Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

Ileus

Disusun Oleh :

Alexander Yosua Santoso

112017255

Pembimbing :

dr. Budi Suanto, Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RS IMANUEL WAY HALIM – BANDAR LAMPUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

PERIODE 03 Desember 2018 – 09 Februari 2019


BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai,
merupakan 60–70% dari seluruh kasus akut abdomen di luar kasus apendisitis akut. Dijumpai
dengan perbandingan yang serupa antara wanita dan pria. Obstruksi usus halus merupakan
komplikasi utama yang sering dilaporkan terkait dengan riwayat operasi abdomen sebelumnya.
Adhesive bands merupakan penyebab yang tersering dari obstruksi yaitu 60% pada berbagai
kelompok usia, neoplasma abdomen 20%, hernia strangulata atau inkarserata 10%, dan
penyakit radang usus (inflammatory bowel diseases) 5%. Berdasarkan usia, hernia merupakan
penyebab tersering pada usia kanak-kanak, dan karsinoma kolorektal serta diverkulitis pada
usia lebih tua. Kebanyakan obstruksi usus (85%) terjadi dalam usus halus dan sisanya pada
usus besar (15%). Apabila ditangani dini, dengan resusitasi cairan dan elektrolit yang segera,
dekompresi intestinal dan antibiotik, mortalitas kurang dari 10%.1,2,3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ileus Obstruktif

2.2.1 Definisi
Ileus obstruktif adalah gangguan pasase usus akibat suatu penyumbatan pada
usus, dimana terdapat sumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya
isi usus, yaitu oleh karena kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus
terhalang dan tertimbun dibagian proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah
proksimal tersebut akan terjadi distensi atau dilatasi usus. Dapat terjadi pada usus halus
maupun usus besar.4

2.2.2 Epidemiologi

Hernia strangulata adalah salah satu keadaan darurat yang sering dijumpai oleh
dokter bedah dan merupakan penyebab obstruksi usus terbanyak. Sekitar 44% dari
osbtruksi mekanik usus disebabkan oleh hernia eksterna yang mengalami
strangulasi.5
Di negara berkembang seperti Indonesia , adhesi bukanlah sebagai penyebab
utama terjadinya obstruksi usus. Penyebab tersering obstruksi usus di Indonesia
adalah hernia, baik sebagai penyebab obstruksi sederhana (51%) maupun obstruksi
usus strangulasi (63%).5,6
Adhesi pasca operasi timbul setelah terjadi cedera pada permukaan jaringan,
sebagai akibat insisi, kauterisasi, jahitan atau mekanisme trauma lainnya. Dari
laporan terakhir pasien yang telah menjalani sedikitnya operasi intra abdomen, akan
berkembang adhesi satu hingga lebih dari sepuluh kali. Obsruksi usus merupakan
salah satu konsekuensi klinik yang penting. Di Negara maju adhesi intra abdomen
merupakan penyebab terbanyak terjadinya obstruksi usus. Pada pasien digestif yang
memerlukan tindakan reoperasi, 30-41% disebabkan obstruksi usus akibat adhesi.
Untuk obstrusi usus akibat adhesi halus, proporsi ini meningkat hingga 65-75%.5.6
2.2.3 Klasifikasi5,7
1) Berdasarkan lokasi obstruksi
 Letak tinggi : bila mengenai usus halus (gaster-ileum terminal)
 Letak rendah : bila mengenai usus bersar (ileum terminal-anus)
2) Berdasarkan sifat sumbatan
 Partial obstruction : terjadi sumbatan sebagian lumen.
 Simple obstruction : terjadi sumbatan total yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah. Biasanya terjadi pada obstruksi usus yang disebabkan oleh
tumor atau askaris.
 Strangulated obstruction : terjadi jepitan pembuluh darah sehingga terjadi
iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren. Biasanya terjadi
pada obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan
volvulus.

