Anda di halaman 1dari 10

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 51 tahun
Alamat : Jl. Sigra No. 4 RT 006/04, pos pengumben, Jakarta Barat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status pasien : Istri angkatan
Kesatuan : DITHUBAD
Tanggal Pemeriksaan : 25 September 2013

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 25 September 2013

- Keluhan Utama: Lenting-lenting kemerahan di pinggang kanan

- Keluhan Tambahan: Gatal, panas, dan perih pada daerah lenting.

Riwayat Perjalanan Penyakit:

5 hari SMRS pasien mengaku demam dan pusing, pasien mengatakan tidak ada
keluhan batuk pilek. Pasien juga mengatakan belum minum obat apapun untuk demamnya.
Pasien datang ke poli RSPAD dengan keluhan lenting-lenting kemerahan yang
terdapat pada pinggang sebelah kanan disertai nyeri di daerah pinggang kanan sejak 3 hari
SMRS. Nyeri yang dirasakan pasien seperti ditusuk-tusuk benda tajam, awalnya nyeri
dirasakan didaerah pinggang kanan lalu nyeri juga dirasakan didaerah perut kanan dan
punggung sebelah kanan. Lenting-lenting kemerahan mulai timbul sedikit demi sedikit, lalu
semakin banyak didaerah pinggul. Pasien mengatakan adanya keluhan gatal, panas dan perih
di daerah lenting-lenting tersebut. Pasien memberikan betadine pada daerah yang nyeri dan
terdapat lenting-lenting kemerahan. Pasien mengatakan pernah mengalami sakit cacar air
waktu kecil.
Pasien menyangkal adanya penyakit yang sama pada keluarga dan lingkungan tempat
tinggalnya.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengaku pernah mengalami sakit cacar air saat pasien masih kecil

Riwayat Penyakit Keluarga

1
Pasien menyangkal adanya penyakit serupa

III.STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis.
Keadaan Gizi : Baik.
Tanda Vital
Tek. darah : 120/70 mmHg.
Nadi : 64 x/menit.
Pernafasan : 20 x/menit.
Suhu : 36,8 0C
Kepala : Normocephali.
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-.
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), secret (-).
Telinga : Liang telinga lapang, tidak ada secret dan pus.
Mulut : Bibir tidak sianosis, tidak ada lesi di sekitar bibir.
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang.
Thorak : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-).
Paru : Suara pernapasan vesikuler, ronki (-), whezzing (-).
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba.
KGB : Tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas : Akral hangat, udem (-).

IV. STATUS DERMATOLOGIKUS


Lokasi: Pinggang kanan (Thorakalis dextra T6 - T10).
Efloresensi: Tampak vesikel-vesikel yang tersusun secara berkelompok dengan dasar
eritematosa

Foto:
gambar 1. Gambaran lesi pada perut bagian kanan

2
gambar 2. Gambaran lesi bagian perut

gambar 3. Gambaran lesi pada pinggang bagian kanan

gambar 4. Gambaran lesi daerah pinggang

3
gambar 5. Gambaran lesi daerah punggung bagian kanan

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan.

VI. RESUME
Wanita 51 tahun datang ke RSPAD dengan keluhan timbul lenting-lenting kemerahan
pada pinggang kanannya sejak 3 hari SMRS. Keluhan lenting didahului demam dan pusing
sejak 5 hari SMRS, dan disertai nyeri, panas dan gatal didaerah pinggang kanan. Pasien
mengaku pernah terkena cacar air.
- Status generalis dalam batas normal.
- Pada pemeriksaan status dermatologikus pada pinggang kanan tampak vesikel-vesikel
yang tersusun secara berkelompok dengan dasar eritematosa.

VII. DIAGNOSIS KERJA


Herpes Zoster regio thorakalis dextra.

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN


Tes Tzanck.

IX. PENATALAKSANAAN

 Non Farmakologis
 Istirahat cukup dan menjaga kebersihan tubuh.
 Menghindari pecahnya vesikel dengan tidak menggaruk daerah lenting.

 Farmakologis
 Sistemik:

4
 Acyclovir tab 5 x 800 mg per hari diberikan selama 7 hari.
 Asam Mefenamat tab 3 x 500 mg per hari diberikan selama 5 hari.

 Topical:
 Bedak Salisil 2% untuk vesikel yang belum pecah.
 Untuk vesikel yang sudah pecah diberikan salep antibiotik asam Fusidat 2%.

