1. Pendahuluan
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu ikan ekonomis di dunia (Biswas
et.al., 2005). Ikan ini memiliki keunggulan mudah berkembang biak, pertumbuhan cepat,
toleran terhadap kondisi lingkungan, berdaging tebal, disukai masyarakat, mudah
dibudidayakan (Bombata dan Somatun, 2008). Karena mudah berkembang biak, maka dapat
terjadi pemijahan yang tidak terkontrol dan menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat.
Menurut Phelps dan Popma (2000), laju pertumbuhan ikan nila jantan lebih cepat
dibandingkan dengan ikan betina. Selisih biomasa ikan pada waktu panen yang disebabkan
oleh fenomena tersebut dapat mencapai 30-50% (Mair et.al., 1995). Untuk mengatasi hal
tersebut, dilakukan budidaya ikan nila kelamin tunggal (monoseks) jantan.
Salah satu teknik untuk mendapatkan benih ikan nila monoseks jantan adalah melalui
budidaya monoseks dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan yang lebih cepat,
mengendalikan pemijahan liar, dan mendapatkan penampilan yang lebih baik (Zairin, 2002).
Teknik sex reversal dengan pemberian hormon jantan (testosteron). Hormon yang umum
digunakan adalah hormon sintetik 17α-methyltestosteron (Phelps dan Popma, 2000).
Antibiotika banyak ditambahkan ke dalam pakan ikan, karena dipercaya sebagai alternatif
yang dapat dilakukan dalam pembuatan pakan dengan tujuan memperbaiki konversi pakan
dan kesehatan ikan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan (Afrianto et.al.,
2005).
Dampak yang dihasilkan akibat mengkonsumsi daging ikan yang terdapat residu
antibiotik dan hormon adalah resistennya berbagai mikroorganisme dan virus hingga penyakit
kanker pada konsumen akibat seringnya konsumen mengkonsumsi daging yang tercemar
residu antibiotik dan hormon.
Departemen Kelautan dan Perikanan (2008), menyatakan larangan penggunaan 21 jenis
obat-obatan dalam kegiatan budidaya perikanan, salah satunya steroid sintetik
(metiltestosteron). Larangan tersebut dibuat karena salah satu persyaratan ikan yang akan
yang diekspor harus bebas dari residu obat-obatan dan hormon.
Untuk melihat residu yang terdapat dalam daging ikan nila diperlukan alat yang memiliki
sensitifitas, selektifitas, dan kecepatan dalam pengujian residu dibandingkan pengujian
menggunakan HPLC biasa. Hal ini dikarenakan LC-MS/MS menggunakan kolom yang lebih
pendek dan detektor yang memungkinkan memilah bahan aktif berdasarkan bobot
molekulnya sehingga dapat menguji residu antibiotik dan hormon pada lebih cepat dan lebih
banyak dari pada biasanya.
Pasar tradisional Cihaurgeulis merupakan salah satu pasar tradisional di Kota Bandung
yang sering dikunjungi oleh masyarakat di sekitar Kota Bandung walaupun bukan termasuk
salah satu pasar induk karena letaknya yang berada di pusat kota. Di pasar tersebut terdapat 4
pedagang ikan nila yang dari setiap pedagangnya dalam sehari mampu menjual puluhan kilo
ikan nila kepada konsumen.
2. Metodologi
Sampel adalah daging ikan nila segar dari pasar tradisional Cihaurgeulis Bandung. Daging
ikan disimpan dalam freezer pada suhu -20 °C, terlindung dari cahaya dan air sampai waktu
dilakukan analisa. Analisis dilakukan pada bagian yang bisa dimakan. Sampel harus homogen
dengan sempurna sebelum dilakukan sampling. Sedikitnya 200 g dari sampel asli diambil.
Setelah dilakukan sampling, sampel dihancurkan menggunakan blender sampai homogen
sempurna, dari sampel yang homogen bagian-bagian kecil diambil dari berbagai bagian untuk
memenuhi bobot sampel untuk analisa. Sebelum dilakukan analisa sampel di simpan pada
suhu ruang.
Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian kandungan residu Kloramfenikol dan
hormon metiltestosteron pada ikan nila menggunakan LC-MS/MS. Kloramfenikol selain
diberikan melalui pakan ikan, biasanya juga untuk pengobatan maupun membilas kolam
selama proses produksi yang bertujuan sebagai desinfektan. Penyalahgunaan antibiotik
mengakibatkan tertinggalnya bahan kimia sebagai residu pada ikan nila dan pada jumlah dan
waktu yang lama akan menimbulkan gangguan kesehatan berupa anemia aplastik pada
konsumen.
3.1. Proses Sampling
Dalam penelitian ini sampel yang diambil berasal dari Pasar Cihaurgeulis Bandung.
Sampel diambil dari seluruh pedagang ikan nila di pasar tersebut yang berjumlah 4 pedagang,
sehingga didapatkan sampel berjumlah 4. Kriteria sampel yang diambil adalah ikan nila yang
memiliki kelamin jantan dan berukuran besar. Dari tiap-tiap pedagang ikan diambil sampel
sebanyak 1 kg.
Setelah sampel terkumpul, sampel dibersihkan dan diambil bagian dagingnya saja,
sedangkan kulit, kepala, tulang, jeroan, dan ekor ikan dibuang. Analisis dilakukan pada
bagian yang bisa dimakan. Sampel harus homogen dengan sempurna sebelum dilakukan
sampling. Sedikitnya 200 g dari sampel asli diambil. Setelah dilakukan sampling, sampel dari
tiap-tiap pedagang dihancurkan sampai homogen menggunakan blender. Sampel disimpan
dalam freezer pada suhu -20oC, terlindung dari cahaya dan air sampai waktu dilakukan
analisa.
Another section of your paper. The paragraphs are indented (Body text Indented style).
Use a one-column format and do not add any page numbers.
3.2.1 Deret Standar Kloramfenikol
4. Acknowledgement