Anda di halaman 1dari 78

SKRIPSI

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MINYAK ZAITUN DAN MINYAK

KELAPA MURNI TERHADAP PENCEGAHAN DEKUBITUS

PADA PASIEN STROKE DI RUANGAN NEUROLOGI

RSUD Dr. ACHMAD MUCHTAR BUKITTINGGI

TAHUN 2017

OLEH :

FERRY NOVIARDI

13103084105040

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PERINTIS PADANG

TAHUN 2017
SKRIPSI

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MINYAK ZAITUN DAN MINYAK

KELAPA MURNI TERHADAP PENCEGAHAN DEKUBITUS

PADA PASIEN STROKE DI RUANGAN NEUROLOGI

RSUD Dr. ACHMAD MUCHTAR BUKITTINGGI

TAHUN 2017

Penelitian Keperawatan Medikal Bedah

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian Keperawatan


Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis Padang

OLEH :

FERRY NOVIARDI

13103084105040

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PERINTIS PADANG

TAHUN 2017
HALAMAN PERSETUJUAN

Efektifitas Penggunaan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni terhadap


Pencegahan Dekubitus pada Pasien Stroke di Ruangan Neurologi
RSUD Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2017

OLEH :

FERRY NOVIARDI

13103084105040

Skripsi ini telah disetujui dan telah diseminarkan

Bukittinggi, Agustus 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Muhammad Arif, M.Kep Ns. Ernalinda Rosya, M.Kep


NIK : 1420114098409051 NIK : 1440118098114115

Pengesahan

Ketua PSIK STIKes Perintis Padang

Ns. Yaslina, M.Kep, Sp.Kep.Kom


NIK : 1420106037395017
HALAMAN PENGESAHAN

Efektifitas Penggunaan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni terhadap


Pencegahan Dekubitus pada Pasien Stroke di Ruangan Neurologi
RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2017

Telah dipertahankan dihadapan sidang tim penguji

Pada

Hari/Tanggal : Rabu, 26 Juli 2017


Pukul : 13.00 – 14.00 WIB

Oleh

FERRY NOVIARDI
13103084105040

Dan yang bersangkutan dinyatakan

LULUS

Tim Penguji Akhir :

Penguji I : Ns. IdaSuryati, M.Kep…………………..............................

Penguji II : Ns. Muhammad Arif, M.Kep………....................................

Diketahui
Ketua Program Studi

Ns. Yaslina, M.Kep, Sp.Kep.Kom


NIK : 1420106037395017
PENDIDIKAN SARJANA KEPERAWATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES PERINTIS PADANG

Skripsi, Agustus 2017

Ferry Noviardi

Efektifitas Penggunaan Minyak Zaitun Dan Minyak Kelapa Murni Terhadap


Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke di Ruangan Nuero RSAM Bukittinggi tahun
2017
ix + vi bab + 78 halaman + 2 skema + 5 tabel + 7 lampiran

ABSTRAK
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat
dan tepat yang menyebabkan penurunan fungsi otak. Di butuhkan perawatan intensif yang
menyebabkan tirah baring.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas penggunaan minyak
zaitun dan minyak kelapa murni terhadap pencegahan dekubitus pada pasien stroke di Ruangan Neuro
RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2017. Metode penelitian ini menggunakan Quasi
Eksperimen reseach dengan desainpendekatan One group pretest – posttest disign, kemudian data
diolah dengan menggunakan uji paired test. Sampel sebanyak 30 orang responden. Didapatkan data
pada kelompok intervensi 15 orang dan kelompok kontrol 15 orang.Rerata perbedaan sebelum dan
sesudah intervensi -3,533, dengan standar deviasi 1,598, dan p value 0,000 dapat disimpulkan adanya
efektifitas sebelum dan sesudah diberikan tindakan minyak zaitun dan minyak kelapa murni. Pada
kelompok kontrol didapatkan perbedaan rerata 0,200, dengan standar deviasi 0,775, dan p value
0,334, artinya tidak adanya efektifitas sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol. Kesimpulan
kemampuan minyak zaitu lebih efektif terhadap pencegahan dekubitus dari pada minyak kelapa
murni. Disarankan hasil penelitian dapat diaplikasikan oleh perawat di rumah sakit untuk memberikan
minyak zaitun dan minyak kelapa murni kepada pasien agar melindungi kulit dari kerusakan dan
mencegah dekubitus.

Kata Kunci : Stroke, Dekubitus, Pemberian Minyak Kelapa, Minyak Zaitun.


Daftar Bacaan : 17 (2000-2016)
Study Program of Nursing
Institude of health science Perintis Padang

Scientific Paper, August 2017

Ferry Noviardi

The Effectivity of Olive Oil And Coconut Oil On Pain To Prevent Decubitus In Stroke
Patients In Nuero RSAM Bukittinggi Room 2017
ix + vi chapter + 78 pages + 2 schemes + 5 tables + 7 attachments.

ABSTRACT
Stroke is a neurological disease that is often encountered and should be treated quickly and precisely
which leads to decreased brain function. In need of intensive care that causes bed rest. The purpose of
this study was to determine the effectiveness of the use of olive oil and virgin coconut oil on the
prevention of dekubitus in stroke patients in Nuero at Hospital DrAchmad Mochtar Bukittinggi
Hospital in 2017. This research method using Quasi Eksperimenreseach method with One group
pretest - posttest disign approach design, Processed by using paired test test. A sample of 30
respondents. It was found that from 30 respondents, conducted in intervention group 15 people and
control group 15 people.The difference of before and after intervention -3,533, with standard
deviation 1,598, and p value 0,000 can be concluded the effectiveness before and after action of olive
oil and virgin coconut oil. In the control group, the mean difference was 0,200, with deviation
standard 0,775, and p value 0,334, meaning no effectivity before and after in control group.
Conclusion The ability of oil is more effective against the prevention of decubitus than pure coconut
oil. Suggested Results can be applied by hospital nurses to provide olive oil and virgin coconut oil to
patients to protect skin elasticity from damage and prevent decubitus.

Keywords : Stroke, Decubitus, Coconut Oil, Olive Oil.


Reading List : 17 (2000-2016)
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,

nikmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menempuh Program Ilmu Keperawatan

STIKes Perintis Padang Tahun 2017 dengan judul penelitian “Efektifitas Penggunaan

Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni terhadap Pencegahan Dekubitus pada

Pasien Stroke di Ruangan Neurologi RSUD Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun

2017”.

Selama penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak yang telah

memberi arahan dan masukan yang membangun, demi terselesainya penulisan skripsi ini.

Oleh karena itu, peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis Padang.

2. Ibu Ns. Yaslina, M.Kep, Sp.Kep.Kom selaku Ka.Prodi Ilmu Keperawatan STIKes

Perintis Padang.

3. Bapak Ns. Muhammad Arif, M.Kep selaku Pembimbung I yang telah meluangkan

waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan saran kepada peneliti sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Ns. Ernalinda Rosya, M.Kep selaku Pembimbung II yang juga telah meluangkan

waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan saran kepada peneliti sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Yang teristimewa kepada keluarga tersayang yang telah mebesarkan, mendidik, dan

mendoakanku, memberi dukungan moral maupun materil. Karena dengan ketulusan


cinta, kasih, sayang, kepedulian dan perhatian dari mereka saya mampu

menyelesaikan pendidikan dan mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada rekan-rekan seperjuangan Ilmu Keperawatan yang telah memberikan

dorongan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bukittinggi, Agustus 2017

Peneliti
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
DAFTAR SKEMA .......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 8
1.5 Rung Lingkup Penelitian..................................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Konsep Stroke
2.1.1 Definisi .................................................................................................... 11
2.1.2 Etiologi ........................................................................................................ 11
2.1.3 Patofisiologi ................................................................................................. 13
2.1.4 Manifestasi Klinis ........................................................................................ 14
2.1.5 Klasifikasi .................................................................................................... 16
2.1.6 Komplikasi................................................................................................... 18
2.2 Konsep Dekubitus
2.2.1 Definisi ........................................................................................................ 19
2.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko .......................................................................... 19
2.2.3 Patofisiologi ................................................................................................. 20
2.2.4 Klasifikasi .................................................................................................... 21
2.2.5 Komplikasi................................................................................................... 21
2.2.6 Konsep Pencegahan Dekubitus ................................................................... 22
2.2.7 Pengukuran Resiko Dekubitus..................................................................... 25
2.3 Konsep Minyak Zaitun
2.3.1 Definisi ........................................................................................................ 32
2.3.2 Jenis jenis ..................................................................................................... 32
2.3.3 Kandungan ................................................................................................... 33
2.4 Konsep Minyak Kelapa Murni
2.4.1 Defenisi ........................................................................................................ 34
2.4.2 Kandungan ................................................................................................... 34
2.4.3 Mamfaat ....................................................................................................... 35
2.5 Penelitian Terkait .................................................................................................. 35
2.6 Keranga Teori........................................................................................................ 37

BAB III KERANGKA KONSEP


3.1 Kerangka Konsep .................................................................................................. 38
3.2 Definisi Operasional ............................................................................................. 39
3.3 Hipotesis ............................................................................................................... 40

BAB IV METODE PENELITIAN


4.1 Desain Penelitian .................................................................................................. 41
4.2 Populasi, Sampel Penelitian dan Teknik Sampel
4.2.1 Populasi ........................................................................................................... 42
4.2.2 Sampel ......................................................................................................... 43
4.2.3 Sampling....................................................................................................... 43
4.2.4 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 44
4.3 Tempat dan Waktu penelitian
4.3.1 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 44
4.3.2 Waktu Penelitian .......................................................................................... 45
4.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 45
4.5 Teknik Pengolahan Data ......................................................................................... 45
4.6 Analisa Data
4.6.1 Analisa Univariat .......................................................................................... 47
4.6.2 Analisa Bivariat ............................................................................................ 48
4.7 Etika Penelitian....................................................................................................... 48
4.7.1 Self Determinant .......................................................................................... 48
4.7.2 Anonimity .................................................................................................... 49
4.7.3 Confidentiality ............................................................................................. 49
4.7.4 Informed Consent ......................................................................................... 49

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Hasil Penelitian....................................................................................................... 51
5.2 Analisis Univariat ................................................................................................... 51
5.3 Analisis Bivariat ..................................................................................................... 54
5.4 Pembahasan ............................................................................................................ 55
5.4.1 Univariat ....................................................................................................... 55
5.4.2 Bivariat ......................................................................................................... 60

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 64
6.2 Saran ....................................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SKEMA

No
Skema 2.6 Kerangka Teori ............................................................................................... 37
Skema 3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................... 38
DAFTAR TABEL

No
Tabel 3.1 Defenisi Operasional ........................................................................................ 39
Tabel 4.1 Rancangan Penelitian ....................................................................................... 43
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia pasien stroke pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol di RuanganNuero
RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi tahun 2017 ...................................... 52
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan IMT pasien stroke pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Ruangan
Nuero RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi
tahun 2017 ........................................................................................................ 53
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi Dekubitus Pada Pasien Stroke Sebelum Diberikan
tindakan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni pada kelompok
intervensi di Ruangan Nuero RSUD Dr. Achmad Muchtar
Bukittinggi tahun 2017 ..................................................................................... 53
Tabel 5.4 Efektifitas Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Tindakan Minyak Zaitun Dan Minyak Kelapa
Murni Pada Kelompok Kontrol Dan Kelompok Intervensi di
Ruangan Nuero RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi
tahun 2017 ........................................................................................................ 55
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Persetujuan Menjadi Responden


Lampiran 2 Informed Consent
Lampiran 3 Lembar Observasi Penelitian
Lampiran 4 Surat Izin Pengambilan Data dan Penelitian
Lampiran 5 Surat Balasan Penelitian dari RSUD Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

global, regional, nasional dan lokal. Salah satu PTM yang menyita banyak perhatian

adalah Stroke. Stroke termasuk salah satu penyakit tidak menular yang telah menjadi

masalah serius kesehatan masyarakat, tidak hanya di Indonesia tetapi juga Dunia.

Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan dari

orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya berkembang lambat.

Empat jenis utama penyakit tidak menular adalah kanker, penyakit pernapasan kronis

(seperti penyakit paru obstruktif kronis dan asma), diabetes melitus (DM) dan penyakit

kardiovaskular (seperti serangan jantung dan stroke) (Suprayatmi, 2008).

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat stroke sebesar

51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain itu, diperkirakan

sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadar glukosa darah dalam tubuh. Di

dunia penyakit stroke meningkat seiring dengan modernisasi. Di Amerika Serikat, stroke

menjadi penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.

Diperkirakan ada 700.000 kasus stroke di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan 200.000

diantaranya dengan serangan berulang.

