Anda di halaman 1dari 33

Proposal Penelitian

STUDY KOMPARATIF : Perbandingan antara Kejadian Hipertensi di Daerah


Pesisir dengan Daerah Pegunungan Kabupaten Sinjai Tahun 2018

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah seminar epidemiologi

Oleh :

A. Suci Awaliyah Ishak


70200116022

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan yang umum di Negara berkembang. Hipertensi yang tidak
segera ditangani berdampak pada munculnya penyakit degenerative seperti
penyakit jantung (Congestif Heart Failure – CHF ), gagal ginjal (end stage

renal disease ), dan penyakit pembuluh darah perifer.1


Peningkatan prevalensi penyakit hipertensi setiap tahunnya menjadi
masalah utama bagi negara maju dan berkembang.2 Hipertensi sering disebut
pembunuh diam – diam (silent killer) karena tidak memberikan gejala yang
khas tetapi bisa meningkatkan kejadian stroke, serangan jantung, penyakit
ginjal kronik bahkan kebutaan jika tidak dikontrol dan dikendalikan dengan

baik.3 Komplikasi hipertensi menyebabkan 9,4 juta kematian di seluruh dunia


setiap tahunnnya. Menurut data dari World Health Organization (WHO,2013).
Hipertensi menjadi penyebab 45% kematian akibat serangan jantung dan 51%

akibat stroke diseluruh dunia.4


The Third Nacional Health and Nutrition Examination Survey
mengungkapkan bahwa hipertensi mampu meningkatkan risiko penyakit

1
Marilynn Doenges E, Rencana Asuhan Keperawatan, 3 (Jakarta: EGC, 2002).
2
American Hearth Association, ‘Hearth Disease and Stroke Statistic’ (Dallas, 2010),
Texas.
3
Kementerian Kesehatan RI, ‘Infodatin: Situasi Kesehatan Jantung’ (Pusat data dan
informasi kementerian kesehatan RI, 2014).
4
WHO, ‘About Cardiovascular Disease’, 2013
<http://www.who.int/cardiovascular_diseases/about_cvd/en/> [accessed 18 June
2019].
jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan risiko stroke sebesar 24%.

Sedangkan, berdasarkan Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

Tahun 2004 menunjukkan di Indonesia angka kejadian stroke yang terpapar

hipertensi meningkat tiga kali dibandingkan yang tidak terpapar hipertensi.

Berdasarkan data Riskesdas Nasional Tahun 2007, hipertensi berada

di urutan ketiga penyebab kematian semua umur, setelah stroke dan TB


dengan proporsi kematian sebesar 6,8%. Adapun prevalensi nasional
hipertensi pada penduduk umur >18 tahun adalah sebesar 31,7%. Dengan

prevalensi hipertensi tertinggi di wilayah Kepulauan Natuna (wilayah pesisir)


sebanyak 53,3% sedangkan prevalensi terendah di pegunungan Jayawijaya

sebanyak 6,8%.5
Prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 tahun menurun di
tahun 2013 sebesar 5,8% yaitu menjadi 25,8%.6 Namun, kembali meningkat
di tahun 2018 menjadi 34,1%. Sedangkan, prevalensi hipertensi berdasarkan
hasil pengukuran pada penduduk umur > 18 tahun menurut provinsi tahun

2018 provinsi Sulawesi Selatan adalah 32,4%.7 Daerah sinjai merupakan salah
satu daerah di Sulawesi Selatan dengan penderita hipertensi terbanyak.
Berdasarkan laporan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai Hipertensi
merupakan masalah kesehatan prioritas selain Diabetes Mellitus.

Wilayah pesisir kabupaten Sinjai terdiri dari wilayah …….., ……..,

….. berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai tahun 2018,

5
Badan Penelitian dan pengembangan kesehatan, ‘Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007’
(Kementerian Kesehatan RI, 2008).
6
Badan Penelitian dan pengembangan kesehatan, ‘Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013’
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
7
Badan Penelitian dan pengembangan kesehatan, ‘Hasil Utama Riskesdas 2018’ (Kementerian
Kesehatan RI, 2018).
didapatkan prevalensi hipertensi esensial tertinggi daerah pesisir yaitu

diwilayah kerja puskesmas ……. Sebanyak ….. dari keseluruhan penduduk

sebanyak….. sedangkan, untuk daerah pegunungan prevalensi tertinggi yaitu

diwilayah kerja puskesmas …….sebanyak ….

Penduduk di daerah yang komsumsi airnya banyak mengandung


natrium menderita hipertensi lebih banyak dibandingkan dengan penduduk

yang komsumsi airnya mengandung kalsium dan magnesium.8 Hasil


penelitian Juniar, menemukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna
antara komsumsi asupan natrium diwilayah pesisir dengan wilayah
pegunungan (p value= 0,026). Persentase komsumsi asupan natrium diwilayah
pesisir sebesar 69,0%, sedangkan diwilayah pegunungan sebesar 63,3%. Hal
ini disebabkan oleh pola kebiasaan masyarakat pesisir yang cenderung
mengomsumsi natrium yang tinggi. Komsumsi natrium yang tinggi
menyebabkan retensi air sehingga terjadi peningkatan volume darah dan

tekanan darah. 9
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi
diantaranya adalah faktor geografis. Ketinggian tempat, gaya hidup, asupan
natrium dan pola komsumsi dalam masyarakat merupakan faktor penting yang

berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.

Studi epidemiologi menunjukkan adanya pengaruh letak geografis

terhadap kejadian hipertensi yakni masyarakat diwilayah pesisir pantai lebih

besar risikonya mengalami hipertensi dibandingkan masyarakat diwilayah

8
Susirah S and Tuti S, Hidangan Sehat untuk Penderita Hipertensi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2000).
9
Jusniar Rusliafa, Ridwan Amiruddin, and Noer Bahry Noor, ‘KOMPARATIF KEJADIAN HIPERTENSI
PADA WILAYAH PESISIR PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KOTA KENDARI TAHUN 2014’, 13.
pegunungan.10 Perbedaan ketinggian suatu tempat mempengaruhi beberapa
fisiologis tubuh berkaitan dengan gaya gravitasi.11
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan kejadian
hipertensi masyarakat didaerah pesisir dan pegunungan di kabupaten Sinjai

Sulawesi Selatan tahun 2018. Sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan

yang tepat.
B. Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah Umum
Berdasarkan Uraian diatas penulis merumuskan masalah
penelitian yaitu Bagaimana perbedaan kejadian hipertensi di daerah pesisir
dan daerah pegunungan?

2. Rumusan Masalah khusus


a. Apakah ada perbedaan asupan natrium masyarakat didaerah pesisir

dengan pegunungan?

b. Apakah ada perbedaan gaya hidup (kebiasaan merokok, komsumsi


alkohol dan komsumsi lemak) masyarakat di daerah pesisir dengan

pegunungan?

c. Apakah ada perbedaan tingkat stress masyarakat di daerah pesisir


dengan pegunungan?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kejadian

hipertensi di daerah pegunungan dengan daerah pesisir.

10
Bustan M.N., Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (Jakarta: Rineka Cipta, 2008).
11
Queen Mandang, Adrian Umboh, and Stefanus Gunawan, ‘PERBANDINGAN TEKANAN DARAH
ANTARA ANAK YANG TINGGAL DI PEGUNUNGAN DAN PESISIR PANTAI’, 3 (2015), 6.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perbedaan pola komsumsi asupan natrium

masyarakat di daerah pegunungan dengan daerah pesisir

b. Untuk mengetahui perbedaan gaya hidup masyarakat didaerah

pegunungan dengan daerah pesisir

c. Untuk mengetahui perbedaan tingkat stress masyarakat di daerah

pegunungan dengan daerah pesisir

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Ilmu Pengetahuan


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran

ilmiah dan mampu memperkaya khasanah ilmu pengetahuan. Mengenai


perbedaan kejadian hipertensi di daerah pegunungan dan daerah pesisir

serta sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lebih luas dan lebih

dalam.

2. Manfaat praktis
Penelitian dapat memberikan informasi ilmiah dan ilmu pengetahuan
kepada masyarakat luas tentang perbedaan kejadian hipertensi di daerah

pesisir dan pegunungan. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

menyusun perencanaan untuk mengurangi angka morbiditas akibat

hipertensi.
E. Kajian Pustaka
Tabel 1.1
Kajian Pustaka Hipertensi
No Nama Peneliti Judul Penelitian Tahun Metodologi Hasil

Penelitian

1. Oktadini Saputra, Khairul Gaya Hidup 2016 Jenis masyarakat pesisir pantai memiliki

Anam sebagai Faktor penelitian: gaya hidup mengkonsumsi Natrium

risiko Hipertensi kuantitatif yang tinggi serta konsumsi ikan dan

pada Masyarakat Pendekatan hewan laut yang memiliki kadar

Pesisir Pantai penelitian : kolestrerol lebih tinggi.Hal


analitik tersebut menjadi faktor risiko

Desain study: kejadian hipertensi di daerah pesisir

cross sectional pantai

study
2. Nur Afni Karim, Franly Hubungan 2018 Jenis Hasil Uji Statistik Chi-Square

Onibala, Vandri Kallo Aktifitas Fisik penelitian: hubungan aktivitas fisik dengan

(2018) dengan Derajat kuantitatif derajat hiperetensi 95% (∝≤ 0.05) dan
Hipertensi pada Pendekatan hasil diperoleh pvalue0.039.
Pasien Rawat penelitian : Kesimpulan yaitu terdapat hubungan

Jalan di Wilayah analitik antara aktivitas fisik dengan derajat

Kerja Puskesmas Desain study: hipertensi pada pasien rawat jalan


Tagulandang cross sectional di wilayah kerja Puskesmas
Kabupaten Sitaro study Tagulandang Kabupaten SITARO.

4. Queen Mandang, Adrian Perbandingan 2015 Jenis Hasil penelitian menunjukkan 15,5%

Umboh, Stefanus Tekanan Darah penelitian: anak dengan tekanan sistolik normal-
Gunawan antara anak yang kuantitatif tinggi dan 17,4% anak dengan

tinggal Pendekatan tekanan diastolik tinggi pada daerah

dipegunungan penelitian : pegunungan. Pada daerah pesisir

dengan pesisir analitik pantai ditemukan 28% anak dengan

pantai Desain study: tekanan sistolik normal-tinggi, 13%


cross sectional anak tekanan diastolik normal-tinggi,

study dan 5% anak tekanan diastolik tinggi.

Data ini dianalisis menggunakan uji

mann whitney, menunjukkan hasil


secara statistik tidak bermakna
sistolik (p=0,815) diastolik (p=0,221)

sehingga H0 diterima dan H1 ditolak

5. Warditah Afiah, Satriah Faktor risiko 2018 . Jenis Hasil penelitian pada tingkat

Yusran, La Ode antara aktifitas penelitian: kepercayaan


Muhammad Sety (2018) fisik, Obesitas kuantitatif 95% menunjukkan faktor risiko tinggi
dan Stress, Pendekatan kejadian hipertensi yakni status
dengan kejadian penelitian : aktivitas fisik diperoleh nilai OR =
penyakit analitik 9,028 dengan Lower limit yakni
hipertensi pada Desain study: 3,007 dan Upper limit yakni 27,101,
umur 45 – 55 case control dan status stres nilai OR= 4,400
tahun diwilayah study dengan Lower limit yakni 1,588 dan
kerja Puskesmas Upper limit yakni 12,193. Sedangkan
Soropia yang bukan merupakan faktor risiko
Kabupaten kejadian hipertensi yakni status
Konawe tahun obesitas diperoleh nilai OR = 0,370
2018 dengan Lower limit yakni 0,126 dan
Upper limit yakni 1,086. Bagi
masyarakat diharapkan agar selalu

menjaga kesehatan dengan

melakukan perilaku hidup bersih dan

sehat, serta

lebih mengontrol tekanan darah


dengan melakukan pemeriksaan di

Puskesmas
F. Hipotesis Penelitian
1. Ho : Tidak Terdapat perbedaan antara kejadian hipertensi di
daerah pegunungan dengan pesisir daerah kabupaten Sinjai Tahun

2019

Ha : Terdapat perbedaan antara kejadian hipertensi di daerah

pegunungan dengan pesisir di kabupaten Sinjai Tahun 2019

2. Ho : Tidak terdapat perbedaan antara asupan natrium masyarakat


di daerah pegunungan dan pesisir kabupaten Sinjai Tahun 2019

Ha : Terdapat perbedaan antara kejadian hipertensi di daerah

pegunungan dengan pesisir di Kabupaten Sinjai Tahun 2019

3. Ho : Tidak terdapat perbedaan antara gaya hidup masyarakat di


daerah pegunungan dan pesisir kabupaten Sinjai Tahun 2019

Ha : Terdapat perbedaan antara gaya hidup di daerah pegunungan

dengan pesisir di Kabupaten Sinjai Tahun 2019

4. Ho : Tidak terdapat perbedaan antara tingkat stress masyarakat di


daerah pegunungan dan pesisir kabupaten Sinjai Tahun 2019

Ha : Terdapat perbedaan antara tingkat stress masyarakat di daerah

pegunungan dan pesisir kabupaten Sinjai Tahun 2019


BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan sistolik dan diastolik dengan

konsisten diatas 140/90 mmHg.12 Hipertensi atau tekanan darah tinggi akibat
terjadi akibat arteriole – arteriole berkontriksi yang membuat darah sulit

mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.13 Tekanan darah


ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa jantung dan resistensi terhadap
aliran darah di arteri. Hipertensi dapat menyebabkan jaringan kolagen fibrosa
menggantikan jaringan elastik dari arteria. Hal ini membuat dinding arteri
menjadi kurang elastik dan meningkatkan perlawanan terhadap sirkulasi
darah. Semakin sempit pembuluh darah, makin banyak darah yang dipompa

jantung sehingga semakin tinggi tahanan terhadap aliran darah.14


Pembuluh darah arteri merupakan pembuluh darah yang membawa
darah dari jantung menuju keseluruh jaringan dan organ tubuh. Otot dinding

srteriol dapat berkontriksi dan berdilatasi. Normalnya dinding arteriol dapat

berkontriksi atau berdilatasi. Normalnya dinding arteriol dalam keadaan

12
Yakobus S and Mary W.D., Klien Gangguan Kardiovaskular, Asuhan Keperawatan (Jakarta: EGC,
2008).
13
Juni UW, Keperawatan Kardiovaskular (Jakarta: Salemba Medika, 2011).
14
Yakobus S, Mary B, and Mary W.D., Klien Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan
(Jakarta: EGC, 2008).
kontriksi sebagian.15 Dilatasi dan kontriksi pembuluh darah dikendalikan oleh
sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin.16
Hipertensi tidak terjadi secara tiba – tiba, melainkan melalui proses
yang berlangsung cukup lama. Untuk menentukan terjadi atau tidaknya
hipertensi diperlukan setidaknya pengukuran tekanan darah pada waktu yang
berbeda yaitu selama interval 2 – 8 pekan angka tekanan darah tetap tinggi,

maka dapat dicurigai sebagai hipertensi.17


2. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu

hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi esensial

merupakan peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya dan

90% dari seluruh kasus hipertensi mengalami hipertensi esensial. Beberapa

faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial yaitu


faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain faktor keturunan, jenis kelamin,
ras dan usia, serta faktor yang dapat dikontrol antara lain kurangnya aktifitas
fisik, komsumsi alkohol tinggi, merokok, komsumsi gula yang tinggi,
komsumsi makanan instan, makanan berlemak dan tinggi natrium serta stress

yang berkepanjangan. 18
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal didefinisikan sebagai

peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya

seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Sekitar 10% dari seluruh kasus

hipertensi mengalami hipertensi sekunder. Faktor pencetus munculnya

15
John G, Fisiologi Dan Anatomi Modern Untuk Perawat (Jakarta: EGC, 2002).
16
Yakobus S, Klien Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan Keperawatan.
17
Lingga L, Bebas Hipertensi Tanpa Obat, 1st edn (Jakarta: Agromedia Pustaka, 2012).
18
Juni UW, Keperawatan Kardiovaskular.
hipertensi sekunrder antara lain penggunaan kontrasepsi oral, coarctation
aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan

dan luka bakar.19


Hipertensi juga sering digolongkan sebagai ringan, sedang atau berat
berdasarkan tekanan diastol. Hipertensi ringan apabila tekanan diastol 95 –

104, sedangkan hipertensi sedang apabila diastolnya 105 – 114 dan hipertensi
berat dengan tekanan diastolnya >115. Hipertensi dengan peningkatan
tekanan sistol tanpa disertai peningkatan diastol lebih sering terjadi pada
dewasa. Berdasarkan pedoman The Seventh Joint National Committee
(7JNC7), tekanan darah dan hipertensi dikelompokkan sesuai tabel dibawah

ini:20
Tabel 2.1 Pengelompokkan tekanan darah dan hipertensi berdasarkan
pedoman JNC7
Kategori Sistolik Diastolik

Normal <120 <80

Perihipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi tahap 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi tahap 2 >160 >100

Sumber: JNC VII,2003 dalam Mardjono, 2007

3. Faktor – Faktor Risiko Hipertensi


a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol

1) Usia

19
Juni UW, Keperawatan Kardiovaskular.
20
Mahar Mardjono, Farmakologi Dan Terapi, 5th edn (Jakarta: FKUI, Farmakologi dan Terapi).
Hipertensi dapat terjadi baik pada laki – laki maupun

perempuan serta cenderung meningkat seiring dengan pertambahan


usia. Hal ini terjadi akibat perubahan alami pada jantung, pembuluh
darah dan hormon. Semakin tua maka pembuluh darah cenderung

kekurangan elastisitasnya sehingga menjadi kaku. Pada umumnya,


hipertensi menyerang pria pada usia di atas 31 tahun dan pada wanita

terjadi setelah usia 45 tahun (menopause).21

2) Ras
Gen ras tertentu memiliki kecenderungan yang tinggi untuk

menderita hipertensi. Ras yang membawa gen resesif kuat terkait


hipertensi adalah ras Afrika dan Afrika-Amerika. Sebuah studi

epidemiologi mengungkapkan fakta bahwa ras keturunan Afrika-

Amerika memiliki risiko hipertensi sebesar 31,6%, keturunan

Hispanik sebesar 19%. Asia sebesar 16% dan kulit putih sebesar

20,5%.34 Warga Afrika-Amerika jauh lebih peka terhadap natrium dari


pada orang kulit putih dan menu makanan mereka pun cenderung
tinggi natrium sehingga risiko menjadi berlipat ganda. Obesitas dan

diabetes juga lebih umum dikalangan warga kulit hitam.22


3) Riwayat Keluarga
Hipertensi berisiko tinggi terjadi pada individu yang

mempunyai riwayat keluarga.23 Jika salah satu dari orangtua memiliki

hipertensi, maka sepanjang hidup memiliki risiko terkena hipertensi

21
Dalimartha S, Care Your Self, Hipertensi (Jakarta: Penebar Plus +, 2008).
22
Dalimartha S, Care Your Self, Hipertensi.
23
Juni UW, Keperawatan Kardiovaskular.
sebesar 25%. Jika kedua orangtua memiliki hipertensi, maka
kemungkinan memilliki hipertensi sebesar 60%.24
4) Jenis Kelamin

Laki – laki berisiko mengalami hipertensi dibandingkan


perempuan. Namun saat usia diatas 45 tahun, perempuan lebih
berisiko mengalami hipertensi karena dipengaruhi oleh hormon

ekstrogen.25 Hasil penelitian Niken26, menemukan bahwa pasien


dengan jenis kelamin perempuan menderita hipertensi sebanyak 544
orang (62,3%) dan pasien dengan jenis kelamin laki-laki menderita
hipertensi sebanyak 329 orang (37,7%) di Puskesmas Kartasura.

Hal ini erat kaitannya dengan peristiwa pramenopouse yang


mempengaruhi produksi hormon estrogen. Perubahan fisik yang

umum dialami oleh wanita menopause saat mengalami penurunan


kadar hormon estrogen progesteron diantaranya adalah kulit
mengendur, inkontinesia, jantung berdebar – berdebar pada waktu

beraktiftas, sakit kepala dan mudah lupa. Kadar hormon estrogen yang
rendah akan menimbulkan ancaman osteoporosis akibat gangguan
penyerapan kalsium serta peningkatan risiko gangguan kardiovaskular

akibat menurunnya kadar HDL dan meningkatkan kadar LDL dan

kolesterol total dalam darah.27


b. Faktor yang dapat dikontrol

24
Sutomo, Menu Sehat Penakluk Hipertensi (Jakarta: DeMedia, 2008).
25
Indah PY, Hipertensi Bukan untuk ditakuti (Jakarta: FMedia, 2014).
26
Rahmawati P and Niken, ‘Gambaran Kelompok Usia Dan Jenis Kelamin Yang Dominan Mengidap
Hipertensi Essensial Di Puskesmas I Kecamatan Kartasura Tahun 2011’, 2011.
27
Wirakusumah E.S, Tips Dan Solusi Sehat, Cantik Dan Bahagiah Dimasa Menopouse Dengan Terapi
Estrogen Alami (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004).
Gaya hidup sering menjadi faktor risiko terhadap kejadian
hipertensi pada seseorang. Gaya hidup modern dengan pola makan dan
pola hidup tertentu, cenderung mengakibatkan terjadinya hipertensi. Gaya
hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah komsumsi
lemak dan garam yang tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, kurang

aktifitas, stress, minum minuman beralkohol dan merokok. 28,29


Gaya hidup merupakan kebiasaan sehari – hari dari hasil
penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Setiap individu memiliki
gaya hidup sendiri – sendiri walaupun memiliki tujuan yang sama. Setiap
perilaku individu membawa gaya hidupnya sendiri seperti berpikir,

bekerja, olahraga, pola hidup sehat dan berinteraksi dengan orang lain.30
kebasaan dan rutinitas gaya hidup yang merugikan dapat menyebabkan

peningkatan kejadian munculnya penyakit.31


Berikut gaya hidup yang dapat meningkatkan kejadian
hipertensi:
1) Komsumsi Natrium

Garam dapur mengandung Natrium yang dibutuhkan tubuh


untuk menjalankan fungsi tubuh. Natrium berfungsi untuk mengatur

volume darah, tekanan darah, kadar air dan fungsi sel. Asupan garam

yang berlebihan akan memicu tekanan darah tinggi akibat adanya

retensi cairan dan bertambahnya volume darah. Kecukupan natrium

28
Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Pencegahan Dari Perilaku Dan Lingkungan (Jakarta:
Elex Media Kompitundo, 2006).
29
Lany G., Hipertensi Tekanan Darah Tinggi (Yogyakarta: Kanisius, 2001).
30
Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan (Jakarta: EGC, 2004).
31
Cahyono S.B., Gaya Hidup Dan Penyakit Modern (Yogyakarta: Kanisius, 2008).
yang dianjurkan dalam sehari adalah ±2400mg. Ginjal akan menahan
natrium saat tubuh kekurangan natrium sebaliknya saat kadar natrium
di dalam tubuh tinggi ginjal akan mengeluarkan kelebihan tersebut

melalui urin. 32
Sebagian orang sangat sensitif terhadap kenaikan kenaikan
kadar natrium, sehingga cepat menyebabkan kenaikan tekanan darah,

seperti penderita diabetes atau manula. Hasil penelitian Hepti dkk,33


menemukan bahwa ada hubungan antara pola komsumsi natrium dan
kalium dengan kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar berdasarkan hasil uji chi-square
menujukkan nilai p-value = 0,008. Responden yang mengkomsumsi
natrium lebih (93,7%) menderita hipertensi lebih banyak dibandingkan
yang kurang mengkomsumsi natrium. Sebaliknya, responden yang
kurang mengkomsumsi kalium (91,5%) lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan dengan mengkomsumsi kalium tinggi.

Pola makan tidak sehat seperti mengomsusi makanan instan

merupakan faktor yang dapat meningkatakan tekanan. Makanan instan

cenderung menggunakan pengawet seperti natrium benzoat, penyedap


rasa seperti Monososdium glutamate (MSG) dan jenis makanan

tersebut mengandung natrium cukup tinggi. Selama dikomsumsi

dalam jumlah sedang, seseorang dapat menyeimbangkan natrium

32
Sutomo, Menu Sehat Penakluk Hipertensi.
33
Muliyati H, Syam A, and Sirajuddin, ‘Hubungan Pola Komsumsi Natrium Dan Kalium Serta Aktifitas
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar,
2010’, 2010.
dengan meningkatkan komsumsi elektrolit mineral lain seperti
kalsium, magnesium dan terutama kalium.34
2) Merokok

Zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam


dinding arteri sehingga arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak.

Nikotin dalam tembakau dapat membuat jantung bekerja lebih keras


karena terjadi penyempitan pembuluh darah sementara. Selain itu
dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah.

Keadaan ini dapat terjadi akibat simulasi sistem saraf simpatis dan
pelepasan katekolamin selama kita menggunakan tembakau.
Karbonmonoksida dalam asap rokok akan menggantikan oksigen

dalam darah, akibatnya tekanan darah akan meningkat karena jantung


dipaksa bekerja lebih keras untuk memasok oksigen keseluruh organ
dan jaringan tubuh. Hasil penelitian yang dilakukan Yashinta

dkk,35menemukan bahwa adanya hubungan bermakna antara kebiasaan


merokok dengan kejadian hipertensi dikota padang berdasarkan hasil
uji chi-square menunjukkan (p-value = 0,003).

3) Komsumsi lemak berlebih

Peningkatan tekanan darah terutama terjadi bila fleksibilitas

pembuluh darah menurun akibat adanya aterosklerosis yaitu

penumpukan lemak dan kolesterol pada pembuluh. Lemak yang

terdapat dalam makanan dibedakan menjadi lemak jenuh dan lemak

tak jenuh. Lemak jenuh dapat menaikkan kadar kolesterol dan

34
Sutomo, Menu Sehat Penakluk Hipertensi.
35
Indah PY.
trigliserida sebaliknya lemak tidak jenuh bermanfaat menurunkan
kadar kolesterol dalam darah.36,37
Sumber lemak jenuh banyak ditemukan pada produk hewani
seperti daging sapi, kambing, kerbau, keju, mentega, margarin

gorengan dan minyak kelapa. Lemak tidak jenuh banyak ditemukan

pada makanan nabati yaitu kacang – kacangan, alpukat, ikan salmon,

ikan tuna, kerang, jagung dan kedelai. Asupan lemak yang dianjurkan

adalah 27% dari total energi <6% adalah jenis lemak jenuh dan

kebutuhan kolesterol yang dianjurkan yaitu <300 mg/ hari.38,39


Peningkatan asupan makanan berlemak dan beraktifitas fisik

yang kurang menyebabkan terjadinya obesitas. Obesitas dapat

meningkatkan kejadian hipertensi karena semakin besar massa tubuh


seseorang, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk menyuplai

oksigen dan nutrisi ke otot dan jaringan lain sehingga dinding arteri

mendapatkan tekanan lebih besar. Obesitas meningkatkan jumlah

panjangnya pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan resistensi

darah yang seharusnya mampu menempuh jarak lebih jauh.


Peningkatan resistensi ini menyebabkan tekanan darah menjadi lebih

tinggi.

4) Komsumsi Alkohol

36
Indah PY.
37
Marliani T and Tantan, 100 Questions Dan Aswers Hipertesi (Jakarta: Elex Media Kompitundo,
2007).
38
Indah PY.
39
Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Pencegahan Dari Perilaku Dan Lingkungan.
Hampir 5 – 20% kasus hipertensi diperkirakan terjadi akibat
komsumsi alkohol yang berlebihan. Asupan alkohol dua sampai tiga
sehari akan menaikkan tekanan darah sebanyak 40%. Tekanan darah
akan meningkat sebesar 90% apabila dikomsusi lebih dari tiga kali
sehari. Komsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah karena

adanya peningkatan sistensis katekolamin yang dalam jumlah besar.40


Alkohol memiliki sifat merusak pada dinding arteri sehingga membuat
pembuluh darah menjadi menyempit. berdasarkan hasil penelitian
41
Elvivin dkk, menemukan bahwa ada hubungan kebiasaan komsumsi
alkohol terhadap kejadian hipertensi di pulau Tasipi diperoleh oods
ratiao (OR=7,917), artinya responden yang memiliki kebiasaan
mengomsumsi alkohol minimal 1 gelas atau lebih tiap hari mempunyai
risiko mengalami hipertensi 7,917 kali lebih besar.

5) Komsumsi kafein

Kafein adalah suatu zat yang terdapat dalam kopi, teh, soft

drink, dan cokelat. Kafein yang terdapat dalam kopi dapat

meningkatkan tekanan darah terutama saat tubuh dalam keadaan

stress.42 peningkatkan tekanan darah karena pembuluh darah

menyempit akibat diblokirnya efek hormon adenosin. Hormon

adenosin membuat pembuluh darah tetap melebar. Kafein juga dapat

40
Wirakusumah E.S, Tips Dan Solusi Sehat, Cantik Dan Bahagiah Dimasa Menopouse Dengan Terapi
Estrogen Alami.
41
Elvinvin, Lestari H, and Ibrahim K, ‘Analisis Faktor Risiko Kebiasaan Mengkomsumsi Garam, Alkohol,
Kebiasaan Merokok Dan Minum Kopi Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Nelayan Suku Bajo Di Pulau
Tasipi Kabupaten Muna Barat Tahun 2015’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, 2015,
1–12.
42
Wirakusumah E.S, Tips Dan Solusi Sehat, Cantik Dan Bahagiah Dimasa Menopouse Dengan Terapi
Estrogen Alami.
merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan lebih banyak kortisol
dan adrenalin.43
Asupan kafein lebih dari 3 cangkir perhari dapat menyebabkan

hipertensi dan disritmia. Kandungan kafein pada secangkir kopi

sekitar 80 sampai 125 mg, satu kaleng soft drink mengandung sekitar

23 sampai 37 mg, teh mengandung sekitar 40 mg dan satu ons cokelat

mengandung sekitar 20 mg kafein.44 Beberapa keuntungan


mengkomsumsi kopi apabila dikomsumsi tidak berlebihan yaitu
sebagai perangsang dalam melakukan berbagai aktivitas, mencegah
kantuk, meningkatkan daya tangkap dan panca indra, mempercepat

daya pikir dan mengurangi rasa lelah.45


6) Kurang Aktivitas

Aktivitas fisik merupakan pergerakan otot anggota tubuh

yang membutuhkan energi namun bermanfaat untuk meningkatkan

kesehatan..46 saat seseorang bergerak, frekuensi denyut jantung

menjadi lebih tinggi sehinngga memaksa jantung bekerja lebih keras


47
setiap kontraksi. menurut penelitian Xianhui, terdapat hubungan

antara aktivitas rendah dengan kejadian hipertensi aktivitas fisik

meningkatkan aliran darah ke jantung dan stroke. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa lamanya kebiasaan menonton televisi

(inaktivitas) berhubungan dengan peningkatan prevalesi obesitas yang

43
Marliani T, 100 Questions Dan Aswers Hipertesi.
44
Widyastuti P, Epidemiologi Suatu Pengantar, 2 (Jakarta: EGC, 2005).
45
Prinsip Dan Metode Riset Epidemiologi, 3rd edn (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2013).
46
Indah PY.
47
Sutomo, Menu Sehat Penakluk Hipertensi.
akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat. Aktivitas fisik yang
sedang hingga tinggi akan mengurangi kemungkinan terjadinya

obesitas.48
7) Stress
Hubungan antara stres dan hipertensi diduga melalui aktivasi
saraf simpatik yang meningkatkan tekanan darah secara intermiten
atau berselang. Jika stress terjadi berkepanjangan dapat menyebabkan

tekanan darah tinggi secara menetap49 Stress atau ketegangan jiwa


(rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa bersalah)
dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin
dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga

tekanan darah akan meningkat.50 Tekanan darah akan menurun saat


stress yang menjadi penyebabnya juga.

4. Patofisiologi Hipertensi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis ke

ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Ransangan pusat vasomotor

dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak kebawah melalui sistem saraf

simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuro preganglion melepaskan

asetikolin, yang meransang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

48
Wiramihardja K, Obesitas Permasalahan Dan Terapi Praktis (Jakarta: Sagung Seto, 2009).
49
Siregar E and Dahlan A, ‘Hubungan Pola Komsumsi Dan Gaya Hidup, Sebagai Faktor Risiko
Terjadinya Hipertensi Pada Nelayan Di Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun
2012’, Jurnal Poltekes Jambi, VII (2012).
50
Lany G., Hipertensi Tekanan Darah Tinggi.
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor.

Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun

tidak diketahui dengan jelas mengapa hal ini bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosu, kelenjar adrenal yang


terangsang, mengakibatkan tambahan aktifitas vasokonstriksi. Medula adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor


pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan darah ke
ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin meransang pembentukan

angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu


vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron dan
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh

tubulus ginjal, yang menyebabkan peningkatan intravaskuler. Semua faktor

tersebut mencetuskan kejadian hipertensi.51


5. Tanda dan Gejala
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun

selain tekanan darah tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina

seperi pendarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah,

dan pada kasus berat, edema pupil atau edema diskus optikus.52 Penderita

hipertensi primer yang sederhana pada umumnya tidak disertai gejala.

51
Suddarth Brunner, Keperawatan Medikal Bedah, 8th edn (Jakarta: EGC, 2002).
52
Brunner.
Penderita hipertensi sekunder dapat disertai gejala suatu penyakit. Penderita
feokromositoma, dan hipotensi ortostatik. Pada aldosteromia primer yang
mungkin terjadi adalah gejala hipokalemia keram otot dan kelelahan.
Penderita hipertensi sekunder pada syndrome cushing dapat terjadi
peningkatan berat badan, poliuria, edema, ireguler menstruasi, jerawat, atau

kelelahan otot.53
Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati maka dapat
menimbulkan gejala sebagai berikut: sakit kepala, kelelahan, mual, muntah,
sesak napas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya

kerusakan otak, mata, jantung dan ginjal.54


6. Manifestasi Klinis Hipertensi
Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan
pasien tidak memiliki keluhan. Bila asimtomatik biasanya disebabkan oleh :55
a. Peninggian tekanan darah itu sendiri, seperti berdebar – debar, rasa

melayang (dizzy) dan impoten.

b. Penyakit jantung/hipertensi vaskular seperti cepat capek, sesak nafas,


sakit dada (iskemia miokard atau diseksi aorta), bengkak kedua kaki

atau perut. Gangguan vaskular lainnya adalah epistaksis, hematuria,

pandangan kabur karena pendarahan pada retina, transient serebral

ischemic.

c. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder: polidipsia, poliuria,

dan kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatan BB

53
Sukandar dkk, Iso Farmakoterapi (Jakarta: ISFI, 2009).
54
Mardiana, Mencegah Penyakit Kronis Sejak Dini (Yogyakarta: Tora Book, 2010).
55
Sudoyo dkk, Ilmu Penyakit Dalam (Jakarta: FKUI, 2006).
dengan emosi yang labil pada syndrome cushing. Foekromositoma

dapat muncul dengan keluhan episode sakit kepala, palpitasi, banyak

keringat dan rasa melayang saat berdiri (postural dizzy).

7. Komplikasi Hipertensi
Peningkatan tekanan darah terus menerus pada klien hipertensi

esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ – organ


vital, yaitu:

a. Jantung

Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat menyebabkan gagal

jantung dan Penyakit jantung koroner (PJK). Pada hipertensi, beban kerja

jantung akan meningkat, otot jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi


pembesaran jantung dan semakin lama otot jantung akan mengendor dan

berkurang elastitasnya yang disebut dekompensasi jantung tidak mampu

lagi memompa dan menampung darah dari paru sehingga banyak cairan

tertahan di paru maupun di jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan

sesak nafas atau oedema, kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

pecahnya pembuluh darah otak (stroke). Stroke sendiri merupakan

kematian jaringan otak yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan

oksigen ke otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita

kelumpuhan atau kematian. Biasanya kasus ini terjadi secara mendadak


dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (complete

stroke).
Stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik (ischemic

stroke) dan stroke hemoragik (hemorrhagic stroke).

c. Ginjal

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal

karena tekanan darah terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal

karena tekanan darah terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan sistem


penyaringan didalam ginjal, akibatnya laun ginjal tidak dapat membuang

zat – zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah

dan terjadi penumpukan dalam tubuh.

d. Mata
Salah satu target organ hipertensi adalah mata. Retina dan

pembuluh darah mudah dipengaruhi hipertensi. Hipertensi ringan dan

sedang yang berlangsung lama pada penderita umur muda, dapat


mempercepat timbulnya sklerosis pembuluh darah halus. Hipertensi berat

dan maligna akan menimbulkan kelainan retina yang disebut retinopati.

Retinopati ditandai dengan terlihatnya sembab retina dan pendarahan

retina.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif dan pendekatan cross sectional.


Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa angka dan dianalisis

berdasarkan rumus statistik.

Menurut polit and Beck56, pendekatan cross sectional merupakan


penelitian yang dilakukan pengukuran atau pengumpulan datanya pada sekali
waktu. Desain penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi perbandingan

kejadian hipertensi di daerah pegunungan dan daerah pesisir.

B. Waktu dan Lokasi


1. Lokasi penelitian

Penelitian akan dilakukan di kecamatan Sinjai Timur dan Sinjai

Borong kabupaten Sinjai.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan setelah disetujui oleh dosen penguji untuk

dilakukan penelitian. Pengambilan data akan dilaksanakan pada bulan


September 2019.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik sesuai

dengan yang akan diteliti.57 Populasi dapat berupa masyarakat di suatu

56
Swarjana I.K, Metode Penelitian Kesehatan (Yogyakarta: Andi, 2012).
57
Hidayat A A., Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah (Jakarta: Salemba Medika, 2007).
daerah tertentu atau beberapa daerah atau institusi seperti sekolah, industri

atau rumah sakit yang akan diukur sesuai dengan tujuan penelitian.58 Populasi
dalam penelitian ini adalah masyarakat pesisir dan pegunungan menderita
hipertensi di Kabupaten Sinjai.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang sesuai dengan karakteristik


yang akan diteliti atau dipelajari. Sampling adalah suatu strategi yang

digunakan untuk memilih atau menyeleksi populasi untuk diteliti.59 sampel


dalam penelitian ini adalah sebagian populasi yang mempunyai penyakit
hipertensi dan tercatat dalam register laporan penyakit di Puskesmas tempat
penelitian.

3. Teknik sampling
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel. Teknik sampling
yang dilakukan adalah purposive sampling. Menurut kartono, populasi yang
berjumlah 10 – 100 orang maka harus diambil 100%. Untuk menentukan
minimal sampel jika jumlah populasi diketahui yaitu menggunakan rumus

slovin dengan rumus: 60


n= N/ (1 + N.e2)
Ket:

N : Jumlah populasi

N : jumlah sampel

e : error tolerance (5%)

58
Budiarto E, Metodologi Penelitian Kedokteran (Jakarta: EGC, 2003).
59
Swarjana I.K.
60
Swarjana I.K.
4. Besar Sampel
Minimal sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 80 sampel.

Dengan kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan subjek yang dapat menjadi sampel

yang memenuhi syarat sebagai sampel.61 adapun kriteria inklusi pada


penelitian ini adalah :

1) Responden yang berusia ≥18 tahun


2) Semua pasien yang menderita hipertensi yang tercatat dalam 3
bulan terakhir terhitung bulan juni – Agustus tahun 2019

melakukan pemeriksaan di Puskesmas.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan subjek yang tidak dapat menjadi


sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel. Misalnya, karena
adanya hambatan atau keadaan yang memungkinkan untuk dilakukan

penelitian.62 kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:


1) Responden yang mengalami hipertensi gravidarum
2) Responden yang memiliki penyakit penyerta seperti stroke, DM, CHF,

dan gagal ginjal.

61
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2017).
62
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.
DAFTAR PUSTAKA
American Hearth Association, ‘Hearth Disease and Stroke Statistic’ (Dallas, 2010),
Texas

Badan Penelitian dan pengembangan kesehatan, ‘Hasil Utama Riskesdas 2018’


(Kementerian Kesehatan RI, 2018)

———, ‘Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007’ (Kementerian Kesehatan RI,


2008)

———, ‘Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013’ (Kementerian Kesehatan RI,


2014)

Brunner, Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 8th edn (Jakarta: EGC, 2002)

Bustan M.N., Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (Jakarta: Rineka Cipta, 2008)

Cahyono S.B., Gaya Hidup Dan Penyakit Modern (Yogyakarta: Kanisius, 2008)

Dalimartha S, Care Your Self, Hipertensi (Jakarta: Penebar Plus +, 2008)

dkk, Sukandar, Iso Farmakoterapi (Jakarta: ISFI, 2009)

Doenges, Marilynn, E, Rencana Asuhan Keperawatan, 3 (Jakarta: EGC, 2002)

Elvinvin, Lestari H, and Ibrahim K, ‘Analisis Faktor Risiko Kebiasaan


Mengkomsumsi Garam, Alkohol, Kebiasaan Merokok Dan Minum Kopi
Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Nelayan Suku Bajo Di Pulau Tasipi
Kabupaten Muna Barat Tahun 2015’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, 2015, 1–12

Hidayat A A., Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah (Jakarta: Salemba
Medika, 2007)

Indah PY, Hipertensi Bukan untuk ditakuti (Jakarta: FMedia, 2014)

John G, Fisiologi Dan Anatomi Modern Untuk Perawat (Jakarta: EGC, 2002)

Juni UW, Keperawatan Kardiovaskular (Jakarta: Salemba Medika, 2011)

Lany G., Hipertensi Tekanan Darah Tinggi (Yogyakarta: Kanisius, 2001)

Lingga L, Bebas Hipertensi Tanpa Obat, 1st edn (Jakarta: Agromedia Pustaka, 2012)
Mandang, Queen, Adrian Umboh, and Stefanus Gunawan, ‘PERBANDINGAN
TEKANAN DARAH ANTARA ANAK YANG TINGGAL DI
PEGUNUNGAN DAN PESISIR PANTAI’, 3 (2015), 6

Mardiana, Mencegah Penyakit Kronis Sejak Dini (Yogyakarta: Tora Book, 2010)

Mardjono, Mahar, Farmakologi Dan Terapi, 5th edn (Jakarta: FKUI, Farmakologi
dan Terapi)

Marliani T, and Tantan, 100 Questions Dan Aswers Hipertesi (Jakarta: Elex Media
Kompitundo, 2007)

Muliyati H, Syam A, and Sirajuddin, ‘Hubungan Pola Komsumsi Natrium Dan


Kalium Serta Aktifitas Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan
Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, 2010’, 2010

Prinsip Dan Metode Riset Epidemiologi, 3rd edn (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2013)

Rahmawati P, and Niken, ‘Gambaran Kelompok Usia Dan Jenis Kelamin Yang
Dominan Mengidap Hipertensi Essensial Di Puskesmas I Kecamatan
Kartasura Tahun 2011’, 2011

RI, Kementerian Kesehatan, ‘Infodatin: Situasi Kesehatan Jantung’ (Pusat data dan
informasi kementerian kesehatan RI, 2014)

Rusliafa, Jusniar, Ridwan Amiruddin, and Noer Bahry Noor, ‘KOMPARATIF


KEJADIAN HIPERTENSI PADA WILAYAH PESISIR PANTAI DAN
PEGUNUNGAN DI KOTA KENDARI TAHUN 2014’, 13

Siregar E, and Dahlan A, ‘Hubungan Pola Komsumsi Dan Gaya Hidup, Sebagai
Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi Pada Nelayan Di Kecamatan Tungkal Ilir
Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2012’, Jurnal Poltekes Jambi, VII
(2012)

Sudoyo dkk, Ilmu Penyakit Dalam (Jakarta: FKUI, 2006)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (Bandung: Alfabeta,


2017)

Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan (Jakarta: EGC, 2004)

Susirah S, and Tuti S, Hidangan Sehat untuk Penderita Hipertensi (Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama, 2000)
Sutomo, Menu Sehat Penakluk Hipertensi (Jakarta: DeMedia, 2008)

Swarjana I.K, Metode Penelitian Kesehatan (Yogyakarta: Andi, 2012)

Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Pencegahan Dari Perilaku Dan


Lingkungan (Jakarta: Elex Media Kompitundo, 2006)

WHO, ‘About Cardiovascular Disease’, 2013


<http://www.who.int/cardiovascular_diseases/about_cvd/en/> [accessed 18
June 2019]

Widyastuti P, Epidemiologi Suatu Pengantar, 2 (Jakarta: EGC, 2005)

Wirakusumah E.S, Tips Dan Solusi Sehat, Cantik Dan Bahagiah Dimasa Menopouse
Dengan Terapi Estrogen Alami (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004)

Wiramihardja K, Obesitas Permasalahan Dan Terapi Praktis (Jakarta: Sagung Seto,


2009)

Yakobus S, Mary B, and Mary W.D., Klien Gangguan Kardiovaskular: Seri Asuhan
Keperawatan (Jakarta: EGC, 2008)

Yakobus S, and Mary W.D., Klien Gangguan Kardiovaskular, Asuhan Keperawatan


(Jakarta: EGC, 2008)

Anda mungkin juga menyukai