A. Pengertian
1. Efusi pleura adalah penumpukan cairan rongga pleura (seymour I Schwartz, 2000).
2. Efusi pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam kavum pleural (Arif Mansjoer, ed.
1999).
3. Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan
visceral dan parietal. (Suzanne C Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2002).
B. Etiologi
Menurut selbacher, dkk (2000) etiologi efusi pleura yaitu sebagai berikut: cairan pleura
berakumulasi jika pembentukan cairan pleura melebihi absorpsi cairan pleura. Normalnya, cairan
memasuki rongga pleura dari kapiler dalam pleura panetalis dan diangkut melalui jaringan
limfatik yang terletak dalam pleura parietalis. Cairan juga dapat memasuki rongga pleura dari
ruang interstisium paru melalui pleura viseralis atau dari kavum peritoneum melalui lubang kecil
yang ada pada diafragma. Saluran limfe memiliki kapasitas dalam keadaan normalnya. Oleh
karenanya, efusi pleura dapat terbentuk jika ada pembentukan cairan pleura yang berlebihan
(dari pleura parietalis, ruang interstisium paru, atau kavum peritoneum) atau jika ada penurunan
pengangkutan cairan oleh melalui limfatik, cairan normal pleura 15-20 cc.
Menurut Arif Mansjoer, ed (1999) etiologi dari efusi pleura adalah sebagai berikut:
1. Neoplasma seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.
2. Kardiovaskular seperti gagal jantung kongesti, embolus pulmonar, dan perikarditis.
3. Penyakit pada abdomen seperti pankreatitis, asites, dan abses.
4. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial dan parasit.
5. Lain-lain seperti lupus eritematosus sistemik, rheumatoid artritis, sindrom nefrotik dan uremia.
C. Klasifikasi efusi pleura berdasarkan cairan yang terbentuk (Suzanue C Smeltezer dan Brenda
G. Bare, 2002).
1. Transudat
Merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh, terjadi jika
faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan pleura terganggu yaitu
karena ketidakseimbangan tekanan hidrostaltik atau ankotik. Transudasi menandakan kondisi
seperti asites, perikarditis. Penyakit gagal jantung kongestik atau gagal ginjal sehingga terjadi
penumpukan cairan.
2. Eksudat
Ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas. Sebagai akibat inflamasi oleh produk bakteri
atau humor yang mengenai pleura contohnya TBC, trauma dada, infeksi virus. Efusi pleura
mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif. TBC, pneumonia, infeksi paru,
sindroma nefrotik, karsinoma bronkogenik, serosis hepatis, embolisme paru, infeksi parasitik.
D. Patofisiologi
Perubahan pergerakan cairan ke dalam dan keluar rongga pleura disebabkan adanya
ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotic dalam permukaan kapiler dan
pleura.
Perbedaan antara eksudat dan transudat didasarkan pada isi proteinnya trasudat (hidrotoraks)
diproduksi ketika cairan yang bebas protein mengalir dalam rongga pleura menjadi terganggu.
Cairan tampak jerniah atau kuning pucat. Berat jenis 1,015 atau kurang dengan kandungan
protein normal kurang dari 3 gr/dl, hitung jenis sel darah. Peningkatan tekanan kapiler pada
gagal jantung dan pengurangan tekanan onkotik plasma dalam ginjal atau penyakit hepar telah
diketahui menyebabkan cairan transudat.
F. Diagnosa Penunjang
G. Penatalaksanaan
1. Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjek, nyeri, dipsnea, dll. Cairan efusi
sebanyak 1-1,5 liter dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatkan edema. Jumlah cairan
efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikut dilakukan 1 jam kemudian.
2. Antibiotik jika terdapat emprema.
3. Pleurodesis yaitu melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis untuk mencegah
terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (pada efusi pleura maligna).
4. Opreatif, bila cairan pus kental sehingga sulit keluar atau empiemanya multilokulara.
5. Tirah baring.
H. Komplikasi
1. Pneumonia
2. Fibrosis paru
3. Pneumotorak
4. Emfisema
5. Arelektasis
1. Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan penurunan ekspansi paru (Penumpukan
cairan).
Tujuan:
a. Klien mampu mencapai status respirasi normal dengan jalan nafas bersih.
Indikator 1 2 3 4 5
- Kemudian bernapas
- Syspnea setelah latihan baik dan teratur
- Naik turunnya dada teratur
- Tidak cemas
- Tidak lemas
- Pola napas bebas
- RR normal
Keterangan:
1 : Sangat tidak sesuai
2 : Jarang sesuai
3 : Kadang sesuai
4 : Sering sesuai
5 : Selalu sesuai
Keterangan:
1 : Paling menyimpang dari normal
2 : Banyak menyimpang dari normal
3 : Sedang menyimpang dari normal
4 : Ringan menyimpang dari normal
5 : Tidak menyimpang dari normal
Intervensi:
- Observasi RR, pola nafas, kedalaman pernapasan dan usaha nafas.
- Observasi hasil rongten dada
- Berikan numidifikasi udara/oksigen jika tepat.
- Posisikan pasien pada posisi yang nyaman untuk memaksimalkan kemampuan bernapas.
- Ajarkan pada pasien untuk bernapas perlahan-lahan dan teratur.
- Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan O2 dirumah.
- Kolaborasikan dengan keluarga untuk mengobservasi dan mengetahui tanda dan gejala dalam
perubahan pada pernapasan dan melaporkan pada tim kesehatan.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Pengertian.
Ketidakmampuan dalam membersihkan sekreso atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk
menjaga bersihan jalan napas
Batasan karakteristik :
- Dispnea
- Penurunan suara napas
- Orthopnea
- Suara napas tambahan: rales, creakles, ronkhi, wheezing
- Batik tidak efektif/ tidak dapat batuk
- Produksi sputum
- Sianosis
- Kesulitan bicara
- Perubahan ritme dan frekuensi pernapasan
- Gelisah
Faktor yang berhubungan :
Lingkungan :
- Asap
- Asap rokok
- Inhalaksi asap
- Perokok pasif
Obstruksi jalan napas
- Spasme jalan napas
- Mucus banyak
- Sekresi yang tertahan
- Adanya jalan napas buatan
- Benda asing di jalan napas
- Sekresi di bronkus
- Eksudat di alveoli
Fisiologi
- Disfungsi neuromuscular
- Hyperplasia dinding bronchial
- Penyakit paru obstruksi kronik
- Infeksi
- Asma
- Alergi
Tujuan : Klien mampu mencapai status respirasi normal dengan ventilasi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama dilakukan tindakan keperawatanselama…..jam
Kriteria hasil
Indikator 1 2 3 4 5
- Kecepatan pernafasan dalam batas normal
- Irama pernafasan dalam batas normal
- Tidak ada suara nafas tambahan.
- Tidak menunjukkan adanya sesak nafas .
- Orthopnea tidak ada
Keterangan:
1 : sangat sesuai harapan
2 : selalu sesuai harapan
3 :sering sesuai harapan
4 : kadang sesuai harapan
5 : tidak sesuai harapan
Intervensi:
Manajemen pernapasan
1. Mengawasi tingkat irama kedalaman dan usaha dalam bernafas
2. Mengawasi bunyi pernafasan
3. Mengajarkan teknik relaksasi khusus
4. Auskultasi suara napas
5. Berikan O .
3. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen injuri biologi
Tujuan: klien mampu mencapai level nyaman.
Indikator 1 2 3 4 5
- Melaporkan kenyamanan fisik
- Melaporkan puas terhadap kemampuan mengontrol diri/tanda dan gejala.
- Melaporkan kenyamanan psikis.
- Puas/nyaman terhadap lingkungan sekitar.
- Puas/nyaman dan relahorship.
- Puas terhadap kemandiriannya
- Puas terhadap kemampuan mengontrol nyeri.
Keterangan:
1 : Tidak pernah mendemonstrasikan
2 : Jarang mendemonstrasikan
3 : Kadang-kadang mendemonstrasikan
4 : Sering mendemonstrasikan
5 : Selalu mendemonstrasikan
Intervensi:
1. Analgesic administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama kali.
- Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat.
- Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala (efek samping).
2. Manajemen nyeri
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi karakteristik, onset, durasi,
frekuensi, kualitas, skala dan faktor pencetus.
- Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi baik sebelum, saat atau setelah nyeri.
- Laporan pada dokter bila penanganan nyeri yang diberikan kurang efektif.
- Berikan obat analgetik yang optimal untuk mengurangi nyeri
- Kolaborasikan dengan orang yang berarti dengan pasien, tenga kesehatan lain untuk
menentukan tindakan manajemen nyeri non invasif.
3. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit yang berhubungan dengan:
- Kurangnya informasi
- Kesalahan interpretasi informasi
- Keterlambatan kognitif
Tujuan: Klien mampu mengetahui tentang proses penyakitnya.
Indikator 1 2 3 4 5
- Mengetahui nama penyakit
- Dapat menjelaskan proses penyakit
- Dapat menjelaskan faktor resiko
- Dapat menjelaskan akibat dari penyakit
- Dapat menyebutkan tanda dan gejala
- Dapat menyebutkan komplikasi penyakit
Keterangan:
1 : Tidak bisa melakukan
2 : Jarang bisa melakukan
3 : Kadang bisa melakukan
4 : Sering bisa melakukan
5 : Selalu dapat melakukan
Intervensi:
1. Ajarkan: proses penyakit
- Mendeskripsikan tanda dan gejala penyakit
- Jelaskan proses penyakit
- Identifikasi penyebab
- Intruksikan kepada klien untuk melaporkan tanda dan gejala.
- Diskusikan tentang terapi.
DAFTAR PUSTAKA
Isselbacher, et.al. Harison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit dalam, Edisi 13. Jakarta: EGC. 2000.
Mansjoer, Arif ed.et.all, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Edisi 3. EMdia Aesculapius, FKUI:
2001.
Nettina, Barbara M. Pedoman Praktik Keperawatan Alih Bahasa. Setiawan Sari, Monica Ester,
Jakarta: EGC. 2002.
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. 2000.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien Tn. M dengan
Efusi Pleura Dextra di Lantai IV Selatan IRNA B Gedung Teratai RSUP Fatmawati Jakarta.
Asuhan keperawatan ini dilakukan dengan metode pemecahan masalah secara ilmiah sesuai
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 Juli 2011 di Lantai IV Selatan IRNA B Gedung Teratai
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta, kamar 428 dan dengan diagnosa medis Efusi
Pleura Dekstra.
1. Data Dasar
a. Identittas klien
Tn. M, 59 tahun, status perkawinan menikah, suku bangsa Betawi, beragama Islam, pendidikan
terakhir SD, menggunakan bahasa Indonesia, klien saat ini bekerja sebagai wiraswasta, alamat
b. Resume kasus
Tn. M, 59 tahun datang ke UGD RSUP Fatmawati pada tanggal 21 juli 2011 dengan rujukan dari
RSUD Depok dengan keluhan batuk – batuk kurang lebih 1 bulan, batuk disertai dengan sputum
dan darah, sputum berwarna putih encer, demam ( + ) naik turun, keadaan umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis, klien mengatakan nyeri pada daerah dada kanan, nafsu makan klien
menurun, klien mengatakan hanya minum obat yang dibeli dari warung.
Hasil laboratorium Hemoglobin : 8,0 g/dl (normal P : 13,2-17,3 g/dl, W : 11,7-15,5 g/dl),
hematokrit : 28 % (normal P : 33-45%, W : 33-45%), leukosit : 11,3 rb/ul (normal : 5-10 rb/ul),
trombosit : 869 rb/ul (normal : 150-440 rb/ul), eritrosit : 3,25 juta/ul (normal P : 4,40-5,90 jt/ul,
W : 3,80-5,20 rb/ul).
Di UGD sudah dilakukan pemeriksaan TTV klien TD : 130/90 mmHg, N : 88 x/menit, S : 370C,
RR : 24 x/menit. Masalah keperawatan yang muncul pada Tn. M adalah bersihan jalan nafas
tidak efektif, nyeri, dan nutrisi. Tidakan yang dilakukan diruangan adalah pemasangan IVFD RL
20 tetes/menit, mencatat TTV , tekanan darah 130/90, nadi : 88 x/menit, suhu : 370C, pernafasan
2. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama pada saat masuk Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati yaitu klien mengatakan
sesak, sesak dirasakan terutama saat tidur terlentang, klien mengatakan nyeri di dada sebelah
kanan di daerah pemasangan WSD, nyeri dirasakan seperti ditusuk – tusuk, nyeri dirasakan
sering timbul saat melakukan aktivitas, skala nyeri 6, klien mengatakan tidak nafsu makan, mual
( + ), muntah ( + ), dengan faktor pencetus adalah pemasangan WSD, dan upaya klien untuk
Klien tidak pernah mengalami kecelakaan dan baru pertama di rawat di rumah sakit, klien tidak
memiliki alergi obat, binatang dan lingkungan, klien tidak ada riwayat pemakaian obat.
59 th
Keterangan
: Meninggal
: Laki – laki
: Perempuan
: Klien
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
Klien mengatakan keluarga klien tidak ada menderita penyakit yang sama dengan klien.
Orang terdekat dengan klien adalah istri dan keluarga klien, pola komunikasi baik, pembuat
keputusan adalah klien, klien mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperi gotong royong. Dampak
penyakit klien terhadap keluarga adalah keluarga merasa cemas dan khawatir karena takut klien
tidak bisa bekerja lagi dan klien sangat memikirkan keadaan dan penyembuhan penyakitnya,
mekanisme koping yang digunakan klien terhadap masalahnya adalah dengan berdiskusi kepada
istri dan keluarga. Hal yang dipikirkan klien saat ini klien ingin cepat sembuh dan dapat
beraktivitas seperti biasa, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit klien merasa aktivitasnya
terganggu, nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan tidak ada, klien melakukan aktivitas
Keadaan rumah klien kurang bersih karena klien tinggal di daerah yang padat penduduk dan
dekat dengan jalan raya sehingga mempengaruhi keadaan sakit saat ini.
1) Pola nutrisi
Sebelum sakit klien makan 3 x sehari dengan nafsu makan baik dan makan habis 1 porsi,
makanan yang tidak disukai tidak ada, klien tidak memiliki riwayat makanan yang membuat
alergi, makanan pantangan dan makanan diit tidak ada, klien tidak menggunakan obat-obatan
dan alat bantu sebelum makan. Selama di rumah sakit, klien makan 3 x sehari dengan nafsu
makan kurang baik dan klien hanya menghabiskan ¼ porsi makan yang di sediakan rumah sakit,
tidak ada makanan yang tidak disukai klien, makanan yang membuat alergi tidak ada, makanan
2) Pola eliminasi
Sebelum masuk rumah sakit frekuensi buang air kecil ± 5 kali sehari dengan warna kuning
jernih, klien mengatakan tidak ada keluhan saat buang air kecil dan tidak terpasang alat bantu.
Frekuensi buang air besar klien 1 kali sehari, berwarna kuning kecoklatan dengan konsistensi
lembek, berbau khas, tidak ada keluhan dan tidak menggunakan laxative. Selama di rumah sakit
frekuensi buang air kecil ± 3 kali sehari, berwarna kuning jernih, tidak ada keluhan dan tidak
terpasang alat bantu. Frekuensi buang air besar 1 kali sehari, berwarna kuning kecoklatan
dengan konsistensi lembek, berbau khas, tidak ada keluhan dan tidak menggunakan laxative.
3) Personal hygene
Sebelum sakit, klien mandi 2 kali sehari pagi dan sore, melakukan oral hygiene 2 kali sehari pagi
dan malam dan mencuci rambut 2 x dalam seminggu. Selama di rumah sakit klien mandi 2 kali
sehari pagi dan sore dibantu keluarga dengan cara dilap dan melakukan oral hygiene 2 x sehari