Anda di halaman 1dari 31

40

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data

Hasil penelitian dan analisis data pada penelitian ini diolah dengan

bantuan program SPSS versi 23.0 for Windows dan Microsoft Office Excel.

Data tersebut berupa data angket sikap kreatif siswa, data lembar observasi

sikap kreatif siswa dan data keterlaksanaan pembelajaran.berbasis isu

sosiosaintifik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SMAN 1

Bandarlampung diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Uji validitas dan reliabilitas instrumen

Analisis validitas dan reliabilitas instrument tes sikap kreatif siswa

berupa angket dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 23.0.

Instrumen tes sikap kreatif ini terdiri dari 18 butir pernyataan tentang

larutan elektrolit dan non elektrolit. Angket ini diujikan pada 30 siswa

kelas XI IPA 1 SMA Al Azhar 3 Bandarlampung yang telah men-

dapatkan materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Berdasarkan hasil

uji validitas dan reliabilitas angket sikap kreatif diperoleh hasil sebagai

berikut :
41

a. Uji Validitas

Instrument angket sikap kreatif siswa telah divalidasi secara teoritis

oleh ahli psikologi dari Unit Pelayanan Konseling Terpadu (UPKT)

FKIP Unila, ibu Tika Febriyani, S.Pd., M.Pd. dan validator menyatakan

bahwa angket sikap kreatif layak untuk digunakan. Analisis validitas

empiris instrument angket sikap kreatif dihitung menggunakan program

SPSS Statistics 23.0. Validitas angket sikap kreatif ditentukan

berdasarkan perbandingan nilai rhitung dan rtabel. Nilai rtabel diperoleh

dari tabel nilai kritik sebaran r, dengan n = 30 dan taraf signifikasi =

5%. Jika nilai rhitung > rtabel, maka pernyataan pada angket sikap

kreatif dikatakan valid. Adapun hasil dari uji validitas angket sikap

kreatif siswa dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 . Nilai Koefisien Korelasi Validitas Pernyataan Pada


Angket Sikap Kreatif

No Item Koefisien Korelasi r tabel Keterangan


1. 0,579 0,374 Valid
2. 0,612 0,374 Valid
3. 0,569 0,374 Valid
4 0,658 0,374 Valid
5 0,463 0,374 Valid
6 0,466 0,374 Valid
7 0,651 0,374 Valid
8 0,414 0,374 Valid
9 0,566 0,374 Valid
10 0,658 0,374 Valid
11 0,414 0,374 Valid
12 0,533 0,374 Valid
13 0,488 0,374 Valid
14 0,658 0,374 Valid
15 0,566 0,374 Valid
16 0,386 0,374 Valid
17 0,466 0,374 Valid
18 0,612 0,374 Valid
42

Berdasarkan data pada Tabel 7 tersebut, dapat diketahui bahwa 18 butir

pernyataan pada angket sikap kreatif memiliki nilai koefisien korelasi

(rhitung ) lebih besar dari nilai rtabel (rhitung> rtabel). Hal ini menunjukkan

bahwa pernyataan pada angket sikap kreatif siswa pada materi larutan

elektrolit dan non elektrolit adalah valid, sehingga dapat digunakan sebagai

instrumen pengukur sikap kreatif siswa.

b. Uji Realibilitas

Hasil perhitungan uji realibilitas instrument angket sikap kreatif siswa

Alpha Cronbach yang diperoleh yaitu 0,742, menurut Guilford (dalam

suherman, 2003), kriteria realibilitas angket sikap kreatif adalah “tinggi”,

sehingga angket sikap kreatif dapat dipakai sebagai instrument pengukuran

sikap kreatif siswa. Analisis reliabilitas instrumen tes angket sikap

kreatif siswa dengan menggunakan program SPSS 23.0 secara lengkap

terlampir pada lampiran.

2. Analisis Data Angket Sikap Kreatif

Hasil penskoran terhadap jawaban angket sikap kreatif siswa dianalisis

secara deskriptif dengan melihat perbedaan sikap kreatif kedua kelas

sebelum dan sesudah pembelajaran. Data sikap kreatif siswa sebelum

dan sesudah pembelajaran antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

disajikan pada Gambar berikut ini.


43

82.5
90

Nilai rata-rata Angket Sikap


80
63
70
60
Kreatif 50 38.9 Angket Awal
36.1
40 Angket Akhir
30
20
10
0
Kelas Eksperiment kelas Kontrol

Gambar 2.Rata-rata sikap kreatif siswa

Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan bahwa sikap kreatif siswa setelah

dilakasanakan pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperiment

dengan perlakuan yang berbeda, diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata lebih

tinggi daripada sebelum pembelajaran, baik pada kelas eksperimen maupun

kelas kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sikap

kreatif pada kedua kelas, namun pada kelas eksperimen nilai rata-rata sikap

kreatif siswa setelah pembelajaran lebih besar yaitu sebesar 82,5 sedangkan

pada kelas kontrol hanya sebesar 63,0.

Adanya peningkatan kemampuan sikap kreatif siswa pada semua aspek di

kelas eksperimen dan kelas kontrol digambarkan dengan rata-rata n-Gain

yang disajikan pada Gambar 3.


44

0.71
0.8

Rata-rata n-Gain Sikap Kreatif


0.7
0.6 0.42
0.5
n-Gain
0.4
0.3
0.2
0.1
0
Kelas Eksperiment kelas Kontrol

Gambar 3. Rata-rata n-Gain sikap kreatif siswa


kelas eksperimen dan kelas control

Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa rata-rata n-Gain sikap kreatif siswa

pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain sikap kreatif

siswa kelas kontrol. Rata-rata n-Gain sikap kreatif siswa pada kelas

eksperimen memiliki kategori “tinggi” sedangkan rata-rata n-Gain sikap

kreatif siswa kelas kontrol memiliki kategori “sedang”. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa sikap kreatif siswa pada kelas eksperimen

mengalami peningkatan yang lebih tinggi dari pada sikap kreatif siswa pada

kelas kontrol.

3. Analisis Lembar Observasi Sikap Kreatif

a. Rasa Ingin Tahu

Persentase siswa setiap kategori sikap pada indikator rasa ingin tahu untuk

setiap pertemuan disajikan pada gambar berikut :


45

60%

Persentase siswa tiap kategori


60% 50%
50%
40%
40% 30% 33% Rendah
27%
30% 20% 23% Sedang
17%
20% Tinggi
10%
0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Gambar 4. Persentase siswa setiap kategori pada Indikator Rasa Ingin Tahu
Untuk Setiap Pertemuan

Pada Gambar 4 terlihat bahwa sikap rasa ingin tahu siswa meningkat dari

pertemuan ke pertemuan, dilihat dari meningkatnya persentase siswa yang

termasuk kedalam kategori tinggi dan menurunnya persentase siswa yang

termasuk ke dalam kategori rendah.

b. Bersifat Imajinatif

Persentase siswa setiap kategori sikap pada indikator imajinatif untuk setiap

pertemuan disajikan pada gambar berikut :

70% 63%
60%
Persentase siswa setiap

50%
50%
37% Rendah
kategori

40% 33% 33%


30%
Sedang
30% 20%
17% 17% Tinggi
20%
10%
0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Gambar 5. Persentase siswa setiap kategori pada Indikator Imajinatif untuk


setiap pertemuan
46

Pada Gambar 5 terlihat bahwa sikap imajinatif siswa meningkat dari

pertemuan ke pertemuan, dilihat dari meningkatnya persentase siswa yang

termasuk kedalam kategori tinggi dan menurunnya persentase siswa yang

termasuk ke dalam kategori rendah.

c. Merasa Tertantang

Persentase siswa setiap kategori sikap pada indikator merasa tertantang

untuk setiap pertemuan disajikan pada gambar berikut :

57%
60%
Persentase siswa setiap

47%
50%
37%
40% 30% 30%33% Rendah
kategori

30% 23% 20%23% sedang


20% Tinggi
10%
0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Gambar 6. Persentase siswa setiap kategori pada Indikator Merasa


Tertantang untuk setiap pertemuan

Pada Gambar 6 terlihat bahwa sikap merasa tertantang siswa meningkat dari

pertemuan ke pertemuan, dilihat dari meningkatnya persentase siswa yang

termasuk kedalam kategori tinggi dan menurunnya persentase siswa yang

termasuk ke dalam kategori rendah.

d. Berani Mengambil Resiko

Persentase siswa setiap kategori sikap pada indikator merasa tertantang

untuk setiap pertemuan disajikan pada gambar berikut :


47

47%
50% 43%
40%

Persentase siswa setiap


37% 37% 36%
40%
Rendah

kategori
30% 23%
20% Sedang
17%
20%
Tinggi
10%

0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Gambar 7. Persentase siswa setiap kategori pada Indikator Berani


Mengambil Resiko untuk setiap pertemuan

Pada Gambar 7 terlihat bahwa sikap berani mengambil resiko siswa

meningkat dari pertemuan ke pertemuan, dilihat dari meningkatnya

persentase siswa yang termasuk kedalam kategori tinggi dan menurunnya

persentase siswa yang termasuk ke dalam kategori rendah.

e. Menghargai

Persentase siswa setiap kategori sikap pada indikator menghargai untuk

setiap pertemuan disajikan pada gambar berikut :

50% 43%
40% 40%
37% 37%
40%
Persentase siswa tiap

33%
27% Rendah
30%
kategori

23%
20% Sedang
20%
Tinggi
10%

0%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Gambar 8. Persentase siswa setiap kategori pada Indikator Menghargai


untuk setiap pertemuan
48

Pada Gambar 8 terlihat bahwa sikap menghargai siswa meningkat dari

pertemuan ke pertemuan, dilihat dari meningkatnya persentase siswa yang

termasuk kedalam kategori tinggi dan menurunnya persentase siswa yang

termasuk ke dalam kategori rendah.

4. Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran Isu Sosiosaintifik

Dalam penelitian ini dilakukan observasi oleh observer untuk mengetahui

apakah pembelajaran pada kelas eksperimen terlaksana dengan baik.

Adapun hasil yang diperoleh dari pengamatan observer terhadap keter-

laksanaan pembelajaran selama penelitian ini berlangsung disajikan pada

Tabel 8.

Tabel 8. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran


Pertemuan Aspek Pengamatan Persentase Ketercapaian
(%)
Kelas Eksperiment
1 Kegiatan Pendahuluan 81,25%
Scientific background 80%
Evaluation of Information 71,87%
Local national, and global 81,25%
dimension
2 Decision Making 81,25%
Penutup 81,25%
Pengelolaan Waktu 78,12%
Rata-rata 79,3%
Kegiatan Pendahuluan 90,62%
Scientific background 87,5%
Evaluation of Information 84,37%
Local national, and global 87,5%
3 dimension
Decision Making 93,75%
Penutup 87,25%
Pengelolaan Waktu 90,62%
Rata-rata 88,8%
Rata-rata Semua Pertemuan 84,05%
Kategori Sangat Tinggi
49

Berdasarkan hasil pada tabel di atas, diketahui bahwa persentase

keterlaksanaan RPP pada kelas eksperimen dapat dikategorikan dalam

kriteria ‘sangat tinggi’, sehingga dapat disimpulkan bahwa RPP dalam

pembelajaran pada kelas eksperimen terlaksana dengan baik.

5. Pengujian Hipotesis

Teknik pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

perbedaan dua rata-rata. Sebelum dilakukan uji perbedaan dua rata-rata

maka dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas terhadap nilai pretes dan postes disajikan pada Tabel 9

(hasil ouput selengkapnya terlampir di lampiran 21).

Tabel 9. Hasil uji normalitas nilai angket sikap kreatif kelas eksperimen
dan kelas kontrol

Nilai Signifikan
Aspek yang diuji
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Angket
0,200 0,200
awal
Sikap Kreatif Angket
0,182 0,200
akhir
n-Gain 0,200 0,200

Berdasarkan Tabel terlihat bahwa pada kedua kelas tersebut nilai angket

awal, angket akhir, dan n-Gain memiliki nilai sig. dari kolmogorov-smirnov

> 0,05 sehingga keputusan uji terima H0 dan tolak H1 yang berarti data

penelitian yang diperoleh berasal dari ditribusi normal.


50

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas diuji dengan menggunakan uji Levene Statistic dengan

taraf signifikansi (α) 0,05. Hasil uji homogenitas data sikap kreatif siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 10 (hasil output

selengkapnya di lampiran 22.

Tabel 10. Hasil Uji Homegenitas

Sikap Kreatif Siswa


Aspek yang diuji
Nilai sig Kriteria Uji
Angket Awal 0,675 Homogen
Angket Akhir 0,077 Homogen
n-gain 0,056 Homogen

Pada uji homogenitas sikap kreatif siswa diperoleh nilai signifikansi lebih

besar dari 0.05, sehingga terima H0 yang berarti berdasarkan hasil pengujian

tersebut dapat diketahui bahwa kedua sampel berasal dari varians yang

homogen.

c. Uji Perbedaan Rata-rata

Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas yang telah dilakukan

diperoleh data n-Gain sikap kreatif pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

berdistribusi normal dan mempunyai varians homogen sehingga dapat

dilanjutkan dengan uji perbedaan dua rata-rata n-Gain menggunakan

independent samples t-test. Hasil uji perbedaan dua rata-rata n-Gain sikap

kreatif siswa disajikan pada Tabel 11.


51

Tabel 11. Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata n-Gain Sikap Kreatif Siswa

Kelas Sikap Kreatif Siswa


Penelitian Df Nilai t Nilai sig. (2-tailed)
Eksperimen 58 -24,614 0,000
Kontrol 58 -12,019 0,000

Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa nilai signifikansi yang diperoleh

kurang dari 0,05 pada uji-t n-Gain sikap kreatif siswa. Berdasarkan kriteria

uji maka terima H0, yang berarti bahwa rata-rata n-Gain sikap kreatif siswa

pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit kelas eksperimen lebih

tinggi daripada rata-rata n-Gain sikap kreatif siswa kelas kontrol.

d. Effect Size (Ukuran Pengaruh)

Ukuran pengaruh pembebelajaran berbasis isu sosiosaintifik untuk

meningkatkan sikap kreatif siswa pada materi Larutan Elektrolit dan Non-

elketrolit dilakukan pengujian melalui uji effect size. Adapun hasil

perhitungan ukuran pengaruh (µ) disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Perhitungan Effect Size

