Anda di halaman 1dari 15

MEMBANGUN PERPUSTAKAAN DIGITAL SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR

BAB I

Latar Belakang

Perpustakaan merupakan sumber informasi yang didalamnya terdapat aktivitas


pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian dan penyajian serta penyebaran informasi.
Perpustakaan sebagaimana yang ada dan berkembang sekarang telah dipergunakan sebagai salah
satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah
budaya bangsa, serta memberikan berbagai layanan jasa lainnya. Perpustakaan diharapkan
sebagai pusat kegiatan pengembangan minat baca dan kebiasaan membaca. Salah satu upaya
pengembangan minat dan kegemaran membaca adalah dengan adanya distribusi buku.
Perpustakaan sendiri bertujuan memberi bantuan bahan pustaka atau buku yang diperlukan oleh
para pemakai. Buku merupakan salah satu syarat mutlak yang diperlukan untuk pengembangan
program pengembangan minat dan kegemaran membaca, khususnya bagi anak-anak kecil yang
tentunya belum begitu banyak mengenal teknologi informasi. Artinya, bahwa fungsi buku
memberikan tempat tersendiri bagi perkembangan anak. Hal inilah yang kemudian berimplikasi
pada semakin maraknya industri perbukuan/penerbit di Indonesia secara khusus dan dunia
perbukuan secara global. Pada era informasi abad ini, teknologi informasi dan komunikasi atau
ICT (Information and Communication Teclznology) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari kehidupan global. Oleh karena itu, setiap institusi, termasuk perpustakaan berlomba untuk
mengintegrasikan ICT guna membangun dan memberdayakan sumber daya manusia berbasis
pengetahuan agar dapat bersaing dalam era global. Perkembangan ICT ini akhirnya melahirkan
sebuah perpustakaan berbasis komputer. Ada automasi perpustakaan, ada pula perpustakaan
digital. Seringkali orang menyamakan automasi perpustakaan dengan perpustakaan digital.
Namun, keduanya adalah hal yang berbeda. Banyak perpustakaan yang mengidamkan penerapan
perpustakaan digital dalam pengelolaannya. Namun demikian tidak semudah yang dibayangkan.
Dana yang terbatas dan SDM yang rendah ditengarai sebagai faktor dominan ketidakberdayaan
mewujudkan sebuah perpustakaan digital. Perpustakaan digital secara ekonomis lebih
menguntungkan dibandingkan dengan perpustakaan tradisional. Institusi dapat berbagi koleksi
digital, koleksi digital dapat mengurangi kebutuhan terhadap bahan cetak pada tingkat lokal,
penggunaannya akan meningkatkan akses elektronik, dan nilai jangka panjang koleksi digital
akan mengurangi biaya berkaitan dengan pemeliharaan dan penyampaiannya. Dengan demikian,
adanya perpustakaan digital diharapkan dapat mempermudah pencarian informasi di dalam
koleksi obyek informasi seperti dokumen, gambar dan database dalam format digital dengan
cepat, tepat, dan akurat. Perpustakaan digital juga dapat dijadikan sebagai salah satu alternative
pengembangan sumber belajar disekolah maupun di tempat umm lainnya untuk menghadapi
kemajuan perkembangan teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis merumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:

1. Apa pengertian perpustakaan digital ?


2. Bagaimana peran perpustakaan digital disekolah maupun di tempat umum lainnya
sebagai salah satu pusat sumber belajar ?
3. Apa keunggulan dan kelemahan pepustakaan digital?
4. Tujuan perpustakaan digital?

Maksud dan tujuan:

1. Mengetahui pengertian perpustakaan digital


2. Mengetahui peran perpustakaan digital di sekolah maupun di tempat umum lainnya
sebagai salah satu pusat sumber belajar
3. Mengetahui keunggulan dan kelemahan pepustakaan digital
4. Mengrtahui tujuan dari pembuatan perpustakaan digital.

