Anda di halaman 1dari 13

Pendahuluan

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba
Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Secara mudah otitis media terbagi atas otitis
media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing bagian mempunyai bentuk akut
dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut) dan otitis media supuratif kronis.
Begitu pula otitis media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut (barotrauma = aerotitis),
dan otitis media kronis. Selain itu terdapat juga otitis media spesifik seperti otitis media
tuberkulosa atau otitis media sifilika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesive.1 Otitis
media efusi (OME) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya cairan bening atau
nonpurulen di telinga bagian tengah dengan membran timpani yang utuh tanpa disertai adanya
gejala dan tanda inflamasi akut. Otitis media efusi daapt diklasifikasikan sebagai akut (<3 minggu),
subakut (3 minggu sampai 3 bulan), atau kronik (>3 bulan). Sinonim OME termasuk otitis media
sekretori, otitis media nonsupuratif, atau otitis media serosa, yang paling sering digunakan adalah
OME. Otitis media dengan efusi kini merupakan epidemi yang berdampak pada satu pertiga anak
pada beberpa waktu dalam hidup mereka. Meskipun pada kebanyakan anak otitis media dapat
sembuh sendiri akibat perubahan anatomi dan fisiologis seiring pertumbuhan, tetapi sampai
kondisi tersebut terselesaikan kondisi tersebut dapat mempengaruhi keseimbangan, pendengaranm
dan kemampuan bicara dan Bahasa. Akumulasi cairan di telinga tengah ini baik serosa atau kental
dapat menyebabkan tuli konduktif. Keadaan ini umum terjadi pada anak-anak dan pada anak usia
sekolah dasar dan dapat menyebabkan ketulian yang signifikan yang dapat menyebabkan
gangguan perkembangan dan edukasi. Pada anak-anak otitis media seringkali didahului infeksi
saluran pernapasan atas yang berulang kali.
Anatomi Telinga
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam.
Telinga luar dan tengah berhubungan dengan transmisi suara. Sedangkan telinga dalam berfungsi
sebagai organ pendengaran dan keseimbangan.1

Gambar 1. Bagian Telinga. Sumber:www.images.google.co.id

1
Telinga Luar
Telinga luar merupakan bagian yang berada lateral dari membran timpani. Telinga
luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga
merupakan lempeng semisirkuler yang terbentuk dari kartilago elastis dicirikan oleh suatu
alur yang helix dan antihelix.2 Liang telinga berbentuk huruf S dengan rangka tulang rawan
pada sepertiga bagian luar sedangkan dua pertiga bagian dalamnya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm. Tulang rawan pada liang telinga merupakan lanjutan dari
daun telinga. Pada bagian luar liang telinga dilapisi kulit tipis dengan sedikit jaringan
subkutaneus pada bagian medial, pada bagian lateral terdapat folikel rambut dan kelenjar
sebasea dan kelenjar serumen. Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat
dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas
membran timpani disebut pars flaksida (membran Shrapnell) sedangkan bagian bawah
disebut pars tensa (membran propria).1,2 Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar
yang merupakan lanjutan epitel kulit telinga dan bagian dalam dilapisi epitel kubus bersilia
seperti epitel saluran napas. Pars tensa memiliki satu lapisan lagi di tengah yaitu lapisan
yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian
luar dan sirkuler pada bagian dalam. Pada membran timpani terdapat bayangan penonjolan
bagian bawah maleus yang disebut umbo.2,3 Dari umbo bermula suatu reflek cahaya ke
arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani telinga kiri dan pukul 5 untuk
membran timpani telinga kanan. Reflek cahaya merupakan cahaya dari luar yang
dipantulkan oleh membrane timpani. Di membrane timpani terdapat dua macam serabut,
sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa
kerucut itu. Secara klinis refleks cahaya ini dinilai, misalnya refleks cahaya terletak
mendatar berarti terdapat gangguan pada tuba Eustachius. Membran timpani dibagi dalam
empat kuadran dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang
tegak lurus pada garis itu di umbo sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang,
bawah-depan, bawah-belakang. Bila dilakukan miringotomi atau parasentesis, dibuat insisi
di bagian bawah-belakang membrane timpani sesuai arah serabut, dan dikarenakan pada
daerah ini tidak terdapat tulang pendengaran.1,2

Gambar 2. Membran Timpani. Sumber:www.images.google.co.id


2
Telinga Tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas:

1. Batas luar : membran timpani


2. Batas depan : tuba eustachius
3. Batas bawah : vena jugularis
4. Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis
5. Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
6. Batas dalam : berturut turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal,
kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.1

Kavum timpani terbagi menjadi epitimpani, mesotimpani, dan hipotimpani.


Hipotimpani merupakan bagian yang mengarah ke inferior ke aperture tuba Eustachius
dan tingkap bundar. Pada bagian ini terdapat trabekula tulang dan pada inferior terdapat
saluran kecil tempat percabangan saraf kranial IX saraf Jacobson. Mesotimpani pada
superior dibatasi oleh bagian horizontal kanal fasial dan inferior oleh tingkap bundar.
Pada bagian mesotimpani ini terdapat tingkap bundar dan lonjong, stapes, otot
stapedius di posterior, dank anal otot tensor timpani pada anterior. Epitimpani adalah
bagian telinga tengah yang superiornya dibatasi oleh atap tulang telinga tengah yang
disebut tegmen timpani. Batas tulang ini berkelanjutan ke posterior sebagai tegmen
mastoid. Dinding medial epitimpani dibentuk oleh tonjolan tulang kanalis ampularis
superior dan lateral. Sebagian besar ruang epitimpani ditempati oleh kepala dan leher
maleus dan prosesus pendek dan sebagian prosesus panjang inkus. Ruang epitimpani
berhubungan dengan traktus mastoid dan kavum mastoid di arah posterior melalui
aditus ad antrum. Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang
tersusun dari luar ke dalam, maleus, inkus dan stapes. Tulang-tulang pendengaran di
dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada
membrane timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes.1,2

Gambar 3. Tulang-Tulang Pendengaran. Sumber:www.images.google.co.id

3
Tuba Eustachius
Tuba Eustachius merupakan penghubung utama nasofaring dengan telinga tengah
yang bertanggung jawab dala pneumatisasi telinga tengah dan mastoid untuk menjaga
tekanan normal antara telinga tengah dan atmosfer. Tulang dari tiga perempat medial tuba
Eustachius merupakan kartilago yang dikelilingi oleh jaringan lunak, jaringan adiposa, dan
epitel pernapasan. Kartilago tuba Eustachius, yang berbentuk hook, distabilkan dan
bergerak oleh kontraksi muskulus tensor veli palatine dan levator veli palatine saat gerakan
mengunyah atau menguap. Tuba Eustachius akan membuka, sehingga tekanan akan
seimbang. Epitel yang melapisi bagian kartilago mirip dengan yang terdapat di faring
dengan epitel kolumner berlapis semu dan banyak kelenjar mucus. Terdapatan
penyempitan pada bagian persambungan antara daerah kartilago dengan oseus yang
dinamakan isthmus. Pada lokasi isthmus, mukosa bertransisi menjadi kubus atau kolumner
rendah mirip dengan epitel kavum timpani.2

Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri atas koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler
yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut
helikotrema yang menghubungkan perilimfa skala vestibuli dengan skala timpani. Kanalis
semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran tidak
lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule sebelah atas skala timpani di
sebelah bawah dan skala media (ductus koklearis) di antaranya. Skala vestibule dan skala
timpani berisi perilimfa dan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang berada di
perilimfa berbeda dengan yang berada di endolimfa, hal ini penting untuk pendengaran.
Dasar skala vestibuli disebut sebagai membrane vestibule (membrane Reissner) sedangkan
dasar skala media disebut membran basalis. Pada skala media terletak organ Corti, dan
terdapat bagian yang menyerupai lidah disebut sebagai membrane tektoria. Dan pada
membrane basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar,
dan kanalis Corti yang membentuk organ Corti.1

Otitis Media Efusi


Definisi
Otitis media efusi (OME) adalah akumulasi/terkumpulnya mucus dalam telinga
tengah dan terkadang air cell system mastoid dalam waktu yang lama atau kronik.
Terkumpulnya atau terdapatnya cairan nonpurulen di telinga tengah membran timpani utuh
tanpa tanda-tanda infeksi adalah OME. Jika efusi tersebut encer disebut otitis media serosa
dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mucoid. Otitis media
serosa adalah keadaan dimana terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang
terjadi terutama akibat adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah
ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat perbedaan tekanan hidrostatik.

4
Sedangkan pada otitis media mucoid cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi
aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di telinga tengah.3 Untuk menjadi kronik
terkumpulnya cairan harus sudah sekitar 12 minggu. Pada anak-anak OME biasanya
muncul bersamaan dengan adanya gangguan pendengaran dan terkadang dengan riwayat
sakit yang mendahului dan otalgia akibat otitis media akut. Beberapa sinonim telah
digunakan untuk kondisi ini. Nama lain adalah otitis media non supuratif, otitis media
serosa, otitis media musinosa, otitis media sekretoria, otitis media mucoid (glue ear).
Beberapa ahli memberi batasan yaitu otitis media efusi adalah suatu keadaan dimana
terdapat cairan di telinga tengah baik berbentuk nanah, sekret encer, ataupun sekret yang
kental. Dengan kata lain OME dapat berupa otitis media akut, otitis media serosa, atau
otitis media mucoid.1,3 Pada anak-anak, OME dapat didahului episode otitis media akut
dengan otalgia dan demam. Hal ini terutama terjadi pada anak-anak dikarenakan
kecenderungan yang lebih besar terkena infeksi saluran pernapasan atas. Mayoritas anak-
anak otitis media akut dianggap diakibatkan oleh infeksi virus pada saluran pernapasan
atas yang merusak epitel tuba Eustachius yang menyebabkan retensi cairan di telinga
tengah. Cairan ini kemudian menjadi infeksi sekunder oleh bakteri – otitis media akut.
Setelah infeksi di terapi, pemulihan epitel memerlukan waktu, oleh sebab itu OME dapat
timbul sementara pada beberapa anak setelah episode otitis media akut. Tetapi, beberapa
anak dengan OME tidak memiliki riwayat otitis media akut, walaupun mereka terkena
infeksi saluran pernapasan atas. Infeksi tersebut mengakibatkan kerusakan epitel tuba
Eustachius walaupun tidak terjadi infeksi sekunder.3

Epidemiologi
Pada masa kanak-kanak faktor penentu prevalensi utama OME adalah usia anak
dan musim. Zielhius et al, meninjau 23 studi yang seluruhnya menggunakan timpanometri
sebagai instrument diagnostic untuk memberikan hasil prevalensi berkaitan usia.
Prevalensinya bimodal dengan puncak yang pertama dan tertinggi sekitar 20% pada usia 2
tahun. Usia ini merupakan usia dimana kebanyakan anak pertama kali masuk ke dalam
playgroup. Kemudian kurvanya menurun dan memuncak lagi sekitar 16% pada usia sekitar
5 tahun ketika anak-anak memasuki masa sekolah dasar. Efek musim terhadap prevalensi
OME telah diketahui dengan kejadian OME dua kali lebih besar pada musim dingin
dibandingkan musim panas. Faktor yang diduga berperan adalah peningkatan frekuensi
infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi telinga pada musim dingin.3

Etiologi
o Disfungsi tuba Eustachius

Fungsi tuba Eustachius sebagai aerator akan terganggu saat epitel tuba
Eustachius meradang, menjadi oedem dan kehilangan silia. Infeksi saluran
pernapasan atas oleh virus menjadi penyebab kerusakan tuba Eustachius yang
umum, tetapi tidak menutup kemungkinan lain seperti alergi. Kerusakan pada tuba

5
Eustachius dapat terjadi akibat reaksi alergi. Dapat terjadi akibat infeksi nasofaring
kronik di jaringan adenoid atau refluks gastrointestinal. Kelainan pada otot palatina
sangat jarang mengakibatkan disfungsi tuba Eustachius, pengecualian pada anak
yang dengan bibir sumbing.3

o Abnormalitas craniofasial

Anak dengan bibir sumbing, bahkan setelah dioperasi, memiliki otot


palatina yang tidak sempurna dan menyebabkan fungsi tuba Eustachius yang buruk.
Sebagai konsekuensinya, OME terjadi secara umum pada bayi dengan bibir
sumbing dan perbaikan dengan operasi tidak banyak mempengaruhi insidensi.
Seiring dengan pertambahan usia anak, insidensi menurun, tetapi tidak terdapat
studi kohort yang berkaitan dengan usia, walaupun secara keseluruhan setidaknya
sekitar 40%.3
o Alergi
Mayoritas anak dengan OME tidak memiliki gejala alergi saluran
pernapasan atau kulit. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah anak dengan alergi
lebih dapat mngembangkan OME dan apakah OME yang terjadi pada mereka lebih
berkepanjangan dibandingkan dengan anak tanpa alergi. Dari beberapa studi
disimpulkan alergi tidak mendukung sebagai faktor risiko untuk OME persisten dan
berulang.3

o Refluks gastroesofageal
Bukti radiografi refluks gastroesofageal umum terjadi pada anak dan
relevansinya terhadap bbeberapa kondisi mungkin dianggap berlebihan. Namun,
laporan inisial pada analisis biokimia cairan OME di telinga tengah menunjukkan
pepsin terdapat pad cairan efusi.3

Patofisiologi
Disfungsi tuba Eustachius menjadi kelainan primer yang menyebabkan akut dan
kronik OME. Faktor lain yang dapat berperan sebagai penyebab adalah adenoid hipertrofi,
adenoitis, sumbing palatum, (cleft palate), tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis,
rhinitis. Keadaan alergik sering berperan sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan
di telinga tengah.1 Kelainan tuba Esutachius ini menghasilkan gangguan ventilasi pada
ruang telinga tengah yang menyebabkan terjadinya tekanan negatif pada telinga tengah
dengan cairan transudate. Tekanan negatif pada telinga tengah juga menyebabkan mukosa
telinga tengah mengalami hipoksia dan hiperkapnia sehingga sel-sel goblet mengalami
hyperplasia dan hipersekresi.3 Hasilnya adalah cairan steril yang dapat menjadi infeksi
sekunder. Setelah fungsi ventilasi dikembalikan baik dengan mengembalikan fungsi tuba
Eustachius atau dengan menempatkan ventilasi alternatif seperti pipa ventilasi, cairan yang
terkumpul akan menghilang. Terdapat dua tipe mekanisme dalam obstruksi tuba

6
Eustachius yang menyebabkan efusi pada telinga tengah yaitu mekanik dan fungsional.
Obstruksi mekanik dapat terjadi baik intrinsik maupun ekstrinsik. Obstruksi mekanik
intrinsik umumnya disebabkan oleh inflamasi membran mukosa tuba Eustachius atau
disebabkan oleh alergi sehingga terjadi edema pada mukosa tubal. Sedangkan penyebab
obstruksi mekanik ekstrinsik disebabkan oleh massa yang mengobstruksi seperti jaringan
adenoid atau neoplasma nasofaringeal. Beberapa pengamat meyakini bayi dan anak yang
lebih muda dapat mengalami obstruksi fungsional tuba Eustachius sebagai akibat dari
penurunan kekakuan tubal atau mekanisme membuka aktif yang tidak efisien.2 Apabila
efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem
disebut otitis media mucoid (glue ear). Otitis media serosa terjadi terutama akibat adanya
transudate atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian
besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik. Sedangkan pada otitis media
mucoid cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista
yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, dan rongga mastoid.

Gejala Klinis
Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya adalah pendengaran
berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau suara
sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit (diplacusis binarualis).
Kadang-kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak pada saat posisi kepala berubah.
Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang
menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah tetapi setelah sekret terbentuk
tekanan negatif ini perlahan menghilang.1 Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila
penyebab sekret adalah virus atau alergi. Tinnitus, vertigo atau pusing kadang-kadang ada
dalam bentuk yang ringan. Pada otoskopi terlihat membrane timpani retraksi. Kadang-
kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani. Perasaan
tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol, oleh karena adanya sekret kental atau
glue ear. Pada anak-anak yang berumur 5-8 tahun keadaan ini sering diketahui secara
kebetulan pada saat pemeriksaan THT atau uji pendengaran. Pada otoskopi terlihat
membran timpani utuh, retraksi, suram kuning kemerahan atau keabu-abuan.1

Diagnosis
Pada anamnesis tidak menjadi indikator yang tepat mengenai keberadaan OME
atau derajat gangguan pendengaran yang dikeluhkan, walaupun anamnesis adalah awal dari
pemeriksaan dan indikator masalah sebelumnya. Beberapa dokumen mendukung
pernyataan ini. Secara khusus, pada sebuah studi kohort terhadap 216 anak yang diikuti
sejak lahir hingga 27 bulan pada interval 3 bulan, sensitivitas laporan orang tua mengenai
OME yang terjadi dan gangguan pendengaran adalah buruk. Stewart et al, mengatakan
tidak ada korelasi antara laporan orangtua mengenai pendengaran anaknya dan ambang
pendengaran anaknya. Seperti yang diperkirakan, jika orangtua memberikan riwayat

7
maslaah telinga, infeksi saluran pernapasan atas yang berulang, pernapasan melalui mulut
dan mendengkur, anak-anak tersebut lebih mudah mengalami OME berulang ke depannya
dibandingkan denga anak yang tidak memiliki riwayat tersebut.3 Pemeriksaan fisik
dilakukan dengan menggunakan otoskopi, dimana pemeriksa telah mengetahui adanya
kemungkinan gangguan pada telinga atau pendengaran. Gambaran OME pada otoskopi
bervariasi dan diperlukan pengalaman untuk mengetahuinya, tetapi dapat dibantu dengan
menggunakan pneumatic otoscopy. Pneumatic otoscopy merupakan alat diagnostic primer
untuk mengevaluasi keadaan telinga tengah dikarenakan alat ini dapat memeriksa gerakan
membran timpani. Membran timpani normal berbentuk konkaf dan bening dan bergerak
dengan cepat akibat tekanan positif dan negatif. Tanda yang penting adalah handle
(manubrium) maleus, yang melekat pada membran timpani dengan umbo di tengah
membran timpani. Pemeriksaan membran timpani harus menlingkupi posisi, warna, tingkat
kejernihan, dan mobilitas. Untuk memastikan mobilitas membran timpani diperlukan segel
kedap udara antara speculum dengan liang telinga, tetapi terkadang hal ini sulit
didapatkan.4 Tetapi pada beberapa kasus, sulit untuk melihat membrane timpani
dikarenakan adanya wax, dan karena itu pemeriksaan diagnosis OME tanpa perlu
menghilangkan wax sangat membantu. Pemeriksaan tersebut dapat berupa timpanometri
dan terkadang audiometri. Seperti telah dikatakan gambaran OME dengan otoskopi sangat
beragam, dan gambar-gambar dibawah adalah beberapa contoh. Tidak termasuk telinga
dengan cairan sisa akibat otitis media akut yang dapat menambah variabilitas, khususnya
pada abnormalitas ketebalan dan peradangan pars tensa. Pada telinga yang demikian,
membrane timpani dapat tampak menonjol daripada retraksi.3

Gambar 4. Otitis Media dengan Efusi. Manubrium Maleus pada Posisi Normal.3

Gambar 5. Membran Timpani Kiri pada Otitis Media dengan Efusi Menunjukkan
Warna Kekuningan.3

8
Gambar 6. Membran Timpani Kiri pada Otitis Media dengan Efusi Menunjukkan
Warna Kebiruan.3

Temuan otoskopi pada OME terutama adalah kombinasi retraksi pars tensa dan
variasi pada warnanya. Pada beberapa anak, otoskopi mungkin tidak praktis dikarenakan
lapang pandang terhalang oleh wax. Kejadian ini kira-kira terjadi pada 10% kasus. Apakah
perlu untuk menghilangkan wax masih diragukan. Timpanometri dan audiometri lebih
praktis dan dapat menyediakan informasi yang diperlukan. Otoskopi pneumatic dapat
dilakukan dengan genggaman otoskopi atau dengan speculum pneumatic Siegle. Selama
beberapa tahun, American clinical practice guidelines menganjurkan penggunaan otoskopi
pneumatic sebagai metode diagnostik primer OME. Timpanometri telah dianjurkan sejak
1970 sebagai metode yang terpercaya dalam mendeteksi OME.3 Klasifikasi yang biasa
digunakan adalah klasifikasi Jerger yang dimodifikasi oleh Zielhaus et al. yang
menggunakan compliance dan tekanan sebagai parameter numerik. Tympanogram tipe B
dikaitkan dengan OME, sedangkan tipe A jarang berkaitan dengan OME. Dan tipe C
berada antara.

Gambar 7. Klasifikasi Tipe Timpanogram Berdasarkan Jerger.3

Gambar 8. Grafik Timpanometri. Sumber:www.images.google.co.id

9
Pemeriksaan audiometrik pada anak-anak yang dicurigai mengalami gangguan
pendengaran persisten merupakan wajib, terlepas apakah OME didiagnosa pada saat itu.
Jika OME didiagnosa maka derajat keparahan gangguan akan menentukan
penatalaksanaan. Ditemukannya air-bone gap setidaknya 10 dB merupakan predictor
OME yang buruk. Sekitar 80% anak-anak yang dikatakan memiliki riwayat OME pada
pemeriksaan ditemukan air-bone gap > 10dB, tetapi hanya 32% yang hasil pemeriksaan
dengan otoskopi ditemukan bukti OME berkaitan dengan tipe B atau C2 timpanogram.
Alasan air-bone gap merupakan predictor buruk dikarenakan anak-anak yang diteliti
secara prospektif dengan OME akan memiliki residu gangguan konduktif yang kecil
setelah resolusi OME mereka.3

Penatalaksanaan
Medika mentosa
Pada otitis media serosa akut pengobatan dapat dengan medikamentosa dan
pembedahan. Pada pengobatan medical diberikan obat vasokonstriktor lokal (tetes
hidung), antihistamin. Perasat Valsava dilakukan jika tidak terdapat infeksi saluran
pernapasan atas. Pada otitis media serosa kronik pengobatan yang harus dilakukan
adalah mengeluarkan sekret dengan miringotomi dan memasang pipa ventilasi
(Grommet). Pada kasus baru pemberian dekongestan tetes hidung serta kombinasi
antihistamin. Sebagian ahli menganjurkan pengobatan selama 3 bulan yang bila
tidak berhasil baru dilakukan tindakan operasi. Disamping itu harus pula dinilai
serta diobati faktor-faktor penyebab seperti alergi, pembesaran adenoid atau tonsi
infeksi hidung dan sinus.1 Dekongestan dengan atau tanpa antihistamin merupakan
pengobatan yang popular pada kasus OME, tetapi pada uji klinis tidak ditemukan
kemanjuran pengobatan ini. Pada studi mengenai OME di Children’s Hospital of
Pittsburgh, tidak ada kemanjuran yang didapatkan untuk pengobatan dengan
dekongestan-antihistamin oral secara kombinasi maupun tunggal atau dengan
antimikroba. Antibiotik menjadi pengobatan yang penting sebagai pengobatan
OME pada akhir tahun 1970 dan awal tahun 1980 ketika studi menunjukkan -
ketidakefektifan pengobatan dengan kombinasi dekongetan-antihistamin.4 The
American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery dan American
Academy of Pediatrics tidak merekomnedasikan penggunaan obat-obatan ini pada
kasus OME kronik. Pengecualian diberikan kepada pasien dewasa dengan difungsi
tuba Eustachius yang disebabkan oleh alergi. Walaupun efusi yang terjadi
diperkirakan steril, studi menunjukkan specimen yang diambil dari anak dengan
efusi telinga tengah yang asimtomatik mengandung bakteri. Beberapa studi telah
menunjukkan kemanjura penggunaan antibiotik pada OME. Mandel melaporkan
hasil dari uji acak double-blind yang dilakukan pada 518 anak dengan OME yang
dibagi ke dalam tiga kelompok pengobatan, kelompok pertama mendapatkan
amoksisilin (40mg/kg/hari) untuk 14 hari ditambah dengan

10
dekongestan/antihistamin dikombinasi selama 28 hari, kelompok kedua mendapat
amoksisilin untuk 14 hari ditambah placebo untuk dekongestan/antihistamin
selama 28 hari, dan kelompok ketiga placebo untuk amoksisilin dan
dekongestan/antihistamin. Pada minggu keempat laju resolusi pada kelompok yang
mendapat pengobatan dengan amoksisilin dengan atau tanpa dekongestan-
antihistamin lebih cepat. Tetapi penggunaan antiobiotik dalam jangka waktu yang
lama dikhawatirkan menimbulkan efek samping yang merugikan seperi reaksi
anafilatik atau alergi, gangguan hematologi, dan resistensi organisme terhadap
antibiotik. Terapi kortikosteroid untuk OME menjadi kontroversi. Lambert tidak
menemukan perbedaan hasil antara kelompok yang mendapatkan steroid dengan
kelompok kontrol dengan OME. Saat ini terapi steroid pada OME tidak
direkomendasikan.4,5

Non medika mentosa


Setelah satu atau dua minggu gejala menetap maka dilakukan miringotomi
atau parasentesis. Bila setelah dilakukan miringotomi tidak terdapat penyembuhan
maka dilakukan miringotomi dan pemasangan pipa ventilasi. Armstrong
memperkenalkan pipa ventilasi pada tahun 1954 sebagai pengobatan OME. Pipa
ventilasi ini berfungsi sebagai tuba Eustachius buatan, yang akan menyeimbangkan
tekanan telinga tengah dengan tekanan atmosfer dan menaerasi telinga tengah. Pipa
ventilasi bertujuan untuk memperbaiki keadaan sebelumnya. Anak-anak dengan
pipa ini masih dapat mengalami otitis media walaupun infeksi akut tidak akan
menyebabkan rasa sakit, karena efusi yang terinfeksi dapat melewati pipa dan
keluar dari telinga tengah. Efusi juga tidak berhubungan dengan kehilangan
pendengaran, koreksi hilangnya pendengaran merupakan salah satu tujuan terapi
bedah. Insersi pipa dengan atau tanpa adenoidektomi menunjukkan terdapat
peningkatan terhadap tuli konduktif sekunder akibat OME dan menurunkan waktu
yang dihabiskan dengan efusi telinga tengah. Penempatan pipa seringkali
merupakan penilaian klinis berdasarkan pengalaman kasus per kasus. Sekret dan
mikroorganisme yang masuk ke telinga tengah akibat refluks nasofaringeal
merupakan faktor utama dalam patofisiologi OME. Oleh karena itu, adenoidektomi
direncanakan untuk menghilangkan sumber infeksi. Terdapat tiga studi yang
menunjukkan keberhasilan dan rendahnya morbiditas dengan adenoidektomi.
Adenoidektomi merupakan terapi OME yang efektif dan secara signifikan
mengurangi angka mobiditas. Efek yang terjadi bergantung pada besarnya adenoid.
Keputusan untuk adenoidektomi didasarkan pada keparahan dan persistensi
penyakit pada telinga tengah, bukan ukuran adenoid. Tentunya obstruksi akibat
hipertrofi adenoid juga merupakan indikasi.4,5

11
Komplikasi
Otitis media efusi merupakan penyebab penurunan pendengaran pada anak-anak.
Penurunan pendengaran ini pada umumnya merupakan gangguan konduktif. Tidak ada
bukti yang menyatakan OME berkaitan dengan gangguan pendengaran sensorineural.
Penurunan pendengaran ini dapat berakibat kepada keterlambatan perkembangan
kemampuan bicara dan berbahasa. Perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa
pada seorang anak bergantung pada banyak faktor yang saling berhubungan, dimana usia
anak merupakan faktor mayor, tetapi latar belakang etnis dan tingkat komunikasi dalam
keluarga terutama dengan ibu juga penting. Gangguan pendengaran pada anak mungkin
disebabkan oleh OME yang dialami yang saling mempengaruhi dengan faktor-faktor lain.3
Suatu studi kohort mempelajari gangguan konduktif baik intermiten, ringan hingga sedang
terkait OME pada dua hingga tiga tahun kehidupan pertama mendapatkan hasil pada follow
up anak-anak yang mengalami otitis media pada usia dua hingga tiga tahun kehidupan,
anak-anak tersebut mampu mengejar teman-teman mereka yang tidak terkena otitis media
pada saat usia mereka tujuh hingga delapan tahun. Sekitar 30% orangtua dari anak-anak
yang mengalami OME melaporkan anak-anak mereka kikuk, sering tidak seimbang dan
mudah terjatuh. Gejala ini lebih umum terjadi dibandingkan pada anak-anak non-OME.
Patofisiologi mengapa OME dapat menyebabkan gejala demikian sulit dipahami, namum
diperkirakan terdapat disfungsi vestibular yang dapat terkompensasi sejalan dengan
waktu.3

Prognosis
Hasil jangka panjang tergantung kepada kualitas dan kelanjutan terapi dan pada
faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit. Infeksi telinga tengah yang berulang sangat
sering dijumpai pada anak-anak. Pada dewasa, otitis media yang tidak membaik
memerlukan pemeriksaan nasofaring yang lebih lanjut untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya keganasan. Di era antibiotik, komplikasi otitis media jarang terjadi.6

Kesimpulan
Otitis media dengan efusi adalah akumulasi kronik cairan di telinga tengah. Pada anak-
anak, prevalensinya memuncak pada usia 2 tahun dan sekitar 5 tahun. Pada OME dapat terjadi
resolusi spontan walaupun dapat berulang kembali kemudian. OME pada sebagian besar anak
hanya menyebabkan gangguan pendengaran ringan. OME disebabkan oleh adanya perubahan
tekanan di dalam telinga tengah akibat adanya oklusi pada tuba Eustachius. Karena adanya tekanan
negatif, terbentuk sekret yang terkumpul di dalam telinga tengah. Pada dasarnya otitis media serosa
dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis media serosa akut dan otitis media serosa kronis. Otitis
media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Batasan antara otitis media serosa akut dan kronis hanya
pada cara terbentuknya sekret. Penatalaksanaan OME dapat berupa medika mentosa yaitu dengan

12
dekongestan dan antihistamin atau dengan tindakan miringotomi. Antibiotik juga dapat diberikan.
Perlu dipikirkan juga penyebab oklusi tuba Eustachius.

Daftar Pustaka
1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Telinga, hidung, tenggorok, kepala
dan leher. Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014. Hal .
2. Snow JB, Ballenger JJ. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 16 th ed.
New York: BC Decker Inc;2003. Hal 1-7.
3. Gleeson M. Scoot-Brown’s Otorhinolaryngology, Head and Neck Surgery. 7th ed. London:
Edward Arnold Ltd; 2008. 877-90.
4. Flint PW, Haughey BH, Lund VJ, Niparkd JK, Richardson MA, Robbins KT, Thomas JR.
Cummings otolaryngology-head and neck surgery. 5th ed. Philadelphia: Elsevier; 2010. Hal
2769,2771-2.
5. Brackmann, Shelton, Arriaga. Otologic surgery. 4th ed. Philadelpia: Elsevier; 2016. Hal 59-
64.
6. Anniko M, Bernal-Sprekelsen M, Bonkowsky V, Bradley P, Iurato S.
Otorhinolaryngology, head & neck surgery. New York: Springer; 2010. Hal 62-3, 76-7.

13

Anda mungkin juga menyukai