkhusus lagi terhadap pola pikir, sikap dan perilaku anak di sekolah.

Dikhususkan pada anak usia 2-7 tahun (menurut konsep kognisi Piaget) dimana
5

anak mengalami perkembangan pesat dalam bahasa, dan hanya bisa

menyimpulkan sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat. Apabila anak pada

usia ini selalu mendapatkan teman yang berupa tayangan televisi, maka hal

tersebut akan sangat mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku anak

tersebut. Mereka sedikit banyak akan meniru apa yang mereka lihat dari tanyangan

televisi tersebut. Menurut APA, berdasarkan peneletian yang telah dilakukan,

banyak bukti menunjukan bahwa tayangan televisi khususnya tayangan kekerasan

dapat menyebabkan perilaku agresif, desensitisasi terhadap kekerasan, mimpi

buruk, dan takut dirugikan. Menonton tayangan kekerasan juga dapat

menyebabkan penontonya kurang memiliki empati terhadap orang lain. Maka dari

itu, apabila anak- anak terlalu sering didampingi oleh tayangan televisi, akan ada

kemungkinan nantinya anak tersebut tidak sengaja menonton tayangan kekerasan

tersebut. Disinilah diperlukan peran serta orang tua dan guru, yang mana

sebelumnya sudah dikatakan bahwa guru dan orang tua merupakan pembimbing si

anak dalam memanfaatkan tayangan yang ada di televisi tersebut.

Dikutip dari artikel Ningsih (2009), dibawah ini dicantumkan data


mengenai fakta tentang pertelevisian Indonesia:
1. Tahun 2002 jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560
1.820jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari
1.000jam/tahun.
2. 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung
adegan kekerasan, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka.
3. saat ini ada 800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang selama
170jam/minggu padahal satu minggu hanya ada 24 jam X 7 hari = 168 jam.
4. 40 % waktu tayang diisi iklan yang jumlahnya 1.200 iklan/minggu, jauh
diatas rata-rata dunia 561 iklan/minggu.

Anak- anak dan televisi merupakan dua hal yang agak sulit untuk pisahkan,
6

menurut Cooney (dikutip dalam Yonatahan, 2010), anak-anak dan televisi adalah

suatu perpaduan yang sangat kuat yang diketahui orangtua, pendidik, dan

pemasang iklan. Televisi juga merupakan suatu alat yang melebihi budaya dalam

mempengaruhi cara berpikir dan perilaku anak. Televisi dapat membantu anak

mengetahui hak-hak dan kewajiban anak sebagai warga negara yang baik dan bisa

membangkitkan semangat anak untuk melibatkan diri dalam perbaikan lingkunagn

masyarakat, yang disertai oleh panduan orang tua (Chen, 1996). Singkat kata,

sedikit banyak tayangan televisi dapat mempengaruhi cara pikir serta sikap dan

perilaku anak.

Berdasakan konsep di atas dapat disimpulkan bahwa tayangan televisi dapat

berpengaruh terhadap perkembangan perilaku anak. Untuk itu peneliti ingin

melakukan penelitian dengan judul Korelasi Pengaruh Tayangan Televisi

terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak Usia Dini pada Kelompok B

Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan alasan pemilihan judul di atas dapat dirumuskan permasalahan

yang menjadi pokok dalam penelitian ini yaitu:

1) Apakah ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel sinetron

dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul

Athfal V Kudus?

2) Apakah ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel film kartun
7

dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul

Athfal V Kudus?

3) Apakah ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel hiburan musik

dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul

Athfal V Kudus?

4) Seberapa besar hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel sinetron

dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak

Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus?

5) Seberapa besar hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel film kartun

dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak

Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus?

6) Seberapa besar hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel hiburan

musik dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-

kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus?

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap kita melakukan kegiatan baik secara perorangan maupun secara

kelompok, hal yang bisa dipastikan adalah pencapaian tujuan dari kegiatan itu,

demikian pula dengan penelitian ini.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:


8

(1) Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh tayangan televisi variable

sinetron dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B TK

Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus.

(2) Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel film

kartun dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B TK Aisyiyah

Bustanul Athfal V Kudus.

(3) Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel

hiburan musik dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B TK

Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus.

(4) Untuk mengetahui berapa besar hubungan antara tayangan televisi variabel

sinetron dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman

Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus.

(5) Untuk mengetahui berapa besar hubungan antara tayangan televisi variabel

film kartun dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman

Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus.

(6) Untuk mengetahui berapa besar hubungan antara tayangan televisi variabel

hiburan musik dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B

Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus.

(7) Manfaat Penelitian

Selain tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1.3.1 Manfaat Teoritis


9

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi khasanah ilmu,

terutama bagi jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dalam memberikan gambaran

jelas tentang pengaruh atau intervensi tayangan televisi terhadap perkembangan

perilaku anak. Serta dapat memberikan informasi dan masukan pada teori yang telah

ada, terutama berkaitan dengan pengaruh tayangan televisi dengan perkembangan

perilaku negatif anak.

1.3.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini dibagi menjadi 4, yakni untuk :

(1) Guru

Guru sebagai seorang pendidik seyogyanya mampu memberikan arahan agar

siswanya lebih banyak belajar dari pada nonton TV, dengan lebih banyak

memberi berbagai tugas belajar di rumah.

(2) Orang tua

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada orang tua

berkaitan dengan tayangan televisi, dan bila memungkinkan agar orang tua

berkenan untuk selalu mendampingi anaknya dalam menyaksikan acara atau

tayangan televisi.

(3) Peneliti

Sebagai aplikasi antara teori yang diperoleh dari bangku kuliah dengan

pengalaman kongkrit di lapangan, dengan demikian penelitian akan

memperoleh fakta kesesuaian atau ketidaksesuaian antara teori dan praktek.

1.4 Penegasan Istilah


10

Sering ditemui di lapangan satu kata atau satu istilah memiliki beberapa arti,

sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda antara pembaca satu dengan

pembaca lain. Untuk menghindari hal tersebut, berikut diberi penjelasan istilah

yang ada pada judul skripsi yang dipandang perlu.

1.4.1 Korelasi

Korelasi berasal dari bahasa Inggris "corelation" yang dalam bahasa

Indonesia disamakan dengan kata hubungan mempunyai arti sesuatu yang

dihubungkan atau hubungan antara dua benda/peristiwa atau lebih

(Poerwadarminta, 1988:219).

Berdasarkan pengertian tersebut korelasi yang dimaksud adalah hubungan

antara dua variabel atau peristiwa yaitu pengaruh tayangan televisi dengan

perkembangan perilaku negatif anak.

1.4.2 Pengaruh Televisi

Pengaruh adalah sesuatu yang memiliki pengaruh terhadap benda atau orang

lain baik disengaja maupun tidak disengaja. Sedangkan televisi adalah tayangan

gambar yang dipertontonkan melalui layar kaca yang berasal dari pusat atau

stasiun tertentu untuk dinikmati masyarakat luas (Bagong Suyanto, 1995:27).

1.4.3 Perkembangan Perilaku Anak


11

1.4.3.1 Pengertian Perkembangan

Hurlock (1978) menyatakan bahwa perkembangan dapat didefinisikan

sebagai deretan kemajuan dari perubahan yang teratur dan koheren. Kemajuan itu

ditunjukkan adanya perubahan yang terarah, membimbing ke arah kemajuan, dan

bukan mundur. Teratur dan koheren menunjukkan hubungan yang nyata antara

perubahan yang terjadi dan yang telah mendahului atau mengikutinya.

1.4.3.2 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang

yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang

yang melakukannya.

1.4.3.3 Pengertian Anak

Anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0 8 tahun yang

tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak dalam keluarga (family

child care home), pendidikan Pra-Sekolah, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.

Sedangkan menurut Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003, anak usia enam tahun

(0 6 tahun). UNESCO menetapkan bahwa anak usia dini adalah anak dengan usia

tiga sampai lima tahun.

Jadi perkembangan perilaku anak adalah deretan kemajuan perbuatan dan

perkataan anak yang dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun

orang yang melakukannya.

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi


12

Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini akan disusun sistematika

penulisan skripsi sebagao berikut :

(1) Bagian Muka

Pada bagian muka memuat halaman judul, abstrak, persetujuan pembimbing,

pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, dan daftar isi.

(2) Bagian Isi

Bagian isi memuat 5 bab, setiap bab terdiri dari beberapa sub bab dengan

sistematika sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan. Bab ini berisi tentang: Latar Belakang, Hipotesa, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, dan

Sistematika Penulisan.

Bab II : Kajian Pustaka. Bab ini berisi tentang: Pengaruh Tayangan Televisi

sebagai Media Massa yang mengupas tentang; Pengertian Media Massa,

Tayangan Televisi, Perbedaan Kepentingan, dan Peran Keluarga. Kemudian

dilanjutkan dengan Pengertian Perilaku, Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Perkembangan Perilaku, Teori Perkembangan Perilaku, Peran Orangtua dan

Lingkungan dalam Perkembangan Perilaku, Pengertian Belajar, Faktor yang

mempengaruhi Belajar, Teori Perkembangan Anak, Tahap-tahap Perkembangan

Anak Usia Dini, Tahap-tahap Perkembangan Perilaku Anak, Pentingnya

Memahami Anak Usia Dini, dan Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi

dengan Perkembangan Perilaku Anak, Hipotesa dan Kerangka Berpikir.

Bab III :Jenis dan Desain Penelitian,Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel,
13

Teknik Pengumpulan Data, Penyusunan Instrumen Penelitian, Validitas dan

Realibilitas, dan Teknik Analisis Data.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, menguraikan tentang uraian

Persiapan Penelitian, Hasil Uji Validitas dan Realibilitas, Hasil Penelitian dan

Pembahasan Hasil Penelitian.

Bab V : Simpulan dan Saran. Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi

tentang Kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian dan Saran-saran

yang diharapkan dapat dijadikan bahan implikasi, serta Penutup.

(3) Bagian Akhir

Pada bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.2 Pengaruh Televisi sebagai Media Massa

2.1.1 Pengertian Media Massa

Media massa adalah sarana teknis penyampaian pesan untuk kepentingan

umum yang dapat dijawab atau tidak dapat dijawab oleh penerima (Tono Wijoyo,

1985:13). Media massa dalam dunia informasi adalah sarana yang paling efektif

untuk berkomunikasi dengan khalayak. Hal ini disebabkan tugas media massa

membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini

seseorang yang dapat membentuk sikap seseorang secara kuat.

Jenis media massa yang dapat dijadikan alat komunikasi adalah; (1) media

fisual dalam bentuk surat kabar, majaiah, tabloit dan lain-lain, (2) media audio

dalam bentuk radio, telepon dan sebagainya, (3) media audio visual dalam bentuk

televisi, video, dan film (Anindya, 1997:21).

Media massa menurut teori merupakan alat pembentukan sikap, walaupun

tidak sekuat interaksi secara langsung antar individu namun memiliki peranan yang

cukup besar. Ada tiga teori yang menjelaskan media massa memiliki pengaruh

terhadap pembentukan sikap; (1) teori perbedaan individual, (2) teori hubungan

sosial, (3) teori penggolongan sosial, (4) teori norma-norma budaya (Melvin De

Fieur dalam Tono Wijoyo, 1985:75).

14
15

Teori perbedaan individual didasarkan pada pernikiran psikologi umum

yang memandang bahwa motivasi dapat ditumbuhkan melalui proses belajar,

namun setiap indivudu akan memperoleh motivasi yang berbeda walaupun

mendapatkan rangsangan yang sama. Berdasarkan pandangan ini sentuhan media

massa terhadap sekelompok manusia akan memiliki pengaruh dan tanggapan yang

tidak selalu sama walaupun pesan yang disampaikan sama.

Teori penggolongan sosial memandang bahwa manusia dapat terkelompok

dalam pergolongan sosial yang memiliki perilaku yang hampir sama. Sehubungan

dengan pesan media massa persepsi dan sikap yang sama akan mempengaruhi

tanggapan mereka terhadap pesan yang disampaikan dalam media massa.

Teori hubungan sosial memandang individu dalam menerima pesan media

massa lebih banyak melalui hubungan dengan orang lain dari pada menerima

langsung dari media massa. Intensitas hubungan pribadi antar manusia akan

menentukan dari pengaruh media massa.

Teori norma budaya memandang bahwa media massa melalui pesan-pesan

yang disampaikan dapat menumbuhkan kesan pada pemirsa disesuaikan dengan

norma yang belaku. Media massa mungkin dapat memperkokoh tatanan budaya

yang sudah ada, atau media massa menimbulkan tatanan baru tanpa merusak

tatanan yang sudah ada atau media massa akan mengubah semua tatanan yang

sudah ada.

Film adalah merupakan salah satu bentuk media massa yang sekarang sudah

sangat populer baik itu melalui tanyangan layar lebar maupun layar kaca. Unsur

yang ada dalam film berisi dimensi gambar, isi atau pesan, alur cerita, dan suara
16

yang semuanya memiliki peranan dalam mempengaruhi emosi dan daya pikir

pemirsa.

Tanyangan gambar yang telah diatur oleh ahli penata gambar dapat

membawa perasaan dan pikiran penonton terikat oleh adegan gambar yang

disajikan.Isi film yang ditanyangkan biasanya tersirat dalam judul film yang

dipublikasikan yang membuat para pemirsa merasa penasaran. Isi yang sebenarnya

sering membawa suatu muatan nilai yang banyak membawa pengaruh pada

pemirsa terutama anak-anak.

Pengaturan suara dalam penanyangan film akan mempengaruhi intensitas,

perhatian dan emosi seseorang semakin baik dan serasi. Pengaturan suara membuat

lebih terfokus memperhatikan film tersebut, sehingga pemirsa lebih detail untuk

memahami isi dan makna film.

2.1.2 Tayangan Televisi

Kehadiran televisi sebagai hasil kemajuan teknologi tidak bisa dihindari.

Melalui berbagai macam acara, baik dan film anak-anak sampai film bagi orang

dewasa yang bersifat eksen, termasuk juga sinetron, drama, maupun komedi,

berusaha memberikan kepuasan kepada pemirsa atau penonton. Namun tidak

jarang acara tersebut membawa dampak yang tidak diinginkan. Oleh sebab itu

keluarga sebagai lembaga inti masyarakat harus dapat bersikap, agar acara-acara

yang ditayangkan televisi yang memang menarik itu dapat dimanfaatkan secara

positif.
17

Pembahasan pada sub bab ini berusaha membuka front perlawanan keluarga

terhadap televisi yang berpengaruh negatif terhadap anak, kemudian orang tua

untuk mengambil langkah atau sikap. Hal ini tetap menjadi perioritas utama, sebab

antara keduanya (televisi dan keluarga) pada hakikatnya saling membutuhkan.

Bahkan di jaman sekarang tidak dapat meninggalkan televisi dengan berbagai

informasi dan dengan berbagai bentuk pada era globalisasi informasi ini.

Sementara televisi sebagai siaran audio visual tidak dapat melepaskan diri dari

masyarakat, sehingga kesan "apalah artinya tanyangan bagus bila tidak disaksikan

oleh masyarakat" tidak akan terjadi.

Persaingan televisi swasta dalam menyajikan acara semakin ketat. Apabila

semula hanya RCTI yang menyajikan film kartun anak-anak (Sincan), kini

semuanya menanyangkan jenis film tersebut, baik itu film lepas maupun film seri

bahkan ditanyangkan dalam waktu yang sama. Apabila dulu hanya TPI sekarang

bernama MNC TV menanyangkan film India, kini diikuti stasiun televisi yang lain.

Demikian pula, dulu sinetron yang hanya di tanyangkan SCTV kini hampir

menyeluruh televisi swasta ikut menanyangkan, termasuk di INDOSIAR yang

terkenal dengan; sinetron yang mirip film India dan sebagainya. Begitu antusias

masyarakat terhadap sinetron ini, sehingga baju dan tempat tidur juga diberi nama

"Tersanjung"(Muhammad Surya, 1993:83).

Tidak hanya tanyangan berupa film-film atau sinetron saja, televisi swasta

juga meramu acara informasi seperti "Buletin Siang", "Liputan Enam", "Seputar

Indonesia". Sedangkan seri komedi atau lawak seperti "Extravaganza", "Spontan",

dan sebagainya juga ditanyangkan untuk merebut pemirsa agar tertarik. Acara-
18

acara tersebut tidak khusus disajikan untuk orang tua atau dewasa saja, tetapi juga

dipersiapkan juga untuk anak-anak misalnya : Mojacko, Spiderman, Shinchan dan

sebagainya. Sedangkan untuk remaja biasanya disajikan tanyangan berseri, baik

sinetron asli maupun saduran yang dapat ditemukan setiap hari.

Dampak globalisasi dalam bidang komunikasi, menjadi siaran televisi

menjadikan siaran televisi sampai ke pelosok-pelosok tanah air. Setiap stasiun

televisi menyuguhkan acara yang menarik untuk "merebut" hati pemirsa terutama

anak-anak. Salah satu contoh tanyangan film Power Rangers yang sering

ditanyangkan pada waktu-waktu anak sedang libur.

Film Power Ranger adalah film anak anak yang ditayangkan oleh stasiun

televisi Indosiar pada setiap hari minggu pagi. Isi dari film Power Rangers

menggambarkan tentang kepahlawanan sekelompok muda mudi dalam

memberantas kejahatan. Disana diperlihatkan bagaimana sekelompok pemuda

tersebut bisa berubah menjadi manusia perkasa yang siap membela kebenaran

dengan mengandalkan jurus jurus mautnya.

Memperhatikan isi cerita film Power Rangers selain menggambarkan

tentang kepahlawanan juga menggambarkan tentang pemecahan masalah yang

selalu dilakukan dengan kekerasan, ini akan mempengaruhi perilaku anak yang

menonton film tersebut.

2.1.3 Perbedaan Kepentingan

Pembahasan ini tidak berusaha membuka front perlawanan keluarga

terhadap televisi, namun penulis ingin menempatkan kedudukan keduanya pada


19

posisi dan bagaimana kemudian masing-masing harus bersikap. Sebab antara yang

satu dengan yang lain pada hakikatnya saling membutuhkan. Keluarga sekarang

yang dikatakan hidup dalam masa modern tidak dapat meninggalkan televisi

dengan berbagai informasi dalam berbagai bentuk pada era globalisasi informasi.

Sementara televisi sebagai lembaga siaran audio visual tak dapat melepaskan diri

dari masyarakatnya.

Dengan kian beragamnya acara tentu makin sulit bagi pemirsa menentukan

acara yang bakal dipilih. Apalagi kalau setiap penghuni rumah memiliki selera

yang berbeda. Bila kondisi demikian terus tumbuh bahkan tidak mungkin setiap

anggota keluarga kelak akan memiliki pesawat TV-nya sendiri seperti yang

sekarang telah terjadi di Jerman. Situasi demikian diramalkan dapat melemahkan

komunikasi dalam keluarga. Walaupun harus kita akui, bahwa televisi memberi

keuntungan bagi anak seperti yang dikatakan oleh Himmerweit dalam bukunya

"Television And the Child", bahwa televisi mengajarkan anak untuk mengenal

kehidupan masyarakatnya dan masyarakat lain. Siaran televisi berfungsi sebagai

wahana proses sosialisasi. Anak-anak diajak mengenal nilai-nilai luhur

masyarakatnya, tetapi mereka juga disuguhi hal-hal lain yang menuntut mereka

memberikan makna sendiri (Dedi Supriadi, 1993:23).

Permasalahan yang dihadapi oleh orang tua jaman sekarang memang

sangat-sangat jauh berbeda dengan di masa lalu. Hal ini terjadi karena dulu

lembaga keluarga memungkinkan orang tua (terutama ibu dengan sepenuhnya

menjadi ibu rumah tangga) untuk dekat dengan anak. Tetapi sejalan dengan

tuntutan keadaan yang mengkondisikan wanita berpeluang meniti karir, peran


20

ganda wanita tentu tidak mudah dilakukan secara sempurna. Peran bapak

kemudian dituntut untuk lebih dini, artinya tanggungjawab pendidikan anak bukan

melulu di pundak ibu, yang pada masa lalu sangat dominan.

Keluarga sebagai bagian masyarakat yang terkecil merupakan inti

terciptanya masyarakat yang lebih luas, sehingga kedudukan keluarga menentukan

bentuk dan corak masyarakat di masa mendatang. Dalam keluarga selayaknya

tercipta harmoni yang menenangkan semua penghuninya serta dapat memberi

bekal psikis yang akan terbawa oleh anggota-anggotanya.

Di depan telah disinggung bahwa tanggungjawab keluarga semakin berat,

karena perkembangan seseorang bukan hanya ditentukan oleh keluarga, tetapi juga

oleh msyarakat dan pemerintah. Termasuk media massa sebagai bagian dari

masyarakat mempunyai andil yang tidak kecil dan bisa dianggap ringan. Dengan

cerita (film, telenovela, sinetron, dan lain-lain) yang biasanya "happy ending" telah

membuat suatu kebahagiaan semu, yang barang kali tidak ditemukan dalam hidup

dan kehidupan sehari-hari. Ingat; telenovela : "Maria Mercedes" kisah seorang

gadis pencuci mobil dan penjual karcis yang berhasil menikah dengan pemuda dari

keluarga kaya. Penontonnya yang mayoritas wanita kemudian tanpa terasa terbawa

dalam alur cerita, menghayati peran serta ikut merasakan penderitaan pelaku

utamanya. Begitupun terhadap telenovela Marisol, Isabel atau sinetron Putri yang

ditukar, Anugrah, dan lain-lain. Mereka seakan lupa bahwa itu hanya cerita yang

dibuat justru untuk "mengelabuhi" penonton, sehingga mereka rela meninggalkan

pekerjaan apapun agar tidak ketinggalan dan alur cerita film yang dikaguminya itu.

Bahkan kini waktu belajar anak-anak diusik oleh hadirnya; "Upin & Ipin karena
21

ditayangkan pada prime time.

Bila dicermati kondisi di atas, di mana mayoritas penonton telenovela

adalah wanita dewasa dapat terhanyut pada alur cerita, bagaimana anak-anak tidak

akan mengalami hal serupa? Tentu tidak menutup mata bahwa berbagai film,

apakah yang khusus untuk anak-anak maupun film konsumsi orang dewasa yang

ikut ditonton anak-anak pada "prime time banyak adegan yang kadang-kadang

kurang layak disaksikan oleh anak-anak.

Keberadaan televisi selain sebagai media informasi (fungsi utama),

mendidik, juga sebagai media memperoleh hiburan, sebab manusia secara naluriah

akan selalu berusaha menciptakan keseimbangan dalam hidupnya dengan rutinitas

yang dialami. Acara siaran tdevisi, khususnya acara hiburan sedikit banyak

mempunyai keterkaitan dengan pendidikan anak terutama melalui pendidikan

dalam keluarga. Bukan hanya isinya, tetapi kehadiran televisi dengan perangkat

siarannya sebenarnya sudah memberikan peluang-peluang bagai terselenggaranya

pendidikan (Muhammad Surya, 1993:24).

Namun ternyata peluang tersebut tidak selalu dapat dimanfaatkan secara

maksimal. Sebab di samping peluang pendidikan, ada sisi lain yang tidak kalah

menggodanya, yaitu hiburan itu sendiri, konsumen (audiens) di Indonesia pada

umumnya belum dapat berperan aktif dalam penentuan acara yang di tayangkan di

Stasiun TV. Berbeda dengan di negara maju seperti Amerika Serikal misalnya.

Sebagaimana hasil penelitian yang dipublikasikan Time Mirror 23 Maret 1993

(Bagong Suyanto, 1995: 27) yang menunjukkan bahwa 75% responden menilai

hiburan televisi terlalu banyak menampilkan adegan kekerasan dan merangsang


22

timbulnya tindak kekerasan di kalangan remaja dan anak-anak. Mereka kemudian

mengusulkan agar pemerintah mencabut ijin televisi yang menampilkan adegan

kekerasan. Para pemasang iklan didesak untuk tidak menyeponsori tayangan yang

penuh kekerasan.

Meskipun hasil penelitian itu belum diketahui tindak lanjutnya, namun

paling tidak hal itu sudah menunjukkan adanya kepedulian dan komitmen

masyarakat terhadap perkembangan bangsanya.

Apa yang terjadi di Amerika tentu tidak dapat begitu saja diberlakukan di

Indonesia, sebab dalam suatu kesempatan ketika ditanyakan kepada Public

Relation Manager salah satu TV swasta di Indonesia; "Mengapa film yang

ditayangkan pada Prime Time banyak yang mengandung unsur kekerasan?"

Jawabnya singkat; "Karena film jenis itu yang banyak menyedot iklan yang mutlak

untuk TV Swasta". Ketika dilanjutkan; "Apa tanggung jawabnya untuk

perkembangan masyarakat, karena film itu tidak hanya ditonton orang dewasa,

tetapi kemungkinan besar juga ditonton oleh anak-anak?" Jawabanya; "Yang

bertanggungjawab terhadap perkembangan anak bukan televisi, tetapi orang tua,

sebab semua tergantung pada norma yang ada dalam keluarga''. Secara sederhana

jawaban itu dapat diterima, namun agaknya para pengelola TV juga perlu

menyadari kedudukan mereka dalam masyarakat yang juga ikut bertanggungjawab

terhadap perkembangan masyarakat. Pengelola TV swasta selayaknya bercemin

dan melakukan Self Control, film dan acara lain tidak hanya asal lolos sensor dari

Lembaga Sensor Film (LSF), juga lolos dari kontrol mereka sendiri sebagai wujud

tanggungjawab, seperti yang selama ini sudah dilakukan media cetak,


23

Menghadapi dilema ini patut disadari bahwa beratnya tantangan yang harus

dihadapi para keluarga terhadap intervensi televisi, Sebab tidak banyak orang tua

yang tahu dan mau mendampingi anak-anak untuk nonton TV atau paling tidak

memberi gambaran pada anak (yang pada dasarnya mereka bagai kertas pulih)

dengan kesibukan yang menumpuk, atau ada orang tua yang masih mementingkan

diri sendiri bila ia harus memilih, sebab tidak jarang orang tua menonton acara

kesukaannya sementara anak dipersilahkan sibuk dengan acara sendiri (kalau tidak

ikut nonton) atau menonton acara yang disukainya di kamarnya sendiri atau di

rumah tetangga.

Budaya memberi fasilitas pada anak nampaknya juga mulai merambat ke

Indonesia seiring dengan naiknya status ekonomi sekaligus upaya semu

"menebus"" rasa bersalah orang tua yang kian terbatas waktunya untuk anak.

Diharapkan bila anak mendapat televisi sendiri, paling tidak ia akan banyak diam

di rumah dan pengasuhnya tidak akan terlalu disibukkan oleh anak asuhannya. Di

sini orang mulai lupa bahwa anak tidak sekedar butuh hiburan, tetapi juga

sosialisasi untuk mengembangkan pribadi dan kemampuannya. Tidak hanya diberi

fasilitas (fisik) tetapi juga ingin diajak bicara dengan bahasa yang sebenar-

benarnya mereka pahami dan perlukan.

Di sisi lain televisi (swasta) sebagai "lembaga yang tidak bisa melepaskan

diri dan unsur bisnis dan profit tidak mudah untuk menerima kritik masyarakat

mengenai apa yang mereka tayangkan, sejauh itu mereka pandang "tidak benar-

benar" mengkhawatirkan.
24

Tidak dapat disangkal bahwa tujuan utama manajemen televisi (kecuali

TVRI) adalah bagaimana mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya, sehingga

tidak aneh bila stasiun TV bergabung mempertanyakan penelitian yang dilakukan

YKAI dan Balitbang Deppen tersebut. Mereka berusaha keras membantah dengan

mengatakan bahwa apa yang ditayangkan oleh televisi tidak berpengaruh langsung

terhadap perilaku pemirsa. Sebab di kalangan pakar sendiri sampai sekarang masih

terdapat pro dan kontra pandangannya mengenai masalah ini. Pendapat yang

menolak anggapan bahwa televisi berpengaruh terhadap perilaku pemirsa agaknya

diperkuat oleh Laporan Studi yang dilakukan di Amerika Serikat dengan tajuk;

''Televison and Growing Up : The Impact of Television Violence (1972)" yang

menemukan korelasi dalam taraf signifikansi hanya 0,20 sampai 0,30 antara

ekspose tindakan kekerasan di televisi dengan perilaku agrasif pemirsa yang pada

umumnya adalah anak-anak muda (Budi Astuti, 2000:26). Atau penelitian yang

dilakukan oleh Wisnu Martini dan MG. Adiyanti dari Universitas Gajah Mada

yang membuktikan film-film kartun televisi yang mengandung unsur kekerasan

tinggi ternyata tidak menyebabkan agresivitas pada sejumlah anak Taman Kanak-

kanak (Dedi Supriadi, 1993:98). Sedangkan pendapat yang menerima anggapan

bahwa siaran televisi berpengaruh terhadap perilaku pemirsa diperkuat oleh hasil

penelitian di Erasmus Rotterdam pada tahun 1998 yang menemukan bahwa pelajar

setingkat lanjutan pertama dan atas yang menonton televisi sampai 4-5 jam sehari

ternyata mempunyai minat baca rendah. Mereka cenderung hanya membaca buku-

buku wajib karena sebagian waktunya tersita untuk acara-acara televisi (Bagong

Suyanto, 1995:26).
25

Dari beberapa uraian di atas, sudah sepantasnya keluarga yang dalam hal ini

dimotori oleh orang tua mulai mempersiapkan diri untuk mengantisipasi situasi

yang terus berkembang dan dihadapi oleh anak-anak. Sebab memang tidak

selamanya acara hiburan dapat memberikan rasa senang dan kebahagiaan, tetapi

ada kalanya dapat menimbulkan hal-hal sebaliknya, yaitu perilaku-perilaku yang

tidak terkendali, kecuali acara tertentu yang menghambat kegiatan-kegiatan lain

yang lebih penting, pengikisan nilai-nilai, perilaku yang menyimpang, mengurangi

motivasi belajar, sikap acuh tak acuh terhadap hal-hal yang baik dan normatif,

individualitas berlebihan dan sebagainya (Muhammad Surya, 1993:78).

Sikap hati-hati orang tua perlu dipertajam tanpa mengurangi upaya

mengembangkan imajinasi anak, karena tidak bisa memaksa televisi untuk selalu

menayangkan acara yang kita suka dan yang kita butuhkan, sebab tidak mungkin

memuaskan semua pihak dalam waktu yang sama. Mengingat keadaan masyarakat

Indonesia yang benar-benar beragam suku, agama, bahasa, budaya dan lain

sebagainya. Televisi adalah benda mati, maka pemirsalah yang seharusnya

menempatkan diri sebagai pihak yang aktif agar tidak mudah dipengaruhi dan

dibentuk oleh media. Pemirsa yang harus menentukan mana acara yang layak

ditonton dan mana yang tidak. Karena memang pengaruh tayangan televisi tidak

berdiri sendiri, tetapi ia merupakan suatu "penyulut" yang penting terhadap potensi

(positif atau negatif) yang telah ada pada seseorang. Isi pesan televisi dengan

sendirinya tidak terlepas dari masalah-masalah yang ada dalam masyarakat, yaitu

masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya (Astrid Susanto, 1993:22).


26

2.1.4 Peran Keluarga

Menghadapi "serangan" yang bertubi-tubi itu tentu memerlukan kiat

tersendiri yang seharusnya mulai dilakukan oleh para orang tua selaku manajer

rumah tangga agar anak yang kelak diharapkan menjadi baik tidak direngut oleh

media dan anak dapat mengembangkan diri semaksimal mungkin.

Ibarat air hujan yang mengikis batu, seperti juga semua yang over akibat

tidak baik, demikian juga akibat yang mungkin ditimbulkan oleh acara-acara yang

ditayangkan televisi. Sedikit-sedikit lama kelamaan menjadi bukit. Bisa jadi yang

timbul tidak seekstrim yang dibayangkan, dalam arti anak berbuat tindak kejahatan

atau kekerasan, tetapi dalam kondisi yang lebih ringan mereka akan menjadi apatis

dan tidak peduli kepada lingkungan nyata yang ada di sekelilingnya. Misalnya

anak diam saja ketika melihat seorang temannya memukul teman yang lain. Studi

yang dilakukan Robert Coles dari Universitas Havard (Dedi Supriadi, 1993:76)

yang dimuat dalam TV Guide, Juni 1986 menemukan bahwa: "Situasi keluargalah

yang menjadi variabel moderator hubungan antara tayangan tindak kekerasan di

televisi dengan perilaku tertentu pada anak-anak". "What makes some foods more

vulnerable to the worst of TV?

Dengan demikian maka keluarga hendaknya mengajarkan pada anak bahwa

kitalah yang harus mengeksploitasi televisi, bukan sebaliknya kita dieksploitasi

media. Kita yang harus mengatur media, bukan media yang mengatur semua roda

kehidupan kita.

Berdasar penjelasan di atas, maka perlu beberapa kiat yang ditawarkan

kepada orang tua untuk menghadapi televisi dewasa ini, yakni:


27

(1) Pendidikan mental

Pendidikan mental memang perlu ditanamkan sejak dini agar anak tidak

mudah terpengaruh oleh apa yang mereka lihat di kotak ajaib yaitu "televisi".

Bentengi dengan pendidikan agama yang ditanamkan sejak awal, hal itu

diharapkan mampu menjadi pegangan hidupnya di masa mendatang. Anak sudah

dikenalkan pada baik buruk, boleh tidak boleh, layak tidak layak, dan lain-lain

sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

(2) Komunikasi

Komunikasi dengan orang tua yang diperlukan agar anak biasa berbagi

(share) rasa dengan orang tua dan terkondisi untuk mengeluarkan pendapat di

hadapan orang tua. Dengan demikian akan tercipta komunikasi timbal balik antara

orang tua dan anak. Bila kondisi ini terbentuk sejak dini, maka hingga anak dewasa

mudah-mudahan ia akan selalu percaya kepada orang tua dan tidak mencari

sumber informasi dari luar yang barangkali sulit dipertanggungjawabkan.

(3) Mendidik dengan kasih sayang

Bagi sebagian orang menunjukkan kasih sayang diwujudkan dengan

memanjakan anak, baik secara fisik maupun psikis. Memanjakan anak dalam

bentuk fisik adalah menuruti semua pennintaan anak yang berwujud benda nyata.

Dalam bentuk psikis adalah munculnya sikap terlalu melindungi. Kasih sayang

dapat ditunjukkan dengan perhatian yang cukup, dimana anak dapat merasakan

kasih sayang orang tua. Situasi seperti ini akan membuat anak belajar menyayangi

orang lain dan lingkungannya, yang kemudian dapat menjadi benteng pribadinya

dari penyimpangan-penyimpangan.
28

(4) Memberi/memilih lingkungan yang baik

Pendidikan yang baik dalam keluarga harus mendapat dukungan lingkungan

yang baik pula, sebab dengan memberi lingkungan yang baik akan tercipta kondisi

yang subur untuk mengembangkan diri anak secara maksimal. Di sini bukan

berarti anak "disucikan", namun harus memberi landasan yang baik sehingga ia

mampu memahami kondisi lain yang beragam.

(5) Membentuk sikap selektif

Norma keluarga yang ditanamkan sejak masa kanak-kanak biasanya akan

terbawa hingga anak menjadi dewasa. Dalam menonton televisipun anak sudah

dapat mulai diajari sikap selektif, Artinya anak diarahkan agar mampu memilih

acara yang benar-benar diperlukan untuk mengembangkan dirinya ke arah yang

positif. Tentu tidak bijaksana bila orang tua selalu mengeluarkan jurus "harus" dan

"tidak". Anak tidak boleh nonton itu, tetapi harus yang ini misalnya.

Sebab anak juga perlu dihadapkan pada kenyataan, sehingga anak tidak

"steril" dan "kuper" yang sewaktu temannya bercerita tentang "Tendangan Si

Madun" atau "Mojacko" dia hanya bengong terpaku. Rasa percaya diri anak tetap

perlu ditumbuhkan antara lain ditampakkan pada keleluasaan wawasannya. Jadi

anak bukan hanya menonton film anak-anak, tetapi juga ada kalanya mereka juga

perlu menyimak kuis, seni, berita dan lain-lain.

(6) Kompromi

Anak seperti orang dewasa, ada kalanya mereka ingin menonton acara yang

menarik bagi mereka, namun pada waktu yang saam mereka juga harus

mengerjakan tugas (membantu orang tua, belajar, mengerjakan pekerjaan rumah,


29

dan sebagainya). Menghadapi masalah seperti ini orang tua dapat membantu

kesepakatan dengan apa atau mana yang akan dilakukan terlebih dahulu. Nonton

TV atau mengerjakan tugasnya. Dengan demikian anak dibiasakan untuk memilih

dan memutuskan masalahnya sendiri. Ini menurut para ahli perkembangan anak

membantu terbentuknya sikap mandiri, yang tentu saja harus disertai dengan

penanaman kedisiplinan terhadap apa yang mudah disepakati.

(7) Contoh dari orang tua

Semua kiat di atas tidak dapat sepenuhnya berhasil bila tanpa contoh

(teladan) dari orang tua, sebab pada dasamya anak lebih cenderung meniru yang

dilakukan oleh orang tuanya. Inilah konsekuensinya yang harus dibayar oleh para

orang tua dalam menanamkan norma-norma dalam keluarga (Budi Astuti, 2000:

28-29)

Berdasarkan beberapa uraian di atas dari kutipan di atas dapat dikemukakan

keluarga hendaknya mengajarkan pada anak bahwa kitalah (orang tua) yang harus

memanfaatkan televisi, bukan televisi yang memanfaatkan kita. Perlu ditekankan

bahwa waktu luang kita tidak hanya untuk menonton TV, tetapi perlu bergaul,

mengembangkan pribadi melalui kegiatan lain. Kita yang harus menempatkan diri

sebagai pribadi yang aktif agar tidak mudah dipengaruhi dan dibentuk oleh TV.

Kita yang menentukan mana cara yang layak ditonton dan mana yang tidak. Orang

tua selaku manajer dalam keluarga perlu melakukan langkah-langkah antisipasi

terhadap kemungkinan yang ditimbulkan oleh berbagai acara di televisi.


30

2.2 Perkembangan

2.2.1 Pengertian perkembangan

Para pakar psiklogi perkembangan pada umumnya membatasi pandangan

perkembangan hanya pada perubahan yang mengarah pada reorganisasi kualitatif

struktur perilaku, ketrampilan, atau kemampuan.

Para pakar psikologi perkembangan menyakini bahwa perkembangan terdiri

atas dua proses, yaitu integrasi dan diferensiasi. Integrasi mengacu pada gagasan

bahwa perkembangan terdiri atas integrasi dari struktur dari yang paling dasar,

yakni perilaku yang dimiliki sebelumnya dengan perilaku baru, kepada struktur

pada tingkat yang lebih tinggi. Misalnya, bayi belajar untuk memperolah objek

yang telah dipelajari seperti mengkoordinasikan berbagai ketrampilan seperti,

menggerakkan tangan, dan menggenggam objek. Diferensiasi mengacu pada

gagasan bahwa perkembangan menunjukkan kemajuan kemampuan yang

ditunjukkan secara berbeda ketika menghadapi objek yang berbeda. Misalnya,

ketika anak menggenggam benda kecil akan berbeda caranya ketika harus

menggenggam benda yang besar. Dengan demikian perkembangan merupakan

proses kombinasi antar integrasi dan diferensiasi.

Hurlock (1978) menyatakan bahwa perkembangan dapat didefinisikan

sebagai deretan kemajuan dari perubahan yang teratur dan koheren. Kemajuan itu

ditunjukkan adanya perubahan yang terarah, membimbing kearah kemajuan, dan

bukan mundur. Teratur dan koheren menunujukkan hubungan yang nyata antara

perubahan yang terjadi dan yang telah mendahului atau mengikutinya.


31

Monk et. al (1991) menyatakan bahwa perkembangan menunjukkan suatu

proses tertentu, yaitu proses menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang

kembali. Selanjutnya Werner (1969) (dalam Monk dkk, 1991) menegaskan bahwa

perkembangan menunujuk pada perubahan-perubahan dalam suatu arah yang

bersifat tetap.

Perkembangan berhubungan dengan proses belajar, terutama mengenai

isinya, yaitu tentang apa yang akan berkembang berkaitan dengan perbuatan

belajar. Di samping itu juga bagaimana sesuatu hal itu dipelajari, apakah melalui

menghafal atau melalui peniruan atau dengan menangkap hubungan-hubungan, ini

semua ikut menentukan proses perkembangan.

Dapat pula dikatakan bahwa perkembangan sebagai suatu proses yang kekal

dan tetap yang menuju ke arah suatu organisasi tingkat integrasi yang lebih tinggi

terjadi berdasarkan pertumbuhan, kematangan, dan belajar.

Perkembangan psikologi merupakan suatu proses yang dinamik. Dalam

proses tersebut, sifat individu dan sifat lingkungan pada akhirnya menentukan

tingkah laku apa yang akan diaktualisasikan dan dimanifestasikan.

2.2.2 Prinsip-prinsip perkembangan

Baltes (1987) mengartikulasikan enam prinsip yang dapat digunakan untuk

mengkaji perkembangan manusia. Dinyatakan bahwa prinsip-prinsip yang

dikembangkan ini membentuk keyakinan yang menspesifikasikan pandangan

perkembangan secara koheren.


32

Beberapa prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut:

(1) Perkembangan berlangsung sepanjang hayat. Prinsip ini memiliki dua aspek,

yaitu:

a. Potensi perkembangan akan terjadi sepanjang hidup manusia, dan tidak ada

asumsi bahwa kehidupan seseorang akan mencapai puncak perkembangan

kemudian menurun kembali pada waktu orang itu dewasa atau berusia tua.

b. Perkembangan tidak akan terjadi pada saat seseorang belum lahir, dan

perkembangan itu akan berlangsung sepanjang hayat.

(2) Perkembangan bersifat multidimensional dan multidireksional.

Multidimensional mengacu pada kenyataan bahwa perkembangan tidak dapat

digambarkan melalui criteria tunggal, seperti perilaku yang bersifat meningkat

ketika masih berusia anak-anak atau menurun ketika seseorang itu telah

dewasa atau sudah tua. Multidireksional mengacu pada hasil perkembangan

dicapai melalui berbagai cara, dan perkembangan itu terdiri dari berbagai

kemampuan yang dimiliki oleh individu yang ditunjukkan melalui berbagai

perubahan.

(3) Perubahan mengacu pada perolehan dan kehilangan. Perkembangan itu

mencakup aspek-aspek pertumbuhan dan penurunan. Misalnya, sekolah

mampu meningkatkatkan pengetahuan anak dan mengembangkan kemampuan

kognitifnya, namun mereka juga kehilangan kreativitas karena harus

mengikuti aturan yang ditetapkan oleh sekolah. Kedua aspek perkembangan

itu, yakni pertumbuhan dan penurunan, tidak perlu terjadi sama kuatnya, dan

keseimbangan antara perolehan dan kehilangan itu setiapkali dapat berubah.


33

(4) Perkembangan itu bersifat lentur, yakni adanya variabelitas diri seseorang

sehinggga memungkinkan adanya perkembangan atau perilaku tertentu.

(5) Perkembangan berada dalam latar tertentu dan historic. Bersifat kontekstual

karena seseorang berada di suatu lingkungan akan berbeda perkembangannya

dengan seseorang yang berada di lingkungan lain. Bersifat historis karena

periode waktu tertentu dimana seseorang itu tumbuh akan mempengaruhi

perkembangannya.

Ruffin (2001) menyatakan bahwa walaupun terdapat perbedaan secara

individual pada kepribadian anak, prinsip-prinsip dan karakteristik perkembangan

itu menunjukkan pola-pola yang bersifat universal.

(1) Perkembangan itu berproses dari bagian kepala menuju ke kaki. Prinsip ini

dinamakan prinsip kepala ke kai (cephalocaudle principle). Pada mulanya

anak mengendalikan kepalanya, kemudian tangannya dan selanjutnya kaki.

Bayi mengendalikan kepala dan gerakan raut muka dalam waktu dua bulan

setelah kelahiran. Dalam beberapabulan berikutnya, bayi mampu mengangkat

dirinya denagn menggunakan bantuan tangan. Pada usia 6-12 bualan, bayi

mulai mengendalikan kakinya dan mampu merangkak berdiri, dan berjalan.

Koordinasi tangan bayi itu biasanya mendahului koordinasi kakinya.

(2) Perkembangan berproses dari tubuh bagian dalam menuju tubuh bagian luar.

Prinsip ini disebut prinsip perkembangan proksimodistal (proximodistal

development). Ini berarti tulang belakang perkembangan terlebih dahulu

sebelum tubuh bagian luar. Lengan anak berkembang terlebih dahulu sebelum

keseluruhan fungsi tangan, dan kaki berkembang terlebih dahulu sebelum jari-
34

jari kaki itu berfungsi.

(3) Perkembangan tergantung pada kematangan dan belajar. Kematangan

mengacu pada karakteristik pertumbuhan dan perkembangan biologios.

Perubahan biologis terjadi pada urutan tertentu dan dapat memberikan

kemampuan tertentu pada anak. Perubahan otak dan system syaraf akan

menentukan kematangan anak.

(4) Perkembangan berproses dari sederhana (konkrit) menuju kepada yang lebih

kompleks.

(5) Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang berkesinambungan.

Anak akan selalu berkembang dan dalam perkembangan itu anak

menambahkan ketrampilan yang telah diperolah sebelumnya, kemudian

ketrampilan baru yang diperoleh itu menjadi dasar untuk memperolah atau

menguasai kecakapan yang lebih kompleks.

(6) Pertumbuhan dan perkembangan berproses dari kecakapan umum ke

kecakapan spesifik. Dalam perkembangan motorik, bayi mampu

menggenggam objek dengan kedua tangannya sebelum mampu memegang

dengan satu tangan. Pada mulanya, gerakan motorik bayi itu bersifat umum,

tidak terarah, dan reflektif, mengayun-ayunkan tangannya atau bahkan

menendang-nendang sebelum mampu menjangkau objek tertentu. Ini karena

pertumbuhan itu terjadi dari gerakan otot besar menuju gerakan otot kecil atau

otot halus.

(7) Tingkat pertumbuhan dan perkembangan bersifat individual. Setiap anak

berbeda sehingga tingkat pertumbuhannya juga berbeda. Walaupun pola-pola


35

dan urutan pertumbuhan dan perkembangan anak itu biasanya sama pada

semua anak, tingkat pencapaian tahap perkembangannya akan berbeda.

2.2.3 Teori-Teori Perkembangan

Banyak teori yang muncul dalam pengkajian perkembangan, dan berbagai

teori yang muncul itu selalu mengusung perdebatan diantara para pakar psikologi

perkembangan. Beberapa teori yang hingga kini masih terjadi perdebatan yaitu teori:

(1) Continuity dan Discontinuity

Ada dua proposisi yang berlawanan tentang perubahan perkembangan.

Sebagian pakar menyatakan bahwa perkembangan itu sebaiknya dipandang sebagai

proses yang berkesinambungan (continous process). Dalam arti perkembangan

dipandang sebagai proses akumulasi perilaku yang selalu meningkat. Dalam teori ini

proses perkembangan bersifat lembut dan teratur, dan setiap perubahan selalu

berkaitan dengan kemampuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Berbeda dengan pandangan tersebut adalah teori tentang discontinuity,

dimana perubahan itu tidak bersifat kesinambungan. Teori ini menyatakan bahwa

kadang-kadang perilaku berubah secara kualitatif, dan organisasi perilaku baru dapat

muncul dalam bentuk yang bersifat beragam. Teori kedua ini kemudian

memunculkan pandangan tentang tahap-tahap perkembangan manusia, yakni

organisasi perilaku manusia yang menandai adanya perkembangan dalam waktu

tertentu.

(2) Teori Kematangan dan Perubahan.

Penelitian tentang anak kadang-kadang menunjukkan adanya stabilitas aspek-


36

aspek perkembangan, seperti kelekatan kepada orangtua, namun dalam penelitian

lain menunjukkan bahwa emosi anak dapat diubah oleh lingkungannya, terutama

oleh pengasuhnya.

Aspek penting dari adanya perbedaan pendang tersebut perlu dikaitkan

dengan pengalaman masa kanak-kanak yang memainkan peranan pembentukan

pada perkembangan masa berikutnya. Freud merupakan salah seorang pakar pakar

psikologi pertama yang menekankan pada pentingnya pengalaman masa kanak-

kanak karena mempengaruhi perkembangan pada masa berikutnya. Secara sama,

Erik erikson percaya bahwa cara-cara seseorang menyelesaikan masalah

perkembangan kehangatan, kepedulian dengan orangtua atau kemampuan berpikir

dan bertindak secara otonomi merupakan faktor penting bagi perkembangan

berikutnya.

2.3 Perilaku

2.3.1 Pengertian Perilaku

Definisi perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan

atau reaksi individu yang terwujud digerakan (sikap); tidak saja badan atau ucapan.

Simpang, sebagai kata dasar menyimpang memiliki pengertian sebagai (1) sesuatu

yang memisah (membelok, bercabang, melencong, dan sebagainya) dari yang lurus

(induknya).

Perilaku adalah merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang

yang sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun

orang yang melakukannya.


37

Perilaku mempunyai beberapa dimensi:

(1) Fisik, dapat diamati, digambarkan dan dicatat baik frekuensi, durasi dan

intensitasnya.

(2) Ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun

sosial) dimana perilaku itu terjadi.

(3) Waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa

yang akan datang.

Perilaku diatur oleh prinsip dasar perilaku yang menjelaskan bahwa ada

hubungan antara perilaku manusia dengan peristiwa lingkungan. Perubahan

perilaku dapat diciptakan dengan merubah peristiwa didalam lingkungan yang

menyebabkan perilaku tersebut

Perilaku dapat bersifat covert ataupun overt

(1) Overt artinya nampak (dapat diamati dan dicatat)

(2) Covert artinya tersembunyi (hanya dapat diamati oleh orang yang

melakukannya).

Fokus pengubahan perilaku kepada perilaku yang dapat diamati (perilaku

overt). Pengubahan perilaku adalah suatu bidang psikologi yang berkaitan dengan

analisa dan pengubahan perilaku manusia (Miltenberger, Tahun 2001)

(1) Analisa artinya mengidentifikasi hubungan fungsional antara lingkungan

dengan perilaku tertentu untuk memahami alasan suatu perilaku terjadi.

(2) Pengubahan berarti mengembangkan dan mengimplementasikan prosedur

pengubahan perilaku untuk membantu orang mengubah perilakunya

(mengubah peristiwa-peristiwa lingkungan yang mempengaruhi perilaku).


38

Pengubahan perilaku adalah penerapan yang terencana dan sistematis dari

prinsip belajar yang telah ditetapkan untuk mengubah perilaku mal adaptif (Fisher

& Gochros, 1975). Perilaku maladaptif adalah perilaku yang mempunyai ciri

sebagai berikut: menimbulkan akibat yang tidak menyenangkan bagi pelaku

maupun lingkungannya, tidak sesuai dengan peranan dan fungsi individu

pelakunya, tidak sesuai dengan stimulus yang dimunculkan oleh lingkungannya.

Pengubahan perilaku adalah penerapan yang terencana dan sistematis dari

prinsip belajar yang telah ditetapkan untuk mengubah perilaku mal adaptif (Fisher

& Gochros, 1975)

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku

Beberapa kondisi baik kondisi yang bersifat internal maupun yang bersifat

eksternal, dapat menyebabkan dominannya perilaku seseorang. Kondisi-kondisi

tersebut adalah:

(1) Kondisi kesehatan. Kesehatan yang baik mendorong emosi yang

menyenangkan menjadi dominan dan sebaliknya. Hal ini berpengaruh pada

perilaku anak, keadaan emosi anak baik perilaku anak baik pula begitu juga

sebaliknya jika emosi nak kurang baik maka perilau anak juga menjadi tidak

baik atau kurang baik.

(2) Suasana rumah, jika anak tumbuh dalam lingkungan rumah yang lebih

banyak berisi kebahagiaan dan apabila pertengkaran, kecemburuan, dendam,

dan perasaan lain yang tidak menyenangkan diusahakan sesedikit mungkin,

maka anak akan lebih banyak mempunyai kesempatan menjadi anak yang
39

bahagia.

(3) Cara mendidik anak. Mendidik anak secara otoriter, yang menggunakan

metode hukuman untuk memperkuat kepatuhan secara ketat, akan

mendorong anak berprilaku menentang. Cara mendidik anak yang bersifat

demokratis dan permisif, aka menimbulkan suasana rumah yang lebih santai

yang akan menunjang anak berperilaku menyenangkan.

(4) Hubungan dengan anggota keluarga. Hubungan yang tidak rukun dengan

orangtua atau saudara akan menimbulkan perilaku yang tidak baik lebih

dominan muncul.

(5) Hubungan dengan teman sebaya. Jika anak diterima dengan baik oleh

kelompok teman sebaya maka perilaku yang menyenangkan (baik) akan

muncul, sedangkan apabila anak diabaikan oleh kelompok maka perilaku

yang tidak menenangkan akan dominan muncul.

(6) Perlindungan yang berlebihan. Orangtua yang melindungi anak secara

berlebihan (overprotective), yang hidup dalam prasangka bahaya tehadap

segala sesuatu, akan menimbulkan rasa takut anak menjadi dominan. Denagn

kata lain anak tersebut tumbuh menjadi seorang yang penakut.

(7) Aspirasi orangtua. Jika orangtua mempunyai aspirasi tinggi yang tidak

realistis bagi anak-anaknya, anak aka menjadi canggung, malu dan merasa

bersalah apabila menyadari kritik orangtua bahwa mereka tidak dapat

memenuhi harapan-harapan tersebut.

(8) Bimbingan. Yaitu bimbingan orangtua untuk berperilaku baik diperlukan

oleh anak agar anak mengetahui hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal
40

yang tiodak boleh dilakukan.

(9) Kondisi psikologis.

(10) Kondisi lingkungan.

2.3.3 Peran Orangtua Dan Lingkungan Dalam Pekembangan Perilaku

Peran artinya: Suatu bagian memegang pimpinan yang terutama (terjadi

suatu hal atau peristiwa) misalnya tenaga ahli dan buruh yang memegang peran

penting dalam pembangunan Negara (Poerwadarminta, 1996:735).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa peran merupakan

seperangkat tingkat yang diharapkan untuk dimiliki oleh seseorang yang

berkedudukan dalam masyarakat atau yang merupakan bagian utama yang harus

dilakukan (Depdikbud, 1998:667).

Adapun peran yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah keikutsertaan

orangtua dan lingkungan (guru, sekolah dan masyarakat) dalam mempengaruhi

perkembangan perilaku anak.

Ngalim Purwanto (2006:169) menegaskan peran guru adalah terciptanya

serangkaian tingkah yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu

serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan

ssiwa yang menjadi tujuannya. Guru di sekolah selain mengajar, memberikan

macam-macam ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada anak-anak juga

mendidik.

Menurut Cleife (dalam Soemiarti, 2000:85) guru adalah pemegang otoritas

atas cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan,


41

walaupun begitu tugas guru tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam

otak para siswa tetapi melatih ketrampilan (karsa) dan menanamkan sikap serta

nilai (rasa) kepada mereka.

2.4 Belajar

2.4.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan

belajar itu mencakup segala sesuatau yang dipikirkan dan dikerjakan oleh

seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan,

sikap, perilaku, keyakinan, tujuan, kepribaadian, dan bahkan persepsi seseorang.

Beberapa pengertian tentang belajar:

(1) Gege dan Berliner (1983:252) menyatakan bahwa belajar merupakan proses

dimana suatu organisasi mengubah perilakunya karena dari hasil pengalaman.

(2) Morgan et.al. (1986:140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan

relative permanen yang terjadi karena hasl dari praktik atau pengalaman.

(3) Slavin (1994;152) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu

yang disebabkan oleh pengalaman.

(4) Gagne (1997:3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi

atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan

perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Dari keempat pengertian di atas tampak bahwa konsep tentang belajar

mengandung tiga unsur utama yaitu:

(1) Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku


42

Perilaku mengacu pada suatu tindakan. Perilaku yang tampak (overt

behavior) seperti berbicara, menulis, mengerjak sesuatu dapat memberi

pemahaman tentang perubahan perilaku sesesorang. Dalam belajar di sekolah,

perubahn perlaku itu menagcu pada kemampuan mengingat atau menguasai

berbagai bahan ajar dan kecenderungan peserta didik memiliki sikap dan nilai-nilai

yang diajarkan oleh peserta didik, sebagaimana telah dirumuskan di dalam tujuan

peserta didikan.

(2) Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman

Pengalaman dapat membatasi jenis jenis perubahan perilaku yang

dipandang mencerminkan belajar. Pengalamna dalam pengertian belajar dapat

berupa pengalaman fisik, psikis dan social. Oleh karena itu perubahan perilaku

yang disebabkan oleh faktor obat-obatan, adaptasi penginderaan, dan kekuatan

mekanik, misalnya, tidak dipandang sebagai perubahan yang disebabkan oleh

pengalaman.

(3) Perubahan perilaku karena belajar besifat relatif permanen

Lamanya perubahan perilaku yang telah terjadi pada diri seseorang adalah

sukar untuk diukur. Perubahan perilaku itu dapat berlangsung selama satu hari,

satu minggu, satu bulan, atau bahkan bertahun-tahun.

Pengertian belajar adalah berbeda dengan pengertian pertumbuhan dan

perkembangan (Shephert dan Ragan, 1982:35-36). Pertumbuhan merupakan

karakteristik individu yang diperoleh dari kehidupan. Biasanya istilah pertumbuhan

(growth) digunakan untuk menunjukkan pertambahan jumlah seperti berat, tinggi,

dan sejenisnya. Belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi
43

sebagai akibat dari interaksi antara individu denagn lingkungannya. Apa yang

dipelajari seseorang dapat diuraikan dan disimpulkan dari pola-pola perubahan

perilakunya. Perkembangan (development) mengacu pada perubahan yang

dihasilkan dari kombinasi pengaruh pertumbuhan dan belajar.

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Peristiwa belajar yang terjadi pada diri peserta didik dapat diamati dari

perbedaan perilaku sebelum dan setelah berada dalam peristiwa belajar.

Faktor-faktor yang memberikan kontribusi terhadap proses dan hasil belajar

adalah kondisi internal dan eksternal peserta didik. Kondisi internal mencakup

kondisi fisik, seperti kesehatan tubuh; kondisis psikis, seperti kemampuan

intelektual, emosional; dan kondisi social, seperti kemampuan bersosialisasi

dengan lingkungan.

Kondisi eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi belajar

(stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan,

dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses, dan hasil

belajar.

2.5 Anak Usia Dini

2.5.1 Pengertian Anak Usia Dini

Dunia anak adalah dunia yang penuh dengan canda tawa dan kegembiraan

sehingga orang dewasa akan ikut terhibur dengan hanya melihat tingkah polah

mereka, demikianlah gambaran karakter seorang anak (Siti Aisyah, 2008:1.3).


44

Ada beberapa definisi tentang anak usia dini baik ditinjau dari sisi umur,

psikologi, maupun secara fisik. Berikut ini dipaparkan beberapa pengertian tentang

pengertian anak usia dini.

(1) Anak usia dini adalah anak yang berada dalam dalam rentang usia 0 8 tahun

yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak dalam

keluarga (family child care home), pendidikan Pra-Sekolah, Taman Kanak-

kanak dan Sekolah Dasar.

(2) Sedangkan menurut Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang system

pendidikan nasional pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa pendidikan

anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun (0 6 tahun) yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan anak untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2003).

(3) UNESCO menetapkan bahwa anak usia dini adalah anak dengan usia tiga

sampai lima tahun (3 5 tahun).

2.5.2 Teori Perkembangan Anak

2.5.2.1 Teori Piaget (Teori Perkembangan Kognitif)

Pandangan dasar dari teori ini adalah Pertama, yaitu keterlibatan anak

secara aktif dengan lingkungan fisik melalui pengalaman langsung. Kedua, bahwa

anak sudah memiliki motivasi dalam diri untuk mengembangkan intelektual

berkembang terus menerus dan ketiga, bahwa anak sudah memiliki motivasi dalam
45

diri untuk mengembangkan intelektual (Wijana, 2006:22).

2.5.2.2 Teori Kholberg dan Thomas likona (Teori Perkembangan Moral)

Teori ini menekankan kepada tahapan perkembangan moral anak

berdasarkan usia yang dibagi menjadi 4 fase, yaitu :

(1) Fase berfikir egosentris, usia 1 sampi 4-5 tshun

(2) Fase patuh tanpa syarat, usia 4-5 sampa 6 tahun

(3) Fase balas membalas, usia 6,5 tahun sampai 8 tahun.

(4) Fase memenuhi harapan lingkungan, usia 8 tahun sampai 13 tahun atau 14

tahun. (Siti Aisyah, 2008:3.6).

2.5.2.3 Teori Brofenbrenner (Teori Ekologi dan Kontekstual)

Teori ini mengemukakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh 4

(empat) hal, yaitu :

(1) Konteks Mikrosistem, yang terdiri atas keluarga, sekolah, dan teman-

temannya.

(2) Konteks Mesosistem, yaitu hubungan antara keluarga dwngan sekolah,

sekolah dengan kelompok anak sebaya atau keluarga dengan sekelompok anak

sebaya.

(3) Konteks Ekosistem, yaitu hal-hal yang ada di sekitar anak yang mempengaruhi

anak tersebut. Misal kebijakan pemerintah, pekerjaan orangtua, dan lain

sebagainya.

(4) Konteks Makrosistem, yaitu kondisi global di mana anak tersebut hidup,

lingkungan social, budaya, dan agama (Siti Aisyah, 2008:3.7).


46

2.5.2.4 Teori Friderich Wilhem Froebel (Teori Perkembangan Otoaktivitas)

Teori ini mengatakan bahwa perkembangan otoaktivitas merupakan prinsip

utama pendidikan anak. Anak didik harus didorong untuk aktif sehingga dapat

melakukan berbagai kegiatan yang produktif. Prinsip kedua adalah kebebasan atau

suasana merdeka.

Otoaktivitas anak tumbuh dan berkembang jika pada anak diberikan

kesempatan dalam suasana bebas sehingga anak mampu berkembang sesuai

potensinya masing-masing. Prinsip ketiga adalah pengamatandan peragaan.

Kegiatan ini dimaksudkan terutama dalam mengembangkan seluruh indra anak

(Wijana, 2006:2,18).

2.5.3 Tahap-tahap Perkembangan Anak Usia Dini

Setiap tahap perkembangan anak usia dini memiliki cara atau tugas

perkembangan tertentu, yang dapat dijadikan standar atau perkiraan kasar tentang

hal-hal yang harus dikuasai anak pada tahap usia tertentu.

Tugas perkembangan tersebut mencakup berbagai dimensi perkembangan

anak yaitu; aspek motorik, social emosi, disiplin, intelektual dan bahasa (Siti

Aisyah, dkk, 2008:1.24).

Hurlock (1978) menerangkan tugas perkembangan anak usia dini antara

lain yaitu:

1) Perkembangan fisik, secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi

perilaku anak sehari-hari. Secara langsung, perkembangan fisik seorang anak

akan menentukan ketrampiln anak dalam bergerak. Secara tidak langsung,


47

pertumbuhan dan perkembangn fisik akan mempengaruhi bagaimana anak ini

memandang dirinya sendiri dan bagaimana memandang orang lain.

2) Perkembangan motorik, berarti perkembangan pengendalian gerakan

jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang

terkoordinasi.

3) Perkembangan bicara, kemampuan berbicara memenuhi kebutuhan untuk

menjadi bagian dari kelompok sosial.

4) Perkembangan emosi, gejala petama perilaku emosional ialah keterangsangan

umum terhadap stimulasi yang kuat. Emosi memainkan peran yang sangat

penting dalam kehidupan.

5) Perkembangan sosial, makna perkembangan sosial berarti perolehan

kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial.

6) Perkembangan bermain, bermain merupakan pengalaman yang berharga bagi

anak, bermain adalah alat yang penting bagi anak untuk bersosialisasi.

7) Perkembangan kreativitas, kreativitas adalah kemampuan sesorang untuk

menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya

baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya.

8) Perkembangan pengertian, pengertian lahir dari kematangan kemampuan

intelektual anak dan dari pengetahuan yang diperoleh dari belajar selama

periode waktu yang panjang.

9) Perkembangan moral, tidak ada anak yang memiliki hati nurani atu skala

nilai, dan tidak seorang anakpun dapat diharapakan mengembangkan kode

moral sendiri, sebaliknya tiap anak harus diajarkan standar kelompok tentang
48

yang benar dan salah. Belajar berperilaku dengan cara yang disetujui

masyarakat merupakan proses yang panjang dan lama yang terus berlanjut

hingga masa remaja.

10) Perkembangan seks, peran seks berarti pola perilaku bagi anggota kedua jenis

kelamin yang disetujui dan diterima kelompok sosial tempat individu itu

mengidentifikasikan diri.

11) Perkembangan kepribadian, kepribadian adalah susunan sistem psikofisik

yang dinamis dalam diri suatu individu yang menentukan penyesuaian

individu yang unik terhadap lingkungan. Sistem psikofisik adalah kebiasaan,

sikap, nilai, keyakinan, keadaan emosional, perasaan dan motif yang bersifat

psikologis tetapi mempunyai dasar fisik dalam kelenjar, saraf, dan keadaan

fisik anak secara umum. Sistem-sistem ini berkembangmelalui proses belajar

sebagai hasil dari berbagai pengalaman anak.

2.5.4 Tahap-tahap Perkembangan Perilaku Anak

Terdapat beberapa teori tentang tahap-tahap perkembangan perilaku anak

antara lain:

2.5.4.1 Perkembangan berdasarkan Analisis Biologis

Sekelompok ahli menentukan pembabakanitu berdasarkan keadaan/proses

pertumbuhan tertentu, yaitu :

Aristoteles menggambarkan perkembangan individu, sejak anak sampai dewasa

itu kedalam 3 tahapan. Setiap tahapan lamanya 7 tahun, yaitu :

(1) Tahap I : dari 0-7 tahun (masa anak kecil, masa bermain)
49

(2) Tahap II : dari 7-14 tahun (masa anak, masa sekolah dasar)

(3) Tahap III : dari 14-21 tahun (masa remaja/pubertas, masa peralihan dari

usia anak menjadi orang dewasa)

Penahapan ini didasarkan pada gejala dalam perkembangan fisik. Hal ini

dijelaskan bahwa antara tahap I dan tahap II dibatasi oleh pergantian gigi, antara

tahap II dan tahap III ditandai dengan mulai berfungsinya organ-organ

reproduksi.

Kretscmer, mengemukakan bahwa dari lahir hingga dewasa, individu melewati

4 tahapan :

(1) Tahap I: dari 0-3 tahun, fullungs (pengisian) dimana anak tampak pendek

gemuk.

(2) Tahap II: dari 3-7 tahun, streckungs dimana anak tampak langsing

meninggi

(3) Tahap III: dari 7-13 tahun, anak tampak pendek gemuk kembali

(4) Tahap IV dari 13-20 tahun, anak nampak kembali langsing

Elizabeth Hurlock mengemukakan penahapan perkembangan individu, yaitu:

(1) Tahap I, fase prenatal, sebelum lahir yaitu 9 bulan/280 hari

(2) Tahap II, infancy/orok yaitu sejak lahir-usia 10/14 hari

(3) Tahap III, babyhood (bayi) dari 2 minggu - 2 tahun

(4) Tahap IV, childhood (kanak-kanak) mulai dari 2 tahun-masa remaja

(5) Tahap V, adolesence/puberty mulai usia 11/13 tahun - 21 tahun.

(6) Tahap IV: dari 13-20 tahun, anak nampak kembali langsing
50

2.5.4.2 Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Piaget membagi tahapan perkembangan koginif menjadi empat tahapan:

(2) Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)

Perkembangan dari refleks oromotor pada bayi baru lahir ke interaksi yang

erat dengan lingkungan dan mulai menggunakan simbol-simbol.

(2) Tahap Praoperasional (usia 2-7 tahun)

Proses berpikir menjadi interalisasi; tidak sistematis dan mengandalkan

intuisi. Penggunaan simbol meningkat. Pengertian berdasarkan penampilan

dan kejadian yang dilihatnya.

(3) Tahap Operasional Kongkrit (usia7- 11 tahun)

Anak dapat memusatkan berbagai aspek dari situasi secara simultan. Sudah

mengerti sebab akibat secara rasional dan sistematis. Mampu melakukan

pengelompokan dan generalisasi, berkurangnya rasa ego memungkinkan anak

bersosialisasi dengan anak lain.

(4) Tahap Opersianal Formal (usia 12 tahun ke atas)

Berkembangnya kemampuan berpikir abstrak dan imajinasi. Pengertian

terhadap ilmu pengetahuan dan teori lebih mendalam

2.5.4.3 Teori Perkembangan Moral ( Teori Kolberg dan Likona)

Teori ini menekankan kepada tahapan perkembangan moral anak

berdasarkan umur yang dibagi menjadi 4 fase, antara lain:

(1) Tahap Premoral (lahir 9 tahun)

Anak menyerah kepada kekuatan dan kepemilikan. Hidup dinilai untuk jumlah

dan kekuatan dari kepemilikan.


51

Orientasi hukuman dan kepatuhan (lahir sampai 6 tahun)

Anak menggabungkan label dari baik dan buruk dan benar dan salah

dalam perilaku dalam bentuk konsekuensi dari tindakan-tindakan. Elemen

dari tawar menawar, pembagian yang seimbang, dan kejujuran menjadi

muncul. Hidup dinilai dengan bagaimana anak dapat memuaskan

kebutuhan dari orang lain.

Orientasi egoistik secara sederhana (6 9 tahun)

Anak menyesuaikan minat diri sendiri dengan aturan: anak berasumsi

bahwa penghargaan atau bantuan akan diterima.

(2) Tahap Moralitas konvensional (9-13 tahun)

- Anak laki-laki yang baik dan anak perempuan yang manis ( 9 10 tahun)

- Hidup dinilai dari seberapa bagus hubungan interpersonal

(mengidentifikasi kepentingan individu secara emosional)

(3) Tahap Autoritas mempertahankan moralitas

Identifikasian bergeser pada agama atau insittusi sosial seperti sekolah.

(4) Tahap Moralitas Pasca Konvensional ( 13 tahun meninggal)

Pencapaian nilai moral yang benar terjadi setelah dicapai formal operasional.

Tidak semua orang mencapai tingkat ini.

Orientasi kontraktual dan legalitas

Individu berhati-hati untuk tidak melanggar hak-hak dan kehendak orang

lain. Terjadi konflik pandangan moral dan legal. Orang akan bekerja untuk

mengubah aturan.
52

Orientasi prinsip etis yang universal

Tahapan ini jarang dicapai. Jika rangcangan pemikiran dari dalam diganggu

maka akan muncul rasa bersalah.

2.5.4.4 Teori Perkembangan Psikoseksual (Sigmund Freud)

(1) Oral-sensori ( lahir-18 bulan)

Anak yang terhalang kegiatan mengisap mungkin berusaha untuk memusakan

kebutuhan ini di kemudian hari melalui aktivitas seperti mengunyah permen

karet, merokok, dan makan yang berlebihan.

(2) Anal-muskular (18 bulan-3 tahun)

Konfliks eksternal mungkin ditemui pada saat latihan ke toilet diusahakan dan

kemudian terlihat dalam perilaku seperti konstipasi, keterlambatan, dan

kesakitan.

(3) Falik-lokomasi (3-6 tahun)

Sesuatu yang timbul dari konfles Oedipus dan elektra untuk laki-laki dan

perempuan secara berturut-turut terjadi, lancang, malu, dan takut mungkin

merupakan ekspresi dari fiksasi pada tahap ini.

(4) Latensi (6 tahun pubertas)

Penggunaan kuping anak dan mekanisme pertahanan diri muncul pada waktu

ini ketertarikan seksual mungkin disublimasi melalui permainan yang giat dan

beroleh keterampilan.

(5) Genital (pubertas-masa dewasa)

Ini adalah waktu peningkatan biologis pada saat interaksi emosi yang belum

matur sering terjadi pada awal fase. Pada saatnya, berkembang kemampuan
53

untuk memberi dan menerima cinta yang matang.

2.5.4.5 Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)

(1) Percaya Vs Tidak Percaya (lahir 1 tahun)

Pada saat kebutuhan dasar bayi tidak terpenuhi secara adekuat, bayi menjadi

curiga, penuh rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku

makan, pola tidur dan ereliminasi yang buruk.

(2) Autonomi Vs Ragu-Ragu dan Pemalu (1 3 tahun)

Jika perkembangan kemandirian tidak didukung oleh orang tua, anak mungkin

memiliki kepribadian yang ragu-ragu; jika anak dibuat merasa buruk pada saat

melakukan kegagalan, anak akan menjadi pemalu.

(3) Inisiatif Vs Rasa Bersalah (3 6 tahun)

Pembatasan dari orang tua bisa mencegah anak dari perkembangan inisiatif.

Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan

dengan orang tua. Anak mesti belajar untuk memulai kativitas tanpa merusak

hak-hak orang lain.

(4) Industri Vs Inferior (6 12 tahun)

Perasaan inferior bisa terjadi pada saat dewasa memandang usaha anak belajar

untuk belajar bagaimana sesuatu bekerja melalui manipulasi adalah sesuatu

yang bodoh atau merupakan masalah. Ketidaksuksesan di sekolah,

perkembangan keterampilan fisik, dan mencari teman juga mengkontribusi

terjadinya inferior.

(5) Identitas Vs Bingung Peran atau Difusi (18 21 tahun)

Kegagalan untuk mengembangkan identitas pribadi bisa mengarah ke


54

kebingungan peran, yang sering mncul dari perasaan adekuat, isolasi dan

keragu-raguan. Penangguhan psikososial memberikan waktu yamg lebih untuk

membuat keputusan yang vokasional.

(6) Intimasi vs Isolasi (18 41 tahun)

Ketidakpastian individu mengenai diri sendiri akan mempunyai kesulitan

mengembangkan keintiman. Seseorang tidak bersedia atau tidak mampu untuk

berbagi untuk mengenal diri sendiri akan merasa sendiri.

(7) Generativitas Vs Ahsorbsi Diri atau Stagnasi (40-65 tahun)

Asorbsi diri orang dewasa akan direnungkan dengan kesejahteraan pribadi dan

peningkatan. Perenungan dengan diri sendiri mengarah pada stagnasi

kehidupan.

(8) Integritas Ego Vs Putus Asa (65 tahun- mati)

Resolusi yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan perasaan putus

asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari ketidakberuntungan,

kekecewaan, dan kegagalan.

2.5.5 Pentingnya Memahami Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis,

moral, social, dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling penting

untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa

pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman

anak selanjutnya.
55

Menurut Siti Aisyah (2008:1.4) ada beberapa hal yang menjadi alasan

pentingnya memahami karakteristik anak usia dini, yaitu:

1. Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu yang besar.

2. Merupakan pribadi yang unik.

3. Suka berfantasi dan berimajinasi

4. Masa paling potensisal untuk belajar.

5. Menujukkan sikap egosentris.

6. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.

7. Sebagai bagian dari makhluk social.

Menurut Kartadinata dalam Siti Aisyah (2008:1.9) selain karakteristik anak

usia dini di atas, ada beberapa titik kritis yang perlu diperhatikan pada anak usia

dini yang berbeda dengan anak sesudahnya. Titik kritis tersebut adalah:

(1) Membutuhkan rasa aman, istirahat, dan makanan yang baik.

(2) Datang ke dunia yang diprogram untuk meniru.

(3) Membutuhkan latihan dan rutinitas.

(4) Memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan memperoleh banyak jawaban.

(5) Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.

(6) Membutuhkan pengalaman langsung.

(7) Trial and error menjadi hal pokok dalam bejar.

(8) Bermain merupakan dunia masa kanak-kanak.


56

2.6 Hubungan Pengaruh Televisi dengan Perkembangan Perilaku


Negatif Anak
Telah disinggung di depan bahwa tayangan televisi sedikit banyak, mau

tidak mau harus kita nikmati, Oleh sebab itu orang tua harus berhati-hati terhadap

tayangan-tayangan yang dirasa negatif dan tidak menguntungkan bagi

berkembangan anak. Maksudnya, jangan sampai anak yang bagai "kertas putih" itu

kotor karena tercoret oleh tayangan televisi. Salah satu cara yang bisa ditempuh

adalah dengan mendampingi anak sewaktu anak menyaksikan acara televisi,

memberi jatah waktu kepada anak untuk menyaksikan acara televisi, dan tindakan

lain yang sifatnya sebagai kontrol dan penyaring dari tayangan televisi.

Di sisi lain, orang tua disibukkan oleh pekerjaan masing masing, sehingga

secara praktis untuk selalu menemani anak dalam menyaksikan acara atau

tayangan televisi rasanya sulit untuk diwujudkan. Sebagai benteng untuk

menangkal hal ini adalah melalui pendidikan, baik itu pendidikan secara formal

yang dilaksanakan di sekolah maupun pendidikan non formal seperti pendidikan

dalam keluarga.

Memang bila dilihat waktunya, pendidikan non formal dalam keluarga

memiliki peluang dan berpengaruh besar terhadap perkembangan anak, sebab

dilihat dari waktunya, di rumah lebih banyak bila dibandingkan waktu yang

dimiliki di sekolah. Oleh sebab itu, orang tua harus bertindak ganda, yakni sebagai

guru, pemberi jalan, pemberi nasehat, pemberi arah, pemberi penerang, dan bahkan

mengalihkan jalan bila anak tersebut mengalami "sesat" di tengah perjalanan.

Dengan demikian, pendidikan baik formal yang dilaksanakan di sekolah maupun


57

pendidikan non formal yang dilaksanakan dalam keluarga memiliki pengaruh

positif terhadap perkembangan dan pola perilaku anak.

Dalam penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh tayangan televisi

menunjukkan hubungan yang signifikan terhadap perkembangan perilaku anak

atara lain:

Pertama, penelitian yang pada film untuk anak-anak yang dilakukan oleh

Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) bekerjasama dengan Balitbang

Deppen tahun 1993 menunjukkan bahwa adegan antisosial (52%) lebih banyak

dari pada adegan prososial (48%). Adegan prososial menurut Wispe adalah

beberapa perilaku yang memiliki konsekuensi sosial positif sedangkan menurut

Mussen dan Einsenberg perilaku prososial sebagai tindakan yang ditujukan untuk

memberi bantuan atau kebaikan pada orang lain atau kelompok orang tanpa

mengharapkan balasan, dengan cara-cara yang cenderung mentaati norma sosial,

Contoh adegan prososial adalah mementingkan orang lain, mengalah dengan

alasan yang masuk akal dan tanpa paksanaan, aktivitas menolong, pemakaian

bersama (share), kehangatan yang menggambarkan keakraban hubungan

persahabatan atau persaudaraan termasuk romantisme dalam bekerjasama, simpati

yang merupakan ungkapan perasaan dan perbuatan tertentu dari seorang kepada

orang lain seperti yang dialami oleh orang tersebut, misalnya; turut sedih, turut

bergembira, dan lain-lain. Sedangkan kategori adegan antisosial meliputi; berkata

dan bertindak kasar, membunuh, berkelahi, pemaksaan, mencuri, berperang,

memukul, melukai, mengganggu, menyerang, dan sejenisnya, seperti ungkapan

kebencian atau mengejek (B. Gunarto, 1995 : 24).


58

Kedua, penelitian yang dilakukan ahli Pendidikan Media Massa Prof.

Glogaeur (Astrid Susanto, 1993: 9) dari Jerman yang menunjukkan :

(1) 34% anak-anak berumur 9-10 tahun memiliki televisi tersendiri.

(2) 20% anak-anak dalam kelompok umur 6-8 tahun kini setiap Minggu

menonton TV sekurang-kurangnya 40jam/minggu.

(3) Anak-anak dengan bebas menonton tayangan televisi smack down, yang

berdampak negative pada anak, diberitakan bahwa di beberapa daerah ada

anak yang tewas gara-gara meniru adegan smack down tersebut.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth L. Wahyudi dari Australia

Children Television Action Committe (website Google; http://www.Pengaruh

tayangan Televisi.go.id) menjelaskan bahwa:

(1) Selama masa sekolah anak-anak diperkirakan menyaksikan 87.000 tindakan

kekerasan di televisi.

(2) Film-film kartun juga sering memperagakan kekerasan, beberapa diantaranya

menggambarkan 84 adegan kekerasan perjam.

(3) Anak-anak tanpa kontrol orangtua dapat dikaitkan dengan meningkatknya

kekerasan, perilaku agresif dan hasil akademik yang jelek.

(4) Anak-anak di bawah umur 4 tahun kesulitan membedakan antara fantasi dan

kenyataan.

Keempat, Komisi Nasional Perlindungan Anak pernah memantau 13

stasiun televisi swasta Indonesia. Hasilnya 62% diantaranya menayangkan

perilaku kekerasan, ini dijumpai di sinetron dan tayangan-tayanagn film lainnya,

jelas Ariot Merdeka Sirait, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak.


59

(www.sehatraga.wordpress.com).

Kelima, hasil penelitian yang berjudul Pola Menonton Televisi pada Anak

dan Pengaruhnya terhadap Pendidikan serta Pola Makan yang dilakukan oleh

Terapul Tarigan, Nancy Ervani, dan Syamsidar Lubis, Subbagian Tumbuh

Kembang Pediatri Sosial, Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara/ Universitas dr, Pirngadi Medan. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa dari 100 responden yang berusia 3-5 tahun,

menonton telavisi 1-2 jam/hari (56%), acara paling disenangi film kartun (77%).

Dari hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara acara yang

disenangi dengan reaksi anak setelah menonton televisi (p<0,05), menonton

televisi mempunyai pengaruh 32% dengan pengaruh pada belajar 17% dan pola

makan 15%. Penelitian tersebut membuktikn bahwa menonton televisi mempunyai

pengaruh terhadap belajar anak tetapi tidak bermakna secara statistik.

Keenam, Andayani (1997) melakukan penelitian terhadap beberapa film

kartun Jepang, seperti Sailor Moon, Dragon Ball, dan Magic Knight Ray Earth. Ia

menemukan bahwa film tersebut banyak mengandung adegan antisosial (58,4%)

daripada adegan prososial 41,6%). Studi ini menemukan bahwa kategori perlakuan

antisosial yang paling sering muncul berturut-turut adalah berkata kasar (38,56%),

mencelakakan 28,46%), dan pengejekan (11,44%). Sementara itu, katagori

prososial, perilaku yang kerapkali muncul adalah kehangatan (17,16%), kesopanan

(16,05%), empati (13,43%), dan nasihat 13,06%).

Ketujuh, Laporan studi yang dilakukan di Amerika Serikat dengan tajuk;

Telvision and Growing Up: The Impact of Television Violence (1972)


60

menemukan korelasi dalam taraf signifikan hanya 0,20 sampai 0,30 antara ekspose

tindakan kekerasan di televisi dengan perilaku agresif pemirsa yang apda

umumnya adalah anak-anak muda (Budi Astuti, 2000: 26).

Kedelapan, Dokter spesialis kejiwaan RS Theresia, Asianto mengatakan,

tontonan seperti film kekerasan dan film porno sangat mempengaruhi

perkembangan psikologi anak. Apa yang mereka lihat dari tontonan itu terekam

dan sewaktu-waktu mereka praktikkan seperti yang mereka lihat dalam adegan

film itu. Dan ini sangat berbahaya bagi si anak itu sendiri karena bisa terjerumus

dalam pergaulan yang salah, terangnya kepada Jambi Independent (20/11/2008).

Kesembilan, menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang (anak)

cenderung meniru perilaku yang diamatinya, stimuli menjadi teladan untuk

perilakunya (Rakhmat, 2005). Stimuli dalam hal ini dapat termasuk tayangan

televisi yang sedang ditonton.

Kesepuluh, penelitian yang dilakukan selama 20 tahun terhadap sekelompok

anak-anak, psikolog Leonard Eron dan L. Rowell Huesmann dari Universitas

Illinois menyimpulkan bahwa anak-anak yang pernah menonton film kekerasan

dalam jumlah cukup, cenderung akan melakukan tindakan kekerasan maupun

kriminal pada usia muda. Bukan itu saja, di saat mereka dewasa pun mereka

cenderung melakukan tindakan penganiayaan terhadap anak atau pasangan hidup

mereka. Suguhan kekerasan pada perilaku agresif, tindak kejahatan dan

kriminalitas dalam masyarakat. Semua anak dalam periode usia yang peka akan

terkena dampaknya tanpa memandang jenis kelamin, tingkat intelegensi, maupun

kelas sosial.(www.bppndik.tripod.com).
61

Kesebelas, penelitian yang berjudul Pengaruh Sinetron di Televisi terhadap

Anak oleh R. Koesmaryanto Oetomo, S. Km, M. Si (website Google;

http://www.Pengaruh Tayangan Televisi.go.id) menyebutkan:

(1) Judul-judul sinetron anak atau remaja sering kali bertema vulgarisma,

menantang, mengandung unsur pornografi.

(2) Pemain sinetron dipilih dari remaja bahkan sebagian masih berusia anak-

anak (6-13 tahun).

(3) Peran yang dimainkan remaja dan anak-anak seringkali bertabrakan dengan

norma pergaulan masyarakat dan belum sesuai dengan tingkat perkembangan

psikologinya.

(4) Banyak alur cerita sinetron yang bersetting sekolah tetapi tidak sesuai dengan

norma agama dan adat ketimuran yang berlaku.

Keduabelas, Dyer menyimpulkan (Pengaruh Televisi Terhadap Tumbuh

Kembang Anak oleh Ahmad Raihan, raihan_16cvc@yahoo.co.id Dipublikasikan

dan didedikasikan untuk perkembangan pendidikan di Indonesia melalui

MateriKuliah.Com, sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran

masuknya pesan pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata

dan telinga. TV mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari

apa yang mereka lihat dan dengar dilayar televisi walaupun hanya sekali

ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat

di TV setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian. Dengan demikian

terutama bagi anak-anak yang pada umumnya selalu meniru apa yang mereka
62

lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tesebut akan mengikuti

acara televisi yang ia tonton. Apabila yang ia tonton merupakan acara yang lebih

kepada edukatif, maka akan bisa memberikan dampak positif tetapi jika yang ia

tonton lebih kepada hal yang tidak memiliki arti bahkan yang mengandung unsur-

unsur negatif atau penyimpangan bahkan sampai kepada kekerasan, maka hal ini

akan memberikan dampak yang negatif pula terhadap perilaku anak yang

menonton acara televisi tersebut.

2.7 Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul,

(Arikunto, 2010: 110).

Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian :

1) Hipotesis kerja atau disebut juga hipotesis alternatif (Ha).

Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antar variabel x dan y, atau

adanya perbedaan antara dua kelompok.

2) Hipotesis nol (H0) sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya

dipakai dalampenelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan

statistik.

Dari pengertian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah:

Ha: Ada hubungan yang signifikan antara pengaruh tayangan televisi dengan

perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak


63

Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus, diterima.

H0: Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengaruh tayangan televisi dengan

perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak

Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus, ditolak.

2.8 Kerangka Berpikir

Suatu penelitian tanpa memiliki kerangka berpikir yang kuat akan sulit bagi

peneliti dalam menentukan kemana penelitian akan diarahkan. Menurut Rohmat

(1990: 67) teori mempunyai fungsi sebagai berikut:

2. Merupakan alat untuk mencapai tujuan dan sistematis

3. Teori membimbing penelitian

Berdasarkan fungsi-fungsi teori tersebut maka peneliti akan mencari dan

menggunakan teori yang relevan sebagai pokok pikiran untuk memecahkan

masalah.

Untuk menjelaskan pengaruh yang ditimbulkan oleh tayangan televisi

terhadap perkembangan perilaku anak digunakan teori efek komunikasi.

Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media, tetapi pada

apa yang dilakukan media terhadap diri orang. Dalam asumsi ini tersirat bahwa

komunikasi masa menimbulkan efek pada diri khalayaknya. Robert (dalam

Rahmat, 1990: 247) beranggapan bahwaefek adalah perubahan perilaku manusia

setelah diterpa pesan media massa.

Menurut Chaffe (dalam Rahmat, 1990: 248) efek media massa adalah

pendekatan pertama dan kedua dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada
64

diri khalayak komunikasi massa yang meliputi penerimaan informasi, perubahan

perasaan/sikap, dan perubahan perilaku atau dengan istilah lain perubahan kognitif,

afektik, dan konatif. Sedang pendekatan ketiga meninjau satuan observasi yang

dikenai efek komunikasi massa-individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atau

bangsa. Sikap dan perilaku tidak terjadi dengan sendirinya (otomatis), tetapi perlu

dibentuk dan dikembangkan. Pembentukan dan pengembangan sikap dapat terjadi

melalui proses pendidikan baik formal maupun non formal, dapat juga melalui

pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang alin yang diperoleh lewat

informasi dalam proses komunikasi.

Informasi yang menyebabkan terbentuknya sikap adalah yang berhubungan

dengan sikap-sikap lain yang telah ada terlebih dahulu. Informasi yang sesuai

dengan sikap yang telah ada dapat membentuk/merubah sikap yang telah ada.

Informasi yang diterima individu lewat kegiatan komunikasi, dapat melalui

komunikasi dengan antar personal, kelompok, dan dengan media massa, maka

media dan pesan-pesannya merupakan stimuli yang datang dan menyentuh indera

dan organisme individu selanjutnya akan berpengaruh memberi akibat terjadinya

respon individu terhadap ide/gagasan yang terkandung dalam media massa. Baik

buruknya/positif negatifnya pengaruh tayangan televisi anatara lain disebabkan

karena dukungan dari keluarga, budaya, tingkat sosial ekonomi serta pendidikan

orangtua.

Menurut Effendy (1993: 254) perubahan sikap itu meliputi oomponen-

komponen sikap yaitu kognitif, afektif, dan konasi. Jadi media massa dapat memberi

pengaruh/efek kognitif, afektif, dan konasi.


65

Skema 1:
Tayangan televisi

Anak menonton

Menerima pesan

Perubahan Perilaku

Skema 1 menunjukkan tentang bagaimana tayangan televisi dapat mempengaruhi

perkembangan perilaku, yaitu anak menonton tayangan televisi kemudian menerima

informasi, informasi tersebut menyebabkan perubahan pada perilaku.


66

Gambaran hubungan tersebut dapat lihat dalam kerangka berpikir sebagai berikut:

Tabel 2.1
Kerangka Berpikir

Tayangan Sinetron Perubahan 1. Aspek Kognitif

Telavisi Film Kartun Perilaku Perubahan Pengetahuan

Musik Perubahan Sikap

2. Aspek Afektif

Terpaan

Perhatian

Pemahan

3. Aspek Konatif

Menerima Langsung

Memilih Langsung

Menolak Langsung.
67

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket Intervensi Tayangan Televisi terhadap


perkembangan Perilaku Anak
Variabel Sub Variabel Indikator No. Item
Sinetron Sosialisasi 1.1 Sinetron mengenalkan cara 1-10

kehidupan bermasyarakat

1.2 Perbedaan perlakuan menurut

status sosial

Konsumtif 1.3 Kekerasan dalam penyelesaian

masalah

1.4 Anak membeli barang-barang

yang tidak dibutuhkan

Berbahasa 1.5 Cara berpakaian/gaya busana

1.6 Gaya hidup anak gedongan

1.7 Pemakaian bahasa gaul

Menunda dan 1.8 Cara anak mengemukakan

Malas pendapat dengan umpatan dan

bentakan

1.9 Anak menunda kegiatan lain

1.10 Anak meninggalkan kegiatan lain


68

Variabel Sub Variabel Indikator No.Item


Film Kartun 3.1 Film Kartun mengenalkan gaya 11-20

hidup berpetualang

3.2 Adanya superhero sang penyelamat

3.3 Adanya kelompok/geng yang saling

bermusuhan

3.4 Persoalan yang kecil memicu

permusuhan

3.5 Film Kartun menempilkan adegan

permusuhan yang berkepanjangan

3.6 Menampilkan model ciri

kepribadian suatu bangsa

3.7 Menampilkan berbagai peran dalam

kehidupan

3.8 Menampilkan bagaimana cara

menanggapi mereka yang gagal

dalam menjalankan peran tersebut


69

Variabel Sub Variabel Indikator No. Item


Hiburan 3.1 Memenuhi kebutuhan dan 20-30

Musik keinginan anak untuk berekpresi

3.2 Menimbulkan kegembiraan pada

anak

3.3 Tayangan musik lebih banyak

menampilkan lagu-lagu remaja dan

dewasa

3.4 Beberapa syairnya kurang mendidik

yang berdampak kurang baik bagi

perkembangan bahasa anak

3.5 Gaya penyanyi cilik meniru gaya

penyanyi remaja

3.6 Jarang ada tayangan khusus lagu-

lagu anak/porsinya sangat sedikit

Perilaku Aspek 4.1 Menunda kegiatan lain 31-60

anak Kognitif, 4.3 Perubahan pola makan

afekti, dan 4.4 Perubahan pola tidur

konatif 4.5 Perubahan pola bermain

4.6 Perubahan pola bergaul

4.7 Perubahan gaya bahasa

4.8 Perubahan gaya berpakaian


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan teknik analisi data

menggunakan statistika. Menurut Azwar (2005:5) penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang menekankan pada data-data numerical (angka) yang diolah secara

statistika.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intervensi

tayangan televisi dengan perkembangan perilaku anak kelompok B Taman Kanak-

kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V. Pennelitian ini termasuk dalam deskriptif

kuantitatif korelasional karena bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan

antara dua variabel penelitian.

Dengan penelitian korelasional, pengukuran terhadap beberapa variabel

serta saling hubungan diantara variabel-variabel tersebut dapat dilakukan secara

serentak dalam kondisi yang realistik (Azwar 2005:8).

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1992:213) penelitian korelasional,

yaitu penelitian yang bertujuan menemukan ada tidaknya hubungan antara dua

variabel atau lebih, dan bila ada hubungan, seberapa besar pengaruh tersebut.

6.2 Variabel Penelitian


Variabel adalah gejala yang bervariasi dan yang menjadi obyek penelitian

(Suharsimi Arikunto, 1992: 89).

70
71

Menurut Azwar (2005: 59) variabel adalah konsep mengenai atribut atau

sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif

atau kualitatif. Variabel adalah gejala yang menunjukkan variasi baik dalam jenis

maupun dalam tingkatannya (Sutrisno Hadi, 1992: 22).

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel adalah gejala yang

bervariasi dalam suatu obyek penelitian, baik dipandang dari segi jenis maupun

bentuk. Dalam penelitian ada dua variabel, yaitu :

a.Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah unsur yang mempengaruhi munculnya unsur lain (Hadari

Nawawi, 1987:56). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah

intervensi tayangan televisi, yang terdiri dari:

2) Variabel X1 adalah sinetron.

3) Variabel X2 adalah film kartun.

4) Variabel X3 adalah hiburan musik.

b.Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah unsur yang munculnya dipengaruhi oleh adanya variabel

lain (Hadari Nawawi, 1987:57).

Adapun yang menjadi variabel terikat adalah perkembangan perilaku anak

kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus.


72

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau yang dimaksud untuk

diselidiki dalam penelitian (Sutrisno Hadi, 1989:47). Populasi menurut Azwar

(2005:77) adalah kelompok subjek yang hendak dikenai genelisasi penelitian.

Sedangkan pendapat lain, populasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang

sedikitnya mempunyai satu sifat yang sama (Suharsimi Arikunto, 1992:102).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan, populasi adalah

keseluruhan penduduk yang merupakan subyek penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah murid kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus,

yang berjumlah 76 anak terdiri 33 anak laki-laki dan 43 anak perempuan.

TABEL 3.1
Data Peserta Didik
Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus
Berdasarkan Kelompok
No Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah
1 B1 11 15 26
2 B2 12 13 25
3 B3 10 15 25
Jumlah 33 43 76
Sumber: Data Peserta didik Taman Kanak-kanak Aisyiyah bustanul Athfal V
Kudus tahun 2011-2012.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sampel adalah sebagian dari populasi yang dikenai

langsung oleh suatu penelitian (Sutrisno Hadi (2001:221). Menurut Sugiono (2008:

109) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi
73

yang dianggap mewakili populasi karena memilki ciri atau karakteristik yang

sama.

Pada penelitian ini karena populasi yang digunakan tergolong sedikit yaitu

murid Taman Kanak-kanak kelompok B yang berjumlah 76 anak, supaya

menghasilkan data yang valid maka seluruh populasi digunakan sampel, Arikunto

(2006: 112). Dengan demikian seluruh populasi yang ada diambil sebagai obyek

kajian yang diteliti dan diperlakuakan sebagai sampel.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

proporsional random sampling. Responden yang terpilih diberi angket yang berisi

tentang intervensi tayangan televisi dan perkembangan perilaku anak usia dini.

Adapun rumus yang digunakan dalam penentuan sampel adalah dengan

menggunakan rumus Slovin dan Umar (Arikuno, 2002: 136) yaitu:

N
n
1+ N (e)
Dimana:

N = Ukuran populasi

n = Ukuran sampel

E = Nilai kritis yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian

karena kasalahan pengambilan sampel)

Dengan menggunakan rumus tersebut dengan mengambil nilai kritis sebesar

10% maka dapat dihitung jumlah sampel sebagai berikut:

76
N = = 43,181 dibulatkan menjadi 50
1 + 76(0,1)
74

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan datamerupakan langkah yang cukup penting dalam

penelitian ini. Agar penelitian ini tidak biasa, harus digunakan teknik

pengumpulan data yang tepat. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

adalah data tentang pengaruh tayangan televisi terhadap perkembangan perilaku

negatif anak di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus.

Menurut Arikunto (1998: 224-237) terdapat beberapa teknik pengumpulan

data yaitu angket, tes interview, observasi, dan dokumentasi skala psikologis.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan

angket. Pengumpulan data yang utama menggunakan angket dan data pendukung

menggunakan dokumentasi.

3.4.1 Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, daftar nilai, buku, surat kabar,

notulen rapat, logger, agenda dan sebagainya (Kartini Kartono, 1990:88).

Dokumentasi berarti suatu bukti kejadian yang telah lalu atau baru, sehingga dapat

memberikan keterangan bila diperlukan.

Metode dokumentasi memiliki beberapa kelebihan antara lain:

(1) Menghemat waktu sebab dapat dilihat langsung sekaligus mencatatnya

(2) Tidak perlu pengantar orang lain

(3) Tidak menimbulkan kecurigaan

(4) Dapat mengetahui data yang telah lalu


75

Kelemahan metode dokumentasi adalah kurang dapat dipercaya atau

dipertahankan, karena dokumentasi yang ada tergantung dari yang membuatnya.

Untuk mengatasi kelemahan itu peneliti harus berusaha dengan cara menanyakan

hal-hal yang dianggap janggal atau meragukan kepada nara sumber misalnya

guru/tenaga pendidik.

Metode dokumentasi peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang;

jumlah peserta didik, jumlah guru, pekerjaan orangtua peserta didik, dan

pendidikan orangtua peserta didik.

3.4.2 Angket

3.4.2.1 Pengertian angket

Menurut pendapat Kartini Kartono (1990:20), "Angket adalah suatu

penyelidikan tentang masalah yang umumnya menyangkut kepentingan umum

(orang banyak) dilakukan dengan jalan mengedarkan suatu daftar pertanyaan

beberapa formulir diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk

mendapatkan jawaban atas tanggapan (respon) tertulis seperlunya". Jadi angket

adalah daftar pertanyaan untuk diisi atau dijawab oleh sejumlah orang sebagai

responden guna mendapatkan tanggapan tertulis yang diperlukan dalam penelitian.

3.4.2.2 Macam-macam angket

Menurut pendapat Kartini Kartono (1990: 89), angket dibedakan menjadi

dua yaitu:

1) Angket langsung

Angket langsung adalah daftar pertanyaan (formulir) diberikan langsung


76

kepada responden yang menjadi sasaran.

2) Angket tak langsung

Angket tak langsung yaitu angket yang tidak langsung diberikan kepada

responden tetapi lewat seseorang yang dekat dengan responden angket yang

sekaligus berperan mengawasi dan mengontrol dalam pelaksanaan angket.

Berdasarkan penjelasan tersebut, angket yang digunakan dalam penelitian

ini adalah termasuk angket langsung dan tertutup. Disebut langsung sebab

disebarkan langsung kepada responden dan dikumpulkan pada waktu itu juga,

sedang disebut tertutup karena responden terikat pada jawaban yang telah

disediakan oleh peneliti.

Cara penyekoran untuk masing-masing kategori jawaban dalah sebagai

berikut:

Tabel 3.2
Kriteria Nilai Alternatif Jawaban
No Kriteria Skor
1 SS (Sangat Setuju) 4
2 S (Setuju) 3
3 KS (Kurang setuju) 2
4 TS (Tidak Setuju) 1

3.5 Penyususn Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang dipergunakan pada waktu melakukan suatau

penelitian dengan menggunakan metode tertentu. Dalam penelitian ini terdapat 2

instrumen penelitian yaitu:

1. Instrumen yang mengungkap tentang tayangan televisi.


77

2. Instrumen yang mengungkap tentang perkembangan perilaku negatif anak.

Adapun langkah-langkah dalam penyusunan instrument seperti yang

dikemukakan Arikunto (2006: 166) adalah sebagai berikut:

(2) Perencanaan; meliputi perumusan tujuan, menentukan, variabel, dan


kategori variabel.
(3) Penulisan butir soal dan item kuesioner, penyusunan skala.
(4) Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman
mengerjakan.
(5) Uji coba instrumen.
(6) Penganalisasian hasil analissi item dengan validitas dan realibilitas.
(7) Pengadaan revisi perbaikan-perbaikan yang dirasa kurang baik dengan
mendasarkan pada data yang diperoleh sewaktu uji coba.

Sejalan dengan pendapat di atas, maka langkah-langkah penyusunan

instrumen pada penelitian ini adalah:

(9) Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dengan instrumen tersebut.

(10) Membuat devinisi operasional variabel yang akan diteliti.

(11) Membuat devinisi operasional variabel yang menjadi indikator-indikator

tertentu.

(12) Membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel yang telah tersusun.

(13) Memilih butir-butir pertanyaan atau pertanyaan masing-masing pada angket

pengaruh tayangan televisi dan perkembangan perilaku negatif anak.

(14) Penyuntingan, yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan.

(15) Uji ccoba instrumen

(16) Penganalisasian hasil analisa item dengan validitas dan realibilitas.

(17) Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa kurang baik berdasarkan

pada data yang diperoleh sewaktu uji coba.


78

Aspek yang diungkap dalam angket meliputi:

(1) Pengaruh tayangan televisi berupa tayangan sinetron, film kartun dan hiburan

musik

(2) Perkembangan perilaku negatif anak

3.6 Validitas dan Reliabilitas

3.6.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevaliditan suatu

instrumen atau tes dikatakan valid bila tes tersebut dapat mengukur apa yang

hendak diukur (Arikunto, 1989: 63).

Dalam penelitian ini untuk mengukur validitas digunakan validitas item

dengan rumus korelasi product moment angka kasar yang dikemukakan oleh Karl

Pearson (Arikunto, 2010: 213) seperti berikut ini:









r

xy



2 2 2 2

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y

XY : Jumlah perkalian item nomor 1 dengan jumlah skor total

X : Jumlah skor item nomor 1

Y : Skor total

N : Jumlah
79

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, atau menunjukkan konsistensi

suatu alat pengukur di dalam megukur gejala yang sama (Djamaludin Ancok dalam

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989:140). Sedang menurut Azwar

(2006:4) realibilitas adalah sejauh mana hasil suatu penelitian dapat dipercaya.

Realibilitas dalam penelitian ini menggunakan formula Alpha Cronbach

(Arikunto, 2010: 239) dengan rumus sebagai berikut:


k



2
b


r
11


1 2
k1 t
Keterangan :

K = jumlah item

b2 = total varian butir

12 = varian totaL

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Model yang digunakan

Teknik analisis data merupakan suatu teknik yang digunakan untuk

memberikan keterangan terhadap suatu data yang diperoleh agar dapat dipakai.

Model analisis yang digunakan untuk menduga-duga faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap perkembangan perilaku pada penelitian ini adalah model

regresi umum yang menggunakan lebih dari dua variabel independen dengan
80

model persamaan linier (Gujarati, 2003) sebagai berikut:

Y = b0X1.b1.X2b2.X3b3.eu

Model di atas diestimasi menggunakan metode OLS (Ordinary Least Squares

atau pangkat kuadrat terkecil biasa) dengan beberapa asumsi sebagai berikut:

a. Nilai rata-rata bersyarat dari unsur gangguan populasi tergantung kepada nilai

tertentu variabel yang menjelaskan adalah nol.

b. Varian bersyarat dari adalah konstan atau homokedastik.

c. Variabel yang menjelaskan adalah non stokastik, artinya nilai X dianggap tetap

dalam sampel yang berulang.

d. Adanya variabelitas dalam nilai X, artinya nilai X harus berbeda.

e. Tidak ada multikolinearitas yag sempurna antar variabel bebas.

3.7.2 Pengujian Model

Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh kepastian tentang konsistensi

model estimasi yang dibentuk berdasarkan teori ekonomi yang mendasarinya.

Pengujian terdiri dari :

1) Kriteria Statistik tahap 1

Dalam tahap ini akan diuji Nilai R2, F dan t hasil perhitungan dengan melihat

taraf signifikansi pada = 5%.

b. Uji R2 (Koefisien determinasi )

Koefisien determinasi yang dilambangkan dengan R2, nilainya

diformulasikan dari persamaan berikut ini :


81

R2 = 1- bi
Qi2

(Gujarati, 2003)

Uji ini menggambarkan seberapa variansi dari variabel tak bebas dapat

dijelaskan oleh variansi dari variabel bebas. Nilai R2 mempunyai jarak antara

0-1. Makin besar R2 (mendekati 1) maka hasil estimasi akan semakin

mendekati sebenarnya.

c. Hipotesis yang digunakan diuji dengan Uji F.

Pengujian terhadap pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen dilakukan dengan menggunakan uji distribusi F. Caranya adalah

dengan membandingkan antara nilai kritis F (Ftabel ) dengan nilai F hiting ( F

Ratio ) yang terdapat pada tabel Analysis of Variance dari hasil perhitungan

SPSS.

Dirumuskan sebagai berikut :

Ho : b1 = b2 = ....... = bn = 0

Ha : b1 = b2 =.........= bn 0

Bila nilai F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan bila nilai F hitung > F

tabel , maka H0 ditolak yang berarti bahwa input-input yang digunakan

berpengaruh secara bersama-sama.

Nilai F dapat diformulasikan sebagai berikut :

F = R2 / (k-1)
(1-R2 ) / ( n k )

(Gujarati, 2003)
82

Dimana :

k = Jumlah variabel independen termasuk konstanta.

n = Jumlah sampel.

c. Pengujian Hipotesis dengan Uji t

Dirumuskan sebagai berikut :

Ho ; b1 = b2 = ....... = bn = 0

Ha ; b1 = b2 =.........= bn 0

Bila nilai t hitung < t tabel, maka H0 diterima dan bila nilai t hitung > t tabel,

maka H0 ditolak yang berarti bahwa variabel yang bersangkutan

berpengaruh secara signifikan.

Nilai t diperoleh dengan rumus :

t= ( bi- bi* )
Sbi
(Gujarati, 2003)

Dimana :

bi = koefisien dari variabel ke i

bi* = nilai hipotesis dari bi

Sbi = simpangan baku dari variabel bebas ke i

Nilai t tabel = /2 , n-k-1.

Dimana ; n = jumlah sampel.

k = jumlah variabel independen termasuk konstanta.


83

3.7.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini bertujuan agar model yang diestimasi terhindar dari gangguan

multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Pengujian terhadap gangguan

tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:

3.7.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t

dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau

asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid atau jumlah sampel kecil.

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau

tidak yaitu dengan cara analisis grafik dan uji statistik.

1) Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan

melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan

distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat

menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.

Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan

membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan

dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengukuti garis diagonalnya.

2) Analisis Statistik

Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtoris dan
84

skewness dari residual. Nilai z statistik untuk skewness (Gujarati, 2003) dapat

dihitung dengan rumus:

Skewness
Zskewness =
6/N

Dimana N adalah jumlah sampel, jika Z hitung > Z tabel, maka distribusi tidak

normal.

Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual

adalah uji statistik non-parametik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan

dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdiatribusi normal.

HA : Data residual tidak berdistribusi normal

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji statistik non-parametik

Kolmogrov-Smirnov (K-S)

3.7.3.2. Uji Multikolinearitas

Masalah multikolinearitas timbul karena salah satu atau lebih variabel (Xi)

merupakan kombinasi yang linier yang pasti atau mendekati pasti dari variabel

penjelas X lainnya. Oleh karena itu, Farrar dan Glauer menyarankan supaya

dilakukan regresi bantuan antar variabel penjelas. Setelah dilakukan estimasi, nilai

R2 yang ditemukan,kemudian menghitung Nilai F (Gujarati, 2003). dengan rumus :

R2
(
nk
)
F-hitung xl
x

12
R(
xlk
1
)
85

Dimana

2
Rxl = nilai R2 dari hasil estimasi regresi parsial variabel penjelas

n = jumlah data (observasi)

k = jumlah variabel penjelas (tidak termasuk konstanta)

Rule of thumb yang digunakan adalah bila nilai Fhitung > Ftabel, berarti bahwa

Xi berkolerasi dengan variabel penjelas X lainnya. Selain mengunakan F-hitung

juga bisa digunakan pengukuran terhadap varian inflation faktor (VIF), dalam uji

multikolinieritas dalam penelitian ini digunakan model yang kedua ini (Gujarati,

2003).

3.7.3.3. Uji Heteroskedastisitas

Dalam regresi linier berganda, salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar

taksiran parameter dalam model tersebut bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased, dan

Estimator) adalah var (ui) = 2 sesatan mempunyai variansi yang sama. Pada kasus

lain dimana variansi ui tidak konstan, melainkan variabel berubah-ubah. Untuk

mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan pengujian antara lain dengan metode

grafik dan Uji Park.

Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Park (Gujarati, 2003). Bentuk fungsi

yang digunakan adalah ei2 sebagai pendekatan dan melakukan regresi berikut:

Ln ei2 = ln 2 + In Xi + V

= + ln Xi + Vi

Jika teryata signifikan secara statistik, maka terdapat heteroskedastisitas, apabila

ternyata tidak signifikan, bisa menerima asumsi homoskedasitas.


86

3.7.3.4 Uji Linieritas

Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan

sudah benar atau tidak. Dengan uji linieritas akan diperoleh informasi apakah model

empiris sebaiknya linier, kuadrat atau kubik.

Ada beberapa uji yang dapat dilakukan:

a. Uji Durbin Waston

Uji ini biasanya dilakukan untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dalam suatu

model regresi.

b. Ramsey Test

Uji ini dikembangkan oleh Ramsay tahun 1969. Ramsay menyarankan suatu uji

yang disebut general test of spesificaton atau RESET. Untuk melakukan uji ini

harus membuat suatu asumsi atau keyakinan bahwa fungsi yang benar adalah

fungsi linier. Uji ini bertujuan untuk menghasilkan F-hitung.

c. Uj Lagrange Multiplier

Uji ini merupakan uji alternatif dari Ramsay test dan dikembangkan oleh Engel

tahun 1982. Estimasi dengan uji ini bertujuan untuk mendapatkan nilai c2 hitung

atau(n x R2).

Dalam penelitian ini uji linier yang peneliti gunakan adalah uji Ramsay Test.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Persiapan Penelitian

4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian

Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus adalah suatu

lembaga formal tingkat Taman Kanak-kanak yang berdiri pada tahun 1966 yang

dipelopori oleh Pengurus Ranting Aisyiyah dan Pengurus Ranting Muhammadiyah

Desa Gondangmanis Kecamatan Bae Kabupaten Kudus, yang pada saat itu sebagai

guru adalah ibu Mafthonah.

Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus berada satu

komplek dengan masjid Darussalam dengan luas tanah 900 m menempati tempat

yang tenang di daerah pedesaan 2 KM dari pusat pemerintahan kecamatan Bae

yang terletak di bawah gunung Muria.

Adapun yang melatar belakangi berdirinya Taman Kanak-kanak Aisyiyah

Bustanul Athfal V Kudus adalah :

a. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menangani masalah pendidikan.

b. Karena menyadari masih kurangnya lembaga pendidika tingkat Taman Kanak-

kanak, sehingga 75% anak banyak yang langsung masuk sekolah dasar.

c. Membantu program pemerintah yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Visi Taman Kanak-kanak Aisyiayah Bustanul Athfal V Kudus adalah

meningkatkan mutu pendidikan, mencetak generasi yang Islami, tangguh, dan

berbudi luhur.
87
88

Sedangkan misinya adalah :

a. Meningkatkan disiplin dan menumbuh kembangkan agama, budi pekerti,

bahasa, kognitif, seni, fisik, dan motorik.

b. Memajukan generasi muda yang berkepribadian Islam.

Karena Taman Kanak-kanak Aisyiyah berdiri sudah cukup lama yaitu 46

tahun, maka kemajuan pendidikan terlihat dari bangunan gedung yang berdiri

megah yang terdiri dari: satu ruang kepala, satu ruang guru, 4 ruang kelas dengan

ukuran 8m x 8m, sebuah gudang dan dapur, dan satu aula yang berfungsi sebagai

tempat pertemuan, dan tempat untuk kegiatan ekstra kurikuler, serta halaman yang

luas dengan alat-alat permainan yang banyak yang memungkinkan anak-anak

untuk bermain dengan leluasa.

Jumlah peserta didik kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul

Athfal V Kudus tahun 2011-2012 adalah 76 anak terdiri 33 anak laki-laki dan 43

anak perempuan.

TABEL 4.1
Data Peserta Didik
Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus
Berdasarkan Kelompok
No Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah
1 B1 11 15 26
2 B2 12 13 25
3 B3 10 15 25
Jumlah 33 43 76
Sumber: Data Peserta didik Taman Kanak-kanak Aisyiyah bustanul Athfal V
Kudus tahun 2011-2012.

Dari jumlah siswa 76 anak tersebut berasal dari keluarga dengan status sosial

menengah ke bawah, hal ini dapat dilihat dari pekerjaan orangtua mereka yang

rata-rata adalah buruh pabrik rokok dan buruh bangunan.


89

Seperti terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.2
Data Pekerjaan Wali Murid
Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus
Tahun 2011-2012
Orangtua Murid
No Pekerjaan
Ayah Ibu
1 Buruh Pabrik 3 56
2 Buruh Bangunan 57 -
3 Pedagang 9 -
4 Pegawai Negeri 4 7
5 Petani 3 2
6 Tidak Bekerja - 12
Jumlah 76 76
Sumber: Data Pekerjaan Wali MuridTaman Kanak-kanak Aisyiyah bustanul
Athfal V Kudus tahun 2011-2012.

Sedangkan pendidikan orangtua peserta didik sebagian besar berpendidikan

tingkat menengah pertama dan tingkat menengah atas, seperti terbaca dalam tabel

berikut:

Tabel 4.3
Pendidikan Orangtua Murid
Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus
Tahun 2011-2012
No Pendidikan Orangtua Murid
Ayah Ibu
1 SD 5 12
2 SMP 13 27
3 SMA 55 35
4 S1 3 2
Jumlah 76 76
Sumber: Data Pendidikan Orangtua Peserta didik Taman Kanak-kanak Aisyiyah
bustanul Athfal V Kudus tahun 2011-2012.

Adapun jumlah tenaga pendidik Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul

Athfal V Kudus pada tahun 2011-2012 adalah 7 (tujuh) orang seperti terlihat dalam

tabel berikut:
90

Tabel 4.4
Data Tenaga Pendidik
Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus
Ijazah Jabat Go Mengajar Mulai
No Nama/NIP L/P
Terakhir/Th an l di kelas Tugas
Siti Faizah, A.Ma D2 01-03-
1 P Kepala IIC A2
NIP 19700821200512006 PGTK/1998 2005
Fitrija ummaja, A.Ma Pd D2 01-07-
2 P Guru - B1
TK PGTK/2008 1985
22-10-
3 Chusnul Chotimah P SMU Guru - B2
97
Endah Setyorini, A.Ma Pd. D2 01-07-
4 P Guru - A2
TK PGTK/2008 2001
01-10-
5 Ulin Ni,mah P SMU Guru - B2
2006
01-07-
6 Vivi Milasari P SMU Guru - A1
2009
01-11-
7 Zahrina Dalilati, S.Pd P S1/2010 Guru - A1
2010
Sumber Data: Data Tenaga Pendidik Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul
Athfal V Kudus Tahun 2011-2012.

4.2 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas

4.2.1 Hasil Uji Validitas

Tipe validitas dalam penelitian ini adalah validitas konstrak. Validitas

konstrak yaitu tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu

trait/konstrak teoritik yang hendak diukurnya. Pengujian validitas konstrak

diperlukan analisis statistika (Azwar, 2004:175).

Sedang teknik yang digunakan yaitu teknik korelasi product moment dari

Carl Pearson. Hasil perhitungan validitas dengan taraf signifikan 5% dengan

bantuan SPSS versi 11.00 diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Skala Pengaruh Tayangan Televisi

Berdasarkan uji validitas, diperoleh hasil bahwa pengaruh tayangan televisi yang

terdiri dari 30 item semuanya valid berkisar antara 0,471-0,751. Item dikatakan

tidak valid jika r hitung > r table. Pada skala intervensi tayangan televisi ini r
91

hitung > r table, maka item dikatakan valid.

2) Skala Perkembangan Perilaku Anak

Berdasarkan uji validitas, diperoleh hasil bahwa perkembangan perilaku anak yang

terdiri dari 30 item semuanya valid berkisar antara 0,463 - 0,795, maka skala

perkembangan perilaku negatif anak r hitung > r tabel , maka item dikatakan valid.

4.2.2 Hasil Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, atau menunjukkan konsistensi

suatu alat pengukur di dalam megukur gejala yang sama (Djamaludin Ancok dalam

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989:140). Sedang menurut Azwar

(2006:4) realibilitas adalah sejauh mana hasil suatu penelitian dapat dipercaya.

Menurut Azwar (2006:96) realibilitas telah dianggap memuaskan jika

koefisiennya mencapai minimal r = 0,900.

Pada skala pengaruh tayangan televisi diperoleh koefisien realibilitas sebesar

0,751. Artinya perbedaan (variasi) yang tampak pada skor skala pengaruh tayangan

televisi mampu mencerminkan 75% dari variasi yang terjadi pada skor murni

kelompok subjek dan 25% dari perbedaan yang tampak disebabkan oleh variasi

error/kesalahan pengukuran tersebut (Azwar, 2006:96). Berdasarkan koefisien

realibilitas sebesar 0,751 dapat dikatakan bahwa skala pengaruh tayangan televisi

memiliki realibilitas yang tergolong cukup.

Pada skala perkembangan perilaku diperoleh koefisien realibilitas sebesar

0,795. Artinya perbedaan (variasi) yang tampak pada skor skala pengaruh tayangan
92

televisi mampu mencerminkan 79% dari variasi yang terjadi pada skor murni

kelompok subjek dan 21% dari perbedaan yang tampak disebabkan oleh variasi

error/kesalahan pengukuran tersebut (Azwar, 2006:96). Berdasarkan koefisien

realibilitas sebesar 0,795 dapat dikatakan bahwa skala perkembangan perilaku

memiliki realibilitas yang tergolong cukup juga.

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Hasil Uji Asumsi

Pengujian terhadap asumsi klasik dengan bantuan SPSS versi 11.00 yang

dilakukan pada penelitian ini meliputi:

4.3.1.1 Uji Normalitas

Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun grafik normal plot dapat

disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang tidak

menceng (skewness) dan normal. Sedang pada grafik normal plot terlihat titik-titik

menyebar di sekitar garis diagonal, ini berarti model regresi tidak menyalahi

asumsi normalitas.

Setelah dilakukan uji normalitas menggunakan uji statistik non-parametik

Kolmogrov-Smirnov (K-S) diperoleh hasil, besarnya nilai Kolmogrov-Smirnov

adalah 0.750 dan signifikan pada 0.628 ini berarti data residual terdistribusi

normal.
93

Normal P-P Plot of Regression


Standardized Residual

Dependent Variable: y

1.0

Expected Cum Prob


0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz
ed Residual
N 76
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 3.70401616
Most Extreme Absolute .086
Differences Positive .075
Negative -.086
Kolmogorov-Smirnov Z .750
Asymp. Sig. (2-tailed) .628
a. Test distribution is Normal.
b. Calc ulated from data.

4.3.1.2 Multikolonieritas

Hasil perhitungan nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen

yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antar

variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance

Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel

independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa

tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.


94

Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 x1 .394 2.538
x2 .315 3.173
x3 .354 2.827
a. Dependent Variable: y

Hasil pengukuran terhadap varian inflation factor (VIF) hasilnya

menunjukkan bahwa semua variabel pada model yang diajukan bebas dari

multikolinieritas. Hal ini ditunjukkan pada nilai VIF yang berada di bawah 9,

sehingga dapat dikatakan bahwa persamaan tidak mengandung multikolinieritas

(Gujarati, 2003), sebagaimnana dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7
Pengujian Multikolinieritas
Variabel VIF Keputusan
X1 2,538 Bebas Multikolinieritas
X2 3,173 Bebas Multikolinieritas
X3 2,827 Bebas Multikolinieritas
Sumber: Data Primer diolah Juli 2012.

4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Dari grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta

tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga

model regresi layak dipakai untuk memprediksi intervensi tayangan televisi

terhadap perkembangan perilaku anak.


95

Scatterplot

Dependent Variable: y
3

Regression Studentized
1

Residual 0

-1

-2

-3

-3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value

Berdasarkan analisis regresi tabel 4.8 tampilan menunjukkan output SPSS

memberikan koefisien parameter untuk variabel independen tidak ada yang

signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat

Heteroskedastisitas karena t hitung < t tabel atau sig-t > .

Tabel 4.8
Uji heteroskedastisitas

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 28.699 3.134 9.157 .000
x1 .416 .169 .288 2.467 .016
x2 .396 .163 .316 2.423 .018
x3 .368 .179 .253 2.052 .044
a. Dependent Variable: y

4.4 Uji Hipotesis

4.4.1 Uji F

Diduga bahwa faktor pengaruh tayangan televisi berupa sinetron, film

kartun dan hiburan musik berhubungan terhadap perkambangan perilaku anak di

Taman Kanak-kanak Asyiyah Bustanul Athfal V Kudus.


96

Berdasarkan analisis regresi tabel 4.9 nampak bahwa nilai F hitung (38,019)

> dari nilai F table (2,31) atau signifikan (0.00) < alpha (0.05). Dengan demikian

H0 yang menyatakan tidak ada hubungan faktor tayangan televisi sinetron, film

kartun dan hiburan musik terhadap perkembangan perilaku negatif anak, ditolak,

dan hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa: ada hubungan factor

tayangan televisi suinetron, film kartun, dan hiburan musik terhadap

perkembangan perilaku negatif anak, diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan secara statistik dapat dibuktikan bahwa

semua variabel independen sinetron (X1), variabel film kartun (X2), dan variabel

hiburan musik (X3) berhubungan terhadap perkembangan perilaku negatif anak.

Tabel 4.9
Ringkasan Hasil uji Statistik
Intervnsi Tayangan Televisi terhadap Perkambangan Perilaku Anak
ANOVAb
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 1630.020 3 543.340 38.019 .000a
Residual 1028.980 72 14.291
Total 2659.000 75
b.Predictors: (Constant), x3, x1, x2
c. Dependent Variabel: y

4.4.2 Uji t
Untuk melihat apakah variabel independen memang benar dapat

mempengaruhi variabel depanden secara parsial, untuk itu digunakan uji t. Dalam

uji t dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

Ha: Ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi sinetron, film kartun, dan

hiburan musik terhadap perkembangan perilaku negatif anak.


97

Ho: Tidak ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi variabel sinetron, film

kartun, dan hiburan musik terhadap perkembangan perilaku negatif anak.

Untuk menguji hipotesis tersebut, apakah H0 diterima atau ditolak, maka

dilakukan uji t, dengan derajat bebas (n-k) dimana n adalah jumlah sampel, k

adalah jumlah variabel. Tolok ukur penerimaan atau penolakan H0 adalah sebagai

berikut:

1) H0 diterima jika t hitung lebih besar t tabel

2) H0 ditolak jika t hitung lebih kecil t tabel, yang berarti menerima Ha.

Tabel 4.10
Ringkasa Hasil Uji Parsial

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
D Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 28.699 3.134 9.157 .000
x1 .416 .169 .288 2.467 .016
x2 .396 .163 .316 2.423 .018
x3 .368 .179 .253 2.052 .044
a. Dependent Variable: y

Dari hasil pengolahan data tabel: 4.10 yang merupakan output dari

pengolahan model regresi dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Sinetron terhadap Perkembangan

Perilaku Negatif Anak (y)

Berdasarkan analisis data uji parsial, diketahui t hitung sinetron (2,467) >

dari t tabel (1,66) atau sig.(0,016) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf

signifikasi 5%, dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima.


98

Berdasarkan hasil uji statistik ini menunjukkan bahwa faktor sinetron secara

parsial berhubungan secara signifikan terhadap perkembangan perilaku negatif

anak.

2. Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Film Kartun (X2) terhadap

Perkembangan Perilaku Negatif Anak (y)

Berdasarkan analisis data, diketahui t hitung film kartun (2,423) > dari t

tabel (1,66) atau sig.(0,018) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi

5%, dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil uji statistik

ini menunjukkan bahwa faktor film kartun secara parsial berhubungan secara

signifikan terhadap perkembangan perilaku negatif anak.

3. Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan Musik (X3) terhadap

Perkembangan Perilaku Negatif Anak (y)

Berdasarkan analisis data, diketahui t hitung hiburan musik (2,052) > dari t

tabel (1,66) atau sig.(0,044) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi

5%, dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan hasil uji statistik

ini menunjukkan bahwa faktor hiburan musik secara parsial berhubungan secara

signifikan terhadap perkembangan perilaku negatif anak.

Berdasarkan analisis statistik pada tabel tersebut di atas maka, uji parsial

pada fungsi regresi estimasi Y = f (X1, X2,Xn) bertujuan untuk membuat

kesimpulan mengenai pengaruh masing-masing menggunakan nilai probabilitas (p-

value) lebih kecil dengan tingkan signifikansi (alpha) yang digunakan. Jika nilai

probabilitas (p-value) lebih kecil dengan tingkat signifikansi (alpha) yang

digunakan, keputusannya adalah menolak hipotesis nol (H0) dan menerima


99

hipotesis alternatif (Ha). Artinya variabel independen yang diuji berpengaruh

secara signifikan (bermakna) terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika

probabilitas menerima hipotesis non (p-value) lebih besar dari tingkat signifikasi

(alpha) yang digunakan.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Sinetron terhadap

Perkembangan Perilaku Negatif Anak

Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa faktor sinetron secara

signifikan mempunyai hubungan terhadap perkembangan perilaku negatif anak,

diketahui t hitung sinetron (2,467) > dari t table (1,66) atau sig.(0,016) < alpha

(0,05) adalah signifikan pada taraf signifikasi 5%, artinya , secara statistik dapat

dibuktikan bahwa variabel sinetron (X1) mempunyai hubungan secara signifikan

terhadap variabel perkembangan perilaku negatif anak (Y).

Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya

adalah penelitian yang berjudul Pengaruh Sinetron di Televisi terhadap Anak oleh

R. Koesmaryanto Oetomo, S. Km, M. Si (website Google; http://www.Pengaruh

Tayangan Televisi.go.id) menyebutkan:

(1) Judul-judul sinetron anak atau remaja sering kali bertema vulgarisma,

menantang, mengandung unsur porno grafi.

(2) Pemain sinetron dipilih dari remaja bahkan sebagian masih berusia anak-anak

(6-13 tahun).
100

(3) Peran yang dimainkan remaja dan anak-anak seringkali bertabrakan dengan

norma pergaulan masyarakat dan belum sesuai dengan tingkat perkembangan

psikologinya.

(4) Banyak alur cerita sinetron yang bersetting sekolah tetapi tidak sesuai dengan

norma agama dan adat ketimuran yang berlaku.

4.5.2 Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Film Kartun terhadap

Perkembangan Perilaku Negatif Anak

Dari hasil olah data pada penelitian pengaruh tayangan film kartun terhadap

perkembangan perilaku negatif anak pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul

Athafl V Kudus diperoleh hasil bahwa, diketahui t hitung film kartun (2,423) >

dari t table (1,66) atau sig.(0,018) < alpha (0,05) adalah signifikan pada taraf

signifikasi 5%, artinya, secara statistik dapat dibuktikan bahwa variabel film kartun

(X2) secara signifikan mempunyai hubungan terhadap variabel perkembangan

perilaku negatif anak (Y).

Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya

adalah Penelitian yang dilakukan oleh Andayani (1997) yang melakukan

penelitian terhadap beberapa film kartun Jepang, seperti Sailor Moon, Dragon

Ball, dan Magic Knight Ray Earth. Ia menemukan bahwa film tersebut banyak

mengandung adegan antisosial (58,4%) daripada adegan prososial 41,6%). Studi

ini menemukan bahwa kategori perlakuan antisosial yang paling sering muncul

berturut-turut adalah berkata kasar (38,56%), mencelakakan 28,46%), dan

pengejekan (11,44%). Sementara itu, katagori prososial, perilaku yang kerapkali


101

muncul adalah kehangatan (17,16%), kesopanan (16,05%), empati (13,43%), dan

nasihat 13,06%).

4.5.3 Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan Musik

terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak

Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa faktor hiburan musik secara

signifikan mempengaruhi perkembangan perilaku negatif anak, diketahui t hitung

hiburan musik (2,052) > dari t table (1,66) atau sig.(0,044) < alpha (0,05) adalah

signifikan pada taraf signifikasi 5%, artinya , secara statistik dapat dibuktikan

bahwa variabel hiburan musik (X3) mempunyai hubungan secara signifikan

terhadap variabel perkembangan perilaku negatif anak (Y).

Benhard mengatakan bahwa (2007:12) musik merupakan salah satu sumber

yang paling penting dan berharga dalam proses mendidik dan membesarkan anak,

melalui acara-acara musik yang ditayangkan di televisi, radio maupun

menyaksikan secara langsung acara lomba, festival serta pertunjukan musik.

Secara tidak disadari perilaku seorang anak akan berubah dari yang semula

pendiam menjadi periang, dari yang semula sedih menjadi gembira, dari yang

semula rendah diri menjadi percaya diri dan masih banyak lagi. Dengan

mendengarkan musik merupakan sumber yang berharga untuk proses

perkembangan kognisi, mental, sosial dan mosi, dan dapat menstimulus pikiran.

Seperti yang dilaporkan Campbell (Sandra, 2001:2). Dalam bukunya Sandra,

menyatakan bahwa pembelajaran musik penuh tantangan dan sangat sistematis.

Dengan belajar teori musik, anak memperoleh pemahaman baru dalam konsep,
102

angka dan kemampuan emosional. Memang tidak secara otomatis dikatakan

bahwa anak yang belajar musik akan jenius dalam kemampuan matematika, tetapi

paling tidak, anak yang belajar musik memperoleh kesempatan. Kesempatan

yang memungkinkan anak untuk mendapatkan pengaruh positif dari pengalaman

musik adalah melalui sekolah.

Menurut Sloboda (Djohan, 2005), musik dapat meningkatkan intensitas

emosi dan akan lebih akurat bila emosi musik itu dijelaskan sebagai suasana hati

(mood), pengalaman, dan perasaan yang dipengaruhi akibat mendengarkan musik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa musik akan berpengaruh positif

jika anak mendengarkan musik yang diperoleh dari pelajaran di sekolah,

sedangkan jika yang didengarkan adalah hiburan musik yang tidak layak

dikonsumsi oleh anak maka hal ini tentu saja dapat berdampak kurang baik bagi

perkembangan perilaku anak. Karena pada umumnya anak-anak selalu meniru apa

yang mereka lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak tesebut

akan mengikuti lagu dan gaya bernyanyi dari penyanyi yang ia tonton. Apabila

yang ia tonton merupakan acara yang lebih kepada edukatif, maka akan bisa

memberikan dampak positif tetapi jika yang ia tonton lebih kepada hal yang tidak

memiliki arti bahkan yang mengandung unsur-unsur negatif atau penyimpangan,

maka hal ini akan memberikan dampak yang negatif pula terhadap perilaku anak

yang menonton acara televisi tersebut.


103

4.5.4 Besarnya Hubungan Pengaruh Televisi Variabel Sinetron terhadap

Perkembangan Perilaku Negatif Anak

Dari hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara

pengaruh tayangan televisi variabel sinetron dengan perkembangan perilaku

negatiuf anak (p < 0, 05) mempunyai hubungan sebesar 24, 67% (dari 50 anak).

Penelitian ini membuktikan ada hubungan antara pengaruh televisi terhadap

perkembangan perilaku negatif anak bermakana secara statistik. Diantara 50 anak

yang mempunyai hubungan terhadap perkembangan perilaku negatifnya adalah

sebanyak 13 anak.

Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya

adalah penelitian yang berjudul Pengaruh Sinetron di Televisi terhadap Anak oleh

R. Koesmaryanto Oetomo, S. Km, M. Si (website Google; http://www.Pengaruh

Tayangan Televisi.go.id) menyebutkan:

(1) Judul-judul sinetron anak atau remaja sering kali bertema vulgarisma,

menantang, mengandung unsur porno grafi.

(2) Pemain sinetron dipilih dari remaja bahkan sebagian masih berusia anak-

anak (6-13 tahun).

(3) Peran yang dimainkan remaja dan anak-anak seringkali bertabrakan dengan

norma pergaulan masyarakat dan belum sesuai dengan tingkat perkembangan

psikologinya.

(4) Banyak alur cerita sinetron yang bersetting sekolah tetapi tidak sesuai dengan

norma agama dan adat ketimuran yang berlaku.


104

4.5.5 Besarnya Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Film

Kartun terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak

Dari hasil olah data pada penelitian hubungan antara pengaruh tayangan

televisi variabel film kartun terhadap perkembangan perilaku negatif anak

kelompok B pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus

menunjukkan hubungan yang signifikan (p< 0,05) mempunyai hubungan sebesar

24,23% (dari 50 anak). Penelitian ini membuktikan ada hubungan antara intervensi

tayangan televisi variabel film kartun terhadap perkembangan perilaku anak

bermakna secara statistik . Diantara 50 anak yang mempunyai hubungan terhadap

perkembangan perilakunya adalah sebanyak 12 anak.

Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya

adalah Penelitian yang dilakukan oleh Andayani (1997) yang melakukan

penelitian terhadap beberapa film kartun Jepang, seperti Sailor Moon, Dragon

Ball, dan Magic Knight Ray Earth. Ia menemukan bahwa film tersebut banyak

mengandung adegan antisosial (58,4%) daripada adegan prososial 41,6%). Studi

ini menemukan bahwa kategori perlakuan antisosial yang paling sering muncul

berturut-turut adalah berkata kasar (38,56%), mencelakakan 28,46%), dan

pengejekan (11,44%). Sementara itu, katagori prososial, perilaku yang kerapkali

muncul adalah kehangatan (17,16%), kesopanan (16,05%), empati (13,43%), dan

nasihat 13,06%).tat bahwa film kartun bertemakan kepahlawanan lebih banyak

menampilkan adegan anti social (63,51)% daripada adengan prososial (36,49)%.

Penelitian lain yang tidak jauh berbeda adalah penelitian yang dilakukan oleh

YLKI yang juga mencatat bahwa film kartun bertemakan kepahlawanan lebih
105

banyak menampilkan adegan anti social (63.51)% daripada adegan prososial

(36,49)%. Begitu pula film kartun lainnya khususnya film kartun import

membawa muatan negatif, misalnya film kartun Batman dan Superman, menurut

hasil penelitian Stein dan Frederich di AS menunjukkan bahwa anak-anak menjadi

lebih agresif yang dapat dikategorikan anti social setelah mereka menonton film

kartun seperti Batman dan Superman.

4.5.6 Besarnya Hubungan Pengaruh Tayangan Televisi Variabel Hiburan

music terhadap Perkembangan Perilaku Negatif Anak

Dari hasil penelitian besarnya hubungan antara pengaruh tayangan televisi

variabel hiburan musik dengan perkembangan perilaku negatif anak kelompok B

pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus menunjukkan

hubungan yang signifikan (p< 0,05) mempunyai hubungan sebesar 20,52% (dari

50 anak). Penelitian ini membuktikan ada hubungan antara pengaruh tayangan

televisi variabel film kartun terhadap perkembangan perilaku negatif anak

bermakna secara statistik. Diantara 50 anak yang mempunyai hubungan terhadap

perkembangan perilaku negatifnya adalah sebanyak 10 anak.

Penelitian lain yang tidak jauh berbeda yang mendukung penelitian saya

adalah penelitian yang dilakukan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YLKI)

(Mulkan Sasmita, 1997), presentase acara televisi yang secara khusus ditujukan

bagi anak-anak relatif kecil, hanya sekitar 2,7% sampai dengan 4,5 % dari total

tayangan yang ada. Yang lebih mengkhawatirkan lagi ternyata presentase kecil

inipun materinya sangat mengkhawatirkan bagi perkembangan anak-anak.


106

Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada acara khusus

yang ditujukan kepada anak, termasuk acara hiburan musik. Dengan demikian

anak-anak setiap hari melihat tayangan televisi termasuk hiburan musik yang

sebenarnya kurang layak dikonsumsi oleh mereka.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang korelasi pengaruh tayangan televisi

terhadap perkembangan perilaku negatif anak kelompok B Taman kanak-kanak

Aisyiyah Bustanul Athfal V Kudus dap0at disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara tayangan televisi variabel sinetron terhadap

perkembangan perilaku negatif anak. Dengan kata lain sinetron televisi

berpengaruh terhadap perkembangan perilaku negatif anak.

2. Ada hubungan antara tayangan televisi variabel film kartun terhadap

perkembangan perilaku negatif anak. Dengan kata lain film kartun mempunyai

pengaruh terhadap perkembangan perilaku negatif anak.

3. Ada hubungan antara tayangan televisi variabel hiburan musik terhadap

perkembangan perilaku negatif anak. Dengan kata lain hiburan musik televisi

berpengaruh terhadap perkembangan perilaku negatif anak.

4. Dari 50 siswa yang perkembangan perilaku negatifnya terpengaruh oleh

sinetron televisi sebanyak 13 anak

5. Sedangkan anak yang perkembangan perilaku negatifnya terpengaruh oleh film

kartun sebanyak 12 anak.

6. Sepuluh anak perkembangan perilaku negatifnya terpengaruh oleh tayangan

hiburan musik.

107
108

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa tayangan televisi secara

keseluruhan variabel yang diamati memiliki pengaruh terhadap perkembangan

perilaku negatif anak kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal

V Kudus, bahwa variabel sinetron (X1), film kartun (X2) dan hiburan musik (X3),

memberikan hasil positif berpengaruh terhadap perkembangan perilaku negatif

anak. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lani; (1) Status sosiaoekonomi

orangtua peserta didik berada pada tingkat menengah ke bawah, (2) Tingkat

pendidikan orangtua peserta didik adalah rata-rata tingkat menengah pertama dan

menengah atas, (3) Waktu untuk mendampingi anak dalam menonton tayangan

televisi sangat kurang bahkan bisa dibilang tidak ada karena sibuk mencari nafkah.

Berdasakan analisis nampak bahwa F hitung sebesar 38,019 adalah

signifikan, karena p > 0, 5. Dengan demikian H0 yang menyatakan bahwa: "Tidak

ada hubungan pengaruh sinetron, film kartun, dan hiburan musik terhadap

perkembangan perilaku negatif anak, ditolak, dan Hipotesis Alternatif (HA) yang

menyatakan bahwa ada hubungan antara pengaruh tayangan televisi sinetron, film

kartun, dan hiburan musik, diretima.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan yang diperoleh, ada beberapa saran yang dapat

dilakukan untuk mengantisipasi pengaruh buruk media televisi terhadap

perkembangan anak, khususnya yang harus diperhatikan oleh orang tua, antara

lain :

1. Orang tua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia anak.
109

Jangan biarkan anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya.

Walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa

apakah sesuai dengan anak-anak. Maksudnya tidak ada unsur kekerasan atau hal

lain yang tidak sesuai dengan usia mereka.

2. Orang tua sebaiknya mendampingi anak saat menonton televisi. Tujuannya

adalah agar acara televisi yang ditonton oleh anak dapat terkontrol dan orangtua

dapat memperhatikan apakah acara tersebut layak ditonton atau tidak. Orangtua

juga dapat mengajak anak membahas apa yang ada di televisi dan membuatnya

mengerti bahwa apa yang ada di televisi tidak tentu sama dengan kehidupan

yang sebenarnya.

3. Orang tua harus mengetahui acara favorit anak dan bantu anak memahami pantas

tidaknya acara tersebut mereka tonton, ajak mereka menilai karakter dalam acara

tersebut secara bijaksana dan positif.

4. Orangtua sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak. Selain untuk

mempermudah orangtua mengontrol tontonan anak, juga tidak membuat

aktivitas yang seharusnya dilakukan di kamar seperti tidur dan belajar menjadi

terganggu dan beralih ke televisi.

5. Ajak anak untuk melakukan banyak aktivitas lain selain hanya menonton televisi.

Orangtua dapat mengajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan

lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain. Orang tua juga dapat

memperkenalkan dan mengajarkannya suatu hobi baru.

6. Ajari anak untuk memperbanyak membaca buku yang bermanfaat. Letakkan

buku di tempat yang mudah dijangkau anak, ajak anak ke toko buku atau
110

perpustakaan.

7. Periksalah jadwal acara televisi, sehingga orangtua dapat mengatur acara apa

yang akan ditonton bersama anak. Dengan mencari dan melihat resensi atau

ulasan mengenai film atau acara tersebut orangtua akan tahu garis besar isi acara

tersebut sehingga dapat menentukan pantas tidak acara tersebut disaksikan.

8. Orangtua harus membiasakan anak tidak menonton televisi di hari-hari sekolah.

Ini dimaksudkan untuk menghindari kurangnya waktu belajar anak karena terlalu

banyak menonton acara televisi. Di sini orangtua harus memberi contoh dengan

tidak banyak menonton televisi. Jika anak melihat orangtuanya sering menonton

televisi sedangkan ia tidak diperkenankan tentu anak akan menganggap itu tidak

adil.

9. Orangtua harus membekali anak dengan pendidikan yang mengandung nilai-nilai

agama yang harus selalu diterapkan dan ditumbuhkan di rumah dengan cara

mengikut sertakan anak ke suatu pendidikan keagamaan di luar jam sekolah,

agar anak-anak mampu berpikir jernih, punya rencana dan masa depan yang

baik.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Perkembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka.

Ali, M. 1987, Penelitian Kependidikan Prosedur dun Strategi, Angkasa : Bandung.

Arief, A. 2002. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Edisi Revisi. Jakarta:
Deppen.

Ariestya. 2009. Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Psikologis


Anak. Diakses pada hari Minggu, 08 April 2012 dari
http://situliatsitucoment.blogspot.com/2009/02/pengaruh-tayangan-televisi-
terhadap.html

Arikunto,S. 2010 Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

Astrid Susanto, S., 1993, Beberapa Pengaruh Acara Televisi terhadap Anak dan Saran
Acara, Jakarta : Deppen.

Azrul Azwar, 1983, Pengantar Ilmu Kesehatan, Jakarta : Mutiara.

Azwar, S 1998, Sikap Manusia teori dan Pengukurannya, Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Budi, A. Liliek 2000, Peran Keluarga di Tengah Intervensi Televisi, Majalah Ilmiah
Volume X Nomor 16.

Dedi, S. 1993, Kontroversi tentang Dampak Siaran Televisi terhadap Perilaku


Pemirsa, Audientia, Volume 1 Nomor 4.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.

Hadi, S. 1988, Statistik, Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Hadi, S. 2001. Metodologi Resech Jilid 2. Yogyakarta: ANDI

Hurlock, E.B. 1978. Perkembangan Anak Jilid 1. Alih Bahasa oleh Metasari Tjandrasa
dan Muslichah Zarkasih. Jakarta: Erlangga.

Kusrin dan Agustin, S. 1990, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Sistem
Pendidikan National, berisi PP No. 27, 28, 29 tahun 1999, Semarang: Aneka
Ilmu.

111
112

Kartono, K. 1990, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung : Mandar Maju.

Poerwadarminta, 1988, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

Purwanto, N. 1989, Psikologi Pendidikan, Bandung : Rosdakarya.


Singarimbun, M. dan Effendi,S. 1989, Metode Penelitian Survai, LP3ES :
Jakarta.

Sugiyono, 2001, Statistik Nonparametris untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta.

Surya, M. 1993, Pola Pendidikan Anak di Tengah Derasnya Arus Hiburan TV,
Audientia, Volume 1 Nomor 4.

Suyanto, B. 1995, Televisi : Media Sosialisasi yang Anti Sosial bagi Anak, Republika,
12 Mei 1995.
113

LAMPIRAN 1
114

ANGKET PENELITIAN
Pengantar
Bapak/ibu/saudara yang saya hormati, dengan mengucap puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
melaksanakan penelitian dengan judul: Korelasi Intervensi Tayangan Televisi
terhadap Perkembangan Perilaku Anak Pada Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul
Athfal V Kudus. Penelitian ini adalah semata-mata untuk kepentingan penulisan
skripsi, saya mohon bapak/ibu/saudara bisa membantu dengan memberikan jawaban
yang sejujur-jujurnya.
Akhirnya terima kasih atas bantuan bapak/ibu/saudara yang telah bersedia
menjawab pertanyaan dalm angket ini. Semoga amal baik bapak/ibu/saudara mendapat
balasan dari-Nya. Amien.

Semarang,
Peneliti

Petunjuk
Pilih salah satu jawaban dengan memberi tanda silang (X)
A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :

B. PERTANYAAN-PERTANYAAN
Pertanyaan pertanyaan tentang tayangan televisi
1. Tayangan sinetron di televisi mengajarkan anak untuk mengenal kehidupan
masyarakat, sehingga sebagian proses sosialisasi anak bisa dilalui lewat
tayangan televisi itu. Setujukah anda dengan pendapat ini?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak setuju
2. Dalam tayangan sinetron serngkali menampilkan perbedaan status social
yang menimbulkan perlakuan sangat berbeda, apakah anda setuju dengan
pernyataan tersebut?
115

a. Sangat setuju c. Kurang setuju


b. Setuju d. Tidak setuju
3. Sinetron televisi terlalu banyak menampilkan adegan-adegan kekerasan dan
merangsang timbulnya tindak kekerasan di kalangan remaja dan anak.
Apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak setuju
4. Disela-sela tayangan sinetron biasanya ditampilkan iklan produk-produk
yang dapat menimbulkan pola kunsumtif bagi yang melihatnya, apakah
pernyataan anda setuju dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kadang-kadang
b. Setuju d. Tidak setuju
5. Sinetron televisi kebanyakan menayangkan gaya hidup anak gedongan,
apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kadang-kadang
b. Setuju d. Tidak setuju
6. Terkait dengan pertanyaan nomor 5, cara berpakaian/gaya busana yang
ditampilkan dalam sinetron juga menampilkan keglamoran, Apakah anda
setuju dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kadang-kadang
b. Setuju d. Tidak setuju

7. Bahasa gaul selalu dimunculkan pada setiap adegan tayangan sinetron.


Apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak setuju
8. Umpatan dan bentakan selalu mewarnai adegan perbedaan pendapat dalam
tayangan sinetron. Apakah anda setuju pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak setuju
116

9. Sinetron yang ditayangkan di stasiun-stasiun televisi bahkan pada pagi dan


siang hari kebanyakan bertemakan remaja, apakah anda setuju dengan
pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak setuju
10. Hanya ada beberapa tayangan sinetron anak-anak yang ditayangkan oleh
stasiun televisi, dengan kata lain porsinya sangat sedikit sekali. Setujukah
anda dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kadang-kadang
b. Setuju d. Tidak setuju
11. Beberapa tayangan film kartun menampilkan gaya hidup berpetualang,
apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut.?
a. Sangat setuju c. Kadang-kadang
b. Setuju d.Tidak setuju
12. Film kartun juga menampilkan tokoh superhero sang penyelamat, apakah
benar pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak setuju
13. Kebanyakan tayangan film kartun menampilkan adegan permusuhan yang
berkepanjangan seperti film Tom and Jerry, Doraemon dimana tokoh Jayen
selalu iri pada Nobita. Apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kadang-kadang
b. Setuju d. Tidak setuju
14. Dalam tayangan film kartun juga menampilkan adanya kelompok/geng yang
saling bermusuhan. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. kadang-kadang
b. Setuju d. Tidak setuju
15. Masih terkait dengan film kartun, dalam adegannya menampilkan persoalan
yang kecil memicu permusuhan. Apakah andasetuju dengan pernyataan ini?
a. Sangat benar c. Kadang
b. Benar d. Tidak benar
117

16. Film kartun juga menampilkan adegan penyelesaian masalah dilakukan


dengan kekerasan, apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. kadang-kadang
b. Setuju d. Tidak setuju
17. Kebanyakan film kartun bukan asli buatan bangsa Indonesia, melainkan dari
bangsa-bangsa lain seprti Malaysia, Jepang, Amerika Serikat dan lain-lain
yang disulih suarakan menjadi berbahasa Indonesia. Tentu saja film-film
kartun tersebut dibuat sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa
pembuatnya. Apakah anda setuju dengan pernyataan ini?
a. Sangat setuju c. Kadang-kadang
b. Setuju d. Tidak setuju
18. Bahkan ada film kartun yang tidak disulih suarakan, seperti film Upin dan
Ipin yang masih menggunakan bahasa melayu, gaya dan tata bahasa ini
mudah ditiru oleh anak, secara tidak langsung budaya Negara lain masuk ke
Negara kita. Apakah anda setuju dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kadang-kadang
b. Setuju d. Tidak setuju
19. Film kartun juga menampilkan berbagai reaksi yang ditimbulkan bagi mereka
yang gagal dalam menjalankan peran, seperti dengan ucapan yang seharusnya
kurang pantas yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi
sesuatu yang kelihatannya biasa saja. Apakah anda setuju dengan pernyaataan
tersebut?
a. Sangat setuju c. Kadang-kadang
b. Setuju d. Tidak Setuju

20. Terkait dengan pernyataan sebelumnya bahwa dalam film kartun bahkan
menampilkan adegan tindakan yang semestinya kurang pantas atau terlalu
dibuat-buat demi menarik perhatian pemirsa. Setujukah anda dengan
pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. kadang-kadang
b. Setuju d. tidak setuju
118

21. Di samping pandangan miring terhadap tayangan media televisi, keberadaan


televisi juga sebagai media informasi(fungsi utama), media pendidikan dan
sebagai media hiburan. Setujukah anda dengan pendapat tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
22. Acara hiburan musik menimbulkan kegembiraan bagi anak yang menonton,
membuat anak yang menonton menirukan lagu/nyanyian yang sedang dilihat
dan didengarnya. Setujukah anda dengan penyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
23. Tayangan hiburan musik di televisi lebih banyak menampilkan lagu-lagu
remaja dibandingkan lagu anak-anak. Setujukah anda dengan pernyataan
tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
24. Lagu-lagu bertema dewasa dan remaja yang ditayangkan syairnya kurang
mendidik bahkan kurang sesuai untuk anak. Setujukah anda dengan
pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
25. Dalam tayangan televisi gaya penyanyi cilik seringkali meniru gaya penyanyi
remaja. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
26. Bahkan cara berpakain juga meniru gaya berpakain penyanyi remaja.
Setujukah anda dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
27. Pada saat ini jarang sekali ada tayangan hiburan musik khusus anak, kalaupun
ada porsinya sangat sedikit. Setujukah anda dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
119

b. Setuju d. Tidak Setuju


28. Lagu-lagu anak-anak sekarang ini kurang berkembang, tidak seperti dekade
tahun 90an yang banyak bermunculan pencipta lagu anak. Setujukan anda
dengan pertanyaan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
29. Dengan minimnya pencipta lagu anak-anak tentu saja menimbulkan
minimnya lagu anak-anak yang ada di tayangan televisi. Setujukah anda
dengan pernyataan tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju
30. Minimnya lagu anak-anak juga menimbulkan penyanyi cilik menyanyikan
lagu-lagu remaja atau lagu-lagu dewasa. Setujukah anda dengan penyataan
tersebut?
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju d. Tidak Setuju

Pernyataan pernyataan yang berhubungan dengan perkembangan perilaku


anak
31. Apakah anak menunda pekerjaan lain karena sedang menonton sinetron di
televisi?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
32. Apakah karena menonton sinetron televisi membuat pekerjaan yang
seharusnya dilakukan anak menjadi terbengkelai ?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
33. Apakah menonoton sinetron televisi juga menyebabkan anak anda tidak
belajar?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
34. Apakah karena menonton sinetron televisi kegiatan anak anda menjadi
terganggu?
a.Selalu c. Kadang-kadang
120

b. Sering d. Tidak pernah

35. Apakah karena menonton sinetron televisi, pola makan anak anda menjadi
berubah?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
36. Apakah anak anda makan sambil menonton sinetron televisi?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
37. Apakah anak anda mengembalikan peralatan makan setelah selesai makan
atau menunggu sampai sinetron yang disukainya selasai ditayangkan?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah a.Selalu

38. Apakah anak anda minta dibelikan makanan yang ditayangkan disela-sela
acara sinetron televisi?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
39. Apakah karena menonton sinetron televisi anak anda tidur larut malam?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
40. Apakah karena anak anda menonton sinetron televisi hingga larut malam
menyebabkan anak anda susah dibangunkan pagi harinya?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
41. Jika anak anda minta sesuatu dan tidak anda turuti, apakah anak anda
berteriak seperti yang selalu ia tonton di sinetron televisi?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
42. Apakah anak anda melakukan suatu tindakan (misalnya ngambek/mogok
makan/ mengunci diri di kamar) agar kemauannya dituruti, seperti adegan-
adegan yang sering ditayangankan pada sinetron yang ia lihat?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
43. Apakah anak anda sepulang sekolah langsung menyalakan televisi dan
meletakkan sepatu dan tasnya sembarangan?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
121

44. Apakah anak anda setelah sampai di rumah langsung menonton film kartun
dan masih memakai seragam sekolah?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
45. Apakah anak anda mengganti baju dulu baru menyalakan televisi dan melihat
film kartun kesayangannya?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
46. Apakah anak anda selalu menyempatkan waktu untuk menonton film kartun
di televisi?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
47. Apakah karena menonton film kartun di televisi pola tidur anak anda juga
berubah?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
48. Apakah anak anda kecewa ketika ketinggalan menyaksikan tayangan film
kartun kesukaannya?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
49. Anak anda sedang menonton film kartun kemudian anda meminta tolong
untuk melakukan sesuatu, apakah anak anda mau melakukan permintaan
anda?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
50. Apakah anak anda sangat menyukai film kartun sehingga tidak bermain
dengan teman sebayanya?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
51. Jika anak anda sedang bermain dengan teman-temannya, apakah anak anda
menirukan tokoh film kartun yang selalu ditonton?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah

52. Setiap kali anak anda bermain apakah selalu menirukan peran dan cerita film
kartun kesukaannya?
122

a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
53. Apakah anak anda pilih-pilih dalam bergaul/membuat gang seperti beberapa
cerita dalam film kartun ?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
54. Apakah karena menonton tayangan film kartun kesayangannya anak anda
terlambat berangkat ke sekolah?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
55. Apakah anak anda menirukan gaya berpakaian musisi idolanya?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
56. Apakah anak anda lebih banyak menyanyikan lagu-lagu yang ditayangkan di
televisi/dibandingkan lagu-lagu yang diajarkan di sekolah?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
57. Apakah cara bernyanyi anak anda juga meniru gaya bernyanyi penyanyi
idolanya?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
58. Apakah anak anda minta dibelikan barang-barang yang dipakai oleh penyanyi
idolanya?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
59. Apakah anak anda dalam berbicara mengikuti gaya bicara penyanyi idolanya(
misalnya sambil ngerep)?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
60 Apakah anak anda bangga jika dikatakan mirip seperti penyanyi idolanya?
a.Selalu c. Kadang-kadang
b. Sering d. Tidak pernah
123

REKAPITULASI SKOR ANGKET PENELITIAN


124

Item Variabel Pengaruh Tayangan Tayangan Televisi (X) JML


No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 4 1 2 3 3 2 3 4 2 3 4 3 2 2 2 3 79

2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4 2 3 3 2 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 80

3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4 81

4 2 4 2 2 2 3 3 2 3 4 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3 80

5 2 2 3 2 3 4 4 2 3 1 3 1 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 83

6 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 4 3 2 4 3 2 3 3 3 2 2 4 84

7 2 3 2 3 4 2 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 80

8 3 3 2 2 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 2 4 3 2 2 2 3 3 2 2 3 4 2 1 4 3 80

9 2 2 2 3 2 4 4 4 2 3 2 2 4 2 3 1 3 3 4 1 3 2 3 3 3 2 3 2 1 3 78

10 2 3 2 3 2 2 2 4 3 3 4 2 2 2 3 2 4 4 2 2 2 2 3 3 2 3 2 4 3 2 79

11 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 3 2 3 2 1 3 2 2 3 3 4 2 2 4 2 3 2 80

12 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 4 3 2 3 4 2 2 3 3 2 4 2 3 4 2 82

13 2 2 3 2 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 81

14 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 1 3 4 3 4 3 4 1 3 3 80
125

15 3 1 2 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 4 4 4 3 2 3 3 2 2 3 82

16 2 3 2 3 3 2 2 3 2 4 3 2 2 2 2 2 4 2 3 2 4 3 2 3 2 3 2 3 3 2 80

17 2 2 3 4 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 4 1 4 1 3 3 4 4 3 3 3 4 3 81

18 3 3 2 1 3 1 1 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 83

19 3 3 2 2 4 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 4 3 3 2 3 78

20 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 4 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 4 3 4 84

21 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 4 3 3 3 81

22 2 1 3 2 4 2 2 4 4 1 2 2 4 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 2 2 83

23 3 3 2 3 3 4 4 2 3 3 2 4 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 84

24 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 4 2 3 80

25 4 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 4 1 2 3 2 2 3 2 2 3 4 1 2 4 3 3 2 80

Jumlah 1942
126

No Item Variabel Pengaruh Tayangan Tayangan Televisi (X) Jml

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Jumlah Pindahan 1942

26 3 4 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 2 4 2 3 4 3 2 3 2 3 4 3 2 3 2 88

27 3 4 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 4 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 82

28 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 81

29 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 4 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 80

30 4 2 3 2 3 3 3 2 2 2 4 2 3 2 2 3 2 3 4 2 3 3 3 1 3 3 3 4 4 4 84

31 4 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 84

32 2 2 3 3 2 2 2 4 2 2 2 4 3 3 2 3 2 4 3 2 2 3 3 2 2 3 4 2 2 3 78

33 3 2 2 3 2 4 3 4 4 4 4 2 3 3 1 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 81

34 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 4 3 2 3 3 3 2 1 2 4 2 2 4 4 2 3 4 4 80

35 2 2 2 4 3 3 2 4 2 3 2 2 3 4 2 4 2 2 2 3 2 2 2 4 3 3 2 3 2 3 79

36 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 1 3 3 3 2 3 4 3 2 2 3 4 3 3 2 2 3 2 3 78

37 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 4 2 3 2 2 3 3 3 2 4 3 1 2 2 2 3 1 3 3 2 80

38 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 2 2 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 79

39 3 3 3 2 4 2 4 2 3 3 3 2 2 2 2 3 4 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 4 2 3 85
127

40 2 3 2 3 2 4 3 3 2 2 2 4 2 1 3 3 2 3 2 3 2 4 2 3 2 2 2 3 4 2 89

41 3 4 2 4 3 2 3 2 2 4 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 4 2 2 2 3 2 3 2 2 3 79

42 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 4 2 3 4 2 2 3 2 2 3 3 4 3 2 2 3 3 3 80

43 3 1 3 3 1 2 2 3 2 2 1 3 2 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 2 2 3 78

44 3 2 2 3 4 3 2 3 2 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 2 3 80

45 4 1 4 3 2 2 2 2 3 3 2 3 1 1 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 81

46 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 4 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 4 79

47 2 3 3 4 2 2 3 4 2 3 3 4 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 82

48 3 2 2 3 4 2 2 4 3 2 2 2 4 4 3 3 2 1 3 3 2 2 4 2 3 1 1 3 4 3 81

49 3 1 4 2 3 4 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 81

50 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 4 2 3 2 4 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 4 2 3 3 82

Jumlah 3973
128

No Item Variabel Pengaruh Tayangan Tayangan Televisi (X)


Jml
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Jumlah Pindahan 3973

51 3 3 2 3 2 3 2 3 2 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 81

52 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 4 3 4 3 2 3 2 3 84

53 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 79

54 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 4 2 3 3 4 2 3 3 2 3 4 2 3 80

55 2 2 3 2 3 2 3 2 4 2 3 3 2 4 2 2 4 2 3 3 2 3 4 2 3 2 2 3 3 2 79

56 3 4 4 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 79

57 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 4 3 2 3 2 4 3 2 2 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 80

58 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 4 3 3 3 2 2 4 3 2 4 2 3 3 81

59 2 3 2 4 3 3 4 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 4 2 2 3 2 3 79

60 2 2 3 2 2 2 3 2 3 4 1 2 2 2 4 3 2 3 4 2 3 2 3 2 4 3 3 2 3 3 80

61 2 3 3 3 4 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 81

62 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 4 2 2 3 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 79

63 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 4 3 3 3 2 3 2 3 79

64 3 2 2 3 3 4 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 2 3 2 2 3 2 3 4 80
129

65 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 1 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 3 83

66 2 3 2 3 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 4 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 80

67 3 2 3 2 2 3 2 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 81

68 4 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 4 2 3 3 3 4 2 2 2 2 2 2 3 3 2 79

69 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 2 2 2 80

70 2 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 79

71 3 3 4 3 2 2 4 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 80

72 3 2 3 2 2 3 3 2 4 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 4 2 3 4 2 3 3 80

73 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 82

74 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 4 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 79

75 3 2 2 3 4 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 2 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 2 80

76 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 3 2 3 3 81

Jumlah 6058
130

No Item Variabel Perkembangan Perilaku Negatif Anak (Y) Jml

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 1 2 1 2 2 3 1 2 2 3 3 2 1 2 3 1 2 2 3 2 2 3 3 2 1 1 2 3 1 1 63

2 1 2 1 1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 1 3 2 2 1 1 2 3 1 2 2 2 3 2 1 59

3 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 1 2 3 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 60

4 1 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 1 1 3 1 2 1 2 2 2 3 2 2 1 63

5 1 3 2 2 1 2 2 1 1 2 2 3 1 1 1 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 54

6 1 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 3 3 1 1 2 2 1 56

7 2 2 3 2 2 1 2 3 2 1 1 1 2 2 2 3 3 2 1 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 62

8 1 2 2 3 2 3 2 2 3 4 4 1 1 2 1 2 2 2 3 3 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 58

9 1 3 2 1 2 2 2 3 2 1 1 3 1 3 2 2 3 3 4 2 1 2 2 1 3 2 2 1 3 2 62

10 1 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 3 1 2 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 64

11 1 3 2 3 4 2 3 2 3 3 3 4 1 4 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 75

12 1 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 69

13 1 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 63

14 1 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 3 3 3 61

15 1 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 1 62
131

16 1 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2 67

17 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 1 1 1 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 62

18 1 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 59

19 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 63

20 1 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 1 1 1 62

21 1 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 1 1 1 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 61

22 1 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 1 2 1 1 4 2 2 1 2 2 1 1 2 2 3 2 1 1 1 55

23 1 3 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 56

24 2 3 3 3 2 2 3 2 2 1 1 1 2 2 2 3 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 56

25 1 2 2 3 3 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 2 2 2 1 3 2 3 1 1 2 60

Jumlah 1532
132

No Item Variabel Perkembangan Perilaku Negatif Anak (Y) Jml

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Jumlah Pindahan 1532

26 1 2 3 2 3 3 2 3 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 3 1 1 2 3 2 1 1 2 2 1 2 55

27 1 3 3 2 2 3 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 54

28 1 3 2 3 3 4 3 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 60

29 1 2 3 3 2 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 49

30 1 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 3 2 1 2 2 2 3 2 2 62

31 1 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 3 2 1 1 1 3 2 2 61

32 1 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 59

33 1 3 4 3 2 3 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 57

34 1 4 3 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 1 2 3 1 3 2 2 2 2 1 2 2 2 64

35 1 3 3 4 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 56

36 1 3 3 3 3 4 2 1 2 3 2 1 1 3 2 4 2 2 2 3 2 2 3 4 2 3 3 2 2 1 72

37 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 1 2 3 2 3 1 2 3 1 3 4 2 3 2 1 2 3 2 70

38 1 3 2 2 2 3 3 3 2 1 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 3 3 4 3 3 3 70

39 1 2 3 2 3 2 2 3 2 3 1 3 2 3 3 3 3 2 2 2 1 2 3 3 2 3 3 3 3 2 72
133

40 1 3 3 3 3 2 2 3 1 2 3 2 1 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 61

41 1 3 2 2 3 1 3 3 2 2 3 2 1 3 2 4 2 3 3 3 1 2 2 2 3 2 2 3 3 2 70

42 1 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1 4 3 2 2 3 3 3 1 1 3 2 1 3 2 3 2 3 69

43 1 2 2 3 2 3 1 2 2 1 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 1 2 4 3 4 3 3 4 1 3 71

44 1 2 2 3 2 2 2 2 3 1 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 1 3 1 3 3 2 4 3 3 2 70

45 1 2 2 2 3 1 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 4 1 2 2 2 2 2 3 2 3 3 62

46 1 3 2 2 3 1 3 2 1 3 1 3 1 3 3 2 1 1 2 2 2 4 3 2 3 1 2 2 2 1 67

47 1 2 2 1 2 2 2 3 1 3 2 2 1 2 1 1 2 2 3 1 1 3 3 2 3 2 2 3 2 3 60

48 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 4 3 3 3 2 2 63

49 1 2 2 1 2 1 2 3 1 3 1 2 1 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 3 2 1 54

50 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 1 1 2 3 1 1 1 2 1 1 1 3 3 1 3 1 2 2 2 51

Jumlah 3091
134

No Item Variabel Perkembangan Perilaku Negatif Anak (Y) Jml

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

51 1 2 2 3 2 4 3 2 1 2 2 2 1 2 3 2 3 4 1 2 1 3 4 2 3 3 3 2 2 2 69

52 1 3 1 2 2 3 2 2 1 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 3 3 2 2 3 62

53 1 2 2 2 2 2 2 3 1 1 3 3 1 3 2 2 3 2 2 3 1 1 3 2 1 2 1 1 1 1 56

54 1 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 1 2 3 1 3 1 1 2 1 3 1 1 3 3 2 1 1 2 60

55 2 2 2 3 3 3 2 2 1 2 1 2 2 3 2 3 1 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 1 62

56 1 2 2 2 3 2 2 3 3 1 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 61

57 1 3 2 2 3 2 3 3 1 1 2 2 1 2 2 2 3 1 1 3 1 1 3 3 1 1 1 1 2 2 56

58 1 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 1 3 1 1 62

59 1 2 1 2 2 3 2 2 2 3 3 3 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 3 3 54

60 1 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 55

61 1 3 2 3 2 2 3 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 2 3 2 3 2 2 59

62 2 2 2 3 4 3 3 2 1 1 1 2 2 3 2 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 57

63 1 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 1 1 3 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 58
1
64 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 4 1 2 2 3 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 1 62
135

65 1 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 63

66 1 3 2 2 4 2 3 2 2 1 2 3 1 2 2 3 1 3 2 2 1 3 2 3 2 3 1 3 2 1 65

67 1 4 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 1 2 2 2 1 3 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 54

68 1 3 2 3 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 3 1 2 2 3 3 1 2 1 2 3 2 2 2 3 2 55

69 1 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 4 1 2 2 3 3 2 2 3 1 2 1 1 2 2 1 3 1 1 57

70 1 2 3 2 3 3 1 1 2 3 3 3 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 3 1 2 1 1 59

71 1 2 3 2 2 2 3 1 2 3 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 52

72 1 3 2 1 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 3 2 2 57

73 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 46

74 1 2 2 2 1 3 2 1 1 1 1 3 1 3 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 3 1 2 2 2 50

75 1 3 3 3 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 52

76 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 3 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 3 1 1 46

Jumlah 4520
136

TABEL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS UJI COBA INSTRUMEN PENGARUH TAYANGAN TELEVISI

Kode NOMOR SOAL BUTIR SOAL


No Y Y2
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 UC - 1 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4 4 93 8649
2 UC - 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 4 2 3 3 2 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 81 6561
3 UC - 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 4 80 6400
4 UC - 4 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 3 2 3 2 2 2 2 72 5184
5 UC - 5 2 2 3 3 3 4 4 2 3 1 3 1 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 4 82 6724
6 UC - 6 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 4 3 2 4 3 2 3 3 3 2 2 4 84 7056
7 UC - 7 2 3 2 3 4 2 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 80 6400
8 UC - 8 3 3 2 2 3 3 3 3 4 2 2 3 2 3 2 4 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 1 2 3 77 5929
9 UC - 9 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 2 1 3 74 5476
10 UC - 10 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 4 4 2 2 2 2 3 3 2 3 2 4 3 2 77 5929
11 UC - 11 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 115 13225
12 UC - 12 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 4 3 2 3 4 2 2 3 3 2 4 2 3 4 2 84 7056
13 UC - 13 2 2 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 85 7225
14 UC - 14 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 78 6084
15 UC - 15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120 14400
16 UC - 16 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 73 5329
17 UC - 17 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 1 3 1 3 2 2 3 2 3 2 2 3 71 5041
18 UC - 18 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 79 6241
19 UC - 19 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 83 6889
20 UC - 20 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 4 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 4 77 5929
X 53 56 51 58 55 59 59 57 59 54 55 54 50 51 56 57 58 58 54 53 54 58 51 58 55 58 53 55 54 62 1665 141727
X2 149 164 139 174 161 181 181 189 183 158 163 156 132 139 166 177 180 178 160 155 160 178 139 174 161 176 151 165 158 204
XY 4535 4751 4363 4897 4661 5003 5003 4817 4995 4586 4697 4599 4269 4334 4767 4854 4944 4931 4835 4559 4601 4936 4354 4921 4661 4692 4924 4544 4706 4601
rxy 0,75 0,59 0,7 0,51 0,47 0,620 0,620 0,5 0,5 0,46 0,62 0,580 0,680 0,53 0,620 0,510 0,6 0,59 0,66 0,69 0,5 0,62 0,65 0,69 0,65 0,61 0,73 0,61 0,54 0,51 k= 30
rtabel 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 0,44 b2 = 12,76
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 12 = 164,3
b2 0,45 0,38 0,47 0,31 0,51 0,37 0,37 0,34 0,47 0,64 0,62 0,54 0,37 0,47 0,48 0,77 0,62 0,52 0,75 0,77 0,75 0,52 0,47 0,31 0,51 0,41 0,56 0,72 0,64 0,62 r11 0,954
137

TABEL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS UJI COBA INSTRUMEN PERKEMBANGAN PERILAKU ANAK

Kode NOMOR SOAL BUTIR SOAL


No Y Y2
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 UC - 1 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 87 7569
2 UC - 2 1 1 1 1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 1 3 2 2 1 1 2 3 1 2 2 2 3 2 1 58 3364
3 UC - 3 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 1 2 3 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 59 3481
4 UC - 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 90 8100
5 UC - 5 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 3 1 1 1 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 53 2809
6 UC - 6 1 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 3 3 1 1 2 2 1 56 3136
7 UC - 7 2 2 3 3 2 1 2 3 2 1 1 1 2 2 2 3 3 2 1 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 62 3844
8 UC - 8 1 2 2 3 2 3 2 2 3 4 4 1 1 2 1 2 2 2 3 3 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 59 3481
9 UC - 9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 84 7056
10 UC - 10 1 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 3 1 2 2 3 1 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 64 4096
11 UC - 11 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 98 9604
12 UC - 12 1 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 68 4624
13 UC - 13 1 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 62 3844
14 UC - 14 1 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 3 3 3 62 3844
15 UC - 15 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 57 3249
16 UC - 16 1 3 2 3 2 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2 68 4624
17 UC - 17 2 2 2 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 88 7744
18 UC - 18 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 73 5329
19 UC - 19 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 64 4096
20 UC - 20 1 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 1 1 1 62 3844
X 34 44 46 56 51 48 52 48 48 51 51 49 36 44 49 51 45 43 44 43 41 44 47 44 47 43 44 46 43 42 1374 97738
X2 72 104 112 164 159 124 148 122 124 141 143 131 76 106 133 139 111 101 110 103 99 108 117 106 121 103 106 116 103 100
XY 2509 3097 3226 3919 3617 3398 3673 3369 3396 3593 3631 3467 2606 3161 3508 3599 3192 3064 3132 3068 2991 3125 3335 3125 3125 3321 3056 3157 3275 3090
rxy 0,795 0,478 0,457 0,463 0,655 0,585 0,529 0,473 0,574 0,467 0,612 0,526 0,686 0,788 0,681 0,551 0,557 0,650 0,520 0,606 0,780 0,528 0,717 0,583 0,490 0,543 0,765 0,622 0,724 0,768 k= 30
rtabel 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 b2 = 13,19
Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid 12 = 176,01
b2 0,75 0,38 0,33 0,38 0,47 0,46 0,57 0,36 0,46 0,58 0,68 0,58 0,59 0,48 0,68 0,47 0,51 0,45 0,69 0,56 0,79 0,59 0,34 0,48 0,56 0,56 0,48 0,54 0,56 0,62 r = 0,957
138

LAMPIRAN 4

Hasil Uji Validitas Instrumen Tayangan Televisi

Hasil Uji Validitas Instrumen Perkembangan Perilaku

Hasil Uji Realibilitas Instrumen Tayangan Televisi

Hasil Uji Realibilitas Instrumen Perkembangan Perilaku


139

PERHITUNGAN VALIDASI INSTRUMEN PENGARUH


TAYANGAN-TAYANGAN TELEVISI









r

xy



2 2 2 2

Kriteria
Butur angket Valid jika rxy rtabel
Perhitungan:
Berikut ini perhitungan validitas angket pada butir nomor 1
140

No X Y X2 Y2 XY

1 3 93 9 6849 279

2 2 81 4 6561 162

3 3 80 9 6400 240

4 2 72 4 5184 144

5 2 82 4 6724 164

6 3 84 9 7056 252

7 2 80 4 6400 160

8 3 77 9 5929 231

9 2 74 4 5476 148

10 2 77 4 5929 154

11 4 115 16 13225 460

12 3 84 9 7056 252

13 2 85 4 7225 170

14 3 78 9 6084 234

15 4 120 16 14400 480

16 2 74 4 5476 148

17 2 70 4 4900 140

18 3 79 9 6241 237

19 3 83 9 6889 249

20 3 77 9 5929 231
141

53 1665 149 141733 4535

Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh:


rxy = (20 x 4535) (53 x 1665)
(20 x 149) (53)2 ((20 x 141733) (1665)2)
rxy = 0.751
Pada = 5% dengan N = 20 diperoleh rtabel =
0,444
Karena rxy r table maka angket No. 1 tersebut
Valid
142

PERHITUNGAN VALIDASI INSTRUMEN PERKEMBANGAN


PERILAKU NEGATIF ANAK









r

xy



2 2 2 2

Kriteria
Butur angket Valid jika rxy rtabel
Perhitungan:
Berikut ini perhitungan validitas angket pada butir nomo 1
No X Y X2 Y2 XY
1 3 87 9 7569 261
2 1 58 1 3364 58
3 1 59 1 3481 59
4 3 90 9 8100 270
5 1 53 1 2809 53
6 1 56 1 3136 56
7 2 62 4 3488 124
8 1 59 1 3481 59
9 3 84 9 7056 252
10 1 64 1 4096 64
11 3 98 9 9604 294
12 1 68 1 4624 68
13 1 62 1 3844 62
14 1 62 1 3844 62
15 2 57 4 3249 114
16 1 68 1 4624 68
17 2 88 4 7744 176
18 3 73 9 5329 219
19 1 64 1 4096 128
20 2 62 4 3844 62
34 1374 72 97738 2509
143

Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh:


rxy = (20 x 2509) (34 x 1374)
(20 x 72) (34)2 ((20 x 97738) (1374)2)
rxy = 0.795
Pada = 5% dengan N = 20 diperoleh rtabel =
0,444
Karena rxy r table maka angket No. 1 tersebut
Valid
144

PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENGARUH


TAYANGAN-TAYANGAN TELEVISI
Rumus :


k




2
b


r
11


1 2
k1 t

Kriteria
Apabila r 11 r tabel maka angket tersebut reliable
Perhitungan:

(Y)2
Y N
12 =
N

(1665)2
141733 20
12 = = 164.303
20

2. Varian Butir

(53)2
149 20
b12 = = 0.45
20

(56)2
164 20
b22 = = 0.38
20

(62)2
204 20
b32 = = 0.51
20
145

b2 = 12.76

3. Koefisien realibilitas

30 12.76
r11 = x 1
30 1 164.303

r11 = 0.954

Pada = 5% dengan N = 20 diperoleh r tabel = 0.444. Karena r 11 t tabel maka dapat


disimpulkan bahwa angket tersebut reliable
146

PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN


PERKEMBANGAN PERILAKU NEGATIF ANAK
Rumus :


k




2
b


r
11


1 2
k1 t

Kriteria
Apabila r 11 r tabel maka angket tersebut reliable
Perhitungan:

(Y)2
Y N
12 =
N

(1374)2
97738 20
12 = = 176.011
20

2. Varian Butir

(34)2
72 20
b12 = = 0.75
20

(44)2
164 20
b22 = = 0.38
20

3. Koefisien realibilitas

30 13.19
r11 = x 1 = 0.957
30 1 176.011
147

Pada = 5% dengan N = 20 diperoleh r tabel = 0.444. Karena r 11 t tabel maka dapat


disimpulkan bahwa angket tersebut reliable
148

LAMPIRAN 5

Uji

Normalitas

Uji

Multikolonieritas

Uji

Heteroskedastisitas
149

UJI ASUMSI KLASIK


1. Uji
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Normalitas
Unstandardiz
ed Residual
N 76
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation 3.70401616
Most Extreme Absolute .086
Differences Positive .075
Negative -.086
Kolmogorov-Smirnov Z .750
Asymp. Sig. (2-tailed) .628
a. Test distribution is Normal.
b. Calc ulated from data.

Normal P-P Plot of Regression


Standardized Residual

Dependent Variable: y

1.0
Expected Cum Prob

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob


150

2. Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 x1 .394 2.538
x2 .315 3.173
x3 .354 2.827
a. Dependent Variable: y

3. Uji Heteroskedastisitas

Scatterplot

Dependent Variable: y
3

2
Regression Studentized

1
Residual

-1

-2

-3

-3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 28.699 3.134 9.157 .000
x1 .416 .169 .288 2.467 .016
x2 .396 .163 .316 2.423 .018
x3 .368 .179 .253 2.052 .044
a. Dependent Variable: y
151

LAMPIRAN 6

HASIL UJI HIPOTESIS

1. Uji F

2. Uji t
152

UJI HIPOTESIS

1. Uji F
ANOVAB

Sum Of Mean
Model Squares Df Square F Sig

1 Regression 1630.020 3 543.340 38.019 .000a

Residual 1028.980 72 14.291

Total 2659.000 75
3. Predictors: (Constant), x3, x1, x2
4. Dependent Variabel: y

Model Summaryb

Change
Statistics

Std. Error of Sig. F.


Model R R square Adjusted the estimate Change

1 -783a .613 .597 3.78040 .000


4.1 Predictors: (constant), x3, x1, x2
4.2 Dependent Variable : y
153

2. Uji t

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 28.699 3.134 9.157 .000
x1 .416 .169 .288 2.467 .016
x2 .396 .163 .316 2.423 .018
x3 .368 .179 .253 2.052 .044
a. Dependent Variable: y
154

LAMPIRAN 7
Regresi Berganda X1, X2, dan X3 terhadap Y
155

Hasil Analisis Berganda X1, X2, dan X3 terhadap Y

Descriptive Statistics

Std.
Mean Deviation N

Y 60.5000 5.95427 76

x1 26.6316 4.12421 76

x2 26.9342 4.75909 76

x3 27.3421 4.09407 76

Correlations

y x1 x2 x3
Pearson Corelation y 1.000 .706 .730 .706
x1 .706 1.000 .751 .714
x2 .730 .751 1.000 .780
x3 .706 .714 .780 1.000
.
Sig . (1-tailed) y .000 .000 .000 .000
x1 .000 .000 .000
x2 .000 . . .000
x3 .000 .000 .
.000
N y 76 76 76 76
x1 76 76 76 76
x2 76 76 76 76
x3 76 76 76 76
156

Variabbles Entered/Removedb

Variables Variables
Model DEntered Removed Method

1 X3, x1, x2 Enter


4.2.1.1.1 All requested variables
entered
4.2.1.1.2 Dependent Varable: y

Model Summaryb

Change
Statistics

Std. Error of Sig. F.


Model R R square Adjusted the estimate Change

1 -783a .613 .597 3.78040 .000


a. Predictors: (constant), x3, x1, x2
b. Dependent Variable : y

ANOVAb

Sum Of Mean
Model Squares Df Square F Sig

2 Regression 1630.020 3 543.340 38.019 .000a

Residual 1028.980 72 14.291

Total 2659.000 75
5. Predictors: (Constant), x3, x1, x2
6. Dependent Variabel: y
157

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 28.699 3.134 9.157 .000
x1 .416 .169 .288 2.467 .016
x2 .396 .163 .316 2.423 .018
x3 .368 .179 .253 2.052 .044
a. Dependent Variable: y

Coefficientsa

Correlations Collinearity Statistics

Model Zero-oeder Partial Part Tolerance VIF

1 x1 .706 .279 .181 .394 2.538

x2 .730 .275 .178 .315 3.173

x3 .706 .235 .150 .354 3.827


6.1 Dependent Variable: y

Collinearity Diagnosticb

Variance Proportons
Condition
Model
Dimension Eigenvalue Index (Constant) x1 x2 x3

1 1 3.972 1.000 .00 .00 .00 .00

2 .016 15.598 .82 .02 .14 .01

3 .007 24.392 .02 .96 .15 .20

4 .005 27.287 .15 02 .71 .78


6.1.1.1.1 Dependent Variable: y
158

Residuals Statisticsa

Std.
Minimum Maximum Mean Deviation N

49.8872
Predicted Value 73.4831 60.5000 4.66193 76
-2.276
Std. Predicted Value 2.785 .000 1.000 76

Standart Error of
.445
Predicted Value 1.587 .816 -296 76

Adjusted Predicted
Value 50.3690
73.4896 60.5224 4.64587 76
Residual -
10.56111 8.05006 .00000 3.70402 76
Std. Residual
-2.794 2.129 .000 .980 76
Stud. Residual
-2.841 2.156 -003 1,008 76
Deleted Residual
- 8.83184 -.02241 3.92292 76
Tud. Deleted Residual 10.92232
2.214 -.005 1.024 76
Mahal. Distance -2.994
12.233 2.961 2.862 76
Cooks Distance .053
.241 .015 .033 76
Centered Leverege .000
Value .163 .039 .038 76
.001
6.1.1.1.1.1.1.1 Dependent Variable: y
159

Normal P-P Plot of Regression


Standardized Residual

Dependent Variable: y

1.0

Expected Cum Prob


0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

Scatterplot

Dependent Variable: y
3

2
Regression Studentized

1
Residual

-1

-2

-3

-3 -2 -1 0 1 2 3

Regression Standardized Predicted Value

Anda mungkin juga menyukai