Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

INHALASI UAP SEDERHANA DAN PENANGANAN ASMA SAAT


TERJADI SESAK NAFAS

Dosen Pengampu :

Wiwiek Natalya, M. Kep. Sp.Kom

Sigit Prasojo, M. Kes

Ratnawati, M. Kep

Disusun oleh :

Kelompok 7

Kelas 3A

Ade Budiyanto (16.1124.S)

Dina Widiyanti (16.1143.S)

Dwi Rustiningsih (16.1145.S)

Uun (16.1199.S)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

PEKAJANGAN PEKALONGAN

2019

1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang (data fokus)


Terapi inhalasi uap sederhana saat ini semakin berkembang luas
dan banyak dipakai pada pengobatan penyakit-penyakit saluran nafas.
Berbagai macam obat seperti antibiotik, mukolitik, anti inflamasi dan
bronkodilator sering digunakan pada terapi inhalasi. Obat asma inhalasi
yang memungkinkan penghantaran obat langsung ke paru-paru, akan
memudahkan pasien mengatasi keluahan sesak napas. Untuk mencapai
sasaran di paru-paru, partikel obat asma inhalasi harus berukuran sangat
kecil (2-5 mikron). Terapi inhalasi tidak hanya sebagai terapi untuk
kenyamanan jalan napas tetapi juga dapat mencegah pertumbuhan bakteri.
Terapi ini dapat dilakukan 2 jam setelah makan.
Masalah utama pada pasien asma yang sering dikeluhkan adalah
sesak nafas untuk mengurangi sesak nafas dengan pengaturan posisi saat
istirahat, posisi yang paling efektif adalah posisi semi fowler dengan
derajat kemiringan 45o yaitu dengan menggunakan gaya grafitasi untuk
membantu pengembangna paru dan mengurangi tekanan dari abdomen
dari diafragma.
B. Diagnosa keperawatan
Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan keluarga
mampu mengetahui langkah-langkah melakukan inhalasi uap
sederhana dan penanganan asma saat terjadi sesak nafas.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan keluarga
mampu mengetahui tentang :
a. Pengertian inhalasi uap sederhana
b. Tujuan inhalasi uap sederhana
c. Indikasi dan Kotraindikasi inhalasi uap sederhana

2
d. Alat dan bahan yang dibutuhkan.
e. Prosedur tindakan inhalasi uap sederhana
f. Cara mengatur posisi tubuh saat terjadi serangan asma
D. Strategi Intervensi
Promosi kesehatan
E. Implementasi Tindakan
1. Prosedur Tindakan : Inhalasi uap sederhana dan penanganan
asma saat terjadi sesak nafas
2. Metode : Ceramah, Tanya jawab dan demonstrasi
3. Media : Leaflet
4. Tempat : Dk. Ujungsari Ds. Gringgingsari Kec.
Wonotunggal Kab. Batang
5. Waktu : 30 menit
6. Sasaran : Keluarga Tn. B
7. Pelaksana : Ade, Dina, Dwi, dan Uun
8. Ringkasan Kegiatan :
No. Tahap Kegiatan Media
1. Pembukaan a. Memberikan salam
( 5 menit ) b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Apersepsi dengan cara
menggali pengetahuan
responden tentang inhalasi
uap sederhana
2. Pelaksanaan a. Mejelaskan materi Leaflet
( 20 menit ) penyuluhan :
1. Pengertian inhalasi uap
sederhana
2. Tujuan inhalasi uap
sederhana
3. Indikasi dan
Kotraindikasi inhalasi

3
uap sederhana
4. Alat dan bahan yang
dibutuhkan.
5. Prosedur tindakan
inhalasi uap sederhana
6. Cara mengatur posisi
tubuh saat terjadi
serangan asma
b. Responden memperhatikan
penjelasan dari pemateri
c. Mempersilahkan kepada
responden untuk bertanya
mengenai materi yang
belum jelas
3. Penutup a. Menyimpulkan materi
( 5 menit ) b. Mengevaluasi responden
tentang materi yang telah
diberikan
c. Mengakhiri pertemuan

4
Lampiran Materi Prosedur Tindakan Keperawatan

A. Nama Prosedur Perawatan


Inhalasi uap sederhana dan cara mengatur posisi tubuh saat terjadi
serangan asma
B. Definisi
Inhalasi uap sederhana adalah memberikan obat dengan cara dihirup dalam
bentuk uap kedalam saluran pernafasan yang dilakukan dengan bahan dan
cara yang sederhana serta dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga.
C. Tujuan
1. Mengurangi sesak nafas
2. Melebarkan jalan nafas
3. Melegakan dan menghangatkan tenggorokan
4. Memudahkan pengeluaran dahak pada saluran nafas bagian atas
5. Meningkatkan fungsi pernafasan dan paru-paru
D. Indikasi
1. Pasien sesak nafas dan batuk
2. Asma
3. Pilek dengan hidung sesak dan berlendir
4. Selaput lendir mengering
5. Iritasi kerongkongan, radang selaput lendir saluran pernafasan bagian
atas
E. Kontraindikasi
1. Riwayat alergi dengan aromaterapi atau minyak tertentu
2. Klien dengan lesi atau luka pada wajah
F. Persiapan Alat
1. Corong
2. Baskom ukuran sedang
3. Obat – obatan aroma terapi seperti minyak kayu putih.
4. Air panas

5
G. Uraian Prosedur Tindakan Keperawatan
1. Cara melakukan inhalasi uap sederhana
Menurut Tjay (2015), melakukan inhalasi manual dilakukan pada hari
pertama dan kedua pada pagi hari dengan cara menundukkan kepala
kurang lebih 15cm diatas sebuah sungkup kerucut yang dibawahnya
terdapat baskom yang berisi air panas yang sudah diberi 5 tetes
minyak kayu putih guna memperkuat efeknya, lalu perlahan hirup
uapnya dengan hati-hati, kemudian dihirup secara lebih mendalam, ini
dapat dilakukan sampai air sudah tidak terasa panas atau uap dalam air
sudah habis.
a) Persiapkan alat dan bahan
b) Campurkan minyak kayu putih dengan air panas dalam baskom
dengan perbandingan 2-3 tetes minyak kayu putih untuk 250 ml
(1 gelas) air hangat.
c) Tempatkan pasien dan campuran tersebut diruang tertutup supaya
uap tidak tercampur dengan udara bebas
d) Hirup uap dari campuran tersebut melalui corong selama kurang
lebih 5-10 menit atau pasien sudah merasa lega dengan
pernafasannya.
2. Cara mengatur posisi tubuh saat terjadi serangan asma
Pemberian posisi semi fowler pada pasien asma dilakukan sebagai
cara untuk membantu mengurangi sesak nafas. Posisi semi fowler
dengan derajat kemiringan 45o yaitu dengan menggunakan gaya
grafitasi untuk membantu pengembangan paru dan mengurangi
tekanan dari abdomen dan diafragma. Menurut hasil penelitian jurnal
yang di lakukan oleh Kim (2004) bahwa pemberian posisi semi fowler
dapat mengurangi sesak nafas pada pasien asma. Dijelaskan oleh
Wilkison (Supadi, dkk 2008:98) bahwa posisi semi fowler dimana
kepala dan tubuh dinaikkan 45o membuat oksigen didalam paru-paru
semakin meningkat sehingga memperingan kesukaran nafas.
Penurunan sesak nafas tersebut didukung juga dengan sikap pasien
yang kooperatif, patuh saat diberi posisi semi fowler, sehingga pasien

6
dapat bernafas. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Refi Safitri dan
Anisa Andriani pada tahun 2011 yang menyebutkan ada perbedaan
rata-rata sesak nafas sebelum dan sesudah pemberian posisi semi
fowler. Sehingga pada pasien sma disarankan diberikan posisi semi
fowler karena mempengaruhi berkurangnya sesak nafas sehingga
kebutuhan dan kualitas tidur pasien terpenuhi,terpenuhinya kualitas
tidur pasien membantu proses kebaikan kondisi pasien lebih cepat.
Saat sesak nafas pasien lebih nyaman dengan posisi duduk atau
setengah duduk sehingga posisi semi fowler memberikan kenyamanan
dan membantu memperingan kesukaran bernafas. Menurut Angela
(Supadi, dkk, 2008) saat terjadi serangan sesak biasanya klien merasa
sesak dan tidak bisa tidur dengan posisi berbaring melainkan harus
dengan posisi duduk atau setengah duduk untuk meredakan
penyampitan jalan nafas dan memenuhi O2 dalam darah.

7
DAFTAR PUSTAKA

Tjay t.h & Rahardja k. 2015. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan Efek
Sampingnya. Jakarta : PT Alex Media Computindo.

Riamini, Ni Made dkk. 2017. Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga,


Kelompok, dan Komunitas dengan Modifikasi NANDA,
ICNP,NOC, dan NIC diPuskesmas dan Masyarakat. Jakarta:
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai