Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

PERBANDINGAN EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN


DAN
EVALUASI PROGRAM

Mata Kuliah : Pengembangan Program Pembelajaran IPA

DOSEN PENGAMPU :
PROF. Dr. Hj. NURYANI RUSTAMAN, M.Pd

DISUSUN OLEH :
ERWIN
(1602921)

PROGRAM DOKTOR (S3) PENDIDIKAN IPA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
i
ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
A. Pendahuluan ........................................................................................................... 1
B. Pengertian Tes ....................................................................................................... 1
C. Pengertian Pengukuran ........................................................................................ 3
D. Pengertian Asesmen ............................................................................................. 4
E. Pengertian Evaluasi .............................................................................................. 6
F. Hubungan tes, pengukuran, asesmen dan Evaluasi ....................................... 7
G. Perbandingan Antara Asesmen dengan Evaluasi.......................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13
Pertanyaan Diskusi............................................................................................................ 15
PERBANDINGAN EVALUASI, ASESMEN, TES, DAN PENGUKURAN
Oleh : ERWIN
(Mahasiswa S3 Pendidikan IPA UPI)
NIM: 1602921

A. Pendahuluan
Proses pembelajaran di sekolah dalam prakteknya selalu diakhiri dengan
pelaksanaan evaluasi mengukur tingkat keberhasilan siswa. Sebenarnya selain istilah
evaluasi (evaluation) terdapat beberapa istilah lain yang berkaitan dengan evauasi yaitu
asesmen (assessment), pengukuran (measurement), tes (test) dan testing. tes
merupakan istilah yang paling sering digunakan guru dalam proses pembelajaran. Hal
tersebut disebabkan karena tes seringkali dijadikan sebagai satu-satunya alat untuk
mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Padahal tes sebenarnya hanya
merupakan salah satu alat ukur hasil belajar. Istilah tes prestasi belajar
(Achievement test) seringkali dipertukarkan pemakaiannya dengan konsep pengukuran
hasil belajar (measurement). Untuk mengindari kekeiruan dalam peristihan tersebut,
perlu dilakukan penegasan berkitan dengan beberapa istilah tersebut, yaitu:
evaluasi (evaluation), asesmen (assessment), tes (test) dan pengukuran (measurement) .
Diantara peristilahan tersebut, Asesmen merupakan istilah yang masih asing bagi
sebagian guru.
B. Pengertian Tes
Tes adalah suatu pertanyaan atau tugas/seperangkat tugas yang direncanakan untuk
memperoleh informasi tentang trait/atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir
pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar
(Ebel dan Frisbie 1996; Sax 1980; Lehmann 1973; Zainul 1995). Menurut Riduwan
(2006: 37) tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah serangkaian
pertanyaan/latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu/kelompok. Menurut Allen
Philips (1979: 1-2) “A test is commonly difined as a tool or instrument of measurement
that is used to obtain data about a specific trait or characteristic of an individual or
group”. Test biasanya diartikan sebagai alat atau instrumen dari pengukuran yang
digunakan untuk memperoleh data tentang suatu karakteristik atau ciri yang spesifik dari
individu atau kelompok.) pengertian lain tentang tes (test) adalah suatu alat penilaian
dalam bentuk tulisan untuk mencatat atau mengamati prestasi siswa yang sejalan
1
2

dengan target penilaian (Jacobs & Chase, 1992). Jawaban yang diharapkan dalam tes
menurut Sudjana dan Ibrahim (2001) dapat secara tertulis, lisan, atau perbuatan. Setiap
butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap
benar. Dengan demikian apabila suatu tugas atau pertanyaan menuntut harus dikerjakan
oleh seseorang, tetapi tidak ada jawaban atau cara pengerjaan yang benar dan salah
maka tugas atau pertanyaan tersebut bukanlah tes.