2.2.3 Etiologi
Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh :5,7,8
a. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus
obstuktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh
riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi
intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar
5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.
Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif didalam
masa anak-anak.
b. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau
parastomal) merupakanyang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus
obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak
mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal,
kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa
menyebabkan hernia.
c. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi
intralumen, sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat
menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.
d. Askariasis. Cacing askariasis hidup diusus halus bagian jejunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi diberbagai
bagian diusus halus, tetapi biasanya ileum terminal yang merupakan tempat
lumen paling sempit. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan
padat terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau
hampir mati akibat permberian obat cacing. Segmen usus yang penuh dengan
cacing beresiko tinggi untuk mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi.
e. Penekanan ekternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, dan
penumpukan cairan.
f. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi
akut selama masa infeksi atau karana striktur yang kronik.
g. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti
malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
h. Batu empedu yang melalui fistula kolesistoduodenal ,menyebabkan batu
empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat
terjepit diusus halus, umumnya pada bagian ileum
i. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskemia, inflamasi, terapi
radiasi, atau trauma operasi.
Ekstramural Intramural Intraluminar
Adhesi Intususepsi Batu empedu
Hernia Penyakit Crohn Benda asing
Neoplasma Kongenital (volvulus) Ascaris
Volvulus Striktur

Tabel 1. Klasifikasi Ileus Berdasarkan Etiologi

2.2.4 Manifestasi Klinis

Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :

1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Konstipasi
Gejala utama dari obstruksi ialah nyeri kolik, mual dan muntah dan obstipasi.
Adanya flatus atau feses selama 6-12 jam setelah gejala merupakan ciri khas dari
obstruksi parsial. Nyeri kram abdomen bisa merupakan gejala penyerta yang
berhubungan dengan hipermotilitas intestinal proksimal daerah obstruksi. Nyerinya
menyebar dan jarang terlokalisir, namun sering dikeluhkan nyeri pada bagian tengah
abdomen. Saat peristaltik menjadi intermiten, nyeri kolik juga menyertai. Saat nyeri
menetap dan terus menerus kita harus mencurigai telah terjadi strangulasi dan infark.5
Tanda-tanda obstruksi usus halus juga termasuk distensi abdomen yang akan
sangat terlihat pada obstruksi usus halus bagian distal ileum, atau distensi bisa tak
terjadi bila obstruksi terjadi di bagian proksimal usus halus, dan peningkatan bising
usus. Hasil laboratorium terlihat penurunan volume intravaskuler, adanya
hemokonsentrasi dan abnormalitas elektrolit. Mungkin didapatkan leukositosis
ringan.7,8
Muntah terjadi setelah terjadi obstruksi lumen intestinal dan menjadi lebih
sering saat telah terjadi akumulasi cairan di lumen intestinal. Derajat muntah linear
dengan tingkat obstruksi, menjadi tanda yang lebih sering ditemukan pada obstruksi
letak tinggi.8 Kegagalan untuk defekasi dan flatus merupakan tanda yang penting untuk
membedakan terjadinya obstruksi komplit atau parsial. Defekasi masih terjadi pada
obstruksi letak tinggi karena perjalan isi lumen di bawah daerah obstruksi. Diare yang
terus menerus dapat juga menjadi tanda adanya obstruksi partial.7,8
Tanda-tanda pada pemeriksaan fisik dapat saja normal pada awalnya, namun
distensi akan segera terjadi, terutama pada obstruksi letak rendah. Tanda awal yang
muncul ialah penderita segera mengalami dehidrasi. Massa yang teraba dapat di
diagnosis banding dengan keganasan, abses, ataupun strangulasi. Auskultasi digunakan
untuk membedakan pasien menjadi tiga kategori : loud, high pitch dengan burst
ataupun rushes yang merupakan tanda awal terjadinya obstruksi mekanik. Saat bising
usus tak terdengar dapat diartikan bahwa obstruksi telah berlangsung lama, ileus
paralitik atau terjadinya infark. Seiring waktu, dehidrasi menjadi lebih berat dan tanda-
tanda strangulasi mulai tampak. Pemeriksaan lipat paha untuk mengetahui adanya
hernia serta rectal toucher untuk mengetahui adanya darah atau massa di rectum harus
selalu dilakukan.7
Tanda-tanda terjadinya strangulasi seperi nyeri terus menerus, demam,
takikardia, dan nyeri tekan bisa tak terdeteksi pada 10-15% pasien sehingga
menyebabkan diagnosis strangulasi menjadi sulit untuk ditegakkan. Pada obstruksi
karena strangulasi bisa terdapat takikardia, nyeri tekan, demam, leukositosis . Penting
dicatat bahwa parameter ini tak dapat digunakan untuk membedakan antara obstruksi
sederhana dan strangulasi sebelum terjadinya iskemia irreversible.5,7,8

