DISUSUN OLEH
ARSYAD ARIF WIJAYA
G3A018019
DO:
- Klien tampak kesakitan
- TTV: TD=110/70mmHg, N=83 x/menit, RR=20x/menit S=36,70C
- Hasil laborat 24 Juni 2019 Hb: 11 g/dL, leukosit: 7,3
10ˆ3/uL,Trombosit: 293 103/uL
- Diit: sebelum sakit klien mengatakan nafsu makan baik, sehari makan
3x dengan porsi habis, setelah sakit klien mendapatkan diet lunak(
bubur , klien mengatakan tidak pernah menghabiskan makannya
karena setiap makan mual.
b. Pengkajian status nutrisi
- Antropometri:
BB:50 kg, TB:162 cm
IMT 19
- Biokimia :
Hb: 11 g/dL,Tr: 293 10ˆ3/uL, Leukosit:7,3 10ˆ3/uL.
- Clinical: kulit tampak kering, mukosa bibir kering, klien
mengatakan tidak pernah menghabiskan makannya hanya ½
porsi yang dihabiskan karena setiap makan mual.
- diit: pasien mendapatkan diit lunak yaitu bubur dan susu, buah.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri kronis berhubungan dengan kerusakan jaringan
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan faktor biologis.
3. Intervensi
No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x7 jam 1. Monitor vital sign
diharapkan gangguan nyeri 2. kaji nyeri secara komprehensif,
dapat teratasi dengan kriteria lokasi dan karakteristik nyeri
hasil: 3. jelaskan pada pasien tentang
penyebab nyeri
1. Klien tidak mengeluh nyeri
4. ajarkan teknik non
2. Klien dapat mengontrol
farmakologik (napas dalam dan
nyeri secara mandiri
distraksi)
3. Klien dapat mengidentiikasi 5. kolaborasi dengan tim medis
nyeri dan segera dalam pemberian analgetik
melaporkan ke perawat
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor vital sign
keperawatan selama 3x7jam 2. Monitor kalori dan intake
diharapkan kebutuhan nutrisi nutrisi
terpenuhi dengan kriteria 3. Monitor kadar albumin dan Hb
hasil: 4. Anjurkan makan sedikit tapi
4. Intake makanan dan cairan sering
adekuat 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
5. Massa tubuh sesuai untuk menentukan jumlah
Ukuran kebutuhan nutrisi kalori dan nutrisi yang
secara biokimia dalam dibutuhkan klien
rentang normal (albumin >3,5
g/dL, Hb 12-14 gr%)
4. Implementasi
No Dx Waktu Tindakan Respon Klien
1 25/06/19 1. Memonitor TTV S:-
15.00 O : TD = 110/70 mmHg
N = 83 x/menit
RR= 20 x/menit
S= 36,70C
15.30 2. Mengkaji nyeri S: klien mengatakan nyeri di
secara bagian anus
komprehensif. P: nyeri bertambah saat
beraktifitas
Q: nyeri seperti ditusuk- tusuk
R: nyeri di bagian anus
S: skala nyeri 4
T: nyeri hilang timbul
O: klien tampak meringis
kesakitan
15.45 3. menjelaskan pada S: klien mengatakan mengerti
pasien tentang penyebab nyeri yaitu di perut
di sebelah kiri bagian bawah
penyebab nyeri
pada luka colostomi.
O: klien tampak memahami apa
yg disampaikan.
22.30 5. Kolaborasi S: -
dengan ahli gizi O: makanan lunak yaitu bubur
untuk menentukan dan susu.
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan klien
6. Evaluasi
O:
- Antropometri:
BB 50 kg, TB 162 cm
- IMT 19
- Biokimia :
Hb: 11 g/dL,Tr: 293 10ˆ3/uL,
Leukosit:7,3 10ˆ3/uL.albumin: 2,7
g/dL
- Clinical: kulit tampak kering,
mukosa bibir kering, klien
mengatakan tidak pernah
menghabiskan makannya hanya ½
porsi yang dihabiskan karena setiap
makan mual.
- diit: pasien mendapatkan diit
makanan lunak yaitu bubur,susu
dan buah
A: Masalah defisit nutrisi belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
O:
- Antropometri:
BB 50 kg, TB 126 cm
- IMT 19
- Biokimia :
Hb: 19 g/dL,Tr: 293 10ˆ3/uL,
Leukosit:7,3 10ˆ3/Ul, albumin: 2,7
g/dL
- Clinical: kulit tampak kering,
mukosa bibir kering, klien
mengatakan tidak pernah
menghabiskan makannya hanya ½
porsi yang dihabiskan karena setiap
makan mual.
- diit: pasien mendapatkan diit lunak
yaitu bubur, susu dan buah
A: Masalah defisit nutrisi belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
O:
- Antropometri:
BB 50 kg, TB 162 cm
- IMT 19
- Biokimia :
Hb: 11 g/dL,Tr: 293 10ˆ3/uL,
Leukosit:7,3 10ˆ3/uL. Albumin: 2,7
g/dL
- Clinical: kulit tampak kering,
mukosa bibir kering, klien
mengatakan tidak pernah
menghabiskan makannya hanya ½
porsi yang dihabiskan karena setiap
makan mual.
- diit: pasien mendapatkan diit
makanan lunak,susu dan buah
A: Masalah defisit nutrisi belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi
a. Identifikasi pasien
Identifikasi pasien dilakukan pertama kali oleh petugas
TPPRI Tn. S telah terpasang gelang pengenal utama berwarna biru
yang berisi identitas utama klien yaitu Nama, dan No. Rekam Medis.
Setiap kali sebelum pemberian tindakan pelayananseperti pemberian
obat (oral/iv), perawat selalu mengidentifikasi identitas pasien
dengan mencocokan nama, tanggal lahir dan no. rekam medis pasien
dengan tindakan yang diperoleh. Pada saat pengambilan darah untuk
cek laboratorium lengkap pada tanggal 25 juni 2019 jam 08.00,
perawat selalu mengidentifikasi identitas pasien dengan
mencocokan nama,dan nomer rekam medis pasien. Supaya tidak
salah ke pasien lain, perawatan luka colostomi yaitu ganti colostomi
bag tiap hari, dan pemberian obat perawat selalu mengidentiikasi
identitas pasien dengan mencocokan nama dan nomer rekam medis
pasien.
b. Komunikasi efektif
Komunikasi efektif selalu digunakan oleh perawat ketika
berkomunikasi pada pasien atau keluarga, pada rekan sejawat
ataupun pada tenaga kesehatan lainnya. Komunikasi efektif
digunakan untuk mengurangi resiko kesalah pahaman yang
mungkin dapat terjadi sewaktu-waktu.Berikut adalah salah satu
contoh komunikasi efektif yang perawat lakukan pada saat operan
jaga:
Nama TnS, umur 47 tahun, No.RM C753341, DPJP dr. Santosa,
diagnosa medis ca colon, masuk pada tanggal 24 juni 2019 jam
20.30 WIB.
6 Status Mental
TOTAL NILAI 30
(Resiko
sedang)
Keterangan:
0-24 : Tidak berisiko/resiko rendah (Perawatan dasar)
25-45 : Risiko sedang(Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar)
> 45 : Risiko tinggi (Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh tinggi)
Berdasarkan hasil pengkajian resiko jatuh pada Tn. S didapatkan hasil skore 30
(resiko sedang), tetapi apabila diperlukan intervensi pencegahan resiko jatuh pada
Tn. S yaitu:
Total 50 menit
Memposisikan klien
5 menit
semifowler
Mengajarkan tekhnik
relaksasi nafas dalam saat 5 menit
25 juni nyeri timbul
2019
Melakukan pemeriksaan TTV 5 menit
Total 50 menit
Total 40 menit
Rekap waktu tindakan keperawatan yang dilakukan :
1 Pagi 50 menit
2 Malam 50 menit
3 Siang 40 menit
3. Kebutuhan SDM
Jumlah Klasifikasi pasien
Pasien
Minimal
Rp
Total Biaya
2.671.065
7. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal dilakukan oleh pasien dengan tenaga
medis seperti dokter spesialis, perawat. Komunikasi Tn. S dengan dokter
spesialis dilakukan pada saat visit dokter, saat itu dokter menjelaskan
kondisi klien dan proses terapi yang dijalani, keluarga klien juga bertanya
beberapa hal tentang kondisi klien. Komunikasi klien dan perawat
dilakukan setiap hari, saat operan ataupun saat klien membutuhkan
bantuan perawat untuk memenuhi kebutuhannya.
8. Hambatan dan pendukung proses keperawatan secara manajerial
a. Hambatan
Tidak ada hambatan dalam proses keperawatan secara
manajerial. Komunikasi yang dilakukan oleh perawat ke pasien
sudah sesuai dan mudah dimengerti oleh pasien. Pemberian obat
sudah sesuai waktu dan dosis yang diberikan sudah diatur oleh pihak
farmasi. Untuk penanda tangananan discharge planning pada saat
pertama masuk sudah ditanda tangani oleh pasien/ keluarga. Untuk
setiap tindakan dari perawat selalu meminta persetujuan dari pasien.
Lain kali pemberian obat biasa nya keterlambat dan tidak sesuai jam
yang di berikan kepada pasien.
b. Pendukung
Advice yang sudah diberikan oleh dokter segera dijalankan.
9. Hambatan, pendukung, dan solusi penyelesaian dalam pengelolaan
pasien
a. Hambatan
Defisiensi pengetahuan Keluarga tentang penyakit,
b. Pendukung
1) Tenaga medis yang siap membantu dalam pemenuhan ADL
pasien dan keluarga pasien yang siap ikut membantu
2) Pasien dan keluarga mengungkapkan semua keluhan yang
dirasakan sehingga pengobatan yang diberikan sesuai dengan
kondisi klien
3) Perawatan yang diberikan pada pasien sudah sesuai dengan SOP
yang berlaku di rumah sakit
4) Pemberian obat-obatan baik injeksi maupun oral sudah sesuai
dengan prinsip 6 pemberian obat dengan benar.
c. Solusi
Komunikasi efektif antar tenaga medis dan keluarga yaitu
untuk pendampingan pasien sehingga mengurangi resiko lebih
lanjut pada pasien. Memberikan edukasi tentang penyakit yang
dialami dan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam apabila nyeri
timbul kembali.