Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahanNya Makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Makalah ini merupakan makalah Pengantar Manajemen yang membahas tentang Wewenang,
Kekuasaan dan Tanggung Jawab. Secara khusus pembahasan dalam makalah ini diatur
sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan dapat dimengerti dan di pahami oleh para
pembacanya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Manajemen
sekaligus menjadi bahan diskusi kelompok dan memperdalam materi tentang Wewenang,
Kekuasaan dan Tanggung Jawab dengan di bimbing oleh dosen Pengantar Manajemen yaitu
Surono, S.E.,M.Si.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun
kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat kerja tim penyusun yang baik dan
dapat diandalkan satu sama lain sehingga terjalin kekompakan dalam tim penyusunan makalah
ini.

Kelompok kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna dalam penyusunan makalah
ini bisa lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semoga makalah yang
sederhana ini, dapat memberi pengetahuan serta ilmu sebagai pembelajaran bagi para
pembacanya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Cirebon, Mei 2019


Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ........................................................................................................... 1
D. Manfaat ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
A. Kekuasaan ................................................................................................................... 3
1) Pengertian Kekuasaan ............................................................................................ 3
2) Sumber Kekuasaan ................................................................................................ 3
B. Wewenang ................................................................................................................... 6
1) Pengertian Wewenang ........................................................................................... 6
2) Dasar Wewenang Formal ...................................................................................... 7
3) Jenis-jenis Wewenang ........................................................................................... 7
C. Tanggung Jawab (Responsbility) ................................................................................ 8
D. Pelimpahan Wewenang dan Tanggung Jawab ............................................................ 9
E. Sentralisaidan Desentralisasi dalam Pendelegasian dan Mendesain Pekerjaan
(Job Design) ................................................................................................................ 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Saat ini penting bagi kita untuk mengetahui lebih jauh tentag wewenang, delegasi dan
desentralisasi. Hal ini disebabkan dalam suatu organisasi kita diharuskan untuk beradaptasi
dan menghadapi berbagai macam watak dan tingkah laku seseorang. Untuk itu, pemahaman
dalam masalah di atas diperlukan untuk menjalin kerjasama dalam menjalankan suatu
organisasi secara efektif dan efisien.
Terkadang banyak orang salah mengartikan posisi atau jabatannya dalam suatu
organisasi yang tentunya dapat merugikan orang lain. Hal ini dapat menimbulkan masalah
antar individu ataupun antar organisasi. Tentunya hal terebut tidak diinginkan oleh kita,
sehingga kita dapat mengetahui batasan-batasan yang tidak dilanggar serta cara
berkomunikasi dengan baik. Sehingga penyusun menyuguhkan berbagai macam hal dalam
interaksi dengan orang-orang di dalam suatu organisasi, serta hal-hal seputar wewenang dan
kekuasaan yang dimiliki oleh setiap orang atau pemimpin yang tentunya berbeda-beda
cakupan luasnya.

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui tentang apa itu arti dari Kekuasaan.
2. Mengetahui tentang sumber Kekuasaan.
3. Apa arti dari Wewenang?
4. Mengetahui tentang Dasar Wewenang.
5. Mengetahui tentang apa itu Tanggung Jawab.

C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu :
1. Mengetahui bahwa struktur organisasi yang dibentuk memiliki konsekuensi-konsekuensi
dalam proses pencapaian tujuan organisasi.
2. Mengetahui empat konsekuensi utama dari sebuah struktur organisasi
3. Mengetahui hal-hal yang terkait dengan kekuasaan dan kewenangan.

