Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH WAKTU PEMANGKASAN PUCUK DAN KONSENTRASI ETHEPON

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.)


KULTIVAR WULAN
Oleh : Ading Sugandi

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mentimun (Cucumis sativus L.) termasuk sayuran buah yang sangat disukai oleh semua
lapisan masyarakat. Buahnya dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, pencuci mulut atau pelepas
dahaga, bahan kosmetika, dan dapat dijadikan bahan obat-obatan. Selain itu buah mentimun dapat
digunakan sebagai bahan baku industri minuman, permen dan parfum (Rukmana 1994).
Produktivitas mentimun di indonesia masih rendah dibandingkan dengan produktivitas
mentimun pada umumnya yang bisa mencapai hingga 40-50 ton/ha. Rendahnya produktivitas
mentimun ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sistem budidaya yang belum intensif.
Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan teknik budidaya tanaman mentimun. Salah satu teknik
budidaya yang intensif untuk meningkatkan produktivitas mentimun adalah dengan pemangkasan
dan penggunaan Zat Pengatur Tumbuh.
Pemangkasan adalah suatu usaha untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif suatu tanaman
sehingga dapat merangsang pertumbuhan bagian-bagian tertentu pada suatu tanaman dan dapat
mempercepat pertumbuhan generatif dari tanaman tersebut. Pemangkasan akan menyebabkan
berkurangnya produksi auksin pada tunas apikal sehingga pertumbuhan tunas lateral dapat
meningkat (Frank B Salisbury dan Cleon W Ross, 1995).
Ethepon adalah zat pengatur tumbuh penghasil etilen. Etilen adalah gas yang terbentuk pada
pembakaran hidrokarbon tak sempurna. Peranan fisiologis dari etilen ini antara lain mendorong
perkecambahan biji, pembungaan tanaman, senescence bunga dan daun, pemasakan buah. Selain itu
etilan juga dapat menyebabkan pemasakan buah berlangsung serempak (Frank B Salisbury dan
Cleon W Ross, 1995).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut timbul permasalahan yaitu :
1. Apakah terdapat interaksi antara umur pemangkasan pucuk dan konsentrasi ethepon terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) Kultivar Wulan?
2. Pada umur pemangkasan pucuk dan konsentrasi ethepon berapakah yang memberikan
pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.)
Kultivar Wulan?
3. Apakah terdapat korelasi antara komponen pertumbuhan dan hasil pada tanaman mentimun
(Cucumis sativus L.) Kultivar Wulan?

1.3 Tujuan dan Maksud Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui interaksi antara umur pemangkasan pucuk dan konsentrasi ethepon
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) Kultivar Wulan.
2. Untuk mengetahui umur pemangkasan pucuk dan konsentrasi ethepon terbaik terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) Kultivar Wulan.
3. Untuk mengetahui korelasi antara komponen pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun
(Cucumis sativus L.) Kultivar Wulan.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai Budidaya
mentimun (Cucumis sativus L.), selain itu diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya bagi penulis dan petani pada umumnya tentang waktu pemangkasan pucuk
yang baik dan penggunaan hormon etephon yang tepat untuk tanaman mentimun (Cucumis sativus
L.), sehingga dapat membantu petani dalam meningkatkan hasil dan mutu tanaman mentimun
(Cucumis sativus L.).

1.4 Kerangka Pemikiran


Tanaman mentimun memiliki jumlah bunga jantan lebih banyak daripada bunga betina, dan
bunga jantan muncul lebih awal beberapa hari. Bunga jantan muncul lebih awal beberapa hari
mendahului bunga betina. Penyerbukan bunga mentimun adalah penyerbukan menyerbuk silang,
penyerbukan buah dan biji, menjadi penentu rendah dan tinggi produksi mentimun (Milawatie,
2006). Bunga mentimun muncul pada ketiak daun dan batang atau cabang. Kubicki dalam More et
al (1998) menyebutkan bahwa mentimun memiliki tiga tipe bunga, yakni bunga jantan, betina, dan
hemaprodit. Bunga jantan tumbuh umumnya sekitar 10 hari mendahului bunga betina. Rasio antara
bunga jantan dan betina berkisar antara 10:1 (Ashari, 1995) dalam Siti Faizah Amalia (2014).
Tindakan pemangkasan diharapkan pertumbuhan tunas dan cabang makin banyak, sehingga
pembungaan makin banyak. Pemangkasan pucuk akan mempengaruhi produksi dan aliran auksin ke
tunas-tunas lateral. Jumlah auksin pada tanaman yang berlebihan akan terjadi dormansi pucuk yang
menghambat pertumbuhan tunas di bawahnya (Haryadi, 1993; Watimena, 1988).
Hasil penelitian Helfi Gustia (2016) yakni Pemangkasan pucuk terhadap mentimun pada umur
20 Hari Setelah Tanam (HST) efektif untuk merangsang fase vegetatif dan generatif yang
menyebabkan tinggi tanaman, jumlah daun, kecepatan berbunga, panjang buah, lingkar buah, bobot
buah rata-rata lebih tinggi dari perlakuan tanpa pemangkasan.
Pemangkasan pucuk umur terhadap tanaman mentimun pada umur 21 Hari Setelah Tanam
(HST) memberikan pengaruh nyata terhadap komponen pertumbuhan yakni jumlah daun, luas daun,
dan jumlah cabang. Sedangkan pemangkasan pucuk terhadap tanaman mentimun pada umur 28
Hari Setelah Tanam (HST) cenderung meningkatkan jumlah bunga dan memberikan pengaruh
nyata terhadap berat buah (Saprudin, 2013).
Sasmito (2005) dalam Cici Octavia Sidauruk et al (2015) menyatakan hasil panen mentimun
tergantung dari banyaknya bunga betina yang dihasilkan sehingga diperlukan ZPT seperti etephon
untuk meningkatkan jumlah bunga betina. ZPT mempunyai peranan dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan untuk kelangsungan hidup suatu tanaman. ZPT dapat bersifat endogen, dihasilkan
sendiri oleh individu yang bersangkutan, maupun eksogen, diberikan dari luar sistem individu. ZPT
terdiri dari lima kelompok yaitu auksin, giberelin, etilen, sitokinin dan asam absisat (Yusak, dkk,
2011).
Syarif et al. (2010) dalam Siti Faizah Amalia (2014) melakukan penelitian pada mentimun,
menggunakan konsentrasi ethepon 100, 200, 300, dan 400 ppm yang diaplikasikan pada dua
varietas berbeda yakni varietas Lokal dan varietas Antara. Hasil penelitian Syarif et al.yakni
pemberian konsentrasi ethepon 200 ppm menghasilkan jumlah bunga betina, jumlah buah, dan
bobot buah paling baik dibandingkan dengan konsentrasi ethepon lainnya, dan aplikasi ethepon
pada varietas Lokal menunjukkan produksi buah yang lebih baik dibandingkan dengan varietas
Antara.

1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh interaksi antara umur pemangkasan pucuk dan konsentrasi ethepon pada
pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) Kultivar Wulan.
2. Pemangkasan pucuk pada umur 20 hari dan konsentrasi ethepon 200 ppm memberikan
pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.)
Kultivar Wulan.
3. Ada korelasi antara komponen pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus
L.) Kultivar Wulan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Botani Tanaman
Klasifikasi tanaman mentimun menurut (Arief Prahasta Soedarya, 2009) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta/Spermatophyta (berbunga)
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida/Dicotyledoneae (berkeping dua)
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Violales
Familia : Cucurbitaceae (suku labu-labuan)
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L

2.2 Morfologi Tanaman


Perakaran mentimun memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya tembusnya
relatif dangkal pada kedalaman 30-60 cm. Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna
hijau, berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 meter dan umumnya batang mentimun
mengandung air dan lunak. (Sunarjono, 2007). Daunnya berwarna hijau, berbentuk tunggal,
tersebar, dengan tangkai berbentuk bulat (Arief Prahasta Soedarya, 2009). Bunga tanamn
mentimun, yaitu tunggal, berumah satu, berkelamin satu. Bunga betina berwarna putih dengan bakal
buah tenggelam. Bentuk mahkota bunganya halus dengan panjang 1-2 cm. Adapun bunga jantan
berwarna putih, bunga jantan tidak mempunyai bakal buah yang membengkak dibawah mahkota
bunga. (Arief Prahasta Soedarya, 2009).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman


Tanaman mentimun tumbuh di segala macam tipe tanah dan ketinggian tempat (Arief
Prahasta Soedarya, 2009). Derajat keasaman tanah optimum antara 5,5-7. Meskipun semikian,
tanaman mentimun toleran terhadap lahan msam, yaitu pH kurang dari 5,5, sehingga tanaman ini
dapat dikembangkan di lahan gambut. Tanmaan mentimun menghendaki tempat yang tidak
ternaungi tau mendapat sinar matahari penuh. Hujan yang terus-menerus pun tidak baik untuk
tanaman ini sebab tanaman ini hanya menghendaki penyiraman 80% lebih (Arief Prahasta
Soedarya, 2009).
Tanaman mentimun akan berkembang serta berbuah dengan optimal pada suhu sekitar 23oC
pada siang hari. Suhu udara yang ideal bagi pertumbuhan tanaman mentimun adalah suhu harian
rata-rata berkisar 17oC-23oC, tempat terbuka, penyinaran penuh, dan kelembaban kurang dari 80%
(Arief Prahasta Soedarya, 2009).

2.4 Pemangkasan
Pemangkasan adalah upaya untuk menghilangkan beberapa bagian pada tanaman, hal ini
biasanya berkaitan dengan pemotongan bagian-bagian tanaman yang berpenyakit, tidak produktif,
atau yang tidak diinginkan. Secara umum kondisi-kondisi alam seperti angin, hujan, dan penyakit
bisa mengakibatkan produksi tanaman menurun. Tujuan dari pemangkasan adalah untuk
membentuk tanaman dengan cara mengontrol atau mengarahkan pertumbuhan tanaman, untuk
menjaga kesehatan tanaman dan untuk meningkatkan produksi, kualitas buah yang dihasilkan
(Andoko, 2004).

2.5 Ethepon
Etephon merupakan nama umum yang diakui oleh The American Standars Institut untuk 2-
chloroethyl phosphonic acid. Dalam beberapa literatur Etephon juga disebut sebagai : Ethrel, Florel,
CEP, CEPA, 2-CEPA, Amchem 66-329 (Bondad, 1976). Menurut Abeles (1973) ethepon (asam 2-
kloroetil fosponat) merupakan bahan aktif yang terkandung dalam ethrel.
Peranan fisiologis dari etilen ini antara lain mendorong perkecambahan biji, pembungaan
tanaman, senescence bunga dan daun, pemasakan buah. Selain itu etilan juga dapat menyebabkan
pemasakan buah berlangsung serempak (Frank B Salisbury dan Cleon W Ross, 1995). Etilen
berpengaruh juga pada terbentuknya jenis kelamin bunga pada speesies monoesius. Etilen sangan
mendorong pembentukan bunga betina pada tanaman tersebut (Abeles, 1973; Durand, 1984).

III. METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sangkanurip, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten
Kuningan. Lokasi penelitian ini berada pada ketinggian 500 meter diatas permukaan laut. Suhu
udara rata-rata berkisar 28oC-29oC dan pH tanah berkisar 6,8. Penelitian ini dilaksanakan mulai
bulan Februari sampai April 2018.
3.2 Bahan dan Alat Percobaan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih mentimun
kultivar, Pupuk Kandang Kambing, Pupuk Urea (45% N), Pupuk SP-36 (36% P2O5), Pupuk KCL
(60% K2O), Hormon Ethepon, Herbisida (glifosat), Insektisida (deltametrin), Fungisida (klorotanil),
air dan bahan-bahan lain yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini. Sedangkan alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lanjaran, cangkul, gunting stek, sabit, golok, meteran,
timbangan digital, handsprayer, label, tali plastik, ember, baki, plastik semai, plakat nama, alat tulis
dan kalkulator serta peralatan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.

3.3 Rancangan Percobaan


Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial dengan dua
faktor perlakuan dan tiga ulangan, dimana faktor pertama adalah umur pemangkasan pucuk yang
terdiri dari 3 taraf yaitu :
P0 : tanpa pemangkasan
P1 : pemangkasan pucuk umur 15 HST
P2 : pemangkasan pucuk umur 20 HST
Faktor kedua adalah konsentrasi ethepon terdiri atas 4 taraf yaitu :
E0 : tanpa ethepon
E1 : 100 ppm
E2 : 200 ppm
E3 : 300 ppm
Masing-masing kombinasi perlakuan diulang tiga kali sehingga jumlah petak dalam penelitian
sebanyak 3 x 4 x 3 = 36 petak.

3.4 Pelaksanaan Percobaan


Pelaksanaan percobaan di lapangan meliputi kegiatan pengolahan lahan dan pengajiran,
persiapan benih dan penanaman, pemeliharaan, dan panen.

3.5 Pengamatan
1. Pengamatan Penunjang
Pengamatan penunjang adalah data yang digunakan sebagai gambaran terkait percobaan,
maupun kegiatan atau kondisi penelitian sebagai pendukung pengamatan utama. Pengamatan
penunjang berupa data curah hujan, data analisis tanah dan organisme pengganggu tanaman (gulma,
hama, dan penyakit).
2. Pengamatan Utama
Pengamatan utama meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga jantan, jumlah bunga
betina, rasio kelamin bunga, jumlah buah, rasio bunga dan jumlah buah, bobot buah per tanaman,
bobot buah per petak dan bobot buah per hektar.

3.6 Analisis Data


1. Analisis Keragaman
Data hasil percobaan pada pengamatan utama diolah menggunakan uji statistik dengan model
linear RAK Faktorial yang dikemukakan oleh Adji Sastrosupadi (1995) sebagai berikut :
Yijk = µ + Ri + Pj + Ek + (PE) jk + eijk
Keterangan :
P = pemangkasan pucuk
E = konsentrasi ethepon
YijK = nilai pengamatan pada ulangan ke-i, faktor taraf S ke-j, dan faktor U taraf ke-k.
µ = rata-rata umum
Ri = Pengaruh ulangan ke-i
Pj = Pengaruh faktor P taraf ke-j
Ek = Pengaruh faktor E taraf ke-k
(PE)jk = pengaruh interkasi antara faktor P taraf ke-i dan faktor E taraf ke-j
eijk = Pengaruh faktor random dari ulangan ke-h faktor P taraf ke-i dan faktor E taraf k
Berdasarkan model linier tersebut, maka daftar sidik ragam seperti pada tabel 5.
Tabel 6. Daftar Sidik Ragam
SK DB
JK KT Fhitung F0,05

Ulangan (r) 2 ∑ Yijk...2/t-Y...2/rt JK(r)/DB(r) KT(r)/KT(g) 3,443


Perlakuan (t) 11 ∑ Yijk...2/r-Y...2/rt JK(t)/DB(t) KT(t)/KT(g) 2,258
Pemangkasan 2 ∑ Yijk...2/rE-Y..2/rt JK(P)/DB(P) KT(P)/KT(g) 3,443
Ethepon (E) 3 ∑ Yijk...2/rP-Y..2/rt JK(E)/DB(E) KT(E)/KT(g) 3,049
Interaksi (PE) 6 JKt – JKP - JKU JK(PE)/DB(PE) KT(PE)/KT(g) 2,549
Galat (g) 22 JK (T) - JK(r) - JK(t) JK(g)/DB(g)

Total (T) 35 ∑ Xhij2 -x...2/rt

Uji hipotesis bagi efek perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji F dan dilanjutkan
dengan uji jarak berganda Duncan atau DMRT sebagai berikut :

LSR (α;dbG;p) = SSR (α;dbG;p).Sx

Untuk mencari nilai Sx dihitung dengan cara sebagai berikut :

Sx = √KTGalat/r
LSR = East Significant Ranges
SSR = Studentized Significant Ranges
Sx = Standar Galat Rata-rata
α = Taraf Nyata
p = Jarak
dbG = Derajat Bebas Galat
r = Banyaknya Ulangan
KTG = Kuadrat Tengah Galat

2. Analisis Korelasi Antara Komponen Pertumbuhan dan Hasil


Analisis korelasi antara komponen pertumbuhan dengan komponen hasil tanaman mentimun
antara lain :
1. Tinggi tanaman dengan bobot buah per petak
2. Jumlah daun dengan bobot buah per petak
Untuk mengetahui korelasi antara komponen pertumbuhan dengan hasil tanaman mentimun,
maka koefisien korelasi yang digunakan yaitu dengan koefisien korelasi Product moment yang
dikemukakan oleh Iqbal Hasan (2003) sebagai berikut :
n ∑ XY – (∑ X) (∑ Y)
r =
√[n ∑ X2 – (∑ X)2] [n ∑ Y2 – (∑ Y)2]
r =0
r ≠0
Selanjutnya untuk menguji keberadaan koefisien korelasi dilakukan uji t dengan rumus
sebagai berikut :
r√n-2
t = √ 1 - r2
Kaidah pengujian :
Terima Ho : jika –t α/2 (n-2) < t < t α/2 (n-2)
Batas dan tafsiran nilai korelasi r menurut Jalaludin Rakhmat (1999) adalah sebagai berikut :
< 0,20 = Korelasi rendah sekali
0,21 – 0,40 = Korelasi rendah, lemah sekali
0,41 – 0,70 = Korelasi cukup berarti
0,71 – 0,90 = Korelasi tinggi/kuat
>0,91 = Korelasi sangat tinggi, kuat sekali

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Pengamatan Penunjang
Berdasarkan data dari hasil analisis tanah sebelum penelitian pada lokasi penelitian di Desa
Sangkanurip Kecamatan Cigandamekar Kabupaten Kuningan yang dianalisis di Laboratorium
Tanah Puslitagro PT. PG Rajawali II Jatitujuh menunjukkan bahwa parameter pH – H2O adalah
5,67 (Kategori Agak Masam), N – Total 0,14 % (Kategori Rendah), kandungan C – Organik adalah
0,98 % (Kategori Rendah), C / N Ratio 7,00, kandungan P2O5 tersedia dengan metode Olsen 2,67
ppm (Kategori Rendah), kandungan K2O tersedia dengan metode Morgan 43,38 ppm (Kategori
Tinggi), kandungan S tersedia dengan metode Morgan 0,00 ppm (Kategori Sangat Rendah),
kandungan KTK (Kapasitas Tukar Kation) 23,94 me/100 gr (Kategori Sedang), Tekstur : 3 fraksi
Pasir 38,80 %, Debu 26,52 %, Liat 34,68 % (Kategori Lempung Berliat).
Pengamatan terhadap curah hujan yang diperoleh dari Dinas PU Kabupaten Kuningan pada
bulan April sampai bulan Mei 2018 dapat diketahui bahwa curah hujan selama percobaan adalah
244,17 mm/bulan atau rata-rata hariannya adalah 7,87 mm/hari (Lampiran 4).
Hama yang menyerang mentimun selama percobaan adalah ulat grayak (Spodoptera litura).
Hama selanjutnya yaitu kutu daun kapas (Aphis gossypii) kutu ini menetap kebanyakan di bawah
daun atau daun yang terlindung.
Penyakit yang nampak pada saat percobaan yaitu penyakit rebah kecambah. Penyakit ini
disebabkan oleh cendawan Rhizoctania solani Kurn dan Pythium spp. Selain penyakit rebah
kecambah, tanaman timun juga terserang penyakit bercak daun altenaria atau penyakit bercak
kering disebabkan oleh cendawan Altenaria sp.
Gulma yang tumbuh pada lahan percobaan saat penelitian diantaranya adalah babadotan
(Ageratum conyzoides), rumput teki (Cyperus rotundus), rumput krokot (Portulaca oleraceae L.),
rumput paitan (Axonopus compressus), genjer (Limnocharis flava) dan cacabean (Ludwigia
octovalvis).

4.1 Pengamatan Utama


1. Tinggi Tanaman (cm)
Pengaruh Interaksi Waktu Pemangkasan Pucuk dan Konsentrasi Ethepon Terhadap Tinggi Tanaman
(cm) Umur 27 HST.
P0 (tanpa P1 (pemangkasan P2 (pemangkasan
Perlakuan
pemangkasan) umur 15 HST) umur 20 HST)
E0 70,95 d 60,28 c 29,29 b
(0 ppm) C B A
E1 55,45 c 41,84 b 30,44 b
(100 ppm) C B A
E2 37,81 b 31,39 a 25,50 ab
(200 ppm) B AB A
E3 23,39 a 35,47 ab 17,18 a
(300 ppm) A B A

Pengaruh Interaksi Waktu Pemangkasan Pucuk dan Konsentrasi Ethepon Terhadap Tinggi Tanaman
(cm) Umur 34 HST.
P0 (tanpa P1 (pemangkasan P2 (pemangkasan
Perlakuan
pemangkasan) umur 15 HST) umur 20 HST)
E0 124,56 b 119,45 b 89,17 ab
(0 ppm) B B A
E1 (100 118,89 b 104,78 ab 95,50 b
ppm) B AB A
E2 (200 98,25 a 93,06 a 95,66 b
ppm) A A A
E3 (300 88,39 a 104,57 ab 73,06 a
ppm) AB B A

Pengaruh Mandiri Waktu Pemangkasan Pucuk dan Konsentrasi Ethepon Terhadap Tinggi Tanaman
(cm) Umur 41 HST.
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
Waktu Pemangkasan :
P0 (Tanpa Pemangkasan) 144,53 b
P1 (Pemangkasan Umur 15 HST) 149,80 b
P2 (Pemangkasan Umur 20 HST) 124,66 a
Konsentrasi Ethepon :
E0 (0 ppm) 143,39 a
E1 (100 ppm) 137,44 a
E2 (200 ppm) 139,47 a
E3 (300 ppm) 137,95 a

2. Jumlah Daun (helai)


Pengaruh Interaksi Waktu Pemangkasan Pucuk dan Konsentrasi
Ethepon Terhadap Jumlah Daun (helai) Umur 27 HST.
P0 (tanpa P1 (pemangkasan P2 (pemangkasan
Perlakuan
pemangkasan) umur 15 HST) umur 20 HST)
E0 16,78 a 12,00 a 9,54 a
(0 ppm) B AB A
E1 (100 15,11 a 10,89 a 13,17 a
ppm) A A A
E2 (200 12,36 a 10,61 a 18,50 b
ppm) A A B
E3 (300 13,33 a 11,12 a 12,61 a
ppm) A A A
Pengaruh Interaksi Waktu Pemangkasan Pucuk dan Konsentrasi Ethepon Terhadap Jumlah Daun
(helai) Umur 34 HST
P0 (tanpa P1 (pemangkasan P2 (pemangkasan
Perlakuan
pemangkasan) umur 15 HST) umur 20 HST)
E0 29,00 a 24,56 ab 20,04 a
(0 ppm) A A A
E1 (100 32,50 ab 22,89 a 35,39 b
ppm) B A B
E2 (200 24,93 a 25,78 ab 40,78 b
ppm) A A B
E3 (300 41,89 b 33,33 b 39,44 b
ppm) A A A

Pengaruh Interaksi Waktu Pemangkasan Pucuk dan Konsentrasi Ethepon Terhadap Jumlah Daun
(helai) Umur 41 HST.
P0 (tanpa P1 (pemangkasan P2 (pemangkasan
Perlakuan
pemangkasan) umur 15 HST) umur 20 HST)
E0 33,39 a 32,39 a 30,71 a
(0 ppm) A A A
E1 (100 40,50 a 31,45 a 44,17 b
ppm) AB A B
E2 (200 32,72 a 34,33 a 49,17 b
ppm) A A B
E3 (300 52,78 b 39,19 a 48,78 b
ppm) B A AB
3. Jumlah Bunga Jantan (bunga)
Perlakuan Jumlah Bunga Jantan (buah)
Waktu Pemangkasan :
P0 (Tanpa Pemangkasan) 7,80 a
P1 (Pemangkasan Umur 15 HST) 8,47 a
P2 (Pemangkasan Umur 20 HST) 11,62 b
Konsentrasi Ethepon :
E0 (0 ppm) 18,20 c
E1 (100 ppm) 8,58 b
E2 (200 ppm) 4,37 ab
E3 (300 ppm) 6,03 a

4. Jumlah Bunga Betina (bunga)


Perlakuan Jumlah Bunga Betina (buah)
Waktu Pemangkasan :
P0 (Tanpa Pemangkasan) 73,02 a
P1 (Pemangkasan Umur 15 HST) 65,11 a
P2 (Pemangkasan Umur 20 HST) 71,09 a
Konsentrasi Ethepon :
E0 (0 ppm) 58,39 a
E1 (100 ppm) 74,80 b
E2 (200 ppm) 73,22 b
E3 (300 ppm) 72,53 a

5. Rasio Kelamin Bunga

Perlakuan Rasio Kelamin Bunga


Waktu Pemangkasan :
P0 (Tanpa Pemangkasan) 29,55 a
P1 (Pemangkasan Umur 15 HST) 27,78 a
P2 (Pemangkasan Umur 20 HST) 10,62 a
Konsentrasi Ethepon :
E0 (0 ppm) 3,26 a
E1 (100 ppm) 9,74 a
E2 (200 ppm) 51,95 b
E3 (300 ppm) 26,65 ab

6. Jumlah Buah Per Tanaman (buah)


Perlakuan Jumlah Buah Per Tanaman (buah)
Waktu Pemangkasan :
P0 (Tanpa Pemangkasan) 9,86 a
P1 (Pemangkasan Umur 15 HST) 9,36 a
P2 (Pemangkasan Umur 20 HST) 10,72 b
Konsentrasi Ethepon :
E0 (0 ppm) 10,35 a
E1 (100 ppm) 10,43 a
E2 (200 ppm) 9,30 a
E3 (300 ppm) 9,84 a

7. Rasio Bunga Betina dan Jumlah Buah (buah)


Perlakuan Rasio Bunga Betina dan Jumlah Buah
Waktu Pemangkasan :
P0 (Tanpa Pemangkasan) 8,15 a
P1 (Pemangkasan Umur 15 HST) 7,68 a
P2 (Pemangkasan Umur 20 HST) 7,28 a
Konsentrasi Ethepon :
E0 (0 ppm) 6,06 a
E1 (100 ppm) 7,82 b
E2 (200 ppm) 8,76 b
E3 (300 ppm) 8,18 b

8. Bobot Buah Per Tanaman (kg)

P0 (tanpa P1 (pemangkasan P2 (pemangkasan


Perlakuan
pemangkasan) umur 15 HST) umur 20 HST)
E0 1,04 a 1,06 b 0,94 a
(0 ppm) A A A
E1 (100 1,07 a 0,92 ab 1,31 b
ppm) A A B
E2 (200 0,94 a 0,78 a 1,11 ab
ppm) AB A B
E3 (300 1,05 a 0,94 ab 0,95 a
ppm) A A A
9. Bobot Buah Per Petak (kg) dan Bobot Buah Per Hektar (ton)
Bobot Buah
Perlakuan
Petak (kg) Hektar (ton)
Waktu Pemangkasan :
P0 (Tanpa Pemangkasan) 17,74 a 35,48 a
P1 (Pemangkasan Umur 15 HST) 17,42 a 34,79 a
P2 (Pemangkasan Umur 20 HST) 18,40 a 36,80 a
Konsentrasi Ethepon :
E0 (0 ppm) 18,04 a 36,02 a
E1 (100 ppm) 18,57 a 37,25 a
E2 (200 ppm) 17,33 a 34,95 a
E3 (300 ppm) 17,47 a 34,65 a

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Terjadi interaksi antara perlakuan waktu pemangkasan pucuk dan ethepon terhadap hasil
tinggi tanaman umur 27 HST dan 34 HST, jumlah daun umur 27 HST, 34 HST, dan 41 HST
dan bobot buah per tanaman. Perlakuan waktu pemangkasan pucuk bepengaruh secara
mandiri terhadap tinggi tanaman umur 41 HST, jumlah bunga jantan, jumlah buah per
tanaman. Sedangkan perlakuan konsentrasi ethepon berpengaruh secara mandiri terhadap
jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, rasio kelamin bunga umur, rasio bunga betina dan
jumlah buah.
2. Perlakuan waktu pemangkasan umur 20 HST dengan konsentrasi ethepon 100 ppm
menghasilkan bobot buah per tanaman tertinggi sebesar 1,31 kg/tanaman.
3. Terdapat korelasi yang nyata antara jumlah daun umur 27 HST dengan bobot buah per petak.

5.2 Saran
1. Untuk meningkatkan hasil yang baik perlu dilakukan perlakuan waktu pemangkasan pucuk
pada umur 20 HST dengan konsentrasi ethepon 100 ppm.
2. Penelitian sebaiknya dilakukan pada saat musim kemarau, karena akan mempercepat proses
pembungaan pada tanaman dan tanaman mampu menghasilkan fotosintat yang lebih banyak
untuk pembentukan buah.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil bobot buah per petak yang
lebih tinggi lagi disarankan melakukan pengaplikasian ethepon dengan konsentrasi ethepon
100 ppm dengan frekuensi 4 – 5 kali aplikasi. Serta disarankan untuk menggunakan jarak
tanam yang lebih lebar dari jarak tanam 40 cm x 70 cm.

Anda mungkin juga menyukai