Sasaran :
Sasaran kajian ini adalah untuk melakukan perencaan IT di bidang perpustakaan dalam
rangka untuk membantu masyarakat mendapatkan informasi maupun media pembelajaran
dengan memanfaatkan IT. Selain itu juga dapat mengenal tekhnologi masa depan sebagai syarat
untuk mengikuti perkembangan zaman.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perpustakaan Digital

Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai layanan dan obyek
informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut melalui perangkat digital. digital
library atau sistem perpustakaan digital merupakan konsep menggunakan internet dan
teknologi informasi dalam manajemen perpustakaan maupun sebagai media informasi guna
mempermudah proses pembelajaran bagi pengunjungnya. Selain itu perpustakaan digital
adalah sebuah sistem yang terdiri dari perangkat hardware, software, koleksi elektronik, staf
pengelola, pengguna, organisasi, mekanisme kerja, serta layanan dengan memanfaatkan
berbagai jenis teknologi informasi. Dapat disimpulkan bahwa perpustakaan digital
merupakan suatu perpustakaan di mana seluruh isi koleksi dan proses pengelolaan serta
layanannya tersebut berupa kumpulan data dalam bentuk digital. Perpustakaan digital tidak
berdiri sendiri, melainkan terkait dengan pemerintah selain itu adapun sumber lain dan
pelayanan informasinya terbuka untuk seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidak
terbatas pada dokumen elektronik pengganti cetak saja, ruang lingkup koleksinya sampai
pada artefak digital yang tidak bisa digantikan dalam bentuk tercetak. Lesk (dalam Pendit,
2007) memandang perpustakaan digital secara sangat umum sebagai semanat-mata
kumpulan informasi digital yang tertata. Arms (dalam Pendit, 2007) memperluas sedikitnya
dengan menambahkan bahwa koleksi tersebut disediakan sebagai jasa dengan memanfaatkan
jaringan informasi.

Perbedaan perpustakaan biasa dengan perpustakaan digital terlihat pada keberadaan


koleksi. Koleksi digital tidak harus berada di sebuah tempat fisik, sedangkan koleksi biasa
terletak pada sebuah tempat yang menetap, yaitu perpustakaan. Perbedaan kedua terlihat dari
konsepnya. Konsep perpustakaan digital identik dengan internet atau kompoter, sedangkan
konsep perpustakaan biasa adalah buku-buku yang terletak pada suatu tempat. Perbedaan
ketiga, perpustakaan digital bisa dinikmati pengguna dimana saja dan kapan saja, sedangkan
pada perpustakaan biasa pengguna menikmati di perpustakaan dengan jam-jam yang telah
diatur oleh kebijakan organisasi perpustakaan. Perpustakaan digital juga memerlukan sistem
informasi. Sucahyo dan Ruldeviyani (2007) mengungkapkan bahwa ada tiga elemen penting
yang diperlukan dalam pengembangan sistem informasi, yaitu pernagkat keras (hardware),
perangkat lunak (software), dan manusia (brainware). B. Peran Perpustakaan Digital di
Sekolah sebagai Salah Satu Pusat Sumber Belajar Perkembangan perpustakaan sebagai
sumber disekolah tidak terlepas dari perkembangan definisi pusta sumber belajar itu sendiri.
Menurut AECT (1979), pusat sumber belajar adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan, penyediaan, dan pemanfaatan sumber belajar dari berbagai jenis yang
disusun secara terpadu sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Perpustakaan digital bertujuan
untuk membuka akses seluas-luasnya terhadap informasi yang sudah dipublikasikan. Dengan
tidak terbatasnya informasi terutama sumber belajar yang dapat diakses oleh siswa dan guru
melalui peprpustakaan digital akan berdampak pada kegiatan pembelajaran. Pembelajaran
tidak lagi berpusat pada guru ( teacher centered) tetapi sudah bergeser ke student centered,
active learning dan pembelajaran berbasis aneka sumber. Dengan demikian konstruktivisme
dalam pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif,
inovatif, dan menyenangkan dapat terlaksana dengan baik sehingga siswa tidak lagi belajar
dengan tuntutan subject matter oriented tapi mereka akan mengkontruksi apa yang
dipelajarinya dalam proses pembelajarannya dan dapat menerapkan dalam kehidupannya.

Perpustakaan yang terkoneksi secara intra maupun internet ke setiap ruangan kelas
memungkinkan guru dan siswa dapat belajar lebih efektif, karena dapat mengakses informasi
( sumber belajar ) dari ruangan kelas dan tidak harus ke perpustakaan secara fisik. Adapun
peran-peran perpustakaan digital adalah sebagai berikut :

1. melancarkan pengembangan yang sistematis tentang cara mengumpulkan, menyimpan,


dan mengorganisasi informasi dan pengetahuan dalam format digital.
2. mengembangkan pengiriman informasi yang hemat dan efisien disemua sektor.
3. mendorong upaya kerjasama yang sangat mempengaruhi investasi pada sumber-sumber
penelitian dan jaringan komunikasi.
4. memperkuat komunikasi dan kerjasama dalam penelitian, perdagangan, pemerintah, dan
lingkungan pensisikan.
5. mengadakan peran kepemimpinan internasional pada generasi berikutnya dan penyebaran
pengetahuan ke dalam wilayah strategis yang penting.
6. memperbesar kesempatan belajar sepanjang hayat.
7. siswa maupun masyarakat dapat mengikuti perkembangan zaman.
8. Membantu mempermudah mencari informasi yang di butuhkan.

B. Keunggulan dan Kelemahan Perpustakaan digital

Beberapa keunggulan perpustakaan digital diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Long distance service, artinya dengan perpustakaan digital, pengguna bisa menikmati
layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun.
2. Akses yang mudah, akses perpustakaan digital lebih mudah dibandingkan dengan
perpustakaan konvensional, karena pengguna tidak perlu dipusingkan dengan mencari
catalog dengan waktu yang lama.
3. Murah (cost effective), perpustakaan digital tidak memerlukan banyak biaya,
mendigitalkan koleksi perpustakan lebih murah dibandingkan dengan membeli buku.
4. Mencegah duplikasi dan plagiat, perpustakaan digital lebih aman sehingga tidak mudah
untuk dilplagiat, apabila penyimpanan koleksi dalam bentuk PDF maka koleksi
perpustakaan hanya bisa dibaca oleh pengguna tanpa bisa mengeditnya.
5. Publikasi karya secara global, dengan adanya perpustakaan digital karya-karya dapat
dipublikasikan secara global ke seluruh dubia dengan bantuan internet.

Selain keunggulan, perpustakaan juga memiliki kelemahan diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Tidak semua pengarang mengizinkan karyanya di digitalkan. Pengarang akan berpikir-


pikir tentang royalty yang akan diterima bila karyanya didigitalkan.
2. Masih banyak masyarakat Indonesia yang buta akan teknologi. Apabila perpustakaan
digital ini dikembangkan dalam perpustakaan di pedesaan mungkin akan sulit.
3. Masih sedikit pustakawan yang belum mengerti tata cara mendigitalkan koleksi
perpustakaan.
Visi, Misi, dan Tujuan

Visi dari perencanaan pembuatan perpustakaan ini yaitu membantu siswa maupun
masyarakat sekitar dalam memperoleh pembelajan dan informasi berbasis digital agar dapat
merasakan perkembangan tekhnologi modern di bidang perpustakaan.