2.2.5 Diagnosis Ileus Obstruksi

Pada anamnesis sering dapat ditemukan penyebab yang misalnya berupa adhesi dalam
karena pernah dioperasi atau terdapat hernia. Gejala umum berupa syok,oliguri dan
gangguan elektrolit. Selanjutnya ditemukan meteorismus dan kelebihan cairan diusus,
hiperperistaltis berkala berupa kolik yang disertai mual dan muntah. Kolik tersebut terlihat
pada inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu
serangan kolik, hiperperistaltis yang terdengar jelas sebagai bunyi nada tinggi. Penderita
tampak gelisah dan menggeliat sewaktu kolik dan setelah satu dua kali defekasi tidak ada
lagi flatus atau defekasi. Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk
mencari adanya nyeri tumpul dan pembengkakan atau massa yang abnormal. Gejala
permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan buang air besar terutama
berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai kolik pada perut bagian bawah. Pada
inspeksi diperhatikan pembesaran perut yang tidak pada tempatnya misalnya pembesaran
setempat karena peristaltis yanghebat sehingga terlihat gelombang usus ataupun kontur
usus pada dinding perut. Biasanya distensi terjadi pada sekum dan kolon bagian proksimal
karena bagian ini mudah membesar.5,6
Pada auskultasi dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari fungsi usus (bising usus).
Dengan adanya obstruksi, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada tinggi
seperti gemerincing logam (metallic sound), atau tidak terdengar sama sekali.Nilai
laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi hemokonsentrasi,leukositosis,
dan gangguan elektrolit. Pada pemeriksaan radiologis, dengan posisi tegak,terlentang dan
lateral dekubitus menunjukkan gambaran anak tangga dari usus kecil yang mengalami
dilatasi dengan air fluid level. Pemberian kontras akan menunjukkan adanya obstruksi
mekanis dan letaknya. 6,7
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus. Pada urinalisa, berat jenis
bisa meningkat dan ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik.
Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi kemungkinan sudah ter jadi
peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.6,7,8

2.2.7 Gambaran Radiologi


Foto polos abdomen sangat bernilai dalam menegakkan diagnosis ileus
obstruksi.Sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan sinar mendatar. Posisi datar
perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan sikap tegak untuk melihat batas udara
serta letak obstruksi. Secara normal lambung dan kolon terisi sejumlah kecil gas tetapi
pada usus halus biasanya tidak tampak.7,8
Gambaran radiologi dari ileus berupa distensi usus dengan multiple air fluid
level,distensi usus bagian proksimal, absen dari udara kolon pada obstruksi usus halus.
Obstruksi kolon biasanya terlihat sebagai distensi usus yang terbatas dengan gambaran
haustra, kadang-kadang gambaran massa dapat terlihat. Pada gambaran radiologi, kolon
yang mengalami distensi menunjukkan gambaran seperti ‘pigura’ dari dinding
abdomen.
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto
abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara
lain :
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
- Dilatasi di proximal sumbatan dan kolaps usus di bagian distal sumbatan.
- Coil spring appearance
- Herring bone appearance
- step ladder sign
2. Ileus obstruksi letak rendah :
- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen
- Air fluid level di kolon. Sedangkan pada ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan
dilatasi usus yang menyeluruh dari gaster sampai rectum
2.2.8 Tatalaksana5,7,8
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan
untuk menghilangkan penyebab obstruksi.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah dan mengurangi
distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi
cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum
tercapai, dilakukan laparatomi. Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi
dan tanda-tanda vital sudah stabil. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin.

2. Operasi
Tindakan bedah dilakukan bila sudah terjadi keadaan seperti: strangulasi,
obstruksi , hernia inkarserata.

2.3 Ileus Paralitik

2.3.1 Definisi

Gangguan pasase usus oleh karena gangguan peristaltik disebut sebagai ileus
paralitik, dimana tidak ada obstruksi.7,8

2.3.2 Etiologi

Ileus pada pasien rawat inap ditemukan pada proses intraabdominal seperti
pasca pembedahan perut dan saluran cerna; sakit berat seperti pneumonia, sepsis atau
infeksi berat, uremia, diabetes ketoasidosis, dan ketidakseimbangan elektrolit
(hipokalemia, hiperkalsemia, hipomagnesemia, hipofosfatemia) dan obat-obatan yang
mempengaruhi motilitas usus . Setelah pembedahan, usus halus biasanya pertama kali
yang kembali normal dalam beberapa jam.
Ileus terjadi karena hipomotilitas dari saluran pencernaan tanpa adanya
obstruksi usus mekanik. Diduga, otot dinding usus terganggu dan gagal untuk
mengangkut isi usus. Kurangnya tindakan pendorong terkoordinasi menyebabkan
akumulasi gas dan cairan dalam usus.
Meskipun ileus disebabkan banyak faktor, keadaan pascaoperasi adalah
keadaan yang paling umum untuk terjadinya ileus. Ileus kembali normal spontan dalam
2-3 hari, setelah motilitas sigmoid kembali normal. Ileus yang berlangsung selama lebih
dari 3 hari setelah operasi dapat disebut ileus adynamic atau ileus paralitik pascaoperasi.
Sering, ileus terjadi setelah operasi intraperitoneal, tetapi mungkin juga terjadi setelah
pembedahan retroperitoneal dan extra-abdominal. Durasi terpanjang dari ileus tercatat
terjadi setelah pembedahan kolon. Laparoskopi reseksi usus dikaitkan dengan jangka
waktu yang lebih singkat daripada reseksi kolon ileus terbuka. 7,8

2.3.2 Patofisiologi
Patofisiologi dari ileus paralitik merupakan manifestasi dari terangsangnya
sistem saraf simpatis dimana dapat menghambat aktivitas dalam traktus
gastrointestinal, menimbulkan banyak efek yang berlawanan dengan yang ditimbulkan
oleh sistem parasimpatis. Sistem simpatis menghasilkan pengaruhnya melalui dua cara:
(1) pada tahap yang kecil melalui pengaruh langsung norepineprin pada otot polos
(kecuali muskularis mukosa, dimana ia merangsangnya), dan (2) pada tahap yang besar
melalui pengaruh inhibitorik dari noreepineprin pada neuron-neuron sistem saraf
enterik. Jadi, perangsangan yang kuat pada sistem simpatis dapat menghambat
pergerakan makanan melalui traktus gastrointestinal.7,8
Hambatan pada sistem saraf parasimpatis di dalam sistem saraf enterik akan
menyebabkan terhambatnya pergerakan makanan pada traktus gastrointestinal, namun
tidak semua pleksus mienterikus yang dipersarafi serat saraf parasimpatis bersifat
eksitatorik, beberapa neuron bersifat inhibitorik, ujung seratnya mensekresikan suatu
transmitter inhibitor, kemungkinan peptide intestinal vasoaktif dan beberapa peptide
lainnya.8
Menurut beberapa hipotesis, ileus pasca operasi dimediasi melalui aktivasi
hambat busur refleks tulang belakang. Secara anatomis, 3 refleks berbeda yang terlibat:
ultrashort refleks terbatas pada dinding usus, refleks pendek yang melibatkan ganglia
prevertebral, dan refleks panjang melibatkan sumsum tulang belakang. Refleks panjang
yang paling signifikan.8
Respon stres bedah mengarah ke generasi sistemik endokrin dan mediator
inflamasi yang juga mempromosikan perkembangan ileus.
Penyakit/ keadaan yang menimbulkan ileus paralitik dapat diklasifikasikan
seperti yang tercantum dibawah ini:
Kausa Ileus Paralitik
1. Neurogenik. Pasca operasi, kerusakan medulla spinalis, keracunan timbal, kolik
ureter, iritasi persarafan splanknikus, pankreatitis.
2. Metabolik. Gangguan keseimbangan elektrolit (terutama hipokalemia), uremia,
komplikasi DM, penyakit sistemik seperti SLE, sklerosis multiple
3. Obat-obatan. Narkotik, antikolinergik, katekolamin, fenotiazin, antihistamin.
4. Infeksi/ inflamasi. Pneumonia, empiema, peritonitis, infeksi sistemik berat
lainnya.
5. Iskemia Usus.
6. Neurogenik
- Refleks inhibisi dari saraf afferent: incisi pada kulit dan usus pada
operasi abdominal.
- Refleks inhibisi dari saraf efferent: menghambat pelepasan
neurotransmitter asetilkolin.
7. Inflamasi
a. Makrofag: melepaskan proinflammatory cytokines (NO).
b. prostaglandin inhibisi kontraksi otot polos usus.
8. Farmakologi
Opioid menurunkan aktivitas dari neuron eksitatorik dan inhibisi dari
pleksus mienterikus. Selain itu, opioid juga meningkatkan tonus otot polos usus
dan menghambat gerak peristaltik terkoordianasi yang diperlukan untuk
gerakan propulsi.
a. Opioid: efek inhibitor, blockade excitatory neurons yang mempersarafi
otot polos usus.
2.3.3 Manifestasi Klinik
Ileus paralitik ditandai oleh tidak adanya gerakan usus yang disebabkan oleh
penghambatan neuromuscular dengan aktifitas simpatik yang berlebihan. Sangat
umum, terjadi setelah semua prosedur abdomen, gerakan usus akan kembali normal
pada: usus kecil 24 jam, lambung 48 jam, kolon 3-5 hari.
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung ,anoreksia, mual dan
obstipasi. Muntah mungkin ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada
ileus paralitik ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi.
Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai nyeri kolik
abdomen yang paroksismal.7,8
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen, perkusi timpani
dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat tidak terdengar sama sekali.
Pada palpasi, pasien hanya menyatakan perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak
ditemukan adanya reaksi peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila
penyakit primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran
peritonitis.7

2.3.4 Diagnosis
Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa bising usus
menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan pelebaran udara usus halus
atau besar.7,8
Anamnesis pada ileus paralitik sering ditemukan keluhan distensi dari usus,
rasa mual dan dapat disertai muntah. Pasien kadang juga mengeluhkan tidak bisa BAB
ataupun flatus, rasa tidak nyaman diperut tanpa disertai nyeri.
Pemeriksaan fisik, pada inspeksi dapat ditemukan tanda-tanda generalisata
dehidrasi, yang mencakup kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada
abdomen harus dilihat adanya distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen.
Pada pasien yang kurus tidak terlihat gerakan peristaltik. Pada palpasi bertujuan
mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri tekan, yang mencakup
‘defence muscular’ involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang
abnormal untuk mengetahui penyebab ileus. Perkusi hipertimpani. Auskultasi, bising
usus lemah atau tidak ada sama sekali (silent abdomen).6,7,8

2.3.5 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan laboratorium mungkin dapat membantu mencari kausa penyakit.
Pemeriksaan yang penting untuk dimintakan adalah leukosit darah, kadar elektrolit,
ureum, glukosa darah. Foto polos abdomen sangat membantu untuk menegakkan
diagnosis. Pada ileus paralitik akan ditemukan distensi lambung, usus halus dan usus
besar. Apabila dengan pemeriksaan foto polos abdomen masih meragukan, dapat
dilakukan foto abdomen dengan mempergunakan kontras.7,8
Gambar 2 . Ileus Paralitik. 7

2.3.6 Tatalaksana
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif, serta memperbaiki
penyebab.6,7,8

2.3.7 Diagnosis banding


Masalah lain yang perlu dipertimbangkan untuk ileus adalah pseudo-obstruksi,
juga disebut sebagai sindrom Ogilvie.7,8

2.3.8 Pseudo-obstruksi
Pseudo-obstruksi didefinisikan sebagai penyakit akut, ditandai dengan distensi
dari usus besar. Pseudo-obstruksi ini terbatas pada usus besar saja, sedangkan ileus
melibatkan baik usus kecil dan usus besar.
Pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan tanda perut kembung tanpa rasa sakit,
namun pasien bisa juga mempunyai gejala mirip obstruksi. Radiografi dari foto polos
abdomen mengungkapkan adanya keadaan yang terisolasi, dilatasi usus proksimal yang
membesar,
Distensi kolon dapat mengakibatkan perforasi caecum, terutama jika diameter
caecum melebihi 12 cm. Tingkat kematian untuk pseudo-obstruksi adalah 50% jika
pasien berkembang menjadi nekrosis iskemik dan perforasi.8
Perawatan awal meliputi hidrasi, pemasangan NGT, koreksi ketidakseimbangan
elektrolit, dan penghentian obat yang menghambat motilitas usus. Dekompresi cukup
efektif dalam mengurangi pseudo-obstruksi. Neostigmine (2.5 mg) intravena mungkin
juga efektif, menghasilkan perbaikan pseudo-obstruksi .7,8
BAB III
KESIMPULAN

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang segera memerlukan pertolongan atau
tindakan. Ileus obstruksi adalah gangguan pasase usus yang jelas terdapat obstruksi dimana
mengganggu jalan isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Ileus paralitik adalah
keadaan dimana usus gagal atau tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk
menyalurkan isinya. Empat gejala kardinal yang bisa dijumpai pada pasien dengan ileus
diantara berupa, nyeri abdomen,muntah, distensi dan konstipasi. Tatalaksana definitif dari ileus
bergantung pada penyebab yang mendasari terjadinya ileus. Foto polos abdomen dapat
membantu untuk menentukan apakah ileus pada pasien disebabkan karena adanya obstruksi
atau tidak. Apabila jelas nyata ileus pada seorang pasien disebabkan karena adanya suatu
obstruksi, maka tindakan operasi perlu dipikirkan. Sedangkan pada ileus yang sudah jelas
penyebabnya bukan karena adanya suatu obstruksi,maka perlu dicari penyebab dari paralitik,
yang misalnya disebabkan karena ketidakseimbangan elektrolit seperti kalium, glukosa darah
yang tinggi pada penderita diabetes melitus, maupun kadar ureum yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Schultz, C. Bowel Obstruction. Dalam: Emergency Medicine Quick Glance. Editor:


Newton, C., Khare, R. McGraw-Hill Professional, 2006. 135-8.
2. Attard JP, MacLean AR. Adhesive small bowel obstruction: epidemiology, biology and
prevention. Canadian Journal of Surgery ; 2007, 50 (4), 291-300
3. Acute appendicitis presenting as small bowel obstruction: two case reports. Diakses
dari : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2803903/
4. Kumar P, Clark M. Clinical medicine. London : Elsevier, 2012. P.301
5. Diagnosis dan tatalaksana ileus obstruktif. Diunduh dari :
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=82529&val=970&title=IL
EUS%20OBSTRUCTION,%20DIAGNOSIS%20AND%20MANAGEMENT
6. Garden OJ, Parks RW. Priciple and practice of surgery. Edinburgh : Elsevier, 2018.
P.264
7. Adams JG, Barton ED, Collings J. Emergency medicine. Clinical Essentials. China :
Elsivier, 2013. P 331
8. Feldman M, Friedman LS, Brandt LJ. Gastrointestinal dan liver disease. Canada :
Elsevier, 2010. P 2021-33

Anda mungkin juga menyukai