2, 80-89
ISSN 1412 - 3681
Faktor Faktor yang Mempengaruhi Investasi Asing Langsung pada Sektor Perkebunan
di Indonesia
RIZKY P. LUBIS, MUHAMMAD FIRDAUS, HENDRO SASONGKO
Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia
Email Korespondensi: 1bsriszky@gmail.com, firdausfemipb@yahoo.com
Abstrak
Realisasi investasi di Indonesia didominasi oleh investor asing di mana sektor padat modal seperti industri
pertambangan adalah fokus utama. Untuk memperkuat peran mereka dalam ekonomi nasional, investor
asing harus diarahkan ke sektor perkebunan karena memiliki peran besar dalam penyerapan tenaga kerja dan
neraca perdagangan yang positif. Menurut MP3EI, realisasi investasi di sektor perkebunan telah mencapai 2,29
persen Maret 2013 yang masih di bawah target. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor
penentu investasi dilakukan analisis vektor error correction model asing langsung dan strategi dirumuskan
dengan menggunakan matriks SWOT untuk meningkatkan sektor perkebunan Indonesia. Variabel yang
digunakan dalam model ini adalah investasi langsung asing, nilai ekspor, nilai tukar, suku bunga domestik, suku
bunga di Amerika Serikat Negara, indeks harga konsumen, produk domestik bruto dan krisis sebagai variabel
dummy. Alternatif strategi dirumuskan model SWOT didasarkan pada kuesioner dan wawancara responden
dirancang dalam rangka proses hirarki analisis. Hasil dari model yang menyarankan bahwa nilai tukar jangka
pendek, nilai ekspor, suku bunga Amerika Serikat, produk domestik bruto dan indeks harga konsumen memiliki
dampak positif terhadap investasi asing langsung. Pada krisis sisi lain memiliki dampak negatif. Sementara itu di
jangka panjang, suku bunga domestik, indeks produk domestik bruto dan harga konsumen memiliki dampak
positif tetapi krisis memiliki kontribusi negatif. Prioritas strategi untuk meningkatkan investasi asing langsung di
sektor perkebunan Indoensia dapat dilakukan melalui harmonisasi antara peraturan pemerintah pusat dan
daerah.
Kata kunci: Investasi Asing Langsung, Vector Error Correction Model, SWOT Matriks
80
Jurnal Bisnis & Manajemen, 2015, Vol. XVI, No. 2, 80-89
ISSN 1412 - 3681
PENDAHULUAN MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia), capaian realisasi
Latar Belakang investasi di sektor perkebunan hanya sebesar 2.29
Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang persen dibandingkan dengan target yang ditetapkan.
Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan sebuah Tujuan
langkah besar permerintah dalam mencapai visi Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas
Indonesia Mandiri, Maju, Adil dan Makmur yang maka tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis
menjadi arah pembangunan ekonomi Indonesia faktor-faktor yang mempengaruhi investasi asing
hingga tahun 2025. MP3EI merupakan sebuah konsep langsung sektor perkebunan di Indonesia dan (2)
yang komprehensif dalam dengan memadukan Merumuskan strategi untuk meningkatkan investasi
berbagai potensi wilayah Indonesia dengan asing langsung di sektor perkebunan di Indonesia.
berbagai dinamika. Latar belakang dari Perpres
tersebut tersirat kekhawatiran bahwa tantangan Kerangka Teori
pembangunan ekonomi Indonesia tidak mudah Investasi Asing Langsung
diselesaikan karena mengharuskan untuk senantiasa Menurut Undang Undang No 25 Tahun 2007 tentang
siap terhadap perubahan. Untuk melaksanakan Penanaman Modal Pasal (1) butir (3) penanaman
langkah tersebut diperlukan investasi senilai Rp 4.012 modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
Triliun, dimana Pemerintah hanya akan berkontribusi melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia
sebesar 10 persen dan BUMN sebesar 18 persen. yang dilakukan oleh penanaman modal asing baik
Sementara kontribusi investasi pihak swasta sebesar yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
51 persen, sedangkan sisanya sebesar 21 persen yang berpatungan dalam negeri. Penanaman modal
akan dilaksanakan secara bauran antara pemerintah, asing ini wajib dalam bentuk perseroan terbatas dan
BUMN dan swasta. dilakukan dengan cara mengambil bagian saham pada
saat pendirian perseroan terbatas, membeli saham.
Realisasi investasi di Indonesia saat ini didominasi
oleh penanam modal asing dengan fokus investasi Faktor yang mempengaruhi Investasi Asing Langsung
pada sektor pertambangan yang merupakan sektor Menurut Yati, (2007), secara konseptual, pilihan
padat modal. Kontribusi sektor pertambangan investor asing untuk menanamkan investasinya
terhadap penyerapan tenaga kerja terbilang rendah dalam bentuk investasi asing langsung, dibanding
hanya sebesar 1.44 persen, dibandingkan penyerapan bentuk modal lainnya di suatu negara, dipengaruhi
tenaga kerja di sektor perkebunan. Sektor perkebunan oleh kondisi dari negara penerima investasi asing
merupakan sektor yang memiliki penyerapan tenaga langsung (pull factors) maupun kondisi dan strategi
kerja terbesar dibandingkan dengan seluruh sektor dari penanam modal asing (push factors).
lainnya dengan kontribusi sebesar 19.06 persen.
Sektor perkebunan juga sebagai penyumbang devisa Pull factor merupakan kebijakan pemerintah yang
terbesar di sektor pertanian karena memiliki surplus menguntungkan investor yang mempengaruhi
neraca perdagangan yang besar. Oleh karena itu, gelombang penanaman modal asing di suatu negara.
pemerintah seharusnya mengarahkan investasi asing Salah satu faktor penarik investor di Indonesia yakni
langsung terhadap sektor perkebunan. Indonesia meningkatnya tingkat daya beli domestik masyarakat
merupakan eksportir terbesar minyak sawit dunia, Indonesia. Push factor merupakan faktor pendorong
produsen kakao dan karet terbesar ke-2 dunia, MNC (multinational company) untuk memindahkan
dengan faktor input seperti luas lahan, buruh yang lokasi operasinya ke luar negeri adalah meningkatnya
terampil dan tersedia dalam jumlah yang cukup biaya biaya lahan, upah tenaga kerja di home country
serta kebutuhan dunia akan bahan pokok hasil yang membuat banyak kegiatan usaha yang turun
perkebunan yang bervariatif seperti minyak sawit, daya saingnya sehingga menurunkan tingkat return
karet, dan coklat sangat potensial untuk ditanam di investor, sementara di host country miskin modal dan
Indonesia sehingga merupakan pull factor investasi memiliki tingkat upah buruh yang rendah sehingga
asing di sektor perkebunan. Berdasarkan laporan kombinasi ini yang melatarbelakangi dilakukannya
81
Jurnal Bisnis & Manajemen, 2015, Vol. XVI, No. 2, 80-89
ISSN 1412 - 3681
pengembangan produksi lintas negara. Salah satu Untuk penelitian ini akan digunakan teknik matriks
faktor yang mendorong Jepang melakukan investasi di internal dan eksternal untuk memperoleh isu strategis
Indonesia yakni menguatnya nilai tukar mata uang yen dan kombinasi strategi dari hasil silangan matriks bagi
yang mengakibatkan biaya produksi di negeri sakura peningkatan investasi asing langsung pada sektor
menjadi mahal, disampig itu Indonesia merupakan perkebunan di Indonesia. Semua narasi dari analisa
negara ranking lima investment destination orang ini akan dimuarakan pada analisa matriks SWOT
Jepang (Chatib, 2012). untuk melihat strategi baru yang tepat dan handal.
Koefisien
Variabel Jangka Jangka Kausalitas IRF VD
LFDIt = Investasi asing langsung pada sektor Pendek Panjang
perkebunan (juta US $ ) dalam Investasi 0.404762* - Respon Dominan
Asing Positif
logaritma Langsung
LEKSPORt = Nilai ekspor perkebunan Indonesia Nilai 1.259127* - hubungan Respon Dominan
Tukar satu arah Negatif
(juta US $) dalam logaritma
LEXRt = Nilai tukar mata uang domestik Nilai 2.065195* - hubungan Respon Tidak
terhadap US dollar Amerika dalam Ekspor satu arah Positif Dominan
logaritma
Suku 0.532611* - hubungan Respon Tidak
LIHKt = Indeks harga konsumen dalam Bunga AS satu arah Negatif Dominan
logaritma
Suku 0.011569 0.291120* Tidak ada Respon Tidak
LGDPt = Pendapatan riil dalam bentuk GDP Bunga IND hubungan Negatif Dominan
nominal (juta US $) dalam logaritma Produk 9.847330* 1.952655* hubungan Respon Tidak
Domestik satu arah Positif Dominan
DINTt = Tingkat bunga dalam negeri untuk Bruto
kredit investasi (dalam persen) Indeks 1.347207* 0.191295* Tidak ada Respon Tidak
Harga hubungan Positif Dominan
FINTt = Tingkat bunga luar negeri (US) untuk Konsumen
kredit investasi (dalam persen) Dummy -4.670121* -1.026009* hubungan Respon Tidak
Dkrisis = Peubah dummy untuk iklim investasi Krisis satu arah Negatif Dominan
No Faktor Bobot
Investasi Asing Langsungdan Indeks Harga Konsumen
Kekuatan
Indeks harga konsumen berpengaruh positif
1 Kontribusi ketiga terbesar terhadap PDB 0.071
terhadap investasi asing langsung baik pada jangka
2 Penghasil utama minyak kelapa sawit dunia, penghasil karet 0.203
pendek maupun jangka panjang. Analisis jangka kedua terbesar dunia, serta penghasil kakao dan kopi ketiga
pendek menunjukan apabila indeks harga konsumen terbesar dunia.
mengalami peningkatan sebesar satu persen maka 3 Bisnis perkebunan mempunyai daya tahan tinggi karena 0.110
berbasis pada sumberdaya domestik dan berorientasi ekspor
investasi asing langsung sektor perkebunan di
4 Ketersediaan tenaga kerja dimana sektor perkebunan intensif 0.077
Indonesia akan meningkat sebesar 1.34 persen. menggunakan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang
Analisis jangka panjang menunjukan bahwa berlokasi di pedesaan
peningkatan indeks harga konsumen sebesar satu 5 Potensi Luas Areal belum berproduksi dan pertambahan 0.539
areal berproduksi
persen maka investasi asing langsung akan meningkat
Kelemahahan
sebesar 0.19 persen.
1 Konflik dan Persengketaan Lahan 0.421
2 Kondisi Iklim 0.049
Indeks harga konsumen merupakan representasi 3 Investasi yang relatif besar di sektor Perkebunan 0.080
dari inflasi yang mencerminkan kekuatan daya beli 4 Rendahnya produktivitas dan kualitas produksinya 0.083
masyarakat, semakin tinggi tingkat inflasi maka daya
5 Rendahnya Inovasi dan perkembangan penelitian nasional 0.080
beli masyarakat semakin rendah. Dalam kondisi Sektor Perkebunan
daya beli masyarakat yang rendah, maka pilihan 6 Industri hilir sektor perkebunan yang belum optimal 0.198
yang lebih menguntungkan adalah tidak melakukan Sumber: Data diolah
86
Jurnal Bisnis & Manajemen, 2015, Vol. XVI, No. 2, 80-89
ISSN 1412 - 3681
Lanjutan Tabel 2 Matriks Evaluasi Faktor Internal Lanjutan Tabel 3 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
alokasi untuk perkebunan kelapa sawit mencapai 28 4 Ketidaksinergisan antara kebijakan yang dikeluarkan 0.328
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah kebijakan
juta hektar. Luas areal sektor perkebunan tahun 2008 terkait perijinan dan juga tata ruang dan wilayah
sebesar 19.3 juta hektar menjadi 21.6 juta ha pada 5 Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No 98/2013 0.205
tahun 2013 atau meningkat sebesar 12 % per tahun. tentang izin usaha perkebunan
Hal ini menunjukan bahwa peningkatan kapasitas 6 Kampanye Negatif terkait permasalahan Pemanasan Global 0.143
dan Perubahan Iklim
dan hasil produksi sektor perkebunan menunjukan 7 Persaingan Bisnis akibat adanya kehadiran pesaing negara 0.111
kecenderungan yang positif dalam beberapa tahun lain dalam meningkatkan Investasi Asing Sektor Perkebunan
terakhir. 8 Tekanan Politik 0.056
Sumber: Data diolah
Persengketaan atau konflik lahan perkebunan adalah
permasalahan lain yang sangat mengganggu bisnis Proyeksi sebagian besar negara kawasan tujuan
perkebunan. Akhir-akhir ini, konflik penguasaan lahan utama ekspor Indonesia diperkirakan berada dalam
semakin merebak antara perusahaan perkebunan trend pertumbuhan. Hal ini akan berdampak pada
dan masyarakat, perusahaan - pemerintah peningkatan volume dan harga jual ekspor komoditas
(Kementerian Kehutanan, pemerintah daerah), perkebunan (Sawit, Karet dan Kakao).
maupun antarsesama pengusaha. Data pada awal
2013 di Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian Terbitnya UU No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
menunjukkan jumlah gangguan atau konflik di Daerah, yang kemudian direvisi dengan UU No
perusahaan perkebunan mencapai 541 kasus dan 32 Tahun 2004, juga berdampak sangat signifikan
74% di antaranya terkait konflik penguasaan lahan. terhadap jalannya bisnis perkebunan. Pemerintah
Dari jumlah tersebut, konflik yang sudah diselesaikan daerah (kabupaten) memiliki kewenangan yang lebih
baru 10%. besar dalam berbagai sektor, termasuk subsektor
perkebunan. Kewajiban menggali sumber pendapatan
Tabel 3 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal bagi pemda dalam rangka mendongkrak pendapatan
asli daerah (PAD), sering berimbas pada peningkatan
No Faktor Bobot biaya operasi usaha perkebunan. peraturan Menteri
Peluang Pertanian No.98/2013 tentang izin usaha perkebunan
1 Proyeksi Peningkatan Perekonomian Global 0.455 merupakan subfaktor yang memiliki bobot tertinggi
2 Indonesia menempati posisi keempat negara tujuan investasi 0.088 kedua sebesar 0.205. Regulasi ini terkait adanya
paling prospektif dan termasuk negara investment grade
pembatasan luas maksimal lahan perkebunan yang
3 Bonus Demografi, sesuai dengan kebijakan mendorong 0.075
industri sektor hilir sehingga terjadi peningkatan konsumsi dimiliki oleh satu grup usaha. Sebagai contoh, satu
domestik yang dimulai pada 2015 – 2020 kelompok usaha hanya boleh memiliki kebun sawit
4 Peningkatan Indeks Daya Saing Indonesia 0.076 maksimal 100.000 hektar. Jika lebih, pengusaha wajib
5 Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang.daftar 0.078 melepas sebagian sampai memenuhi batas maksimal.
bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka
dengan persyaratan di bidang penanaman modal maksimal hanya boleh membuka lahan tanaman
6 Kebijakan Internasional terkait penggunaan biodiesel 0.189 sawit 100.000 hektar (ha), tebu 150 ribu ha, dan teh
Sumber: Data diolah 20 ribu ha. Sedangkan luas maksimal untuk tanaman
87
Jurnal Bisnis & Manajemen, 2015, Vol. XVI, No. 2, 80-89
ISSN 1412 - 3681
kelapa 40 ribu ha, karet 20 ribu ha, kapas 20 ribu ha, Pertama bagi Pemerintah dengan cara (1)
kopi 10 ribu ha, kakao 10 ribu ha, jambu mete 10 ribu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
ha, lada 1.000 ha, dan cengkih 1.000 ha. perekonomian; (2) regulasiyang sinkron dan konsisten
dalam mendukung investasi; (3) penanganan konflik;
Tabel 4 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal 4) mendorong para investor untuk meningkatkan nilai
tambah sektor perkebunan melalui pengembangan
No Faktor Bobot industri hilir.
Strategi SO
1 Reformulasi pasar dalam negeri dan luar negeri 0.024 Kedua bagi Investor dengan cara (1) Menilai
Sinkronisasi sistem agribisnis perkebunan melalui subsistem perekonomian host countries; (2) Mengelola bisnis
pengadaan sarana produksi, proses produksi usaha tani,
2
pengolahan hasil, dan pemasaran produk serta subsistem
0.027 perkebunan berdasarkan best management practices;
penunjangnya (3) Mereduksi konflik; (4) melakukan penilaian atas
Meningkatkan promotional mix (periklanan, sales promotion, kepastian hukum serta regulasi yang mendukung
public relation/marketing communication dan personal
3
selling) sektor perkebunan yang merupakan bagian dari
0.075 investasi sektor perkebunan.
strategi promosi investasi
Strategi WO KESIMPULAN
1 Mengoptimalkan Inovasi Teknologi Sektor Perkebunan 0.027
Mengoptimalkan faktor pendukung berupa rekayasa sosial, Pertama faktor faktor yang berpengaruh terhadap
2 kelembagaan, ekonomi, dan lingkungan yang sering menjadi 0.032 investasi asing langsung pada sektor perkebunan
sumber permasalahan operasional usaha perkebunan
di Indonesia ditinjau dari variabel ekonomi yakni
3 Mengintensifkan program hilirisasi di sektor perkebunan 0.044
(a) Dalam jangka pendek, variabel nilai tukar, nilai
Skema standarisasi dan sertifikasi sendiri atas produk sektor
4 perkebunan, contoh : kelapa sawit yang dikenal dengan ISPO 0.036 ekspor, suku bunga Amerika Serikat, produk domestik
(Indonesia Sustainable Palm Oil) bruto dan indeks harga konsumen berpengaruh
Strategi ST positif terhadap investasi asing langsung pada
1
Adanya kepastian hukum untuk mendorong iklim usaha yang
0.157 sektor perkebunan di Indonesia. Sementara krisis
kondusif
berpengaruh negatif terhadap investasi asing langsung
2 Harmonisasi peraturan perundang-undangan 0.212
pada sektor perkebunan di Indonesia. (b) Dalam
Percepatan proses legalitas perizinan dan perpanjangan
3
HGU) oleh pemerintah
0.150 jangka panjang, variabel suku bunga dalam negeri,
4 Perbaikan Infrastruktur 0.057 produk domestik bruto dan indeks harga konsumen
Strategi WT
berpengaruh positif, sementara krisis berpengaruh
negatif terhadap investasi asing langsung pada sektor
membentuk forum kerja sama yang lebih intensif antara
pelaku bisnis perkebunan, peneliti, pemerintah, dan perkebunan di Indonesia.
1 masyarakat perlu dibangkitkan guna menciptakan iklim usaha 0.025
perkebunan yang lebih baik dan menjamin keberlanjutan
pembangunan perkebunan Kedua faktor faktor yang berpengaruh terhadap
Penegakan hukum bagi para pelaku pelanggaran, pencurian investasi asing langsung pada sektor perkebunan
2 dan penjarahan, serta gangguan terhadap usaha operasional 0.133 di Indonesia ditinjau dari lingkungan internal dan
kebun
Sumber: Data diolah eksternal sektor perkebunan yakni areal sektor
perkebunan yang merupakan input produksi, konflik
Implikasi Manajerial atau persengketaan lahan, proyeksi peningkatan
Masuknya investor asing dalam kegiatan investasi ekonomi dunia dan kebijakan pemerintah pusat dan
di Indonesia dimaksudkan untuk mengisi sektor daerah yang tidak sinergis.
usaha dan industri yang belum dapat dilaksanakan
sepenuhnya oleh pemerintah, BUMN dan swasta Ketiga prioritas strategi untuk meningkatkan investasi
nasional yang disebabkan permodalan, manajemen asing langsung pada sektor perkebunan di Indonesia
maupun teknologi yang selanjutnya investasi yakni dengan melakukan harmonisasi perundang
asing tersebut diharapkan secara langsung dapat undangan baik pemerintah pusat maupun daerah.
mempercepat proses pembangunan ekonomi
Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka implikasi Saran
manajerial pada penelitian ini adalah : Saran untuk penelitian lebih lanjut terhadap faktor
88
Jurnal Bisnis & Manajemen, 2015, Vol. XVI, No. 2, 80-89
ISSN 1412 - 3681
yang mempenharuhi investasi asing langsung Bunga dan Krisis Moneter terhadap FDI
sektor perkebunan di Indonesia dan strategi untuk Indonesia. Tesis Fakultas Ekonomi Undip.
meningkatkan investasi asing langsung yakni : 2013
Pertama menggunakan variabel rate of return untuk Masuku, M. B., & Dlamini, T. S. (2009). Determinant
mengetahui tingkat keuntungan dalam berinvestasi of Foreign Direct Investment and Volatility
pada sektor perkebunan di Indonesia. in ASIAN Economics. 1(5), 177-184.
Kedua menggunakan variabel ekonomi setiap M. Alhasymi (2011). Analisis Kausalitas dan Kointegrasi
propinsi untuk menghasilkan penelitian terkait lokasi antara FDI dengan GDP di Australia. MEPA
yang strategis untuk berinvestasi serta melakukan Ekonomi, Vol-1 No-1.
analisis faktor dalam menentukan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap investasi asing di Indonesia. M. Kholis (2012). Dampak Foreign Direct Investment
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Ketiga menambah responden pakar antara lain Jurnal Organisasi dan Manajemen, Volume
otoritas pertanahan, kementerian kehutanan, 8, Nomor 2, September 2012, 111-120.
aparatur keamanan, kepala daerah atau kepala dinas
daerah untuk mendapatkan karakterisitk lingkungan M. Rasyidin (2011). Pengaruh Foreign Direct
eksternal dan internal, sehingga penelitian lebih Investment terhadap Pengembangan
komprehensif. Pasar Saham di Indonesia. JEJAK, Volume 1,
Nomor 3, 2011.
DAFTAR PUSTAKA
Nathaporpan (2005). Foreign Direct Investment in
Antoni (2008). Investasi Asing Langsung dan ASEAN countries. Journal of Laboratoire d’
Perdagangan di Indonesia. Jurnal Ekonomi économie de Nantes (LEN).JEL Classification
Bisnis dan Koperasi Vol.10 No.2, Oktober F23.
2008.
Pardamean, Sya’ad, & Kasyful (2008). Analisis Faktor
Caves (1982). International Corporations : The Faktor yang Mempengaruhi Permintaan
Industrial Economics of Foreign Investment. Investasi di Indonesia. MEPA Ekonomi, Vol-3
No-2.
Hari (2004). Strategi Pengembangan Sub Sektor
Kehutanan dan Perkebunan di Kabupaten Piyaphan (2010). The Determinants of FDI Inflows by
Rembang. Tesis Fakultas Ekonomi Undip. Industry to ASEAN. A dissertation submitted
2004. to the faculty of The University of Utah,
2010.
Herman (2009). Analisis Finansial dan Keuntungan
yang Hilang dari Pengurangan Emisi Rabin, Ramkishen, & Shandre (2008). Understanding
Karbondioksida pada Perkebunan Kelapa Intra ASEAN FDI Flows. Trends and
Sawit . Jurnal Litbang Pertanian 28(4) 2009. Determinants and the Role of China and
India. Journal of World Bank and George
John (2013). Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, Suku Mason University.
89