Pendahuluan
1
dicapai pada tahun 2019 adalah Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2,28%,
Contraceptive Prevalence Rate (CPR) sebesar 66,0%, Age Spesific Fertility Rate
(ASFR) usia 15 tahun sampai 19 tahun sebesar 44 per 1000 perempuan usia 15
tahun sampai 19 tahun dan unmet need sebesar 9,91%. Hasil Laporan Kinerja
BKKBN 2016 menyatakan tingkat Pemakai Alat Kontrasepsi/Contraceptive
Prevalence rate (CPR) di Indonesia adalah 60,8% pada tahun 2016.7
Berdasarkan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
dalam Pusat Data Informasi Nasional 2017 jumlah PUS pada tahun 2017 yang ada
di Indonesia sebesar 37.338.265 dengan jumlah KB aktif 63,22% dan 18,63%
jumlah persentase yang tidak pernah ber-KB. Sedangkan jika dilihat untuk
Provinsi Jawa Barat jumlah PUS berjumlah 7.448.689 dengan 66,65% KB aktif
dan jumlah yang tidak pernah ber-KB 13,94%. Lalu jika dilihat lagi untuk daerah
Kabupaten Karawang pada tahun 2015 berdasarkan BKKBN tahun 2016 jumlah
KB aktif sebesar 119.950.7-8
Berdasarkan jenis pilihan KB yang digunakan Metode Kontrasepsi Jangka Pendek
(non MKJP) terus meningkat dari 46,5 % menjadi 47,3 %. Sedangkan, menurut
BKKBN 2015, Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) cenderung menurun,
dari 10,9 % menjadi 10,6 %. Data dari Laporan Tahunan KB 2017 di Puskesmas
Pedes, cakupan tahun 2017 untuk KB aktif 42,37%. Perlu dilakukan evaluasi,
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas program KB di UPTD Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai dengan
Desember 2018.
2
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah adalah seperti
berikut :
1. Sebanyak 214 juta wanita usia subur di negara berkembang ingin
menunda kesuburan namun tidak menggunakan metode kontrasepsi
(Degree of unmet need).
2. Masih tingginya angka Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) di Indonesia
yaitu sebesar 1,34%, di Provinsi Jawa Barat sebesar 1,52% dan di
Kabupaten Karawang sebesar 0,94%.
3. Masih tingginya jumlah penduduk miskin di Indonesia yaitu pada Maret
2018 mencapai 25,95 juta orang.
4. Contraceptive Prevalence rate (CPR) di Indonesia tahun 2016 adalah
60,8%, dimana target tahun 2019 sebesar 66,0%.
5. Berdasarkan BKKBN jumlah KB aktif di Kabupaten Karawang pada
tahun 2015 sebesar 119.950.
6. Hasil survei BKKBN tahun 2015 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) cenderung menurun, dari 10,9 persen menjadi 10,6 persen.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui masalah, penyebab masalah dan penyelesaian
masalah program Keluarga Berencana di UPTD Puskesmas DTP
Pedes, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari 2018
sampai Desember 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya cakupan peserta KB yang mendapatkan
konseling di Puskesmas Kecamatan Pedes, Kabupaten
Karawang periode Januari 2018 sampai Desember 2018
1.3.2.2 Diketahuinya cakupan peserta KB baru di Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari
2018 sampai Desember 2018
3
1.3.2.3 Diketahuinya cakupan peserta KB aktif di Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari
2018 sampai Desember 2018
1.3.2.4 Diketahuinya cakupan pasangan usia subur (PUS) yang
menjadi peserta KB aktif berdasarkan jenis kontrasepsi
yang digunakan meliputi : Pil, Suntik, Implan, Kondom,
Intra-Uterine Device (IUD), MOW, dan MOP di Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari
2018 sampai Desember 2018
1.3.2.5 Diketahuinya cakupan peserta KB yang mengalami
komplikasi, kegagalan, dan drop out di Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari
2018 sampai Desember 2018
1.3.2.6 Diketahuinya cakupan pembinaan dan pengayoman KB di
Puskesmas Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode
Januari 2018 sampai Desember 2018
1.3.2.7 Diketahuinya cakupan peserta KB yang mendapatkan
pelayanan penanganan efek samping dan komplikasi di
Puskesmas Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode
Januari 2018 sampai Desember 2018
1.3.2.8 Diketahuinya cakupan peserta KB yang memerlukan
pelayanan rujukan di Puskesmas Kecamatan Pedes,
Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai
Desember 2018
1.3.2.9 Diketahuinya sistem pencatatan dan pelaporan yang
dilaksanakan di Puskesmas Kecamatan Pedes, Kabupaten
Karawang periode Januari 2018 sampai Desember 2018.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1.4.1.1 Menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menjalani kuliah.