Sikap Kreatif siswa


Kelas Penelitian
Effect Size Kriteria
Eksperimen 0,95 Efek Besar
Kontrol 0,84 Efek Besar

Berdasarkan Tabel 12 menginformasikan bahwa pada kelas eksperimen

pembelajaran dengan menggunakan isu sosiosaintifik memiliki

pengaruh“besar” dalam meningkatkan sikap kreatif siswa pada materi

larutan elektrolit dan non-elektrolit. Begitu juga kelas kontrol,


52

pembelajaran tanpa menggunakan isu sosiosaintifik memiliki pengaruh

“besar” dalam meningkatkan sikap kreatif siswa pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit. Besarnya kategori pengaruh penerapan

pembelajaran pada kedua kelas dapat dibedakan dari ketercapaian

peningkatan n-Gain sikap kreatif. Tabel 12 juga memberikan informasi

bahwa 95% sikap kreatif siswa di kelas eksperimen hanya dipengaruhi oleh

pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik. Pada kelas kontrol 84% sikap

kreatif siswa tanpa menggunakan pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, peneliti akan

mendeskripsikan pengaruh pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik dalam

meningkatkan sikap kreatif siswa pada materi larutan elektrolit dan non-

elektrolit. Pengaruh pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik diukur

berdasarkan hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran berbasis isu

sosiosaintifik, lembar observasi sikap kreatif, dan peningkatan rata-rata

nilai n-Gain sikap kreatif siswa. Hasil analisis validitas dan reliabilitas

sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya menunjukkan bahwa

instrumen tes angket sikap kreatif dinyatakan valid dan memiliki derajat

reliabilitas yang tinggi, sehingga layak digunakan sebagai alat pengumpul

data untuk mengukur sikap kreatif siswa.

Selanjutnya dilakukan penelitian dengan melaksanakan pembelajaran

mengenai materi larutan elektrolit dan non-elektrolit dengan perlakuan yang


53

berbeda kepada dua kelas. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah

berupa nilai angket sikap kreatif, nilai lembar observasi sikap kreatif, serta

data hasil observasi keterlaksanaan RPP. Saat penelitian berlangsung,

keterlaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen setiap pertemuannya

diamati oleh 2 orang observer yaitu guru mitra dan rekan penelitian, dengan

tujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan

baik. Berdasarkan data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran yang

telah diperoleh, dapat dilihat bahwa persentase keterlaksanaan pembelajaran

pada kelas eksperiment mengalami peningkatan pada setiap pertemuan.

Persentase rata-rata ketercapaian aspek pengamatan pada pertemuan

pertama lebih rendah jika dibandingkan pada pertemuan kedua, dan ketiga.

Hal tersebut dikarenakan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran

berbasis isu sosiosaintifik yang diterapkan oleh guru sehingga pada

pertemuan pertama suasana pembelajaran kurang kondusif dan membuat

siswa kurang memperhatikan penjelasan guru serta interaksi antara guru

dan siswa masih kurang, selain itu siswa masih kurang aktif proses

pembelajaran.

Pada pertemuan kedua ketercapaian aspek pembelajaran mengalami

peningkatan bila dibandingkan dengan pertemuan pertama. Hal ini karena

pada pertemuan kedua suasana kelas sudah mulai kondusif, sehingga siswa

lebih memperhatikan penjelasan guru, siswa sudah mulai aktif dalam

proses pembelajaran dan sudah adanya interaksi antara guru dan siswa.
54

Peningkatan persentase rata-rata ketercapaian pembelajaran juga terjadi

pada pertemuan ketiga, hal ini karena pada pertemuan seluruh komponen

pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik sudah berjalan dengan baik. Hal

ini sejalan dengan Harjali (2016) yang menyatakan bahwa interaksi guru

dan siswa maupun interaksi antar siswa sangat dipengaruhi oleh segi-segi

afektif atau emosional siswa, seperti rasa kenyamanan dan tanggung

jawab, keindahan, kondisi pembelajaran yang kondusif, tidak ada tekanan

dan tidak ada usaha yang tidak dihargai. Kondisi kelas yang kondusif

secara langsung akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Secara keseluruhan rata-rata persentase keterlaksanaan model pembelajaran

berbasis isu sosiosaintifik pada kelas eksperimen memiliki kriteria “sangat

tinggi”, yang artinya pada kelas eksperimen pembelajaran berbasis isu

sosiosaintifik sudah terlaksana dengan baik.

Pengaruh pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik ditentukan dari

ketercapaian peningkatan sikap kreatif siswa pada materi larutan elektrolit

dan non elektrolit. Sikap kreatif siswa diukur melalui angket sikap kreatif

dan lembar observasi sebagai data pendukung. Berdasarkan analisis data

angket sikap kreatif di kelas eksperimen dan kelas kontrol, terlihat bahwa

terjadi peningkatan pada rata-rata nilai tes sikap kreatif untuk kedua kelas.

Hal ini dapat dilihat pada data hasil penelitian Gambar 2 untuk tes sikap

kreatif siswa. Peningkatan sikap kreatif siswa dikelas eksperiment dan kelas

kontrol ditunjukan dengan besar n-Gain. Analisis data sikap kreatif siswa
55

yang disajikan pada Gambar 3 menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain pada

kelas eksperimen lebih besar dibandingkan pada kelas kontrol , rata-rata n-

Gain siswa kelas eksperimen termasuk ke dalam kriteria “tinggi” dan rata-

rata n-Gain siswa kelas kontrol termasuk ke dalam kriteria “sedang”.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa pada kelas eksperimen

sikap kreatif siswa dengan menggunakan pembelajaran berbasis isu

sosiosaintifik memiliki peningkatan yang lebih tinggi daripada kelas

kontrol tanpa menggunakan pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik. Hal

ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Farida (2016) yang

menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran Context Based Learning (CBL) lebih efektif dalam

mengembangkan sikap kreatif siswa pada praktikum penjernihan air

dibandingkan dengan menggunakan model konvensional. Didukung pula

oleh penelitian Manalu (2012) yaitu penerapan Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan sikap kreatif siswa pada materi

termodinamika.

Kemudian dilakukan analisis data lembar observasi sikap kreatif siswa

sebagai data pendukung pada kelas eksperiment. Sikap kreatif yang diteliti

meliputi sikap ingin tahu, imajinatif, merasa tertantang, berani mengambil

resiko dan sifat menghargai. Berdasarkan perolehan data hasil penelitian,

menunjukkan bahwa persentase siswa termasuk ke dalam kategori sikap

tinggi di setiap aspek sikap kreatif yang diteliti, mengalami peningkatan di


56

setiap pertemuannya. Berikut ini merupakan uraian sikap kreatif yang

dilatihkan dengan pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik yang dinilai

menggunakan lembar observasi.

Sikap rasa ingin tahu dapat diamati pada tahap scientific background yaitu

pada tahap mengidentifikasi isu sosiosaintifik yang disajikan oleh guru.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sikap

rasa ingin tahu siswa pada kategori tinggi mengalami peningkatan pada

setiap pertemuan. Hal ini diperkuat dengan jawaban siswa, yang dapat

dilihat pada hasil kerja siswa berikut ini :

Sikap imajinatif memiliki sub indikator memikirkan bagaimana jika

melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang lain. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sikap imajinatif

siswa pada kategori tinggi mengalami peningkatan. Sikap imajinatif dapat


57

dilihat pada tahap scientific background, pada pertemuan pertama sikap

imajinatif ini terlihat pada saat siswa merancang suatu percobaan, pada

tahap ini siswa berimajinasi dalam merancang percobaan yang akan

dilaksanakan, sehingga menyebabkan indikator sifat imajinatif

berkembang, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sari (2014) bahwa

pembelajaran dengan dilaksanakan praktikum dapat mengembangkan sifat

imajinatif. Hal ini diperkuat juga dengan jawaban siswa, yang dapat

dilihat pada hasil kerja siswa berikut ini :

Pada pertemuan kedua sikap imajinatif terlihat pada tahap decision making

yaitu siswa mampu membuat kesimpulan terkait isu sosiosaintifik

berdasarkan pendapatnya yang telah disajikan. Hasil kesimpulan yang

dibuat oleh siswa, dapat dilihat pada hasil kerja siswa berikut :
58

Pada pertemuan ketiga sikap imajinatif siswa dapat dilihat pada tahap

scientific background yaitu siswa dapat mengidentifikasi gambar molekul

pada LKPD dan pada tahap decision making yaitu siswa mampu membuat

kesimpulan terkait isu sosiosaintifik yang telah di sajikan. Hal ini

diperkuat juga dengan jawaban siswa, dan dapat dilihat pada hasil kerja

siswa berikut ini :


59

Sikap merasa tertantang dapat diamati pada tahap scientific background

yaitu pada saat siswa melakukan suatu percobaan dan pada tahap

evaluation of information yaitu pada saat siswa menjawab pertanyaan -

pertanyaan yang ada pada LKPD. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan diperoleh hasil bahwa sikap merasa tertantang pada kategori

tinggi mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama sikap merasa

tertantang diamati pada tahap scientific background yaitu pada saat siswa

melakukan suatu percobaan, pada tahap ini siswa merasa tertantang dan

membuktikan melalui percobaan, hal ini menyebabkan indikator sikap

merasa tertantang berkembang. Sesuai dengan pernyataan Munandar

(2009) bahwa seorang yang memiliki sikap kreatif akan lebih terorganisasi
60

dalam tindakan atau kinerja. Hal ini diperkuat juga dengan hasil kerja

siswa dalam mengisi tabel hasil pengamatan berikut ini :

Pada pertemuan kedua dan ketiga sikap merasa tertantang terlihat pada

tahap evaluation of information dan yaitu siswa mengerjakan pertanyaan –

pertanyaan yang telah disediakan. Hal ini diperkuat dengan jawaban

siswa, dan dapat dilihat pada hasil kerja siswa berikut ini :

Sikap berani mengambil resiko dapat diamati pada saat siswa mem-

presantasikan hasil percobaan dan mempersentasikan kesimpulan

mengenai isu sosiosaintifik yang disediakan. Pada pertemuan pertama


61

sikap berani mengambil resiko dapat diamati saat siswa mempresentasikan

hasil percobaan, sedangkan pada pertemuan kedua dan ketiga sikap berani

mengambil resiko dapat diamati pada saat siswa mempresentasikan

kesimpulan mengenai isu sosiosantifik yang disajikan. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sikap berani

mengambil resiko pada kategori tinggi mengalami peningkatan. Hal ini

didukung juga oleh data hasil observasi berikut ini :

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Sikap menghargai dapat diamati pada saat siswa dapat menerima pendapat

dan masukan berupa saran atau kritik dari orang lain. Pada pertemuan

pertama sikap menghargai dapat diamati saat siswa menerima pendapat

dan masukan pada saat mempresentasikan hasil percobaan, sedangkan

pada pertemuan kedua dan ketiga sikap menghargai dapat diamati pada

saat siswa dapat menerima pendapat dan masukan pada saat

mempresentasikan kesimpulan mengenai isu sosiosantifik yang disajikan. .

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa sikap

menghargai pada kategori tinggi mengalami peningkatan. Hal ini

didukung juga oleh data hasil observasi berikut ini :


62

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3

Indikator-indikator sikap kreatif yang mengalami peningkatan tinggi pada

setiap pertemuannya yaitu indikator rasa ingin tahu, indikator imajinatif,

dan indikator merasa tertantang. Hal ini dapat diartikan bahwa sikap

kreatif dapat meningkat dengan baik dengan pembelajaran berbasis isu

sosiosaintifik.

Dalam penelitian ini, dilakukan pula uji hipotesis terhadap data angket

awal, angekt akhir serta n-Gain sikap kreatif siswa. Uji yang dilakukan

diantara-nya uji normalitas dan uji homogenitas untuk menunjukan apakah

data hasil penelitian yang telah diperoleh berasal dari populasi yang

berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen atau tidak.

Berdasarkan hasil pengujian baik untuk uji normalitas maupun uji

homogenitas, diperoleh keputusan uji yaitu terima H0, keputusan uji

tersebut menunjukan bahwa data hasil penelitian berasal dari populasi yang

berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.


63

Selain uji normalitas dan homogenitas, dilakukan pula uji perbedaan dua

rata-rata terhadap nilai n-Gain sikap kreatif siswa kelas kontrol dan eks-

perimen. Uji ini dilakukan menggunakan program SPSS 23.0. dengan cara

Independent Sample T-Test. Berdasarkan hasil uji yang disajikan pada data

hasil penelitian Tabel 10, didapatkan keputusan uji yaitu terima H0. Hal ini

mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan rata-rata n-Gain sikap kreatif

siswa yang signifikan secara statistik antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata terhadap angket

awal dan angket akhir sikap kreatif siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol, untuk memperoleh nilai t. Uji ini dilakukan dengan menggunakan

program SPSS 23.0 dengan cara Indepen-dent Sample T Test. Nilai t yang

diperoleh digunakan pada perhitungan effect size, perhitungan ini dilakukan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembelajaran dalam

meningkatkan sikap kreatif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Berdasarkan uji effect size yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa

pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik memiliki pengaruh dengan kategori

“besar” dalam meningkatkan sikap kreatif siswa pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit. Besarnya pengaruh pembelajaran berbasis isu

sosiosaintifik mampu meningkatkan sikap kreatif siswa sampai pada

kategori “tinggi” sementara pada kelas kontrol dimana pembelajarannya

tanpa menggunakan isu sosiosaintifik, peningkatan sikap kretif siswa hanya

sampai pada kategori “sedang”, ini menunjukkan bahwa pembelajaran


64

berbasis isu sosiosaintifik memiliki kecenderungan pengaruh positif

terhadap sikap kreatif siswa

Hasil perhitungan effect size juga menunjukkan bahwa pada kelas

eksperimen 95% sikap kreatif dipengaruhi oleh pembelajaran berbasis isu

sosiosaintifik, sedangkan pada kelas kontrol 84% sikap kreatif dipengaruhi

oleh pembelajaran tanpa menggunakan isu sosiosaintifik. Berdasarkan hal

tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik

berpengaruh dalam peningkatkan sikap kreatif siswa lebih tinggi daripada

pembelajaran tanpa menggunakan pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik

atau pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini relevan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Pambudi (2018) yang menyatakan bahwa

pembelajaran berbasis isu sosiosaintik berpengaruh dalam meningkatkan

literasi kimia dan efikasi diri siswa dengan ukuran pengaruh pada kriteria

“besar” pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Hal ini juga sesuai

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putriana (2018) yang

menyatakan bahwa model pembelajaran menggunakan isu sosiosaintifik

berpengaruh besar untuk meningkatkan literasi kimia dan metakognisi siswa

pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.


65

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data hasil penelitian dan pembahasan dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik berpengaruh dalam peningkatan

sikap kreatif siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Hal

tersebut dapat ditunjukkan melalui perbedaan yang signifikan antara

n-Gain sikap kreatif pada kelas eksperiment dan kelas kontrol, dimana

kelas eksperiment memiliki rerata n-Gain sikap kreatif yang lebih besar

daripada kelas kontrol. Didukung pula oleh data hasil observasi yang

menunjukkan bahwa indikator sikap kreatif meningkat pada setiap

pertemuannya.

2. Ukuran Pengaruh pembelajaran berbasis isu sosiosaintifik pada

pembelajaran kimia dalam meningkatkan Sikap kreatif siswa pada materi

larutan elektrolit dan non elektrolit memiiki kriteria effect size ‘besar’
66

B. Saran

1. Diterapkannya pembelajaran menggunakan SSI untuk materi kimia yang

berkaitan dengan banyak masalah sosio-sains di lingkungan sekitar, karena

dapat meningkatkan sikap kreatif siswa.

2. Bagi guru kimia agar dapat menerapkan pembelajaran menggunakan isu

sosiosaintifik, karena dapat meningkatkan sikap kreatif siswa khususnnya

untuk materi kimia yang terlibat dalam isu-isu sosiosains dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian pada

materi yang berbeda sehingga dapat diketahui hasilnya dan dapat

dibandingkan dengan hasil penelitian ini.


67

DAFTAR PUSTAKA

Alex, S. 2003. Psikologi Umum. Pustaka Setia : Bandung

Arifin, M. 2005, Strategi Belajar Mengajar Kimia, UM Press, Malang.

Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arikunto, S. 2012. Penilaian Program Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta.

Beetleston, F. 2011. Creative Learning. Nusa Media : Bandung

BNSP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah:
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMA/MA. Badan
Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Dennis F. 2009. Berpikir Kreatif. Esensi : Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Balai Pustaka: Jakarta.

Dincer, S. 2015. Effect Of Computer Assisted Learning On


StudentsAchievement in Turkey: a Meta-Analysis. Journal Of Turkish
Science Education, 12 (1).

Farida, N. 2014. Pengaruh Sikap Kreatif Terhadap Hasil Belajar


Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika Universitas
Muhammadiyah metro, 3(2) : 10-15

Farida I, Ratnasari & Sari. 2016. Pengembangan Sikap Kreatif Siswa Pada
Praktikum Penjernihan Air. Jurnal Kimia dan Pendidikan, 1(2).

Hake, R. R. 2002. Relationship of Individual Student Normalized


Learning Gains in Mathematics with Gender, High School,
Physics, and Pre Test Scores in Mathematics and Spatial
Visualization. Physics Education Research Conference
68

Harjali. 2016. Strategi Guru dalam Membangun Lingkungan Belajar yang


Kondusif: Studi Fenomologi pada Kelas-kelas Sekolah Menengah Pertama di
Ponorogo. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 23 (1): 10-19.

Huck, S. 2008.Reading Statistics and Research 5th Edition.Pearson/


Allynand Bacon: Boston.
Jahjouh, Y. 2014. The Effectiveness of Blended E-Learning Forum in
Planning for Science Instruction.Journal of Turkish Science
Education,11(4): 3-16.

Keppel, G., dan Wickens, T. D. 2004.Design and Analysis: a Researcher’s


Handbook. Upper Saddle River, NJ.: Pearson Prentice Hall.

Lathifah, A. S., dan Susilo, H. 2015. Penerapan Pembelajaran Socioscientific


Issues melalui Metode Simposium berbasis Lesson Study untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa pada Mata Kuliah
Biologi Umum. Dalam Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi,
9- 19.

Manalu, L.F., Asmadi, M.N., & Rasmiwetti 2012, Penerapan Model


Pembelajaran Tipe STAD untuk Meningkatkan Sikap Kreatif Siswa pada
Pokok Bahasan Termokimia di Kelas XI IPA SMAN 3 Pekanbaru. Riau:
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP UniversitasRiau,
(www.repository.unri.ac.id).

Mazfufah, N.F. 2017. Pengaruh Metode Diskusi Isu-Isu Sosiosaintifik


Terhadap Kemampuan Penalaran Ilmiah Peserta Didik.
Skripsi.Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.: Jakarta.

Meristin, A . 2017. Desain Pembelajaran Inkuiri Laboratorium Pada


Pembuatan Pewarna Alami Makanan Dari Kulit Buah Naga
(Hylocereus Polyrhizus) Melalui Ekstraksi Untuk Mengembangkan
Kreativitas Siswa. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia.: Bandung

Monty P. dan Fidales E.. 2003. Mendidik Kecerdasan. Media Grafika : Jakarta

Munandar, U. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, PT


Gramedia, Jakarta.

Munandar, U. 2009. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, PT


Gramedia, Jakarta.

Munandar, S.C.U. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka


Cipta : Jakarta

Nava, P. 2016. Instrument Penilaian Sikap Ilmiah Siswa Berbasis Peer


Assessment Pada Praktikum Kesetimbangan Kimia. Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung
69

Novak. 2010. Learning, creating, and using knowledge: concept maps as


facilitative tools in schools and corporations, New York. NY : Routledge
Taylor & Francis Group.

Olejnik, S., dan J. Algina. 2003. Measures of Effect Size for Comparative
Studies :Applications, Interpretations, and Limitations Designs.
PsicologycalMethods, 8 (4): 434-447.

Poerwadarminta, W. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai


Pustaka : Jakarta.

Pambudi, S F. 2018. Pengaruh Penggunaan Isu Sosiosaintifik Untuk


Meningkatkan Kemampuan Literasi Kimia Dan Efikasi Diri Siswa Pada
Materi Larutan Elektrolit Dan Non-Elektrolit. Skripsi Universitas
Lampung : Bandar Lampung.

Putriana. 2018. Pengaruh Penggunaan Isu Sosiosaintifik Untuk


Meningkatkan Kemampuan Literasi Kimia Dan Metakognisi Siswa Pada
Materi Larutan Elektrolit Dan Non-Elektrolit. Skripsi Universitas
Lampung : Bandar Lampung.

Rahayu, S., A. Cahyarini dan Yahmin. 2016. The Effect Of 5e Learning Cycle
Instructional Model Using Socioscientific Issues (Ssi) Learning Context On
Students’ Critical Thinking. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 5(2), 222-
229.

Sadler, T. D., Zeidler, D. L. .2002. The Morality of Socioscientific


Issues: Construal and Resolution of Genetic Engineering Dilemmas.
Science Education 88: 4 – 27. DOI 10.1002/sce.10101

Santoso, A. 2010.Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian di


Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.Jurnal Penelitian, 14(1):
1-17.

Sari. 2014. Pengembangan Kreativitas Mahasiswa Calon Guru Kimia dalam


Pembelajaran dengan Metode Inkuiri Laboratorium melalui Tema
Minuman Kemasan. Tesis. Upi Bandung

Smith, K.C. & Nakhleh, M.B. 2011.Universitystudents’conceptionsofbonding in


melting and dissolving phenomena.Chemistry Education Research and
Practice, (4),398–408.

Subiantoro, A.W., Aryanti, N.A., Rifai, M. & Ahmad, J.K.. 2012. Socio
Scientific Issues-Based Instruction dalam Pelajaran Biologi Lingkungan
dan Pengaruhnya Terhadap Reflective Judgmentdan Penguasaan Konsep
Siswa Kelas X Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Laporan Penelitian Dosen Yunior Anggota Pusdi Tahun Anggaran 2012.
Pusat Penelitian Budaya, Kawasan, dan Lingkungan Hidup Lembaga
70

Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri


Yogyakarta.

Subiantoro, A. W. Ariyanti, N. A., dan Sulistyo. 2013. Pembelajaran Materi


Ekosistem dengan Socio-Scientific Issues dan Pengaruhnya Terhadap
Reflective Judgment Siswa. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 2(1): 41-
47.

Sudjana, N. 2005.Metode Statistika. Transito. Bandung.

Suharnan.2011. Kreativitas Teori dan Pengembangan. Laros : Surabaya

Sunyono, 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi


(Model SiMaYang). Aura Printing & Publishing. Bandar Lampung.

Tim Penyusun. 2014. Permendikbud No. 59 Tahun 2014 Lampiran III


Tentang PMP Mata Pelajaran Kimia SMA. Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta.

Tim Penyusun. 2016. Permendikbud No 16 Tahun 2016 Tentang Standar Isi


Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia

Yuliastini, I.B, Rahayu, S. & Fajaroh, F.. 2016. POGIL Berkonteks Socio
Sciencetific Issus (SSI) dan Literasi Kimia Siswa SMK. Pros. Semnas
Pendidikan IPA Pascasarjana UM.Vol.1. Malang: Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.

Zain, B. 1996.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pustaka Sinar : Jakarta

Zeidler, D. L., Sadler, T. D., Simmons, M. L., & Howes. E. V. 2005. Beyond
STS: A Research-Based Framework for Socioscientific Issues Education.
Wiley InterScience, 89: 357-377.

Anda mungkin juga menyukai