Berkaitan dengan dengan tes terdapat beberapa istilah harus dibedakan


pengertiannya yaitu antara tes, testing, testee, tester. Testing berkaitan dengan waktu
pelaksanaan tes (saat pelaksanaan tes). Sementara itu Gabel (1993) menyatakan
bahwa testing menunjukkan proses pelaksanaan tes. Testee adalah responden yang
mengerjakan tes. Mereka inilah yang akan dinilai atau diukur kemampuannya.
Sedangkan Tester adalah seseorang yang diserahi tugas untuk melaksanakan tes kepada
responden.
Dewasa ini tes masih merupakan alat evaluasi yang umum digunakan
untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan
pengajaran (Subekti & Firman, 1989). Menurut Faisal (1982:219), seringkali
skor tes ini dipergunakan sebagai satu-satunya indikator dalam menilai penguasaan
konsep, efektivitas metode belajar serta aspek lainnya terhadap siswa di dalam praktek
pembelajaran. Padahal jika merujuk pada taksonomi Bloom saja terdapat paling tidak
tiga aspek yang harus diukur dalam peleksanaan pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor, ketiga aspek tersebut tidak mungkin dapat diukur hanya dengan tes yang
pada umumnya hanya bersifat paper and pencil test.
Tes dapat dipilah-pilah ke dalam berbagai kelompok. Berdasarkan bentuknya
dikenal adanya tes uraian (essay test) dan tes objektif (objective test). Tes Uraian
berdasarkan tipenya dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni tes uraian terbatas
(restricted essay test) dan tes uraian bebas (extended essay test). Tes objektif,
berdasarkan tipenya dapat dikelompokkan menjadi 3, yakni tes benar salah (true-false
test), tes menjodohkan (mathcing test), dan tes pilihan ganda (multiple choice test).
Beberapa tipe tes tersebut masih dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa jenis
tes berdasarkan ragam dan karakternya. Tes berdasarkan cara melakukannya juga dapat
dipilih menjadi tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
3

C. Pengertian Pengukuran
Menurut Philips (1979: 1-2) “a measure is the score that has been assigned on
the basis of a test”. ( Pengukuran adalah skor yang telah ditetapkan atas dasar suatu tes).
Sejala denngan pendapat Philips tersebut, Kerlinger yang dikutip Sridadi (2007) juga
mengatakan bahwa pengukuran sebagai pemberian angka-angka pada obyek atau
kejadian-kejadian menurut suatu aturan tertentu. Sementara menurut Cangelosi (1995)
yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan
data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan dengan
tujuan yang telah ditentukan. Berkaitan dengan pengukuran prestasi belajar siswa, guru
menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa,
mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan bagaimana mereka
menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan
merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik
utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau
formula tertentu.
Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance
siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa
sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-angka
(Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang
menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau
karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu
pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati
secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan demikian, pengukuran
dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik peserta didik
tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan tetapi karakteristik
atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto dan
Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan
membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya menjadi
kuantitatif.
Pengukuran (measurement) dapat dilakukan dengan cara tes atau non-tes. Amalia
(2003) mengungkapkan bahwa tes terdiri atas tes tertulis (paper and pencil test) dan tes
lisan. Sementara itu alat ukur non-tes terdiri atas pengumpulan kerja siswa (portofolio),
hasil karya siswa (produk), penugasan (proyek), dan kinerja (performance). Berikut
4

disajikan contoh Acuan Kriteria Penilaian Laporan Praktikum Siswa sebagaimana


terdapat pada tabel 1.
Tabel 1. Contoh Acuan Kriteria Penilaian Laporan Praktikum Siswa
Skor Total : 100
No Aspek yang Komponen/ kriteria Skor
Dinilai Maksimal
A Sistematika 1. Judul 10
(Kelengkapan & 2. Tujuan
sistematika 3. Dasar teori
komponen- 4. Alat dan Bahan
komponen laporan) 5. Cara Kerja
6. Data Hasil Praktikum
7. Analisis Data
8. Jawaban Pertanyaan
9. Kesimpulan
10. Daftar Pustaka
B Isi Laporan 1. Merumuskan judul dan tujuan 5
praktikum dengan benar
2. Menjelaskan Dasar Teori 10
dengan ringkas dan jelas
3. Menyusun alat dan bahan dengan 10
spesifikasi yang tepat
4. Menyusun langkah kegiatan 10
praktikum dengan kalimat pasif
5. Menyusun data hasil praktikum
10
secara sistematis dan komunikatif
dalam kolom pengamatan
6. Menganalisi data secara induktif
berdasarkan teori/kepustakaan 20
7. Menjawab pertanyaan-pertanyaan
praktikum dengan benar 10
8. Menyusun kesimpulan dengan tepat
berdasarkan hasil praktikum dan hasil 10
diskusi
9. Merujuk dan Menuliskan daftar 5
pustaka minimal dua kepustakaan

D. Pengertian Asesmen
Asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian proses,
kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen menurut Kumano
(2001) adalah “The process of Collecting data which shows the development of
learning”, asesmen adalah proses pengumpulan data untuk melihat perkembangan
belajar. Pendapat lain tentang asesmen dalam kelas dikemukakan oleh Angelo (1991:
5

17) „Classroom Assessment is a simple method faculty can use to collect feedback, early
and often, on how well their students are learning what they are being taught”.
(Penilaian kelas merupakan metode sederhana yang dapat digunakan fakultas untuk
mengumpulkan umpan balik, sejak awal dan sering, untuk mengetahui seberapa baik
siswa mereka belajar apa yang mereka diajarkan).
Gabel (1993: 388-390) mengkategorikan asesmen ke dalam kedua kelompok
besar yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong
tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes
jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen alternatif (non-
tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar
Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), portofolio,
observasi, diskusi dan interviu (wawancara).
Asesmen dalam pelaksanaannya dapat digunakan sebagai sarana untuk memonitor
perkembangan belajar siswa, sebagainama yang ungkapkan oleh Wiggins (1984)
bahwa asesmen merupakan sarana yang secara kronologis membantu guru dalam
memonitor siswa. Oleh karena itu, menurut Popham (1995) asesmen sudah seharusnya
merupakan bagian dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Asesmen
pada hakikatnya menitikberatkan pada penilaian proses belajar siswa (Resnick ,1985).
Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam
mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep yang
telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep
tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses
belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.
NRC (1996) menjelaskan adanya perubahan penekanan dalam pelaksanaan
asesmen pembelajaran, perubahan penekanan asesmen mencakup hal-hal sebagaimana
terdapat pada tabel 2. di bawah ini:
6

Tabel. 2 Perubahan Penekanan Asesmen


No Penekanan berkurang pada Penekanan lebih pada
1 Mengases apa yangmudah diukur Mengases apa yang paling bernilai
tinggi
2 Mengases pengetahuan diskrit Mengases lebih banyak, pengetahuan
yang terstruktur dengan baik
3 Mengases pengetahuan ilmiah Mengases pemahaman ilmiah dan
penalaran
4 Mengases untuk mempelajari apa Mengases untuk mempelajari apa yang
yang tidak diketahui siswa dimengerti siswa
5 Hanya mengases prestasi Mengases prestasi dan kesempatan
belajar
6 Asesmen akhir yang dilakukan guru Siswa terlibat dalam mengases
pekerjaan mereka dan orang lain
7 Pengembangan asesmen eksternal Guru terlibat dalam pengembangan
oleh para ahli pengukuran asesmen eksternal

E. Pengertian Evaluasi
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation
yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983).
Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating,
obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives”. Artinya
evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi
yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Sementara evaluasi
menurut Kumano (2001) merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui
kegiatan asesmen. Sementara itu menurut Calongesi (1995) evaluasi adalah suatu
keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran. Sejalan dengan pengertian
tersebut, Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan
sebagai suatu proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik yang menggunakan instrumen tes
maupun non tes.
Pendapat senada tentang evaluasi dungkapkan oleh Sridadi (2007) yaitu evaluasi
adalah suatu proses yang dirancang secara sistematis dan terencana dalam rangka untuk
membuat alternatif-alternatif keputusan atas dasar pengukuran dan penilaian yang telah
dilakukan sebelumnya. Allen Philips (1979: 1-2) evaluation is a complex term that often
is misused by both teachers and students. It involves making decicions or judgements
about students based on the extent to which instructional objectives are achieved by
7

