Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencemaran udara merupakan masalah global yang menjadi ancaman bagi

kesehatan dan iklim di seluruh dunia. Pencemaran udara mempengaruhi semua

Negara - negara yang ada di dunia, baik Negara yang berpenghasilan rendah,

menengah dan tinggi. Berdasarkan data kualitas udara terbaru dunia, 97% kota di

negara berpenghasilan rendah dan menengah dengan lebih dari 100.000 penduduk

tidak memenuhi standar kualitas udara WHO (10μg / m3). Pada tahun 2016, kurang

lebih 7 juta kematian secara global (18 % dari semua kematian global) disebabkan

oleh pencemaran udara dalam dan luar ruangan. (World Health Organization,

2018).

Pencemaran udara terbagi menjadi dua, yaitu pencemaran udara luar

ruangan (ambien) dan pencemaran udara dalam ruangan. Pencemaran udara luar

ruangan (ambien) menjadi penyebab kematian dini ke-4 di dunia. Kurang lebih 4,2

juta kematian dini secara global berkaitan dengan pencemaran udara adalah infeksi

pernapasan akut, penyakit paru obstruktif kronis, kanker paru-paru, dan penyakit

jantung. Pencemaran udara tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga

iklim dan ekosistem bumi secara global. Pencemaran udara ambien berasal dari

sumber alami dan antropogenik. Polutan yang terdapat dalam udara ambien adalah

partikel (PM), ozon (O3), karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2) dan

sulfur dioksida (SO2 ). (World Health Organization, 2018).

Kasus kematian karena keracunan CO di Inggris pada tahun 1985 sebanyak

1365 orang. Di Prancis pada tahun 1991 telah tercatat sebanyak 17,5 per 100.000

penduduk telah keracunan gas CO dan 5% diantaranya meninggal dunia

1
2

Di Amerika Serikat pada tahun 1998 tercatat bahwa 600 orang meninggal dunia

karena keracunan gas CO. (Pangerapan, Sumampouw, & Soleiman, 2018).

Sumber pencemaran udara selama ini berasal dari transportasi dimana

hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida (CO) dan

sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon (HC). Polutan yang utama adalah karbon

monoksida yang mencapai hampir setengahnya dari seluruh polutan udara yang

ada. (Razali & Maksum, 2015).

Melalui kitab suci Al-Qur’an, Allah SWT telah memberikan informasi

spiritual kepada manusia untuk bersikap ramah terhadap lingkungan. Melalui Al-

Qur’an Allah SWT membuktikan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan

kepada umatnya untuk bersikap ramah lingkungan. Sikap ramah lingkungan yang

diajarkan oleh agama Islam kepada manusia dapat dijelaskan dalam QS: Al-

Mulk/67:3:

َ َ‫ت فَ ۡٱر ِجعِ ۡٱلب‬


‫ص َر ه َۡل ت ََر َٰى ِمن‬ ٖ ۖ ‫ٱلر ۡح َٰ َم ِن ِمن ت َ َٰفَ ُو‬
َّ ‫ق‬ِ ‫ت ِطبَ ٗاق ۖا َّما ت ََر َٰى فِي خ َۡل‬
ٖ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ َ َ‫ٱلَّذِي َخلَق‬
َ ‫س ۡب َع‬
٣ ‫ور‬ ُ ُ‫ف‬
ٖ ‫ط‬
Terjemahanya:
Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.
Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
(Departemen Agama RI, 1971).
Dari ayat diatas sebenarnya Allah swt. telah menciptakan alam ini dalam

keadaan seimbang, sehingga kelangsungan hidup dan berbagi proses di alam

berjalan dengan dengan baik dan harmonis. (Shihab, 2009).

Jika alam semesta ini dalam keadaan seimbang sehingga kelangsungan

hidup dan berbagai proses di alam bisa berjalan lancar, jika semua proses ini tidak

berjalan lancar maka berbagai bencana alam dan kerusakan alam dialam semesta

ini akan muncul dan pihak yang bertanggung jawab adalah manusia.
3

Keracunan CO setiap tahunnya berupa kasus kematian, baik keracunan

karena kecelakaan atau bahkan dijadikan salah satu metode bunuh diri dan

pembunuhan. Di dunia diperkirakan 1500 orang mati setiap tahunnya karena CO.

Berkaitan dengan karakteristik CO yang afinitasnya terhadap hemoglobin 250-300

kali lebih kuat daripada afinitas oksigen, CO akan membentuk ikatan

karboksihemoglobin, sehingga menghambat distribusi oksigen ke jaringan tubuh.

(Prabowo & Muslim, 2018).

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor mempunyai dampak selain

kemacetan lalu lintas yaitu terjadinya pencemaran udara yang diakibatkan oleh

emisi kendaraan bermotor. (Sengkey & Jansen, 2011).

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Menyatakan bahwa

pertumbuhan kendaraan bermotor di kota Makassar meningkat 6% setiap tahunnya.

Dimana data kendaraan pada tahun 2016 sebanyak 1.425.150 unit, tahun 2017

sebanyak 1.505.432 unit, dan tahun 2018 sebanyak 1.574.788 unit.

Gas CO berasal dari pembakaran tidak sempurna yang sangat mungkin

terjadi pada kendaraan bermotor. Secara teori, pembakaran tidak sempurna terjadi

karena kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karena sifatnya yang tidak

berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna sangat sulit diketahui keberadaannya. Gas

CO merupakan komponen gas yang sangat beracun karena lebih cepat mengikat

hemoglobin menjadi carboxyhaemoglobin sehingga menyebabkan penghambatan

aliran O2 untuk mengikat haemoglobin. Kekurangan suplai O2 pada batas tertentu,

yaitu pada meningkatnya resiko kematian. (Dirga, 2015).

Pembakaran sering terjadi tidak sempurna, sehingga akan menghasilkan

polutan. Semakin besar persentase ketidak sempurnaan pembakaran, akan semakin

besar polutan yang dihasilkan. Karbon monoksida dan asap kendaraan bermotor

terjadi karena pembakarannya tidak sempurna yang disebabkan kurangnya jumlah


4

udara dalam campuran yang masuk ke ruang bakar atau bisa juga karena kurangnya

waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pembakaran. (Jayanti, Hakam, &

Santiasih, 2014).

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2019),

menyatakan bahwa kategori kualitas udara Provinsi Sulawesi Selatan berstatus

tidak sehat dengan indeks 109. Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

Nomor 10 Tahun 1997, mengatakan bahwa kriteria tidak sehat adalah tingkat

kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan

yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan, ataupun nilai

estetika yang di tentukan dengan penilaian Indeks Standard Pencemaran Udara

(ISPU) dengan rentang 101 - 199.

Berdasarkan hasil pengujian kualitas udara ambien dengan parameter SO2,

CO, NO2, O, HC dan Partikulat yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup

Daerah Provinsi Sulsel di Kota Makassar pada 3 ruas jalan utama menunjukkan

bahwa berdasarkan perhitungan Indeks Status Mutu Udara sesuai Permen LH

No.12 Tahun 2010, kualitas udara diruas jalan Andi Panggeran Pettarani telah

berada pada kategori tercemar. Sementara kualitas pada ruas jalan Urip Sumoharjo

dan Jend. Sudirman masih menunjukkan kualitas udara tidak tercemar menurut ISM

dan kondisi baik menurut kriteria ISPU. (Sri Hidayat, 2017).

Kondisi tercemar pada ruas jalan Andi Pangeran Pettarani menunjukkan

banyaknya sumber pencemaran pada kawasan tersebut. Umumnya sumber

pencemar tersebut berasal dari kendaraan bermotor. Untuk hasil pengujian setiap

parameter pada ruas jalan Andi Pangeran Pettarani konsentrasi yakni SO2 : 49,56

μg/Nm3, CO : 2336,20 μg/Nm3, NO2 : 7,15 μg/Nm3, O : 15,94 μg/Nm3 ; HC :

108,10 μg/Nm3, dan PM 10 : 58,10 μg/Nm3. (Sri Hidayat, 2017).


5

Gas karbon monoksida (CO) merupakan parameter pencemaran udara yang

sangat perlu diperhatikan karena merupakan polutan yang sangat berbahaya dari

kendaraan bermotor, tentunya dapat mengganggu kesehatan manusia. Kendaraan

bermotor merupakan sumber utama CO terutama pada kendaraan yang sudah tua,

karena mesin kendaraan kurang berfungsi secara baik. (Dirga, 2015).

Berdasarkan data dari dinas lingkungan hidup kota makassar tahun 2018

menunjukkan kualitas udara ambien parameter Karbon monoksida (CO) pada titik

sampel di pertigaan Alauddin – Pettarani : 727,79 𝜇𝑔/Nm3 dan pada titik sample

perempatan Urip Sumoharjo – Pettarani : 750,56 𝜇𝑔/Nm3 .

Pada tahun 2018 jalan AP. Pettarani dilakukan penebangan pohon untuk

pembangunan jalan Tol layang dalam kota. Jenis tanaman yang teridentifikasi di

jalan AP. Pettarani yang merupakan lokasi kegiatan pembangunan jalan tol ada 16

spesies, yaitu Angsana (Pterocarpus indicus) sebanyak 359 pohon, Glodokan tiang

(Polyalthia longifolia) sebanyak 121 pohon, Glodokan bundar (Polyalthia

longifolia var. angustifolia) sebanyak 267 pohon, Johar (Senna siamea) sebanyak

2 pohon, Ketapang (Terminalia catappa) sebanyak 2 pohon, Kiara payung

(Fellicium decipiens) sebanyak 30 pohon, Petai cina (Leucaena leucocephala)

sebanyak 8 pohon, Trembesi (Albizia saman) sebanyak 232 pohon, Tanjung

(Mimusops elengi) sebanyak 45 pohon, Akasia (Acacia longifolia) sebanyak 1

pohon, Tabebuya kuning (Tabebuia rosea) sebanyak 21 pohon, Agave sisal (Agave

sisalana perrine) sebanyak 1 pohon, Beringin (Ficus benjamina) sebanyak 1 pohon,

Bitti (Vitex cofassus) sebanyak 1 pohon, Dadap merah sebanyak 1 pohon, dan

Pangkas hijau sebanyak 3 pohon. Penebangan ini menyebabkan hilangnya

sebanyak 1.094 pohon di Jalan A.P. Pettarani sepanjang sekitar 4,3 km. Penebangan

pohon ini menyebabkan peningkatan debu dan gas polutan di udara sehingga

menimbulkan dampak penurunan kualitas udara.


6

Dampak dari penebangan pohon dapat membuat lingkungan sekitar terkena

banjir dan berkurangnya produksi oksigen serta semakin bertambahnya karbon

monoksida yang justru akan sangat berdampak terhadap pernapasan manusia.

(Sadino, 2011).

Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya pencemaran

udara dan kualitas udara adalah indeks standar pencemar udara (ISPU). Sesuai PP

No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, ISPU merupakan

nilai ukuran yang tidak mempunyai satuan untuk menggambarkan kondisi kualitas

udara ambien pada lokasi dan waktu tertentu. Parameter yang digunakan untuk

menghitung ISPU adalah partikulat berukuran kurang dari 10 µm (PM10), sulfur

dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), oksidan dalam bentuk ozon (O3), dan

nitrogen dioksida (NO2).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

menganalisis Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Parameter CO di Jalan AP.

Pettarani Kota Makassar Tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini dapat dirumuskan

masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana konsentrasi CO udara di Jl. Ap. Pettarani berdasarkan Titik

Pengambilan Sampel ?

2. Bagaimana konsentrasi CO udara di Jl. Ap. Pettarani berdasarkan Waktu

Pengambilan Sampel ?

3. Bagaimana konsentrasi CO udara di Jl. Ap. Pettarani berdasarkan Hari

Pengambilan Sampel ?

4. Bagaimana Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Parameter CO di Jalan

AP. Pettarani Kota Makassar Tahun 2019 ?”


7

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif


No. Variabel Definisi Kriteria Referensi
Operasional Objektif
1. Kualitas Udara Pemeriksaan dan Kualitas udara Baku Mutu Udara
pemantauan untuk dapat dikatakan Ambien Nasional
mengetahui tingkat baik ketika No.41 Tahun 1999
baik buruknya memenuhi baku
udara mutu udara
ambien nasional
No.41 Tahun
1999
2. Karbon Konsentrasi CO Nilai Ambang Baku Mutu Udara
Monoksida udara yang Batas ≤ 26 ppm Ambien Nasional No.
(CO) didapatkan pada dengan waktu 41 Tahun 1999.
berdasarkan saat dilakukan paparan 8 jam
titik pengukuran
pengambilan. berdasarkan titik di
Jl. AP Pettarani,
Makassar.

3. Karbon Konsentrasi CO Nilai Ambang Baku Mutu Udara


Monoksida udara yang Batas ≤ 26 ppm Ambien Nasional No.
(CO) didapatkan pada dengan waktu 41 Tahun 1999
berdasarkan saat dilakukan paparan 8 jam
waktu pengukuran
pengambilan. berdasarkan waktu
di Jl. AP. Pettarani
Makassar.

4. Karbon Konsentrasi CO Nilai Ambang Baku Mutu Udara


Monoksida udara yang Batas ≤ 26 ppm Ambien Nasional No.
(CO) didapatkan pada dengan waktu 41 Tahun 1999
berdasarkan saat dilakukan paparan 8 jam
hari pengukuran
pengambilan. berdasarkan hari di
Jl. AP. Pettarani,
Makassar.
8

5. Indeks Standar Angka yang A. 0-50 Kepala Badan


Pencemaran menggambarkan Kategori Pengendalian Dampak
Udara (ISPU) kondisi mutu udara Baik Lingkungan Nomor:
Parameter CO CO yang B. 51-100 Kep
didasarkan Kategori 107/Kabapedal/11/1997
terhadap dampak Sedang
kesehatan manusia C. 101-199
di Jl. AP. Pettarani, Kategori
Makassar Tidak Sehat
D. 200-299
Kategori
Sangat
Tidak Sehat
E. ≥ 300
Kategori
Berbahaya

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah studi kuantitatif, jenis penelitian yang

digunakan adalah observasional dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini

dilakukan di tiga titik Jalan A.P. Pettarani Kota Makassar yaitu pertigaan Alauddin

– Pettarani , Pertigaan Boulevard - Pettarani dan perempatan Urip Sumoharjo –

Pettarani.

Dalam penelitian ini yang menjadi perhatian utama adalah kualitas udara

ambien parameter CO dengan menggunakan analisis indeks standar pencemaran

udara yang mengalami perubahan tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia seperti

penebangan pohon yang dapat mempengaruhi kualitas udara ambien.

Pengukuran kualitas udara ambien dilakukan menggunakan metode

Nondispersive Analyzer (NDIR) untuk mengetahui hasil pemeriksaan kadar CO

berdasarkan SNI 19-7119.2.2005 tentang pengukuran kualitas udara dan metode

analisis yang digunakan.

Hasil pengukuran kualitas udara ambien kemudian di analisis dengan


menggunakan indeks standar pencemaran udara (ISPU) berdasarkan Keputusan
9

kepala badan pengendalian dampak lingkungan No.107 Tahun 1997 tentang

pedoman teknis perhitungan dan pelaporan serta informasi.

E. Kajian Pustaka
No Judul Penulis Variabel Metode Hasil
1. Analisis Sendi Arah dan Analitik Semakin jauh jarak
kecepatan observasional pengambilan dari
Konsentrasi Gas Yulianti,
angin serta dengan sumber maka nilai
Karbon Yulisa suhu konsentrasi gas konsentrasi CO akan
Monoksida (CO) Fitrianingsi merupakan karbon semakin berkurang.
Pada Ruas Jalan h,ST.MT, variabel monoksida Parameter
Gajah Mada Dian terikat dan (CO) dan metereologi berupa
variabel parameter suhu yang tinggi
Pontianak Rahayu
bebas metereologi akan menyebabkan
Jati,ST.MT berupa jarak tingginya nilai
pengambilan konsentrasi CO.
Sedangkan pengaruh
dari kecepatan angin
yang tinggi akan
menyebabkan nilai
konsentrasi CO akan
berkurang.

2. Pengukuran Agusta Kadar Metode Data monitoring di


Parameter Kurniawan Kualitas monitoring SPAG Bukit
Kualitas Udara Udara (CO, Kototabang tahun
(CO, NO2 , SO2 NO2 , SO2 , 2012 yang dikonversi
, O3 Dan PM10) O3 Dan menjadi Indeks
Di Bukit PM10) Di Standar Pencemaran
Kototabang Bukit Udara(ISPU)
Berbasis ISPU Kototabang. menunjukkan
kualitas udara masih
baik, ditunjukkan
dengan 353 hari
tergolong bersih
(indeks = 0-50) , 10
hari tergolong sedang
(indeks =51- 100),
dan 1 hari tergolong
sangat tidak sehat
(indeks = 200-299)
10

3. Analisis Status Diah Kualitas Kuantitatif Berdasarkan data


Kualitas Udara Prabhandari udara dengan yang diperoleh,
Lima Kota (PM10, pendekatan didapat hasil bahwa
Metropolotan Di SO2, CO, observasional konsentrasi kelima
Indonesia O3, dan deskriptif. parameter Indeks
NO2) Standar Pencemar
di lima kota Udara (ISPU)
metropolitan berfluktuasi dari
di Indonesia, tahun 2007-2012 di
yakni lima kota tersebut.
Jakarta, Korelasi positif
Medan, terjadi antara jumlah
Bandung, kendaraan dan
Surabaya, konsentrasi PM10,
dan SO2, dan NO2,
Semarang. antara kepadatan
penduduk dan
konsentrasi SO2 dan
NO2, serta antara
konsumsi BBM dan
SO2. Korelasi
negatif terjadi antara
luas ruang terbuka
hijau dan konsentrasi
CO dan NO2

F. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melihat Indeks Standar

Pencemaran Udara (ISPU) Parameter CO di Jalan AP. Pettarani Kota Makassar

Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui konsentrasi CO udara di Jl. Ap. Pettarani berdasarkan Titik

Pengambilan Sampel.

b. Mengetahui konsentrasi CO udara di Jl. Ap. Pettarani berdasarkan Waktu

Pengambilan Sampel.
11

c. Mengetahui konsentrasi CO udara di Jl. Ap. Pettarani berdasarkan Hari

Pengambilan Sampel.

d. Mengetahui Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Parameter CO di Jalan

AP. Pettarani Kota Makassar Tahun 2019.

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar

Sebagai acuan dalam upaya peningkatan kualitas udara Kota Makassar.

2. Bagi Institusi

a. Sebagai referensi dalam peningkatan mutu kurikulum.

b. Sebagai referensi dalam pengembangan riset keilmuan kesehatan lingkungan.

c. Sebagai referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian sejenis.

3. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan informasi tentang Indeks Standar Pencemaran Udara

(ISPU) Parameter CO di Jalan AP. Pettarani Kota Makassar Tahun 2019.

4. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan keilmuan di bidang kesehatan lingkungan

b. Menjadi wadah dalam mengaplikasikan ilmu yang telah di peroleh selama

perkuliahan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pencemaran Udara

1. Pengertian Udara

Udara adalah faktor yang penting dalam kehidupan manusia dan makhluk

hidup lainnya. Udara sebagai komponen lingkungan yang sangat penting dalam

kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat

memberikan daya dukungan bagi makhluk hidup untuk hidup secara optimal.

(Zakaria & Azizah, 2013).

Udara Merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya

tidak tepat, tergantung pada keadaan suhu udara dan lingkungan sekitarnya.

(Sugiarti, 2009).

Udara adalah atmosfer yang ada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat

penting untuk kehidupan di muka bumi ini, dalam udara terdapat oksigen (O2)

untuk bernafas, karbon dioksida (CO2) untuk proses fotosintesis oleh khlorofil

daun, dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet dari matahari. (Ashar & Santi,

2012).

Udara adalah campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi

bumi. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi yaitu uap air dan CO2,

kegiatan yang berpotensi menaikkan konsentrasi CO2 seperti pembusukan sampah

tanaman, pembakaran atau sekumpulan massa manusia di dalam ruangan terbatas

yaitu karena proses pernapasan. (Prabowo & Muslim, 2018).

Udara adalah campuran dari berbagai gas secara mekanis dan bukan

merupakan senyawa kimia. Udara merupakan komponen yang membentuk

atmosfer bumi, yang membentuk zona kehidupan pada mukaan bumi. Udara terdiri

dari berbagai gas dalam kadar yang tetap pada permukaan bumi, kecuali gas

12
13

metana, ammonia, hidrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrogen oksida

mempunyai kadar yang berbeda-beda tergantung daerah/lokasi. Umumnya

konsentrasi metana, ammonia, hydrogen sulfida, karbon monoksida dan nitrooksida

sangat tinggi di areal rawa-rawa atau industri kimia (Gabriel, 2001).

Unsur terpenting dari udara untuk kehidupan adalah oksigen. Jumlah

oksigen di dalam maupun di luar ruangan tidak banyak berbeda. Kesulitan bernafas

akan dialami makhluk hidup yang membutuhkan oksigen jika konsentrasi oksigen

di dalam maupun di luar ruangan berkurang karena meningkatnya konsentrasi CO2.

(Hasyim, 2017)

2. Jenis-jenis Udara

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara, udara dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Udara Ambien

Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir

yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan

mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup

lainnya. Jadi dapat dikatakan, udara ambien berada di sekitar manusia yang

berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.

b. Udara Emisi

Udara emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari

suatu kegiatan yang masuk akal atau dimasukkan dalam udara ambien yang

mempunyai/tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar.

3. Pencemaran Udara

a. Definisi Pencemaran Udara

Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk

asal pada keadaan yang lebih buruk. Sedangkan lingkungan adalah sebagai media
14

atau suatu areal, tempat atau wilayah yang di dalamnya terdapat bermacam-macam

bentuk aktivitas. (Wicaksono & Yulianto, 2013).

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukannya zat, energi dan atau

komponen lain kedalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara

ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak

dapat memenuhi fungsinya. (Pujiastuti, Soemirat, & Dirgawati, 2013).

Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2010 tentang

pelaksanaan pengendalian pencemaran udara di daerah yang dimaksud pencemaran

udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energy, atau komponen lain ke

dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu udara

yang telah ditetapkan.

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.

KEP-03/MENKLH/II/1991, yang menyatakan bahwa pencemaran udara adalah

masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy atau komponen lain ke

dalam udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara turun

sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak

dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

b. Proses Terjadinya Pencemaran Udara

Proses terjadinya pencemaran udara dapat dibagi dalam tiga proses yaitu:

1) Attrition (gesekan)

Terjadi pada setiap aspek kehidupan mulai dari yang sederhana seperti

gesekan sepatu dan lantai, gesekan ban mobil dan jalan raya, sampai ke proses yang

lebih kompleks seperti penyebaran partikel-partikel ke udara melalui proses

sanding (pemecahan) batuan, grinding (pemotongan), drilling (pengeboran) dan

spraying (penyemprotan). (Wahyuni, 2017).


15

2) Vaporization (penguapan)

Vaporization (penguapan) adalah suatu bentuk perubahan fase cairan

menjadi gas. Perubahan bentuk tersebut dapat disebabkan oleh pengaruh tekanan

dan pemanasan. (Wahyuni, 2017).

3) Combustion (pembakaran)

Pencemaran udara dapat bersumber dari pembakaran. Pembakaran bensin

dalam kendaraan bermotor merupakan separuh penyebab polusi udara. Pembakaran

tersebut dapat berlangsung sempurna maupun yang tidak sempurna yang dapat

menimbulkan terjadinya pencemaran. (Wahyuni, 2017).

c. Klasifikasi Bahan Pencemar

Menurut (Karunia, 2017), klasifikasi bahan pencemar atau polutan terbagi

atas dua bagian yaitu :

1) Polutan Primer

Polutan primer adalah polutan yang dikeluarkan langsung dari sumber

tertentu dan dapat berupa gas. Gas terdiri dari :

a) Senyawa karbon yaitu hidrokarbon, hidrokarbon teroksigensi dan karbon oksida

(CO atau CO2).

b) Senyawa sulfur yaitu sulfur oksida.

c) Senyawa nitrogen yaitu nitrogen oksida dan amoriak.

d) Senyawa halogen yaitu fluor, klorin, hydrogen klorida, hidrokarbon terklorinasi

dan bromine.

2) Polutan Sekunder

Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan

kimia di udara misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO2

yang menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :


16

a) Konsentrasi relative dan bahan reaktan,

b) Derajat fotoaktivitasi.

c) Kondisi iklim

d) Topografi lokal dan adanya embun. Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik

dan sifat kimia yang tidak stabil.

d. Sumber Pencemaran Udara

Menurut (Ratnani, 2008), sumber pencemaran dapat merupakan kegiatan

yang bersifat alami (natural) dan buatan manusia (antropogenik). Adapun sumber

pencemaran udara berdasarkan sifatnya terbagi menjadi dua yaitu:


1) Sumber alamiah

Beberapa kegiatan alam bisa menyebabkan pencemaran udara seperti

kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, petir, kegiatan mikroorganisme dan lain–

lain. Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya asap, debu, grit dan gas–gas ( CO

dan NO).
2) Sumber buatan manusia

Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan pencemar bermacam–macam,

antara lain adalah :

a) Pembakaran, Misalnya pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah

tangga, industri, kendaraan bermotor yang menghasilkan asap, debu, pasir dan

gas.

b) Proses peleburan, seperti peleburan baja, pembuatan keramik, soda, semen dan

aspal yang menghasilkan debu, asap dan gas.

c) Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral dan logam. Bahan yang

dihasilkan terutama adalah debu.

d) Proses pengolahan, seperti pada proses pengolahan makanan, daging, ikan,

penyamakan dan pengasapan yang menghasilkan asap, debu dan bau.


17

e) Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga.

f) Proses percobaan atom nuklir yang menghasilkan gas dan debu radioaktif dll.

Menurut (Dwika, 2017), jenis sumber-sumber pencemar dibedakan

berdasarkan proses yang dihasilkan yang digolongkan menjadi 2 (dua) golongan

yaitu:

1) Emisi langsung, emisi yang keluar langsung dari aktifitas atau sumber dalam

ruang batas yang ditetapkan. Contohnya emisi CO dari kendaraan bermotor.

2) Emisi tidak langsung, hasil dari aktifitas di dalam ruang batas yang ditetapkan

misalnya konsumsi energi listrik di rumah tangga, konsumsi gas pada

kompor.

Menurut (Dwika, 2017), bahwa sumber pencemara udara berdasarkan

lokasi dapat dibagikan kedalam tiga sumber yaitu :

1) Sumber Titik

Sumber titik adalah sumber yang diam yang tergolong dalam sumber tidak

bergerak yaitu berupa cerobong asap yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan

industry. Misalnya pembangkit listrik tenaga uap yang berbahan bakar batu bara.

2) Sumber Mobil

Sumber mobil yang dimaksud yaitu sumber yang bergerak berasal dari

kendaraan bermotor dan lain sebagainya yang menghasilkan pembakaran yang

berakibat terhadap pencemaran udara.

3) Sumber Area

Sumber area adalah sumber yang berasal dari pembakaran terbuka di daerah

pemukiman, pedesaan dan lain lain. Misalnya pembakaran sampah.

Menurut PP No.41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara,

sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan beerdasarkan beberapa aspek

tertentu, yaitu terdiri dari:


18

Klasifikasi sumber pencemar udara berdasarkan letaknya, dibedakan

menjadi:

1) Sumber pencemar indoor

Sumber pencemar indoor adalah kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan

dan menghasilkan zat pencemar udara yang dapat mempengaruhi kualitas udara di

dalam ruangan tersebut, contohnya kegaitan sehari-hari seperti memasak, fotokopi,

cat rumah, bahan kimia pembersih, radiasi microwave, dan lain sebagainya.

2) Sumber pencemar outdoor

Sumber pencemar outdoor adalah kegiatan yang dilakukan di luar lapangan

yang berpotensi menghasilkan zat pencemar udara yang dapat mempengaruhi

kualitas udara yang dapat mempengaruhi kualitas udara ambien, contohnya adalah

kegiatan transportasi, pembakaran sampah, cerobong industri, dan lain-lain.

Klasifikasi sumber pencemar udara berdasarkan pergerakannya, terdiri dari:

1) Sumber bergerak

Merupakan sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat

berupa kendaraaan bermotor. Selain itu juga ada yang disebut sebagai sumber

bergerak spesifik, yaitu sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu

tempat yang berasal dari kreta api, pesawat terbang, kapal laut, dan kendaraan berat

lainnya.

2) Sumber tidak bergerak

Merupakan sumber emisi yang tetap pada suatu tempat, contohnya adalah

emisi dari kegiatan insdustri, kebakaran hutan, konstruksi jalan tanpa aspal atau

pembakaran sampah.

Kualitas udara sangat dipengaruhi oleh besar dan jenis sumber pencemar

yang ada seperti dari kegiatan industri, kegiatan transportasi dan lain-lain. Masing-

masing sumber pencemar yang berbeda-beda baik jumlah, jenis, dan pengaruhnya
19

bagi kehidupan. Pencemar udara yang terjadi sangat ditentukan oleh kualitas bahan

bakar yang digunakan, teknologi serta pengawasan yang dilakukan. Peningkatan

jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan pemakaian bahan bakar gas, dan

hal itu akan membawa risiko pada penambahan gas beracun di udara terutama CO,

HC, SO2. (Ali, 2015).

Pencemaran udara pun dapat terjadi baik dalam ruangan tertutup (indoor)

maupun luar ruangan (outdoor). Adapun sumber bergerak pencemaran udara

seperti aktivitas lalu lintas, kendaraan bermotor, dan transportasi laut. Sedangkan

sumber tidak bergerak seperti pembangkit listrik, industry dan rumah tangga.

(Budiyono, 2001).

Pencemaran udara saat ini tidak saja terjadi di kota–kota besar atau pada

penduduk kota atau mereka yang tinggal dekat industri pabrik, tetapi sudah

merambah ke desa–desa karena sumbernya berasal dari sektor transportasi. Hal ini

akan memberikan efek negatif dalam bentuk polusi udara lebih terlihat bukan dari

konstruksi infrastrukturnya (seperti jalan, jembatan dan sebagainya), tetapi pada

alat angkut itu sendiri dalam hal ini kendaraan bermotor. (Turyanti, June, &

Aldrian, 2016).

e. Dampak Pencemaran Udara

Pencemaran udara dapat menyebabkan kerusakan terhadap manusia dan

lingkungan. Pencemaran udara meningkat mempengaruhi produktivitas pertanian,

merusak bahan- bahan, berdampak negatif terhadap ekosistem, dan menyebabkan

gangguan estetika. Dari seluruh dampak tersebut, dampak terhadap kesehatan dan

kesejahteraan manusia adalah yang dominan dengan kontribusi kurang lebih 90%

dari total kerusakan akibat pencemaran udara. (Budiyono, 2001).

1) Pengaruh Pencemar Udara Terhadap Lingkungan


20

Bahan pencemar udara dapat pula berupa jelaga (soot) dan debu halus yang

dapat menghalangi radiasi matahari. Sinar infra merah dapat diabsorpsi oleh

partikel-partikel, sehingga terjadi efek pemanasan akibat radiasi matahari menjadi

menurun. Akibat yang ditimbulkan karena gejala ini adalah menurunnya suhu udara

serta produksi tanaman pertanian dan kehutanan karena menurunnya intensitas

cahaya matahari yang akan menurunkan produk fotosintesis tanaman. (Dwika,

2017).

Adapun dampak yang ditimbulkan oleh bahan pencemar udara terhadap

lingkungan menurut (Wahyuni, 2017) yaitu :

a) Dampak terhadap kondisi fisik atmosfer

Dampak negatif bahan pencemar udara terhadap kondisi fisik atmosfer

antara lain gangguan jarak pandang (visibility), memberikan warna tertentu pada

atmosfer, mempengaruhi struktur dari awan, mempengaruhi keasaman air hujan

dan mempercepat pemanasan atmosfer.

b) Dampak terhadap faktor ekonomi

Dampak negatif bahan pencemar udara terhadap faktor yang berhubungan

dengan ekonomi antara lain, meningkatnya biaya rehabilitasi karena rusaknya

bahan (keropos) dan meningkatnya biaya pemeliharaan (pelapisan, pengecatan).

c) Dampak terhadap vegetasi

Dampak negative bahan pencemar udara terhadap kehidupan vegetasi

antara lain ialah perubahan morfologi, pigmen dan kerusakan fisiologi sel

tumbuhan terutama pada daun, dapat mempengaruhi pertumbuhan vegetasi

tertentu, misalnya lumut kerak dan mempengaruhi kehidupan serta morfologi

vegetasi tersebut.

d) Dampak terhadap kehidupan binatang


21

Dampak terhadap kehidupan binatang baik binatang peliharaan maupun

bukan, dapat terjadi karena adanya proses bioakumulasi dan keracunan bahan

berbahaya. Sebagai contoh adalah terjadinya migrasi burung karena udara ambien

terpapar oleh gas SO2.

e) Dampak terhadap estetika

Dampak estetik yang diakibatkan adanya bahan pencemar udara antara lain

timbulnya baud an adanya lapisan debu pada bahan yang mengakibatkan perubahan

warna permukaan bahan dan mudahnya terjadi kerusakan bahan tersebut.

2) Pengaruh Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan

Pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan terbagi menjadi dua yaitu:

a) Udara Bebas

Udara bebas yang ada disekitar manusia dapat berpengaruh terhadap

kesehatan masyarakat. Pengaruh tersebut dikelompokkan menjadi pengaruh

langsung dan tidak langsung. Pengaruh udara bebas secara tidak langsung

merupakan pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Misalnya, nitrogen di

dalam udara dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk. (Budiyono, 2001).

Pengaruh udara langsung, terjadi karena proses pernapasan dan kontak

seluruh tubuhnya dengan udara. Pengaruh udara terhadap kesehatan sangat

ditentukan oleh komposisi kimia, biologis maupun fisik udara. Tetapi, aktivitas

manusia dapat mengubah komposisi kimiawi udara sehingga meningkatkan

konsentrasi zat-zat kimia yang sudah ada. Aktivitas manusia yang menjadi sumber

pengotoran/pencemaran udara adalah buangan industri, kendaraan bermotor, dan

pembakaran di rumah-rumah dan di lading-ladang. Pengaruh terhadap kesehatan

akan tampak apabila kadar zat pengotor maningkat sedemikian rupa sehingga

timbul penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan. Maka udara tersebut telah

tercemar.(Budiyono, 2001).
22

Oleh sebab itu, kualitas udara yang baik akan diperoleh apabila sumber

pencemar yang dihasilkan oleh aktivitas manusia diperhatikan dan dijaga agar tidak

dapat mengganggu kualitas udara. Jika hal itu diabaikan maka manusia itu pula

yang akan merasakan dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran udara tersebut.

b) Udara Tidak Bebas

Udara tidak bebas adalah udara yang terdapat di dalam ruangan gedung-

gedung seperti rumah, pabrik, sekolah, rumah sakit, dan lain sebagainya. Udara

tidak bebas didapat pula di dalam sumur-sumur dan tambang-tambang. Berbeda

dengan udara bebas, kualitas dan kuantitas udara tidak bebas seringkali ditentukan

oleh penghuni gedung secara sengaja ataupun tidak sengaja. Ada gedung yang

secara khusus diatur baik suhu maupun frekuensi pertukaran udaranya. (Prabowo

& Muslim, 2018).

Oleh karena itu, kualitas udara tidak bebas sangat bervariasi. Apabila

kualitas baik, tentunya tidak akan terjadi penyakit akibatnya. Tetapi apabila udara

tidak bebas ini tercemar, maka efeknya akan sangat nyata. Karena aliran tidak

bebas, maka pencemar mempunyai banyak kesempatan untuk masuk kedalam

tubuh penghuni dan dalam konsentrasi yang ada didalam udara tersebut.

Udara yang tercemar partikel dan gas dapat menyebabkan gangguan

kesehatan yang terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru

dan pembuluh darah atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit. Pencemaran

karena partikel dan debu biasanya menyebabkan penyakit pernapasan kronis

seperti, bronchitis kronis, emfiesma paru, asma bronchial dan kanker paru. Bahan

pencemar gas yang terlarut dalam udara dapat langsung masuk ke dalam tubuh

sampai ke paru-paru yang akhirnya diserap oleh sistem pembuluh darah. (Ratnani,

2008).
23

4. Prinsip–Prinsip Pengelolaan Kualitas Udara

Mengingat bahwa udara yang bersih itu diperlukan setiap detik bagi

tercapainya masyarakat yang sehat, maka kualitas udara harus diusahakan agar

selalu bersih. Tidak mungkin kiranya kita membiarkannya kotor dan dibersihkan

kemudian sebelum dikonsumsi seperti halnya air, karena udara setiap detik

diperlukan.

Pengelolaan sumber daya udara, sebagaimana halnya dengan sumber daya

pada umumnya. Perlu dinaungi oleh iklim yang mengizinkan dilakukan

tindakantindakan untuk pengelolaan tersebut. Iklim ini dapat tercipta setelah dibuat

peraturan ataupun perundangan yang mengatur semuanya itu. Undang–undang

sedemikian dikenal sebagai Undang–undang udara bersih.

Undang–undang yang ada di Indonesia saat ini mengatur lingkungan secara

umum dan dikenal sebagai UU. No.4 tahun 1982. Untuk dapat melaksanakan

perundang-undangan sedemikian diperlukan peraturan pelaksanaan yang berisiskan

angka–angka yang konkret tentang kadar berbagai zat yang boleh ada didalam

udara. (Prabowo & Muslim, 2018).

B. Tinjauan Umum Tentang Pencemaran Udara Dalam Islam

Melalui kitab suci al-Qur’an, Allah swt telah memberikan informasi

spiritual kepada manusia untuk bersikap ramah terhadap lingkungan. Melalui al-

Qur’an Allah swt telah mengajarkan kepada umatnya untuk bersikap ramah

lingkungan dan memberikan peringatan tentang dampak dari kerusakan alam QS.

Ar-Ruum/ 30:41 :

َ‫ع ِملُواْ لَعَلَّ ُه ۡم يَ ۡر ِجعُون‬


َ ‫ض ٱلَّذِي‬ َ ‫سا ُد فِي ۡٱلبَ ِر َو ۡٱلبَ ۡح ِر بِ َما َك‬
ِ َّ‫سبَ ۡت أ َ ۡيدِي ٱلن‬
َ ۡ‫اس ِليُذِيقَ ُهم بَع‬ َ َ‫ظ َه َر ۡٱلف‬
َ
٤١
Terjemahnya:
Telah tampak kerusakan di darat dan laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat)
24

perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Kementrian Agama
RI,1971).
Kerusakan lingkungan dan polusi telah terjadi di laut dan di darat akan

mengakibatkan suatu bencana alam serta para ilmuwan meneriakkan peringatan

kepada manusia untuk tidak mencemari bumi karena hal itu dapat menimbulkan

bencana. (Shihab, 1994).

Dalam ayat diatas juga menjelaskan bahwa sesungguhnya kerusakan yang

terjadi dimuka bumi disebabkan oleh perbuatan manusia yang secara eksploitasi

melakukan pengrusakan lingkungan. Penyebab pencemaran udara di Indonesia

sekitr lebih 70% dihasilkan oleh gas emisi kendaraan yang banyak mengandung gas

CO. Penggunaan kendaraan yang tidak terkontrol mengakibatkan laju pertumbuhan

kendaraan yang begitu pesat sehingga memiliki dampak terhadap lingkungan yaitu

pencemaran udara yang memiliki dampak bersar khususnya terhadap kesehatan.

Pemeliharaan atau perlidungan lingkungan hidup sangat penting, sebab jika

lingkungan hidup tidak terpelihara atau terjadi pencemaran maka bahayanya akan

menimpa pada semua komponen dasar kehidupan seperti keselamatan jiwa,

perlindungan kekayaan, keturunan dan kehormatan. Mengingat pentingnya

pemeliharaan dan perlindungan lingkungan seharusnya menjadi persoalan

mendasar yang menjadi kebutuhan primer setiap orang. (Shihab, 1994).

Oleh karena itu memelihara lingkungan dalam Islam merupakan bagian dari

totalitas ibadah manusia, sebab itu Islam menjadi rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi

seluruh alam) yang mendorong umat agar tidak membuat kerusakan atau

mempercepat laju kerusakan yang dilakukan manusia di bumi dan alam semesta.

Etika agama terhadap alam mengantar manusia untuk bertanggung jawab sehingga

ia tidak melakukan perusakan atau dengan kata lain setiap perusakan terhadap

lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.

Allah SWT memerintahkan kita memperbaiki dan tidak melakukan suatu


25

kerusakan di dalamnya. Allah berfirman QS. Al-Baqarah /2:11:

ِ ‫َوإِ َذا قِي َل لَ ُه ۡم ََل ت ُ ۡف ِسدُواْ فِي ۡٱل َ ۡر‬


١١ َ‫ض قَالُ ٓواْ إِنَّ َما ن َۡح ُن ُمصۡ ِل ُحون‬
Terjemahan :
Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan
di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan"(Kementrian Agama RI,1971)
Apabila salah seorang yang telah diberi petunjuk oleh Allah berkata kapada

orang-orang munafik, “Janganlah kalian berbuat kerusakan di atas bumi dengan

menghalang-halangi orang yang berjuang di jalan Allah, menyebarkan fitnah dan

memicu api peperangan,” mereka justru mengklaim bahwa diri mereka bersih dari

perusakan. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang

melakukan perbaikan.” Itu semua adalah akibat rasa bangga diri mereka yang

berlebihan. (Shihab, 2009).

Pada ayat tersebut disebutkan bahwa orang-orang munafik itu memang

pelaku kerusakan di muka bumi ini, dengan bermaksiat kepada Allah melanggar

larangan-Nya serta mengabaikan kewajiban yang dilimpahkan kepadanya. Mereka

ragu terhadap agama Allah dimana seseorang tidak diterima amalnya kecuali

dengan membenarkannya dan meyakini hakikatnya.

Allah SWT memerintahkan kita memperbaiki dan tidak melakukan suatu

kerusakan di dalamnya serta Allah swt. juga merintahkan untuk berdoa agar

senantiasa terhindar dari keburukan dan bencana-bencana alam. Allah berfirman


QS. Al-A’raf /7:56 :

َّ َ‫ط َمعً ۚا ِإ َّن َر ۡح َمت‬


ٞ ‫ٱَّللِ قَ ِر‬
َ‫يب مِن‬ ُ ‫ض بَعۡ َد ِإصۡ َٰلَ ِح َها َو ۡٱد‬
َ ‫عوهُ خ َۡو ٗفا َو‬ ِ ‫َو ََل ت ُ ۡف ِسدُواْ فِي ۡٱل َ ۡر‬
٥٦ َ‫ۡٱل ُم ۡح ِسنِين‬
Terjemahnya:
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (Tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat
kepada orang-orang yang berbuat baik (Kementrian Agama RI, 1971).
26

Dari ayat di atas merangkum beberapa isyarat :

1. Isyarat untuk tidak berbuat kerusakan di bumi dan mencemarinya. Hal ini

tersirat dalam kalimat “janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi”.

2. Isyarat bumi pernah tercemari lalu Allah memperbaikinya dan

memerintahkan kita untuk tidak merusak lagi setelah diperbaiki.

3. Isyarat akan berdoa kepada Allah agar terhindar dari bencana alam. (Thalbah,

2009).

Selain itu, ayat diatas `juga menjelaskan bahwa manusia memiliki tugas

untuk terus menjaga lingkungan agar tetap dapat memberikan manfaat dan

kebaikan kepada manusia lainnya. Salah satu upaya yaitu dengan cara mengurangi

penggunakan kendaraan yang banyak menghasilkan gas CO.

Allah SWT juga memerintahkan kita untuk selalu menjaga lingkungan dan

tidak melakukan suatu kerusakan di dalamnya. Allah berfirman QS. Al-

Qashash/28:77:

٧٧ َ‫ٱَّللَ ََل ي ُِحب ۡٱل ُم ۡف ِسدِين‬


َّ ‫ض إِ َّن‬ َ َ‫ٱَّللُ إِلَ ۡي ۖكَ َو ََل ت َۡبغِ ۡٱلف‬
ۖ ِ ‫سا َد فِي ۡٱل َ ۡر‬ َ ‫َوأ َ ۡح ِسن َك َما ٓ أ َ ۡح‬
َّ َ‫سن‬

Terjemahan :
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Kementrian Agama RI, 1971).
Pada ayat ini, Allah menerangkan empat macam nasihat dan petunjuk yang

ditujukan kepada Karun oleh kaumnya yaitu :

1. Orang yang dianugerahi oleh Allah kekayaan yang berlimpah ruah,

perbendaharaan harta yang bertumpuk-tumpuk, serta nikmat yang banyak,

hendaklah ia memanfaatkan di jalan Allah, patuh dan taat pada perintah-Nya,

mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala sebanyak-

banyaknya di dunia dan akhirat.

2. Setiap orang dipersilakan untuk tidak meninggalkan sama sekali kesenangan


dunia baik berupa makanan, minuman, pakaian, serta kesenangan-
27

kesenangan yang lain sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran yang telah

digariskan oleh Allah. Baik Allah, diri sendiri, maupun keluarga, mempunyai

hak atas seseorang yang harus dilaksanakannya.

3. Setiap orang harus berbuat baik sebagaimana Allah berbuat baik kepadanya,

misalnya membantu orang-orang yang memerlukan, menyambung tali

silaturrahim, dan lain sebagainya.

4. Setiap orang dilarang berbuat kerusakan di atas bumi, dan berbuat jahat

kepada sesama makhluk, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang

berbuat kerusakan. (Kementrian Agama RI, 2005)

Dan jadikanlah sebagian dari kekayaan dan karunia yang Allah berikan

kepadamu di jalan Allah dan amalan untuk kehidupan akhirat. Janganlah kamu

cegah dirimu untuk menikmati sesuatu yang halal di dunia. Berbuat baiklah kepada

hamba-hamba Allah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dengan

mengaruniakan nikmat-Nya. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi

dengan melampaui batas- batas Allah. Sesungguhnya Allah tidak meridai orang-

orang yang merusak dengan perbuatan buruk mereka itu. (Shihab, 2009).

Allah SWT menciptakan begitu banyak anugerah di atas muka bumi ini

yang dimanfaatkan untuk sesuatu hal yang baik, termaksud didalamnya lingkungan

yang sehat. Selain itu, Allah SWT mempertegas bahwa manusia harus menjaga

lingkungan agar tetap dapat meberikan kebaikan kepada seluruh makhluk yang

berada dimuka bumi karena sesungguhnya Allah SWT sangat tidak menyukai

orang-orang yang melakukan pengrusakan terhadap lingkungan terkhususnya

melakukan pencemaran udara.


28

C. Tinjauan Umum Tentang Karbon Monoksida (CO)

1. Definisi dan Karakteristik CO

Karbon Monoksida adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau dan

tidak berasa diproduksi oleh pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan

yang mengandung karbon. (Dewanti, 2018).

Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak

berbau dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas

-1920 C. (Razali & Maksum, 2015).

Karbon monoksida (CO) adalah hasil pembakaran tidak sempurna bahan

karbon atau bahan-bahan yang mengandung karbon. (Razali & Maksum, 2015).

Salah satu bahan pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor dalam

kegiatan transportasi adalah karbon monoksida (CO). CO adalah gas yang tidak

berwarna, tidak berbau, maupun berasa yang timbul akibat pembakaran tidak

sempurna bahan bakar yang mengandung karbon atau oleh pembakaran dibawah

tekanan dan temperatur tinggi seperti yang terjadi didalam mesin (internal

combustion engine). Gas ini tergolong kategori mudah terbakar dan beracun.

(Ismiyanti, Marlita, & Saidah, Deslidah, 2014).

Gas karbon monoksida (CO) merupakan komponen yang jumlahnya cukup

banyak di udara yang terbentuk sebagai akibat dari sumber-sumber yang

mengalami pembakaran yang tidak sempurna, yang mana merupakan gas yang

tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna yang berada dalam bentuk gas pada suhu
o
di atas -192 C. Komponen ini mempunyai ukuran sebesar 96,5% dari komponen

air dan tidak larut dalam air. Gas ini tinggal di udara sampai 2,5 bulan dan 55% gas

ini diproduksi oleh aktifitas manusia. Produksi gas CO 3,5 milyar ton per tahun dari

oksidasi gas metan akibat pembusukan tumbuh-tumbuhan. Sumber lain gas CO

yang utama adalah dari metabolisme tubuh manusia, pembakaran sampah,


29

kebakaran hutan, sisa pembakaran batu bara dan pembakaran sisa pertanian.

(Pangerapan dkk., 2018).

Karakteristik gas CO adalah sebagai berikut (Dwika, 2017) :

a. Gas yang bersifat racun

b. Lebih ringan dari pada udara, dengan angka perbandingan berat 0,967 pada 1
o
atm dan 0 C

c. Mengabsorpsi radiasi gelombang elektromagnetik infra merah

d. Pada temperatur ruang oksidasi pembentukan gas CO2 dapat dipercepat dengan

penambahan katalis logam seperti paladium pada silika gel atau campuran

oksida mangan dan tembaga

e. Terbakar apabila ditambahkan api dan mengeluarkan asap biru, sehingga

berubah menjadi gas CO2

f. Tidak mudah larut dalam air

2. Sumber CO

Menurut (Laila, 2012), Karbon monoksida yang terdapat dialam terbentuk

dari salah satu proses sebagai berikut:

a. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung

karbon.

Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung

karbon terjadi jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang

dibutuhkan untuk pembakaran sempurna dimana dihasilkan karbon dioksida.

Pembentukan karbon monoksida hanya terjadi jika reaktan yang ada terdiri dari

karbon dan oksigen murni. Jika yang terjadi adalah pembakaran komponen yang

mengandung karbon di udara, prosesnya lebih kompleks dan terdiri dari beberapa

tahap reaksi.
30

Secara sederhana pembakaran karbon dalam minyak bakar terjadi melalui

beberapa tahap sebagai berikut :

2C + O2 2CO

2CO + O2 2CO2

Reaksi pertama berlangsung sepuluh kali lebih cepat daripada reaksi kedua,

oleh karena itu CO merupakan intermediet pada reaksi pembakaran tersebut dan

dapat merupakan produk akhir jika jumlah O2 tidak cukup untuk melangsungkan

reaksi kedua. CO juga dapat merupakan produk akhir meskipun jumlah oksigen di

dalam campuran pembakaran cukup, tetapi antara minyak bakar dan udara tidak

tercampur rata. Pencampuran yang tidak rata antara minyak bakar dengan udara

menghasilkan beberapa tempat atau area yang kekurangan oksigen. Semakin

rendah perbandingan antara udara dengan minyak bakar, semakin tinggi jumlah

karbon monoksida yang dihasilkan.

b. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada

suhu tinggi.

Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon

pada suhu tinggi dapat menghasilkan karbon monoksida dengan reaksi sebagai

berikut :

CO2 + C 2CO

Reaksi ini sering terjadi pada suhu tinggi yang umum terdapat pada industri-

industri, misalnya pada pembakaran di dalam furnish. CO yang diproduksi dengan

cara ini mempunyai keuntungan dan diperlukan pada beberapa proses, misalnya

pada furnish cepat, dimana CO bertindak sebagai komponen pereduksi dalam

produksi besi dari besi oksida.

c. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan O
31

Suhu tinggi merangsang pembentukan CO dan O. Sebagai contoh, pada


0
suhu 2960 C terjadi disosiasi CO2 sebanyak 1 persen menjadi CO dan O,
0
sedangkan pada suhu 2495 C sebanyak 5 persen CO2 yang terdisosiasi menjadi

CO dan O. Jika campuran ekuilibrium pada suhu tinggi tiba-tiba didinginkan, CO

akan tetap berada dalam campuran yang telah diinginkan tersebut karena

dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai ekuilibrium yang baru pada suhu

rendah.

Berbagai proses geofisika dan biologis diketahui dapat memproduksi CO.

Proses-proses tersebut misalnya aktivitas vulkanik, emisi gas alami, pancaran listrik

dari kilat, germinasi dan pertumbuhan benih, dan sumber lainnya. Tetapi kontribusi

ke atmosfer yang disebabkan proses-proses tersebut relatif kecil. Pembebasan CO

ke atmosfer sebagai akibat aktivitas manusia lebih nyata, misalnya transportasi,

pembakaran minyak, gas, arang atau kayu, proses-proses industri seperti industri

besi, petroleum, kertas dan kayu, pembuangan limbah padat, dan sumber-sumber

lain termasuk kebakaran hutan. Transportasi menghasilkan CO paling banyak di

antara sumber-sumber CO lainnya, terutama dari kendaraan-kendaraan yang

menggunakan bensin sebagai bahan bakar.

Menurut (Laila, 2012), karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk

dari salah satu proses sebagai berikut:

a. Pembakaran tidak sempurna terhadap karbon atau komponen yang mengandung

karbon.

b. Reaksi antara karbon dioksida dengan komponen yang mengandung karbon

pada suhu tinggi.

c. Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai kembali menjadi karbon monoksida

dan oksigen.

Di lingkungan, karbon monoksida dapat terbentuk secara alamiah, namun


32

sumber utama dari gas tersebut adalah dari kegiatan manusia. Karbon monoksida

yang berasal dari alam yaitu akibat kebakaran hutan, oksidasi metal di atmosfer,

lautan, serta badai listrik alam. Sementara sumber CO buatan antara lain berasal

dari kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin.

Konsentrasi CO yang tinggi seringkali diperoleh dari gas buang kendaraan

bermotor dan polusi dalam ruangan yang buruk. Pada pembakaran bahan bakar

bermotor, seluruh penggunaan bahan bakar tidak diubah seluruhnya menjadi CO2

dan H2O tetapi sebagian juga dilepaskan menjadi CO dan sebagian material

partikulat karbon organic. (Prabowo & Muslim, 2018).

3. Penyebaran Karbon Monoksida (CO) di Udara

Mekanisme alami dimana karbon monoksida hilang dari udara telah banyak

diteliti, dan pembersihan CO dari udara kemungkinan terjadi karena beberapa

proses sebagai berikut :

a. Reaksi atmosfer yang berjalan sangat lambat sehingga jumlah CO yang hilang

sangat sedikit. Kecepatan reaksi yang mengubah CO menjadi CO2 (2CO+O2 =

2CO2) yang terjadi pada atmosfer bawah hanya dapat menghilangkan sekitar 0,1

persen dari CO yang ada per jam dengan adanya matahari. Berdasarkan

kecepatan ini, CO di atmosfer diperkirakan mempunyai umur rata-rata 3,5 bulan.

b. Aktivitas mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah dapat menghilangkan

CO dengan kecepatan relatif tinggi dari udara. Meskipun tanah dengan

mikroorganisme di dalamnya dapat berfungsi dalam pembersihan CO di

atmosfer, tetapi kenaikan konsentrasi CO di udara masih terjadi. Hal ini

disebabkan tanah yang tersedia tidak tersebar rata, bahkan di daerah-daerah

dimana produksi CO sangat tinggi kadang-kadang persediaan tanah sangat

terbatas. (Laila, 2012).


33

4. Dampak CO

a. Dampak Terhadap Kesehatan

Dampak dari CO bervariasi tergantung dari status kesehatan seseorang pada

saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan

CO sampai kadar COHb dalam darahnya mencapai 40 % dalam waktu singkat. Gas

CO ini merupakan gas yang sangat bersifat racun, seseorang yang menderita sakit

jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah apabila kadar COHb dalam

darahnya sebesar 5-10%. Gas CO mempunyai kemampuan berikatan dengan Hb

sebesar 240 kali lipat sehingga dapat mempengaruhi organorgan tubuh seperti otak,

hati, pusat saraf, dan janin. (Pangerapan dkk., 2018).

Apabila Karbon Monoksida (CO) terhisap kedalam paru-paru akan ikut

peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh

tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis (Wardhana,

2001). (Damara, Wardhana, & Sutrisno, 2017).

Karbon monoksida merupakan produk normal dari proses pemecahan dalam

sel tubuh, yang mempunyai umur sekitar 120 hari. Hasil dari proses tersebut

dinamakan hemekatabolisme, sedangkan harga normal dari karbon monoksida

dalam darah sekitar 0,5 persen. Kadar ini akan meningkat apabila seseorang itu

menderita sakit. Gas oksigen dan karbon monoksida akan ditarik oleh zat besi

dalam hemoglobin dan hemoglobin ini mempunyai daya ikat yang besar terhadap

karbon monoksida. (Pangerapan dkk., 2018).

Gejala yang terasa dimulai dengan pusing-pusing, kurang dapat

memperhatikan sekitarnya, kemudian terjadi kelainan fungsi susunan syaraf pusat,

perubahan fungsi paru-paru dan jantung, sesak napas dan pingsan serta pada

akhirnya akan mengakibatkan kematian. (Damara dkk., 2017).


34

Karbon monoksida (CO) bersifat toksik atau racun karena dapat bereaksi

dengan hemoglobin membentuk karbonmonoksihemoglobin dan COHb tidak dapat

mengambil O2. (Laila, 2012).

Kontak antara manusia dengan dengan CO pada konsentrasi tinggi dapat

menyebabkan kematian, tetapi ternyata kontak dengan CO pada konsentrasi yang

relatif rendah (100 ppm atau kurang) juga dapat mengakibatkan gangguan

kesehatan. (Pangerapan dkk., 2018).

Apabila waktu kontak hanya sebentar, gas CO konsentrasi 100 ppm masih

dianggap aman. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap oleh manusia selama 8

jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Konsentrasi CO sebanyak 1000 ppm

dengan paparan selama 1 jam menyebabkan pusing dan kulit berubah menjadi

kemerah-merahan. Untuk paparan 1300 ppm selama 1 jam, kulit akan langsung

berubah warna menjadi merah tua dan disertai rasa pusing yang hebat. (Pangerapan

dkk., 2018).

b. Dampak Terhadap Lingkungan

Di udara, CO terdapat dalam jumlah yang sedikit, hanya sekitar 0.1 ppm. Di

perkotaan dengan lalu lintas yang padat, konsentrasi gas CO antara 10-15 ppm.

Diketahui bahwa, apabila gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat

menyebabkan gangguan pada ekosistem dan lingkungan. (Ismiyanti dkk., 2014).

5. Populasi Rentan Terhadap CO

Dalam konsentrasi rendah ataupun tinggi, keberadaan CO di lingkungan

dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Adapun populasi yang rentan terhadap

CO adalah para pekerja pembuatan dan distribusi gas (gas batu bara) dari bahan

bakar padat, petugas lalu lintas, operator mesin, pekerja las, penambang dan lain-

lain. (WHO, 1995).


35

Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan

kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya

ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi

dan malam hari. Beberapa Individu juga dapat terpajan oleh CO karena lingkungan

kerjanya. Kelompok masyarakat yang paling terpajan oleh CO termasuk polisi lalu

lintas atau tukang pakir, pekerja bengkel mobil, petugas industri logam, industri

bahan bakar bensin, industri gas kimia dan pemadam kebakaran. (Muzayyid, 2014).

6. Toksikologi CO

Saat manusia menghirup udara untuk bernafas, maka udara yang

mengandung oksigen, nitrogen dan kemungkinan karbon monoksida serta gas

lainnya akan tertarik kedalam paru dan terus ke alveoli. Alveoli yang mempunyai

kantung kecil, terbentuk dari lapisan sel tipis dan diperkuat oleh jaringan yang amat

lembut. Didalam alveoli inilah gas akan mengalami perubahan angkutan dari

melalui udara berubah melalui system peredaran darah. Proses tersebut

dikendalikan oleh hukum-hukum fisika, yaitu suatu bentuk dari gas akan bergerak

dari tempat yang bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Dalam

keadaan normal tekanan oksigen di dalam alveoli akan lebih besar dari tekanan

oksigen di dalam pembuluh darah. Dengan demikian, maka molekul oksigen

menembus dinding jaringan dan terikat oleh molekul hemoglobin di dalam sel darah

merah. Sebaliknya, beberapa gas mempunyai tekanan lebih tinggi di peredaran

darah daripada di alveoli. (Mukono, 2011).

7. Baku Mutu CO

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009, Baku Mutu Lingkungan (BML)

adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang

ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam

suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup.


36

BML berfungsi sebagai tolak ukur untuk mengetahui apakah telah terjadi

perusakan atau pencemaran lingkungan. Batas-batas daya dukung, daya tenggang,

daya toleransi atau kemampuan lingkungan disebut dengan Nilai Ambang Batas

(NAB). Nilai NAB adalah batas tertinggi (Maksimum) dan terendah (minimum)

dari kandungan zat-zat, mahluk hidup atau komponen lain yang diperbolehkan

dalam setiap interaksi yang berkenaan dengan lingkungan, khususnya yang

berpotensi mempengaruhi mutu tata lingkungan atau ekologi.

Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energy,

dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar

yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Berikut ini, tabel baku mutu

kualitas udara ambien secara nasional.

Tabel 2.1 Baku Mutu Udara Ambien Nasional

Waktu Metode
No. Parameter Baku Mutu Peralatan
Pengukuran Analisis
SO2 1 jam 900 ug/Nm3
1 (Sulfur 24 jam 365 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer
Dioksida) 1 tahun 60 ug/Nm3
CO 1 jam 30.000 ug/Nm3
2 (Karbon 24 jam 10.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer
Monoksida) 1 tahun
NO2 1 jam 400 ug/Nm3
3 (Nitrogen 24 jam 150 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer
Dioksida) 1 tahun 100 ug/Nm3
O3 1 jam 235 ug/Nm3
4 Chemiluminescent Spektrofotometer
(Oksidan) 1 tahun 50 ug/Nm3
HC
Gas
5 (Hidro 3 jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization
Chromatografi
Karbon)
PM10
(Partikel <
6 24 jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi-Vol
10
um)
24 jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi-Vol
PM25*
1 jam 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi-Vol
37

TSP 24 jam 230 ug/Nm3


7 Gravimetric Hi-Vol
(Debu) 1 jam 90 ug/Nm3
Pb (Timah 24 jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi-Vol
8 Hitam) 1 jam 1 ug/Nm3 Ekstraktif AAS
Pengabuan
Dustfall 10
(Debu Ton/Km2/Bulan
Jatuh) (Pemukiman)
9 30 hari Gravimetric Cannister
20
Ton/Km2/Bulan
(Industri)
Total 24 jam 3 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau
10 Fluorides 90 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode Continous
(as F) Analyzer
Fluor 40 ug/100 cm2 Limed Filter
11 Indeks 30 hari dari kertas Colourimetric Paper
limed filter
Klorin dan Spesific Ion Impinger atau
12 Klorin dan 24 jam 150 ug/Nm3 Electrode Continous
Dioksida Analyzer
Sulfat 1 mg/SO3/100 Lead Peroxida
13 Indeks 30 hari cm3 dari Lead Colourimetric Candle
Peroxide
Sumber: PP.No. 4/ Tahun /999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Menurut PP No.41 Tahun 1999 tentang baku mutu udara ambien untuk

pertikel Karbon Monoksida (CO) selama pengukuran 24 jam sebesar 10.000

µg/Nm3 dan pengukuran 1 jam sebesar 30.000 µg/Nm3.

D. Tinjauan Umum Tentang Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)

Indeks pencemar terbagi dua yaitu : nilai Indeks Mutu Udara (ISMU) dan

Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

1. Indeks Mutu Udara (ISMU)

Menurut peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 41 Tahun 1999

tentang nilai Indeks Mutu Udara (ISMU) merupakan suatu nilai yang digunakan

untuk menentukan mutu udara suatu lokasi. Dalam penentuan status mutu udara
38

kota, data yang digunakan adalah hasil pemantauan primer maupun pemantauan

kontiyu yang menggunakan peralatan pemantauan dengan mengunakan metode

manual. Pemantauan dilakukan dengan cara pengambilan sampel terlebih dahulu

lalu sampel dianalisis lebih lanjut di laboratorium.

2. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

Menurut peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 41 Tahun 1999

tentang pengendalian pencemaran udara, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)

adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi mutu

udara ambien di lokasi tertentu, yang didasarkan kepada dampak terhadap

kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya.

Indeks Kualitas Udara digunakan sebagai bahan informasi bagi masyarakat

tentang kualitas udara ambient di lokasi dan waktu tertentu. ISPU juga digunakan

sebagai bahan pertimbangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

melaksanakan pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara yang terjadi.

(Quina & Erou, 2018).

Secara nasional program pengendalian pencemaran udara adalah Program

Langit Biru (PLB) yang dirancang pada tanggal 6 Agustus 1996 di Semarang oleh

Menteri Negara Lingkungan Hidup dan selanjutnya ditetapkam sebagai Surat

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 15 tahun 1996 tentang

Program Langit Biru. Pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan Program

Langit Biru difokuskan pada:

a. Pengendalian pencemaran udar dari sumber bergerak.

b. Pengendalian pencemaran udara dari sumber tidak bergerak.

Tujuan perhitungan ISPU untuk mengetahui seberapa bahayanya tingkat

konsentrasi polutan dalam udara ambien sehingga identifikasi dampak kesehatan

dapat diketahui dari tingkat ISPU polutan tersebut.


39

Dalam perhitungan Indeks Standar Pencemaran Udara,batas indeks standar

pencemaran digunakan dalam perhitungan indeks Standar Pencemaran Udara

sehingga menghasilkan nilai ISPU. Berikut ini, tabel batas indeks standar

pencemaran udara adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Batas indeks standar pencemaran udara dalam satuan (SI)
ISPU 24 Jam 24 Jam 8 Jam 1 Jam O3 1 Jam
PM.10 SO2 CO NO2
50 50 80 5 120
100 150 365 10 253
200 350 800 17 400 1130
300 420 1600 34 800 2260
400 500 2100 46 1000 3000
500 600 2620 57,5 1200 3750
Sumber : KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997

Selain dalam bentuk table, batas indeks standar pencemaran udara juga

dapat digambarkan dalam bentuk grafik / matriks. Berikut ini, matriks batas

indeks standar pencemaran udara dengan parameter CO :

Gambar 2.1 Matriks Batas Indeks Standar Pencemaran Udara Parameter CO


40

Berdasarkan batas indeks standar standar pencemaran udara dalam

penentuan indeks Standar Pencemaran Udara. Dapat diketahui apakah suatu lokasi

penelitian berada pada standar Indeks Pencemaran Udara atau tidak.

Berikut ini, Indeks Standar Pencemaran Udara yang digunakan dalam

penentuan Indeks Standar Pencemaran Udara pada Lokasi Penelitian adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.3 Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)


Kategori Rentang

Baik 0 – 50

Sedang 51 – 100

Tidak Sehat 101 – 199

Sangat Tidak Sehat 200 – 299

Berbahaya 300 – Lebih

Sumber : KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997

Untuk mengetahui apakah dari masing-masing bisa dikatakan tercemar atau

tidak, sehingga kita dapat menilai suatu parameter tersebut berdasarkan tabel

Pengaruh Indeks Standar Pencemaran Udara berdasarkan Parameter masing-

masing.

Berikut ini, tabel Pengaruh Indeks Standar Pencemaran Udara Untuk Setiap
Parameter Pencemar sebagai berikut :

Tabel 2.4 Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)


Kategori Rentang Karbon Nitrogen Ozon (O3) Sulfur Praktikulat
Monoksida (CO) (NO2) Dioksida PM.10
(SO2)
Baik 0-50 Tidak ada efek Sedikit Luka pada Luka pada Tidak ada
berbau Beberapa Beberapa efek
spesies spesies
tumbuhan tumbuhan
akibat akibat
41

Kombinasi kombinasi
dengan SO2 dengan O3
(Selama 4 (Selama 4
Jam) Jam)

Sedang 51-100 Perubahan kimia Berbau Luka pada Luka pada Terjadi
darah tapi tidak Babarapa Beberapa penurunan
terdeteksi spesies spesies pada jarak
tumbuhan lumbuhan pandang

Tidak 101-199 Peningkatan pada Bau dan Penurunan Bau, Jarak


Sehat kardiovaskularpada kehilangan kemampuan Meningkatnya pandang
perokok yang sakit warna. pada atlit kerusakan turun dan
jantung Peningkatan yang berlatih tanaman terjadi
reaktivitas keras pengotoran
pembuluh debu di
tenggorokan mana-man
pada
penderita
asma

Sangat 200-299 Peningkatan pada Bau dan Penurunan Bau, Jarak


Tidak kardiovaskularpada kehilangan kemampuan Meningkatnya pandang
Sehat perokok yang sakit warna. pada atlit kerusakan turun dan
jantung Peningkatan yang berlatih tanaman terjadi
reaktivitas keras pengotoran
pembuluh debu di
tenggorokan mana-man
pada
penderita
asma

Berbahaya 300 - Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar.
Lebih

Sumber : KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997


42

E. Kerangka Teori

Aktivitas Manusia

Kegiatan Kegiatan Kegiatan Aktivitas


Industri Manusia Pemukiman Kendaraan

SO2, NO2, CO, O3, Pb, TSP

Pencemaran Udara

Udara Kualitas Udara Ambien

(Sumber : PP RI No. 41 Tahun 1999 tentang Standar Baku Mutu Udara


Ambien)
Bagan 2.1 Kerangka Teori
43

F. Kerangka Konsep

Konsentrasi CO
Udara Berdasarkan : Indeks Standar Pencemaran
1. Titik Udara ( ISPU) Parameter
Kualitas Udara CO
2. Waktu CO
3. Hari

Bagan 2.2 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan lokasi penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang

dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip

dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah tertentu yang

digunakan dalam penelitian tersebut biasa disebut sebagai metode penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif analitik

dengan pendekatan indeks standar pencemar udara (ISPU) parameter CO di Jalan

AP. Pettarani Kota Makassar Tahun 2019.

2. Variabel Penelitian

Variabel yang diukur dalam penelitian ini yaitu indeks standar pencemaran

udara (ISPU) kualitas udara ambien dengan parameter Karbon Monoksida (CO) di

Jalan AP. Pettarani Kota Makassar Tahun 2019.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi

Lokasi dalam penelitian ini terdiri dari 3 titik yaitu Titik 1 (Pertigaan Jalan

AP Pettarani dan Jalan Sultan Alauddin), Titik 2 (Pertigaan Jalan Boulevard dan

Jalan AP Pettarani), Titik 3 (Perempatan Jalan Urip Sumoharjo dan Jalan AP.

Pettarani). Alasan pemilihan lokasi didasarkan pada asumsi bahwa lokasi-lokasi ini

mewakili wilayah jalan AP. Pettarani dari jalur transportasi dan

perdagangan/perbelanjaan yang merupakan area penebangan pohon untuk

pembangunan jalan toll dalam kota.

44
45

Selanjutnya sampel udara yang diperoleh di lapangan dianalisis di

laboratorium Kesehatan Lingkungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Uin

Alauddin Makassar.

b. Waktu

Adapun Waktu pengukuran CO yaitu sebagai akan dilakukan selama 2 hari

yaitu Hari Senin (Hari Kerja) dan Hari Minggu (Hari Libur), dengan 3 kali

pengukuran yaitu pada pagi, siang, dan sore hari berdasarkan Peraturan Menteri

LH No.12 Tahun 2010.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dari penelitian ini yaitu seluruh

udara ambien yang berada di Jalan A.P Pettarani.

2. Sampel

Udara ambien dengan parameter kadar Karbon Monoksida (CO) yang

berada di Jalan A.P Pettarani yakni sebanyak 3 titik.

C. Metode Pengambilan Data

1. Tahap Persiapan

Penelitian kali ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan pendekatan

deskriptif. Metode kuantitatif digunakan pada saat pengukuran kualitas udara

ambien parameter kadar Karbon Monoksida (CO).

Persiapan meliputi penyediaan formulir-formulir dan peralatan yang

diperlukan, sedangkan perijinan dilakukan terhadap instansi-instansi terkait,


46

meliputi kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar dan Pimpinan Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar.

2. Tahap pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer yang dimaksud yaitu hasil pengukuran kualitas udara ambien

dengan parameter Karbon Monoksida (CO). Sedangkan, data sekunder yang

dipakai meliputi data yang didapat dari instansi pemerintah serta studi-studi

terdahulu yang berkaitan dengan kualitas udara ambien dengan parameter CO. Data

sekunder ini meliputi data kualitas udara ambien, nilai baku mutu udara ambien,

dan spesifikasi metode.

a. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder harus dikumpulkan sebelum penelitian, yaitu data yang

berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti. Data sekunder diperoleh melalui

instansi pemerintah yang terkait dengan penelitian. Data sekunder yang diperlukan

yaitu data kualitas udara ambien sebelum penebangan pohon.

b. Pengumpulan Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil pengamatan

dan penelitian langsung di lapangan. Data primer yang dibutuhkan adalah data

kualitas udara ambien parameter CO.

3. Bahan dan Alat

a. Lembar Observasi

Dalam penelitian ini lembar observasi digunakan untuk menggambarkan

situasi dan kondisi saat dilakukan penelitian dengan melihat situasi yang ada. Alat

yang dimaksud yaitu pulpen, kertas, dan komputer

b. Alat pengukur kualitas udara ambien dengan parameter Karbon Monoksida

(CO).
47

Alat yang digunakan untuk pengukuran CO yaitu, Midget impinger (tabung

penyerap), Pompa penghidap udara (Vaccum pump), MCU, Termohidro, stopwatch

(timer), spektrofotometer, Ecoline 6000 Gas Analyzer, dan CO for ambient probe

(Eurotron).

D. Pengambilan Sampel

1. Cara Pengambilan Sampel CO di Udara menggunakan alat otomatis.

a. Peralatan

1) Ecoline 6000 Gas Analyzer

b. Pengambilan sampel

1) Menghubungkan RCU dengan MCU

2) Menghubungkan RCU, MCU dengan sumber listrik

3) Memasang CO for ambien probe (Eurotron) pada MCU

4) Menghidupkan alat dengan menekan ON pada RCU dan MCU

5) Zeroing (10 menit) 35

6) Menekan tombol Analysing.

7) Menunggu hingga 30 menit

8) Menyimpan data ke MCU

c. Perhitungan

1) Menghubungkan alat MCU dengan computer

2) Membuka aplikasi ecoline 6000

3) Melihat hasil pengukuran (ppm)

E. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

metode Nondispersive Analyzer (NDIR) untuk mengetahui hasil pemeriksaan


48

kadar CO berdasarkan SNI 19-7119.10.2005 tentang pengukuran kualitas udara dan

metode analisis yang digunakan, dan hasilnya dideskripsikan dalam bentuk narasi

serta di bandingkan dengan standar baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah

No.41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien. Data yang di peroleh dari

hasil observasi lapangan kemudian diolah untuk mengetahui indeks standar

pencemaran udara (ISPU) berdasarkan Keputusan kepala badan pengendalian

dampak lingkungan No.107 Tahun 1997 tentang pedoman teknis perhitungan dan

pelaporan serta informasi

1. Perhitungan CO, konversi ppm ke µg/Nm3 :

Konsentrasi ppm 𝑥 𝐵𝑀
CO µg⁄𝑚3 = 𝑥 1000
24,45

28
𝐶2 = 𝐶1 𝑥 𝑥 1000
24,45

Keterangan :

C2 = Konsentrasi CO dalam udara ambien (µg/Nm3 )

C1 = Konsentrasi CO dalam udara ambien (ppm)

28/ BM = Berat Molekul CO

24,45 = Volume gas pada kondisi normal 25 o C, 760 mmHg

1000 = Konversi liter (L) ke m3

2. Perhitungan batas indeks standar pencemar udara dapat dilihat dengan rumus

berikut ini :

Konsentrasi nyata ambient (Xx) ? ppm, mg/m3, dll


Angka nyata ISPU (1)
Ia − Ib
I= (Xx − Xb) + Ib
Xa − Xb
Keterangan :

I = ISPU terhitung
49

Ia = ISPU batas atas

Ib = ISPU batas bawah

Xa = Ambien batas atas

Xb = Ambien batas bawah

Xx = Kadar Ambien byata hasil pengukuran

F. Pengolahan Data

Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan

kesimpulan yang baik, maka diperlukan pengolahan data. Pengolahan data yang
dilakukan terdiri dari beberapa tahapan yang dilakukan, antara lain:

1. Data Editing

Data yang didapatkan dari hasil pengamatan lapangan dilakukan

penyuntingan terlebih dahulu. Proses editing ini dilakukan dengan pengecekan dan

melakukan perbaikan terhadap hasil-hasil yang tidak lengkap atau kurang oleh

peneliti agar dapat ditelusuri kembali.

2. Data Coding

Pada proses ini dilkaukan pengklasifikasian data berdasarkan data yang di

dapatkan dari hasil pengamatan di lapangan sesuai dengan tujuan dikumpulkannya

data penelitian. Peneliti membuat kode untuk setiap data. Kegiatan koding ini

sangat berguna pada saat memasukkan data nantinya.

3. Data Sctructure

Pada proses data sctructure akan dikembangkan sesuai dengan analisis yang

akan dilakukan dan jenis perangkat lunak yang dipergunakan.

4. Data Entry

Data entry merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan

oleh peneliti ke dalam program pengolah data diantaranya data konsentrasi CO


50

udara yang kemudian di analisi berdasarkan indeks standar pencemaran udara

(ISPU).

5. Data Cleaning

Semua data yang telah di input perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya. Maka perlu dilakukan koreksi dengan cara pembersihan data dengan

melihat distribusi frekuensinya.

Anda mungkin juga menyukai