Anda di halaman 1dari 19

PENGELOLAAN LABORATORIM KIMIA SEKOLAH

DISUSUN OLEH:
Kelompok 4

1. Kurnia Mega Lestari (06101381722047)

2. Sheny Gracia (06101381722056)

3. Wafiqa Dinda Kenamon (06101381722064)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
PENGELOLAAN BAHAN KIMIA :

A. Evaluasi Inventarisasi Bahan Kimia

Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional


Pendidikan dan dijabarkan dalam Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007,
laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori keilmuan,
pengujian teoritis, pembuktian ujicoba peneltian, dan sebagainya dengan
menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan
kuantitas dan kualitas yang memadai. Laboratorium ialah suatu tempat
dilakukannya percobaan dan penelitian. Tempat ini dapat merupakan suatu
ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka. Dalam pengertian terbatas
laboratorium ialah suatu ruangan yang tertutup dimana percobaan dan penelitian
dilakukan.
Pengelolaan laboratorium merupakan suatu proses pendayagunaan
sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang
diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber
daya. Dalam pengelolaan laboratorium meliputi beberapa aspek yaitu sebagai
berikut :
1. Perencanaan
2. Penataan
3. Pengadministrasian
4. Pengamanan, perawatan, dan pengawasan
Dalam pengadministrasian alat dikenal istilah inventarisasi. Inventaris
adalah sutu kegiatan dan usaha untuk mnyediakan rekaman tentang keadaan
semua fasilitas, barang-barang yang dimiliki sekolah. Bagi SMA yang
mempunyai beberapa lab sangat penting untuk mendata fasilitas/menginventaris
alat dan bahan lab untuk kegiatan pembelajaran siswa. Dengan kegiatan
invetarisasi yang memadai akan dapat diperoleh pedoman untuki mempersiapan
anggaran atau memperisapkan kegiatan pada tahun yang akan datang.
Inventarisasi peralatan laboratorium dan bahan kimia sangat penting dan
merupakan asset pendidikan yang sangat berharga sehingga harus dilakukan
secara ketat. Peralatan sangat mahal sehingga harus diamankan dari kehilangan,
kerusakan fatal, penyalahgunaan, pencurian dan kebakaran.
Kegiatan administrasi laboratorium meliputi segala kegiatan
administrasi yang ada di laboratorium, yaitu:

 Inventarisasi peralatan laboratorium;


 Daftar kebutuhan alat baru, alat tambahan, alat rusak, alat yang
dipinjamkan;
 Keluar masuk surat-menyurat;
 Daftar pemakaian laboratorium, jadwal kegiatan laboratorium;
 Daftar inventarisasi alat-alat meubeair (kursi, bangku, lemari, dll); dan
 Sistem evaluasi dan pelaporan.

Adapun tujuan penataan alat dan bahan kimia adalah:


1).Memahami cara menata dan menyimpan alat dan bahan di laboratorium.
2).Memahami cara mengadministrasikan alat dan bahan di Laboratorium.
3).Mengenal dan mengisi perangkat Administrasi.
4).Menerapkan cara menata, menyimpan, dan mengadministrasikan alat dan
bahan di Laboratorium.
Perlu inventaris yang baik untuk memudahkan pengelolaan, penggunaan , dan
pendataan asset laboratorium. Adapun perlakuan terhadap alat-alat di
laboratorium seperti:
1. Membawa alat sesuai petunjuk penggunaan
2. Menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan.
3. Menjaga kebersihan alat
4. Menyimpan alat
Tujuan dilakukannya Inventarisasi

 Mencegah kehilangan dan penyalahgunaan


 Mengurangi biaya operasional
 Meningkatkan proses pekerjaan dan hasilnya
 Meningkatkan kualitas kerja
 Mencegah pemakaian berlebihan
 Meningkatkan kerjasama

Dalam mengadministrasikan bahan kimia adalah menggunakan format


D. Spesfikasi bahan kimia yang diinformasikan yaitu nama-nama zat dalam
bahasa Inggris, rumus kimia, massa molekul (Mr), kemurnian, konsentrasi,
massa/berat jenis (BJ),wujud, Warna, pabrik dan Kode Zat.
Evaluasi :
Pada bahan-bahan kimia yang terdapat di Lab IPA SMA Srijaya Negara
tidak terdapat kartu yang berisi informasi mengenai bahan kimia seperti :
massa molekul (Mr), kemurnian,massa/berat jenis (BJ),wjud, Warna, pabrik
dan Kode Zat. Botol bahan kimia hanya dilabeli dengan informasi nama zat,
rumus kimia dan jumlah konsentrasi zat tersebut. Lab IPA SMA Srijaya
Negara memiliki inventaris bahan-bahan kimia yang dimana inventaris
bahan kimia habis pakai berisi informasi mengenai nama bahan, wujud dan
jumlah barang. Pada inventaris bahan kimia habis pakai tidak terdapat no
induk dan no kode bahan.

Notes : setelah halaman ini print gambar inventaris dari excel


B. Evaluasi Penyimpanan Bahan Kimia
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan alat dan bahan di
laboratorium :
1. Aman
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan, atas dasar alat yang
mudah dibawa dan mahal harganya seperti stop watch perlu disimpan pada
lemari terkunci. Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat dan
bahan sehingga fungsinya berkurang.

2. Mudah dicari
Untuk memudahkan mencari letak masing – masing alat dan bahan, perlu diberi
tanda yaitu dengan menggunakan label pada setiap tempat penyimpanan alat
(lemari, rak atau laci).

3. Mudah diambil
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan perlengkapan seperti
lemari, rak dan laci yang ukurannya disesuaikan dengan luas ruangan yang
tersedia.

Hal – Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Menyimpan Bahan


1. Wujud Zat : Padat Disimpan terpisah dari cair
2. Konsentrasi Zat : Konsentrasi yang pekat disimpan terpisah dan khusus ,
misalnya HCl pekat
3. Bahaya dari zat : Zat yang berbahaya tidak disimpan diatas ( lebih tinggi dari
badan)
4. Label : Semua wadah yang berisi bahan / zat kimia harus diberi label
5. Kepekaan Zat terhadap cahaya : zat yang peka terhadap cahaya disimpan
dalam botol cokelat
6. Kemudahan Menguap : zat yang mudah menguap disimpan ditempat yang
dingin dan sejuk serta hindarkan dari cahaya langsung
Cara menyimpan bahan laboratorium
Dasar Penyimpanan Bahan yaitu
1. Wujud Bahan :Padat dan Cair
2.Sifat Bahan :Asam dan Basa
3.Sifat Bahaya :Korosif, Racun, Mudah Terbakar ,dll
4.Seberapa sering digunakan

Sistem Penyimpanan Bahan


Didasarkan pada :
-Bahan yang sering dipakai
-Bahan yang boleh diambil sendiri oleh pemakai Laboratorium
-Bahan yang berbahaya / racun
-Jumlah bahan yang disimpan

Cara menyimpan bahan laboratorium kimia dengan memperhatikan kaidah


penyimpanan, seperti halnya pada penyimpanan alat laboratorium. Sifat masing-
masing bahan harus diketahui sebelum melakukan penyimpanan, seperti :
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol
plastik.
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol
kaca.
3. Bahan yang dapat berubah ketika terkena matahari langsung, sebaiknya
disimpan dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan
bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam
disimpan dalam botol berwarna bening.
4. Bahan berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan
lainnya.
5. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan
dapat pula menggunakan botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol
sebaiknya secukupnya saja sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan
praktikum disimpan dalam botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk.
Hal ini untuk menghindari rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa
praktikum mungkin sudah rusak atau tidak murni lagi.
6. Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing
bahan.
7. Larutan Indikator disimpan dalam botol tetes (botol kecil yang dilengkapi
dengan pipet tetes pada sumbatnya.)

No Cara Penyimpanan Ya Tidak Keterangan


1 Bahan padat disimpan terpisah dari bahan cair √
Konsentrasi zat yang pekat disimpan terpisah dan
2 √
khusus
Zat yang berbahaya tidak disimpan di atas (lebih
3 √
tinggi dari badan)
Semua wadah yang berisi bahan/zat kimia harus diberi
4 √
label
Zat yang peka terhadap cahaya disimpan dalam botol
5 √
cokelat

Zat yang mudah menguap disimpan ditempat yang


6 √
dingin dan sejuk serta hindarkan dari cahaya langsung

Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya


7 √
disimpan dalam botol plastik
Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya
8 √
disimpan dalam botol kaca
Bahan yang dapat berubah ketika terkena matahari
9 langsung disimpan dalam botol gelap dan diletakkan √
dalam lemari tertutup
Bahan berbahaya dan korosif disimpan terpisah dari
10 √
bahan lainnya
Penyimpanan bahan dalam botol induk yang
11 berukuran besar dan dapat pula menggunakan botol
berkran
Bahan disimpan dalam botol yang diberi simbol
12
karakteristik masing-masing bahan
Larutan indikator disimpan dalam botol tetes (botol
13 kecil yang dilengkapi dengan pipet tetes pada
sumbatnya)

Evaluasi :

C. Evaluasi Daftar Simbol-simbol Bahan Kimia di Laboratorium


Bahan-bahan kimia yang ada di laboratorium memiliki sifat yang
beraneka ragam. Di antara sifat-sifatnya tersebut, ada beberapa di antaranya
yang ternyata dapat membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan para
pekerja dan lingkungannya (K3LH). Untuk membedakan antara bahan kimia
berbahaya dengan bahan kimia yang tidak berbahaya diperlukan suatu simbol
khusus yang bersifat universal. Inilah yang mendasari dibuatnya suatu peraturan
tentang simbol bahan kimia berbahaya.
Simbol bahaya kimia adalah suatu piktogram berlatar belakang orange
dengan garis batas dan gambar berwarna hitam. Gambar yang terdapat dalam
piktogram umumnya menggambarkan sifat bahaya dari bahan yang dilabeli.
Sifat bahaya tersebut misalnya risiko ledakan dan kebakaran, risiko kesehatan
dan keracunan, atau kombinasi keduanya.
Berikut ini 7 simbol bahan kimia berbahaya lengkap dengan gambar dan
keterangannya.
1. Explosive (Mudah Meledak)
Bahan kimia yang diberi simbol seperti gambar disamping adalah bahan
yang mudah meledak (explosive). Ledakan pada bahan tersebut bisa terjadi
karena beberapa penyebab, misalnya karena benturan, pemanasan, pukulan,
gesekan, reaksi dengan bahan kimia lain, atau karena adanya sumber percikan
api. Ledakan pada bahan kimia dengan simbol ini kadang kali bahkan dapat
terjadi meski dalam kondisi tanpa oksigen. Beberapa contoh bahan kimia dengan
sifat explosive misalnya TNT, ammonium nitrat, dan nitroselulosa. Bekerja
dengan bahan kimia yang mudah meledak membutuhkan pengalaman praktis
sekaligus pengetahuan. Menghindari hal-hal yang dapat memicu ledakan sangat
penting dilakukan untuk mencegah risiko fatal bagi keselamatan diri.

2. Oxidizing (Mudah Teroksidasi)

Bahan kimia yang diberi simbol seperti gambar di samping adalah bahan
kimia yang bersifat mudah menguap dan mudah terbakar melalui oksidasi
(oxidizing). Penyebab terjadinya kebakaran umumnya terjadi akibat reaksi
bahan tersebut dengan udara yang panas, percikan api, atau karena raksi dengan
bahan-bahan yang bersifat reduktor. Bekerja dengan bahan kimia oxidizing
membutuhkan pengetahuan dan pengalaman praktis. Jika tidak, risiko kebakaran
akan sangat mungkin terjadi. Adapun beberapa contoh bahan kimia dengan sifat
ini misalnya hidrogen peroksida dan kalium perklorat. Bila suatu saat Anda
bekerja dengan kedua bahan tersebut, hindarilah panas, reduktor, serta bahan-
bahan mudah terbakar lainnya. Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan
R9.
3. Flammable (Mudah Terbakar)

Simbol bahan kimia di samping menunjukan bahwa bahan tersebut


besifat mudah terbakar (flammable). Bahan mudah terbakar dibagi menjadi 2
jenis yaitu Extremely Flammable (amat sangat mudah terbakar) dan Highly
Flammable (sangat mudah terbakar. Bahan dengan label Extremely Flammable
memiliki titik nyala pada suhu 0 derajat Celcius dan titik didih pada suhu 35
derajat Celcius. Bahan ini umumnya berupa gas pada suhu normal dan disimpan
dalam tabung kedap udara bertekanan tinggi. Frase-R untuk bahan amat sangat
mudah terbakar adalah R12. Bahan dengan label Highly Flammable memiliki
titik nyala pada suhu 21 derajat Celcius dan titik didih pada suhu yang tak
terbatas. Pengaruh kelembaban pada terbakar atau tidaknya bahan ini sangat
besar. Oleh karena itu, mereka biasanya disimpan pada kondisi kelembaban
tinggi. Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar yaitu R11. Adapun beberapa
contoh bahan bersifat flammable dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Zat terbakar langsung. Contohnya : aluminium alkil fosfor. Keamanan : hindari
kontak bahan dengan udara. Gas amat mudah terbakar. Contohnya : butane dan
propane. Keamanan : hindari kontak bahan dengan udara dan sumber api.
Cairan mudah terbakar. Contohnya: aseton dan benzene.
Keamanan : jauhkan dari sumber api atau loncatan bunga api.
Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila
kena air atau api.
4. Toxic (Beracun)

Simbol bahan kimia disamping mengunjukan bahwa bahan tersebut


adalah bahan beracun. Keracunan yang bisa diakibatkan bahan kimia tersebut
bisa bersifat akut dan kronis, bahkan bisa hingga menyebabkan kematian pada
konsentrasi tinggi. Keracunan karena bahan dengan simbol di atas bukan hanya
terjadi jika bahan masuk melalui mulut. Ia juga bisa meracuni lewat
proses pernafasan (inhalasi) atau melalui kontak dengan kulit. Beberapa contoh
bahan kimia bersifat racun misalnya arsen triklorida dan merkuri klorida.
Bekerja dengan bahan-bahan tersebut harus memperhatikan keselamatan diri.
Hindari kontak langsung dengan kulit, menelan, serta gunakan selubung masker
untuk mencegah uapnya masuk melalui pernafasan.

5. Harmful Irritant (Bahaya Iritasi)

Simbol bahan kimia disamping sebetulnya terbagi menjadi 2 kode, yaitu


kode Xn dan kode Xi. Kode Xn menunjukan adanya risiko kesehatan jika bahan
masuk melalui pernafasan (inhalasi), melalui mulut (ingestion), dan melalui
kontak kulit, contoh bahan dengan kode Xn misalnya peridin. Sedangkan kode
Xi menunjukan adanya risiko inflamasi jika bahan kontak langsung dengan kulit
dan selaput lendir, contoh bahan dengan kode Xi misalnya ammonia dan benzyl
klorida. Frase-R untuk bahan berkode Xn yaitu R20, R21 dan R22, sedangkan
untuk kode Xi yaitu R36, R37, R38 dan R41.
6. Corrosive (Korosif)

Simbol bahan kimia di samping menunjukan bahwa suatu bahan tersebut


bersifat korosif dan dapat merusak jaringan hidup. Karakteristik bahan dengan
sifat ini umumnya bisa dilihat dari tingkat keasamaannya. pH dari bahan bersifat
korosif lazimnya berada pada kisaran < 2 atau >11,5. Beberapa contoh bahan
dengan simbol ini misalnya belerang oksida dan klor. Jangan menghirup uap dari
bahan ini, jangan pula membuatnya kontak langsung dengan mata dan kulit
Anda. Mereka juga bisa menyebabkan iritasi. Frase-R untuk bahan korosif yaitu
R34 dan R35.

7. Dangerous for Enviromental (Bahan Berbahaya bagi Lingkungan)

Simbol bahan kimia pada gambar di samping menunjukan bahwa bahan


tersebut berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment). Melepasnya
langsung ke lingkungan, baik itu ke tanah, udara, perairan, atau ke
mikroorganisme dapat menyebabkan kerusakan ekosistem. Beberapa contoh
bahan dengan simbol ini misalnya tetraklorometan, tributil timah klorida, dan
petroleum bensin. Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan yaitu R50,
R51, R52 dan R53.
Evaluasi :
Pada Laboratorium IPA SMA Srijaya Negara tidak terdapat daftar
simbol-simbol bahan kimia di laboratorium.

D. Evaluasi Prosedur Pengajuan dan Pengadaan Bahan kimia


Setiap pengadaan bahan kimia berbahaya harus dicantumkan dengan jelas
di dalam lebar PP/PO tentang kelengkapan informasi bahan berupa :

a. Labeling
b. Informasi dampak Bahaya
c. Informasi P3K , APD
Spesifikasi mutu kemasan/wadah harus tertulis dengan jelas dalam
lembaran PP/PO dengan memperhatikan Keamanan, Ketahan, Efektifitas dan
Efisiensi. Khusus dalam hal Botol/Bejana Bertekanan, harus dicantumkan
WARNA yang disesuaikan dengan jenis/golongan Gas. Dalam hal ini bisa
berpedoman pada Standart Internasional ” Global Harmoni Syetem / GHS atau
NFPA, UN, UMO,EEC dlsb ). Setiap wadah Bahan Kimia Berbahaya harus
dilengkapi dengan TANDA RESIKO BAHAYA serta tindakan pencegahan dan
penanggulangannya.
User /Pejabat yang mengajukan pembelian Bahan Kimia Berbahaya
berkewajiban melengkapi syarat-syarat K3. Bila spesifikasi dan syarat K3 yang
dimaksud sudah cukup lengkap dan memenuhi standart K3, maka pengajuan
pembelian dapat diproses dan direalisasikan pengadaannya.
Pada umumnya pengadaaan alat dan bahan laboratorium dilakukan oleh
pemerintah. Pemerintah memberikan alat dan bahan laboratorium kepada
sekolah-sekolah negeri secara cuma-cuma. Namun, sekolah swasta tidak
diberikan secara cuma-cuma , sekolah tersebut harus membeli sendiri alat dan
bahan laboratorium tersebut yang diperlukan untuk kegiatan pendidikan IPA.
Tapi sekolah yang mendapat alat dan bahan apabila dalam praktikum terdapat
kerusakan ataupun habis, sekolah tersebut harus membeli sendiri. Prosedur
pembelian dimulai dengan penyusunan daftar alat dan bahan yang akan dibeli.
Pengelola laboaratorium yang menyusun daftar alat dan bahan tersebut
berdasarkan dari usulan guru IPA atau catatan buku harian tentang alat dan
bahan yang diperlukan. Penyusunan daftar tersebut dapat juga dilakukan dengan
memilih alat dan bahan yang terdapat dalam katalog daftar alat dari perusahaan
pengadaan alat dan bahan yang ada sesuai dengan keperluan.
Lebih baik lagi bila daftar usulan kebutuhan alat dan bahan ini disusun
oleh pengelola laboratorium bersama guru-guru IPA, agar alat dan bahan yang
akan dibeli sungguh-sungguh bermanfaat. Pembelian bahan hendaknya sesuai
dengan jumlah bahan yang dibutuhkan,sehingga jumlah alat yang dibeli
berdasarkan realibilitasnya. Dalam pembelian bahan hendaknya berdasarkan
bahan yang kualitasnya baik, Untuk laboratorium sains anggaran harus sudah
disiapkan dua atau tiga bulan sebelum tahun ajaran baru dimulai, sehingga cukup
waktu untuk pertimbangan, pembatalan dan finalisasi pesanan-pesanan dan
pengadaan alat dan bahan.
Untuk melengkapi atau mengganti alat / bahan kimia / IPA yang rusak,
hilang, atau habis dipakai diperlukan pengadaan. Sebelum pengusulan
pengadaan alat / bahan, maka perlu dipikirkan : (1) percobaan apa yang akan
dilakukan, (2) alat / bahan apa yang akan dibeli (dengan spesifikasi jelas), (3)
ada tidaknya dana / anggaran, (4) prosedur pembelian (lewat agen, langganan,
beli sendiri), dan (5) pelaksanaan pembelian (biasanya awal tahun pelajaran
baru) (Depdikbud, 1999 : 32).
Prosedur pengadaan dimulai dengan penyusunan alat / bahan yang akan
dibeli yang dikumpulkan dari usulan masing-masing guru IPA yang dikoordinasi
oleh penanggung jawab lab. Sebelum pembelian, hendaknya ditentukan terlebih
dahulu di toko atau perusahaan mana alat / bahan itu akan dibeli. Sebaiknya
setiap sekolah telah membuat jalinan kerja sama dengan perusahaan atau toko
alat dan bahan kimia tertentu, sehingga akan memperoleh harga yang relatif
murah dan sewaktu-waktu memerlukan tambahan alat / bahan kimia di luar
jadwal pengadaan dapat dengan mudah dikontak dan disuplai.
Untuk pengadaan alat-alat dan bahan-bahan laboratorium diperoleh
dari :
1. Proyek penyediaan fasilitas laboratorium sekolah Diknas.
2. Dari pembelian sekolah.

Bagi sekolah Negeri, sumber dana sekolah dibagi menjadi dua, yaitu dana
dari Pemerintah yang umumnya berupa dana rutin (biaya operasional dan
perawatan fasilitas) dan dana dari masyarakat yang dapat berasal dari orang tua
peserta didik maupun sumbangan masyarakat luas / dunia usaha (Depdikbud,
1999 : 95).
Dana laboratorium diperoleh dari proyek OPF (Operasional dan Perawatan
Fasilitas) yang dituangkan dalam APBS (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah) yang disediakan untuk membiayai kegiatan yang bersifat teknis
edukatif dan kegiatan penunjang proses belajar-mengajar.
sumber : https://www.slideshare.net/sayatikae/pengelolaan-lab-ipa-1-2-laboratorium-dan-
pengadaan-bahan

Panduan yang ada pada tabel bahan yang akan dibeli tertera secara rinci, dari
nama bahan, kemasan spesifikasi, satuan berat/volume, QTY (quantity), harga
satuan bahan dan total harga. Namun pada Peraturan Menteri Perdagangan
Republik Indonesia Nomor 75/M-DAG/PER/10/2014 tidak terdapat harga
satuan dan total harga bahan pada tabel. Tabel usulan bahan bisa dilihat di
lampiran.
Evaluasi :
Prosedur pengajuan dan pengadaan kimia di SMA Srijaya Negara
diajukan pertahun. Dana untuk membeli bahan didapat dari dana bantuan
perasional sekolah dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Prosedur pembelian
dimulai dengan penyusunan daftar alat dan bahan yang akan dibeli. Pengelola
laboratorium yang menyusun daftar alat dan bahan tersebut berdasarkan dari
usulan guru mata pelajaran kimia. Kemudian Pengelola Laboratorium yang
dalam hal ini merangkap sebagai Kepala Laboratorium membuat proposal
pengajuan bahan ke Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana.
Setelah proposal disetujui oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan
Prasarana, proposal tersebut diajukan ke Kepala Sekolah. Setelah proposal
disetujui, proposal tersebut diajukan ke Bagian Kepala Urusan Sarana dan
Prasarana untuk melakukan pembelian bahan ke toko kimia langganan ( CV
tertentu ). CV langganan untuk bahan kimia di laboratorium kimia SMA Srijaya
Negara yaitu : CV Multi Serai. Dengan demikian prosedur pengajuan dan
pengadaan bahan kimia di SMA Srijaya Negara sudah sesuai.

Pada lembar usulan pengajuan bahan kimia sudah memenuhi panduan yang
ada pada tabel bahan yang akan dibeli tertera secara rinci, dari nama bahan,
kemasan spesifikasi, satuan berat/volume, QTY (quantity), harga satuan bahan
dan total harga, namun ada satu yang kurang yaitu kemasan spesifikasi tidak
dicantumkan.

Notes : Print proposal pengajuan

E. Evaluasi Kegiatan Pengangkutan dan Pengiriman Bahan Kimia

Peraturan Pemerintah No 74 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Bahan


Berbahaya dan Beracun
Pasal 11 : Setiap orang yang memproduksi B3 wajib membuat Lembar Data
Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet).
Pasal 12 : Setiap penanggung jawab pengangkutan, penyimpanan, dan
pengedaran B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material
Safety Data Sheet) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.
Pasal 13 :
(1) Pengangkutan B3 wajib menggunakan sarana pengangkutan yang laik
operasi serta pelaksanaannya sesuai dengan tata cara pengangkutan yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Persyaratan sarana pengangkutan dan tata cara pengangkutan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh instansi yang berwenang di bidang
transportasi.
Pasal 14 : Setiap B3 yang dihasilkan, diangkut, diedarkan, disimpan wajib
dikemas sesuai dengan klasifikasinya.
Pasal 15 :
(1) Setiap kemasan B3 wajib diberikan simbol dan label serta dilengkapi dengan
Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data Sheet).
(2) Tata cara pengemasan, pemberian simbol dan label sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala instansi yang bertanggung
jawab.
Pasal 16 :
(1) Dalam hal kemasan B3 mengalami kerusakan untuk : a. B3 yang masih dapat
dikemas ulang, pengemasannya wajib dilakukan oleh pengedar; b. B3 yang tidak
dapat dikemas ulang dan dapat menimbulkan pencemaran dan atau kerusakan
lingkungan dan atau keselamatan manusia, maka pengedar wajib melakukan
penanggulangannya.
(2) B3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan huruf b, ditetapkan
lebih lanjut dengan Keputusan Kepala instansi yang bertanggung jawab.
(3) Dalam hal Keputusan Kepala instansi yang bertanggung jawab sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) belum tersedia, maka tata cara penanganan B3
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengacu kepada kaidah ilmiah yang
berlaku.

Evaluasi :

Anda mungkin juga menyukai