Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi


Disusun untuk memenuhi persyaratan akademik
Program Profesi NERS Stase Mental Health

Disusun oleh:

Indria Wahyu Dadang Wibawa


(01503180136)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2019
I. TOPIK :
Sesi 4: Klien mampu menceritakan hal yang disukai dan tidak disukai selama di RSMM

II. TUJUAN
1. Tujuan Umum: Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara
bertahap.
2. Tujuan Khusus:
a) Klien dapat memperkenalkan identitas diri sendiri yaitu nama lengkap, nama
panggilan, asal dan hobi.
b) Meningkatkan interaksi pasien dengan anggota kelompok.
c) Klien dapat menanyakan identitas dari anggota kelompok yang lain, mencakup
nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi.

III. LANDASAN TEORI


Manusia adalah makhluk sosial sekaligus makhluk individual, sebagai makhluk
sosial, manusia memiliki motif untuk mengadakan hubungan dan hidup bersama
dengan orang lain, yang disebut dorongan sosial. Manusia sebagai makhluk individual
memiliki motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, bukan saja dengan
individu lain, tetapi juga dengan lingkungan tempat ia berada.
Dalam hidup bersama itu terjadi hubungan antar manusia dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan untuk mencapai keinginan itu perlu
diwujudkan dalam bentuk tindakan melalui hubungan timbal balik. Hubungan ini
disebut interaksi sosial. Interaksi sosial yaitu suatu tindakan apabila individu
melakukan tindakan sehingga menimbulkan reaksi dari individu lain. interaksi sosial
merupakan hubungan yang tertata dalam bentuk tindakan-tindakan yang berdasarkan
nilai-nilai atau norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Bila hubungan
berdasarkan nilai atau norma, interaksi sosial tersebut akan berjalan lancar dan
sebaliknya (Doenges, 2009).
Suatu hubungan antarmanusia berada pada rentang paling adaptif ketika ia dapat
mentoleransi kesendirian dan ekspresi otonomi, dapat bekerja sama, dan saling
bergantung. Pada titik tengah kontinum, seseorang mengalami kesepian, penarikan, dan
ketergantungan. Sedangkan respon maladaptif berupa manipulasi, impulsif, dan
narsisme (Yusuf, dkk., 2015; Stuart, 2016). Menurut Stuart (2016), individu dengan
gangguan kepribadian memiliki penurunan hubungan interpersonal dan fungsional
yang signifikan dan terus-menerus. Gangguan hubungan sosial yang dapat terjadi pada
seorang individu yaitu :
1. Menarik diri: Menemukan kesulitan dalam membina hubungan dengan orang lain.
2. Dependen: Sangat bergantung pada orang lain sehingga individu mengalami
kegagalan dalam mengembangkan rasa percaya diri.
3. Manipulasi: Individu berorientasi pada diri sendiri dan tujuan yang dicapainya tanpa
mempedulikan orang lain dan lingkungan dan cenderung menjadikan orang lain
sebagai objek.

Menurut Suliswati, (2013) Isolasi sosial adalah kondisi kesepian yang


diekspresikan oleh individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain
dan sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik: tinggal
sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, menarik diri, kurang
kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan
pengembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan,
tindakan yang tidak bermakna.mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian
yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang
lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak.

Menurut Keliat (2012) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan
melalui observasi adalah sebagai berikut :
a) Apatis.
b) Ekspresi sedih.
c) Afek tumpul.
d) Menghindar dari orang lain (menyendiri).
e) Komunikasi kurang/tidak ada.
f) Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.
g) Tidak ada kontak mata.
h) Klien sering menunduk.
i) Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
j) Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap.
k) Tidak melakukan kegiatan sehari.
l) Sering tidur, posisi tidur klien seperti posisi tidur janin.

Stuart (2016) menjelaskan bahwa apapun jenis respons sosial maladaptif yang
dialami klien, asuhan keperawatan didasarkan pada aksesibilitas, dimana perawat
harus hadir secara fisik dengan klien secara teratur untuk mendorong kesempatan
untuk interaksi.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang mengubah perilaku
pasien dengan memanfaatkan dinamika kelompok (Yusuf, dkk., 2015). Cara ini cukup
efektif karena di dalam kelompok akan terjadi interaksi satu dengan yang lain, saling
memengaruhi, saling bergantung, dan terjalin satu persetujuan norma yang diakui
bersama, sehingga terbentuk suatu sistem sosial yang khas yang di dalamnya terdapat
interaksi, interelasi, dan interdependensi. Terapi aktivitas kelompok (TAK) bertujuan
memberikan fungsi terapi bagi anggotanya, yang setiap anggota berkesempatan untuk
menerima dan memberikan umpan balik terhadap anggota yang lain, mencoba cara baru
untuk meningkatkan respons sosial, serta harga diri (Yusuf, dkk., 2015).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Saswati dan Sutinah (2018) pada 12
responden di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi dengan desain penelitian Quasi
experimental menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi pada klien isolasi sosial di ruang rawat inap
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Penelitian mengenai TAKS (terapi aktifitas
kelompok sosialisasi) oleh Arip (2010) dengan judul “Pengaruh terapi aktivitas
kelompok sosialisasi terhadap kemampuan komunikasi pada klien menarik diri di
rumah sakit jiwa propinsi NTB” menunjukkan adanya kemampuan berkomunikasi pada
pasien menarik diri.

Aktivitas yang diberikan menurut Keliat (2014) antara lain sebagai berikut.
Terdapat 7 sesi dilakukannya sosialisasi yaitu

1. Sesi I: Memperkenalkan diri dalam kelompok.


2. Sesi II : Mampu berkenalan dengan anggota kelompok.
3. Sesi III : Mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
4. Sesi IV : menyampaikan dan membicarakan topik percakapan.
5. Sesi V : menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain.
6. Sesi VI : Bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
7. Sesi VII : menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan TAK sosialisasi yang
telah dilakukan.

Penelitian Pandeirot (2015) tentang “Pengaruh terapi aktivitas kelompok


sosialisasi terhadap kemampuan bersosialisasi pasien isolasi sosial diagnosa skizofrenia
di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya”. Hasil dari penelitian ini semua responden tidak
memiliki kemampuan bersosialisasi dengan baik sebelum dilakukan TAKS sebanyak 7
orang (100%), sedangkan setelah dilakukan TAKS sebagian responden mampu untuk
bersosialisasi dengan baik sebanyak 5 orang (0,8%) dan ada pengaruh TAKS terhadap
kemampuan bersosialisasi.

Dalam TAK sesi IV dijelaskan mengenai mampu menyampaikan dan


membicarakan masalah pribadi dengan orang lain. dimana hal ini dilakukan untuk
dapat meningkatkan interaksi antara pasien dengan orang-orang dilingkungannya
secara bertahap.

IV. KLIEN
1. Kriteria pasien yang dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasi adalah :
a) Klien menarik diri yang cukup kooperatif.
b) Klien yang sulit mengungkapkan perasaannya melalui komunikasi verbal.
c) Klien dengan gangguan menarik diri yang telah dapat berinteraksi dengan orang
lain.
d) Klien dengan kondisi fisik yang baik (tidak sedang mengidap penyakit fisik
tertentu)
e) Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasinya.
f) Klien dengan riwayat marah/amuk yang sudah tenang.
2. Proses Seleksi
Berdasarkan kriteria pasien yang telah dipaparkan, maka dipilih klien yang akan
mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasi, yaitu :
No. Nama Klien No. Nama Klien
01. Tn. Abdillah. 07. Tn. Roqdaf

02. Tn. Revi 08. Tn. Alladin


03. Tn. Jimmy 09. Tn. Surya
04. Tn. Muchan 10. Tn. Hesky
05. Tn. Yayat 11.
06. Tn. Zaky 12.

V. PENGORGANISASIAN
1. Waktu : Hari Sabtu, 06 Juni 2019 Pukul 08.00-08.30 WIB.
2. Tim terapis :
a. Pemimpin kelompok (leader): Wahyu
Berperan untuk membuat proposal perencanaan kegiatan TAK, memimpin
jalannya kegiatan TAK, menjelaskan aturan permainan, menstimulus perhatian
dan fokus pasien untuk melakukan TAK, mencegah terjadinya permasalahan
yang timbul selama terjadinya TAK
b. Pembantu pemimpin kelompok (co-leader): Angeline
Berperan untuk membantu/ mendampingi leader dalam memimpin jalanya
kegiatan TAK, mengingatkan leader ketika kegiatan menyimpang dari apa yang
telah direncanakan, menyelesaikan masalah yang terjadi selama kegiatan TAK
berlangsung bersama leader.
c. Fasilitator : Jessuline, Sarma, Kalvin, Eva dan Femi
Berperan untuk menyediakan fasilitas yang dibutuhkan selama kegiatan TAK
berlangsung, membantu memandu anggota kelompok untuk tetap fokus dan
aktif selama kegiatan TAK berlangsung , mendampingi setiap anggota
kelompok
d. Observer : Lastri, Ferasanti, Issabela dan Dora
Berperan untuk mengamati dan mengawasi jalannya kegiatan TAK mulai dari
persiapan, proses hingga penutupan dan mengamati dan mencatat perilaku
setiap pasien/ anggota kelompok selama kegiatan TAK berlangsung
3. Metode : Dinamika kelompok, tanya jawab, dan simulasi.
4. Media dan Alat :
a. HP
b. Speaker
c. Musik/Lagu
d. Gelas /Botol
e. Kertas dan Bolpoin/Spidol

VI. SUSUNAN ACARA


Waktu Kegiatan Pelaksana/ Media Kegiatan Peserta
Penanggung
Jawab
08.00 Melakukan Leader, - -
persiapan alat fasilitator,
dan tempat observer
berlangsungny
a kegiatan
TAK
08.10 Orientasi Leader - Mendengarkan dan
membalas salam.
08.15 Kerja Leader Musik/Lagu Mengikuti arahan.
08.25 Ice Breaking Leader Musik/Lagu Mengikuti arahan dan
mencoba melakukan ice
breaking
08.30 Terminasi Leader Musik/Lagu Mengungkapkan perasaan
setelah mengikuti TAK.

VII. TATA TERTIB TAK

1. Tata Tertib pelaksanaan TAKS


a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai.
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAKS dimulai.
c. Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
d. Peseta Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan TAKS
berlangsung.
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan kanan dan
berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari permainan .
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai.
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAKS telah habis,sedangkan
permainan belum selesai, maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk
memperpanjang waktu TAK kepada anggota.
2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAKS
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
a) Memanggil klien
b) Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau
klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:
a) Panggil nama klien
b) Tanya alasan klien meninggalkan permainan
c) Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada klien bahwa
klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
c. Bila ada klien lain ingin ikut
a) Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah dipilih
b) Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti oleh
klien tersebut
c) Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran pada
permainan tersebut. (Eko prabowo, 2014: 243-245).

VIII. PROSES PELAKSANAAN


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Menyapa para peserta dengan penuh semangat untuk menstimulus semangat
pasien sebelum mengikuti kegiatan TAK.
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan keadaan dan perasaan dari masing-masing anggota kelompok dan
apakah klien telah mencoba memperkenalkan diri pada teman-teman.
c. Penjelasan tujuan dan aturan main
Tujuan: Pasien diharapkan dapat bersosialisasi dengan orang sekitar ruangan.
Aturan dalam TAK: Pasien diharapkan mengikuti kegiatan TAK dengan tenang
dan tertib hingga selesainya TAK dan pasien yang hendak ke kamar mandi
harus meminta izin dan meminta ijin kepada perawat yang ada
2. Kerja
Langkah-langkah kegiatan :
1) Hidupkan musik dengan menggunakan hp yang disambungkan pada
speaker, sambil mengedarkan botol/gelas minum berlawanan arah jarum
jam.
2) Pada saat musik telah dimatikan, pasien yang mendapatkan botol/gelas
diminta untuk berkenalan dengan orang yang ada di sebelah kirinya,
dengan:
- Memberi salam.
- Menyebutkan hal yang disukai atau paling berkesan selama di RSMM
- Menyebutkan hal yang kurang disukai atau paling tidak berkesan selama
di RS
3) Berikan pujian pandu positif untuk setiap anggota kelompok.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien
1) Kemampuan verbal

