I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mentimun (Cucumis sativus L.) termasuk sayuran buah yang sangat disukai oleh semua
lapisan masyarakat. Buahnya dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, pencuci mulut atau pelepas
dahaga, bahan kosmetika, dan dapat dijadikan bahan obat-obatan. Selain itu buah mentimun dapat
digunakan sebagai bahan baku industri minuman, permen dan parfum (Rukmana 1994).
Produktivitas mentimun di indonesia masih rendah dibandingkan dengan produktivitas
mentimun pada umumnya yang bisa mencapai hingga 40-50 ton/ha. Rendahnya produktivitas
mentimun ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sistem budidaya yang belum intensif.
Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan teknik budidaya tanaman mentimun. Salah satu teknik
budidaya yang intensif untuk meningkatkan produktivitas mentimun adalah dengan pemangkasan
dan penggunaan Zat Pengatur Tumbuh.
Pemangkasan adalah suatu usaha untuk mengurangi pertumbuhan vegetatif suatu tanaman
sehingga dapat merangsang pertumbuhan bagian-bagian tertentu pada suatu tanaman dan dapat
mempercepat pertumbuhan generatif dari tanaman tersebut. Pemangkasan akan menyebabkan
berkurangnya produksi auksin pada tunas apikal sehingga pertumbuhan tunas lateral dapat
meningkat (Frank B Salisbury dan Cleon W Ross, 1995).
Ethepon adalah zat pengatur tumbuh penghasil etilen. Etilen adalah gas yang terbentuk pada
pembakaran hidrokarbon tak sempurna. Peranan fisiologis dari etilen ini antara lain mendorong
perkecambahan biji, pembungaan tanaman, senescence bunga dan daun, pemasakan buah. Selain itu
etilan juga dapat menyebabkan pemasakan buah berlangsung serempak (Frank B Salisbury dan
Cleon W Ross, 1995).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut timbul permasalahan yaitu :
1. Apakah terdapat interaksi antara umur pemangkasan pucuk dan konsentrasi ethepon terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) Kultivar Wulan?
2. Pada umur pemangkasan pucuk dan konsentrasi ethepon berapakah yang memberikan
pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.)
Kultivar Wulan?
3. Apakah terdapat korelasi antara komponen pertumbuhan dan hasil pada tanaman mentimun
(Cucumis sativus L.) Kultivar Wulan?
1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh interaksi antara umur pemangkasan pucuk dan konsentrasi ethepon pada
pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) Kultivar Wulan.
2. Pemangkasan pucuk pada umur 20 hari dan konsentrasi ethepon 200 ppm memberikan
pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.)
Kultivar Wulan.
3. Ada korelasi antara komponen pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus
L.) Kultivar Wulan.
2.4 Pemangkasan
Pemangkasan adalah upaya untuk menghilangkan beberapa bagian pada tanaman, hal ini
biasanya berkaitan dengan pemotongan bagian-bagian tanaman yang berpenyakit, tidak produktif,
atau yang tidak diinginkan. Secara umum kondisi-kondisi alam seperti angin, hujan, dan penyakit
bisa mengakibatkan produksi tanaman menurun. Tujuan dari pemangkasan adalah untuk
membentuk tanaman dengan cara mengontrol atau mengarahkan pertumbuhan tanaman, untuk
menjaga kesehatan tanaman dan untuk meningkatkan produksi, kualitas buah yang dihasilkan
(Andoko, 2004).
2.5 Ethepon
Etephon merupakan nama umum yang diakui oleh The American Standars Institut untuk 2-
chloroethyl phosphonic acid. Dalam beberapa literatur Etephon juga disebut sebagai : Ethrel, Florel,
CEP, CEPA, 2-CEPA, Amchem 66-329 (Bondad, 1976). Menurut Abeles (1973) ethepon (asam 2-
kloroetil fosponat) merupakan bahan aktif yang terkandung dalam ethrel.
Peranan fisiologis dari etilen ini antara lain mendorong perkecambahan biji, pembungaan
tanaman, senescence bunga dan daun, pemasakan buah. Selain itu etilan juga dapat menyebabkan
pemasakan buah berlangsung serempak (Frank B Salisbury dan Cleon W Ross, 1995). Etilen
berpengaruh juga pada terbentuknya jenis kelamin bunga pada speesies monoesius. Etilen sangan
mendorong pembentukan bunga betina pada tanaman tersebut (Abeles, 1973; Durand, 1984).
3.5 Pengamatan
1. Pengamatan Penunjang
Pengamatan penunjang adalah data yang digunakan sebagai gambaran terkait percobaan,
maupun kegiatan atau kondisi penelitian sebagai pendukung pengamatan utama. Pengamatan
penunjang berupa data curah hujan, data analisis tanah dan organisme pengganggu tanaman (gulma,
hama, dan penyakit).
2. Pengamatan Utama
Pengamatan utama meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bunga jantan, jumlah bunga
betina, rasio kelamin bunga, jumlah buah, rasio bunga dan jumlah buah, bobot buah per tanaman,
bobot buah per petak dan bobot buah per hektar.
Uji hipotesis bagi efek perlakuan dilakukan dengan menggunakan uji F dan dilanjutkan
dengan uji jarak berganda Duncan atau DMRT sebagai berikut :
Sx = √KTGalat/r
LSR = East Significant Ranges
SSR = Studentized Significant Ranges
Sx = Standar Galat Rata-rata
α = Taraf Nyata
p = Jarak
dbG = Derajat Bebas Galat
r = Banyaknya Ulangan
KTG = Kuadrat Tengah Galat
Pengaruh Interaksi Waktu Pemangkasan Pucuk dan Konsentrasi Ethepon Terhadap Tinggi Tanaman
(cm) Umur 34 HST.
P0 (tanpa P1 (pemangkasan P2 (pemangkasan
Perlakuan
pemangkasan) umur 15 HST) umur 20 HST)
E0 124,56 b 119,45 b 89,17 ab
(0 ppm) B B A
E1 (100 118,89 b 104,78 ab 95,50 b
ppm) B AB A
E2 (200 98,25 a 93,06 a 95,66 b
ppm) A A A
E3 (300 88,39 a 104,57 ab 73,06 a
ppm) AB B A
Pengaruh Mandiri Waktu Pemangkasan Pucuk dan Konsentrasi Ethepon Terhadap Tinggi Tanaman
(cm) Umur 41 HST.
Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)
Waktu Pemangkasan :
P0 (Tanpa Pemangkasan) 144,53 b
P1 (Pemangkasan Umur 15 HST) 149,80 b
P2 (Pemangkasan Umur 20 HST) 124,66 a
Konsentrasi Ethepon :
E0 (0 ppm) 143,39 a
E1 (100 ppm) 137,44 a
E2 (200 ppm) 139,47 a
E3 (300 ppm) 137,95 a
Pengaruh Interaksi Waktu Pemangkasan Pucuk dan Konsentrasi Ethepon Terhadap Jumlah Daun
(helai) Umur 41 HST.
P0 (tanpa P1 (pemangkasan P2 (pemangkasan
Perlakuan
pemangkasan) umur 15 HST) umur 20 HST)
E0 33,39 a 32,39 a 30,71 a
(0 ppm) A A A
E1 (100 40,50 a 31,45 a 44,17 b
ppm) AB A B
E2 (200 32,72 a 34,33 a 49,17 b
ppm) A A B
E3 (300 52,78 b 39,19 a 48,78 b
ppm) B A AB
3. Jumlah Bunga Jantan (bunga)
Perlakuan Jumlah Bunga Jantan (buah)
Waktu Pemangkasan :
P0 (Tanpa Pemangkasan) 7,80 a
P1 (Pemangkasan Umur 15 HST) 8,47 a
P2 (Pemangkasan Umur 20 HST) 11,62 b
Konsentrasi Ethepon :
E0 (0 ppm) 18,20 c
E1 (100 ppm) 8,58 b
E2 (200 ppm) 4,37 ab
E3 (300 ppm) 6,03 a
5.1 Kesimpulan
1. Terjadi interaksi antara perlakuan waktu pemangkasan pucuk dan ethepon terhadap hasil
tinggi tanaman umur 27 HST dan 34 HST, jumlah daun umur 27 HST, 34 HST, dan 41 HST
dan bobot buah per tanaman. Perlakuan waktu pemangkasan pucuk bepengaruh secara
mandiri terhadap tinggi tanaman umur 41 HST, jumlah bunga jantan, jumlah buah per
tanaman. Sedangkan perlakuan konsentrasi ethepon berpengaruh secara mandiri terhadap
jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, rasio kelamin bunga umur, rasio bunga betina dan
jumlah buah.
2. Perlakuan waktu pemangkasan umur 20 HST dengan konsentrasi ethepon 100 ppm
menghasilkan bobot buah per tanaman tertinggi sebesar 1,31 kg/tanaman.
3. Terdapat korelasi yang nyata antara jumlah daun umur 27 HST dengan bobot buah per petak.
5.2 Saran
1. Untuk meningkatkan hasil yang baik perlu dilakukan perlakuan waktu pemangkasan pucuk
pada umur 20 HST dengan konsentrasi ethepon 100 ppm.
2. Penelitian sebaiknya dilakukan pada saat musim kemarau, karena akan mempercepat proses
pembungaan pada tanaman dan tanaman mampu menghasilkan fotosintat yang lebih banyak
untuk pembentukan buah.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil bobot buah per petak yang
lebih tinggi lagi disarankan melakukan pengaplikasian ethepon dengan konsentrasi ethepon
100 ppm dengan frekuensi 4 – 5 kali aplikasi. Serta disarankan untuk menggunakan jarak
tanam yang lebih lebar dari jarak tanam 40 cm x 70 cm.