MISI dari pembuatan perpustakaan digital


1. Mengumpulkan, mengkoordinasi, dan mendistribusikan informasi dalam berbagai bentuk
yang relevan dengan bidang studi diperpustakaan.
2. Menyediakan layanan prima.
3. Mengelola sumber daya perpustakaan secara profesional dan maksimal untuk mencapai visi
perpustakaan.
4. Meningkatkan standar mutu layanan perpustakaan setara standar
5. Membangun kerjasama/jejaring dengan perpustakaan lain

Tujuan:

Tujuan Dari Perpustakaan Berbasis Digital adalah:

1. Mudah dan cepat dalam mencari informasi yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pengguna
sehingga menghemat waktu dan lebih efektif dalam memperoleh ilmu pengetahuan.
2. Koleksi yang disimpan dalam bentuk digital atau elektronik dapat dirawat jauh lebih lama
dibanding sistem penyimpanan non digital yang banyak dipengaruhi faktor alam, berdampak
pada biaya pengadaan koleksi yang diminimumkan.
3. Perpustakaan Digital tidak memerlukan banyak perangkat seperti video player, tape
recorder, microfilm reader dan lain - lain, dikarenakan hampir semua koleksi telah
dikonversikan dalam bentuk digital yang dapat diakses oleh komputer perpustakaan.
4. Dengan koleksi digital perpustakaan lebih mudah dalam sharing data atau informasi kepada
pengguna atau mitra kerja lainnya.
.
Komponen Untuk Pengembangan Perpustakaan Digital

Untuk membuat dokumen digital, ada beberapa komponen yang perlu dipersiapankan agar
dalam pembuatan dokumen lancar. Komponen tersebut antara lain adalah :

1. Perangkat keras, terdiri atas : komputer dan alat pemindai (scanner)


2. Perangkat lunak. Fungsi perangkat lunak ini adalah untuk menjalankan perangkat keras.
Perangkat lunak yang diperlukan adalah Operating System seperti Windows atau O/S yang
lain, perangkat lunak aplikasi, seperti MSOffice, Adobe Acrobat, dan perangkat lunak
pendukung lainnya.

Adapun spesifikasi kedua komponen tersebut adalah :

Untuk memanfaatkan Sistem Perpustakaan Digital, diperlukan persyaratan di server sebagai


berikut :

• PC Server (P4 Dual Core, RAM 2GB, HD 250GB, CDRW)


• Sistem operasi Windows atau Linux
• Web Server Apache
• Database Server MySQL 129 Pengelolaan Perpustakaan Digital (Yuyun Widayanti)
• PHP Engine

Sedangkan untuk klien, dapat menggunakan PC dengan spesifikasi minimum sebagai berikut.:

• PC Klien (P3-1 GHz, RAM 256MB, HD 40GB)


• Sistem operasi Windows atau Linux
• Internet Browser (IE, Mozilla, Netscape)
• Adobe Acrobat Reader
• MS Office (optional)

Sedangkan prasyarat Minimal Sistem adalah :

Untuk dapat menggunakan sistem Perpustakaan Digital diperlukan prasyarat perangkat keras dan
perangkat lunak sebagai berikut :

Server
• Perangkat Keras : Processor : Pentium 4 – 2.0 GHz,
• Memori : RAM 2 GB
• Harddisk : 250 GB
• Monitor : SVGA Resolusi 1024 x 768.
• Backup : CDWriter

Perangkat Lunak :

• Sistem operasi : Windows/Linux


• Web server : Apache
• RDBMS : MySQL
• Engine : PHP
• Aplikasi : SISTEM PERPUSTAKAAN DIGITAL

Client

• Perangkat Keras :
• Processor : Pentium 3 – 1 GHz
• Memori : RAM 256 MB
• Harddisk : 40 GB
• Monitor : SVGA Resolusi 1024 x 768.

Perangkat Lunak :

• Sistem operasi : Windows/Linux


• Browser : MS Explorer/Netscape/Opera
• Reader : Acrobat Reader, MS Office 4.

Pengelolaan Dokumen Elektronik

Pengelolaan dokumen elektronik memerlukan teknik khusus yang memiliki perbedaan


dengan pengelolaan dokumen tercetak. Proses pengelolaan dokumen elektronik melewati
beberapa tahapan, yang dapat kita rangkumkan dalam proses digitalisasi, penyimpanan dan
pengaksesan/temu kembali dokumen. Pengelolaan dokumen elektronik yang baik dan terstruktur
adalah bekal penting dalam pembangunan sistem perpustakaan digital (digital library).

• Proses Digitalisasi Dokumen

Proses perubahan dari dokumen tercetak (printed document) menjadi dokumen elektronik
sering disebut dengan proses digitalisasi dokumen. Dokumen mentah (jurnal, prosiding, buku,
majalah, dsb) diproses dengan sebuah alat (scanner) untuk menghasilkan doumen elektronik.
Proses digitalisasi dokumen ini tentu tidak diperlukan lagi apabila dokumen elektronik sudah
menjadi standar dalam proses dokumentasi sebuah organisasi.

• Proses Penyimpanan

Pada tahap ini dilakukan proses penyimpanan dimana termasuk didalamnya adalah
pemasukan data (data entry), editing, pembuatan indeks dan klasifikasi berdasarkan subjek dari
dokumen. Klasifikasi bisa menggunakan UDC (Universal Decimal Classification) atau DDC
(Dewey Decimal Classfication) yang banyak digunakan di perpustakaanperpustakaan di
Indonesia. Ada dua pendekatan dalam proses penyimpanan, yaitu pendekatan basis file (file base
approach) dan pendekatan basis data (database approach). Masing-masing pendekatan memiliki
kelebihan dan kelemahan dan kita dapat memilih pendekatan mana yang akan kita gunakan
berdasarkan kebutuhan.

c. Proses Pengaksesan dan Pencarian Kembali Dokumen Inti dari proses ini adalah bagaimana
kita dapat melakukan pencarian kembali terhadap dokumen yang telah kita simpan. Metode
pengaksesan dan pencarian kembali dokumen akan mengikuti pendekatan proses penyimpanan
yang kita pilih. Pendekatan database membuat proses ini lebih fleksibel dan Pengelolaan
Perpustakaan Digital efektif dilakukan, terutama untuk penyimpanan data sekala besar. Disisi
lain, kelemahannya adalah relatif lebih rumitnya sistem dan proses yang harus kita lakukan. Dan
menariknya, karena sifat pendekatan database yang memiliki kebebasan terhadap data (data
independence), dengan data yang sama kita bisa membuat interface ke berbagai aplikasi lain baik
yang berbasis standalone maupun web.

Pengaruh terhadap layanan perpustakaan


Penerapan TI dalam bidang layanan perpustakaan ini dapat dilihat dari beberapa hal
seperti uraian berikut :

• Layanan Sirkulasi

Penerapan TI dalam bidang layanan sirkulasi selain layanan peminjaman dan pengembalian,
statistik pengguna, dan administrasi keanggotaan, dapat juga dilakukan layanan silang layan
antar perpustakaan yang akan lebih mudah dilakukan apabila TI sudah menjadi bagian dari
layanan sirkulasi ini. Seperti sudah dimungkinkannya adanya self-services dalam layanan
sirkulasi melalui fasilitas barcoding dan RFID (Radio Frequency Identification). Termasuk mulai
digunakannya SMS, Faksimili dan Internet, didalam layanan sehari-hari.

• Layanan Referensi & Hasil-hasil Penelitian

Penerapan TI dalam layanan ini dapat dilihat dari tersedianya akses untuk menelusuri
sumber-sumber referensi elektronik/digital dan bahan pustaka lainnya melalui kamus elektronik,
direktori elektronik, peta elektronik, hasil penelitian dalam bentuk digital, dan lain-lain.

• Layanan Periodikal

Pengguna layanan periodikal (jurnal, majalah, terbitan berkala lainnya) akan sangat terbantu
apabila perpustakaan mampu menyediakan kemudahan dalam akses ke dalam jurnal-jurnal
elektronik, baik itu yang diakses dari database lokal, global maupun yang tersedia dalam format
CD. Bahkan silang layan dan layanan penelusuran informasi pun bisa dimanfaatkan oleh
pengguna dengan bantuan teknologi informasi seperti internet.