3
4. Mengetahui manfaat dan kendala dalam pendelegasian wewenang.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai sumber pembelajaran, bertambahnya
wawasan dan pengetahuan khususnya bagi kami penulis dan umumnya bagi para pembaca.
Dengan penulisan makalah ini kita bisa mengetahui tentang apa itu arti Wewenang,
Kekuasaan dan Tanggung Jawab serta manfaatnya bagi sebuah perusahaan yang menerapkan
sistem pendelegasian wewenang.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kekuasaan
1. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain. Kekuasaan
dapat hadir dimanapun. Dalam organisasi, manajer adalah menggunakan kekuasaan.
Disamping itu manajer bukan satu-satunya orang yang dapat menggunakan pengaruh
dalam organisasi, terdapat banyak pihak yang berkepentingan diluar suatu organisasi yang
dapat memengaruhi manajer dan karyawan.

2. Sumber Kekuasaan
Kekuasaan tidak begitu saja diambil dari tingkat individual dalam gierarki organisasi.
John Brench dan Berteram Raven berhasil membedakan lima sumber atau dasar dari
kekuasaan. Aspek kekuasaan ini hadir dalam berbagai hubungan manusia. Diantaranya :
a) Kekuasaan Menghargai (reward power)
Kekuasaan yang diperoleh dari fakta bahwa seseorang, dikenai sebagai pemberi
pengaruh, mempunyai kemampuan untuk memberi imbalan orang lain, dikenal
sebagai orang yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah, yang mungkin
dinyatakan atau tersirat.
Contoh : Kekuasaan seorang supervisor untuk memberi tugas kepada karyawan.
b) Kekuasaan Memaksa (coercive power)
Berdasarkan pada kemampuan orang yang mempengaruhi untuk menghukum orang
yang dipengaruhi kalau tidak memenuhi persyaratan, merupakan kekuasaan
menghargai dari sisi negatif. Hukuman mungkin berkisar dari menegur sampai
mengeluarkan dari pekerjaan.
Contoh : Seorang akunting salah dalam menganalisis transaksi yang menyebabkan
kerugian besar.

5
c) Kekuasaan Sah (legitimate power)
Kekuasaan yang ada ketika seorang bawahan atau orang yang dipengaruhi mengakui
bahwa pemberi pengaruh “berhak” atau secara hukum boleh menggunakan pengaruh,
dalam ikatan tertentu, kekuasaan ini disebut wewenang formal. Ini juga berarti bahwa
orang yang dipengaruhi mempunyai kewajiban menerima kekuasaan ini.
Contoh : Kekuasaan ke bawah “Seorang manajer berhak untuk menetapkan jadwal
kerja yang masuk akal”. Kekuasaan ke atas “penjaga pabrik mempunyai wewenang
untuk memerintahkan presiden perusahaannya menunjukan kartu identitas sebelum
memasuki kompleks”
d) Kekuasaan Keahlian (expert power)
Kekuasaan berdasarkan pada keyakinan atau pengertian bahwa pengaruh mempunyai
pengetahuan spesifik atau kepakaran relevan yang tidak dimiliki oleh orang yang
dipengaruhi.
Contoh : Ketika kita sedang sakit dan kita diperintahkan untuk meminum obat tertentu
oleh dokter maka kita harus mengakui kekuasaan keahlian mereka.
e) Kekuasaan Rujukan (referent power)
Kekuasaan berdasarkan pada keinginan orang yang dipengaruhi untuk menjadi seperti
atau menyamakan dirinya dengan orang yang mempengaruhi.
Contoh : Seorang manajer yang populer dan teliti akan mempunyai kekuasaan rujukan
bila karyawan termotivasi untuk meniru kebiasaannya.
Kekuasaan rujukan juga berfungsi di tingkat yang sejajar-rekan yang berkarisma
mungkin menarik kita untuk menyetujui pandangannya dalam suatu rapat departemen.

Karakteristik Kunci Menurut John P. Kotter untuk Menangani Kekuasaan dengan


Sukses
Kotter mengatakan bahwa manajer yang berhasil menangani kekuasaan :
1) Peka terhadap sumber kekuasaan mereka. Mereka menjaga tindakan tetapi konsisten
dengan harapan. Misalnya, mereka tidak mencoba menerapkan kekuasaan keahlian dari
suatu bidang dalam bidang lain.

6
2) Mengakui perbedaan biaya, risiko, dan manfaat dari lima kekuasaan dasar. Mereka
menggunakan dasar kekuasaan mana pun yang sesuai dengan situasi atau orang tertentu.
3) Menghargai perbedaan bahwa setiap dasar kekuasaan mempunyai keunggulan. Mereka
mencoba mengembangkan keterampilan dan kredibilitas mereka sehingga mereka dapat
menggunakan metode apa pun yang paling baik.
4) Mempunyai sasaran karier yang membuat mereka mengembang dan menggunakan
kekuasaan. Mereka mencari pekerjaan yang akan membina keterampilan mereka,
membuat orang merasa tergantung padanya, dan memperguanakan salah satu tipe
kekuasaan yang meraka rasa enak untuk dipakai.
5) Bertindak secara dewasa dan mengembangkan kendali diri. Mereka menghindari
menonjolkan kekuasaan secara implusif dan dengan angkuh, dan mereka mencoba untuk
tidak bersikap kasar tanpa perlu pada orang-orang di sekitarnya.
6) Memahami bahwa kekuasaan perlu untuk melaksanakan pekerjaan. Mereka merasa
senang menggunakan kekuasaan.

Sumber.John P.Kotter, “Power, Depedence, and Effective Management,” Harvard Business


Review 54, no. 2 (Maret-April 1978): 100-110; Power in Management (New
York:AMACOM,1979); dan Power and Influence (New York, Free Prees 1983). Dicetak
ulang dengan izin

Arti Kunci Kekuasaan Organisasi Menurut Moss Kanter


1) Aktivitas luar biasa. Membuat perubahan, menjadi orang pertama untuk menempati
suatu posisi, atau berhasil dengan mengambil risiko yang luar biasa dapat membuat
mempunyai kekuasaan yang lebih besar.
2) Visibilitas. Menjadi dikenal, memperoleh kesempatan “diperkenalkan” kepada
pemegang kekuasaan, dan bahkan melakukan aktivitas tertentu yang tampaknya lebih
besar risikonya daripada yang sebenarnya dapat juga meningkatkan kekuasaan-suatu
tindakan yang membuat Kanter berspekulasi bahwa penampakan di mata publik
mungkin merupakan faktor yang lebih berpengaruh daripada bobot yang sebenarnya.
3) Relevansi. Menyeleseikan masalah organisasi yang otentik dapat menjadi sumber
kekuasaan dan mungkin menyebabkan kepercayaan pada faktor-faktor aktivitas luar
biasa dan visibilitas.

7
4) Sponsor. Mempunyai sponsor atau mentor-seseorang yang memberi nasihat kepada
Anda mengenai cara agar berhasil dalam organisasi-dapat menjadi sumber kekuasaan
informal, terutama bila sponsor menikmati kekuasaan yang cukup besar. Kanter
mengatakan bahwa sponsor terutama penting untuk kaum wanita yang tidak
berpengalaman dalam politik kekuasaan organisasi.

Sumber. Rosabeth Moss Kanter, Men and Woman of the Corporation (New York: Basic
Books, 1977), p. 165-205

B. Wewenang
1. Pengertian Wewenang
Wewenang adalah suatu bentuk kekuasaan, sering kali dipergunakan secara lebih luas
untuk merujuk kemampuan manusia menggunakan kekuasaan sebagai hasil dari ciri-ciri
seperti pengetahuan atau gelar seperti hakim. Terutama, wewenang formal adalah
kekuasaan sah. Wewenang formal adalah tipe kekuasaan yang kita hubungkan dengan
struktur organisasi dan manajemen. Kekuasaan itu berdasarkan pengakuan keabsahan
usaha manajer untuk menggunakan pengaruh.