No Aspek yang dinilai Nama klien

1 Menyapa dengan salam dan


Menyebutkan Nama

2 Menyebutkan hal yang disukai


selama di RSMM

3 Menyebutkan hal yang kurang


disukai selama di RSMM

Jumlah
2) Kemampuan verbal
No Aspek yang dinilai Nama klien

1 Kontak mata

2 Duduk tegak

3 Menggunakan bahasa
tubuh yang sesuai

4 Mengikuti kegiatan dari


awal sampai akhir

Jumlah
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien dibawah judul nama klien
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda () jika
ditemukan pada klien dan tanda (–) jika tidak ditemukan
3. Jumlah kemampuan yang ditemukan:
- Kemampuan verbal disebut mampu jika mendapat nilai ≤ 6, disebut
belum mampu jika mendapat nilai ≥ 5
- Kemampuan verbal disebut mampu jika mendapat nilai 3 atau 4, disebut
belum mampu jika mendapat nilai ≤ 2
b. Rencana tindak lanjut.
Diharapkan melalui kegiatan TAK, pasien dapat berlatih untuk berkenalan
dengan orang lain
c. Kontrak yang akan datang.
IX. Evaluasi
1. Evaluasi Input
a. Tim berjumlah 11 orang yang terdiri dari:
- Leader: 1 Orang
- Co Leader: 1 Orang.
- Fasilitator: 5 Orang.
- Observer: 4 Orang.
b. Lingkungan TAK luas dengan udara bebas.
c. Peralatan hp, speaker, dan MP4 berfungsi dengan baik.
d. Tersedia gelas/botol minum.
e. Tidak ada kesulitan memilih klien yang sesuai dengan kriteria dan
karakteristik untuk melakukan TAK sosialisasi.
2. Evaluasi Proses
a. Leader menjelaskan aturan main dengan jelas.
b. Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien.
c. Observer menempatkan diri ditempat yang memungkinkan untuk dapat
mengawasi berlangsungnya TAK.
d. Klien yang mengikuti TAK dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal
hingga berakhirnya TAK.
3. Evaluasi Output
a. Setelah dilakukannya TAK Sosialisasi dengan 11 klien yang diamati, hasil
yang diharapkan adalah sebagai berikut:
- Klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan aktif
dari awal sampai akhir.
- Klien dapat meningkatkan komunikasi non verbal: Bergerak, mengikuti
instruksi, ekspresi wajah cerah, kontak mata baik.
- Klien dapat meningkatkan komunikasi verbal (menyapa kelompok,
perawat, dan mengungkapkan perasaan).
- Klien mampu melakukan hubungan dengan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Arip,M. (2010). Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan


komunikasi pada klien menarik diri di rumah sakit jiwa propinsi NTB. Mataram:
Poltekkes Kemenkes Mataram.
Doenges, M.E, Tonsend, M. C, Moorhouse, M. F. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan
Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Eko Prabowo. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Medikal Book

Keliat, B. A. (2014). Terapi Aktivitas Kelompok: Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.


Nurhalimah.(2016). Keperawatan Jiwa Komprehensif. Jakarta: Kemenkes RI
Pandeirot. (2015). Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan
bersosialisasi pasien isolasi sosial diagnosa skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya. Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth.
Saswati, N., Sutinah.(2018). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap
Kemampuan Sosialisasi Klien Isolasi Sosial. Jakarta: EGC.
Suliswati. (2013). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart, GW.(2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. (B. A. Keliat, alih bahasa). Singapore
: Elsevier (Publikasi asli diterbitkan tahun 2013).
Yusuf, A., Fitriyasari, PK., Nihayati, HE.(2015). Buku Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta
: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai