Pemeriksaan rutin radiologi diagnostik dengan pajanan radiasi sinar-X memberikan
kontribusi besar bagi penerimaan dosis radiasi (berdasarkan Badan PBB untuk Efek Radiasi Atom (UNSCEAR)). Pesawat sinar-X merupakan teknik diagnostik yang paling banyak digunakan untuk memperoleh citra obyek tubuh yang diperiksa sekaligus membawa dampak radiasi oleh pasien. Nilai tingkat acuan diagnostik (DRL, diagnostic reference level) telah diberlakukan oleh Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). (4) Radiografi konvensional dan radiografi digital merupakan pendekatan yang berbeda untuk pencitraan proyeksi sinar-X. Kedua metode ini menggunakan paparan radiasi pengion. Dalam radiografi konvensional , film yang terpapar adalah hasil dari prosedur yang mapan. Film sinar-X merupakan rekaman yang permanen, yang tidak dapat dimanipulasi lagi. Dalam radiografi digital, informasi diperoleh oleh detektor lalu disimpan dalam bentuk digital didalam komputer. (3) Aspek dasar dari setiap program kualitas kontrol (QC) merupakan dosimteri pasien dan evaluasi kualitas gambar dalam radiologi diagnostik. Kualitas gambar harus cukup untuk diagnosis dan diperoleh dengan dosis yang wajar. (1) Radiasi sinar-X yang terpajan pada pemeriksaan rutin radiologi diagnostik memberikan kontribusi terbesar bagi penerimaan dosis radiasi oleh penduduk dunia, berdasarkan Badan PBB untuk Efek Radiasi Atom (UNSCEAR). Oleh sebab itu, penerimaan dosis radiasi pada pasien harus sesuai dengan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) yaitu dosis radiasi harus serendah mungkin diberikan pada pasien. Prinsip ALARA sendiri tidak hanya mengenai pengurangan dosis pasien, tetapi memilih detektor yang tepat dan juga membutuhkan optimalisasi seluruh rantai pencitraan dan memilih pencitraan yang sesuai. Sistem digital, dicirikan oleh fleksibilitasnya : dosis yang diperoleh dapat dikurangi dengan mengorbankan kualitas gambar dan sebaliknya. Cara lama untuk penahan dosis seperti penentuan posisi dan kolimasi, berlaku pada teknik digital sama halnya dengan teknik konvensional. Teknik digital semakin menawarkan opsi untuk pengurangan dosis. Faktor eksposi terdiri atas tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu penyinaran (s). Faktor ekposi mempengaruhi penyerapan dosis dalam tubuh, mAs mengatur kuantitas sinar-X, sedangkan kV mengatur kualitas sinar-X. Pemilihan kV yang tinggi dapat menyebabkan daya tembus yang besar pada tubuh, sehingga didapatkan dosis yang rendah. Dosis yang diterima pasien berbanding terbalik dengan kV yang digunakan. Jika kV yang dipakai semakin tinggi maka pasien akan menerima dosis radiasi yang lebih rendah. Oleh karena itu, kita dapat mengurangi dosis radiasi dengan menaikkan kV. Semakin tinggi kV maka daya tembus sinar-X juga akan semakin tinggi. Rumus yang digunakan dalam perhitungan adalah :
Pengambilan gambar, presentasi gambar, dan pengarsipan gambar dilakukan lalu
digabungkan pada satu lembar film. Dengan detektor digital, fungsi-fungsi utama radiografi ini tidak tepisahkan, dan yang merupakan kondisi prasyarat untuk PACS. Pada detektor digital juga kontras dan kecerahan gambar dapat dioptimalkan secara mandiri. Informsi diagnostik juga dapat menurun melalui penurunan kualitas gambar, pada pemrosesan gambar yang tidak adekuat atau tidak optimal. (JF) Untuk menerapkan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable), sejumlah kelompok kerja internasional membuat konsep kelas pada kualitas gambar. Ada tiga tingkat kualitas gambar yaitu tinggi sedang dan rendah (Tabel 1) dan tiga tingkat dosis sesuai dengan kecepatannya, yaitu 400, 800 dan 1600 (Tabel 2). Secara umum, penting untuk mempertimbangkan bahwa setiap perubahan dalam salah satu segmen rantai pencitraan (generator, tabung, filtrasi, kisi, detektor, workstation, PACS, monitor, atau print-out) akan memerlukan adaptasi parameter paparan, dengan demikian, nilai ambang batas dari sistem kontrol eksposur otomatis (MEA). Ahli radiologi harus menyesuaikan parameter paparan ketika menggunakan peralatan computer radiografi atau digital radiografi yang baru.