them. (Evaluasi adalah istilah yang kompleks yang sering disalahgunakan oleh para guru
dan siswa. evaluasi melibatkan pembuatan keputusan atau penilaian tentang siswa
berdasarkan sejauh mana tujuan instruksional yang dicapai oleh mereka)
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah pemberian nilai terhadap
kualitas sesuatu. Selain dari itu, evaluasi juga dapat dipandang sebagai proses
merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk
membuat alternatif-alternatif keputusan.
Cronbach (dalam Harris, 1985) menyatakan bahwa evaluasi merupakan
pemeriksaan yang sistematis terhadap segala peristiwa yang terjadi sebagai akibat
dilaksanakannya suatu program. Tayibnapis (2000) dalam hal ini lebih meninjau
pengertian evaluasi program dalam konteks tujuan yaitu sebagai proses menilai sampai
sejauhmana tujuan pendidikan dapat dicapai.
Berdasarkan tujuannya, terdapat pengertian evaluasi sumatif dan evaluasi formatif.
Evaluasi formatif dinyatakan sebagai upaya untuk memperoleh feedback perbaikan
program, sementara itu evaluasi sumatif merupakan upaya menilai manfaat program
dan mengambil keputusan (Lehman, 1990).

F. Hubungan tes, pengukuran, asesmen dan Evaluasi

Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa asesmen lebih ditekankan pada penilaian


proses. Sementara itu evaluasi lebih ditekankan pada hasil belajar. Apabila dilihat dari
keberpihakannya, menurut Stiggins (1993) asesmen lebih berpihak kepada kepentingan
siswa. Siswa dalam hal ini menggunakan hasil asesmen untuk merefleksikan kekuatan,
kelemahan, dan perbaikan belajar. Sementara itu evaluasi menurut Rustaman (2003)
lebih berpihak kepada kepentingan evaluator.
Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan antara evaluasi
dengan asesmen. Evaluasi (evaluation) merupakan penilaian program pendidikan
secara menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh.
Evaluasi program menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tentang
perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Sementara itu asesmen merupakan penilaian
dalam scope yang lebih sempit (lebih mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi.
Seperti dikemukakan oleh Kumano (2001) asesmen hanya menyangkut kompetensi
siswa dan perbaikan program pembelajaran.
8

Harlen (1982) mengungkapkan perbedaan antara asesmen dan evaluasi dalam hal
metode. Evaluasi dinyatakan menggunakan kriteria dan metode yang bervariasi.
Asesmen dalam hal ini hanya merupakan salah satu dari metode yang dipilih untuk
evaluasi tersebut. Selain dari itu, subyek untuk asesmen hanya siswa, sementara itu
subyek evaluasi lebih luas dan beragam seperti siswa, guru, materi, organisasi, dll.
Pengukuran, Tes, dan evaluasi dalam pendidikan berperan dalam seleksi,
penempatan, diagnosa, remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing. Baik tes
maupun pengukuran keduanya terkait dan menjadi bagian istilah evaluasi. Meski begitu,
terdapat perbedaan makna antara mengukur dan mengevaluasi. Mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Dengan demikian pengukuran
bersifat kuantitatif. Sementara itu evaluasi adalah pengambilan suatu keputusan terhadap
sesuatu dengan ukuran baik-buruk Dengan demikian pengambilan keputusan tersebut
lebih bersifat kualitatif (Arikunto,2003; Zainul & Nasution, 2001).
Setiap butir pertanyaan atau tugas dalam tes harus selalu direncanakan dan
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Jacobs & Chase, 1992).
Sementara itu tugas ataupun pertanyaan dalam kegiatan pengukuran (measurement) tidak
selalu memiliki jawaban atau cara pengerjaan yang benar atau salah karena measurement
dapat dilakukan melalui alat ukur non-tes. Maka tugas atau pertanyaan tersebut bukanlah
tes. Selain dari itu, tes mengharuskan subyek untuk menjawab atau mengerjakan tugas,
sementara itu pengukuran (measurement) tidak selalu menuntut jawaban atau pengerjaan
tugas.
Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa penilaian adalah
suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan.
Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan
mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan
tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.
Yulaelawati (2004) menekankan kembali bahwa scope asesmen hanya
mencakup kompetensi lulusan dan perbaikan cara belajar siswa. Jadi
hubungannya lebih pada peserta didik. Ruang lingkup evaluasi yang lebih luas
ditunjukkan dengan cakupannya yang meliputi isi atau substansi, proses pelaksanaan
9

program pendidikan, kompetensi lulusan, pengadaan dan peningkatan tenaga


kependidikan, manajemen pendidikan, sarana dan prasarana, dan pembiayaan.
Kumano (2001) mengungkapkan bahwa meskipun terdapat perbedaan
makna/pengertian, asesmen dan evaluasi memiliki hubungan. Hubungan antara asesmen
dan evaluasi tersebut digambarkan sebagai berikut.

Evaluation
“to evaluate the data which was collected through
assessment”

Assessment
“the process of collecting data which shows the
development of learning” (Aikenhead, Kumano: 2001)

Menurut Zainul & Nasution (2001) Hubungan antara tes, pengukuran, dan
evaluasi adalah sebagai berikut. Evaluasi belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan
benar apabila menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran yang
menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Akan tetapi tentu saja tes hanya merupakan
salah satu alat ukur yang dapat digunakan karena informasi tentang hasil belajar
tersebut dapat pula diperoleh tidak melalui tes, misalnya menggunakan alat ukur non tes
seperti observasi, skala rating, dan lain-lain.
Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa guru mengukur berbagai
kemampuan siswa. Apabila guru melangkah lebih jauh dalam menginterpretasikan skor
sebagai hasil pengukuran tersebut dengan menggunakan standar tertentu untuk
menentukan nilai atas dasar pertimbangan tertentu, maka kegiatan guru tersebut telah
melangkah lebih jauh menjadi evaluasi.
Untuk mengungkapkan hubungan antara asesmen dan evaluasi, Gabel (1993)
mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan proses pemberian penilaian terhadap data
atau hasil yang diperoleh melalui asesmen. Hubungan antara asesmen, evaluasi,
pengukuran, dan testing dalam hal ini dikemukakan padaGambar 1.
10

Evaluation

Testing

Measurement

Assessment

Gambar 1. Diagram hubungan antara peristilahan dalam asesmen &Evaluasi

Sementara itu Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa asesmen merupakan


bagian dari evaluasi. Apabila kita membicarakan tentang evaluasi, maka asesmen sudah
termasuk di dalamnya. Untuk lebih memperjelas hubungan antara tes, pengukuran, dan
evaluasi, pada Tabel 3. diberikan contoh tes, non-tes, pengukuran, dan evaluasi dalam
praktek pembelajaran sehari-hari.

Tabel 3. Contoh Hubungan antara tes, non-tes, pengukuran, dan evaluasi


Tes Pengukuran Evaluasi
Soal: Seperangkat Soal/ Bu Yoan menghitung berapa Bu Yoan menilai bahwa
tugas untuk mengamati jumlah kesalahan Fani dalam kemampuan Fani dalam
obyek menggunakan menggunakan mikroskop (ia menggunakan mikroskop
mikroskop dengan menghitung terjadi 3 masih kurang
prosedur yang benar kesalahan dari 5 tugas)

Soal: 25 soal pilihan ganda Pak Rama menghitung Pak Rama memutuskan
tentang gentika bahwa Adit hanya dapat bahwa Adit perlu
menjawab 5 soal dari 25 soal mendapatkan remedial
tes biologi

Non – tes Pengukuran Evaluasi


Pak Danu menyaksikan Pak Danu memutuskan
Ajeng membuang sampah di untuk menegur dan
Soal/Tugas: Tidak ada (-) wastafel lab sebanyak empat mengajari Ajeng tentang
kali cara membuang limbah
praktikum
Soal/Tugas : Siswa ditugasi Bu Rita membandingkan Bu Rita menilai bahwa
oleh Bu Rita untuk laporan praktikum yang kemampuan Hafis sangat
menyusun laporan pasca dibuat Hafis dengan standar baik dalam menyusun
kegiatan praktikum fisika kriteria dan menghitung total laporan praktikum yang
skor yang diperoleh. ideal
Diperoleh skor maksimal 85
11

G. Perbandingan Antara Asesmen dengan Evaluasi

Menurut Apple (1998) dalam pelaksanannya terdapat beberapa perbedaan yang


dapat dijadikan perbandingan antara istilah asesmen dengan evaluasi. Perbedaan tesebut
mencakup tujuh dimensi sebagamana terdapat pada tabel 4 berikut:
Tabel 4. Perbedaan Asesmen dan Evaluasi

Dimension of Difference Assessment Evaluation


Timing Formative Summative

Focus of Measurement Process- Product-Oriented


Oriented
Relationship Between Administrator Reflective Prescriptive
and Recipient
Findings, Uses Thereof Diagnostic Judgmental

Ongoing Modifiability of Criteria, Flexible Fixed


Measures Thereof
Standards of Measurement Absolute Comparative

Relation Between Objects of A/E Coöperative Competitive

Dimensi perbedaan antara asesmen dengan evaluasi yang dikemukakan oleh


Apple tersebut menunjukkan bahwa asesmen lebih bersifat mendapatkan uman balik
untuk perbaikan pembelajaran sedangan evaluasi bersifat memberikan keputusan atau
judgement.
1. Waktu pelaksanaan (waktu penggunaan antara asesmen dengan evaluasi).
Pelaksanan asesmen dan evaluasi pada praktek pembelajaran menunjukkan
adanya perbedaan waktu penggunaan, dimana asesmen digunakan selama
pelaksanaan pembelajaran berlangsung (tes formatif) sedangkan evaluasi digunakan
lebih cendrung di akhir pembelajaran (tes sumatif)
2. Fokus pengukuran
Berdasarkan fokus pengukurannya asesmen lebih berorientasi untuk mengukur
proses pembelajaran sedangkan evaluasi berorientasi pada hasil yang diperoleh
selama belajar atau (product oriented).
3. Hubungan antara administrator dengan penerima
Berkaitan dengan adanya hubungan antara guru (administrator) dengan siswa
(recipient) pada pelaksanaan asesmen atau evaluasi menunjukkan adanya perbedaan,
dimana pada asesmen hubungan keduanya bersifat reflektif sehingga pelaksanaan
12

asesmen dapat memberikan feedback (unpan balik) terhadap pelaksanaan


pembelajaran. Dengan demikian pelaksanaan asesmen dapat dijadikan dasar untuk
melakukan perbaikan proses pembelajaran. Sedangkan hubungan antara guru dengan
siswa pada pelaksanaan evaluasi lebih bersifat menentukan (Prescriptive) seberapa
jauh perolehan siswa dalam proses embelajaran yang telah dilaksanakan.
4. Penggunaan atau pemanfaatan temuan
Hasil yang diperoleh dari pelaksanaan asesmen sangat bermanfaat untuk
dijadikan sebagai dasar untuk mendiagnosis letak kelemahan dan kekuatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan, termasuk apa yang menjadi kendala bagi
siswa dalam pembelajaran sehingga siswa dan guru dapat melakukan perbaikan di
masa yang akan datang. Sedangkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan evauasi
lebih bersifat pengambilan keputusan (judgement) tentang keberhasilan siswa dalam
mengikuti suatu program pembelajaran.
5. Modifikasi kriteria selama pengukuran berlangsung
Asesmen dalam penerapannya bersifat fleksibel sehingga kriteria pengukuran
dapat dilakukan modifikasi tergasesuai dengan masalah yang dihadapi saat
pembelajaran berlangsung, sedangkan evaluasi kriteria pengukurannya bersifat fixed
dan tidak boleh ada perubahan karena sifatnya yang memberikan keputusan,
sehingga pada evaluasi siapa yang berhasil baik diberi hadiah sedangkan yang
berhasil tidak baik diberi hukuman.
6. Standar Pengukuran
Standar pengukuran pada asesmen bersifat membangun, artinya asesmen
bertujuan untuk mendapat feedback atau umpan balik terhadap pembelajaran dengan
demikian diharapkan hasil akhir yang diperoleh siswa dalam pembelajaran akan
menjadi maksimal. Sedangkan evaluasi yang sifatnya untuk mengukur keberhasilan
suatu program, kecendrungan standar pengukurannya adalah untuk membandingkan
kemampuan atau hasil belajar antar siswa.
7. Hubungan antara objek yang di ases/evaluasi
Hubungan antara objek (siswa) yang diases lebih bersifat kolaboratif yaitu
saling membelajarkan antara sesama siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang
maksimal, sedangkan hubungan antara siswa yang sedang dievaluasi bersifat
kompetitif (bersaing) untuk mendapat hasil terbaik sebagai indikator keberhasilan
mengikuti program pembeljaran.
13

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, et al. (1996). Glossary of educational Assessment Term. Jakarta:


Ministry of Education and Culture.
Apple. Process education teaching institute handbook (Pacific Crest)
Arikunto, S & Jabar. 2004. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Calongesi, J.S. 1995. Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung : ITB
Faisal, S. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Gabel, D.L. (1993). Handbook of Research on Science Teaching and Learning. New
York: Maccmillan Company.
Harris, B.M. (1985). Supervisory Behavior in Education. New Jersey: Prentice Hall.
Harlen, W. (1983). Guides to Assessment in Education Science. London: Macmillan
Education
Herman, J.L. et al. (1992). A Practical Guide to Alternative Assessment.
California: The Regents of The University of California.
Jacobs & Chase. (1992). Developing and Using test Effectively. San Fransisco: Jossey-
Bass Publishers.
Kumano, Y. 2001. Authentic Assessment and Portfolio Assessment-Its Theory and
Practice. Japan: Shizuoka University.
Lehmann, H. (1990). The Systems Approach to Education. Special Presentation
Conveyed in The International Seminar on Educational Innovation and
Technology Manila. Innotech Publications-Vol 20 No. 05.
Marzano, R.J. et al. (1994). Assessing Student Outcomes: Performance
Assessment Using the Dimensions of Learning Model. Alexandria: Association
for Supervison and Curriculum Development.
Mehrens, W.& Lehmann. (1984). Measurement and Evaluation in Education and
Psichology. Newyork: HoltRinehart and Winston.
Popham, W.J. (1995). Classroom Assessment, What Teachers Need it Know.
Oxford: Pergamon Press.
Purwanto, N. (2002). Prinsip-Prinsip Evaluasi Pengajaran. Bandung: RosdaKarya
Resnick, D.P. & Resnick, L.B. (1985). “Standards, Curriculum, and Performance: A
Historical and Comparative Perspektive” Educational Researcher 9, 5 -19.
Rustaman,N. (2003). Asesmen Pendidikan IPA. Makalah penataran guru-guru NTT di
Jurusan pendidikan Biologi.
Stephen Straight, The Difference Between Assessment and Evaluation. Tersedia
http//www.binghamton.edu/.../assessment-evaluation-straight.ppt
Stiggins, R.J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York :
Macmillan College Publishing Company
Subekti, R. & Firman, H.. (1989). Evaluasi Hasil Belajar dan Pengajaran
Remedial. Jakarta: UT.
14

Sudjana,N. & Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Tayibnapis, F.Y. (2000). Evaluasi Program. Jakarta: Rineka Cipta.
Ten Brink, T.D. (1974). Evaluation a Practical Guide for Teachers. New York: Mc
Graw-Hill Book Company.
Wiggins, G. (1984). “A True Test: Toward More Authentic and Equitable
Assessment” Phi Delta Kappan 70, (9) 703 – 713.
Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Pakar Raya
Jakarta.
Zainul & Nasution. (2001). Penilaian Hasil belajar. Jakarta: Dirjen Dikti. Zainul, A.
(2001). Alternative assessment. Jakarta: Dirjen Dikti.
15

Pertanyaan Diskusi
Penanya: Saprudin
Bagaimana contoh penerapan penilain program?
Jawab: Penilain Program dapat dilakukan pada pembelajaran baik dengan dengan
memilih salah satu bentuk penilaian, misalnya dengan menggunakan CIPP, pertama
dilakukan penilain terhadap konteks meliputi tujuan program, kebutuhan apa yang harus
dipenuhi ik program dijalankan, sumber-sumber yang dapat digunakan sebagai kekuatan
pelaksanaan program, tantangan yang unkin dihadapi, jika dikaitkan dengan
pembelajaran kita menilai RPP yang dibuat meliputi hal-hal tersebut. Selanjutnya menilai
stakeholder sebagai penerima efek pelaksanaan program, strategi yang digunakan dalam
program, keuangan/sarana yang dibutuhkan, jika dikaitkan dengan pembeajaran dinilai
tentang model pembelajaran yag akan digunakan, ketersediaan media, strategi yang akan
digunakan. Untuk penilaian proses dilakukan pada saat implementasi pembelajaran
berlangsung. Terakhir penilaian terhadap produk yaitu bagaimana hasil pembelajaran
berdampak pada siswa.
Penanya: Sri Mulyati
Apakah semua bentuk penilaian digunakan sekaligus pada sebuah program?
Jawab : Penilaian program sudah memadai jika dilakukan menggunakan salah satu dari
betuk penilaian yang ada, tidak ada keharusan menggunakan semua bentuk penilain
program dalam menilai sebuah program yang dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai