Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. i
SAMBUTAN DIREKTUR...................................................................... ii
SK TENTANG PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN PANDUAN
MANAJEMEN NYERI........................................................................... iii
SK TENTANG PANDUAN MANAJEMEN NYERI............................. v
DAFTAR ISI........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.................................................................................... 1
B.Tujuan.................................................................................................. 2
C.Ruang Lingkup.................................................................................... 2
D.Definisi................................................................................................ 2
BAB II TATA LAKSANA MANAJEMEN NYERI RS AL-ROHMAH
A.Pengkajian / asessmen Nyeri............................................................... 5
B.Instrumen Pengkajian Nyeri................................................................ 6
C.Penatalaksanaan Nyeri......................................................................... 8
D.Klarifikasi dan Manajemen Nyeri....................................................... 10
BAB III DOKUMENTASI MANAJEMEN NYERI.............................. 19
BAB IV PENUTUP................................................................................. 20
REFERENSI............................................................................................ 21

1
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmad dan nikmatnya sehingga kami tim penyusun dapat menyelesaikan tugas
kami dengan sebaik – baiknya. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyusunan buku panduan ini. Semoga segala
kebaikan dilimpahkan kepada kita semua.

Panduan Manajemen Nyeri ini disusun berdasarkan kebutuhan rumah


sakit dalam upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan di RSU Al-Rohmah.
Panduan ini berisi cara – cara dalam mengelola nyeri.

Harapan kami sebagai tim penyusun adalah semoga buku panduan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama dalam meningkatkan mutu asuhan di
RS Al Rohmah.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Banyuwangi, Januari 2019

Tim Penyusun

2
SAMBUTAN DIREKTUR RS AL-ROHMAH

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Manajemen Nyeri merupakan salah satu tindakan dalam asuhan


keperawatan. Manajemen nyeri dilakukan berdasarkan hasil pengkajian nyeri.
Manajemen nyeri bertujuan untuk membantu pasien terbebas dari rasa
ketidaknyamanan, dimana rasa ketidaknyamanan tersebut dirasakan oleh sebagian
besar pasien yang datang ke Rumah Sakit. Rumah Sakit sebagai instansi layanan
kesehatan sudah selayaknya memberikan layanan yang sesuai dengan kondisi
pasien. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan di
RSU Al-Rohmah.

Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Ditetapkan di : Banyuwangi
Pada tanggal : Januari 2019
Direktur RSU AL-ROHMAH

dr. Yesi Kurnia D, ST.


NIK: 2008.07.0028

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Nyeri merupakan suatu sensasi tidak menyenangkan yang terjadi pada


seseorang apabila mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh. Sensai yang tidak
menyenangkan dapat berupa perasaan sakit seperti tertusuk jarum, seperti
terbakar, atau hantaman benda tumpul. Perasaan tersebut hanya dapat diketahui
melalui ungkapan verbal seseorang, perubahan tanda vital, atau melalui
pemeriksaan tertentu yang dapat menggambarkan bentuk kerusakan yang terjadi
pada tubuh seseorang.

Sebagian besar alasan seseorang datang berobat ke rumah sakit adalah


karena adanya masalah kesehatan yang menimbulkan sensasi yang tidak
menyenangkan. Ini artinya sebagian besar masalah kesehatan dapat menimbulkan
rasa nyeri atau sensasi yang tidak menyenangkan. Bahkan mungkin secara tidak
langsung setiap saat seseorang dapat merasakan nyeri atau sensasi yang tidak
menyenangkan. Yang membedakan dalam hal ini adalah tingkat atau skala nyeri
yang dirasakan. Nyeri yang ringan mungkin dapat dikontrol dengan berbagai cara
tanpa memerlukan penanganan khusus atau medis. Namun untuk skala nyeri yang
sudah mempengaruhi kenyamanan seseorang dan mengganggu aktivitas,
kemungkinan seseorang akan lebih memilih untuk mendapatkan penanganan
medis.

RSU AL-ROHMAH perlu membuat panduan bagi staf pemberi pelayanan


kesehatan tentang pengelolaan nyeri pasien. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
mutu layanan asuhan kesehatan di RSU AL-ROHMAH. Dalam panduan
pengelolaan nyeri ini meliputi cara melekukan asessmen nyeri dan pengelolaan
nyeri yang dilakukan pada pasien yang dirawat di RSU AL-ROHMAH.

B. TUJUAN

4
Tujuan umum dari panduan ini adalah untuk meningkatkan mutu asuhan
pada pasien di RSUAL-ROHMAH. Sedangkan Tujuan Khusus dari panduan ini
adalah:

1. Sebagai acuan untuk staf pemberi layanan kesehatan dalam mengelola


nyeri pasien di RSU AL-ROHMAH.

2. Menyeragamkan cara pengelolaan nyeri pasien RSU AL-ROHMAH.

3. Mengurangi level nyeri pasien RSU AL-ROHMAH.

4. Meningkatkan kenyamanan pasien RSU AL-ROHMAH.

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari panduan ini adalah semua staf pemberi pelayanan
kesehatan di RSU AL-ROHMAH.

D. DEFINISI

1. Nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan (pengalaman emosional


dan sensori) yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau cedera
pada tubuh. Menurut International Association for Study of Pain (IASP),
nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
2. Nyeri akut adalah nyeri yang muncul akibat jejas, trauma, spasmus, atau
penyakit pada kulit, otot, struktur somatik, atau organ dalam/viscera tubuh.
Intensitas nyeri sebanding dengan derajat jejas, dan akan berkurang sejalan
dengan penyembuhan kerusakan jaringan. Tanda-tanda aktivitas sistem
saraf otonom (misalnya takikardia, hipertensi, berkeringat, dilasi pupil
yang berkepanjangan, demam) sering menyertai sensasi nyeri akut.
Biasanya, nyeri akut berkaitan dengan suatu kejadian, dan secara alami
bersifat linier (dengan kata lain ada permulaan dan akhirnya), memiliki arti
dan tujuan positif, dan sering berkaitan dengan tanda-tanda fisik. Dua tipe
sindroma nyeri akut yang utama adalah nyeri somatis dan nyeri viscera.
3. Nyeri somatis adalah akibat aktivasi nociceptor pada jaringan kutan dan
dalam.
4. Nyeri somatis permukaan/superfisial adalah akibat stimulasi nociceptor
di dalam kulit atau jaringan subkutan dan mukosa yang mendasari. Hal ini

5
ditandai dengan adanya sensasi/rasa berdenyut, panas atau tertusuk, dan
mungkin berkaitan dengan rasa nyeri yang disebabkan oleh stimulus yang
secara normal tidak mengakibatkan nyeri (misalnya allodinia), dan
hiperalgesia. Jenis nyeri ini biasanya konstan dan jelas lokasinya. Nyeri
superfisial biasanya terjadi sebagai respon terhadap luka terpotong, luka
gores dan luka bakar superfisial.
5. Nyeri somatis dalam. Nyeri somatis dalam diakibatkan oleh jejas pada
struktur dinding tubuh (misalnya otot rangka/skelet). Berlawanan dengan
nyeri tumpul linu yang berkaitan dengan organ dalam, nyeri somatis dapat
diketahui di mana lokasi persisnya pada tubuh; namun, beberapa menyebar
ke daerah sekitarnya. Nyeri pascabedah memiliki komponen nyeri somatis
dalam karena trauma dan jejas pada otot rangka.
6. Nyeri viscera disebabkan oleh jejas pada organ dengan saraf simpatis.
Nyeri ini dapat disebabkan oleh distensi abnormal atau kontraksi pada
dinding otot polos, tarikan cepat kapsul yang menyelimuti suatu organ
(misalnya hati), iskemi otot skelet, iritasi serosa atau mukosa,
pembengkakan atau pemelintiran jaringan yang berlekatan dengan organ-
organ ke ruang peritoneal, dan nekrosis jaringan. Nyeri yang disebabkan
oleh bagaian dalam perut atau pelvic biasanya ditandai dengan distribusi
dan kualitas nyeri yang tidak jelas. Biasanya terasa sebagai nyeri yang
dalam, tumpul, linu, tertarik, diperas atau ditekan. Nyeri yang sangat
ektrim, biasanya terasa sebagai nyeri paroksismal atau kolik dan nyeri ini
dapat disertai dengan mual, muntah, berkeringat dan perubahan tekanan
darah dan denyut nadi/kecepatan jantung. Nyeri viscera seringkali muncul
pada awal awitan (onset) atau pada stadium dini suatu penyakit. Sensasi
nyeri yang berasal dari organ dalam sering dipersepsikan sebagai nyeri
yang berasal dari bagian tubuh yang lebih supersifial/permukaan, biasanya
daerah-daerah yang dipersarafi oleh saraf spinal yang sama; lokasi nyeri di
bagian superfisial atau bagian dalam yang berjauhan dengan sumber
patologi yang sebenarnya biasa disebut sebagai referred pain (nyeri alih).
Infark miokard akut dan pankreatitis akut merupakan salah satu contoh
dari nyeri viscera.
7. Nyeri kronis adalah nyeri yang bertahan selama minimum 6 bulan dan
memunjukkan ciriciri yang jelas berbeda jika dibandingkan dengan nyeri
akut. Misalnya, nyeri akut hanya terjadi pada suatu waktu/kejadian

6
tertentu, sedangkan nyeri kronis biasanya merupakan bagian dari situasi
yang lebih kompleks. Nyeri akut mempunyai awal dan akhir yang jelas.
Nyeri kronis, cenderung sirkuler; awal nyeri dengan cepat terlupakan
karena siklus nyerinya tidak pernah berakhir. Nyeri akut mempunyai
konotasi yang positif dalam arti nyeri tersebut merupakan tanda siaga
adanya jejas pada tubuh, sedangkan nyeri kronis tidak mempunyai tujuan
fisiologis tertentu. Terakhir, nyeri kronis tidak mempunyai tanda-tanda dan
gejala klinis, sehingga patofisiologi yang mendasarinya biasanya tidak
terdeteksi pada pemeriksaan fisik atau radiologis. Nyeri kronis dapat
muncul dari lokasi viscera, jaringan miofasial, atau penyebab-penyebab
neurologis, dan biasanya dibedakan menjadi nyeri maligna (kanker atau
keganasan) dan nyeri non-maligna (jinak).

7
BAB II
TATA LAKSANA MANAJEMEN NYERI RSU AL-ROHMAH

A. PENGKAJIAN / ASSESMEN NYERI

Pengkajian nyeri yang menyeluruh / comprehensive adalah landasan


manajemen nyeri yang efektif, meliputi wawancara ke pasien, pengkajian fisik,
pengkajian riwayat pengobatan, pengkajian riwayat pembedahan dan penyakit
pasien, pengkajian riwayat psikososial pasien, lingkungan fisik dan gambaran
diagnostic. Pengkajian harus menggambarkan penyebab, keefektifan tindakan dan
dampak pada kualitas hidup pasien dan keluarga.

Tujuan pengkajian nyeri, antara lain:

1. Untuk mendapatkan informasi tentang pengalaman nyeri pasien melalui


cara yang sesuai dengan standar.

2. Untuk membantu menentukan jenis nyeri dan penyebab nyeri pasien.

3. Untuk membantu menentukan dampak dan akibat dari pengalaman nyeri


pasien berdasarkan kemampuan individual dalam beraktifitas.

4. Untuk membantu komunikasi antar tim multidisiplin dalam pemberian


asuhan kepada pasien.

Secara umum pengkajian nyeri di RSU AL-ROHMAH dilakukan dengan


menggunakan metode PQRST. Format pengkajian PQRST ini mencakup:

 Apa yang menyebabkan nyeri?


 Apa yang dapat mengurangi rasa
P: Penyebab
nyeri?
 Apa yang memperburuk rasa nyeri?
 Seperti apa nyeri yang dirasakan?
Q: Kualitas dan Kuantitas
 Berapa kali terasa?
 Dimana letak nyeri?
R: Regio dan Radiasi
 Apakah menjalar, kemana?
 Berapa skala nyeri yang dirasakan?
S: Skala dan Kedalaman
 Apakah mempengaruhi aktivitas?
T: Waktu dan Tipe Onset  Kapan nyeri dirasakan?
 Apakah tiba-tiba atau bertahap?

8
 Berapa sering nyeri terasa?

Table 1. metode pengkajian nyeri PQRST

B. INSTRUMEN PENGKAJIAN NYERI

Informasi laporan-sendiri juga dapat diperoleh menggunakan berbagai cara


penilaian nyeri. Perlu diingat, bahwa kedalaman dan kompleksitas cara-cara untuk
penilaian nyeri ini bervariasi. Idealnya, cara-cara untuk penilaian ini mudah
digunakan, mudah dimengerti oleh pasien, dan valid, sensitif serta dapat
dipercaya. Tindakan untuk menentukan lokasi fisik dan tingkat keparahan nyeri
adalah yang paling sering dilakukan.

1. Skala analog visual (visual analog scale/VAS)


Skala analog visual (visual analog scale/VAS) adalah cara yang paling
banyak digunakan untuk menilai nyeri (Gambar 7-3). Skala linier ini
menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang myngkin dialami
seorang pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang 10-cm, dengan
atau tanpa tanda pada tiap centimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat
berupa angka atau peryataan deskriptif. Ujung yang satu mewakili tidak ada
nyeri, sedangkan ujung yang lain mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin
terjadi. Skala dapat dibuat vertikal atau horizontal. Manfaat utama VAS
adalah penggunaannya yang sangat mudah dan sederhana. Namun, pada
periode pascabedah, VAS tidak banyak bermanfaat karena pada VAS
diperlukan koordinasi visual dan motorik serta kemampuan konsentrasi. VAS
juga dapat diadaptasi menjadi skala hilangnya/ reda rasa nyeri.

2. Skala numerik verbal (Numeric Rating Scale)


Skala ini menggunakan angka-angka 0 sampai 10 untuk
menggambarkan tingkat nyeri. Dua ujung ekstrim juga digunakan pada skala
ini, sama seperti pada VAS atau skala reda nyeri. Skala numerik verbal ini
lebih bermanfaat pada periode pascabedah, karena secara alami verbal/kata-
kata tidak terlalu mengandalkan koordinasi visual dan motorik. Skala verbal
menggunakan kata-kata dan bukan garis atau angka untuk menggambarkan
tingkat nyeri. Skala yang digunakan dapat berupa tidak ada nyeri, sedang,

9
parah. Hilang/redanya nyeri dapat dinyatakan sebagai sama sekali tidak
hilang, sedikit berkurang, cukup berkurang, baik/nyeri hilang sama sekali.
Karena skala ini membatasi pilihan kata pasien, skala ini tidak dapat
membedakan berbagai tipe nyeri.

Gambar 1. (A) Skala analog visual. (B) Skala numeric verbal. (C). Skala
penilaian verbal.

Kelemahan dari VAS (visual analog scale) dan skala numeric verbal
adalah tidak dapat digunakan pada pasien anak umur kurang dari tujuh tahun.
VAS dan Skala numeric hanya dapat digunakan pada pasien dewasa dan pasien
dalam kondisi sadar serta dapat berkomunikasi dengan baik. Maka dalam
pengkajian nyeri pemilihan instrumen sangat penting, dan harus disesuaikan
dengan umur dan kondisi pasien.

3. Face Pain Rating Scale


Skala wajah untuk menilai nyeri dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan akan cara penilaian yang dapat digunakan untuk anak-anak.
Perkembangan kemampuan verbal dan pemahaman konsep merupakan hambatan
utama ketika menggunakan cara-cara penilaian nyeri yang telah dikemukakan di
atas untuk anak-anak usia kurang dari 7 tahun. Skala wajah dapat digunakan
untuk anak-anak, karena anak-anak dapat diminta untuk memilih gambar wajah
sesuai rasa nyeri yang dialaminya. Pilihan ini kemudian diberi skor angka. Skala
wajah Whaley dan Wong menggunakan 6 kartun wajah, yang menggambarkan
wajah tersenyum, wajah sedih, sampai menangis, dan tiap wajah ditandai dengan
angka 0 sampai 5. Skala Whaley dan Wong ini dapat mengatasi kesulitan yang
ditemui pada cara-cara penilaian nyeri yang lain yaitu dalam menilai spektrum

10
tidak ada nyeri (pada skala Whaley dan Wong ini: tidak ada nyeri berarti ekivalen
dengan senang).

Gambar 2. Face Pain Rating Scale

C. PENATALAKSANAAN NYERI
Dalam penatalaksanaan nyeri, diperlukan data tentang hasil pengkajian
nyeri pasien. Data hasil pengkajian menjadi bahan pertimbangan untuk
menentukan cara penatalaksanaan nyeri yang paling tepat. Penatalaksanaan nyeri
disesuaikan dengan jenis nyeri, skala atau kedalaman nyeri, keadaan umum pasien
serta pertimbangan – pertimbangan lain misalnya kemampuan ekonomi atau
kesediaan pasien.
Secara umum tujuan penatalaksanaan nyeri di RSU AL-ROHMAH adalah:
a. Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri.
b. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri
kronis yang persisten.
c. Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri.
d. Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap reaksi terapi
nyeri.
e. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan
pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan
atau terapi non farmakologis. Terapi farmakologis dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri, sedangkan terapi non
farmakologis menggunakan cara-cara tanpa menggunakan obat-obatan penghilang
nyeri. Misalnya saja dengan cara relaksasi, massage, tekhnik nafas dalam, dan lain
sebagainya.

11
1. Penatalaksanaan Nyeri Dengan Terapi Farmakologis
Terapi obat yang efektif untuk nyeri seharusnya memiliki resiko relatif
rendah, tidak mahal, dan onsetnya cepat. WHO menganjurkan tiga langkah
bertahap dalam penggunaan alagesik. Langkah 1 digunakan untuk nyeri
ringan dan sedang adalah obat golongan non opioid seperti aspirin,
asetaminofen, atau AINS, ini diberikan tanpa obat tambahan lain. Jika
nyeri masih menetap atau meningkat, langkah 2 ditambah dengan opioid,
untuk non opioid diberikan dengan atau tanpa obat tambahan lain. Jika
nyeri terus-menerus atau intensif, langkah 3 meningkatkan dosis potensi
opioid atau dosisnya sementara dilanjutkan non opioid dan obat tambahan
lain.

2. Penatalaksanaan Nyeri Dengan Terapi non Farmakologis


Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai tidakan
penanganan nyeri berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku kognitif.

a. Masase kulit
Masase kulit dapat memberikan efek penurunan kecemasan dan
ketegangan otot. Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang
serabut berdiameter besar, sehingga mampu memblok atau menurunkan
implus nyeri.

b. Kompres
Kompers panas dingin, selain menurunkan sensasi nyeri juga dapat
meningkatkan proses penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan.

c. Imobilisasi
Imobilisasi terhadap organ tubuh yang mengalami nyeri hebat mungkin
dapat meredakan nyeri. Kasus seperti rheumatoid arthritis mungkin
memerlukan teknik untuk mengatasi nyeri.

d. Distraksi
Distraksi merupakan pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri.
Teknik distraksi terdapat beberapa macam yaitu : distraksi visual, distraksi

12
pendengaran, distraksi pernafasan, distraksi intelektual, teknik pernafasan,
imajinasi terbimbing.

e. Relaksasi
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik
relaksasi mungkin perlu diajarkan beberapa kali agar mencapai hasil yang
normal.

f. Plasebo
Plaebo merupakan suatu bentuk tidakan, misalnya pengobatan atau
tindakan keperawatan yang mempunyai efek pada pasien akibat sugesti
daripada kandungan fisik atau kimianya. Suatu obat yang tidak berisi
analgetika tetapi berisi gula, air atau saliner dinamakan plasebo

D. KLASIFIKASI DAN MANAJEMEN NYERI


1. Nyeri Akut
a. Karaktristik: nyeri akut biasanya datang secara tiba-tiba, umunya
berkaitan dengan cidera spesifik, jika kerusakan tidak lama terjadi dan
tidak ada kerusakan sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan
dengan penyembuhan. Nyeri akut berlangsung beberapa detik hingga
enam bulan.

TIPE / DEFINISI SUMBER ATAU


SUMBER CONTOH
Penyakit Akut Nyeri yang disebabkan  Appendicitis, renal
oleh penyakit akut. colic, myocardial
infarction
Perioperative Nyeri pada pasien  Bedah kepala dan leher
(termasuk post bedah karena terpapar  Bedah dada dan dinding
operasi) penyakit, prosedur dada
pembedahan (missal  Bedah abdomen
terpasang drain, selang  Bedah vaskuler dan
NGT, Komplikasi) atau ortopedi
keduanya.

13
Post traumatic Termasuk nyeri local  Kecelakaan sepeda
(trauma mayor) atau keseluruhan pada motor
bagian tubuh yang
disebabkan oleh cedera
akut.
Tebakar Nyeri yang disebabkan  Api, terpapar zat kimia
oleh terpapar suhu atau
terbakar zat kimia.
Procedural Nyeri yang  Bone marrow biopsy,
(prosedur infasif) berhubungan dengan endoscopy, catheter
pemeriksaan diagnostic placement,
atau prosedur terapi circumcision, chest tube
medis. placement, suturing
Obstetrics Nyeri yang  Persalinan pervagina
berhubungan dengan atau operasi cesarean
kehamilan dan section
persalinan.

Table 2. jenis / tipe umum nyeri akut

b. Manajemen nyeri akut


Tujuan :
1) Mengurangi nyeri sampai pada level / skala yang dapat
diterima (skala ringan).
2) Member fasilitas penyembuhan dari penyakit atau cedera yang
diderita.
3) Intervensi awal untuk mengontrol nyeri.

Intervensi non Farmakologis untuk nyeri akut:


TIPE / SUMBER INTERVENSI
NYERI
Penyakit Akut  Edukasi pasien tentang nyeri
 Relaksasi
 Imagery
 Teknik Distraksi
Nyeri Perioperatif  Edukasi pasien tentang nyeri
 Relaksasi

14
 Imagery
 Teknik Distraksi
 Hypnosis
 Akupuntur
 Massage / pijat
Trauma  Istirahat
 Relaksasi
 Hypnosis
 Teknik distraksi
Luka Bakar  Edukasi pasien
 Relaksasi
 Teknik distraksi
 Imagery
 Terapi musik
Prosedur Invasif  Immobilisasi
 Massage
Obstetri  Edukasi pasien
 Relaksasi
 Teknik pernafasan
 Teknik distraksi

Intervensi Farmakologis nyeri akut:


SUMBER NON OPIOIDS ADJUVANT
NYERI OPIOIDS ANALGESICS
Penyakit Paracetamol, Systemic opioid
akut NSAIDs
Perioperatif Paracetamol, Systemic opioid, Local anestesi
(termasuk NSAIDs termasuk PCA (lidocain,
post operasi) bupivacain)
Trauma Paracetamol, Bolus IV Opioids IV Ketamin
mayor NSAIDs selama fase (sangat jarang
(generalized selama fase emergency, IV atau digunakan)
pain) penyembuhan peroral Opioids
post trauma selama fase
penyembuhan
Trauma NSAIDs Bolus atau IV opioids IV Ketamin
mayor (parenteral atau selama fase emergency (sangat jarang

15
(regionalized oral selama digunakan)
pain) fase
penyembuhan
post trauma)
Luka Bakar Paracetamol, Dosis tinggi atau IV Parenteral
NSAIDs Opioids (misal ketamin (sangat
selama fase morphin, Fentanil) jarang), IV
rehabilitasi lidocain (sangat
jarang)
Trauma Paracetamol, Opioids untuk nyeri
Minor NSAIDs ringan sampai nyeri
sedang
Prosedur NSAIDs untuk IV opioids (morphine, Local anestesi
invasif analgesic Hidromorphone, (lidocain,
sebelum dan fentanyl) bupivacaine),
setelah IV ketamine
prosedur
Obstetri Bolus IV Opioids
(morphine, fentanyl,
dan hydromorphone)

2. Nyeri Kronis Non Kanker


a. Tujuan Umum Manajemen
1) Mengurangi penderitaan, termasuk nyeri dan masalah
emosional.
2) Meningkatkan / memperbaiki fungsi fisik, sosial, vocational
dan recreational.
3) Mengoptimalkan kesehatan, termasuk kesejahteraan psikologis.
4) Memperbaiki kemampuan koping (misal mengembangkan
strategi pertolongan diri, mengurangi ketergantungan pada
sistem asuhan kesehatan) dan hubungan dengan yang lain
(misal keluarga, teman, tenaga kesehatan).
b. Strategi Manajemen Nyeri Kronis Non Kanker
1) Pengobatan dari kelas obat yang berbeda (terapi obat
kombinasi).
2) Terapi rehabilitasi (misal terapi fisik, terapi okupasional) dan
pengobatan.

16
3) Anestesi regional (misal blockade neural) dan pengobatan
4) Manajemen interdisiplin, misalnya:
Edukasi Pasien :Konseling nyeri, factor penyebab dan yang bisa
mengurangi nyeri, strategi pengelolaan nyeri, factor
gaya hidup yang mungkin mempengaruhi nyeri
(misal pengguna nikotin, alcohol, dll).
Pendekatan :Terapi modalitas (misal jalan – jalan, peregangan,
rehabilitasi fisik olah raga untuk meningkatkan kekuatan dan daya
tahan.
Pendekatan fisik :Massage / pijat, akupuntur.
lainnya
Terapi :Nonopioids, Opioids, anti depressant, obat
farmakologis antipileptik, stimulant, antihistamin.
Anestesi regional :Blok sistem saraf (diagnostic, somatic, sympatethic,
visceral, trigger point) dan atau intraspinal analgesic
(misal opioids, clonidin, baclofen, anestesi local).
Pendekatan :latihan relaksasi, hypnosis, kemampuan koping
psikologis
Surgery Noeuroablation, neurolysis, microvascular
decompression.

Intervensi Nonfarmakologis nyeri non kanker:


TIPE NYERI INTERVENSI
Nyeri Arthritis  Pembedahan: arthroscopy, synovectomy,
osteotomy dan spinal fision.
 ROM, massage, akupuntur, suplemen nutrisi
Low Back Pain  Pembedahan: laminectomy, diskectomy, lumber
(LBP) fusion, lumber stabilization.
 Olah raga, radiofrekuensi, akupuntur, terapi
manipulasi.
Fibromyalgia  Massage, aerobic peregangan, psikoterapi,
relaksasi, hypnosis, akupuntur.
Sickle cell desease  Massage, psikoterapi, teknik nafas dalam dan
relaksasi, distraksi, imagery, meditasi, akupuntur.
Neuropati perifer  Pembedahan vaskuler untuk insufisiensi vaskuler.
 Psikoterapi, relaksasi.
Migrain dan sakit  Massage, relaksasi
kepala tipe lain

17
Intervensi farmakologis nyeri non kanker:
TIPE NON OPIOIDS ADJUVAN
NYERI OPIOIDS
Nyeri Paracetamol, Short term opioids corticosteroid
Arthritis NSAIDs,
selectif COX-2
inhibitor
Low Back Paracetamol, Short term opioids Amitriptilin,
Pain (LBP) NSAIDs, gabapentin,
selectif COX-2 carbamazapin,
inhibitor short acting
muscle relaxan
(misal
cyclobenzaprine).
Fibromyalgia Paracetamol, Opioids, tramadol Amitriptilin, short
NSAIDs, acting muscle
selectif COX-2 relaxan (misal
inhibitor cyclobenzaprine).
Sickle cell Paracetamol, Short or long term Sedative
desease NSAIDs opioids anxiolytics
Neuropati Paracetamol, Short term opioids Amitriptilin,
perifer NSAIDs gabapentin,
carbamazapin,
short acting
muscle relaxan
(misal
cyclobenzaprine).

Manajemen farmakologis nyeri kepala:


TIPE NYERI PROPHILAKSIS ARBOTIVE
KEPALA
Migraine  AEDs (gabapentin)  NSAIDs
 BBs (propranolol)  Kombinasi Opioid
 CCBs (Verapamil, (paracetamol dengan
nifedipin) codein)
 TCAs  Dehydroergotamine,
 NSAIDs rizapritan, naratriptan
Tension TCAs Paracetamol, NSAIDs

18
Cluster CCBs, Corticosteroid, Ergotamine,
AEDs Dehydroergotamine,
inhalasi oksigen

3. Nyeri Kanker
Penyebab rasa nyeri pada penderita kanker antara lain invasi langsung
tumor pada jaringan tubuh disekitar tumor; nyeri akibat metastase tulang;
osteoporotic tulang dan nyeri degenerative pada pasien lanjut usia;
obstruksi visceral; tekanan pada saraf dan invasi pembuluh darah;
penyempitan pembuluh darah; inflamasi.
Prinsip umum manajemen nyeri kanker meliputi:
 Mempunyai komitmen dalam membebaskan penderitaan dan
menawarkan kesembuhan.
 Melakukan asessmen dengan seksama atau teliti atas keluhan nyeri
pasien dan kepada pasien.
 Menggunakan pendekatan bertahap dalam pengobatan (WHO
ladder) adalah cara terbaik.
 Bekerja sebagai tim dalam menangani nyeri kanker, menggunakan
beragam terapi dan multidisiplin profesi.
 Mengobati dengan layak untuk membebaskan rasa nyeri ketika
menunggu hasil pemeriksaan atau investigasi.
 Pemberian obat regular menurut nyeri yang dirasakan terus
menerus atau bertahap.
 Pemberian obat melalui oral lebih baik.
 Terbuka pada terapi non farmakologis dan terapi komplementer
serta alternative yang dapat membantu pasien.
 Edukasi pasien dan pemberi perawatan sebagai bekal dalam
memperkuat rasa saling percaya dan kepercayaan diri.

a. Asessmen nyeri kanker


Elemen penting dalam melakukan sessmen pasien nyeri kanker adalah
riwayat kesehatan untuk menentukan gambaran nyeri yang persisten,
dan pemecahan nyeri serta efek nyeri terhadap fungsi tubuh.
Pengkajian nyeri pada pasien kanker dilakukan untuk mendapatkan
data tentang frekuensi dan episode nyeri dirasakan perharinya, durasi

19
dalam satuan menit, intensitas dan waktu saat nyeri dirasakan, data
tentang pengalaman nyeri klien dimasa lalu, riwayat pemakaian obat
analgesic dan factor – factor pencetus lainnya.
Pasien dengan nyeri kanker sebaiknya juga dilakukan sessmen
psikososial, yang meliputi:
 Pemahaman pasien mengenai kondisinya saat ini.
 Makna nyeri yang dirasakan pasien bagi pasien sendiri dan
keluarga pasien.
 Seberapa besar Kemungkinan masalah nyeri dapat mempengaruhi
hubungan antar keluarga pasien.
 Apakah nyeri mempengaruhi semangat atau suasana hati pasien.
 Perubahan suasana hati.
 Strategi koping yang diadopsi pasien.
 Pola tidur pasien.
 Dampak lain terhadap masalah ekonomi pasien.
Evaluasi diagnostic untuk tanda dan gejala dihubungkan dengan
sindrom nyeri kanker yang dirasakan pasien.

b. Manajemen nyeri kanker


Intervensi nyeri dengan terapi farmakologis:
OPIOIDS ADJUVANT ANALGETIC
Efek samping: sedasi, konstipasi, Tricyclic antidepressant, tramadol,
depresi nafas, gangguan kognitif, NSAIDs dan COX inhibitor, obat
toleransi opioids antiepileptic, sodium channel
blockers
Untuk mengelola efek samping
digunakan anti emetic dan
laxative
(efek samping anti emetics:
toleransi, dependensi,
hiperalgesia, konstipasi,
penekanan pada hipotalamus /
pituitary axis
Rute pemberian:
Transdermal, epidural dan
intrathecal

20
c. Pendekatan psikolologi
Pendekatan psikologi dalam manajemen nyeri kanker dilakukan
dengan melatih keterampilan / mekanisme koping pasien terhadap
masalah nyeri yang dihadapi. Contoh intervensi yang dapat dilakukan
adalah:
 Latihan relaksasi
 Latihan pernafasan diafragma
 Guided Imagery
 Stimulasi aktivitas dan pemahaman terhadap konsep diri dalam
menghadapi situasi.

21
BAB III
DOKUMENTASI MANAJEMEN NYERI

Manajemen nyeri yang dilakukan harus didukumentasikan dalam rekam


medis pasien. Dokumentasi manajemen nyeri meliputi dokumentasi hasil
asessmen nyeri, jenis penatalaksanaan nyeri yang diberikan, dan hasil evaluasi
terhadap manajemen nyeri yang telah dilakukan.
Dokumentasi hasil asessmen nyeri meliputi: penyebab nyeri, kualitas atau
kuantitas nyeri, lokasi nyeri, skala nyeri, dan waktu atau onset terjadinya nyeri.
Pendokumentasian dilakukan pada rekam rekam medis pasien yang disertai
tanggal dan jam asessmen serta nama dan paraf petugas yang melakukan
asessmen.
Dokumentasi penatalaksanaan nyeri meliputi jenis penatalaksaan, tanggal
dan jam penatalaksanaan serta nama dan petugas yang melakukan
penetalaksanaan nyeri. Termasuk pendidikan kesehatan pada pasien tentang nyeri
harus didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
Dokumentasi hasil evaluasi penatalaksanaan nyeri meliputi skala nyeri,
kualitas dan kuantitas nyeri, lokasi nyeri dan waktu atau onset nyeri. Dokumentasi
juga harus menunjukkan kejelasan tanggal dan jam evaluasi dilakukan serta nama
dan paraf petugas yang melakukan evaluasi nyeri pasien.

22
BAB IV
PENUTUP
Panduan manajemen nyeri ini dibuat untuk menjadi acuan perawat dalam
melakukan asessmen nyeri kepada pasien RSU AL-ROHMAH. Panduan ini
mencakup cara – cara bagaimana mengelola nyeri pasien baik dengan metode
farmakologis maupun dengan cara non farmakologis. Semoga dengan adanya
panduan ini dapat meningkatkan layanan asuhan keperawatan di RSU AL-
ROHMAH.

23
REFERENSI
1. Pain management guidelines, 2012 Republic Of Rwanda

24

Anda mungkin juga menyukai