X. PROGNOSIS

 Quo ad vitam : ad bonam.


 Quo ad functionam : ad bonam.
 Quo ad sanationam : ad bonam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

HERPES ZOSTER
I. DEFINISI
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Varisella Zoster
yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah
infeksi primer. Artinya setiap orang yang pernah mengalami infeksi Varicella Zoster atau
yang lebih dikenal dengan cacar air, mempunyai kemungkinan untuk mengalami Herpes
Zoster.1

5
Herpes Zoster adalah radang kulit akut, mempunyai sifat khas yaitu vesikel-vesikel
yang tersusun berkelompok sepanjang persarafan sensorik kulit sesuai dermatom.2

II. EPIDEMIOLOGI
Penyebarannya sama seperti varisela. Penyakit ini, seperti yang diterangkan dalam
definisi, merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah penderita mendapat varisela.
Kadang-kadang varisela ini berlangsung subklinis. Tetapi ada pendapat yang menyatakan
kemungkinan transmisi virus secara aerogen dari pasien yang sedang menderita varisela atau
herpes zoster.1
Herpes zoster ditularkan antar manusia melalui kontak langsung, salah satunya adalah
transmisi melalui pernapasan sehingga virus tersebut dapat menjadi epidemik di antara inang
yang rentan. Resiko terjangkit herpes zoster terkait dengan pertambahan usia. Hal ini
berkaitan adanya immunosenescence, yaitu penurunan sistem imun secara bertahap sebagai
bagian dari proses penuaan. Selain itu, hal ini juga terkait dengan penurunan jumlah sel yang
terkait dalam imunitas melawan virus Varicella Zoster pada usia tertentu. Penderita
imunosupresi, seperti pasien HIV/AIDS yang mengalami penurunan CD4 sel-T, akan
berpeluang lebih besar menderita herpes zoster sebagai bagian dari infeksi oportunistik.
Biasanya terjadi pada orang dewasa, kadang-kadang juga pada anak-anak. Insiden
pada pria dan wanita sama banyaknya. Infeksi ini tidak tergantung musim.2
III.FAKTOR RESIKO
1) Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini, akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko
terserang nyeri.
2) Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan
leukemia.
3) Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4) Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.3

IV. PATOFISIOLOGI
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes atau penerima
virus. Selanjutnya terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan
multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan kulit. Virus akan menjalar
melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan
bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus Varicella yang menetap di ganglion sensorik
setelah infeksi Chicken Fox pada masa anak-anak. Sekitar 20% orang yang menderita
cacar akan menderita Shingles (Herpes Zoster) selama hidupnya dan biasanya hanya
terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.1

V. GEJALA KLINIS
6
1) Gejala prodormal4
 Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodormal yang berlangsung selama 1-4
hari.
 Gejala yang mempengaruhi tubuh: demam, sakit kepala, fatigue, malaise, nausea,
rash, kemerahan, sensitif, sore skin (penekanan kulit), nyeri (rasa terbakar atau
tertusuk), gatal dan kesemutan.
 Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus-menerus atau hilang timbul.
Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
2) Gejala yang mempengaruhi mata
 Berupa kemerahan, sensitif terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata,
kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain lain.
3) Timbul erupsi kulit
 Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafi oleh satu ganglion sensorik.
 Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion
thorakalis.
 Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul-papul dan
dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga
berubah menjadi pustul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7-10 hari.
Krusta dapat bertahan selama 2-3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini
nyeri segmental juga menghilang.
 Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadang-kadang sampai hari ke
7.
 Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi dan jaringan
parut (pitted scar).
4) Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitif
terhadap nyeri yang dialami.
5) Kadang-kadang terjadi limfadenopati regional.4

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1) Tzanck1,5
Mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan
herpes simpleks. Pada pemeriksaan Tzanck dapat ditemukan sel datia berinti banyak.
2) Kultur virus
Cairan dari lepuh yang baru pecah dapat diambil dan dimasukkan ke dalam media
virus untuk segera dianalisa di laboratorium virologi. Apabila waktu pengiriman
cukup lama, sampel dapat diletakkan pada es cair. Pertumbuhan virus Varicella Zoster
akan memakan waktu 3-14 hari dan uji ini memiliki tingkat sensitivitas 30-70%
dengan spesifitas mencapai 100%.

7
3) Deteksi antigen
Uji antibodi fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan dengan teknik kultur
sel. Sel dari ruam atau lesi diambil dengan menggunakan scapel (semacam pisau) atau
jarum kemudian dioleskan pada kaca dan diwarnai dengan antibodi monoklonal yang
terkonjugasi dengan pewarna fluoresens. Uji ini akan mendeteksi glikoprotein virus.
4) Uji serologi
Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster adalah ELISA.
5) PCR
PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus Varicella Zoster di dalam cairan tubuh,
contohnya cairan serebrospina.1,5
VII. KOMPLIKASI

1) Neuralgia Pasca Herpes zoster (PHN) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodik
(singkat dan tidak terus-menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Neuralgia pascaherpetik
dapat timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya 10-15%. Semakin tua penderita
makin tinggi persentasenya.1
2) Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi . Sebaliknya
pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi HIV, keganasan, atau berusia lanjut dapat
disertai komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
3) Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, di antaranya ptosis
paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optik.
4) Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran virus secara
per kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis
biasanya timbul dalam 2 minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat
terjadi, misalnya di muka, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria, dan
anus. Umumnya akan sembuh spontan.
5) Infeksi juga dapat menjalar ke alat dalam, misalnya paru, hepar, dan otak.1

VIII. PENATALAKSANAAN
1) Pengobatan topical1,3
 Pada stadium vesikular diberi bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah.
 Bila vesikel pecah dan basah diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik
atau kompres dingin dengan larutan Burrow 3x sehari selama 20 menit.
 Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik
(basitrasin/polisporin) utuk mencegah infeksi sekunder selama 3x sehari.
2) Pengobatan Sistemik
Drug of choice adalah acyclovir merupakan DNA Polymerase Inhibitor yang
dapat mengintervensi infeksi virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan
infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat

8
diberikan secara oral, topikal, atau parenteral. Pemberian per oral mempunyai
kelemahan, yaitu bioavaibilitas yang rendah dan dosis diberikan lima kali sehari.4
Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel.
Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap post terapeutik neuralgia. Pemberian
secara intravena hanya pada penderita dengan immunocompromised yang berat atau
tidak dapat diobati secara per oral. Dosis yang digunakan untuk pemberian oral adalah
5x800 mg sehari dan biasanya diberikan selama 7 hari. Bisa digunakan valasiklovir
3x1000 mg sehari karena konsentrasi dalam plasma yang tinggi.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara-A, Vira-A) dapat diberikan
lewat infus intravena atau salep mata.
3) Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif
namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan
dan menekan respon imun.
4) Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan
antihistamin diberikan untuk menyembuhkan pruritus.
5) Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukkan hubungan dengan
cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi
optalmologis. Dapat diobati dengan salep mata steroid topikal dan midriatik, antivirus
dapat diberikan.
6) Neuralgia Pasca Herpes zoster
Bila nyeri masih terasa meskipun telah diberikan asyclovir pada fase akut, sebagai
gold standart maka dapat diberikan golongan trisiklik, yaitu amitriptilin. Dosis yang
dipakai sebagai anti nyeri adalah lebih rendah daripada dosis sebagai antidepresan.
Penggunaan amitriptilin dosis rendah (10-50 mg) pada malam hari dapat mengurangi
onset PHN pada pasien herpes zoster. Menghambat reuptake serotonin dan
norepinefrin di presinaps membran sel sehingga terjadi peningkatan konsentrasi
serotonin dan atau norepinefrin di susunan saraf pusat. Menghambat reuptake
serotonin dan norepinefrin di presinaps membran sel sehingga terjadi peningkatan
konsentrasi serotonin dan atau norepinefrin di susunan saraf pusat.6

IX. PROGNOSIS
 Umumnya baik, tergantung berat ringannya faktor predisposisi.
 Pada orang muda dan anak umumnya baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko RP. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-5. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011; 110-112.
2. Siregar.R.S. Herpes Zoster. Saripati Penyakit Kulit. Edisi Ke-2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2003; 84-86.
3. Hartadi, Sumaryo S. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2000; 92-4.
4. Wuriyantoro. Herpes Zoster. www.medicastore.com. Diakses pada 27 september 2013.
5. Shingles. www.medlineplus.com. Diakses pada 27 September 2013.
6. Herpes Zoster. www.conectique.com diakses pada 27 September 2013.

10

Anda mungkin juga menyukai