PENDAHULUAN
1
perlengkapan yang dipergunakan bukanlah merupakan sumber penularan bagi
produk yang diolah.
Yang terakhir adalah sanitasi kebrsihan dan kesehatan karyawan merupakan
hal yang penting dalam industry pembekuan ikan layur. Karyawan yang tidak sehat
dapat menjadi sumber kontaminasi bagi produk.
B. Tujuan Praktek Kerja Industri
1. Untuk menambah pengalaman kerja bagi siswa
2. Mendapatkan data sekaligus keterampilan dalam system kebersihan pabrik,
system kerja karyawan, cara pembersihan ikan layur di pengolahan pembekuan
ikan layur.
3. Untuk membekali peserta prakerin, mengembangkan kepribadian, potensi
akademik dan dasar-dasar keahlian yang kuat dan benar
4. Untuk meningkatkan efesiensi proses pendidikan dan pelatihan tenagakerja
berkualitas.
2. Bagi Sekolah
a. Sekolah akan dikenal lebih luas tidak hanya mengetahui lokasi sekolah,
tetapi juga siswa yang melakukan prakerin diperusahaan tersebut dan
sebagai ajang unjuk bakat siswa agar diterima kemampuannya
diperusahaan.
b. Tercapainya tujuan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN)
2
c. Terjadinya kesesuaian dan keselarasan antara program pendidikan dengan
kebutuhan dunia usaha
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
B. Profil Perusahaan
Ikan yang di bekukan adalah ikan layur, gurita, ayam-ayam, CV. Bahari
Express mampu bersaing dengan perusahaan yang lain. Saat ini CV. Bahari Express
mempunyai 3 kapal dan 10 ABK,di tahun 2009 CV.Bahari Express berubah nama
menjadi PT. Bahari Pratama Mandiri dan di sahkan pada tanggal 26 agustus 2011
oleh Rasid Wiyogo.
4
C. Struktur Organisasi
Komisaris
Manager
Ujay
Kepala Prosesing
Eem Pujaemah
Security Mekanik
Udin Toto
Prosesing
Dede
Simon
5
BAB III
LANDASAN TEORI
6
layur yang banyak terdapat di perairan pantai Pulau Jawa adalah dari jenis
Trichiurus haumela.Selain itu, di beberapa muara sungai di Sumatera dijumpai
jenis layur yang berukuran lebih kecil, yaitu Trichiurus savala dan Trichiurus
glossodon. Secara umum, bentuk ikan layur dari spesies Trichiurus haumela,
Trichiurus savala dan Trichiurus glossodon dapat dilihat pada Gambar 3.1, 3.2 dan
3.3.
7
Daerah penyebaran ikan layur meliputi hampir seluruh perairan pantai
Indonesia, sperti Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung
Genteng dan Sukawayana. Selain itu ikan layur juga terdapat di Perairan Jepang,
Filipina, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang Laut Cina Selatan hingga pantai
utara Australia, juga tersebar luas di perairan dangkal di Afrika Selatan (Direktorat
Jendral Perikanan, 1998).
Musim penangkapan ikan layur di Palabuhanratu terjadi satu kali setahun,
yaitu antara Bulan Oktober-Januari.Musim puncak terjadi pada Bulan November
dan musim terendah pada bulan Mei.Kelimpahan tertinggi terjadi pada Bulan
Oktober-Januari bertepatan dengan awal musim barat.Pada saat musim barat
kelimpahan ikan layur mengalami peningkatan, hal ini terkait dengan habitatnya
yang cenderung hidup di dasar perairan (Astuti, 2008).
8
Selatan hingga pantai utara Australia, dan tersebar luas di perairan dangkal di
Afrika Selatan (Widiyanto, 2008)
B. Pembekuan Ikan
1. Definisi Pembekuan Ikan
Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk disimpan di dalam suhu
rendah (cold storage). Pembekuan bukanlah sebuah cara pengawetan (Adawyah,
2008). Pembekuan ikan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu dibawah titik
beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi
edis, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan
ikan harus kembali seperti semula. Keadaan beku menghambat aktivitas bakteri dan
enzim sehingga daya awet ikan beku lebih besar dibandingkan dengan ikan yang
hanya didinginkan. Pada suhu -12°C, keadaan bakteri telah dapat dihentikan, tetapi
proses kimia enzimatis masih terus berjalan.
9
Gambar 3.4 Diagram Alir Proses Ikan Beku
(Sumber: SNI 4110, 2014)
3. Bentuk-Bentuk Ikan Yang Dibekukan
Cara mempersiapkan ikan untuk dibekukan tegantung pada bentuk apa yang
dikehendaki. Ikan dapat dibekukan dalam bentuk blok di dalam kantongkantong
plastik atau secara individual, sedangkan ikan sendiri dapat disiapkan dalam bentuk
whole (utuh), gill dan gutted (dibuang insang danisi perutnya) dan bentuk fillet
steak, stick, loin, dan sebagainya. selain itu ikan juga bisa dibekukan dalam bentuk
individual (tunggal, satu ekor atau satu potong daging), dan blok, beberapa ekor
atau beberapa potong ikan menjadi satu blok (Adawyah, 2008).
4. Proses Pembekuan
Pembekuan berarti mengubah kandungan cairan itu menjadi es. Ikan mulai C.
FreeC, atau rata-rata pada -1C sampa -2membeku pada suhu antara -0,6 water
10
adalah yang paling awal membeku, disusul oleh bound water. Pembekuan dimulai
dari bagian luar, bagian tengah membeku paling akhir. Pembekuan merupakan
pengeluaran panas dari bahan yang dibekukan. Prosesnya terbagi atas tiga tahapan
yaitu tahap pertama, suhu menurun hingga saat tercapainya titik beku. Tahap kedua,
suhu turun perlahan-lahan karena 2 hal, penarikan panas dari ikan bukan penurunan
suhu, melainkan karena pembekuan air di dalam tubuh ikan, dan terbentuknya es
pada bagian luar ikan adalah penghambat untuk proses pendinginan dari bagian-
bagian di dalam. Tahap ketiga, jika kira-kira tiga perempat bagian dari kandungan
air sudah beku, penurunan suhu kembali berjalan cepat (Adawyah, 2008).
Berdasarkan panjang pendeknya thermal arrest time, pembekuan dibagi menjadi
dua yaitu pembekuan cepat (quick freezing), yaitu pembekuan dengan waktu tidak
lebih dari dua jam dan pembekuan lambat (slow freezing atau sharp freezing), yaitu
bila waktu pembekuan lebih dari dua jam (Adawyah, 2008).
Kristal-kristal es yang terbentuk selama pembekuan berbeda ukurannya
tergantung kepada kecepatan pembekuan. Pembekuan cepat menghasilkan Kristal
yang kecil-kecil di dalam jaringan daging ikan. Jika ikan yang dibekukan dicairkan
kembali maka kristal-kristal yang keluar akan diserap kembali oleh daging dan
hanya sedikit yang lolos. Pembekuan lambat akan menghasilkan kristal yang besar-
besar sehingga merusak jaringan daging ikan, sehingga tekstur daging ikan setelah
dicairkan menjadi kurang baik karena akan berongga-rongga.
C. Sanitasi Pabrik
Sanitasi dalam sebuah proses produksi terdiri dari sanitasi pekerja, bahan baku,
sarana dan peralatan serta ruang produksi. Semua aspek sanitasi tersebut saling
berkaitan satu sama lain dalam menentukan kualitas mutu dari suatu produk yang
dihasilkan.
11
1. Sanitasi Pekerja
12
2. Masker
3. Sarung Tangan
13
4. Celemek/Jas Lab
5. Sepatu
Sepatu merupakan atribut/perlengkapan yang berfungsi melidungi kaki dari panas
dan bahan tajam. Sepatu yang digunakan pada proses produksi dianjurkan
menggunakan sepatu berwarna putih. Sepatu yang digunakan yaitu menggunakan
bahan kulit atau kain dengan alas yang berbahan kulit atau karet untuk
menghindari terpeleset atau terjatuh.
14
Seorang pekerja di bidang produksi olahan pangan dianjurkan dapat selalu
menjaga kebersihan selama proses produksi. Beberapa hal yang dianjurkan dan
dilarang selama proses produksi adalah sebagai berikut:
Dilarang Dianjurkan
Memegang rambut/bersisir Menggunakan seragam lengkap
Merokok ditempat pengolahan Mencuci tangan sebelum
Membiarkan peralatan kotor menangani makanan
Membalut luka dengan Merokok diluar bangunan atau
sembarangan ruang khusus
Mencicipi masakan dengan jari Membalut luka dengan benar
Menggunakan banyak perhiasan Mencicipi makanan dengan sendok
Membuang sampah sembarangan Membuang sampah pada
Membiarkan makanan terbuka tempatnya
Batuk tanpa menutup mulut Menyimpan makanan dalam ruang
Kuku jari panjang tertutup
Batuk dengan menutup mulut
Kuku jari pendek
1 2 3
4 5 6
15
7 8 9
Gosok ibu jari secara Gosok kuku secara Basuh dengan air,
berputar memutar dan keringkan
16
2. Suhu ruangan penyimpanan berkisar 19°C-21°C
3. Semua bahan makanan diletakkan diatas rak bertingkat dengan ditata rapi
menurut jenis bahan makanan
4. Bahan makanan yang memiliki bau tajam, diletakkan secara terpsah dari
bahan makanan yang mudah menyerap bau.
5. Metode penyimpanan memperhatikan prinsip FIFO (first in first out)
yakni bahan yang pertama kali masuk, maka bahan tersebut yang pertama
kali dikeluarkan untuk diolah.
17
3. Sanitasi Sarana dan Peralatan
18
Gambar 3.12. Tempat cuci
peralatan yang salah
b. Toilet
Letak toilet harus jauh dari lokasi proses pengolahan atau produksi. Toilet pada
industri harus dalam keadaan bersih dan mampunyai aliran air yang lancar
serta dilengkapi dengan tissue dan tempat sampah.
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi berasal dari berbagai macam
bahan. Namun, jenis bahan peralatan yang baik digunakan dalam proses produksi
adalah peralatan yang berasal dari stainless steel. Adapun macam-macam jenis
bahan peralatan dan cara membersihkannya adalah sebagai berikut:
1. Stainless steel
Peralatan yang terbuat dari stainless sangat baik digunakan dalam proses
produksi karena bahan mudah dibersihkan dan tidak mudah berkarat. Cara
19
membersihkan peralatan ini yaitu dengan menggunakan air sabun, busa atau
spon, kemudian dibilas dan dikeringkan dengan lap.
2. Alumunium
Peralatan yang terbuat dari alumunium dapat dibersihkan dengan air sabun,
serbuk gosok halus, busa, dibilas sampai bersih lalu dikeringkan.
3. Kaca, keramik, porselin
Alat ini dibersihkan dengan air sabun, vim, sabut hijau atau spon lalu dibilas
dan dikeringkan.
4. Plastik atau melanine
Alat ini dibersihkan dengan sabun biasa atau sabun cair, busa lalu dibilas
sampai bersih dan dikeringkan.
5. Bambu dan kayu
Peralatan dari kayu dibersihkan atau dicuci dengan air sabun, serbuk atau abu
gosok, sabut ataupun sikat, dibilas dan dikeringkan agar tidak berjamur.
Peralatan yang tepat digunakan dalam proses produksi adalah peralatan yang
dalam kondisi kering. Hal ini disebabkan karena sisa air pencucian yang ada pada
peralatan akan menyebabkan produk terkontaminasi.
20
pekerja yang datang dari luar. Teknik pembersihan untuk menghilangkan debu
dalam ruangan produksi dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Dusting
Dusting berasal dari kata dust yang berati debu. Dusting berarti
membersihkan atau menghilangkan debu. Dusting sebaiknya dilakukan
sesering mungkin untuk menghindari debu menjadi lengket. Adapun alat
pembersih yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Lap lembut (soft cloth), digunakan untuk menghindari agar permukaan
benda yang dibersihkan tidak rusak atau lecet. Cara penggunannya
dengan menggosokkan lap tersebut diatas permukaan yang berdebu.
2. Ember (bucket), dipakai untuk mencuci lap supaya bersih dan dapat
digunakan kembali. Bahan pembersih lain tidak diperlukan, tetapi air
dan sabun cuci diperlukan untuk mencuci lap sebelum disimpan untuk
digunakan kembali.
b. Dump dusting
3. Membersihkan langit-langit
Bagian langit-langit pada umumnya merupakan bagian ruang produksi yang
kurang mendapatkan perhatian. Hal ini disebabkan karena posisi yang ada di
atas atap sehingga sulit dibersihkan. Akan tetapi, dalam ruang produksi yang
baik, kebersihan langit-langit sangat mempengaruhi proses produksi. Hal ini
21
disebabkan karena adanya kemungkinan kotoran pada langit-langit akan jatuh
kebawah pada proses produksi dan akan jatuh ke dalam produk.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sanitasi dalam sebuah proses produksi terdiri dari sanitasi pekerja, bahan baku,
sarana dan peralatan serta ruang produksi. Semua aspek sanitasi tersebut saling
berkaitan satu sama lain dalam menentukan kualitas mutu dari suatu produk yang
dihasilkan.
A. Sanitasi Pekerja
23
Gambar 4.1. Sanitasi Pekerja
24
c. Sanitasi Sarana dan Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi adalah peralatan yang dalam
kondisi kering. Hal ini mencegah sisa air pencucian yang ada pada peralatan akan
menyebabkan produk terkontaminasi.
25
b. Toilet
Toilet di CV. Bahari memiliki 4 toilet dan kondisi disana sangan terjaga karena
selalu dibersihkan setiap hari dan toilet jauh dari lokasi proses pengolahan atau
produksi.
4. Ember (bucket), dipakai untuk mencuci lap supaya bersih dan dapat
digunakan kembali. Bahan pembersih lain tidak diperlukan, tetapi air
26
dan sabun cuci diperlukan untuk mencuci lap sebelum disimpan untuk
digunakan kembali.
d. Dump dusting
7. Membersihkan langit-langit
Bagian langit-langit pada umumnya merupakan bagian ruang produksi yang
kurang mendapatkan perhatian. Hal ini disebabkan karena posisi yang ada di
atas atap sehingga sulit dibersihkan. Akan tetapi, dalam ruang produksi yang
baik, kebersihan langit-langit sangat mempengaruhi proses produksi. Hal ini
disebabkan karena adanya kemungkinan kotoran pada langit-langit akan jatuh
kebawah pada proses produksi dan akan jatuh ke dalam produk. Membersihkan
langit-langit di CV. Bahari dilakukan selama setahun sekali.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kebersihan adalah hal penting dalam industri makanan terutama pada ikan.
2. Kebersihan karyawan, pera;atan, air dan bangunan harus dijaga
3. Pembersihan ikan dilakukan menggunakan tangan. Tetapi, sebelum bekerja
para pekerja harus dicuci dengan air mengalir dan diberi sabun kemudian
menggunakan sarung tangan yang steril.
B. Saran
1. Sekolah
Agar meningkatkan kreatifitas, pengalaman kerja siswa dengan baik serta
mencari peluang-peluang dunia usaha yang bisa diambil para siswa.
2. Industri
a. Selalu menerima dan mengajari peserta prakerin untuk mengembangkan
kemampuan dan pengalaman dalam dunia industri sehingga siap bekerja
selepas sekolah nantinya.
b. Perlunya penambahan suplayer untuk memaksimalkan bahan baku yang
akan diproduksi sehingga tidak terjadinya penaikan dan penurunan bahan
baku.
3. Siswa
a. Agar selalu semangat dalam menjalankan prakerin
b. Menjadikan prakerin sebagai modal pengalaman dalam melakukan usaha
secara mandiri maupun kelompok dikemudian hari.
c. Kuasai penuntun praktikum sebelum melaksanakan praktikum
d. Tanyakan kepada pembimbing apa saja yang perlu dikuasai
e. Sebelum masuk pabrik sebaiknya memotong kuku dan merapikan rambut.
28
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara : Jakarta.
Salman, LM. 2014. Buku Teks Bahan Ajar Siswa Keamanan Pangan. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I dan II. Bina Cipta:
Bandung.
Winarno F G.1993. Pangan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia : Jakarta.
29