Anda di halaman 1dari 3

Tahu tidak, Indonesia menempati lima besar dari seluruh negara di dunia sebagai negara

dengan angka stunting (pendek) terbesar. Apakah itu stunting? Stunting adalah kondisi
gagal tumbuh pada anak yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis atau
berkepanjangan. Kondisi kekurangan gizi bisa ini terjadi sejak bayi dalam kandungan dan
pada masa awal setelah lahir, tepatnya di 1000 hari pertama kelahiran.

Gampangnya begini deh, jika seorang anak berat badannya tidak naik, atau naik tapi tidak
sebanyak yang seharusnya, maka lama-lama, tinggi badannya pun akan terpengaruh.
Supaya seorang anak tidak tampak kurus sekali, maka kompensasinya adalah tubuh tidak
akan bertambah tinggi. Jadi sekilas mata memandang sih, bisa jadi anak tersebut tampak
baik-baik saja (baca: tidak kurus-kurus amat), tapiiii.. kalau dibandingkan dengan anak
sebayanya, pasti ia akan tampak lebih pendek. Kondisi inilah yang dinamakan stunting.
Stunting ini sulit sekali untuk diperbaiki, sehingga memang betul kata pepatah, “Mencegah
selalu lebih baik daripada mengobati”.

Bukan hanya pendek, stunting juga punya banyak dampak merugikan untuk seorang
anak. Penelitian menunjukkan bahwa stunting berdampak buruk pada tingkat kecerdasan,
kerentanan terhadap penyakit, dan menurunkan produktivitas seseorang kelak.

Ada satu penelitian jangka panjang yang sudah dilakukan di Guatemala nih. Jadi anak-anak
yang pada usia 3 tahun tidak stunting dibandingkan dengan anak-anak yang stunting pada
35 tahun kemudian. Hasilnya? Mereka yang tidak stunting waktu berusia 3 tahun itu
ternyata memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik, memiliki pekerjaan yang
menghasilkan gaji lebih tinggi atau “white collar”. Sedangkan kelompok yang stunting saat
berusia 3 tahun ada yang tidak bekerja (homeless), atau bekerja kasar seperti kuli dan
pesuruh.

Penelitian juga menunjukkan kalau anak-anak yang mengalami stunting, pada saat dewasa
lebih berisiko terkena penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, jantung koroner,
hipertensi, dan obesitas.

Karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa, bisa dibayangkan ya bagaimana


jadinya bangsa kita 30 tahun mendatang jika saat ini angka stunting di Indonesia masih
tinggi? Lalu tanggung jawab siapakah itu? Tentulah tanggung jawab kita, sebagai
orangtuanya.

Apa yang harus kita lakukan? Ada beberapa cara mudah kok yang bisa kita, sebagai
orangtua lakukan untuk mencegah stunting. Yang pertama, please, be concern dengan
masalah nutrisi anak. Jika berat badan bayi anda tidak naik setiap bulan, atau naik namun
hanya sedikit, atau bahkan turun, segeralah konsultasikan ke dokter. Buang jauh-jauh
segala “pembenaran” seperti anak aktiflah, ibu bapaknya kecillah, apalah apalah. Patut
diingat, SEMUA anak sehat PASTI AKTIF. Jangan juga menjadikan faktor genetik sebagai
alasan. Memang genetik akan sangat berpengaruh, tapi jangan lupa, banyak faktor lainnya
yang bisa lebih berpengaruh untuk tumbuh kembang yang optimal. Dan satu lagi, kalimat
“Yang penting sehat”. Perlu dicatat nih, bahwa kesehatan yang harus dipikirkan bukan
hanya saat ini saja, tapi jauh ke depannya pula.

Jadi jangan malas-malas ya Pak, Bu, untuk memantau pertumbuhan anak anda. Catat
pertambahan berat badan per bulan, bagaimana juga dengan tinggi badannya, sehingga
jika mulai terlihat ada gangguan, dapat segera diatasi.

Cara lain adalah dengan memastikan memberikan sumber nutrisi terbaik. ASI eksklusif
dan MPASI yang benar (soal MPASI ini nanti saya tulis terpisah yaa). Jika memang tidak
dapat memberikan ASI eksklusif, berikan ASI donor/susu formula dengan benar. Jaga juga
kebersihan lingkungan yaaa, ini pun bisa sangat berpengaruh lho!

Semoga suatu hari nanti, anak-anak Indonesia bisa terbebas dari stunting, aamiin!

*Edited:
PS: Berhubung malah jadi banyak yang baper dan bilang kalau saya men-judge ibu lain,
hehe saya mau sedikit curcol nih. Percayalah bu ibu, pak bapak, saya pun (sebagai ibu)
PERNAH berada dalam posisi tersebut. Naya, anak saya sendiri pernah seret naik
beratnya, dan saya mencari pembenaran seperti "yang penting sehat" atau "Kayaknya
nurun saya deh nih". Itu terjadi sebelum saya mendalami ilmu nutrisi anak. Setelah tahu,
saya terapkan pada Naya, Alhamdulillah berat dan tingginya ideal sampai saat ini. Itu yang
ingin saya share dengan yang lain. Anggap saja saya beruntung, dapat kesempatan untuk
belajar lebih dalam soal nutrisi anak sehingga akhirnya anak saya sendiri terhindar dari
stunting. Tapi bagaimana ibu-ibu yang lain yang tidak memiliki kesempatan yang sama?

Oh ya, pada waktu itu Naya terkena anemia defisiensi besi (bisa jadi karena saya pun
memberikan MPASI yang tidak terfortifikasi untuknya). Begitu anemia defisiensi besinya
teratasi, beratnya baik deh:)

Please, jangan bersuudzon dulu yaa. Saya TIDAK dalam kapasitas men-judge atau menilai
orang tua lain. Ini pengalaman dan pendapat saya pribadi. Silakan diambil manfaatnya jika
berguna, tak perlulah jadi ber-negative thinking:) Peace yo!

Anda mungkin juga menyukai