Identifikasi Miskonsepsi Materi Stoikiometri Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Malang PDF
Identifikasi Miskonsepsi Materi Stoikiometri Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Malang PDF
Abstrak
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui konsep apa saja dalam materi
stoikiometri yang menjadi miskonsepsi bagi siswa kelas X di SMAN 1 Malang, serta
mengetahui keefektifan instrumen three-tier untuk mengidentifikasi adanya miskonsepsi.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Pemilihan sampel dilakukan
dengan metode cluster random sampling dan terpilih 60 siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa instrumen three-tier efektif untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada
siswa. Salah satu bentuk miskonsepsi yang ditemukan yaitu siswa menganggap pereaksi
pembatas merupakan reaktan dengan massa terkecil.
Abstract
The aims of this research are to identify which concepts that students on 10th grade of
SMAN 1 Malang have as misconception and to know the effectiveness of three-tier
diagnostic instrument to identify misconception. This research use descriptive design. The
sample was drawn from this accessible population with cluster random sampling technic and
60 students are accepted as sampels. One of the misconceptions is student assume that
limiting reactant is reactant which have smallest mass.
penelitian ini tes yang digunakan adalah siswa yang tidak dijadikan sebagai subyek
three-tier test. Pada instrumen ini tier penelitian. Hasil uji coba tersebut kemudian
pertama berupa soal pilihan ganda biasa, tier dianalisis, dari hasil analisa tersebut
kedua berupa alter-nalif alasan, dan tier diputuskan bahwa terdapat 5 butir soal
ketiga berupa skala tingkat keyakinan. dibuang karena hasil uji coba yang jelek,
Adanya tier ketiga berfungsi untuk sehingga soal yang siap untuk digunakan
mengetahui tingkat keyakinan siswa sebanyak 25 butir soal dengan nilai
terhadap jawaban dan alasan yang diberikan. reliabilitas sebesar 0,692. Pengambilan data
Instrumen ini dikembangkan oleh Pesman dilaksanakan dengan memberikan soal
(2005), Turker (2005), dan Ozlem (2007). diagnostik three-tier kepada siswa yang
terpilih menjadi sampel. Proses pengerjaan
Dalam beberapa penelitian yang
soal pada kelas X-MIA4 dilaksanakan pada
telah dilakukan oleh peneliti lain disebut-kan
tanggal 25 April 2014 dan pada kelas X-
bahwa masih terdapat siswa mengalami
MIA5 pada tanggal 29 April 2014. Teknik
miskonsepsi dalam materi stoikio-metri.
analisis data yang digunakan adalah analisis
Oleh karena itu, peneliti melakukan
deskriptif. Berdasarkan tabel analisis
penelitian untuk mengidentifikasi ada-nya
miskonsepsi yang telah disediakan, dapat
miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas X
dihitung persentase siswa yang mengalami
di SMAN 1 Malang dengan menggunakan
miskon-sepsi. Siswa yang mengalami
soal diagnostik three-tier, serta untuk
miskonsepsi digolongkan menjadi dua tipe.
mengetahui keefektifan instrumen tersebut
Tipe I adalah keadaan pada saat siswa yang
dalam membedakan siswa yang mengalami
memberikan jawaban benar pada tier 1 dan
miskonsepsi dengan siswa yang mengalami
salah pada tier kedua, serta memilih yakin
lack of knowledge.
pada tier ketiga. Tipe II yaitu keadaan pada
METODE saat siswa memberikan respon salah pada
Penelitian ini menggunakan tier 1 dan 2 (jawaban pada tier 1 dan tier 2
rancangan penelitian deskriptif. Populasi saling berhubungan) namun me-milih yakin
yang digunakan adalah siswa kelas X di pada tier ketiga. Setelah dilaku-kan analisis
SMAN 1 Malang. Pemilihan sampel jawaban siswa, selanjutnya dihitung
dilakukan dengan menggunakan teknik persentase banyaknya siswa yang
cluster random sampling. Berdasarkan mengalami miskonsepsi.
teknik ter-sebut diperoleh dua kelas yang HASIL DAN PEMBAHASAN
akan dijadikan sampel yaitu X-MIA4 dan X-
Dalam penelitian ini diperoleh
MIA5, dengan jumlah total sebanyak 60
beberapa jenis miskonsepsi yang dialami
siswa. Penyusunan instrumen diawali
siswa kelas X di SMAN 1 Malang. Hasil
dengan melakukan kajian literatur dari
persentase serta jenis miskonsepsi yang telah
penelitian sebelumnya, kemudian dilanjut-
teridentifikasi disajikan dalam Tabel 1
kan dengan membuat peta konsep dan kisi-
berikut.
kisi soal. Selanjutnya disusun soal pili-han
ganda alasan terbuka yang kemudian akan
disebarkan kepada siswa SMA. Penyebaran
soal ini bertujuan untuk mencari alternatif
alasan yang akan diguna-kan menyusun
jawaban pada tier kedua. Langkah
berikutnya adalah penyusunan butir soal
three-tier yang terdiri atas 30 butir soal.
Instrumen yang telah dikem-bangkan
kemudian dilakukan validasi oleh 3 ahli.
Setelah dilakukan validasi dan revisi soal,
selanjutnya dilakukan uji coba soal kepada
51
JURNAL PEMBELAJARAN KIMIA (J-PEK) ISSN: 2528-6536
Vol. 01, No. 2, Desember 2016
52
Rofinda Gita A. dkk, Identifikasi Miskonsepsi dalam Materi Stoikiometri Melalui Soal Diagnostik
Three-Tier
22 3,33% - 3,33%
Jika reaktan memiliki
jumlah mol yang sama maka
pereaksi pembatas 14 6,67% - 6,67% 6,67%
merupakan reaktan dengan
koefisien terkecil
17 16,67% 6,67% 10,00%
18 3,33% 3,33% -
19 20,00% 1,67% 18,33%
Pereaksi pembatas
merupakan reaktan dengan 16 8,33% 5,00% 3,33% 3,33%
massa terkecil
18 20,00% 6,67% 13,33%
Keterangan :
STY = Sangat TidakYakin Y= yakin
TY= Tidak Yakin SY= sangat yakin
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa senyawa tersebut. Miskonsepsi lain yang
instrumen diagnostik three-tier mampu ditemukan pada konsep ini yaitu siswa
mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi menyatakan bahwa senyawa ionik tersusun
pada siswa. Hal ini dibuktikan dengan atas molekul. Jumlah siswa yang mengalami
ditemukannya beberapa jenis miskonsepsi miskonsepsi tersebut sebanyak 15%. Konsep
dalam materi stoikiometri ini. Selain itu yang benar menyatakan bahwa senyawa
dapat dilihat perbandingan persentase siswa ionik tidak mengandung molekul, senyawa
yang mengalami miskonsepsi, jika jawaban ionik tersusun atas ion-ion (Brady,1999:65).
siswa dianalisis menggunakan three-tier
Terdapat 20% siswa menganggap bahwa
akan dihasil-kan per-sentase yang lebih kecil
untuk mengkonversikan mol menjadi massa
dibandingkan jika jawaban tersebut
digunakan Mr. Selain itu 26,67% siswa
dianalisis dengan menggunakan two-tier.
menganggap bahwa untuk mengkonversikan
Hal ini menunjukkan instrumen three-tier
massa digunakan Ar. Bentuk miskonsepsi ini
lebih selektif dalam menentukan siswa yang
didukung oleh penelitian penelitian Sidauruk
mengalami miskonsepsi.
(dalam Roikah, 2013:60) yang menyatakan
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa siswa menganggap Mr/Ar bersatuan
sebanyak 36,67% siswa mengalami gram/mol karena Mr/Ar digunakan untuk
miskonsepsi bahwa partikel dasar penyusun mencari massa zat. Hal ini tidak sesuai
logam merupakan unsur. Konsep yang benar dengan teori yang menyebutkan bahwa
adalah bahwa partikel dasar materi untuk mengonversikan mol menjadi massa
penyusun logam adalah atom- atomnya. digunakan massa molar. Massa molar
Siswa dapat menentukan jumlah partikel memiliki nilai yang sama dengan Mr atau Ar
dasar penyusun materi dengan baik. Namun dan memiliki satuan gram.mol-1.
siswa mengalami kesulitan untuk
Selanjutnya dapat diketahui 5%
menentukan jenis partikel dasar penyusun
siswa yang menganggap bahwa Mr dan Ar
materi tersebut. Kesalahan ini sejalan
memiliki satuan berupa g/mol. Bentuk
dengan penelitian Roikah (2013:51) yang
miskonsepsi ini cukup umum terjadi pada
menyatakan bahwa siswa menganggap
siswa. Siswa yang menggunakan Mr atau Ar
logam tersusun dari partikel berupa unsur.
untuk mengonversikan jumlah mol menjadi
Selain itu 5% siswa mengalami massa atau sebaliknya, selalu menganggap
miskonsepsi yang menyatakan bahwa jum- bahwa Mr dan Ar menyatakan massa zat
lah ion total dalam senyawa ionik setara dalam tiap molnya. Miskonsepsi ini juga
dengan bilangan Avogadro. Konsep yang didukung oleh penelitian Roikah (2013),
benar menyatakan bahwa jumlah ion total yang menyatakan bahwa g/mol adalah
dari senyawa ionik dipengaruhi pula oleh satuan Ar. Hal ini tidak sesuai dengan teori
banyaknya ion yang dapat terdisosiasi dari yang menyatakan bahwa Mr dan Ar tidak
53
JURNAL PEMBELAJARAN KIMIA (J-PEK) ISSN: 2528-6536
Vol. 01, No. 2, Desember 2016
memiliki satuan karena Mr dan Ar sama. Hal ini tidak sesuai dengan hukum
merupakan perbandingan antara massa zat Avogadro yang menyatakan bahwa pada
dengan massa 1/12 atom C-12. tekanan dan suhu yang sama senyawa
dengan jumlah mol sama akan memiliki
Dalam penentuan rumus empiris dan
volume yang sama (McMurry, 2005:349).
rumus molekul, diketahui 1,67% siswa
Zat dengan volume yang sama belum tentu
menganggap bahwa rumus molekul dapat
memiliki massa yang sama, sebab massa
ditentukan dengan perbandingan massa atom
dipengaruhi oleh massa molar masing-
penyusunnya. Konsep yang benar
masing zat.
menyatakan bahwa untuk menentukan
rumus senyawa digunakan perbandingan Sebanyak 8,33% siswa menganggap
jumlah mol dari tiap atom penyusunnya. jumlah mol produk tergantung pada reaktan
Rumus hasil perbandingan tersebut disebut dengan jumlah mol terkecil tanpa
sebagai rumus empiris, sedangkan rumus memperhatikan koefisien reaksi dari
molekul tidak hanya menyatakan masing-masing reaktan. Bentuk kesalahan
perbandingan atom-atomnya, namun juga ini sejalan dengan penelitian Wahyuni
jumlah atom sebenarnya dari masing-masing (2010:62) yang meyatakan bahwa siswa
unsur dalam molekul senyawa (Brady, menganggap pereaksi pembatas merupa-kan
1999:75). reaktan dengan jumlah mol paling sedikit.
Hal ini mungkin benar apabila reaktan yang
Pada materi kelimpahan unsur
terlibat memiliki koefisien yang sama,
ditemukan 15% siswa menganggap dalam
namun apabila reaktan yang terlibat
persenyawaan Na dengan golongan halida,
memiliki koefisien reaksi yang berbeda
semakin besar Mr senyawa maka se-makin
maka pernyataan bahwa pereaksi pembatas
besar persen komposisi Na. Apabila
merupakan reaktan dengan jumlah mol
dianalisis senyawa NaF memiliki Mr paling
terkecil tidak berlaku lagi.
kecil, sedangkan NaI memiliki Mr paling
besar. Semakin besar Ar dari golongan halida Sebanyak 38,33% siswa menganggap
yang bersenyawa dengan Na, maka semakin bahwa massa produk merupakan hasil
kecil persentase komposisi yang dimiliki Na penjumlahan massa reaktan. Konsep yang
dalam senyawa tersebut. Hal ini didukung benar yaitu massa produk merupa-kan
oleh per-nyataan Brady (1999:67) yang penjumlahan dari massa reaktan apabila
menyatakan bahwa persen komposisi dalam reaksi tersebut semua reaktan habis
merupakan persentase dari massa total yang bereaksi. Namun apabila terdapat pereaksi
diberikan tiap elemen. Apabila suatu yang berlebih maka massa pro-duk
senyawa yang mengandung salah satu tergantung pada jumlah mol reaktan yang
elemen sama dibandingkan, maka persen menjadi pereaksi pembatas.
komposisi elemen tersebut dalam suatu
Miskonsepsi lain yang ditemukan adalah
senyawa tergantung pada elemen
siswa menganggap massa seban-ding
pasangannya. Jika senyawa tersebut
dengan koefisien. Konsep yang benar
memiliki Mr besar, berarti massa elemen
menyatakan bahwa koefisien reaksi
pasangannya lebih besar dibandingkan
sebanding dengan jumlah mol dan volume,
dengan massa elemen tersebut. Hal ini
bukan massa senyawa. Siswa yang
mengakibatkan persen komposisi elemen
mengalami miskosepsi seperti ini sebanyak
tersebut semakin kecil. Terdapat 15% siswa
8,33%. Bentuk kesalahan ini sejalan dengan
menganggap da-lam reaksi pembakaran
penelitian Wahyuni (2010:26) yang
reaktan yang terlibat adalah udara. Pada
menyatakan bahwa siswa mengang-gap
kenyataannya reaksi pembakaran hanya
perbandingan koefisien menyatakan
melibatkan gas oksigen sebagai reaktan,
perbandingan massa.
bukan udara yang merupakan campuran dari
beberapa gas. Sebanyak 3,33% siswa mengalami
miskonsepsi tehadap materi hukum
Dalam stoikiometri reaksi, terdapat
kekekalan massa. Mereka menyatakan
6,67% siswa menganggap zat dengan
bahwa reaksi kimia yang melibatkan gas
volume yang sama memiliki massa yang
54
Rofinda Gita A. dkk, Identifikasi Miskonsepsi dalam Materi Stoikiometri Melalui Soal Diagnostik
Three-Tier
sebagai reaktan tidak mempengaruhi massa untuk mengkonversikan jumlah mol zat
produk. Dalam kasus ini siswa meng- menjadi massa digunakan Mr, (5) untuk
abaikan keterlibatan reaktan berupa gas yang mengkonversikan jumlah mol zat menjadi
turut bereaksi. Miskonsepsi ini sejalan massa digunakan Ar, (6) Mr dan Ar memiliki
dengan penelitian Driver (dalam Kind, satuan karena menyatakan massa zat dalam
2004:38) yang menyatakan bahwa siswa tiap mol, (7) rumus molekul dapat
menganggap massa paku berkarat dan paku ditentukan dengan perbandingan massa
sebelum berkarat tidak berubah, sebab karat atom penyusunnya, (8) dalam persenyawaan
merupakan bagian dari paku tersebut. Na dengan golongan halida, semakin besar
Mr senyawa maka semakin besar persen
Terdapat 6,67% siswa menyatakan
komposisi Na, (9) pada reaksi pembakaran
bahwa jika reaktan memiliki jumlah mol
udara terlibat sebagai reaktan, (10) pada
sama maka yang bertindak sebagai pereaksi
tekanan dan suhu tertentu, zat dengan
pembatas merupakan reaktan dengan
volume yang sama akan memiliki massa
koefisien terkecil. Miskonsepsi ini sejalan
yang sama, (11) jumlah mol produk
dengan penelitian Huddle & Pillay (dalam
tergantung pada reaktan dengan jumlah mol
Krisnawati, 2013) yang menya-takan bahwa
terkecil, (12) massa produk merupakan hasil
pereaksi yang memiliki koefisien terkecil
penjumlahan massa reaktan, (13) massa
dalam persamaan reaksi bertindak sebagai
sebanding dengan koefisien reaksi, (14)
pereaksi pembatas.
reaksi kimia yang melibatkan gas sebagai
Selain itu terdapat 3,33% siswa yang reaktan tidak mempengaruhi massa produk,
menganggap bahwa pereaksi pemba-tas (15) jika reaktan memiliki jumlah mol yang
merupakan reaktan dengan massa terkecil. sama maka pereaksi pembatas merupakan
Bentuk miskonsepsi ini didukung oleh reaktan dengan koefisien terkecil, (16)
penelitian Wahyuni (2013:62) yang pereaksi pembatas merupakan reaktan
menyatakan bahwa siswa menganggap dengan massa terkecil.
pereaksi yang memiliki massa paling sedikit
Soal diagnostik three-tier merupakan
merupakan pereaksi pembatas. Hal ini juga
instrumen yang efektif digunakan dalam
didukung oleh penelitian BouJaoude dan
mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi
Barakat (2003:15) yang menya-takan bahwa
pada siswa. Instrumen three-tier lebih
siswa menganggap pereaksi pembatas
selektif dalam mengidentifikasi siswa yang
ditentukan oleh massa bukan berdasarkan
mengalami miskonsepsi. Hal ini
jumlah mol.
dikarenakan adanya tier ketiga berupa skala
KESIMPULAN keyakinan yang dapat membedakan siswa
Miskonsepsi yang dialami oleh siswa yang mengalami miskonsepsi dengan siswa
kelas X di SMAN 1 Malang antara lain: (1) yang mengalami kesalahan. Siswa yang
logam tersusun atas unsur-unsurnya, (2) mengalami miskonsepsi akan selalu merasa
jumlah ion total dalam 1 mol senyawa ionik yakin terhadap penge-tahuannya meskipun
sama dengan bilangan Avogadro, (3) pengetahuan tersebut ternyata salah.
senyawa ionik tersusun atas molekul, (4)
55
JURNAL PEMBELAJARAN KIMIA (J-PEK) ISSN: 2528-6536
Vol. 01, No. 2, Desember 2016
56