4
1.4.1.2 Sebagai upaya untuk mencapai kompetensi dokter yang
dapat bekerja dalam sebuah organisasi
1.4.1.3 Mempunyai pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi
gerakan Keluarga Berencana di Puskesmas dalam lingkup
wilayah kerjanya.
1.4.1.4 Mengetahui masalah-masalah yang menjadi kendala yang
dihadapi dalam menjalankan program, khususnya
Pelayanan Keluarga Berencana sehingga merangsang cara
berpikir secara kritis dan ilmiah.
1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi
1.4.2.1 Menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam
melaksanakan fungsi atau tugas Perguruan Tinggi sebagai
lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian bagi masyarakat. Memperkenalkan
Fakultas Kedokteran UKRIDA kepada masyarakat.
1.4.2.2 Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam
peran sertanya di bidang kesehatan.
1.4.2 Bagi Puskesmas
1.4.3.1 Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program
Keluarga Berencana disertai dengan usulan atau saran
sebagai pemecahan masalahnya. Sehingga akan membentuk
kemandirian Puskesmas dalam upaya penyelesaian dan
lebih mengaktifkan program tersebut untuk memenuhi
target cakupan program.
1.4.3.2 Memberikan masukan dan membina peran serta masyarakat
dalam melaksanakan program Keluarga Berencana secara
optimal, sehingga Pelayanan Keluarga Berencana di UPTD
Puskesmas Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang dapat
menjadi lebih baik.
1.4.4 Bagi Masyarakat
1.4.4.1 Memperbaiki program kerja Puskesmas Pedes terkait
Keluarga Berencana sehingga masyarakat mendapatkan
5
pelayanan dan pembinaan kesehatan yang lebih baik lagi
dari Puskesmas.
1.4.4.2 Menambah pengetahuan dan informasi yang lebih banyak
mengenai pelayanan Keluarga Berencana, salah satunya
mengetahui metode kontrasepsi yang bagus digunakan
sampai dengan efek samping dan komplikasi yang bisa
ditimbulkan.
1.5 Sasaran
Semua Pasangan Usia Subur (PUS), yaitu pasangan yang istrinya berumur antara
15-49 tahun, dalam hal ini termasuk pasangan yang istrinya lebih dari 49 tahun
tetapi masih mendapat menstruasi, di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pedes,
Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai Desember 2018.
6
Bab II
Materi dan Metode
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari catatan hasil kegiatan
bulanan Puskesmas mengenai program KB di UPTD Puskesmas DTP Pedes,
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai Desember
2018, yang berisi kegiatan :
1. Konseling
2. Pelayanan kontrasepsi
3. Penanganan efek samping dan komplikasi
4. Pembinaan
5. Pelayanan rujukan
6. Pencatatan dan pelaporan
2.2 Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara membandingkan cakupan program Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang periode Januari 2018 sampai Desember
2018 terhadap tolok ukur yang ditetapkan dengan mengadakan pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data dan interpretasi data menggunakan pendekatan
sistem sehingga dapat ditemukan masalah-masalah yang ada dari pelaksanaan
program Keluarga Berencana di Puskesmas Pedes. Selanjutnya, dilakukan usulan
dan saran sebagai pemecahan masalah berdasarkan penyebab masalah yang
ditemukan dari unsur-unsur sistem. Setelah itu hasilnya disajikan dalam bentuk
tekstular maupun tabular.
7
Bab III
Kerangka Teoritis
8
5. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu
sistem.
6. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak
dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem
9
Bab IV
Penyajian Data
10
4.2.1.2 Wilayah administrasi
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes Kecamatan
Pedes mempunyai 8 desa binaan yaitu Desa Payungsari,
Desa Karangjaya, Desa Kertaraharja, Desa Rangdumulya,
Desa Labanjaya, Desa Jatimulya, Desa Kertamulya, dan
Desa Malangsari. Jarak dari Puskesmas Pedes ke kota
Kabupaten ± 35 Km – 45 Km dengan waktu tempuh + 60
menit menggunakan roda empat
11
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja
Puskesmas Pedes Tahun 2018
Jumlah Penduduk
No Nama Desa Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Jatimulya 5080 4825 9905
2 Karangjaya 4376 4501 8877
3 Kertaraharja 3770 3908 7678
4 Kertamulya 3318 3412 6730
5 Labanjaya 3474 2830 6304
6 Malangsari 1719 1638 3357
7 Payungsari 4886 4671 9557
8 Rangdumulya 2907 2817 5724
Jumlah 29530 28602 58132
Sumber : Data Dasar Kependudukan Puskesmas Pedes 2018
12
1 Toko obat
13
- Timbangan berat badan dewasa : 2 buah
- Implant kit : 2 set
- AKDR kit : 2 set
Sarana Kontrasepsi
- IUD Copper-T : 15 buah
- Auto Disable Syringe with Needle : 300 buah
- Implan : 10 buah set
- Pil KB Kombinasi : 300 strip
- Depogestone : 300 vial
- Alat Kontrasepsi Lain (Kondom) : 100 buah
Sarana Obat-obatan
- Cairan antiseptik Betadine : 6 botol
(@30ml)
- Tablet analgetik : 500 tablet
- Kapas alkohol dan kasa steril : 1 box (swab)
1 box (steril)
Sarana Non-medis
- Ruang pendaftaran : ada
- Ruang tunggu : ada
- Ruang untuk pemeriksaan pasien : ada
- Lemari arsip : ada
- Lemari obat : ada
- Meja pemeriksaan : ada
- Tempat tidur pemeriksaan : ada
4.3.1.4 Metode
Konseling
- Menerangkan arti dan tujuan dari keluarga berencana,
alat-alat, memberikan pilihan kontrasepsi yang sesuai,
serta menjelaskan efek samping yang mungkin terjadi
dari pemakaian alat kontrasepsi.
14
- Membantu calon peserta KB untuk memutuskan
pilihannya atas metode kontrasepsi yang paling sesuai
dengan kondisi atau keadaan pribadi dan keluarganya.
Pelayanan kontrasepsi
- Pil
Pemakaian secara teratur seperti pada petunjuk
yang tertulis pada kartu.
Pil pertama perlu diminum pada hari kelima
setelah hari permulaan haid, kemudian satu pil
diminum setiap hari secara teratur.
- Suntikan
Depogestone : 1 kali per 3 bulan, dosis 3,0 cc,
secara intramuskular di Muskulus Gluteus.
- Implan : Lokasi implan diletakkan di lengan kiri atas
bagian volar, kira-kira 10 cm dari lipat siku.
Pemasangan sesuai prosedur legeartis.
- Kondom : Sesuai prosedur
- Intra Uterine Device (IUD) : Anamnesis, pemeriksaan
umum dan khusus (obstetrik). Pemasangan sesuai
prosedur.
- MOW : Sesuai prosedur
- MOP : Sesuai prosedur
Pembinaan akseptor KB
Melakukan pemantauan berkala terhadap akseptor
KB untuk mencegah drop out, memotivasi akseptor untuk
memakai kontrasepsi jangka panjang
Penanganan efek samping dan komplikasi
Pada setiap kasus yang terjadi efek samping dan
komplikasi yang ringan.
Pelayanan rujukan KB
Pada setiap kasus berat yang tidak dapat ditangani di
Puskesmas.
15
Pencatatan dan pelaporan
Fasilitas pelayanan KB mencatat semua hasil
pelayanan KB yang berisi data tentang peserta KB, metode
yang digunakan, kejadian komplikasi, peserta drop out,
gagal KB, atau pindah ke luar wilayah. Data lain termasuk
status Gakin. Setiap bulan laporan direkapitulasi di
Puskesmas untuk nantinya dilaporkan bersama rekapitulasi
alokon ke Kabupaten.
4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
Konseling
Dilakukan pada setiap jam kerja hari senin sampai sabtu, oleh
bidan di Puskesmas dengan memberikan informasi kepada calon peserta
KB melalui wawancara.
Perencanaan pelayanan kontrasepsi
Dilakukan pada setiap jam kerja hari senin sampai sabtu, oleh
bidan di Puskesmas dengan memberikan informasi kepada calon peserta
KB tentang kontrasepsi yang tersedia serta penggunaannya.
Pembinaan akseptor KB
Dilakukan setiap jam kerja, dengan komunikasi, edukasi dan
informasi oleh bidan di Puskesmas untuk mencegah drop out dan
memotivasi peserta KB. Penyuluhan KB dilakukan minimal 1 kali setiap
bulan.
Penanganan efek samping dan komplikasi
Dilakukan setiap jam kerja hari senin sampai sabtu oleh bidan
ataupun dokter di Puskesmas pada pasien yang mengalami efek samping
dan komplikasi ringan.
Pelayanan rujukan KB
Dilakukan setiap jam kerja hari senin sampai sabtu, oleh bidan
ataupun dokter di Puskesmas pada pasien yang memerlukan rujukan.
Perencanaan pencatatan dan pelaporan
16
Dilakukan pencatatan register harian oleh bidan desa untuk
kemudian pada setiap akhir bulan dilaporkan oleh bidan atau petugas
program KB di Puskemas Pedes.
4.3.2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian tertulis dan pembagian tugas dalam melaksanakan program
Keluarga Berencana di UPTD Puskesmas DTP Pedes, Kecamatan Pedes,
Kabupaten Karawang seperti pada bagan berikut.
4.3.2.3 Pelaksanaan
Pendaftaran
Calon klien atau klien KB datang ke Poli KIA/PONED dengan menunjukkan
kartu kepesertaaan BPJS kesehatan (bagi yang sudah menjadi peserta JKN) dan
mendapat kartu peserta KB. Data klien dan pelayanan dicatat pada kartu status
peserta KB dan register kohort KB.
Konseling
Tidak dilakukan konseling secara rutin setiap jam kerja di Puskesmas kecamatan
Pedes kepada calon peserta KB dan Alat Bantu Pengambil Keputusan (ABPK)
KB jarang digunakan.
17
Pelayanan kontrasepsi
Dilakukan pada setiap jam kerja hari kerja, Senin-Sabtu oleh bidan di Puskesmas.
Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi,
khusus pelayanan suntik, IUD atau implan perlu persetujuan secara tertulis dengan
menandatangani formulir inform consent, apabila klien tidak setuju perlu diberi
konseling ulang. Setelah pelayanan KB, bidan memantau hasil pelayanan KB dan
memberikan nasehat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien pulang dan
kontrol kembali. Khusus untuk metode MOW/MOP, hanya dapat dilaksanakan di
rumah sakit. Pelaksanaan MOW/MOP akan dikoordinir oleh BKBPP (Badan
Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan) tingkat kecamatan.
Pembinaan dan pengayoman
Dilakukan pada setiap jam kerja, oleh bidan di Puskesmas tetapi pemberian
motivasi untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang kurang digalangkan.
Serta penyuluhan sering dilakukan bersamaan dengan Posyandu. Tidak ada jadwal
penyuluhan khusus untuk program KB.
Penanganan efek samping dan komplikasi
Dilakukan setiap hari oleh bidan ataupun dokter di Puskesmas.
Pelayanan rujukan KB
Dilakukan pada setiap hari oleh bidan ataupun dokter di Puskesmas.
Pencatatan dan pelaporan
Dilakukan pencatatan setiap hari oleh petugas program KB di Puskesmas Pedes,
tetapi tidak dalam register kohort KB, ada beberapa hasil laporan dari fasilitas
kesehatan swasta tidak ada pelaporannya. Pelaporan dilakukan setiap awal bulan
ke Dinas Kesehatan Karawang oleh petugas program KB.
4.3.2.4 Pengawasan
Bidan yang menjadi pelaksana program KB melakukan pencatatan yang di
laporkan kepada bidan koordinator, yang kemudian di laporkan ke Puskesmas
Tirtajaya. Rapat evaluasi bulanan dilakukan pada akhir bulan.
18
4.3.3 Keluaran
4.3.3.1 Cakupan Konseling
Cakupan konseling: Tidak ada
4.3.3.2 Cakupan Peserta KB Baru
Peserta KB baru adalah PUS yang baru pertama kali menggunakan metode
kontrasepsi, termasuk mereka yang pasca keguguran, sesudah melahirkan, atau
pasca istirahat minimal 3 bulan.
Jumlah peserta KB baru : 962
Jumlah PUS : 10592
Persentase peserta KB baru terhadap PUS :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑏𝑎𝑟𝑢
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑈𝑆
962
= 10592 × 100% = 9,082%
19
Cakupan peserta KB Implan
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝐼𝑚𝑝𝑙𝑎𝑛
= x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑓
73
= 6334 x 100% = 1,15%
20
No. Variabel Pencapaian
(%)
1 Cakupan peserta KB Pil 11,28
2 Cakupan peserta KB Suntik 78,40
3 Cakupan peserta KB Implan 1,15
4 Cakupan peserta KB Kondom 3,82
5 Cakupan peserta KB IUD 0,67
6 Cakupan peserta KB MOW 3,25
7 Cakupan peserta KB MOP 1,38
Tabel 4.2 Cakupan peserta KB aktif perkontrasepsi
21
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑙𝑎𝑚𝑖 𝑘𝑒𝑔𝑎𝑔𝑎𝑙𝑎𝑛
= × 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝐾𝐵 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓
0
= 6334 × 100% = 0
22
4.3.5 Dampak
4.3.6.1 Dampak Langsung
Menurunkan Crude Birth Rate (CBR) : belum dapat
dinilai
Meningkatkan jumlah peserta KB Baru : belum dapat
dinilai
Meningkatkan jumlah peserta KB Aktif : belum dapat
dinilai
4.3.6.2 Dampak Tidak Langsung
Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk : belum dapat
dinilai
Pengendalian Total Fertility Rate (TFR) : belum dapat
dinilai
Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak : belum dapat
dinilai
4.3.6 Lingkungan
4.3.6.1 Fisik
Lokasi Puskesmas: Mudah dijangkau oleh akseptor KB
baik dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua
maupun roda empat.
Fasilitas kesehatan lain: Tersedia bidan praktek swasta,
praktek dokter yang tersebar di wilayah kerja Puskesmas
Pedes. Khusus untuk metode kontrasepsi MOW/MOP,
fasilitas yang mengerjakannya adalah Rumah Sakit Islam
Karawang dan Rumah Sakit Lira di Karawang
4.3.6.2 Non-fisik
Pendidikan: Mayoritas penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Pedes tidak tamat SD/SLTP (38,72%)
Sosial ekonomi: Mayoritas mata pencaharian di wilayah
kerja Puskesmas Pedes ialah petani (19,86%)
23
Bab V
Pembahasan
24
memotivasi peserta KB kontrasepsi jangka
menggunakan kontrasepsi panjang masih kurang,
jangka panjang. penyuluhan sering
bersaman dengan
posyandu, tidak ada
jadwal khusus.
3 Pencatatan Setiap hari pelayanan KB Hasil pelayanan KB (+)
dan pelaporan dicatat dalam register kohort harian tidak selalu
KB dan setiap akhir bulan dicatat dalam register
dilakukan penjumlahan hasil kohort KB, setiap akhir
pelayanan untuk pengisian bulan dilakukan
laporan bulanan dan laporan penjumlahan hasil
triwulan. Bulanan ada, dan pelayanan untuk
lengkap. Triwulanan ada dan pengisian laporan
lengkap. bulanan dan triwulan.
Setiap bulan staf PLKB Ada beberapa hasil
mengambil data laporan laporan dari fasilitas (+)
pelayanan KB dari fasilitas kesehatan swasta tidak
pelayanan kesehatan swasta ada pelaporannya ke
(dokter praktek umum, bidan data Puskesmas
praktek mandiri, klinik)
25
5.3 Masalah Menurut Variabel Umpan Balik
26
Bab VI
Perumusan Masalah
27
Hasil pelayanan KB harian tidak selalu dicatat dalam register
kohort KB namun setiap akhir bulan dilakukan penjumlahan hasil
pelayanan untuk pengisian laporan bulanan dan triwulanan.
Ada beberapa hasil laporan dari fasilitas kesehatan swasta yang
tidak memberikan pelaporannya ke Puskesmas.
28
Bab VII
Prioritas Masalah
29
1 = Sangat kurang penting
30
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.1 Masalah 1: Cakupan peserta KB Aktif 59,79% dari target 70% (masalah
sebesar 14,58%)
8.1.1 Penyebab
8.1.1.1 Proses
1. Konseling tidak dilakukan setiap jam kerja, ABPK KB
jarang digunakan.
2. Penyuluhan mengenai Keluarga Berencana untuk
masyarakat jarang dilakukan dan tidak memiliki jadwal
yang tetap.
3. Pencatatan dan pelaporan yang kurang baik, misalnya
terdapat pengisian register kohort KB tidak dilakukan
secara harian.
4. Ada beberapa hasil dari fasilitas kesehatan swasta yang
tidak memberikan pelaporannya ke Puskesmas.
8.1.2 Penyelesaian
8.1.2.1 Proses
1. Melakukan koseling kepada PUS secara rutin sesuai
jadwal agar dapat memotivasi PUS dan membantu calon
peserta KB untuk memutuskan pilihannya atas metode
kontrasepsi yang paling sesuai dengan kondisi atau
keadaan pribadi dan keluarganya.
2. Pemerataan dan perluasan informasi mengenai program
Keluarga Berencana secara lebih baik dengan
menghimbau segala pihak terkait program (misal Bidan
Desa, Petugas Lapangan KB, Kader KB) yang sudah
dibekali dengan informasi-informasi terbaru seputar KB
untuk mensosialisasikan secara rutin kemaknaan
melaksanakan program Keluarga Berencana.
31
3. Merencanakan jadwal penyuluhan secara teratur dan
tertulis dimana bekerjasama dengan bagian Promosi
Kesehatan Puskesmas untuk mengatur frekuensi
penyuluhan yang akan diberikan selama kurun waktu
satu bulan, serta lokasi-lokasi yang dapat digunakan
sebagai wadah untuk penyuluhan (misal: kelas ibu hamil,
posyandu, posbindu).
4. Pencatatan terhadap register dilakukan setiap hari supaya
tidak ada kehilangan / data yang terlupa.
5. Meningkatkan fungsi pengawasan oleh bidan koordinator
secara lebih baik, dengan mengharapkan bidan desa
memverifikasi dan mempertanggung jawabkan data yang
sudah diisi terhadap pelaksanaan kontrasepsi yang sudah
berlangsung. Melakukan penjemputan laporan secara
aktif ke pihak pelaksana kontrasepsi swasta. Dan
memberikan sanksi kepada fasilitas kesehatan yang tidak
melaporkan datanya ke Puskesmas.
8.2 Masalah 2: Cakupan peserta KB Implan 1,15% dari target 10% (masalah
sebesar 88,5%)
8.2.1 Penyebab
8.2.1.1 Proses
1. Pemberian penyuluhan dan motivasi untuk menggunakan
kontrasepsi jangka panjang masih kurang.
2. Pencatatan dan pelaporan dari fasilitas kesehatan swasta
yang tidak lengkap
8.2.2 Penyelesaian
8.2.2.1 Proses
1. Memperkaya materi penyuluhan dengan tidak hanya
menekankan metode kontrasepsi secara menyeluruh
namun di dalamnya juga terkandung makna dari metode
kontrasepsi jangka panjang, beserta manfaat, biaya yang
32
ditanggung, dan efek samping dari metode kontrasepsi
Implan.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas konseling tidak
hanya ketika akan melakukan pelayanan KB, namun
sebaiknya juga saat di luar pelayanan. Di dalam
konseling pribadi, akseptor dimotivasi untuk mulai
mengganti metode kontrasepsi yang biasa digunakan
menjadi kontrasepsi berjangka panjang, disertai dengan
pemberian pemahaman seputar KB Implan. Ditekankan
suami akseptor dan anggota keluarga yang berpengaruh
diikutsertakan dalam konseling.
3. Meningkatkan fungsi pengawasan oleh bidan koordinator
secara lebih baik, dengan mengharapkan bidan desa
memverifikasi dan mempertanggung jawabkan data yang
sudah diisi terhadap pelaksanaan kontrasepsi yang sudah
berlangsung. Melakukan penjemputan laporan secara
aktif ke pihak pelaksana kontrasepsi swasta. Dan
memberikan sanksi kepada fasilitas kesehatan yang tidak
melaporkan datanya ke Puskesmas.
33
Bab IX
Penutup
9.2 Saran
1. Pemanfaatan lebih maksimal kepada wadah penyuluhan, yang mana
penyuluhan tidak hanya dibebankan pada petugas terkait program, namun
juga oleh petugas yang bersinggungan atau memiliki bekal pengetahuan
tentang program KB. Misalnya, saat petugas promosi kesehatan
melakukan pendataan keluarga sehat, bukan hanya mendata peserta KB
34
atif tetapi lebih baik sekaligus melakukan konseling sekitar 10 menit
kepada PUS tentang KB dan memberi motivasi kepada peserta KB aktif
non MKJP untuk beralih ke MKJP serta membagikan leaflet yang sudah
tersedia. Dimana bukti telah dilakukan konseling dengan cara
menempelkan stiker di rumah warga tersebut.
2. Mengadakan program layanan KB secara massal serta memberikan pojok
konseling bagi akseptor-akseptor yang saat itu belum mau/belum siap
untuk melakukan metode kontrasepsi.
3. Menghimbau bidan desa untuk menjemput laporan pelayanan KB secara
aktif di fasilitas kesehatan swasta atau membuat akta perjanjian
kerjasama yang mengikat antara Puskesmas dengan fasilitas kesehatan
swasta. Dan memberikan sanksi kepada fasilitas kesehatan yang tidak
melaporkan datanya ke Puskesmas.
4. Diadakan program pemberian penghargaan bagi kader yang membawa
calon akseptor implan terbanyak, sehingga mendorong minat dan
semangat para kader untuk terus memberikan yang terbaik
Apabila saran ini terlaksana, maka diharapkan masalah yang telah dijabarkan di
atas dapat diatasi atau setidaknya dikurangi pada periode mendatang.
35
Daftar Pustaka
36