A. DEFINISI
Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Akumulasi Cairan Di Paru Yang TerjadiSecara
Mendadak. (Aru W Sudoyo, Buku Ajar Ilmu Penyaki Dalam, 2006).Acute Lung Oedema
(Alo) Adalah Terjadinya Penumpukan Cairan SecaraMasif Di Rongga Alveoli Yang
Menyebabkan Pasien Berada Dalam KedaruratanRespirasi Dan Ancaman Gagal
Napas.Acute Lung Oedema (Alo) Adalah Terkumpulnya Cairan EkstravaskulerYang
Patologis Di Dalam Paru. (Soeparman;767).B.
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya alo dibagi menjadi 2, yaitu:
C. PATOFISIOLOGI
Alo kardiogenik dicetuskan oleh peningkatan tekanan atau volume yangmendadak
tinggi di atrium kiri, vena pulmonalis dan diteruskan (peningkatantekanannya) ke
kapiler dengan tekanan melebihi 25 mmhg. Mekanisme fisiologistersebut gagal
mempertahankan keseimbangan sehingga cairan akanmembanjiri alveoli dan terjadi
oedema paru. Jumlah cairan yang menumpuk dialveoli ini sebanding dengan beratnya
oedema paru. Penyakit jantung yangpotensial mengalami alo adalah semua keadaan
yang menyebabkan peningkatantekanan atrium kiri >25 mmhg.
Sedangkan alo non-kardiogenik timbul terutama disebabkan olehkerusakan dinding
kapiler paru yang dapat mengganggu permeabilitas endotelkapiler paru sehingga
menyebabkan masuknya cairan dan protein ke alveoli.Proses tersebut akan
mengakibatkan terjadinya pengeluaran sekret encerberbuih dan berwarna
pink froty. Adanya sekret ini akan mengakibatkangangguan pada alveolus dalam
menjalankan fungsinya
D. POHON MASALAH
Timbul seranganTrauma Endeteliumparu dan
epiteliumalveolarPeningkatanpermeabilitasEdema pulmonalAlveoli terendamKerusakan
jaringanparuPenurunanpengembangan paruHipoksemiaTrauma type
IIpneumocytesPenurunansurfactanAtelektasiAbnormalitasventilasi-perfusiProses
penyembuhanSembuh ?Fibrosis Kematian
E. MANISFESTASI KLINIS
Alo dapat dibagi menurut stadiumnya (3 stadium),
a. Stadium 1
Adanya distensi pada pembuluh darah kecil paru yang prominen akanmengganggu pertukaran
gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitasdifusi co. Keluhan pada stadium ini biasanya
hanya berupa sesak napas saatmelakukan aktivitas.
b. Stadium 2
Pada stadium ini terjadi oedema paru interstisial. Batas pembuluh darahparu menjadi kabur,
demikian pula hilus serta septa interlobularis menebal.Adanya penumpukan cairan di jaringan
kendor interstisial akan lebihmempersempit saluran napas kecil, terutama di daerah basal
karenapengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi reflek bronkokonstriksi yang dapatmenyebabkan
sesak napas ataupun napas menjadi berat dan tersengal.
c. Stadium 3
Pada stadium ini terjadi oedema alveolar. Pertukaran gas mengalamigangguan secara berarti,
terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderitatampak mengalami sesak napas yang berat disertai
batuk berbuih kemerahan (pink froty). Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan
nyata.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1.
1. Pemeriksaan laboratorim rutin (DL, BGA, LFT, RFT) dan BNP
2. Foto thorax.
3. Pemeriksaan EKG, dapat menerangkan secara akurat adanya takikardia supraventrikular
atau arterial. Selain itu, EKG dapat memprediksi adanya iskemia,infark miokard dan
LVH yang berhubungan dengan ALO kardiogenik
4. Pemeriksaan ekokardiografi
Ventilasi merupakan proses perpindahan udara dari lingkungan luar tubuh ke dalam paru-paru. Respirasi
merupakan proses pertukaran gas O2 dan CO2 yang terjadi di alveolus dalam paru-paru. Alveolus
merupakan kantong udara di ujung percabangan bronkus dalam paru-paru. O2 berdifusi melalui dinding
alveolus menembus pembuluh darah dan CO2 berdifusi ke luar pembuluh darah.
Ventilasi mekanik rutin diperlukan pada pasien dewasa kritis di unit perawatan intensif. Tujuan utama
penggunaan ventilator mekanik adalah untuk menormalkan kadar gas darah arteri dan keseimbangan
asam basa dengan memberi ventilasi adekuat dan oksigenasi. (Grossbach, 2011). Ventilasi mekanik
memiliki prinsip yang berlawanan dengan fisiologi ventilasi, yaitu dengan menghasilkan tekanan positif
sebagai pengganti tekanan negatif untuk mengembangkan paru-paru.
Ventilasi mekanis dapat diberikan dengan cara invasif maupun noninvasif. Ventilasi
noninvasif menjadi alternatif karena dapat menghindari risiko yang ditimbulkan pada
penggunaan ventilasi invasif, mengurangi biaya dan lama perawatan di ruang intensif.
Ventilasi noninvasif terbagi 2 yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.
Ventilasi noninvasif tekanan positif memerlukan alat penghubung seperti sungkup muka,
sungkup nasal, keping mulut, nasal pillow dan helmet. Ventilator yang digunakan dapat
berupa ventilator kontrol volume, tekanan, BIPAP dan CPAP.
2.1.1.1. Definisi Ventilasi Mekanik dan Ventilator Ventilasi mekanik adalah proses penggunaan suatu
peralatan untuk memfasilitasi transpor oksigen dan karbondioksida antara atmosfer dan alveoli
untuk tujuan meningkatkan pertukaran gas paru-paru (Urden, Stacy, Lough, 2010). Ventilator
merupakan alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat mempertahankan
ventilasi dan pemberian oksigen untuk periode waktu yang lama (Smeltzer, Bare, Hinkle,
Cheever, 2008). 2.1.1.2. Indikasi Ventilasi Mekanik Ventilasi mekanik diindikasikan untuk alasan
fisiologis dan klinis (Urden, Stacy, Lough, 2010). Ventilasi mekanik diindikasikan ketika modalitas
manajemen noninvasif gagal untuk memberikan bantuan oksigenasi dan/atau ventilasi yang
adekuat. Keputusan untuk memulai ventilasi mekanik berdasarkan pada kemampuan pasien
memenuhi kebutuhan oksigenasi dan/atau ventilasinya. Ketidakmampuan pasien untuk secara
klinis mempertahankan CO2 dan status asam-basa pada tingkat yang dapat diterima yang
menunjukkan terjadinya kegagalan pernafasan dan hal tersebut merupakan indikasi yang umum
untuk intervensi ventilasi mekanik (Chulay & Burns, 2006). 2.1.1.3. Tujuan Ventilasi Mekanik
Tujuan ventilasi mekanik adalah untuk mempertahankan ventilasi alveolar yang tepat untuk
kebutuhan metabolik pasien dan untuk memperbaiki hipoksemia dan memaksimalkan transpor
oksigen (Hudak & Gallo, 2010). Bila fungsi paru untuk melaksanakan pembebasan CO2 atau
pengambilan O2 dari atmosfir tidak cukup, maka dapat dipertimbangkan pemakaian ventilator
(Rab, 2007). Tujuan fisiologis meliputi membantu pertukaran gas kardio-pulmonal (ventilasi
alveolar dan oksigenasi arteri), meningkatkan volume paru-paru (inflasi paru akhir ekspirasi dan
kapasitas residu fungsional), dan mengurangi kerja pernafasan. Tujuan klinis meliputi mengatasi
hipoksemia dan asidosis respiratori akut, mengurangi distress pernafasan, mencegah atau
mengatasi atelektasis dan kelelahan otot pernafasan, memberikan sedasi dan blokade
neuromuskular, menurunkan konsumsi oksigen, mengurangi tekanan intrakranial, dan
menstabilkan dinding dada (Urden, Stacy, Lough, 2010).
2.1.1.2. Pengaturan Pernafasan pada Pasien Terpasang Ventilasi Mekanik
Jumlah dan tekanan udara yang diberian kepada klien diatur oleh ventilator (Smith-Temple &
Johnson, 2011): 1)
1. Volume tidal (VT): jumlah udara dalam mililiter dalam satu kali nafas, yang diberikan selama
inspirasi. Pengaturan awal adalah 7-10 ml/kg; dapat ditingkatkan sampai15 ml/kg 2)
2. Frekuensi: jumlah nafas yang diberikan per menit. Pengaturan awal biasanya10 kali dalam 1
menit tetapi akan bervariasi sesuai dengan kondisi klien. 3)
3. Fraksi oksigen terinspirasi oksigen (fraction of inspired oxygen, FiO2): persentase oksigen dalam
udara yang diberikan. Udara kamar memiliki FiO2 21%. Pengaturan awal berdasarkan pada
kondisi klien dan biasanya dalam rentang 50% sampai 65%. Dapat diberikan sampai 100%, tetapi
FiO2 lebih dari 50% dihubungkan dengan toksisitas oksigen. 4)
4. PEEP: tekanan positif yang konstan dalam alveolus yang membantu alveoli tetap terbuka dan
mencegahnya menguncup dan atelektasis. Pengaturan PEEP awal biasanya adalah 5 cmH2O.
Tetapi dapat juga mencapai hingga 40 cmH2O untuk kondisi seperti sindrom gawat nafas pada
orang dewasa (ARDS). Setiap perubahan yang dilakukan pada pengaturan ventilator harus
dievaluasi setelah 20 sampai 30 menit melalui analisis gas darah arteri, hasil pengukuran SaO2,
atau hasil pembacaan karbon dioksida tidal-akhir untuk melihat keefektivitasan ventilator