Anda di halaman 1dari 49

Parameter-parameter

ANTENA
Parameter antena adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja dan daya guna suatu antena.
Parameter-parameter tersebut antara lain : pola radiasi,
polarisasi, efisiensi, gain, impedansi masukan, dan lebar
band frekuensi (bandwidth)

• POLA RADIASI
• POLARISASI
• DIREKTIVITAS
• GAIN
• BEAMWIDTH
• BANDWIDTH
• VOLTAGE STANDING WAVE RATIO (VSWR)
POLA RADIASI
Pola Radiasi (Radiation Patern)
• Pola radiasi adalah fungsi matematika atau
penggambaran secara grafis sifat-sifat radiasi
suatu antena dalam koordinat ruang.
• Pola radiasi menentukan ke arah sudut mana
sebuah antena memancarkan/mendistribusikan
energinya. Pola radiasi menggambarkan distribusi
energi yang dipancarkan oleh antena di ruang.
• Besaran ini diukur/dihitung pada medan jauh
(far-field), dengan jarak yang konstan ke antena,
dan divariasikan terhadap sudut, biasanya sudut
 dan sudut .
Pola Radiasi Isotropic
• Pola radiasi isotropic mendistribusikan radiasi
energinya ke segala arah sama rata/sama
besar. Koordinat ruang yang digunakan adalah
koordinat bola
Pola Radiasi Directional
• Pola radiasi directional memancarkan radiasi energinya
lebih efektif ke arah tertentu daripada arah yang lain.
Arah radiasi antena adalah arah dengan radiasi energi
yang paling besar .

Gambar. Pola radiasi directional.


Kiri : 3 dimensi. Kanan : 2 Dimensi, penampang
tegak lurus sumbu x dan y
Pola Radiasi Omnidirectional

Pola radiasi
omnidirectional
memancarkan
radiasi energinya ke
segala arah dengan
besar daya sama,
dan bentuk pola
radiasinya
digambarkan seperti
bentuk donat
dengan pusat
berimpit.
Gambar. Pola radiasi
omnidirectional.
Kiri : 3 dimensi.
Kanan : 2 Dimensi,
penampang tegak lurus
sumbu x dan y
POLARISASI
• Polarisasi antena merupakan orientasi
perambatan radiasi gelombang elektromagnetik
yang dipancarkan oleh suatu antena dimana arah
elemen antena terhadap permukaan bumi
sebagai referensi.
• Yang dijadikan acuan arah rambatan adalah
medan listrik.
Ada tiga macam polarisasi :
• polarisasi linier, arah rambatan vertikal atau
horizontal
• polarisasi elips, arah rambatan searah atau
berlawanan dengan jarum jam
• polarisasi lingkaran, arah rambatan searah atau
berlawanan dengan jarum jam
Polarisasi Linier
• Pada polarisasi linier, arah medan listrik tidak berubah dengan
waktu, yang berubah hanya orientasinya saja (positif atau negatif).
Gambar menunjukkan sebuah gelombang yang memiliki polarisasi
linier yang vertikal. Medan listrik terletak secara vertikal, arah
medan listrik selalu menunjuk ke arah sumbu x positif atau negatif
dan arah medan magnetnya selalu ke sumbu y positif atau negatif.
Polarisasi Circular (Elips dan Lingkaran)
• Arah rambat medan listrik melakukan putaran
dengan ujung panah “jarum jam” terletak
pada sebuah permukaan silinder.
• Jika penampang silinder berbentuk elips,
maka polarisasi yang terjadi adalah polarisasi
elips.
• Jika penampang silinder berbentuk lingkaran,
maka polarisasi yang terjadi adalah polarisasi
lingkaran.
DIREKTIVITAS
Direktivitas (D)
Direktivitas adalah kemampuan yang dimiliki antena untuk
memusatkan energi dalam satu atau lebih ke arah khusus,
tergantung dari pola radiasinya. Direktivitas antena dapat
ditentukan dengan menghitung :
• Perbandingan antara kerapatan daya maksimum dengan
kerapatan daya rata-rata
• Perbandingan antara intensitas radiasi (W/satuan sudut)
arah tertentu dengan intensitas radiasi (W/satuan sudut)
rata rata arah lain
• Perbandingan antara intensitas radiasi sumber non
isotropis pada arah tertentu dengan intensitas radiasi
sumber isotropis

P( , )maksimum
D
P( , )rata  rata
Gain (G)
Gain (penguatan) adalah karakter antena yang terkait
dengan kemampuan antena mengarahkan radiasi sinyalnya,
atau penerimaan sinyal dari arah tertentu. Gain bukanlah
kuantitas yang dapat diukur dalam satuan fisis pada
umumnya seperti watt, ohm, atau lainnya, melainkan suatu
bentuk perbandingan. Oleh karena itu, satuan yang
digunakan untuk gain adalah desibel.
Gain dari sebuah antenna adalah kualitas nyala yang
besarnya lebih kecil daripada penguatan antena tersebut
yang dapat dinyatakan dengan :

G = k.D

Dimana, k = efisiensi antenna, 0 ≤ k ≤1


• Gain antena dapat diperoleh dengan mengukur
power pada main lobe dan membandingkan
powernya dengan power pada antena referensi.
• Gain antena diukur dalam desibel, bisa
dalam dBi ataupun dBd.
• “d” dan “i” di sini mewakili dipole dan
isotropic, jadi gain antena diukur relative
terhadap sebuah antena dipole atau
antena isotropic.
• Jika antena referensi adalah sebuah
dipole, antena diukur dalam dBd. Jika
antena referensi adalah sebuah isotropic,
antena diukur dalam dBi.
• Gain juga dapat dihitung dengan
membandingkan kerapatan daya maksimum
antena yang diukur dengan antena referensi
yang diketahui gainnya. Maka dapat dituliskan
pada Persamaan :
Pmax
G  Gref
Pref . max

 Pmax   Vmax 
GdB  10 log  Gref   20 log  Gref 
P  V 
 ref . max   ref . max 
Decibel (dB) merupakan satuan gain antena.
Decibel adalah perbandingan dua hal. Decibel
ditetapkan dengan dua cara, yaitu :
• Ketika mengacu pada pengukuran daya.
 Pantena.diukur 
X dB  10 log10  
 P 
 antena . ref 

• Ketika mengacu pada pengukuran tegangan.

 Pantena.diukur 
X dB  20 log10  
 P 
 antena.ref 
Beamwidth
• Beamwidth Adalah besarnya sudut berkas
pancaran gelombang frekuensi radio utama
(main lobe) yang dihitung pada titik 3 dB
menurun dari puncak lobe utama. Besarnya
beamwidth adalah sebagai berikut :

Dimana :
B = 3 dB beamwidth (derajat)
f = frekuensi (GHz)
d = diameter antena (m)
• Gambar menunjukkan tiga daerah pancaran yaitu lobe utama (main
lobe,nomor 1), lobe sisi samping (side lobe, nomor dua), dan lobe
sisi belakang (back lobe, nomor 3). Half Power Beamwidth ( HPBW)
adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titiktitik ½ daya atau -3 dB
atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama. First Null
Beamwidth (FNBW) adalah besar sudut bidang diantara dua arah
pada main lobe yang intensitas radiasinya nol.
Bandwidth
• Pemakaian sebuah antena dalam sistem pemancar
atau penerima selalu dibatasi oleh daerah frekuensi
kerjanya. Pada range frekuensi kerja tersebut antena
dituntut harus dapat bekerja dengan efektif agar
dapat menerima atau memancarkan gelombang
pada band frekuensi tertentu.
Daerah frekuensi kerja dimana antena masih dapat bekerja dengan
baik dinamakan bandwidth antena. Misalnya sebuah antena bekerja
pada frekuensi tengah sebesar fC, namun ia juga masih dapat bekerja
dengan baik pada frekuensi f1 (di bawah fC) sampai dengan f2 (di atas
fC), maka bandwidth antena tersebut adalah :

f 2  f1
BW%   100%
fC
Bandwidth yang dinyatakan dalam persen seperti ini biasanya
digunakan untuk menyatakan bandwidth antena yang memiliki band
sempit (narrow band). Sedangkan untuk band yang lebar (broad
band) biasanya digunakan definisi rasio antara batas frekuensi atas
dengan frekuensi bawah.

BW  f 2  f1
Impedansi Masukan (Z)
• Impedansi (Z) adalah perbandingan antara
tegangan dan arus, atau perbandingan
komponen medan listrik dan medan magnet
yang sesuai dengan orientasinya.
• Mengingat harga arus dan tegangan yang
tidak sama disepanjang konduktor, maka nilai
impedansi antena yang diperoleh tidak sama
disepanjang antena. Pada ujung antena
dengan panjang setengah lamda terdapat
impedansi maksimum, sedangkan di titik
tengah (center) antena tersebut terdapat
impedansi minimum.
• Impedansi masukan didefinisikan sebagai impedansi yang
diberikan oleh antena kepada rangkaian di luar, pada suatu
titik acuan tertentu. Saluran transmisi penghubung yang
dipasangi antena akan melihat antena tersebut sebagai
beban dengan impedansi beban sebesar Zin.

Gambar. Antena sebagai beban dari rangkaian sebelumnya


• Harga impedansi antena perlu dikenali dalam rangka
penyesuaian impedansi (impedansi matching)
terhadap saluran transmisi yang digunakan. Jadi bila
energi dari radio pemancar disalurkan melalui saluran
transmisi dengan impedansi karakteristik (Zo) 75 ohm
maka titik catu pada antena dicari pada impedansi
yang mendekati 75 ohm.
• Impedansi masukan penting untuk pencapaian kondisi
matching pada saat antena dihubungkan dengan
sumber tegangan, sehingga semua sinyal yang dikirim
ke antena akan terpancarkan. Atau pada antena
penerima, jika kondisi matching tercapai, energi yang
diterima antena akan bisa dikirimkan ke antena
penerima.
• Prinsip penyesuaian impedansi dan efek dari
ketidaksesuaian (mis-matching) tidak akan dibahas di
sini. Secara detail bisa dipelajari di buku-buku yang
membahas Saluran Transmisi (Transmission Line).
Voltage Standing Wave Ratio

(VSWR)
• Voltage Standing Wave Ratio
(VSWR) merupakan
kemampuan suatu antena
untuk bekerja pada frekuensi
yang diinginkan. Pengukuran
VSWR berhubungan dengan
pengukuran koefisien refleksi
dari antena tersebut.
• VSWR sangat dipengaruhi oleh impedansi
input. Impedansi antena penting untuk
pemindahan daya dari pemancar ke
antena dan dari antena ke penerima.
• Sebagai contoh untuk memaksimumkan
perpindahan daya dari antena ke
penerima, impedansi antena harus
conjugate match. Jika ini tidak dipenuhi
maka akan terjadi pemantulan energi
yang dipancarkan atau diterima.
• Perbandingan level tegangan yang kembali ke pemancar
(V-) dan yang datang menuju beban (V+) ke sumbernya
lazim disebut koefisien pantul atau koefisien refleksi yang
dinyatakan dengan simbol “” atau dapat dituliskan:

V

V
• Hubungan antara koefisien refleksi, impedansi
karakteristik saluran (ZO) dan impedansi beban/antena
(ZL) dapat ditulis:

Z L  Zo

Z L  Zo
• Harga koefisien refleksi ini dapat bervariasi antara
0 (tanpa pantulan/match) sampai 1, yang berarti
sinyal yang datang ke beban seluruhnya
dipantulkan kembali ke sumbernya semula.
• Maka untuk pengukuran VSWR, besar nilai VSWR
yang ideal adalah 1, yang berarti semua daya
yang diradiasikan antena pemancar diterima oleh
antena penerima (match).
1 
VSWR 
1 
• Semakin besar nilai VSWR menunjukkan daya yang
dipantulkan juga semakin besar dan semakin tidak
match.

Anda mungkin juga menyukai