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di Indonesia

meningkat seiring bertambahnya umur. Jumlah penderita stroke di tahun 2007 usia 45-54

sekitar 8 persen, sedangkan pada tahun 2013 mencapai 10 persen. Selanjutnya jumlah

penderita stroke usia 55-64 tahun pada Riskesdas 2007 sebanyak 15 persen, sedangkan

pada Riskesdas 2013 mencapai 24 persen. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga
kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah pada kelompok usia 15-24

tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-

laki (7,1%) 2 dibandingkan dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal,

prevalensi stroke di perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan

(5,7%).

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani

secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak

yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi

pada siapa saja dan kapan saja. Stroke diakibatkan oleh thrombosis serebral, hemoragi,

hipoksia umum dan hipoksia setempat (Muttaqin, 2008).

Tingginya kadar gula darah dalam tubuh secara patologis berperan dalam peningkatan

konsentrasi glikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar

glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar kemungkinan meluasnya

area infark karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik

yang merusak jaringan otak. Stroke disebabkan oleh multifaktor seperti hipertensi,

penyakit jantung, merokok, diabetes, kolesterol, obesitas dan kurang aktivitas fisik dan

faktor lainnya. Hipertensi merupakan faktor resiko tertinggi untuk kejadian stroke

hemoragik dan peningkatan gula darah merupakan faktor resiko tertinggi kejadian stroke

iskemik, sedangkan hipertensi merupakan faktor resiko dari kedua jenis stroke tersebut.

Stroke disebabkan adanya gangguan peredaran darah dikarenakan pecahnya pembuluh

darah atau terhambat oleh sumbatan. Hal ini menyebabkan terputusnya persediaan

oksigen dan nutrien yang menyebabkan kerusakan jaringan dan fungsi otak (Padila,

2012).
Dibutuhkan perawatan intensif yang berguna memulihkan fungsi otak, dengan menjalani

rawat inap dan tirah baring total. Tirah baring penting karena pasien dengan gangguan

persyarafan seringkali disertai dengan adanya penurunan kemampuan dalam mobilisasi

(parese). Immobilisasi atau tirah baring menjadi faktor yang signifikan menyebabkan

kerusakan pada integritas kulit (Suryadi, 2007).

Kerusakan integritas kulit yang biasanya timbul pada pasien dengan tirah baring lama,

lama kelamaan akan menimbulkan luka dekubitus. Prevalensi stroke hemoragik di

Sumatra Barat adalah 0,03%. Sedangkan untuk stroke non hemoragik prevalensinya

sebesar 0,09%. Prevalensi kejadian dekubitus pada pasien stroke berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Langhorne dan kawan - kawan tahun 2010 di Inggris adalah dari 265

orang pasien stroke 56 orang (21%) mengalami dekubitus.

Dekubitus bisa terjadi pada hari pertama pasien dirawat sampai dengan hari keduabelas

atau lebih pasien dirawat, hal ini tergantung dari kondisi penyakit dan intervensi

pencegahan dekubitus yang diberikan. Morison (2003), menyatakan tanda-tanda

kerusakan jaringan yang menyebabkan dekubitus dapat terjadi sangat cepat apabila

terdapat faktor predisposisi penyebab tekanan pada kulit pasien dan berlangsung dalam

beberapa jam. Sabandar (2008), menyatakan tanda-tanda luka dekubitus terjadi akibat

posisi pasien yang tidak berubah (imobilisasi) dalam jangka waktu lebih dari 6 jam pada

hari pertama perawatan. Suheri (2009), menyatakan dekubitus bisa terjadi pada hari

ketiga sampai hari kelima pasien dirawat. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit

dan menunjukkan gejala infeksi (dekubitus) setelah 72 jam atau 3 hari pasien berada di

Rumah sakit dan semakin lama pasien dirawat semakin beresiko menambah terjadinya

infeksi sekunder pada pasien (Depkes, 2005).


Dekubitus adalah kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan

menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara

terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Area tubuh

yang rentan terkena dekubitus adalah area yang tertekan seperti punggung, sacrum,

iskhium dan tumit (Morison,M.J, 2004).

Untuk dapat mempertahankan area tersebut tetap baik, dapat diberikan tindakan

keperawatan alih baring dan juga pemberian minyak zaitun (Yolanda, 2012). Minyak

zaitun mengandung lemak baik seperti yang terdapat pada alpukat, yang melembabkan

dan mengenyalkan kulit dengan kombinasi vitamin A dan E nya, demikian menurut situs

The Daily Green. Minyak zaitun mampu mereda iritasi, kemerahan, rasa kering atau

gangguan lain pada kulit akibat faktor lingkungan. Aplikasikan minyak zaitun ke kulit

dengan kapas atau tuangkan saja 2-3 tetes kedalam moisturizer untuk meningkatkan

efektifitasnya (Utami, 2013).

Dalam ilmu kedokteran, Hipocrates, mengatakan bahwa zaitun memiliki nilai terapi yang

tinggi bagi kesehatan. Penyataan tersebut kembali diteguhkan oleh salah satu ahli

biokimia pangan dan gizi Universitas Negeri Jakarta, Alsuhendra (2009) mengatakan

bahwa minyak zaitun banyak digunakan dalam bidang kesehatan karena kandungan asam

lemak tak jenuhnya yang tinggi, khususnya asam lemak tak jenuh dengan ikatan rangkap

tunggal yang didalamnya terdapat asam oleat (omega 9) dan juga asam linoleat (omega 6)

dengan kadar 65-85% (Fahrudin, 2013)

Selain minyak zaitun, tindakan lain yang dapat di berikan adalah pemberian Minyak

kelapa murni (Virgin Coconut Oil). VCO adalah produk olahan kelapa yang aman

dikonsumsi oleh masyarakat dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Mutu VCO

ditentukan dari kandungan asam lemak rantai Medium Chain Fatty Acid (MCFA) dan
asam laurat. Kandungan MCFA dan kandungan asam laurat dipengaruhi oleh varietas

kelapa, tinggi tempat tumbuh, teknologi proses VCO (Novarianto 2007 dalam Sari 2009).

VCO mengandung asam laurat yang tinggi (sampai 51%), sebuah lemak jenuh dengan

rantai karbon sedang (jumlah karbonnya 12) yang biasa disebut Medium Chain Fatty Acid

(MCFA). Didalam tubuh manusia asam laurat akan diubah menjadi monolaurin, sebuah

senyawa monokliserida yang bersifat antivirus, antibakteri dan antiprotozoa (Fife 2005).

MCFA mudah diserap kedalam sel kemudian kedalam mitokondria, sehingga

metabolisme meningkat. Adanya peningkatan metabolisma maka sel-sel bekerja lebih

efisien membentuk sel-sel baru serta mengganti sel-sel yang rusak lebih cepat (Inggita et

al 2006 dalam Sari 2009).

VCO juga berfungsi sebagai antioksidan yang kuat, karena VCO memiliki kandungan

vitamin E dan polifenol. Tinggi rendahnya kandungan Vitamin E dan polifenol dalam

VCO sangat ditentukan oleh kualitas bahan bakunya (kelapa) dan proses produksi yang

digunakan. Secara umum, proses produksi yang menerapkan penggunaan panas dapat

menurunkan kadar Vitamin E dan polifenol sekitar 25%. Bahkan dapat hilang sama sekali

dengan pemanasan yang berlebihan (Subroto 2006 dalam Sari 2009).

Menurut Sutarni dan Hartin Rozalin (2005), VCO dapat menjadi minyak pijat yang

berguna mencegah infeksi kulit dan mengobati kulit yang rusak serta menjadi lotion agar

kulit lebih kenyal, lembab awet muda, serta mencegah noda kehitaman. Selain itu, VCO

dapat mempercepat lepasnya lapisan kulit terluar sehingga kulit lebih halus, warna lebih

merah, dan bersinar. Minyak kelapa murni merupakan pelembab kulit alami karena

mampu mencegah kerusakan jaringan dan memberkan perlindungan terhadap kulit

tersebut. Minyak kelapa murni pun mampu mencegah berkembangnya bercak-bercak

dikulit akibat penuaan dan melindungi kulit dari cahaya matahari. Bahkan minyak kelapa
murni dapat memperbaiki kulit yang rusak atau sakit. Oleh karena itu, penggunan minyak

kelapa murni akan mampu menampilkan kulit lebih muda (Novarianto, 2004).

Hasil survei awal yang dilakukan kepada 2 dari 3 perawat yang telah diwawancara,

mengatakan intervensi yang dilakukan yaitu perubahan posisi miring kiri dan miring

kanan dan tidak ada melakukan terapi herbal. Dan 4 dari 5 keluarga pasien mengatakan

tidak mengetahui manfaat dari terapi minyak zaitun dan miyak kelapa murni. Dari

masalah di atas peneliti tertarik meneliti tentang “Efektifitas Penggunaan Minyak

Zaitun dan Minyak Kelapa Murni terhadap Pencegahan Dekubitus pada Pasien

Stroke di Ruangan Neurologi RSUD Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2017”.

1.2 Rumusan Masalah

Dilihat dari permasalahan diatas peneliti merumuskan masalah bahwa penggunaan

minyak zaitun dan minyak kelapa murni terhadap pencegahan dekubitus pada pasien

stroke dari latar belakang diatas dapat dirumuskan tentang “ apakah efektifitas

penggunaan minyak zaitun dan minyak kelapa murni terhadap pencegahan dekubitus

pada pasien stroke di Ruangan Neuro RSUD Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi tahun

2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan minyak

zaitun dan minyak kelapa murni terhadap pencegahan dekubitus pada pasien stroke di

Ruangan Nuero RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi tahun 2017.


1.3.2 Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi :

a) Diketahui karakteristik usia, dan IMT pasien stroke pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol.

b) Diketahui gambaran dekubitus pada pasien stroke sebelum dan sesudah diberikan

tindakan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol.

c) Mengetahui efektifitas pencegahan dekubitus pada pasien stroke sebelum dan

sesudah diberikan tindakan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni pada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat bagi peneliti

Mengetahui efektifitas penggunaan minyak zaitun dan minyak kelapa murni terhadap

pencegahan dekubitus pada pasien sroke di ruangan Neuro RSUD Dr.Achmad Muchtar

Bukittinggi tahun 2017 dan hasil penelitian ini dapat diaplikasikan oleh peneliti setelah

memasuki dunia kerja.

b. Bagi tenaga kesehatan

Hasil aplikasi ini diharapkan akan digunakan oleh perawat di rumah sakit untuk

memberikan minyak zaitun dan minyak kelapa murni kepada pasien karena minyak

zaitun dan minyak kelapa murni mengandung asam oleat yang dapat melindungi kulit

dan melindungi elastisitas kulit dari kerusakan dan mencegah dekubitus.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan bagi pendidikan keperawatan

untuk memberikan materi tentang terapi komplementer pada pasien stroke, khususnya
yang mengalami tirah baring lama dengan pemberian minyak zaitun dan minyak kelapa

murni.

d. Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian yang berkaitan

efektifitas penggunaan minyak zaitun dan minyak kelapa murni terhadap pencegahan

dekubitus .

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang efektifitas penggunaan minyak zaitun dan minyak

kelapa murni dalam pencegahan dekubitus pada pasien stroke di Ruangan Neuro RSUD

Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi tahun 2017. Variabel independen yang diteliti adalah

efektifitas penggunaan minyak zaitun sedangkan variabel dependen yang diteliti adalah

penggunaan minyak kelapa murni terhadap pencegahan dekubitus pada pasien stroke.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode Quasi experiment study

yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai

akibat dari adanya penggunaan minyak zaitun dan minyak kelapa murni. Sedangkan

jenis rancangan yang digunakan two group pretest-postest design yaitu dua kelompok

subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah

intervensi. Pada penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan pre test pada

kelompok pertama yaitu mengukur resiko dekubitus pada responden kemudian

memberikan intervensi kepada responden berupa pemberian minyak zaitun 2 kali sehari

selama 5 hari, selanjutnya dilakukan pengukuran resiko dekubitus (post test). Pada

kelompok kedua, yaitu dengan mengukur kembali resiko dekubitus pada responden

(pre test). Kemudian memberikan intervensi kepada responden berupa pemberian

minyak kelapa murni 2 kali sehari selama 5 hari. Selanjutnya dilakukan pengukuran

resiko dekubitus (post test).


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan lembar obsevasi resiko dekubitus sebagai

instrumen penelitian. Penelitian ini dilakukan pada Juli-Agustus 2017. Penelitian ini

dilakukan di Ruangan Neuro RSUD Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi. Sampel dalam

penelitian ini berjumlah 15 pasien stroke di Ruangan Neuro RSUD Dr.Achmad

Muchtar Bukittinggi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stroke

2.1.1 Defenisi

Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah sindom klinik yang diawali

dengan timbulnya mendadak progressive cepat berupa defecit neurologis vocal

ataupun global yang berlangsung 24 jam lebih yang disebabkan oleh gangguan

peredaran darah otak neotraumatik (Mansjoer, Arif 2000).

Sedangkan stroke menurut Smeltzer Suzanne (2001) Stroke adalah kehilangan fungsi

otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplay darah ke bagian otak.

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus di tangani

secara cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang

disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadinya pada

siapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008).

2.1.2 Etiologi

1) Faktor resiko medis, antara lain :

a) Migrain

b) Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)

c) Diabetes

d) Kolesterol

e) Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah)

f) Riwayat stroke dalam keluarga


2) Faktor resiko perilaku, antara lain :

a) Kurang olahraga

b) Merokok

c) Makanan tidak sehat (junk food, fast food)

d) Narkoba

e) Obesitas

f) Stress

g) Cara hidup

3) Faktor lain

a) Trombosis serebral

Terjadi pada pembuluh darah dimana oklusi terjadi trombosis dapat

menyebabkan ischemia jaringan otak, edema dan kongesti di area sekitarnya.

b) Emboli serebral

Penyumbatan pada pembuluh darah otak karena bekuan darah, lemak atau

udara, kebanyakan emboli berasal dari trhombus di jantung yang terlepas dan

menyumbat sitem saraf arteri serebral.

c) Perdarahan intra serebral

Pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi karena asterosclerosis dan hipertensi.

Pecahnya pembuluh darah otak akan menyebabkan penekanan, pergeseran dan

pemisahan jaringan otak yang berdekatan akibatnya otak akan bengkak, jaringan

otak internal tertekan sehingga menyebabkan infark otak, edema dan mungkin

terjadi herniasi otak

d) Migren

e) Vaskulitis sistem saraf pusat

f) Miksoma atrium
2.1.3 Patofisiologi

Otak sangat tegantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika

aliran darah ke otak terhambat karena trombus dan embolus, maka mulai terjadi

kekurangan oksigen ke otak. Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejala

yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran, kekurangan oksigen dalam waktu lama

menyebabkan nekrosis mikroskopis neuron-neuron. Kekurangan oksigen pada

awalnya mungkin akibat anemia dan kesuaran untuk bernafas. Stroke karena embolus

merupakan akibat dari bekuan darah, udara, ateroma fragmen lemak. (Corwin, 2009).

Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja, di dalam arteri-arteri

yang membentuk sirkulasi willis. Apabila aliran darah ke jaringan otak terputus

selama 15-20 menit akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa

oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang di

perdarahan arteri (Corwin, 2009).

2.1.4 Manifestasi Klinis

1. Kehilangan motorik

Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan control

volunteer terhadap gerakan motorik. Karena neuron motor atas melintas, gangguan

control motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada

neuron motor atas pada sisi berlawanan dari otak. Disfungsi otak paling umum

adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada satu sisi otak yang

berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh.

Di awal tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul biasanya adalah paralisis dan

hilang atau menurunnya reflex tendon dalam. Apabila rexlef tendon dalam ini

muncul kembali (biasanya dalam 48 jam), peningkatan tonus disertai dengan


spastisitas (peningkatan tonus otot abnormal) pada ekstremitas yang terkena dapat

dilihat.

2. Kehilangan komunikasi

Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa dan komunikasi.

Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa dan komunikasi

dapat dimanifestasikan sebagai berikut :

a) Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan berbicara yang sulit dan

dimengerti disebabkan oleh paralis otot yang bertanggung jawab untuk

menghasilkan bicara.

b) Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama

ekspresif atau reseptif.

c) Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari

sebelumnya).

3. Gangguan persepsi

Ketidakmampuan untuk meninterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan

disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual spesial dan kehilangan

sensori.

4. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik

Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal, mempelajari kapasitas, memori, atau

fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat

ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lipa dan

kurang motivasi, yang menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam

program rehabilitas mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin akan diperberat

oleh respon alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik ini. Masalah psikologis
lain yang umum terjadi yaitu labilitas emosional, bermusuhan, frustasi, dendam,

dan kurang kerja sama.

(Brunner dan Suddarth, 2008)

2.1.5 Klasifikasi Stroke

Stroke terbagi menjadi 2 kategori yaitu stroke hemorogik dan stroke iskemik.

1) Stroke hemorogik adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah sehingga

menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah

otak dan merusaknya. Hampir 70% kasus stroke hemorogik diderita oleh penderita

hipertensi.

Stroke hemorogik dibagi menjadi 2 jenis :

a. Hemoragik Intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.

b. Hemoragik Subaraknoid : pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid

(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutup otak).

Menurut Smeltzer Suzanne (2001) stroke hemoragik disebabkan oleh :

a. Iskemia

Merupakan penurunan aliran darah ke otak.

b. Thrombosit

Merupakan penyebab stroke paling utama, umumnya karena arterosklerosis,

hipertensi juga merupakan suatu faktor dasar yang penting, thrombus

mengakibatkan oklusi lumen arteri dan menurunkan perfusi yang kemudian

dapat menyebabkan iskemia dan infark.

c. Embolisme cerebral

Bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang

lain.
2) Stroke iskemik : terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan

aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh

aterosklorosis yaitu penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah atau

bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak.

Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.

Penyumbatan bisa terjadi sepanjang jalur pembuluh darah arteri menuju otak.

Stroke iskemik ini dibagi menjadi menjadi 3 jenis, yaitu :

a. Stroke trombotik : proses terbentuknya thrombus hingga menjadi gumpalan.

b. Stroke embolik : tertutupnya pembuluh darah arteri oleh bekuan darah.

c. Hepoperfusion sistemik : aliran darah ke seluruh bagian tubuh berkurang

karena adanya gangguan denyut jantung.

Stroke menyerang dan merusak sel-sel otak yang berhubungan dengan saraf.

Kerusakan saraf yang disebabkan oleh gangguan stroke dapat menimbulkan

berbagai msalah, termasuk gangguan fungsu seksualitas bagi pria maupun wanita.

2.1.6 Komplikasi

Menurut Laila Henderson (2012) pada stroke berbaring lama dapat menyebabkan

masalah emosional dan fisik, diantaranya :

1) Bekuan darah

Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan,

pembengkaan selain itu juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan

yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.

2) Pneumonia

Pasien stroke tidak dapat batuk dan menelan secara sempurna, hal ini menyebabkan

cairan berkumpul di paru-paru dan selanjutnya menimbulkan pneumonia.


3) Atrofi dan kekakuan sendi

Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi

4) Dekubitus

Bagian biasa yang mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit,

bila memar ini tidak bisa dirawat bisa menjadi infeksi (Pudiastuti, 2011).

2.2 Konsep Dekubitus

2.2.1 Defenisi

Menurut Wijaya & Putri (2013), ulkus dekubitus adalah luka yang terdapat pada

permukaan kulit atau selaput lendir yang jaringannya mati karena terdapat kuman

saprofit. Integritas kulit agar tidak terjadi luka dekubitus dapat dipertahankan dengan

memberikan minyak zaitun.

Dekubitus adalah cedera lokal terhadap kulit atau jaringan dibawahnya, umumnya pada

tonjolan tulang akibat tekanan atau kombinasi tekanan dengan friksi atau penggeseran.

Walaupun ulkus dekubitus paling umum pada tonjolan tulang,dapat pula berlokasi pada

area tubuh apapun yang terkena tekanan, gaya geser, atau friksi (Joyce M.Black, 2014).

2.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko

Secara klasik, ulkus dekubitus timbul saat jaringan lunak (kulit, jaringan subkutan, dan

otot) tertekan antara tonjolan tulang dan permukaan keras pada periode yang lama

(Joyce M.Black, 2014). Oleh karena itu imobilitas dan inaktifitas adalah faktor resiko

utama. Pada klien tirah baring, mengubah posisi dan reposisi yang kurang sering atau

kurangnya bantalan antara permukaan-permukaan yang bersentuhan dapat

menyebabkan kerusakan jaringan. Selain itu, klien yang terbaring sering kali

diposisikan pada posisi semi-fowler untuk memfasilitasi pernapasan atau makan. Posisi

ini meningkatkan resiko ulkus pada sakrum dan tumit. Ischia adalah lokasi umum ulkus
dekubitus pada klien yang terbatas bergerak hanya di kursi, terutama jika mereka hanya

duduk tegak di kursi. Panjangnya waktu paparan terhadap tekanan sebelum terjadi

robekan kulit bervariasi pada setiap klien, pada klien yang sangat lemah, kerusakan

jaringan permanen dapat timbul dala, waktu kurang dari 2 jam. Gangguan kognitif atau

sensorik juga meningkatkan resiko karena klien tidak dapat mengenali kebutuhan untuk

miring dan bergerak.

Malnutrisi protein-kalori adalah faktor resiko utama lainnya. Klien malnutrisi memiliki

integritas kulit yang uruk dam kulitnya mudah rusak. Selain itu, inkontinensia, friksi,

dan pergeseran kulit juga dapat menyebabkan robekan.

2.2.3 Patofisiologi

Tekanan pada jaringan lunak antara tonjolan tulang dan permukaan eksternal (kasur,

kursi) menekan kapiler dan menghambat aliran darah. Jika tekanan dilepaskan, periode

singkat dilatasi kapiler kembali terjadi, dan tidak terjadi kerusakan jaringan. Jika

tekanan tidak dilepaskan, mikrothrombi terbentuk pada kapiler dan mengoklusi penuh

aliran darah. Pada awalnya dapat terbentuk bula. Jika bula pecah, timbul luka terbuka.

Luka terbuka cepat dikolonisasi oleh bakteri permukaan. Bakteri ini dapat dapat

berproliferasi dan menyebabkan timbulnya biofilm. Sekarang ini, lumpur pada luka

diketahui sebagai biofilm bakteri yang ditutupi oleh permukaan yang tidak mudah

dipenetrasi oleh antibiotik.

Selama periode tekanan intens, otot diduga menjadi iskemik, menyebabkan nekrosis

pada otot yang cedera. Kebocoran darah yang lama menyebabkan kulit di atasnya

menjadi ungu. Jaringan nekrotik berkembang menjadi eskar.


Penyembuhan terjadi melalui penyembuhan sekunder. Jaringan granulasi memenuhi

bagian dasar ulkus ketebalan penuh. Kontraksi tepi-tepi ulkus menutup luka. Pada

akhirnya sel epitel menutupi luka (Joyce M.Black, 2014).

2.2.4 Klasifikasi dekubitus

Derajat 0 : Tidak ada lesi tebuka, kulit masih utuh dengan

kemungkinan disertai dengan kelainan.

Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.

Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.

Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.

Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau

tanpa selulitis.

Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.

(Wijaya dan Putri, 2013)

2.2.5 Komplikasi Dekubitus

Banyak komplikasi yang berkaitan dengan ulkus dekubitus, termasuk osteomielitis,

bakteremia dan sepsis, serta selusitis. Luka dengan osteomielitis umumnya tidak

sembuh, jika sembuh, akan segera tebuka kembali. Luka dapat menjadi semakin nyeri

dan drainase menjadi busuk. Sepsis dapat mengikuti osteomielitis, kebingungan,

penurunan tingkat kesadaran, demam, hipotensi, peningkatan hitung jumlah sel darah

putih, dan manifestasi syok septik lainnya dapat timbul. Kata selusitis secara harafiah

berarti “inflamasi sel”. Secara umum mengindikasikan penyebaran infeksi akut pada

dermis dan jaringan subkutan, menyebabkan nyeri, eritema, edema, dan kehangatan.

Garis merah yang tampak pada kulit proksimal dari selusitis merupakan karakteristik
limfangitis asendens. Selusitis yang bercirikan warna ungu dan bula menduga adanya

infesi oleh streptococcus pneumoniae (pneumokokus) (Joyce M.Black, 2014).

2.2.6 Konsep Pencegahan Dekubitus

Beberapa petunjuk untuk mencegah timbulnya dekubitus menurut (Patricia A.Potter &

Anne Griffin Perry,2006)

1. Perbaikan keaadaan umum penderita

Kita dapat ikut bekerjasama dalam usaha memperbaiki keadaan umum penderita

dengan mengikuti segala nasihat yang diberikan oleh dokter. dan mengusahakan

agar pemasukan cairan mencukupi.

2. Pemeliharaan dan perawatan kulit yang baik

Kulit kita perlu dibasuh dan dibersihkan secara teratur. Disamping itu, kulit harus

pula kita keringkan dengan baik. Kalau perlu lindungilah kulit kita dengan

menggosoknya dengan krem cuci lanette atau suatu krem pelindung yang lain.

Dengan pembasuhan dan pengosokan, maka peredaran darah kulit merangsang

pembuluh darh yang terdapat pada permukaaan tubuh kita.

3. Papan/alas tempat tidur yang baik

Papan/alas tempat tidur, penderita harus berbaring,hendaknya keadaanya rata, kering

dan elastis.

4. Elastisitas alas tempat tidur dapat kita perbaiki dengan :

a. Cincin udara (terutama rumah perawatan keberatan mempergunakan alat

tersebut)

b. Lempeng karet busa atau busa plastik

c. Kulit domba

d. Tempat tidur udara atau air

e. Kasur anti dekubitus


f. Tempat tidur khusus

g. Bantal gelatin

h. Bye-bye/bantal udara

i. Tumit dan siku penderita dapat kita bungkus dengan bahan yang dapat memegas

dengan baik

5. Pencegahan terjadi luka

Untuk mencegah terjadinya luka pada penderita,maka perawat yang bertugas

mearawat penderita tidak diperkenankan antara lain memakai perhiasan dan

memelihara kuku sampai panjang.

6. Berbaring yang berubah-ubah

Dengan seelang waktu tertentu, misalnya setiap 2-3 jam sekali, secara bergantian

penderita kita baringkan pada punggung, sisi kiri atau sisi kiri atau sisi kanan tubuh

mereka. Dalam melakukan tindakan ini anda hendaknya selalu memperhatikan

waktu berkunjung dan waktu makan. Pada keadaan-keadaan tertentu,dapat juga

diterapkan kedudukan berbaring pada perut atau sikap tubu setengah miring,yang

ditompang dengan sejumlah bantal atau kantung pasir.Sebelum kita menerapkan

sikap tubuh lain pda penderita, mereka lebih dahulu kita gosok,setelah sebelumnya

mereka kita basuh.

Berbaring berubah ubah hanya mempunyai arti kalau dapat kita terapkan dengan

baik. Oleh karena itu, kita perlu membuat sebuah daftar yang berisi waktu

pelaksanaan dan sikap tubuh yang harus diterapkan pada penderita pada masing

masing waktu tersebut. Kita mutlak perlu melaksanakan jumlah dan sikap tubuh

yang lelah ditetapkan setiap 24 jam. Pada pengobatan dan perawatan dekubitus,

pertama tama haru kita terapkan apa yang telah diketengahkan pada waktu

pembicaraan mengenai pencegahan terjadinya dekubitus. Kalau keadaan penderita


mengizinkan, penerapan skema berbaring yang diubah ubah, yang dilaksanakan

secara ketat, memang merupakan tuntutan yang pertama tama harus dikerjakan.

Bergantung kepada penderita dan pandangan dan pendapat yang dianut di masing

masing tempat perawatan tersebut, maka dipergunakan salep yang bekerjanya

menyembuhkan, mendesinfektan, atau yang mempunyai daya kerja yang lain.

Dengan permufakatan dan atas nasehat dokter yang merawat, maka kita berusaha

memperbaiki keadaan umum dan peredaran darah penderita.

2.2.7 Pengukuran resiko Dekubitus

a. Persepsi Sensorik

Definisi : kemampuan untuk merespon tekanan berarti yang berhubungan dengan

ketidaknyamanan.Pada subskala ini terdapat 4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1

adalah nilai terendah (risiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (risiko rendah).

a) Nilai 1 diberikan apabila terjadi keterbatasan total, yaitu tidak adanya respon

pada stimulus nyeri akibat kesadaran yang menurun ataupun karena

pemberian obat-obat sedasi atau keterbatasan kemampuan untuk merasakan

nyeri pada sebagian besar permukaan tubuh.

b) Nilai 2 diberikan apabila sangat terbatas, yaitu hanya berespon hanya pada

stimulus nyeri. Tidak dapat mengkomunikasinya ketidaknyamanan, kecuali

dengan merintih dan / atau gelisah. Atau mempunyai gangguan sensorik yang

membatasi kemampuan untuk merasakan nyeri atau ketidaknyamanan pada

separuh permukaan tubuh.

c) Nilai 3 diberikan pada saat hanya terjadi sedikit keterbatasan yaitu dalam

keadaan klien berespon pada perintah verbal, tetapi tidak selalu dapat

mengkomunikasikan ketidaknyamanan atau harus dibantu membalikkan


tubuh. Atau mempunyai gangguan sensorik yang membatasi kemampuan

merasakan nyeri atau ketidaknyamanan pada 1 atau 2 ektrimitas.

d) Nilai 4 diberikan pada saat tidak terjadi gangguan, yaitu dalam berespon pada

perintah verbal dengan baik. Tidak ada penurunan sendorik yang akan

membatasi kemampuan untuk merasakan atau mengungkapkan nyeri atau

ketidaknyamanan.

b. Kelembapan

Definisi : Tingkat kulit yang terpapar kelembapan. Pada subskala ini terdapat 4

(empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah (risiko tinggi) dan 4 adalah

nilai tertinggi (risiko rendah).

a) Nilai 1 diberikan apabila terjadi kelembapan kulit yang konstan, yaitu

saat kulit selalu lembab karena perspirasi, urine dsb. Kelembapan diketahui

saat klien bergerak, membalik tubuh atau dengan dibantu perawat.

b) Nilai 2 diberi apabila kulit sangat lembab, yaitu saat kelembaban sering

terjadi tetapi tidak selalu lembab. Idealnya alat tenun dalam keadaan ini harus

diganti setiap pergantian jaga.

c) Nilai 3 diberikan pada saat kulit kadang lembab, yaitu pada waktu tertentu

saja terjadi kelembaban. Dalam keadaan ini, idealnya alat tenun diganti

dengan 1 kali pertambahan ekstra (2 x sehari).

d) Nilai 4 diberikan pada saat kulit jarang lembab, yaitu pada saat keadaan kulit

biasanya selalu kering, alat tenun hanya perlu diganti sesuai jadwal (1 x

sehari).
c. Aktifitas

Definisi : Tingkat Aktifitas Fisik. Pada subskala ini terdapat 4 (empat) tingkat

nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah (risiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi

(risiko rendah).

a) Nilai 1 diberikan kepada klien dengan tirah baring, yang beraktifitas terbatas

di atas tempat tidur saja.

b) Nilai 2 diberikan kepada klien yang dapat bergerak (berjalan) dengan

keterbatasan yang tinggi atau tidak mampu berjalan. Tidak dapat menopang

berat badannya sendiri dan / atau harus dibantu pindah ke atas kursi atau kursi

roda.

c) Nilai 3 diberikan kepada klien yang dapat berjalan sendiri pada siang hari,

tapi hanya dalam jarak pendek/dekat, dengan atau tanpa bantuan. Sebagian

besar waktu dihabiskan di atas tempat tidur atau kursi.

d) Nilai 4 diberikan kepada klien yang dapat sering berjalan ke luar kamar

sedikitnya 2 kali sehari dan di dalam kamar sedikitnya 1 kali tiap 2 jam

selama terjaga.

d. Mobilisasi

Definisi : Kemampuan mengubah dan mengontrol posisi tubuh. Pada subskala ini

terdapat 4 (empat) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah (risiko tinggi) dan 4

adalah nilai tertinggi (risiko rendah).

a) Nilai 1 diberikan pada klien dengan imobilisasi total. Tidak dapat melakukan

perbuahan posisi tubuh atau ekstrimitas tanpa bantuan, walaupun hanya

sedikit.

b) Nilai 2 diberikan kepada klien dengan keadaan sangat terbatas, yaitu klien

dengan kadang-kadang melakukan perubahan kecil pada posisi tubuh dan


ekstrimitas, tapi tidak mampu melakukan perubahan yang sering dan berarti

secara mandiri.

c) Nilai 3 diberika kepada klien yang mobilisasinya agak terbatas, yaitu klien

yang dapat dengan sering melakukan perubahan kecil pada posisi tubuh dan

ekstrimitas secara mandiri.

d) Nilai 4 diberikan kepada klien yang tidak memiliki ketidakterbatasan dalam

hal mobilisasi, yaitu keadaan klien dapat melakukan perubahan posisi yang

bermakna dan sering tanpa bantuan.

e. Nutrisi

Definisi : Pola asupan makanan yang lazim. Pada subskala ini terdapat 4 (empat)

tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai terendah (risiko tinggi) dan 4 adalah nilai

tertinggi (risiko rendah).

a) Nilai 1 diberikan kepada klien dengan keadaan asupan gizi yang sangat buruk,

yaitu klien dengan keadaan tidak pernah makan makanan lengkap. jarang

makan lebih dari 1/3 porsi makanan yang diberikan. Tiap hari asupan protein

(daging / susu) 2 x atau kurang. Kurang minum. Tidak makan suplemen

makanan cair. Atau Puasa dan/atau minum air bening atau mendapat infus >

5 hari.

b) Nilai 2 diberikan kepada klien dengan keadaan mungkin kurang asupan

nutrisi, yaitu klien dengan jarang makan makanan lengkap dan umumnya

makan kira-kira hanya 1/2 porsi makanan yang diberikan. Asupan protein,

daging dan susu hanya 3 kali sehari. Kadang-kadang mau makan makanan

suplemen. Atau menerima kurang dari jumlah optimum makanan cair dari

sonde (NGT).
c) Nilai 3 diberikan kepada klien dengan keadaan cukup asupan nutrisi, yaitu

klien dengan keadaan makan makanan > 1/2 porsi makanan yang diberikan.

Makan protein daging sebanyak 4 kali sehari. Kadang-kadang menolak

makan, tapi biasa mau makan suplemen yang diberikan. Atau diberikan

melalui sonde (NGT) atau regimen nutrisi parenteral yang mungkin dapat

memenuhi sebagian besar kebutuhan nutrisi.

d) Nilai 4 dinerika kepada klien yang baik asupan nutrisinya, yaitu klien dengan

keadaan makan makanan yang diberikan. Tidak pernah menolak makan.

Biasa makan 4 kali atau lebih dengan protein (daging/susu). Kadang-kadang

makan di antara jam makan. Tidak memerlukan suplemen.

f. Friksi dan Gesekan

Definisi : Pada subskala ini terdapat 3 (tiga) tingkat nilai, yaitu; 1 adalah nilai

terendah (risiko tinggi) dan 3 adalah nilai tertinggi (risiko rendah).

a) Nilai 1 diberikan pada klien dengan masalah, yaitu klien yang memerlukan

bantuan sedang sampai maksimum untuk bergerak. Tidak mampu mengangkat

tanpa terjatuh. Seringkali terjatuh ke atas tempat tidur atau kursi, sering

membutuhkan maksimum untuk posisi kembali kejang, kontraktur atau agitasi

menyebabkan friksi terus menerus.

b)Nilai 2 diberikan kepada klien dengan masalah yang berpotensi, yaitu klien

yang bergerak dengan lemah dan membutuhkan bantuan minimum. Selama

bergerak kulit mungkin akan menyentuh alas tidur, kursi, alat pengikat atau

alat lain. Sebagian besar mampu mempertahankan posisi yang relatif baik

diatas kursi atau tempat tidur, tapi kadang-kadang jatuh ke bawah.

c) Nilai 3 diberikan kepada klien yang tidak memiliki masalah, yaitu klien yang

bergerak di atas tempat tidur maupun kursi dengan mandiri dan mempunyai
otot yang cukup kuat untuk mengangkat sesuatu sambil bergerak. Mampu

mempertahankan posisi yang baik di atas tempat tidur atau kursi.

Keterangan :
Score : 20-23 point : risiko rendah
Score : 15-19 point : risiko sedang
Score : 11-14 point : risiko tinggi
Score : 6-10 point : risiko sangat tinggi
(Patricia, 2012)
2.3 Konsep Minyak Zaitun

2.3.1 Defenisi

Tindakan yang terpenting dalam menjaga integritas kulit adalah menjaga hidrasi kulit

dalam batas yang wajar (tidak terlalu lembab atau terlalu kering). Menurut Registerd

nurse’s asosiation of onorio-RNO (2007) dalam Yolanda (2012) salah satu intervensi

dalam menjaga integritas kulit adalah dengan cara memberikan pelembab lubrikan

seperti lotion, cream, dan salep lembab alkohol atau menggunakan barier pelindung

kulit.

Menurut Hammad (2011) minyak zaitun adalah minyak yang berasal dari biji zaitun

yang kaya akan asam linoleat. Yang mengandung 85% mineral (fosfot, sulfat, kalsium).

Sedikit protein, dan mengandung vitamin A, B, C, D, setiap 100 gram mengandung 224

kalori.

2.3.2 Jenis-jenis minyak zaitun :

Menurut Hammad ( 2011), minyak zaitun terbagi atas :

1) Extra virgin olive oil : memiliki tingkat keasaman kurang dari 3,3 %.

2) Virgin olive oil : minyak yang hampir menyerupai ekstra virgin oil, bedanya virgin

oil diambil pada buah yang lebih matang dan tingkat keasamannya lebih tinggi.

3) Revinet olive oil : merupakan minyak zaitun yang berasal dari penyulingan, jenis

ini tingkat keasamannya lebih dari 3,3 %, aromanya kurang begitu baik dan rasanya

kurang menggugah lidah.

4) Pure olive oil : minyak zaitun yang paling laris dijual di pasaran. Warna, rasa dan

aroamnya lebih ringan dari virgin olive oil.

5) Ekstra light olive oil : merupakan campuran minyak zaitun murni dan hasil

sulingan, sehingga kualitasnya kurang baik, tetapi jenis ini lebih populer dipasaran

karna harganya lebih murah dari pada jenis lain.


2.3.3 Kandungan minyak zaitun

Adapun kandungan dari minyak zaitun itu sendiri adalah :

1) Lemak jenuh

a) Asam palmiat 7,5-20,0 %

b) Asam stearat 0,5-5,0 %

c) Asam aracidat < 0,8 %

d) Asam behenat < 0,3 %

e) Asam mistart < 0,1 %

f) Asam lignocerat < 1,0 %

2) Lemak tak jenuh

a) MUFA terdiri atas oleat atau omega 9 55-83% dan asam palmito leat 0,3-3,5

b) PUFA terdiri atas asam linoleat omega 6 2,1-3,5 % dan asam linoleat omega 3

< 1,5%

c) Vit E dan Vit K

d) Senyawa aktioksidonfenol, tokoferol, sterol, pikmenfitro estrogen.

2.4 Minyak Kelapa Murni (VCO)

2.4.1 Pengertian

Virgin coconut oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yang dibuat tanpa pemanasan

atau dengan pemanasan minimal (Handayani, 2010).

Menurut Lanny (2012), VCO (Virgin Coconut Oil) adalah Minyak kelapa murni yang

proses produksinya tidak melalui tahapan RBD (Refined, bleached, dan deodorized).

Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yang mempunyai khasiat

ampuh sebagai penyembuh aneka penyakit (Syah, 2005).


2.4.2 Kandungan

Syah (2005) dalam Lucida et al (2008) menyatakan VCO mengandung 92% asam

lemak jenuh yang terdiri dari 48-53% asam laurat, 1,5% asam oleat, asam lemak

lainnya seperti 8% asam kamplirat, dan 7% asam kaprat.

Menurut Soejobroto (dalam Sutarmi dan Rozaline, 2005), minyak kelapa sebenarnya

memiliki banyak kelebihan, 50% asam lemak pada minyak kelapa adalah asam laurat

dan 7% asam kaplirat. Kedua asam tersebut merupakan asam lemak jenuh rantai sedang

yang mudah dimetabolisir dan bersifat antimikroba (anti virus, anti bakteri, dan anti

jamur) sehingga dapat meningkatkan imun tubuh (kekebalan tubuh) dan mudah diubah

menjadi energi. Dalam tubuh, asam laurat menjadi monolaurin, sedangkan asam kapriat

menjadi monokaprin. Selain itu, ternyata hasil pecahan lemak jenuh rantai sedang

jarang disimpan sebagai lemak dan jarang menumpuk di pembuluh darah.

2.4.3 Manfaat VCO

Manfaat VCO (Virgin Coconut Oil) sebagai dasar krim pelembab karena VCO banyak

mengandung pelembab alami dan antioksidan yang penting untuk perawatan kulit dan

mampu menghasilkan emulsi yang relatif stabil dan pH mendekati nilai yang

diinginkan sebagai bahan pelembab kulit (Nilansari, 2006). Potter dan Perry (2005)

mengatakan setelah kulit dibersihkan, gunakan pelembab untuk melindungi epidermis

dan sebagai pelumas tapi tidak boleh terlalu pekat.

Price (2003) menyatakan jika menggungakan lotion biasa untuk perawatan kulit,

umumnya lotion menggunkan komponen air sehingga ketika dipakai akan memberikan

kesegaran sesaat, namun ketika kandungan airnya hilang karena penguapan, maka kulit

menjadi kering.

Price (2003) juga menyatakan minyak kelapa yang diolah untuk konsumsi sebagai

minyak goreng akan kehilangan sebagian zat-zat aktif yang dibutuhkan kulit karena
pengolahan dengan pemanasan dan penjernih oleh karena itu jika dipakai sebagai bahan

topikal untuk perawatan kulit, mengakibatkan kerusakan jaringan konektif. Hal ini

demikian dapat dihindari dengan memilih bahan topikal minyak kelapa yang diolah

dengan baik yaitu tanpa pemanasan suhu tinggi dan tidak dijernihkan seperti VCO.

2.5 Penelitian Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh A.W.W. Watti (2014) judul Efektivitas Minyak Kelapa

Dan Minyak Zaitun Terhadap Pencegahan Diaper Dermatitis Pada Anak Usia 3 – 24

Bulan Di RSUD Tugurejo Semarang. Dengan hasil sebagian responden berusia 3 – 12

bulan yaitu sebanyak 39 anak (65%). Jumlah responden yang tidak mengalami diaper

dermatitis dengan terapi minyak kelapa yaitu sebanyak 27 anak (90%). Jumlah

responden yang tidak mengalami diaper dermatitis dengan terapi minyak zaitun yaitu

sebanyak 17 anak (56,75%). Jumlah responden yang mengalami diaper dermatitis

dengan terapi minyak kelapa lebih sedikit yaitu 3 anak dibandingkan dengan responden

yang mendapatkan terapi minyak zaitun yaitu sebanyak 13 anak.

Berdasarkan hasil dari uji Mann-whitney yang dilakukan terdapat perbedaan yang

signifikan antara minyak minyak kelapa murni dengan miyak zaitun terhadap

pencegahan diaper dermatitis pada anak usia 3-24 bulan yang di rawat di ruang rawat

inap Melati RSUD Tugurejo Semarang, dengan nilai p value 0.004 (α=0,05). Bagi

pelayanan keperawatan berdasarkan hasil penelitian ini, dapat memberikan dan

meningkatkan SOP perawatan perinial anak dengan minyak kelapa untuk mencegah

kejadian diaper dermatitis pada pasien bayi dan anak. Bagi institusi pendidikan

keperawatan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan dalam pembelajaran

pencegahan diaper dermatitis pada bayi dan anak dengan mengguanakan minyak kelapa.
2.6 Kerangka Teori

Efektifitas Penggunaan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni terhadap

Pencegahan Dekunitus pada Pasien Stroke di Ruangan Neurologi RSUD

Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2017

Penyebab stroke bekuan darah,


lemak dan udara yang menyumbat
pada dinding pembuluh darah

Stroke hemoragik dan non


hemoragik

Immobilitas
Di beri terapi minyak
zaitun dan minyak
kelapa murni

Gangguan pada integritas kulit


atau terjadi luka tekan

Sumber : Mansjoer, Arif 2000

Skema 2.6
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu model konseptual yang membahas saling

ketergantungan antara variabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi

atau hal yang sedang atau yang akan diteliti sekaraang. Penyusunan kerangka konsep

akan membantu kita untuk membuat hipotesa, menguji hubungan tertentu dan

membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan teori yang hanya

dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau variabel (Nursalam, 2003).

Variabel independent adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya

variabel dependent. Variabel independent yang akan diteliti adalah Penggunaan minyak

zaitun dan minyak kelapa murni , sedangkan variabel dependent adalah variabel yang

nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependent penelitian adalah pencegahan

dekubitus (Nursalam, 2003).

Efektifitas Penggunaan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni terhadap


Pencegahan Dekubitus pada Pasien Stroke di Ruangan Neurologi RSUD
Dr.Achmad Muchtar Tahun 2017

Pemberian minyak
zaitun dan minyak Tidak terjadi
kelapa murni dekubitus

Skema 3.1
3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah proses perumusan atau pemberian arti pada masing-

masing variabel yang terlibat dalam penelitian (Nursalam, 2003).

Tabel 3.1

Efektifitas Penggunaan Minyak Zaitun Dan Minyak Kelapa Murni terhadap


Pencegahan Dekubitus
No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
1 Independent
Penggunaan Suatu kegiatan Intervensi: Prosedur
Minyak zaitun yang dilakukan Mengoleskan kerja
dan minyak dengan minyak zaitun
kelapa murni mengoleskan dan minyak
minyak zaitun kelapa murni
dan minyak kebagian tubuh
kelapa murni pasien stroke
untuk mencegah yang akan
kerusakan kulit mengalami
pada pasien dekubitus
stroke
2 Dependent
Pencegahan Suatu upaya Observasi Lembar ≥15 : tidak Numerik
dekubitus untuk mencegah observasi terjadi
kematian dekubitus
jaringan karena <15 : resiko
jaringan darah terjadi
pada suatu dekubitus
bagian kulit, (skala
disebabkan Braden)
karena tekanan
terus–menerus
sebagai akibat
duduk terlalu
lama, kondisi
koma dan
imobilitas
3.3 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil sementara

yang kebenarannya akan diteliti dan kebenarannya akan dibuktikaan dalam penelitian

tersebut (Notoadmodjo, 2005).

Terdapat dua macam hipotesa yaitu hipotesa nol (Ho) dan hipotesa alternative (Ha).

Secara umum hipotesa nol diungkapkan sebagai tidak terdapatnya hubungan

(signifikan) antara dua variaabel. Hipotesa alternative (Ha) menyatakaan adaa

hubungan antara dua variabel atau lebih.

Dalam penelitian ini hipotesa yang dirancang oleh peneliti adalah :

1. Hipotesa kerja/alternatif

Ha : Pemberian Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni efektif terhadap

pencegahan dekubitus pada pasien stroke di ruangan Neuro RSUD Dr.Achmad

Muchtar tahun 2017.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang disusun sedemikian rupa

sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi,

2007). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan metode Quasi

experimental study, yaitu rancangan penelitian yang dugunakan untuk mengetahui

suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu.

Rancangan yang peneliti gunakan two group pre test-post test design yaitu dua

kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi

setelah intervensi. Pada penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melakukan pre test pada

kelompok pertama yaitu mengukur resiko dekubitus pada responden kemudian

memberikan intervensi kepada responden berupa pemberian minyak zaitun 2 kali sehari

selama 5 hari, selanjutnya dilakukan pengukuran resiko dekubitus (post test). Pada

kelompok kedua, yaitu dengan mengukur kembali resiko dekubitus pada responden

(pre test). Kemudian memberikan intervensi kepada responden berupa pemberian

minyak kelapa murni 2 kali sehari selama 5 hari. Selanjutnya dilakukan pengukuran

resiko dekubitus (post test).


Tabel 4.1

Rancangan Penelitian

Pre-test Perlakuan Post-test


01 X1 02

Pre-test Perlakuan Post-test


03 X2 04

Keterangan :
01 : Pretest sebelum dilakukan intervensi
X1 : Melakukan intervensi Minyak Zaitun
02 : Posttest setelah dilakukan intervensi
03 : Pretest sebelum dilakukan intervensi
X2 : Melakukan intervensi Minyak Kelapa Murni
04 : Posttest setelah dilakukan intervensi

4.2 Populasi, Sample penelitian dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Menurut Notoatmodjo (2012),

populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah pasien stroke yang dirawat diruangan Neuro. Populasi dalam

penilitian ini selama 1 tahun sebanyak 118 pasien stroke.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian kecil yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan cara total sampling

(Riduwan, 2013). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yaitu pasien stroke
dengan tirah baring, pasien dengan resiko dekubitus dan pasien yang dapat diajak

bekerjasama dengan peneliti.

4.2.3 Sampling

Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan sampel yang benar -

benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (Nursalam, 2008). Teknik sampling

dalam penelitian ini adalah teknik total sampling yaitu teknik sampling dimana semua

polulasi dijadikan sampel dengan alasan karena polulasi kurang dari 30 (Ridwan,

2013).

Sample diambil berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi adalah

karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang

akan diteliti. Sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat penelitian, menolak menjadi responden

atau keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian (Nursalam, 2008).

Adapun yang menjadi kriteria inklusi dan ekslusi dalam sampel ini adalah :

a. Kriteria inklusi

1) Pasien stroke dengan tidur terlentang dan menetap

2) Pasien dengan resiko dekubitus

3) Dapat diajak bekerja sama dengan peneliti

b. Kriteria Ekslusi

1) Pasien dengan dekubitus

2) Pasien yang tidak kooperatif

4.2.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (cermat,
lengkap dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah (Saryono, 2011). Pada penelitian

ini, peneliti menggunakan Minyak Zaitun, Minyak Kelapa Merni dan lembar observasi

yaitu dengan menggunakan skala Branden.

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian

4.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di RSUD Dr.Achmad Muchtar Kota Bukittinggi. Alasan

peneliti memilih rumah sakit tersebut yaitu rumah sakit memiliki pasien yang dianggap

presentatif untuk penelitian, selain itu pasien juga belum pernah dijadikan responden

penelitian terkait.

4.3.2 Waktu Penelitian

Penelitian telah dilakukan pada tanggal 10 Juli sampai 2 Agustus tahun 2017 di RSUD

Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi. Alasan peneliti mengambil disini karena proses

terjadinya dekubitus pada pasien stroke tergolong cepat.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data ini diperoleh dengan tekhnik observasi untuk mengetahui perbedaan efektifitas

minyak zaitun dan minyak kelapa murni dalam mencegah terjadinya dekibitus.

Petama setelah mendapatkan responden dilakukan observasi terlebih dahulu (pre test)

kemudiam dilakukan pemberian perawatan dekubitus menggunakan minyak zaitun dan

minyak kelapa murni. Kemudian, setelah dilakukan intervensi 2 kali sehari selama 5

hari, dengan mengobsevasi proses terjadinya dekubitus (post test).

4.5 Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 10 samapai 25 Juni 2017, sebelum

melakukan penelitian peneliti meminta surat izin penelitian dari Kampus STIKES
Perintis Padang, setelah mendapatkan surat peneliti mengajukan surat ke rumah sakit

pada bagian keperawatan, setelah mendapatkan surat izin penelitian, peneliti

mengajukan tebusan surat dari diklat ke Karu yang ada diruangan neuro, setelah

peneliti mendapatkan izin dari Karu, peneliti melakukan penelitian pada responden

yang ada diruangan sesuai dengan kriteria sampel penelitian, peneliti menemui

langsung responden yang ada diruangan, sebelumnya peneliti menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian, setelah responden menyetujui responden diminta untuk mengisi

lembar persetujuan dengan Informed concent, setelah itu peneliti melakukan observasi

pada responden, setelah itu peneliti melakukan penelitian dengan pemberian minyak

kelapa murni pada kelompok kontrol dan minyak zaitun pada kelompok intervensi,

setelah dilakukan penelitian peneliti melakukan pengukuran lembar observasi kembali

setelah penelitian, setelah itu peneliti mengolah data dengan komputerisasi.

4.6 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, diantaranya (Notoatmodjo, 2012)

a. Pengecekan (Editing)

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian kuisioner atau

formulir. Setelah kuisioner selesai diisi kemudian dikumpulkan langsung oleh

peneliti dan selanjutnya diperiksa kelengkapan data apakah dapat dibaca atau tidak

dan kelengkapan isian. Jika isian belum lengkap responden diminta melengkapi

lembar kuisioner pada saat itu juga.

b. Memasukkan Kode (Coding)

Setelah semua data yang didapat kemudian diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat

atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding atau pemberian kode ini

sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).


c. Memasukkan Data (Data Entry)

Data, yakni jawaban - jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk

“kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program “software” komputer.

Software komputer ini bermacam - macam, masing - masing mempunyai kelebihan

dan kekurangannya. Salah satu program yang paling sering digunakan untuk “entry

data” penelitian adalah program Software komputer. Dalam proses ini juga dituntut

ketelitian dari orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak maka akan

terjadi bias, meskipun memasukkan data saja.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan,

perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan - kemungkinan adanya kesalahan-

kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan

atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning).

e. Memproses (Processing)

Kemudian selanjutnya data diproses dengan mengelompokkan data kedalam

variabel yang sesuai dengan menggunakan program software komputer.

4.7 Analisa Data

4.7.1 Analisa Univariat

Analisa ini dapat menggambarkan variabel-variabel yang diteliti. Hasil penelitian

disajikan dengan mencantumkan mean, standar deviasi, standar eror, N, minimum dan

maksimum.

4.7.2 Analisa Bivariat

Pada penelitian ini digunakan analisa bivariat uji Beda Dua Mean Independen (t-test

independen). Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui perbedaan mean kondusi
luka dekubitus kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Uji kenormalan data yang

digunakan adalah uji beda dua mean independen untuk varian sama.

Kriteria pengujian adalah p value ≤ alpha (0.05) maka pengaruh tersebut secara statistik

ada pengaruh bermakna, tetapi apabila p value > alpha (0.05), maka secara statistik

tidak signifikan atau tidak ada pengaruh yang bermakna. Semua data pengolahan

dilakukan dengan bantuan software komputer.

4.8 Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan surat ijin permohonan penelitian

kepada pihak RSUD dr.Achmad Mochtar Bukittinggi dengan memperhatikan etika

penelitian, yang meliputi (Hidayat, 2007) :

4.8.1 Self Determinant

Responden diberi kebebasan dalam menentukan hak kesediaannya untuk terlibat

dalam penelitian ini secara sukarela, setelah semua informasi dijelaskan pada

responden menyangkut penelitian, dengan menandatangani informed consent yang

disediakan. Apabila terjadi hal-hal yang tidak seharusnya maka diperbolehkan

mengundurkan diri.

4.8.2 Anonimity

Dalam penggunaan subjek penelitian dilakukan dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner dan hanya menuliskan kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

4.8.3 Confidentiality

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya yang berhubungan dengan responden. Hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.


4.8.4 Informed Consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent

tersebut diberikan sebelum penelitian dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuannya adalah supaya subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian. Jika subjek bersedia, maka responden harus menandatangani lembar

persetujuan, jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak

responden.

Setelah calon respondent ditentukan, maka peneliti memberikan penjelasan tentang

tujuan, manfaat, dan kerahasian informasi atau data yang diberikan. Peneliti memberi

kesempatan kepada calon responden untuk bertanya tentang penjelasan yang diberikan,

jika dianggap sudah jelas dan dimengerti, maka peneliti meminta calon responden yang

bersedia menjadi ressponden pada penelitian untuk menandatangani informed consent

sebagai bukti kesediannya berpartisipasi dalam penelitian yaitu sebagai sampel atau

responden. Calon responden berhak menolak atau menerima untuk menjadi responden

dalam penelitian ini.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian tentang “Efektifitas Penggunaan Minyak Zaitun Dan Minyak Kelapa Murni

Terhadap Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke Di Ruangan Neurologi RSUD Dr.

Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2017”, telah dilakukan pada tanggal 10 Juli sampai

2 Agustus 2017 dengan responden sebanyak 30orang responden, diantaranya 15 orang

pada kelompok intervensi dan 15 orang pada kelompok kontrol. Metode pengumpulan

data yang digunakan adalah melakukan pemberian minyak zaitun dan minyak kelapa

murnipada pasien stroke di Ruangan Neurologi RSUD Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi

tahun 2017. Sesuai dengan kondisi responden pada saat itu tanpa pengaruh ataupun

paksaan dari orang lain termasuk peneliti.

5.2 Analisis Univariat

Dari hasil penelitian yang peneliti dapat pada responden yang berjumlah sebanyak 30

orang responden, maka peneliti mendapatkan hasil univariat tentang efektifitas

penggunaan minyak zaitun dan minyak kelapa murni terhadap pencegahan dekubitus

pada pasien stroke di Ruangan Neurologi RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi tahun

2017, sebagai berikut pada tabel dibawah ini.


5.2.1 Usia Dan IMT Pasien Stroke pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
di Ruangan Neurologi RSUD Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2017

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pasien Stroke pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruangan
Neurologi RSUD Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi
Tahun 2017

Usia Responden Frekuensi Persentase (%)

Kelompok Intervensi
Dewasa
8 53,3
Lansia
7 46,7
Kelompok Kontrol
Dewasa 5 33,3
Lansia 10 66,7

Berdasarkan tabel 5.1, dari 15 orang responden pada kelompok intervensi, 8 (53,3%)
responden berusia dewasa, 7 (46,7%) responden berusia lansia. Pada kelompok
kontrol dari 15 orang, didapatkan 10 (66,7%) responden berusia lansia, 5 (33,3%)
responden berusia dewasa.

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan IMT Pasien Stroke pada
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruangan
Neurologi RSUD Dr. Achmad Muchtar Bukittinggi
Tahun 2017

IMT Responden Frekuensi Persentase (%)

Kelompok Intervensi
Obesitas
6 40
Tidak Obesitas
9 60
Kelompok Intervensi
Obesitas 10 66,7
Tidak Obesitas 5 33,3

Berdasarkan tabel 5.2, dari 15 orang responden pada kelompok intervensi, 6 (40%)
responden obesitas, 9 (60%) responden tidak obesitas. Pada kelompok kontrol dari 15
orang, didapatkan 10 (66,7%) responden obesitas, dan 5 (33,3%) responden tidak
obesitas.
5.2.2 Gambaran Dekubitus pada Pasien Stroke Sebelum dan Sesudah Diberikan
Tindakan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol di Ruangan Neurologi RSUD Dr. Achmad Muchtar
Bukittinggi Tahun 2017

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Dekubitus pada Pasien Stroke Sebelum Diberikan
Tindakan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni pada Kelompok Intervensi
di Ruangan Neurologi RSUD Dr.Achmad
Muchtar Bukittinggi Tahun 2017

Gambaran Resiko Dekubitus Frekuensi Persentase (%)

Sebelum Intervensi
Tidak terjadi dekubitus
2 13,3
Terjadi dekubitus
13 86,7
Sesudah Intervensi
Tidak terjadi dekubitus 14 93,3
Terjadi dekubitus 1 6,7
Sebelum Kontrol
Tidak terjadi dekubitus 10 66,7
Terjadi dekubitus 5 33,3
Sesudah Kontrol
Tidak terjadi dekubitus 11 73,3
Terjadi dekubitus 4 26,7

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan data bahwa dari 15 orang responden pada kelompok
intervensi, 13 (86,7%) responden terjadinya dekubitus sebelum dilakukan intervensi,
14 (93,3%) responden tidak terjadi dekubitus setelah dilakukan intervensi. Pada
kelompok kontrol dari 15 orang, didapatkan 10 (66,7%) responden tidak terjadi
dekubitus, 11 (73,3%) responden tidak terjadi dekubitus.
5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Efektifitas Pencegahan Dekubitus pada Pasien Stroke Sebelum dan Sesudah
diberikan Tindakan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni pada Kelompok
Kontrol dan Kelompok Intervensi di Ruangan Neurologi RSUD Dr. Achmad
Muchtar Bukittinggi Tahun 2017.

Tabel 5.4
Efektifitas Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke Sebelum dan Sesudah
diberikan Tindakan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni pada Kelompok
Kontrol dan Kelompok Intervensi di Ruangan Neurologi RSUD Dr.Achmad
Muchtar Bukittinggi Tahun 2017.

CI
Standar
Variabel Mean P value N
Deviasi
Min Max

Intervensi -3,533 1,598 0,000 -4,418 -2,649


30
Kontrol -0,200 0,775 0,334 -0,629 0,229

Berdasarkan tabel 5.4, dari 30 orang responden, dilakukan pada kelompok intervensi
15 orang dan kelompok kontrol 15 orang. Didapatkan rerata perbedaan sebelum dan
sesudah intervensi -3,533, dengan standar deviasi 1,598, dan p value 0,000 dapat
disimpulkan adanya efektifitas sebelum dan sesudah diberikan tindakan minyak
zaitun dan minyak kelapa murni. Pada kelompok kontrol didapatkan perbedaan rerata
0,200, dengan standar deviasi 0,775, dan p value 0,334, artinya tidak adanya
efektifitas sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol. Terdapat nilai confiden
interval pada kelompok intervensi, nilai min -4,418, dan nilai max-2,649. Pada
kelompok kontrol nilai min adalah -0,629, dan nilai max 0,229.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Univariat

a. Usia dan IMT Pasien Stroke pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
di Ruangan Neurologi RSUD Dr.Achmad Muchtar Bukittinggi Tahun 2017

Hasil penelitian dari 15 orang responden pada kelompok intervensi, 8 (53,3%)

responden berusia dewasa, 7 (46,7%) responden berusia lansia. Pada kelompok

kontrol dari 15 orang, didapatkan 10 (66,7%) responden berusia lansia, 5 (33,3%)

responden berusia dewasa. Didapatkan data bahwa dari 15 orang responden pada

kelompok intervensi, 6 (40%) responden obesitas, 9 (60%) responden tidak obesitas.


Pada kelompok kontrol dari 15 orang, didapatkan 10 (66,7%) responden obesitas, dan

5 (33,3%) responden tidak obesitas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosita tahun 2014, tentang mobilisasi dan

timbulnya luka tekan pada pasien tirah baring, didapatkan hasil (66,7%) responden

berusia lansia, (33,3%) responden berusia dewasa, dan (60%) responden tidak

obesitas. Penelitian yang dilakukan oleh A.W.W. Watti (2014) judul Efektivitas

Minyak Kelapa Dan Minyak Zaitun Terhadap Pencegahan Diaper Dermatitis Pada

Anak Usia 3 – 24 Bulan Di RSUD Tugurejo Semarang. Dengan hasil sebagian

responden berusia 3 – 12 bulan yaitu sebanyak 39 anak (65%). Jumlah responden

yang tidak mengalami diaper dermatitis dengan terapi minyak kelapa yaitu sebanyak

27 anak (90%).

Menurut asumsi peneliti seseorang yang mengalami kelebihan berat badan atau

obesitas disebabkan oleh kegemaran seseorang tersebut dalam mengkonsumsi

makanan yang kurang serat, tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya

stroke karena makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk

memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang

beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih

besar dari pada dinding arteri. Orang yang obesitas biasanya terjadinya penumpukan

lemak pada tubuh, dengan adanya penumpukan tersebut maka jantung akan bekerja

keras untuk memberikan makanan atau memasok oksigen ke jaringan. Obesitas erat

kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi

lemak yang bisa mengalami penyumbatan pembuluh darah, sehingga darah akan

meningkat.Peneliti berpendapat bahwa semakin bertambah usia maka semakin tinggi

tekanan darah seseorang, hal ini berkaitan dengan perubahan struktur anatomi dan
fisiologis terutama dari sistem kardiovaskuler. Akibat proses penuaan kemampuan

jantung dan vaskuler dalam memompa darah kurang efisien. Katub jantung menjadi

lebih tebal dan kaku, elastisitas pembuluh darah menurun. Timbul lemak dan kalsium

meningkat sehingga mempermudah terjadinya suatu penyakit hipertensi dan

mengakibatkan terjadinya stroke.

b. Gambaran Dekubitus pada Pasien Stroke Sebelum dan Sesudah diberikan


Tindakan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol di Ruangan Neurologi RSUD Dr.Achmad Muchtar
Bukittinggi Tahun 2017

Hasil penelitian didapatkan data bahwa dari 15 orang responden pada kelompok

intervensi, 13 (86,7%) responden terjadinya dekubitus sebelum dilakukan intervensi,

14 (93,3%) responden tidak terjadi dekubitus setelah dilakukan intervensi. Pada

kelompok kontrol dari 15 orang, didapatkan 10 (66,7%) responden tidak terjadi

dekubitus, 11 (73,3%) responden tidak terjadi dekubitus.

Penelitian yang dilakukan oleh A.W.W. Watti (2014) judul Efektivitas Minyak

Kelapa Dan Minyak Zaitun Terhadap Pencegahan Diaper Dermatitis Pada Anak Usia

3 – 24 Bulan Di RSUD Tugurejo Semarang. Dengan hasil sebagian responden berusia

3 – 12 bulan yaitu sebanyak 39 anak (65%). Jumlah responden yang tidak mengalami

diaper dermatitis dengan terapi minyak kelapa yaitu sebanyak 27 anak (90%).

Menurut Wijaya & Putri (2013), ulkus dekubitus adalah luka yang terdapat pada

permukaan kulit atau selaput lendir yang jaringannya mati karena terdapat kuman

saprofit. Integritas kulit agar tidak terjadi luka dekubitus dapat dipertahankan dengan

memberikan minyak zaitun.

Secara klasik, ulkus dekubitus timbul saat jaringan lunak (kulit, jaringan subkutan,

dan otot) tertekan antara tonjolan tulang dan permukaan keras pada periode yang lama
(Joyce M.Black, 2014). Oleh karena itu imobilitas dan inaktifitas adalah faktor resiko

utama. Pada klien tirah baring, mengubah posisi dan reposisi yang kurang sering atau

kurangnya bantalan antara permukaan-permukaan yang bersentuhan dapat

menyebabkan kerusakan jaringan. Selain itu, klien yang terbaring sering kali

diposisikan pada posisi semi-fowler untuk memfasilitasi pernapasan atau makan.

Posisi ini meningkatkan resiko ulkus pada sakrum dan tumit. Ischia adalah lokasi

umum ulkus dekubitus pada klien yang terbatas bergerak hanya di kursi, terutama jika

mereka hanya duduk tegak di kursi. Panjangnya waktu paparan terhadap tekanan

sebelum terjadi robekan kulit bervariasi pada setiap klien, pada klien yang sangat

lemah, kerusakan jaringan permanen dapat timbul dala, waktu kurang dari 2 jam.

Gangguan kognitif atau sensorik juga meningkatkan resiko karena klien tidak dapat

mengenali kebutuhan untuk miring dan bergerak.

Tindakan yang terpenting dalam menjaga integritas kulit adalah menjaga hidrasi kulit

dalam batas yang wajar (tidak terlalu lembab atau terlalu kering). Menurut Registerd

nurse’s asosiation of onorio-RNO (2007) dalam Yolanda (2012) salah satu intervensi

dalam menjaga integritas kulit adalah dengan cara memberikan pelembab lubrikan

seperti lotion, cream, dan salep lembab alkohol atau menggunakan barier pelindung

kulit.

Menurut Hammad (2011) minyak zaitun adalah minyak yang berasal dari biji zaitun

yang kaya akan asam linoleat. Yang mengandung 85% mineral (fosfot, sulfat,

kalsium). Sedikit protein, dan mengandung vitamin A, B, C, D, setiap 100 gram

mengandung 224 kalori. Virgin coconut oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yang

dibuat tanpa pemanasan atau dengan pemanasan minimal (Handayani, 2010).

Menurut Lanny (2012), VCO (Virgin Coconut Oil) adalah Minyak kelapa murni yang
proses produksinya tidak melalui tahapan RBD (Refined, bleached, dan deodorized).

Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yang mempunyai khasiat

ampuh sebagai penyembuh aneka penyakit (Syah, 2005).

Menurut Soejobroto (dalam Sutarmi dan Rozaline, 2005), minyak kelapa sebenarnya

memiliki banyak kelebihan, 50% asam lemak pada minyak kelapa adalah asam laurat

dan 7% asam kaplirat. Kedua asam tersebut merupakan asam lemak jenuh rantai

sedang yang mudah dimetabolisir dan bersifat antimikroba (anti virus, anti bakteri,

dan anti jamur) sehingga dapat meningkatkan imun tubuh (kekebalan tubuh) dan

mudah diubah menjadi energi. Dalam tubuh, asam laurat menjadi monolaurin,

sedangkan asam kapriat menjadi monokaprin. Selain itu, ternyata hasil pecahan lemak

jenuh rantai sedang jarang disimpan sebagai lemak dan jarang menumpuk di

pembuluh darah.

Menurut asumsi peneliti perubahan frekuensi sebelum dan sesudah pada kelompok

intervensi disebabkan oleh adanya tindakan minyak zaitun dan minyak kelapa murni

karena dengan adanya tindakan ini maka minyak kelapa dan minyak zaitu memiliki

banyak kelebihan, 50% asam lemak pada minyak kelapa adalah asam laurat dan 7%

asam kaplirat. Kedua asam tersebut merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang

mudah dimetabolisir dan bersifat antimikroba (anti virus, anti bakteri, dan anti jamur)

sehingga dapat meningkatkan imun tubuh (kekebalan tubuh) dan mudah diubah

menjadi energi. Dengan adanya zat tersebut sehingga bisa menjadikan kulit responden

menjadi lembab, dan mengurangi lecet pada kulit.


5.4.2 Bivariat

a. Efektifitas Pencegahan Dekubitus pada Pasien Stroke Sebelum dan Sesudah


diberikan Tindakan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni pada Kelompok
Kontrol dan Kelompok Intervensi di Ruangan Neurologi RSUD Dr.Achmad
Muchtar Bukittinggi Tahun 2017

Dilakukan pada kelompok intervensi 15 orang dan kelompok kontrol 15 orang.

Didapatkan rerata perbedaan sebelum dan sesudah intervensi -3,533, dengan standar

deviasi 1,598, dan p value 0,000 dapat disimpulkan adanya efektifitas sebelum dan

sesudah diberikan tindakan minyak zaitun dan minyak kelapa murni. Pada kelompok

kontrol didapatkan perbedaan rerata 0,200, dengan standar deviasi 0,775, dan p value

0,334, artinya tidak adanya efektifitas sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol.

Terdapat nilai confiden interval pada kelompok intervensi, nilai min -4,418, dan nilai

max-2,649. Pada kelompok kontrol nilai min adalah -0,629, dan nilai max 0,229.

Penelitian yang dilakukan oleh A.W.W. Watti (2014) judul Efektivitas Minyak

Kelapa Dan Minyak Zaitun Terhadap Pencegahan Diaper Dermatitis Pada Anak Usia

3 – 24 Bulan Di RSUD Tugurejo Semarang. Terdapat perbedaan yang signifikan

antara minyak minyak kelapa murni dengan miyak zaitun terhadap pencegahan diaper

dermatitis pada anak usia 3-24 bulan yang di rawat di ruang rawat inap Melati RSUD

Tugurejo Semarang, dengan nilai p value 0.004 (α=0,05).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andriani tahun 2014, tentang efektivitas

pemberian minyak zaitun dan minyak kelapa murni (vco) dalam upaya

pencegahan kerusakan kulit pada pasien penderita kusta di puskesmas buaran

kabupaten pekalongan. Didapatkan hasil p value 0,037 dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara pemberian minyak zaitun dan minyak kelapa murni

dalam upaya pencegahan kerusakan kulit pada penderita kusta di wilayah Puskesmas

Buaran Kabupaten Pekalongan


Berbaring berubah ubah hanya mempunyai arti kalau dapat kita terapkan dengan baik.

Oleh karena itu, kita perlu membuat sebuah daftar yang berisi waktu pelaksanaan dan

sikap tubuh yang harus diterapkan pada penderita pada masing masing waktu tersebut.

Kita mutlak perlu melaksanakan jumlah dan sikap tubuh yang lelah ditetapkan setiap

24 jam. Pada pengobatan dan perawatan dekubitus, pertama tama haru kita terapkan

apa yang telah diketengahkan pada waktu pembicaraan mengenai pencegahan

terjadinya dekubitus. Kalau keadaan penderita mengizinkan, penerapan skema

berbaring yang diubah ubah, yang dilaksanakan secara ketat, memang merupakan

tuntutan yang pertama tama harus dikerjakan. Bergantung kepada penderita dan

pandangan dan pendapat yang dianut di masing masing tempat perawatan tersebut,

maka dipergunakan salep yang bekerjanya menyembuhkan, mendesinfektan, atau

yang mempunyai daya kerja yang lain. Dengan permufakatan dan atas nasehat dokter

yang merawat, maka kita berusaha memperbaiki keadaan umum dan peredaran darah

penderita.

Mekanisme kerja Virgin coconut oil dapat diberikan sebagai bahan topical yang

berfungsi menjadi pelembab untuk mencegah kulit kering dan sebagai bahan topikal

untuk meminimalkan paparan keringat berlebihan. Coconout oil juga memberikan

nutrisi melalui proses penyerapan oleh kulit dan sebagai pelumas untuk mengurangi

efek gesekan. Kadungan antioksidan dan vitamin E masih dapat dipertahankan

sehingga jika digunakan sebagai pelindung kulit akan mampu melembutkan kulit.

Pemanfaatan VCO sebagai bahan dasar pembuatan krim pelembab dibuktikan oleh

Nilamsari (2006).

Asam lemak antiseptik pada minyak kelapa membantu mencegah infeksi jamur dan

bakteri. Ketika dipakaikan langsung pada kulit, asam lemak yang dikandung minyak
kelapa tidak langsung berfungsi sebagai anti-mikroba namun ia akan bereaksi dengan

bakteri-bakteri kulit menjadi bentuk asam lemak bebas seperti yang terkandung dalam

sebum (sebum mengandung uric acid dan asam laktat). Ketika mandi, sabun akan

menghilangkan keringat, minyak dan zat-zat asam pelindung kulit oleh karena itu

sebelum keringat dan minyak dikeluarkan kembali oleh kulit, kulit akan kering dan

peka terhadap mikroba-mikroba berbahaya. Memberikan pelembab setelah mandi

akan membuat kulit kembali segar. Pelembab yang terbuat dari minyak kelapa murni

cepat membangun hambatan mikrobial dan asam alami.

Menurut asumsi peneliti untuk pencegahan dekubitus pada pasien strokeselain dengan

cara miring kiri dan miring kanan juga bisa dilakukan dengan mengoleskan minyak

zaitun dan minyak kelapa murni.Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan minyak

zaitun pada pasien stroke selama 5 hari, terbukti mampu membuat kulit menjadi lebih

lembut karnaantioksidan dan antiinflamasi yang ada dalam minyak zaitun diduga

dapat membuat kulit menjadi halus. Sedangkan pemberian minyak kelapa murni pada

pasien stroke yang diberikan selama 5 hari didapatkan tidak efektif terhadap

pencegahan dekubitus, dapat dikarenakan kandungan pada minyak kelapa murni

menunjukkan hasil pH yang hanya sebagai pelembab kulit.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Diketahui karakteristik usia lebih dari saparoh kelompok intervensi dengan usia

dewasa 8 orang (53,3%), kurang dari separoh responden berusia lansia sebanyak 7

orang (46,7%). Pada kelompok kontrol dari 15 orang, didapatkan lebih dari separoh

responden berusia lansia sebanyak 7 orang (66,7%), kurang dari separoh berusia

dewasa sebanyak 5 orang (33,3%). Dan karakteristik IMT, 6 (40%) responden

obesitas, 9 (60%) responden tidak obesitas. Pada kelompok kontrol dari 15 orang,

didapatkan 10 (66,7%) responden obesitas, dan 5 (33,3%) responden tidak obesitas.

6.1.2 Sebagian besar 86,7% sebelum dilakukan intervensi terjadinya dekubitus, 14 (93,3%)

responden tidak terjadi dekubitus setelah dilakukan intervensi. Pada kelompok kontrol

dari 15 orang, didapatkan 10 (66,7%) responden tidak terjadi dekubitus, 11 (73,3%)

responden tidak terjadi dekubitus.

6.1.3 Rerata perbedaan sebelum dan sesudah intervensi -3,533, dengan standar deviasi

1,598, dan p value 0,000 dapat disimpulkan adanya efektifitas sebelum dan sesudah

diberikan tindakan minyak zaitun dan minyak kelapa murni. Pada kelompok kontrol

didapatkan perbedaan rerata 0,200, dengan standar deviasi 0,775, dan p value 0,334,

artinya tidak adanya efektifitas sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol.
6.2 Saran

6.2.1 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan aplikasi di lapangan mengenai penggunaan

minyak zaitun dan minyak kelapa murni terhadap pencegahan dekubitus pada pasien

stroke.

6.2.2 Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil aplikasi ini diharapkan akan digunakan oleh perawat di rumah sakit untuk

memberikan minyak zaitun dan minyak kelapa murni kepada pasien karena minyak

zaitun dan minyak kelapa murni mengandung asam oleat yang dapat melindungi kulit

dan melindungi elastisitas kulit dari kerusakan dan mencegah dekubitus.

6.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pendidikan keperawatan untuk

memberikan materi tentang terapi komplementer pada pasien stroke, khususnya yang

mengalami tirah baring lama dengan pemberian minyak zaitun dan minyak kelapa

murni.

6.2.4 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian yang berkaitan

efektifitas penggunaan minyak zaitun dan minyak kelapa murni terhadap pencegahan

dekubitus, penelitian ini dapat diterus kan dengan jumlah sampel yang lebih banyak

dan penyakit yang berbeda.


98
99

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Corwin E.J. 2009 Buku Saku Patofisiologi. Alih Bahasa Egi Komaria Yudha. Edisi Rivisi.
Jilid 3. EGC. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar


Indonesia (Riskesdas). 2007

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar


Indonesia (Riskesdas). 2013

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta:


Aditya Media

Fahrudin, 2013, Kandungan Nutrisi Minyak Zaitun, diakses 14 Februari 2012, <kesehatan.
kompasiana.com/ makanan/ 2013/10/09/ kandungannutrisi-minyak-zaitun-
597118.html>

Fife, B. 2005. Kembalilah ke Minyak Kelapa. Artikal Edisi 428 (XXXVI), Juli 2005.

Khadizah, Z. (2008). Khasiat dasyat minyak zaitun.Yogyakarta : Gapura Publishing

Langhorne P, Stott D, Robertson L, Jones C, McAlpine C, Dick F, Taylon G, Murray G.


2010. Medical Complications After Stroke. United Kingdom : University of Edinburgh

Lucida et al. Uji daya peningkat penetrasi Virgin Coconut Oil (VCO) dalam basis k
rim. Jurnal Sains & Teknologi Farmasi. 2008: Vol 13 No.1. Diakses dari
http://ffarmasi.unand.ac.id/pub/Publikasi %20Sukma.pdf

Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.

Morison M., 2003. Manajemen Luka. Jakarta: EGC

Muttaqin, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Imunologi. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmojdo, 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Novarianto, H dan Tulalo, M. 2007. Kandungan Asam Laurat Pada Berbagai Varietas
Kelapa Sebagai Bahan Baku VCO. Journal Littri 13 : 28-33.

Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Padila, 2012. Keperawatan medical bedah. Nuha medika. Yogyakarta

Potter, Patricia A dan Perry, Anne Griffin. 2006. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik, E/4, Vol. 2. Jakarta, EGC.

Pudiastuti.(2011). Penyakit Pemicu stroke . Yogyakarta. Nuha Medika

Purwaningsih. 2002. Analisis Dekubitus pada Pasien Tirah Baring di Ruang A1, B1, C1, D1
dan Ruang B3 IRNA 1 RSPU Dr. Sardjito Yogykarta. Skripsi. FK UGM: Yogyakarta.

Sabandar, A. 2008. Penatalaksanaan Tekanan Darah pada Intracebral Hemoragik (ICH).


Diakses tanggal 16 September 2010.

Sari, Y. 2007. Luka Tekan (Pressure ulcer): penyebab dan pencegahan.


www.inna.ppni.or.id/index.php? Name: new & file: print & sid: 126.a.s. Diakses
tanggal 25 September 2010.

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 2, Edisi 8.
Jakarta : EGC

Subroto, Ahkam. (2006). VCO Dosis Tepat Taklukkan Penyakit. Jakarta: Penebar
Swadaya. Halaman 7.

Sugiyono, 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Suryadi, 2007. Risk factors in the development of pressure ulcers in intensive care unit
in Pontianak , Indonesia. International wound journal. 2007: 4: 208-215.

Sutarmi, dan Hartin Rozaline. (2005). Taklukkan Penyakit Dengan VCO. Jakarta: Penebar
Swadaya. Halaman 33-47.

Yolanda, Oktari.(2013). Efektifitas MinyakZaitun Terhadap Pressure Ulcer pada Pasien


dengan Gangguan Tirah Bring Lama.
repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/4120/1/jurnal%20ook.pdf (accesed 7
November 2013).
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Sdr/i

Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
(PSIK) STIKes Perintis Padang.

Nama : Ferry Noviardi

NIM : 13103084105041

Alamat : Jln. Bukit Apit no.7

Menyatakan bahwa saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Efektifitas


Penggunaan Minyak Zaitun Dan Minyak Kelapa Murni Terhadap Pencegahan
Dekubitus Pada Pasien Stroke Di Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi Tahun 2017”
sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan di institusi pendidikan
tersebut.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan kerugian bagi Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai subjek
penelitian, kerahasian seluruh informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk penelitian saja. Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk ikut dalam
penelitian ini, yaitu dengan bersedia untuk menjawab pertanyaanyang diajukan.

Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i saya ucapkan terimakasih.

Bukittinggi, Maret 2017

Peneliti

( Ferry Noviardi )
Lampiran 2

INFORMED CONSENT

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia dan tidak keberatan menjadi subjek penelitian yang

dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) STIKes Perintis Padang

yang bernama Ferry Noviardi (NIM : 13103084105041) dengan judul “Efektifitas

penggunaan minyak zaitun dan minyak kelapa murni terhadap pencegahan dekubitus

pada pasien stroke di Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi tahun 2017”

Surat persetujuan ini saya buat atas kesadaran sendiri tanpa tekanan maupun paksaan

dari pihak manapun.

Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, Maret 2017

Responden

( )
Formulir Skala Braden (Patricia, 2012)

Nama Pasien :.................... No. MR :............................ Tanggal :........................

PARAMETER TEMUAN SKOR


Persepsi 1. Tidak 2. Gangguan 3. Gangguan 4. Tidak
sensori merasakan sensori sensori ada
atau pada bagian ½ pada 1 atau 2 gangguan
respon permukaan ekstremitas atau sensori,
terhadap tubuh berespon pada berespon
stimulus atau hanya perintah verbal penuh
nyeri, berespon pada tapi terhadap
kesadaran stimuli nyeri tidak selalu perintah
menurun mampu verbal.
mengatakan
ketidaknyamana
n
Kelembapan 1. Selalu 2. Sangat 3. Kadang 4. Kulit
terpapar lembab lembab kering
oleh keringat
atau
urine basah
Aktivitas 1. Terbaring 2. Tidak bisa 3. berjalan4. dapat
ditempat berjalan dengan atauberjalan
tidur tanpa bantuan
sekitar
ruangan
Mobilitas 1. Tidak 2. Tidak dapat 3. Dapat 4. Dapat
mampu merubah posisi membuat merubah
bergerak secara tepat perubahan posisi posisi
dan tubuh atau tanpa
teratur ekstremitas bantuan
dengan mandiri

Nutrisi 1. Tidak dapat 2. Jarang 3. Mampu 4. Dapat


menghabiskan mampu menghabiskan menghabi
1/3 menghabiskan lebih dari ½ s
porsi ½ porsi porsi kan porsi
makannya,
makanannya makannya Makanny
sedikit minum,
puasa atau a, tidak
atau minum intake cairan memerluk
air putih, kurang dari an
atau mendapat jumlah suplement
infus optimum asi
lebih nutrisi.
dari 5 hari
Gesekan 1. Tidak 2. 3. Membutuhkan
mampu Membutuhkan bantuan
mengangkat bantuan minimal
badannya minimal mengangkat
mengangkat tubuhnya
sendiri, atau
tubuhnya
spastik,
kontraktur
atau
Gelisah
TOTAL SKOR
Cara Kerja pemberian Minyak Zaitun

No Kegiatan Waktu

1. Persiapan :
a. Mengelompokkan pasien stroke yang tirah baring 2 menit
b. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Tahap kerja :
a. Cuci tangan
b. Memakai handscoen
c. Dekatkan alat kepada pasien
d. Tuangkan minyak zaitun ke kom sebanyak 2 – 3 ml
e. Buka baju pasien
f. Miringkan pasien kearah berlawanan
10 menit
g. Oleskan ke area punggung, sacrum, iskhium dan
tumit
h. Pasang kembali baju pasien
i. Kembalikan posisi pasien
j. Bersihkan alat
k. Buka handskun
l. Cuci tangan
3. Tahap terminasi :
a. Observasi pasien
2 menit
b. Dokumentasi
Cara Kerja pemberian Minyak Kelapa murni

No Kegiatan Waktu

1. Persiapan :
a. Mengelompokkan pasien stroke yang tirah baring 2 menit
b. Mempersiapkan alat dan bahan

2. Tahap kerja :
a. Cuci tangan
b. Memakai handscoen
c. Dekatkan alat kepada pasien
d. Tuangkan minyak kelapa murni ke kom sebanyak 2
– 3 ml
e. Buka baju pasien
f. Miringkan pasien kearah berlawanan 10 menit
g. Oleskan ke area punggung, sacrum, iskhium dan
tumit
h. Pasang kembali baju pasien
i. Kembalikan posisi pasien
j. Bersihkan alat
k. Buka handskun
l. Cuci tangan
3. Tahap terminasi :
a. Observasi pasien
2 menit
b. Dokumentasi
LEMBAR KONSUL

NAMA : Ferry Noviardi

NIM : 13103084105040

PENGUJI II : Ns. Muhammad Arif, M.Kep

JUDUL : Efektifitas Penggunaan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni

dalam Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke Diruangan Neuro

RSAM Tahun 2017

HARI/TANGGAL KEGIATAN/AKTIFITAS PARAF


LEMBAR KONSUL

NAMA : Ferry Noviardi

NIM : 13103084105040

PENGUJI II : Ns. Ernalinda Rosya, M.Kep

JUDUL : Efektifitas Penggunaan Minyak Zaitun dan Minyak Kelapa Murni

dalam Pencegahan Dekubitus Pada Pasien Stroke Diruangan Neuro

RSAM Tahun 2017

HARI/TANGGAL KEGIATAN/AKTIFITAS PARAF

Anda mungkin juga menyukai