• Layanan Multimedia/Audio-Visual

Layanan multimedia/audio-visual atau yang lebih dikenal sebagai layanan “non book
material” adalah layanan yang secara langsung bersentuhan dengan TI. Pada layanan ini
pengguna dapat memanfaatkan teknologi informasi dalam bentuk Kaset Video, Kaset Audio,
MicroFilm, MicroFische, CD, Laser Disk, DVD, Home Movie, Home Theatre, dll. 133
Pengelolaan Perpustakaan Digital (Yuyun Widayanti) Layanan ini juga memungkinkan adanya
media interaktif yang dapat dimanfaatkan pengguna untuk melakukan pembelajaran, dan
sebagainya.

• Layanan Internet & Computer Station

Internet sebagai icon penting dalam TI, sudah tidak asing lagi dalam kehidupan semua orang.
Untuk itu perpustakaanpun harus dapat memberikan layanan melalui media ini. Melalui media
web perpustakaan memberikan informasi dan layanan kepada penggunanya. Selain itu
perpustakaan juga dapat menyediakan akses internet baik menggunakan computer station
maupun WIFI/Access Point yang dapat digunakan pengguna sebagai bagian dari layanan yang
diberikan oleh perpustakaan. Pustakawan dan perpustakaan juga bisa menggunakan fasiltas web-
conferencing untuk memberikan layanan secara online kepada pengguna perpustakaan. Web-
Conferencing ini dapat juga dimanfaatkan oleh bagian layanan informasi dan referensi. OPAC
atau Online Public Access Catalogue merupakan bagian penting dalam sebuah perpustakaan,
untuk itu perpustakaan perlu menyediakan akses yang lebih luas baik itu melalui jaringan lokal,
intranet maupun internet.

• Keamanan

Teknologi informasi juga dapat digunakan sebagai alat untuk memberikan kenyamanan dan
keamanan dalam perpustakaan. Melalui fasilitas semacam gate keeper, security gate, CCTV dan
lain sebagainya, perpustakaan dapat meningkatkan keamanan dalam perpustakaan dari tangan-
tangan jahil yang tidak asing sering terjadi dimanapun.

• Pengadaan

Bagian Pengadaan juga sangat terbantu dengan adanya teknologi informasi ini. Selain dapat
menggunakan TI dan internet untuk melakukan penelusuran koleksi-koleksi perpustakaan yang
dibutuhkan, bagian ini juga dapat memanfaatkannya untuk menampung berbagai ide dan usulan
kebutuhan perpustakaan oleh pengguna. Kerjasama pengadaan dengan berbagai pihak juga
menjadi lebih mudah dilakukan dengan adanya TI ini. Implementasi TI dalam layanan
perpustakaan dari waktu ke waktu akan terus berkembang seiring makin kompleksnya keperluan
automasi perpustakaan maupun penyediaan media/bahan pustaka yang berbasis TI.

Sumber daya Informasi Perpustakaan Digital


Dewasa ini terjadi perubahan dalam pengelolaan sumberdaya informasi di perpustakaan.
Berbagai sumberdaya informasi berbasis kertas (paperbased), yang selama ini merupakan
primadona perpustakaan tradisional, sekarang telah banyak tersedia dalam format elektronik.
Kemapanan 134 sumberdaya informasi berbasis kertas ditantang oleh sumberdaya informasi
elektronik yang menawarkan cara yang berbeda dalam penyimpanan dan menemubalikkan
informasi. Beranekaragam sumberdaya informasi elektronik yang dikembangkan oleh para
pustakawan, perpustakaan dan penerbit, terutama di negara maju. Sumberdaya informasi
berkembang biak dengan sangat cepat. Perkembang biakan informasi ini didukung oleh
perkembangan yang pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Aplikasi TIK
memunculkan sistem akses dan temu-balik terhadap informasi menjadi semakin cepat. Transfer
informasi dari sumber (lokasi) ke pengguna (end user) menjadi cepat. Situasi ini menjadikan
akses informasi elektronik semakin penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat akan
informasi, tanpa mengabaikan akses informasi yang telah berlangsung selama ini secara
konvensional. Akses terhadap sumberdaya informasi elektronik semakin mudah karena dapat
diakses secara terbuka, multi user, unlimited access, dan dapat diakses dari jarak jauh (remote
access) tanpa harus hadir ke perpustakaan. Sumberdaya informasi yang banyak dikembangkan
oleh perpustakaan perguruan tinggi dewasa ini meliputi :

• Jurnal Elektronik (e-journal)

Jurnal elektronik adalah solusi yang dapat diterapkan dalam mengatasi masalah tersebut. e-
Journal secara sederhana dapat diartikan sebagai penyampaian informasi dan komunikasi atau
jurnal secara online. e-Journal menyediaka]n seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai
suatu jurnal konvensional (terbitan dan kajian secara mendalam) sehingga dapat menjawab
tantangan globalisasi. e-journal tidak berarti menggantikan model jurnal konvensional, tetapi
memperkuat jurnal tersebut melalui pengelolaan penulis, karya tulis dan tanggapan atas karya
tersebut, bahkan sampai pada tingkat mendiskusikan secara tak terbatas. DIKTI melanggan
database journal online yang Aksesnya diberika ke perguruan tinggi di Indonesia secara gratis.
Journal yang di langgan oleh DIKTI sebagai berikut :

• ProQuest (http://search.proquest.com),
• Cenggage (http://infotrac.galegroup.com),
• EBSCO (http://search.epnet.com)
• E-Resource

Perkembangan media digital berlangsung secara progresif dan 135 Pengelolaan


Perpustakaan Digital (Yuyun Widayanti) memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia
termasuk berperilaku belajar dan berkeputusan. Kenyataan ini disadari sebagai peluang oleh
beberapa perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat. Tentunya,
penyediaan bahan pustaka berformat digital yang dimiliki perpustakaan tanpa mengabaikan
akses memperoleh informasi ala konvensional yang telah berlangsung selama ini. Upaya
memenuhi kebutuhan pemustaka, saat ini Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melanggan
berbagai bahan perpustakaan digital online (e-Resources) seperti jurnal, ebook,dan karya-karya
referensi online lainnya dan bisa dimanfaatkan secara bebas dan gratis oleh pemustaka. Silakan
kunjungi menu e-resources pada situs web Perpusnas http://e-resources.pnri.go.id/. Badan
Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi DKI Jakarta menyediakan layanan e-resource
untuk akses internasional e-books dan e-journal dengan nama Jakarta e-library dengan alamat
http://elibrary.bpadjakarta.net/. Layanan ini bersifat gratis.

• Repositori Insitutsi

Menurut artikel yang tertulis di http://perpuspedia.pnri.go.id, Kata repository (simpanan)


sama populernya dengan kata akses, menunjukkan betapa konsep perpustakaan digital
merupakan kelanjutan tradisi yang sudah mengakar dalam kepustakawanan (librarianships)
universal. Istilah Institutional Repository atau “Simpanan Kelembagaan” merujuk ke sebuah
kegiatan menghimpun dan melestarikan koleksi digital yang merupakan hasil karya intelektual
dari sebuah komunitas tertentu. Dengan segera kita dapat melihat kaitan antara sebuah simpanan
kelembagaan dengan preservasi digital.

Permasalahan Perpustakaan Digital

• Digitalisasi Dokumen

Pembuatan perpustakaan digital tidak menemui masalah selama dokumen yang diterima
berupa file elektronik. Masalah muncul pada saat dokumen yang diterima berupa file non-
elektronik, berupa kertas atau buku. Hal ini merupakan masalah utama yang dibahas pada
proyek-proyek penelitian, khususnya dalam pembuatan perpustakaan digital dengan dokumen
dari perpustakaan umum atau dari grey literature

• Penarikan Biaya

Masalah yang terjadi pada perpustakaan digital swasta yang menarik biaya setiap
mengakses dokumen. Solusi masalah ini akan dikembangkan pada system electronic money

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Perpustakaan digital merupakan suatu perpustakaan di mana seluruh isi koleksi dan proses
pengelolaan serta layanannya tersebut berupa kumpulan data dalam bentuk digital. Perpustakaan
digital tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sumber lain dan pelayanan informasinya
terbuka untuk seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidak terbatas pada dokumen
elektronik pengganti cetak saja, ruang lingkup koleksinya sampai pada artefak digital yang tidak
bisa digantikan dalam bentuk tercetak. Perbedaan ”perpustakaan biasa” dengan ”perpustakaan
digital” terlihat pada keberadaan koleksi. Koleksi digital tidak harus berada di sebuah tempat
fisik, sedangkan koleksi biasa terletak pada sebuah tempat yang menetap, yaitu perpustakaan.
Perbedaan kedua terlihat dari konsepnya. Konsep perpustakaan digital identik dengan internet
atau kompoter, sedangkan konsep perpustakaan biasa adalah buku-buku yang terletak pada suatu
tempat. Perbedaan ketiga, perpustakaan digital bisa dinikmati pengguna dimana saja dan kapan
saja, sedangkan pada perpustakaan biasa pengguna menikmati di perpustakaan dengan jam-jam
yang telah diatur oleh kebijakan organisasi perpustakaan. Perpustakaan digital bertujuan untuk
membuka akses seluas-luasnya terhadap informasi yang sudah dipublikasikan. Dengan tidak
terbatasnya informasi terutama sumber belajar yang dapat diakses oleh siswa dan guru melalui
peprpustakaan digital akan berdampak pada kegiatan pembelajaran. Pembelajaran tidak lagi
berpusat pada guru ( teacher centered) tetapi sudah bergeser ke student centered, active learning
dan pembelajaran berbasis aneka sumber. Dengan demikian konstruktivisme dalam
pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran yang aktif, interaktif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan dapat terlaksana dengan baik sehingga siswa tidak lagi belajar dengan tuntutan
subject matter oriented tapi mereka akan mengkontruksi apa yang dipelajarinya dalam proses
pembelajarannya dan dapat menerapkan dalam kehidupannya.

B. Saran

1. Meskipun pengadaan perpustakaan digital cukup susah, namun dapat diantisipasi dengan
pengadaan secara bertahap.

2. Kepada pemerintah, sebaiknya pengadaan laboratorium TIK bagi sekolahsekolah yang


dananya sangat besar dapat dikombinasikan dengan konsep perpustakaan digital tanpa
menghilangkan esensi laboratorium TIK.

DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Ismail, 2004. Inovasi Jaringan Perpustakaan Digital: Network of Networks (NeONs).
Makalah Seminar dan Workshop Sehari Perpustakaan dan Informasi Universitas
Muhammadiyah Malang 4 Oktober 2004. Hasibuan, Zainal A, 2005. Pengembangan
Perpustakaan Digital: Studi Kasus Perpustakaan Universitas Indonesia. Makalah Pelatihan
Pengelola Perpustakaan Perguruan Tinggi. Cisarua - Bogor, 17-18 Mei 2005. Pendit, Putu
Laxman (Ed.). 2007. Perpustakaan Digital: Sebuah Impian dan Kerja Bersama. Jakarta: Sagung
Seto. Sismanto. 2008. Manajemen Perpustakaan Digital. Sucahyo, Yudho Giri dan Ruldeviyani,
Yova (Ed.). 2007. Infrastruktur Perpustakaan Digital. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai