Anda di halaman 1dari 36

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Menurut data WHO pada tahun 2015, sebanyak 214 juta wanita usia subur di
negara berkembang ingin menunda kesuburan namun tidak menggunakan metode
kontrasepsi. Penyebabnya antaranya adalah terbatasnya pilihan metode,
terbatasnya akses untuk mendapatkan kontrasepsi pada populasi dengan ekonomi
kurang, sudah pernah memakai kontrasepsi sebelumnya namun mendapatkan efek
samping, serta bertentangan dengan agama dan budaya.1
Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk terbanyak
menempati urutan ke-4 di dunia.2 Berdasarkan data hasil sensus penduduk dari
Badan Pusat Statistik pada tahun 2017 mencapai 261 juta jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1,34% per tahun. Di Jawa Barat sendiri
tahun 2017 merupakan daerah dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia
mencapai 48 juta jiwa dengan LPP juga sebesar 1,52% per tahun. Jumlah
penduduk khusus di Kabupaten Karawang oleh Badan Pusat Statistik Karawang
pada tahun 2017 adalah 2.316.489 jiwa dengan LPP dari tahun 2015 sampai tahun
2017 adalah 0,94%.3-5
Padatnya populasi penduduk dapat mempengaruhi angka kemiskinan di
Indonesia. Secara umum, sejak 2002 hingga maret 2018, tingkat kemiskinan di
Indonesia mengalami penurunan, baik dari sisi jumlah maupun persentase. Jumlah
penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2018 mencapai 25,95 juta orang.
Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 633,2 ribu orang
dibandingkan September 2017. Untuk mengatasi masalah pertumbuhan penduduk
dan kemiskinan di Indonesia, pemerintah telah mencanangkan program Keluarga
Berencana (BKKBN) yang berdiri berdasarkan keputusan presiden RI nomor 8
tahun 1970.6
Dalam upaya akselerasi pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(KKB), dengan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJMN) dan Renstra BKKBN tahun 2015 sampai tahun 2019, maka telah
direvisi sasaran yang hendak dicapai pada tahun 2019. Sasaran yang hendak

1
dicapai pada tahun 2019 adalah Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2,28%,
Contraceptive Prevalence Rate (CPR) sebesar 66,0%, Age Spesific Fertility Rate
(ASFR) usia 15 tahun sampai 19 tahun sebesar 44 per 1000 perempuan usia 15
tahun sampai 19 tahun dan unmet need sebesar 9,91%. Hasil Laporan Kinerja
BKKBN 2016 menyatakan tingkat Pemakai Alat Kontrasepsi/Contraceptive
Prevalence rate (CPR) di Indonesia adalah 60,8% pada tahun 2016.7
Berdasarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
dalam Pusat Data Informasi Nasional 2017 jumlah PUS pada tahun 2017 yang ada
di Indonesia sebesar 37.338.265 dengan jumlah KB aktif 63,22% dan 18,63%
jumlah persentase yang tidak pernah ber-KB. Sedangkan jika dilihat untuk
Provinsi Jawa Barat jumlah PUS berjumlah 7.448.689 dengan 66,65% KB aktif
dan jumlah yang tidak pernah ber-KB 13,94%. Lalu jika dilihat lagi untuk daerah
Kabupaten Karawang pada tahun 2015 berdasarkan BKKBN tahun 2016 jumlah
KB aktif sebesar 119.950.7-8
Berdasarkan jenis pilihan KB yang digunakan Metode Kontrasepsi Jangka Pendek
(non MKJP) terus meningkat dari 46,5 % menjadi 47,3 %. Sedangkan, menurut
BKKBN 2015, Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) cenderung menurun,
dari 10,9 % menjadi 10,6 %. Data dari Laporan Tahunan KB 2017 di Puskesmas
Pedes, cakupan tahun 2017 untuk KB aktif 42,37%. Perlu dilakukan evaluasi,
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas program KB di UPTD Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai dengan
Desember 2018.

2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah adalah seperti
berikut :
1. Sebanyak 214 juta wanita usia subur di negara berkembang ingin
menunda kesuburan namun tidak menggunakan metode kontrasepsi
(Degree of unmet need).
2. Masih tingginya angka Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Indonesia
yaitu sebesar 1,34%, di Provinsi Jawa Barat sebesar 1,52% dan di
Kabupaten Karawang sebesar 0,94%.
3. Masih tingginya jumlah penduduk miskin di Indonesia yaitu pada Maret
2018 mencapai 25,95 juta orang.
4. Contraceptive Prevalence rate (CPR) di Indonesia tahun 2016 adalah
60,8%, dimana target tahun 2019 sebesar 66,0%.
5. Berdasarkan BKKBN jumlah KB aktif di Kabupaten Karawang pada
tahun 2015 sebesar 119.950.
6. Hasil survei BKKBN tahun 2015 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) cenderung menurun, dari 10,9 persen menjadi 10,6 persen.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui masalah, penyebab masalah dan penyelesaian
masalah program Keluarga Berencana di UPTD Puskesmas DTP
Pedes, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari 2018
sampai Desember 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya cakupan peserta KB yang mendapatkan
konseling di Puskesmas Kecamatan Pedes, Kabupaten
Karawang periode Januari 2018 sampai Desember 2018
1.3.2.2 Diketahuinya cakupan peserta KB baru di Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari
2018 sampai Desember 2018

3
1.3.2.3 Diketahuinya cakupan peserta KB aktif di Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari
2018 sampai Desember 2018
1.3.2.4 Diketahuinya cakupan pasangan usia subur (PUS) yang
menjadi peserta KB aktif berdasarkan jenis kontrasepsi
yang digunakan meliputi : Pil, Suntik, Implan, Kondom,
Intra-Uterine Device (IUD), MOW, dan MOP di Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari
2018 sampai Desember 2018
1.3.2.5 Diketahuinya cakupan peserta KB yang mengalami
komplikasi, kegagalan, dan drop out di Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari
2018 sampai Desember 2018
1.3.2.6 Diketahuinya cakupan pembinaan dan pengayoman KB di
Puskesmas Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode
Januari 2018 sampai Desember 2018
1.3.2.7 Diketahuinya cakupan peserta KB yang mendapatkan
pelayanan penanganan efek samping dan komplikasi di
Puskesmas Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode
Januari 2018 sampai Desember 2018
1.3.2.8 Diketahuinya cakupan peserta KB yang memerlukan
pelayanan rujukan di Puskesmas Kecamatan Pedes,
Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai
Desember 2018
1.3.2.9 Diketahuinya sistem pencatatan dan pelaporan yang
dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Pedes, Kabupaten
Karawang periode Januari 2018 sampai Desember 2018.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1.4.1.1 Menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menjalani kuliah.

4
1.4.1.2 Sebagai upaya untuk mencapai kompetensi dokter yang
dapat bekerja dalam sebuah organisasi
1.4.1.3 Mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi
gerakan Keluarga Berencana di Puskesmas dalam lingkup
wilayah kerjanya.
1.4.1.4 Mengetahui masalah-masalah yang menjadi kendala yang
dihadapi dalam menjalankan program, khususnya
Pelayanan Keluarga Berencana sehingga merangsang cara
berpikir secara kritis dan ilmiah.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1.4.2.1 Menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam
melaksanakan fungsi atau tugas Perguruan Tinggi sebagai
lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian bagi masyarakat. Memperkenalkan
Fakultas Kedokteran UKRIDA kepada masyarakat.
1.4.2.2 Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam
peran sertanya di bidang kesehatan.
1.4.2 Bagi Puskesmas
1.4.3.1 Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program
Keluarga Berencana disertai dengan usulan atau saran
sebagai pemecahan masalahnya. Sehingga akan membentuk
kemandirian Puskesmas dalam upaya penyelesaian dan
lebih mengaktifkan program tersebut untuk memenuhi
target cakupan program.
1.4.3.2 Memberikan masukan dan membina peran serta masyarakat
dalam melaksanakan program Keluarga Berencana secara
optimal, sehingga Pelayanan Keluarga Berencana di UPTD
Puskesmas Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang dapat
menjadi lebih baik.
1.4.4 Bagi Masyarakat
1.4.4.1 Memperbaiki program kerja Puskesmas Pedes terkait
Keluarga Berencana sehingga masyarakat mendapatkan

5
pelayanan dan pembinaan kesehatan yang lebih baik lagi
dari Puskesmas.
1.4.4.2 Menambah pengetahuan dan informasi yang lebih banyak
mengenai pelayanan Keluarga Berencana, salah satunya
mengetahui metode kontrasepsi yang bagus digunakan
sampai dengan efek samping dan komplikasi yang bisa
ditimbulkan.

1.5 Sasaran
Semua Pasangan Usia Subur (PUS), yaitu pasangan yang istrinya berumur antara
15-49 tahun, dalam hal ini termasuk pasangan yang istrinya lebih dari 49 tahun
tetapi masih mendapat menstruasi, di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pedes,
Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai Desember 2018.

6
Bab II
Materi dan Metode

2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari catatan hasil kegiatan
bulanan Puskesmas mengenai program KB di UPTD Puskesmas DTP Pedes,
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai Desember
2018, yang berisi kegiatan :
1. Konseling
2. Pelayanan kontrasepsi
3. Penanganan efek samping dan komplikasi
4. Pembinaan
5. Pelayanan rujukan
6. Pencatatan dan pelaporan

2.2 Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan cakupan program Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai Desember
2018 terhadap tolok ukur yang ditetapkan dengan mengadakan pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data dan interpretasi data menggunakan pendekatan
sistem sehingga dapat ditemukan masalah-masalah yang ada dari pelaksanaan
program Keluarga Berencana di Puskesmas Pedes. Selanjutnya, dilakukan usulan
dan saran sebagai pemecahan masalah berdasarkan penyebab masalah yang
ditemukan dari unsur-unsur sistem. Setelah itu hasilnya disajikan dalam bentuk
tekstular maupun tabular.

7
Bab III
Kerangka Teoritis

3.1 Kerangka Teoritis

Bagan 1. Pendekatan Sistem

Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling


dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah satu
kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Sistem terbentuk dari elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi.
Elemen tersebut, yaitu:
1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem
tersebut.
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat
dalam system dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi
keluaran yang direncanakan.
3. Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan
dari berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi
sistem tersebut.

8
5. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu
sistem.
6. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak
dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem

3.2 Tolok Ukur untuk Mengukur Masalah


Tolok ukur untuk mengukur masalah berdasarkan Pedoman Kerja Puskesmas
terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, umpan balik, dampak, dan
lingkungan yang digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai
dalam program Keluarga Berencana (Lampiran II).

9
Bab IV
Penyajian Data

4.1 Sumber Data


Data didapat berupa data sekunder yang didapatkan dari:
1. Data Geografi dan Demografi UPTD Puskesmas Kecamatan Pedes,
Kabupaten Karawang tahun 2018
2. Catatan Bulanan Program Kegiatan KB UPTD Puskesmas Kecamatan
Pedes, Kabupaten Karawang, serta kumulatif data bulan Januari hingga
Desember 2018
3. Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Puskesmas Kecamatan
Pedes, Kabupaten Karawang Triwulan IV 2018

4.2 Data Umum


4.2.1 Data Geografi
4.2.1.1 Luas wilayah dan batas-batas
1. Puskesmas Pedes terletak di Jalan Raya Pedes Desa
Payungsari, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang.
2. Kecamatan Pedes sebagian besar terdiri dari dataran
rendah dengan luas wilayah 5115 Km2 yang terbagi
menjadi 8 desa, 68 RW dan 126 RT.
3. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Pedes :
 Sebelah Utara : Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Sungaibuntu
 Sebelah Selatan : Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kutamukti
 Sebelah Barat : Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Cibuaya
 Sebelah Timur : Wilayah kerja UPTD Puskesmas
Kertamukti

10
4.2.1.2 Wilayah administrasi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes Kecamatan
Pedes mempunyai 8 desa binaan yaitu Desa Payungsari,
Desa Karangjaya, Desa Kertaraharja, Desa Rangdumulya,
Desa Labanjaya, Desa Jatimulya, Desa Kertamulya, dan
Desa Malangsari. Jarak dari Puskesmas Pedes ke kota
Kabupaten ± 35 Km – 45 Km dengan waktu tempuh + 60
menit menggunakan roda empat

4.2.2 Data Demografi


1. Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes
berdasarkan tahun 2018 yaitu sebesar 58.132 jiwa.
2. Jumlah PUS yang mendiami wilayah kerja UPTD Puskesmas
Pedes, Kecamatan Pedes, Kabupaten karawang ialah sebanyak
10.592.
3. Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Pedes yang terbanyak
adalah tidak memiliki ijazah SD sebanyak 24.485 jiwa (38,72%)
dan tingkat pendidikan paling sedikit adalah sarjana sebanyak 148
jiwa (0,23%).
4. Mata pencaharian terbanyak di Kecamatan Pedes adalah petani
sebesar 5.310 jiwa (19,86%)

11
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja
Puskesmas Pedes Tahun 2018

Jumlah Penduduk
No Nama Desa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Jatimulya 5080 4825 9905
2 Karangjaya 4376 4501 8877
3 Kertaraharja 3770 3908 7678
4 Kertamulya 3318 3412 6730
5 Labanjaya 3474 2830 6304
6 Malangsari 1719 1638 3357
7 Payungsari 4886 4671 9557
8 Rangdumulya 2907 2817 5724
Jumlah 29530 28602 58132
Sumber : Data Dasar Kependudukan Puskesmas Pedes 2018

4.2.3 Data Fasilitas Kesehatan


Fasilitas kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes dapat
di kategorikan menjadi fasilitas negara dan fasilitas swasta. Fasilitas negara yang
ada antara lain :
 Puskesmas Induk, yaitu Puskesmas Pedes sekaligus sebagai
UPTD Puskesmas Kecamatan Pedes yang terletak di Desa
Payungsari.
 2 Puskesmas Pembantu, yaitu Pustu Karangjaya dan Pustu
Kertamulya
 49 Posyandu yang tersebar dalam 8 desa.
 8 bidan desa, 1 bidan desa di tiap desa.
 Kendaraan dinas terdiri dari 1 kendaraan roda 4 dan 3 kendaraan
roda 2 yang ada di Puskesmas.
Fasilitas swasta yang ada antara lain:
 2 Klinik 24 jam
 4 Bidan Praktek Swasta (BPS)
 4 Apotek

12
 1 Toko obat

4.2.4 Data Sarana Pendidikan


Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pedes:
1. PAUD : 35 sekolah
2. Taman Kanak-Kanak : 9 sekolah
3. SD/ MI : 36 sekolah
4. SMP/MTs : 4 sekolah
5. SMA/MA : 3 sekolah

4.3 Data Khusus


4.3.1 Masukan
4.3.1.1 Tenaga (Man)
 Dokter : 2 orang
 Koordinator program KB : 1 orang
 PLKB : 6 orang
 Bidan Puskesmas : 16 orang
 Bidan Swasta : 8 orang
 Kader posyandu : 147 orang
4.3.1.2 Dana (Money)
 Dana Anggaran Umum atau Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kabupaten Karawang (Tingkat II).
 Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) UPTD
Puskesmas Pedes.
4.3.1.3 Sarana dan Prasarana
 Sarana Medis
- Stetoskop : 12 buah
- Tensimeter : 16 buah
- Termometer : 5 buah
- Timbangan berat badan bayi : 2 buah
- Meja ginekologi : 1 buah
- Sarung tangan steril : 24 pasang

13
- Timbangan berat badan dewasa : 2 buah
- Implant kit : 2 set
- AKDR kit : 2 set
 Sarana Kontrasepsi
- IUD Copper-T : 15 buah
- Auto Disable Syringe with Needle : 300 buah
- Implan : 10 buah set
- Pil KB Kombinasi : 300 strip
- Depogestone : 300 vial
- Alat Kontrasepsi Lain (Kondom) : 100 buah
 Sarana Obat-obatan
- Cairan antiseptik Betadine : 6 botol
(@30ml)
- Tablet analgetik : 500 tablet
- Kapas alkohol dan kasa steril : 1 box (swab)
1 box (steril)
 Sarana Non-medis
- Ruang pendaftaran : ada
- Ruang tunggu : ada
- Ruang untuk pemeriksaan pasien : ada
- Lemari arsip : ada
- Lemari obat : ada
- Meja pemeriksaan : ada
- Tempat tidur pemeriksaan : ada
4.3.1.4 Metode
 Konseling
- Menerangkan arti dan tujuan dari keluarga berencana,
alat-alat, memberikan pilihan kontrasepsi yang sesuai,
serta menjelaskan efek samping yang mungkin terjadi
dari pemakaian alat kontrasepsi.

14
- Membantu calon peserta KB untuk memutuskan
pilihannya atas metode kontrasepsi yang paling sesuai
dengan kondisi atau keadaan pribadi dan keluarganya.
 Pelayanan kontrasepsi
- Pil
 Pemakaian secara teratur seperti pada petunjuk
yang tertulis pada kartu.
 Pil pertama perlu diminum pada hari kelima
setelah hari permulaan haid, kemudian satu pil
diminum setiap hari secara teratur.
- Suntikan
 Depogestone : 1 kali per 3 bulan, dosis 3,0 cc,
secara intramuskular di Muskulus Gluteus.
- Implan : Lokasi implan diletakkan di lengan kiri atas
bagian volar, kira-kira 10 cm dari lipat siku.
Pemasangan sesuai prosedur legeartis.
- Kondom : Sesuai prosedur
- Intra Uterine Device (IUD) : Anamnesis, pemeriksaan
umum dan khusus (obstetrik). Pemasangan sesuai
prosedur.
- MOW : Sesuai prosedur
- MOP : Sesuai prosedur
 Pembinaan akseptor KB
Melakukan pemantauan berkala terhadap akseptor
KB untuk mencegah drop out, memotivasi akseptor untuk
memakai kontrasepsi jangka panjang
 Penanganan efek samping dan komplikasi
Pada setiap kasus yang terjadi efek samping dan
komplikasi yang ringan.
 Pelayanan rujukan KB
Pada setiap kasus berat yang tidak dapat ditangani di
Puskesmas.

15
 Pencatatan dan pelaporan
Fasilitas pelayanan KB mencatat semua hasil
pelayanan KB yang berisi data tentang peserta KB, metode
yang digunakan, kejadian komplikasi, peserta drop out,
gagal KB, atau pindah ke luar wilayah. Data lain termasuk
status Gakin. Setiap bulan laporan direkapitulasi di
Puskesmas untuk nantinya dilaporkan bersama rekapitulasi
alokon ke Kabupaten.

4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
 Konseling
Dilakukan pada setiap jam kerja hari senin sampai sabtu, oleh
bidan di Puskesmas dengan memberikan informasi kepada calon peserta
KB melalui wawancara.
 Perencanaan pelayanan kontrasepsi
Dilakukan pada setiap jam kerja hari senin sampai sabtu, oleh
bidan di Puskesmas dengan memberikan informasi kepada calon peserta
KB tentang kontrasepsi yang tersedia serta penggunaannya.
 Pembinaan akseptor KB
Dilakukan setiap jam kerja, dengan komunikasi, edukasi dan
informasi oleh bidan di Puskesmas untuk mencegah drop out dan
memotivasi peserta KB. Penyuluhan KB dilakukan minimal 1 kali setiap
bulan.
 Penanganan efek samping dan komplikasi
Dilakukan setiap jam kerja hari senin sampai sabtu oleh bidan
ataupun dokter di Puskesmas pada pasien yang mengalami efek samping
dan komplikasi ringan.
 Pelayanan rujukan KB
Dilakukan setiap jam kerja hari senin sampai sabtu, oleh bidan
ataupun dokter di Puskesmas pada pasien yang memerlukan rujukan.
 Perencanaan pencatatan dan pelaporan

16
Dilakukan pencatatan register harian oleh bidan desa untuk
kemudian pada setiap akhir bulan dilaporkan oleh bidan atau petugas
program KB di Puskemas Pedes.

4.3.2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian tertulis dan pembagian tugas dalam melaksanakan program
Keluarga Berencana di UPTD Puskesmas DTP Pedes, Kecamatan Pedes,
Kabupaten Karawang seperti pada bagan berikut.

Gambar 1. Struktur organisasi Program KIA dan KB Puskesmas Pedes

4.3.2.3 Pelaksanaan
 Pendaftaran
Calon klien atau klien KB datang ke Poli KIA/PONED dengan menunjukkan
kartu kepesertaaan BPJS kesehatan (bagi yang sudah menjadi peserta JKN) dan
mendapat kartu peserta KB. Data klien dan pelayanan dicatat pada kartu status
peserta KB dan register kohort KB.
 Konseling
Tidak dilakukan konseling secara rutin setiap jam kerja di Puskesmas kecamatan
Pedes kepada calon peserta KB dan Alat Bantu Pengambil Keputusan (ABPK)
KB jarang digunakan.

17
 Pelayanan kontrasepsi
Dilakukan pada setiap jam kerja hari kerja, Senin-Sabtu oleh bidan di Puskesmas.
Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi,
khusus pelayanan suntik, IUD atau implan perlu persetujuan secara tertulis dengan
menandatangani formulir inform consent, apabila klien tidak setuju perlu diberi
konseling ulang. Setelah pelayanan KB, bidan memantau hasil pelayanan KB dan
memberikan nasehat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien pulang dan
kontrol kembali. Khusus untuk metode MOW/MOP, hanya dapat dilaksanakan di
rumah sakit. Pelaksanaan MOW/MOP akan dikoordinir oleh BKBPP (Badan
Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) tingkat kecamatan.
 Pembinaan dan pengayoman
Dilakukan pada setiap jam kerja, oleh bidan di Puskesmas tetapi pemberian
motivasi untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang kurang digalangkan.
Serta penyuluhan sering dilakukan bersamaan dengan Posyandu. Tidak ada jadwal
penyuluhan khusus untuk program KB.
 Penanganan efek samping dan komplikasi
Dilakukan setiap hari oleh bidan ataupun dokter di Puskesmas.
 Pelayanan rujukan KB
Dilakukan pada setiap hari oleh bidan ataupun dokter di Puskesmas.
 Pencatatan dan pelaporan
Dilakukan pencatatan setiap hari oleh petugas program KB di Puskesmas Pedes,
tetapi tidak dalam register kohort KB, ada beberapa hasil laporan dari fasilitas
kesehatan swasta tidak ada pelaporannya. Pelaporan dilakukan setiap awal bulan
ke Dinas Kesehatan Karawang oleh petugas program KB.

4.3.2.4 Pengawasan
Bidan yang menjadi pelaksana program KB melakukan pencatatan yang di
laporkan kepada bidan koordinator, yang kemudian di laporkan ke Puskesmas
Tirtajaya. Rapat evaluasi bulanan dilakukan pada akhir bulan.

18
4.3.3 Keluaran
4.3.3.1 Cakupan Konseling
Cakupan konseling: Tidak ada
4.3.3.2 Cakupan Peserta KB Baru
Peserta KB baru adalah PUS yang baru pertama kali menggunakan metode
kontrasepsi, termasuk mereka yang pasca keguguran, sesudah melahirkan, atau
pasca istirahat minimal 3 bulan.
 Jumlah peserta KB baru : 962
 Jumlah PUS : 10592
 Persentase peserta KB baru terhadap PUS :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑏𝑎𝑟𝑢
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑈𝑆
962
= 10592 × 100% = 9,082%

4.3.3.3 Cakupan Peserta KB Aktif (Contraceptive Prevalence Rate)


Peserta KB aktif adalah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai
alokon terus-menerus hingga saat ini untuk menjarangkan kehamilan atau yang
mengakhiri kesuburan.

 Jumlah peserta KB aktif : 6334


 Jumlah PUS : 10592
 Persentase peserta KB aktif terhadap PUS :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑈𝑆
6334
= 10592 × 100% = 59,79%

4.3.3.4 Cakupan Peserta KB Aktif berdasarkan Metode Kontrasepsi


 Cakupan peserta KB Pil
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑃𝑖𝑙
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓 x 100%
715
= 6334 x 100% = 11,28 %

 Cakupan peserta KB Suntik


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑆𝑢𝑛𝑡𝑖𝑘
= x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓
4966
= x 100% = 78,40%
6334

19
 Cakupan peserta KB Implan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝐼𝑚𝑝𝑙𝑎𝑛
= x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓
73
= 6334 x 100% = 1,15%

 Cakupan peserta KB Kondom


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑜𝑚
= x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓
242
= 6334x 100% = 3,82 %

 Cakupan peserta KB IUD


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝐼𝑈𝐷
=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓 x 100%
43
=6334 x 100% = 0,67%

 Cakupan peserta KB MOW


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑀𝑂𝑊
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓 x 100%
206
= 6334 x 100% = 3,25 %

 Cakupan peserta KB MOP


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑀𝑂𝑃
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓 x 100%
88
= 6334 x 100% = 1,38 %

20
No. Variabel Pencapaian
(%)
1 Cakupan peserta KB Pil 11,28
2 Cakupan peserta KB Suntik 78,40
3 Cakupan peserta KB Implan 1,15
4 Cakupan peserta KB Kondom 3,82
5 Cakupan peserta KB IUD 0,67
6 Cakupan peserta KB MOW 3,25
7 Cakupan peserta KB MOP 1,38
Tabel 4.2 Cakupan peserta KB aktif perkontrasepsi

4.3.3.5 Persentase Komplikasi


Peserta KB dengan komplikasi adalah peserta KB baru atau lama yang
mengalami gangguan kesehatan mengarah pada keadaan patologis, sebagai akibat
dari proses tindakan/pemberian/pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan
seperti: perdarahan, infeksi/abses, flour albus yang bersifat patologis, perforasi,
translokasi, hematoma, peningkatan tekanan darah, perubahan Hb, ekspulsi.
 Jumlah peserta KB aktif : 6334
 Jumlah peserta yang komplikasi :0
 Persentase peserta KB yang komplikasi terhadap jumlah
peserta KB aktif :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓
0
= 6334 × 100% = 0

4.3.3.6 Persentase Kegagalan Kontrasepsi


Kegagalan kontrasepsi adalah kasus terjadinya kehamilan pada akseptor
KB aktif yang pada saat tersebut menggunakan metode kontrasepsi.
 Jumlah peserta KB aktif : 6334
 Jumlah peserta yang mengalami kegagalan kontrasepsi: 0
 Persentase peserta KB yang mengalami kegagalan
kontrasepsi terhadap jumlah peserta KB aktif :

21
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑙𝑎𝑚𝑖 𝑘𝑒𝑔𝑎𝑔𝑎𝑙𝑎𝑛
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓
0
= 6334 × 100% = 0

4.3.3.7 Persentase Drop Out


Peserta drop out adalah peserta yang tidak melanjutkan penggunaan
kontrasepsi (drop out) dalam satu tahun kalender dibandingkan jumlah peserta
aktif di wilayah kerja tertentu. Kasus DO tidak termasuk mereka yang mengganti
metode KB. Tidak ada batas toleransi peserta drop out yang ditetapkan.
 Jumlah peserta KB aktif : 6334
 Jumlah peserta yang drop out (semua metode) :0
 Persentase peserta KB drop out terhadap jumlah peserta
KB aktif
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑟𝑜𝑝 𝑜𝑢𝑡
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓
0
= 6334 × 100% = 0

4.3.3.8 Cakupan Pembinaan Peserta KB


Cakupan pembinaan peserta KB: tidak ada
4.3.3.9 Cakupan Penanganan Efek Samping dan Komplikasi
Cakupan penanganan efek samping dan komplikasi: tidak ada
4.3.3.10 Cakupan Pelayanan Rujukan KB
Tidak ada kasus

4.3.4 Umpan Balik


1. Adanya pencatatan dan pelaporan setiap bulan yang lengkap
namun tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan sehingga
tidak mampu digunakan sebagai masukan untuk program KB.
2. Ada rapat yang membahas laporan kegiatan setiap bulannya
untuk mengevaluasi program yang telah dijalankan
(dilaksanakan bersama lokakarya bulanan) sekaligus dengan
rekomendasi-rekomendasi untuk masukan program KB yang
sudah berjalan.

22
4.3.5 Dampak
4.3.6.1 Dampak Langsung
 Menurunkan Crude Birth Rate (CBR) : belum dapat
dinilai
 Meningkatkan jumlah peserta KB Baru : belum dapat
dinilai
 Meningkatkan jumlah peserta KB Aktif : belum dapat
dinilai
4.3.6.2 Dampak Tidak Langsung
 Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk : belum dapat
dinilai
 Pengendalian Total Fertility Rate (TFR) : belum dapat
dinilai
 Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak : belum dapat
dinilai
4.3.6 Lingkungan
4.3.6.1 Fisik
 Lokasi Puskesmas: Mudah dijangkau oleh akseptor KB
baik dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua
maupun roda empat.
 Fasilitas kesehatan lain: Tersedia bidan praktek swasta,
praktek dokter yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas
Pedes. Khusus untuk metode kontrasepsi MOW/MOP,
fasilitas yang mengerjakannya adalah Rumah Sakit Islam
Karawang dan Rumah Sakit Lira di Karawang
4.3.6.2 Non-fisik
 Pendidikan: Mayoritas penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Pedes tidak tamat SD/SLTP (38,72%)
 Sosial ekonomi: Mayoritas mata pencaharian di wilayah
kerja Puskesmas Pedes ialah petani (19,86%)

23
Bab V

Pembahasan

5.1 Masalah Menurut Variabel Keluaran


No. Variabel Tolok ukur Pencapaian Besar
(%) (%) Masalah (%)
1 Cakupan peserta KB Baru 16,68 9,082 45,55
2 Cakupan peserta KB Aktif 70 59,79 14,58
3 Cakupan peserta KB Pil 17 11,28 33,64
4 Cakupan peserta KB Suntik 19 78,40 0
5 Cakupan peserta KB Implan 10 1,15 88,5
6 Cakupan peserta KB Kondom 2,5 3,82 0
7 Cakupan peserta KB IUD 13 0,67 94,84
8 Cakupan peserta KB MOW 9 3,25 63,88
9 Cakupan peserta KB MOP 2 1,38 31
10 Cakupan peserta KB dengan komplikasi <12,5 0 0
11 Cakupan peserta KB dengan kegagalan <12,5 0 0
12 Cakupan peserta KB drop out <12,5 0 0

5.2 Masalah Menurut Variabel Proses


No. Variabel Target Pencapaian Masalah

1 Konseling Dilakukan Senin-Jumat oleh Tidak dilakukan setiap (+)


bidan di puskesmas dengan jam kerja, ABPK KB
memberikan informasi kepada jarang digunakan
calon peserta KB melalui
wawancara

2 Pembinaan Dilakukan Senin-Jumat oleh Dilakukan setiap jam (+)


peserta KB
bidan di puskesmas untuk kerja, pemberian motivasi
mencegah drop out dan untuk menggunakan

24
memotivasi peserta KB kontrasepsi jangka
menggunakan kontrasepsi panjang masih kurang,
jangka panjang. penyuluhan sering
bersaman dengan
posyandu, tidak ada
jadwal khusus.
3 Pencatatan  Setiap hari pelayanan KB Hasil pelayanan KB (+)
dan pelaporan dicatat dalam register kohort harian tidak selalu
KB dan setiap akhir bulan dicatat dalam register
dilakukan penjumlahan hasil kohort KB, setiap akhir
pelayanan untuk pengisian bulan dilakukan
laporan bulanan dan laporan penjumlahan hasil
triwulan. Bulanan ada, dan pelayanan untuk
lengkap. Triwulanan ada dan pengisian laporan
lengkap. bulanan dan triwulan.
 Setiap bulan staf PLKB Ada beberapa hasil
mengambil data laporan laporan dari fasilitas (+)
pelayanan KB dari fasilitas kesehatan swasta tidak
pelayanan kesehatan swasta ada pelaporannya ke
(dokter praktek umum, bidan data Puskesmas
praktek mandiri, klinik)

25
5.3 Masalah Menurut Variabel Umpan Balik

No Variabel Tolok ukur Pencapaian Masalah


1 Rapat kerja yang Ada laporan kegiatan Ada rapat bulanan (+)
membahas laporan hasil rapat setiap (dilaksanakan bersama
kegiatan setiap bulannya bulannya untuk lokakarya bulanan)
untuk mengevaluasi mengevaluasi program namun catatan hasil rapat
program yang telah yang telah dijalankan dan rekomendasi yang
dijalankan disarankan sebagai
masukan tidak lengkap
2 Pelaporan yang lengkap Adanya pelaporan Adanya pencatatan dan (+)
dan sesuai dengan waktu setiap bulan secara pelaporan setiap bulan
yang ditentukan akan lengkap dan tepat yang lengkap namun tidak
dapat digunakan sebagai waktu mengenai sesuai dengan waktu yang
masukan dalam gerakan gerakan keluarga ditentukan sehingga tidak
keluarga berencana berencana. mampu digunakan
sebagai masukan untuk
program KB.

*Variabel selain tertera diatas tidak memiliki masalah berdasarkan tolok


ukur keberhasilan

26
Bab VI
Perumusan Masalah

Masalah-masalah yang ditemukan dalam evaluasi Program Keluarga Berencana


(KB) di Puskesmas Pedes periode Januari 2018 sampai Desember 2018, sebagai
berikut:

6.1 Masalah menurut Keluaran (Masalah Sebenarnya)


A. Cakupan peserta KB Baru 9,08% dari target 16,68% (masalah sebesar
45,55%)
B. Cakupan peserta KB Aktif 59,79% dari target 70% (masalah sebesar
14,58%)
C. Cakupan peserta KB Pil 11,28% dari target 17% (masalah sebesar
33,64%)
D. Cakupan peserta KB Implan 1,15% dari target 10% (masalah sebesar
88,5%)
E. Cakupan peserta KB IUD 0,67 % dari target 13% (masalah sebesar
94,84%)
F. Cakupan peserta KB MOW 3,25% dari target 9% (masalah sebesar
63,88%)
G. Cakupan peserta KB MOP 1,38 % dari target 2% (masalah sebesar
31%)

6.2 Masalah menurut Unsur Lain (Penyebab Lain)


6.2.1 Dari proses
 Konseling tidak dilakukan setiap jam kerja, Alat Bantu
Pengambilan Keputusan (ABPK) KB jarang digunakan.
 Pemberian motivasi untuk menggunakan kontrasepsi jangka
panjang masih kurang digalangkan.
 Penyuluhan mengenai Keluarga Berencana untuk masyarakat
jarang dilakukan dan tidak memiliki jadwal yang tetap

27
 Hasil pelayanan KB harian tidak selalu dicatat dalam register
kohort KB namun setiap akhir bulan dilakukan penjumlahan hasil
pelayanan untuk pengisian laporan bulanan dan triwulanan.
 Ada beberapa hasil laporan dari fasilitas kesehatan swasta yang
tidak memberikan pelaporannya ke Puskesmas.

6.2.2 Dari umpan balik


Ada rapat bulanan (dilaksanakan bersama lokakarya bulanan) namun catatan hasil
rapat dan rekomendasi yang disarankan sebagai masukan tidak lengkap.

28
Bab VII
Prioritas Masalah

7.1 Masalah Menurut Keluaran


A. Cakupan peserta KB Baru 9,08% dari target 16,68% (masalah sebesar
45,55%)
B. Cakupan peserta KB Aktif 59,79% dari target 70% (masalah sebesar
14,58%)
C. Cakupan peserta KB Pil 11,28% dari target 17% (masalah sebesar
33,64%)
D. Cakupan peserta KB Implan 1,15% dari target 10% (masalah sebesar
88,5%)
E. Cakupan peserta KB IUD 0,67% dari target 13% (masalah sebesar
94,84%)
F. Cakupan peserta KB MOW 3,25% dari target 9% (masalah sebesar
63,88%)
G. Cakupan peserta KB MOP 1,38% dari target 2% (masalah sebesar 31%)

7.2 Prioritas Masalah


Parameter
No Parameter Masalah
A B C D E F G
1. Besarnya masalah 4 5 3 5 5 4 3
2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan 4 4 3 4 4 3 3
3. Keuntungan sosial yang diperoleh 3 4 4 4 4 4 2
4. Teknologi yang tersedia dan dapat dipakai 3 3 3 3 3 3 2
5. Sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan4 5 4 5 3 4 1
masalah
Total 18 21 17 21 19 18 11

Keterangan derajat masalah :


5 = Sangat penting 4 = Penting 3 = Cukup penting 2 = Kurang penting

29
1 = Sangat kurang penting

Yang menjadi prioritas masalah adalah :


1. Cakupan peserta KB Aktif 59,79% dari target 70% (masalah sebesar
14,58%)
2. Cakupan peserta KB Implan 1,15% dari target 10% (masalah sebesar
88,5%.

30
Bab VIII
Penyelesaian Masalah

8.1 Masalah 1: Cakupan peserta KB Aktif 59,79% dari target 70% (masalah
sebesar 14,58%)
8.1.1 Penyebab
8.1.1.1 Proses
1. Konseling tidak dilakukan setiap jam kerja, ABPK KB
jarang digunakan.
2. Penyuluhan mengenai Keluarga Berencana untuk
masyarakat jarang dilakukan dan tidak memiliki jadwal
yang tetap.
3. Pencatatan dan pelaporan yang kurang baik, misalnya
terdapat pengisian register kohort KB tidak dilakukan
secara harian.
4. Ada beberapa hasil dari fasilitas kesehatan swasta yang
tidak memberikan pelaporannya ke Puskesmas.
8.1.2 Penyelesaian
8.1.2.1 Proses
1. Melakukan koseling kepada PUS secara rutin sesuai
jadwal agar dapat memotivasi PUS dan membantu calon
peserta KB untuk memutuskan pilihannya atas metode
kontrasepsi yang paling sesuai dengan kondisi atau
keadaan pribadi dan keluarganya.
2. Pemerataan dan perluasan informasi mengenai program
Keluarga Berencana secara lebih baik dengan
menghimbau segala pihak terkait program (misal Bidan
Desa, Petugas Lapangan KB, Kader KB) yang sudah
dibekali dengan informasi-informasi terbaru seputar KB
untuk mensosialisasikan secara rutin kemaknaan
melaksanakan program Keluarga Berencana.

31
3. Merencanakan jadwal penyuluhan secara teratur dan
tertulis dimana bekerjasama dengan bagian Promosi
Kesehatan Puskesmas untuk mengatur frekuensi
penyuluhan yang akan diberikan selama kurun waktu
satu bulan, serta lokasi-lokasi yang dapat digunakan
sebagai wadah untuk penyuluhan (misal: kelas ibu hamil,
posyandu, posbindu).
4. Pencatatan terhadap register dilakukan setiap hari supaya
tidak ada kehilangan / data yang terlupa.
5. Meningkatkan fungsi pengawasan oleh bidan koordinator
secara lebih baik, dengan mengharapkan bidan desa
memverifikasi dan mempertanggung jawabkan data yang
sudah diisi terhadap pelaksanaan kontrasepsi yang sudah
berlangsung. Melakukan penjemputan laporan secara
aktif ke pihak pelaksana kontrasepsi swasta. Dan
memberikan sanksi kepada fasilitas kesehatan yang tidak
melaporkan datanya ke Puskesmas.

8.2 Masalah 2: Cakupan peserta KB Implan 1,15% dari target 10% (masalah
sebesar 88,5%)
8.2.1 Penyebab
8.2.1.1 Proses
1. Pemberian penyuluhan dan motivasi untuk menggunakan
kontrasepsi jangka panjang masih kurang.
2. Pencatatan dan pelaporan dari fasilitas kesehatan swasta
yang tidak lengkap
8.2.2 Penyelesaian
8.2.2.1 Proses
1. Memperkaya materi penyuluhan dengan tidak hanya
menekankan metode kontrasepsi secara menyeluruh
namun di dalamnya juga terkandung makna dari metode
kontrasepsi jangka panjang, beserta manfaat, biaya yang

32
ditanggung, dan efek samping dari metode kontrasepsi
Implan.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas konseling tidak
hanya ketika akan melakukan pelayanan KB, namun
sebaiknya juga saat di luar pelayanan. Di dalam
konseling pribadi, akseptor dimotivasi untuk mulai
mengganti metode kontrasepsi yang biasa digunakan
menjadi kontrasepsi berjangka panjang, disertai dengan
pemberian pemahaman seputar KB Implan. Ditekankan
suami akseptor dan anggota keluarga yang berpengaruh
diikutsertakan dalam konseling.
3. Meningkatkan fungsi pengawasan oleh bidan koordinator
secara lebih baik, dengan mengharapkan bidan desa
memverifikasi dan mempertanggung jawabkan data yang
sudah diisi terhadap pelaksanaan kontrasepsi yang sudah
berlangsung. Melakukan penjemputan laporan secara
aktif ke pihak pelaksana kontrasepsi swasta. Dan
memberikan sanksi kepada fasilitas kesehatan yang tidak
melaporkan datanya ke Puskesmas.

33
Bab IX
Penutup

9.1 Ringkasan Hasil Evaluasi


Dari hasil evaluasi dengan cara pendekatan sistem di Puskesmas Kecamatan
Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai Desember 2018, dapat
disimpulkan bahwa ditemukan masalah pada program ini karena masih ada
beberapa variabel yang belum sesuai dengan tolok ukur yang telah ditentukan
beserta beberapa masalah lain yang harus diperbaiki. Berikut merupakan hasil
evaluasi secara singkat.
1. Cakupan peserta KB Baru 9,08% dari target 16,68% (masalah sebesar
45,55%)
2. Cakupan peserta KB Aktif 59,79% dari target 70% (masalah sebesar
14,58%)
3. Berdasarkan pemakaian alat kontrasepsi yang digunakan, yaitu
 Cakupan peserta KB Pil 11,28% dari target 17% (masalah sebesar
45,55%)
 Cakupan peserta KB Implan 1,15% dari target 10% (masalah
sebesar 88,5%)
 Cakupan peserta KB IUD 0,67% dari target 13% (masalah sebesar
94,84%)
 Cakupan peserta KB MOW 3,25% dari target 9% (masalah sebesar
63,88%)
 Cakupan peserta KB MOP 1,38% dari target 2% (masalah sebesar
31%)

9.2 Saran
1. Pemanfaatan lebih maksimal kepada wadah penyuluhan, yang mana
penyuluhan tidak hanya dibebankan pada petugas terkait program, namun
juga oleh petugas yang bersinggungan atau memiliki bekal pengetahuan
tentang program KB. Misalnya, saat petugas promosi kesehatan
melakukan pendataan keluarga sehat, bukan hanya mendata peserta KB

34
atif tetapi lebih baik sekaligus melakukan konseling sekitar 10 menit
kepada PUS tentang KB dan memberi motivasi kepada peserta KB aktif
non MKJP untuk beralih ke MKJP serta membagikan leaflet yang sudah
tersedia. Dimana bukti telah dilakukan konseling dengan cara
menempelkan stiker di rumah warga tersebut.
2. Mengadakan program layanan KB secara massal serta memberikan pojok
konseling bagi akseptor-akseptor yang saat itu belum mau/belum siap
untuk melakukan metode kontrasepsi.
3. Menghimbau bidan desa untuk menjemput laporan pelayanan KB secara
aktif di fasilitas kesehatan swasta atau membuat akta perjanjian
kerjasama yang mengikat antara Puskesmas dengan fasilitas kesehatan
swasta. Dan memberikan sanksi kepada fasilitas kesehatan yang tidak
melaporkan datanya ke Puskesmas.
4. Diadakan program pemberian penghargaan bagi kader yang membawa
calon akseptor implan terbanyak, sehingga mendorong minat dan
semangat para kader untuk terus memberikan yang terbaik

Apabila saran ini terlaksana, maka diharapkan masalah yang telah dijabarkan di
atas dapat diatasi atau setidaknya dikurangi pada periode mendatang.

35
Daftar Pustaka

1. Family planning/ contraception. World Health Organization; 2017.


2. The sustainable development goals report 2017. United Nation. New
York; 2017: h.23.
3. Badan Pusat Statistik.Statistik Indonesia 2017. Jakarta: Dharmaputra;
2017.h.75.
4. Badan Pusat Statistik.Statistik Indonesia 2018. Jakarta: Dharmaputra;
2018.h.77.
5. Badan Pusat Statistik. Kabupaten Karawang dalam angka. Karawang: BPS
Kabupaten Karawang; 2018.h.45.
6. Badan Pusat Statistik. Profil kemiskinan di Indonesia maret 2018. Jakarta :
Dharmaputra; 2018. h.1.
7. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Rencana
strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tahun
2015-2019. Jakarta: BKKBN. h.5-8.
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman manajemen
pelayanan keluarga berencana. Jakarta: Depkes RI; 2014.h.1-3.

36

Anda mungkin juga menyukai