Dua Pandangan Wewenang Formal

Pandangan Klasik Pandangan Penerimaan

Konstitusi menjamin hak Manajer memberikan perintah


untuk mempunyai property
dan mengendalikan bisnis

Penerima perintah
mempertimbangkan apakah
akan menerima
Manajer memberikan perintah Tidak
Menerima menerima
Perintah dipatuhi

8
2. Dasar Wewenang Formal : Dua Pandangan
a) Pandangan Klasik
Pandangan klasik wewenang menunjukan bahwa wewenang berasal dari tingkat yang
amat tinggi, dan kemudian secara hukum diteruskan ke bawah melalui tingkat demi
tingkat.
b) Pandangan Penerimaan
Pandangan penerimaan wewenang, mengatakan dasar wewenang terletak dalam diri
orang yang dipengaruhi bukannya orang yang mempengaruhi. Pandangan ini dimulai
dengan pengamatan bahwa tidak semua hukum atau perintah sah dipatuhi dalam
semua keadaan. Kuncinya adalah penerima memutuskan apakah akan menerima atau
tidak.

3. Jenis-jenis Wewenang
a) Wewenang Lini (line authority)
Wewenang lini adalah wewenang manajer yang bertanggu jawab langsung, di seluruh
rantai komando organisasi, untuk mencapai sasaran organisasi. Wewenang lini
diwujudkan dengan rantai komando standar, mulai dari dewan direktur sampai tempat
aktivitas dasar organisasi dilaksanakan. Wewenang lini terutama didasarkan pada
kekuasaan sah.
Misalnya, manajer perusahaan manufaktur mungkin membatasi fungsi lini pada
produksi dan penjualan, sedangkan manajer di departement store, dengan elemen
kunci adalah pembelian, akan mempertimbangkan departemen pembelian dan
departemen penjualan sebagai aktivitas lini. Kalau sebuah perusahaan kecil, semua
posisi mungkin mempunyai posisi lini.

b) Wewenang Staf (staff authority)


Wewenang staf adalah kelompok individu yang menyediakan saran dan jasa kepada
manajer lini. Staf memberikan berbagai tipe bantuan pakar dan saran kepada manajer.
Wewenang staf terutama didasarkan pada kekuasaan keahlian. Staf dapat menawarkan
manajer lini saran perencanaan lewat penelitian, analisis, dan pengnmbangan pilihan.
Staf dapat juga membantu dalam implementasi kebijakan, memonitor, dan kendali;

9
dalam masalah legal dan keuangan; dan dalam desain dan operasi sistem pemrosesan
data.
Misalnya, rekan dalam banyak kantor pengacara menambah anggota staf untuk
melaksanakan “sisi bisnis” dari kantor tersebut. Kehadiran dari spesialis ini
membebaskan pengacara untuk mempraktekan ilmu hukum, fungsi lini mereka.

c) Wewenang Fungsional (functional authority)


Wewenang fungsional adalah wewenang anggota staf departemen untuk
mengendalikan aktivitas departemen lain karena berkaitan dengan tanggung jawab
staf spesifik. Wewenang fungsional umum dijumpai dalam organisasi. Ini diperlukan
untuk melaksanakan banyak aktivitas organisasi, baik untuk menyediakan
keseragaman sampai tingkat tertentu maupun untuk mengungkapkan aplikasi
keahlian. Jadi, berdasarkan pada kekuasaan sah dan keahlian. Keahlian yang
diperlukan untuk mengelola hubungan wewenang fungsional dan masalah yang
muncul dari hubungan tersebut serupa denganketerampilan yang diperlukan untuk
mengelola hubungan dua atasan dalam organisasi matriks.

C. Tanggung Jawab (Responsbility)


Setiap bagian atau departemen yang telah dibentuk atau ditentukan serta dihubungkan
melalui garis-garis kewenangan maupun garis perintah memiliki satu konsekuensi penting
lainnya dalam sebuah organisasi, yaitu apa yang dinamakan sebagai Tanggung jawab. Jika
kewenangan merupakan kekuasaan untuk melakukan sesuatu, Tanggung jawab justru
memberikan arah untuk apa dan kemana semestinya kekuasaan dipergunakan. Dengan kata
lain, tanggung jawab mengingatkan orang-orang untuk tidak saja mempergunakan
kewenangan yang dimilikinya, tetapi juga melaporkan apa saja yang telah dilakukan
sehubungan dengan kewenangan yang telah diberikan kepadanya.
Kadangkala orang-orang melupakan esensi dari tanggung jawab sebagian dari jabatan
atau tugas yang diemban ketika menduduki suatu bagian atau departemen tertentu.
Oleh karena itu, perlu disadari bahwa setiap bagian dalam organisasi memiliki
kewenangan sekaligus juga tanggung jawab dalam pencapaian tujuan organisasi.

10
D. Pelimpahan Wewenang dan Tanggung Jawab (Delegation)
Pelimpahan wewenang pada dasarnya merupakan proses pengalihan tugas kepada
orang lain yang sah atau terlegitimasi (menurut mekanisme tertentu dalam organisasi) dalam
melakukan berbagai aktivitas yang ditunjukan untuk pencapain tujuan organisasi yang jika
dilimpahkan akan menghambat proses pencapain tujuan tersebut.
Terdapat beberapa manfaat dari pelimpahan wewenang. Yang pertama adalah
pelimpahan wewenang memungkinkan subbagian atau bawahan mempelajari sesuatu yang
baru dan memperoleh kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru tersebut. Manfaat
kedua adalah bahwa pelimpahan wewenang mendorong tercapainya keputusan yang lebih
baik dalam berbagai hal. Manfaat ketiga dalah penyelesaian pekerjaan akan dapat dilakukan
dengan cepat sekiranya pelimpahan wewenang tersebut berjalan sebagaimana mestinya dan
diberikan kepada orang yang bertanggung jawab.
Sekalipun pelimpahan wewenang memiliki sisi manfaat, namun juga tidak terlepas dari
kendala dalam pelaksanaannya. Staf yang tidak memiliki kemampuan atau kapabilitas untuk
menerima dan menjalankan sesuatu yang didelegasikan kepadanya justru akan menghambat
pencapaian tujuan ke arah yang lebih baik. Di sisi lain, pelimpahan wewenang juga akan
berdampak pada kurang bertanggung jawabnya atasan terhadap apa yang semestinya dia
lakukan.
Agar pelimpahan wewenang dapat berjalan secara efektif, maka ada 3 kunci pokok
yang perlu diperhatikan, yaitu pertama adalah kepercayaan manajer terhadap bawahan dalam
melimpahkan wewenang perlu diiringi dengan pemberian kebebasan kepada bawahan untuk
menjalankan kewenangannya menurut caranya sendiri.
Kunci kedua agar pelimpahan wewenang berjalan efektif adalah adanya komunikasi
yang terbuka antara manajer dan bawahan.
Kunci ketiga yang perlu diperhatikan agar pelimpahan wewenang berjaalan secara
efektif adalah kemampuan manajer dalam memahami tujuan organisasi, tuntutan dari setiap
pekerjaan, dan kemampuan bawahan. Tanpa pemahaman yang baik mengenai ketiga hal ini,
bisa jadi manajer salah dalam melakukan pelimpahan wewenang. Sesuatu yang semestinya
dilimpahkan misalnya, tidak dilimpahkan dan sebaliknya sesuatu yang semestinya tidak
dilimpahkan justru dilimpahkan.

11
Selain ketiga kunci pokok tersebut di atas, Stoner memberikan prinsip klasik mengenai
dasar agar pelimpahan wewenang menjadi efektif. Ketiga prinsip klasik tersebut adalah :
1. Prinsip Skalar (Scalar Principle)
Prisip skalar merujuk pada pedoman bahwa dalam sebuah proses pendelegasian atau
pelimpahan wewenang, harus ada garis wewnang yang jelas dari hierarki yang tertinggi
hingga hierarki yang terenda. Garis wewenang yang jelas akan memberikan kemudahan
mengenai pada siapa delegasi harus diberikan, siapa yang akan memberikan delegasi, dan
kepada siapa pertanggung jawaban harus dilakukan.
2. Prinsip Kesatuan Perintah (Unity of Command)
Prinsip ini merujuk kepada pandangan bahwa setiap bawahan semestinya melapor atau
mempertanggungjawabkan hanya kepada satu atasan yang memberikan kewenangan
kepadanya, oleh karena itu juga, perintah semestinya berasal dari satu sumber, agar jelas
siapa yang memberikan kewenangan dan kepada siapa harus dipertanggungjawabkan.
3. Tanggung Jawab, Kewenangan, dan Pertanggungjawaban
Prinsip ini beranggapan bahwa pelimpahan wewenang dilakukan untuk memperjelas
siapa yang akan bertanggung jawab atas suatu pekerjaan dan dengan kewenangan seperti
apa. Dengan adanya kejelasan ini, maka proses pertanggungjawaban dari apa yang telah
didelegasikan juga akan menjadi lebih mudah dan jelas.

Ketiga kunci pokok sebagaiman diterangkan di atas dapat mendorong pelimpahan wewenang
menjadi lebih efektif jika diiringi oleh beberapa tindakan sebagai berikut :
1. Penentuan hal-hal yang dapat didelegasikan
2. Penyediaan sumber daya yang dibutuhkan
3. Pelimpahan tugas yang akan diberikan
4. Intervensi pada saat diperlukan

E. Sentralisasi dan Desentralisasi dalam Pengorganisasian dan Mendesain Pekerjaan (Job


Desigen)
Sebagai konsekuensi logis adanya pelimpahan wewenag, maka terdapat dua cara pokok
dalam menjalankan fungsi pengorganisasian. Yaitu dengan cara sentralisasi dam
desentralisasi. Sentralisasi merujuk kepada cara pengorganisasian dimana keseluruhan tugas,

12
tanggung jawab, dan perintah di pusatkan dari hierarki yang paling tinggi untuk kemudian
hierarki yang dibawahnya menerjemahkan dalam bentuk tindak lanjut dari apa yang telah
diputuskan dari hierarki yang tertinggi. Dengan kata lain, sentralisasi adalah pemusatan
kekuasaan dan wewenang pada hierarki atas dari suatu organisasi. Adapun desentralisasi
merujuk kepada konsep pengorganisasian yang memandang bahwa apa yang terjadi di
lapangan atau dalam kenyataan sering kali tidak sesuai dengan apa yang dipahami oleh
hierarki tertinggi dari sebuah organisasi, oleh karena itu perlu ada pembagian porsi dalam hal
pengambilan keputusan dan kebijakan nyang menyangkut dengan cara bagaimana organisasi
akan dijalankan.
Berangkat dari pengertian diatas mengenai sentralisasi dan desentralisasi dalam
menjalankan fungsi pengorganisasian, terdapat beberapa kelebihan dan keterbatasa bagi
masing-masing pendekatan tersebut. Di antara kelebihan penggunaan pendekatan
desentralisasi adalah kedekatan dengan sasaran, pengetahuan lokal atau lapangan penerimaan
dari pihak sasaran, dan keputusan yang lebih fleksibel
Selain beberapa kelebihan tersebut diatas, terdapat juga beberapa keterbatasan dari
desentralisasi, misalnya saja yang terkait dengan kualitas yang mungkin berbeda dari satu
daerah ke daerah lainnya, biasa yang relatif lebih tinggi dikarenakan adanya berbagai
keragaman dalam hal cara pengelolahan, pengambilan keputusan, yang juga berdampak
kepada aspek pembiayaan yang juga beragam.
Ada beberapa alasan mengapa sebagian organisasi masih mempertahankan pendekatan
sentralisasi. Di antara alasan yang dapat dikemukakan adalah sifat keumuman dari suatu cara
pengelolaan, efisiensi biaya, kesamaan kualitas, serta adanya kemajuan teknologi.
Beberapa faktor yang biasanya dijadikan pertimbangkan dalam menentukan apakah
sebaliknya pendekatan sentralisasi atau desentralisasi yang dilakukan paling tidak dapat
dilihat dari faktor-faktor yang terdiri dari :
1. Biaya dan resiko yang terkait dengan keptusan sentralisasi atau desentralisasi
2. Kencenderungan manajer dalam memandang bawahannya
3. Budaya organisasi
4. Kemampuan dari manajer level bawah atau bawahan untuk menjalankan tanggung
jawab sekiranya desentralisasi dilakukan.
Jika pilhan cara pengorganisasian telah dilakukan apakah bersifat sentralisasi atau
desentralisasi, bagian-bagian dalam organisasi telah ditetapkan apakah bersifat lini, staf

13
maupun fungsional sebagaiman digambarkan oleh struktur organisasinya, maka langka
berikutnya adalah bagaimana pekerjaan menurut bagian-bagiannya tersebut didesain untuk
dikerjakan oleh orang-orang tertentu yang telah ditentapkan.
Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) menjelaskan bahwa terdapat tiga pendekatan
dalam melakukan desain pekerjaan, yaitu pendekatan mekanis, pendekatan motivasi, dan
pendekatan biologis. Ketiga pendekatan ini digunakan secara berbeda-beda untuk berbagai
jenis organisasi dan pekerjaan yang berbeda-beda pula.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendelegasian wewenang atau delegation of authority merupakan proses pembagian
kerja, pengelompokan tugas seorang manajer sedmikian rupa, sehingga akhirnya manajer
hanya mengerjakan bagian perkerjaan yang tidak dapat diserahkan kepada para bawahannya,
berhubung posisinya dalam organisasi. Dengan pendelegasian ini, maka bawahan akan
mempunyai wewenang untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Mendelegasikan berarti
memaksimalkan efektivitas karyawan, mempercepat pengambilan keputusan, dan dapat
membuat keputusan yang lebih baik.
Wewenang merupakan alat untuk bertindak, sedangkan delegasi wewenang merupakan
kunci dinamika organisasi. Koontz mengatakan : delegation of authority is the key of
organization. Manfaat Pendelegasian Wewenang :

1. Manajer memiliki banyak kesempatan untuk mencari dan menerima peningkatan


tanggungjawab dari tingkatan manajer yang tinggi

2. Memberikan keputusan yang lebih baik

3. Pelimpahan yang efektif mempercepat pembuatan keputusan

4. Melatih bawahan memikul tanggungjawab, melakukan penilaian dan meningkatkan


keyakinan diri serta kesediaan untuk berinisiatif

B. Saran

Melalui pembahasan ini, diharapkan mahasiswa memahami arti dari wewenang,


kekuasaan dan tanggung jawab. Serta mahasiswa diharapkan memahami dan menerapkan
bagaimana menjadi seorang pemimpin yang ideal dan yang diharapkan.

15
DAFTAR PUSTAKA

HASIBUAN, Malayu S.P. Manajemen: dasar, pengertian dan masalah Cet 8. Jakarta: Haji
Masagung, 1993

https://nuryaniniw99.blogspot.com/2016/09/makalah-pengantar-manajemen-wewenang.html

16
Makalah
Kekuasaan, Wewenang dan Tanggung Jawab
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Manajemen

Dosen Pengampu : Surono, SE., M.Si.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

 Agung Muhamad Rizki 180121068


 Alif Farhan 180121082
 Indri Yani Saputri 180121083
 Mashur 180121037
 Restu Indah Purnama 181121009
 Siska 180121029
 Supriyadi 181121011

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON


FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2018/2019

17
18

Anda mungkin juga menyukai