Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Persaingan kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan
tersebut merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak bisa
bertahan dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor
yang berkepanjangan, koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang
mengalami gangguan secara psikologis. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO),
bahwa 10% dari populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan dari
hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang melaporkan bahwa
penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang
merupakan angka tertinggi dibanding prosentase penyakit lain.
Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa gangguan mental
emosional (depresi dan kecemasan) di alami oleh sekitar 11,6% populasi usia di atas 15
tahun sedangkan sekitar 0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis
(Depkes, 2012). Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh wanita individu berusia
kurang dari 45 tahun, bercerai atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial
– ekonomi rendah (Videbeck. 2008)
Kecemasan akan membuat seseorang tidak merasa nyaman, karena dapat
mengganggu aktivitas individu itu sendiri. Adapun jenis dapat teratasi dengan sendirinya,
contohnya cemas ringan, sedang cemas yang berkepanjangan yang bahkan tidak jelas lagi
kaitannya dengan suatu faktor penyebab atau pencetus tertentu dapat menjadi pertanda
gangguan kejiwaan yang dapat menyebabkan hambatan dalam berbagai segi dan
kemampuan fungsi sosial penderitanya.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ansietas?
2. Apa etiologi dari ansietas?
3. Apa saja klasifikasi ansietas?
4. Apa manifestasi klinis dari ansietas?
5. Bagaimana patofisiologi ansietas?
6. Bagaimana penatalaksanaan ansietas?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien ansietas?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari ansietas
2. Untuk mengetahui etiologi ansietas
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ansietas
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ansietas
5. Untuk mengetahui patofisiologi ansietas
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan ansietas

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi
yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut (Tomb. Dafit A 2003)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek
yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan dikomunikasikan secaar
interpersonal. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah respons emosional terhadap penilaian intelektual terhadap bahaya.
(Stuart & Laraia 2005).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan yang tidak di dukung oles
situasi ( Videbeck. 2008)
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan
gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf
Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang
sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa
terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek
positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerak maju perkembangan
dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas dapat
mengganggu kehidupan seseorang.
2.2 Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini.
Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan
tujuan hidup (Videbeck, 2008).

3
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang
dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
A. Faktor Predisposisi
1. Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya, sedangakan ego di gambarkan sebagai mediator
antara tuntunan dari id dan super ego
2. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
3. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di
inginkan.
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa
di temui dalam suatu keluarga.
5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor khusus untuk
benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam
gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis
yang berhubungan dengan ansietas.
B. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

4
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
2.3 Klasifikasi Ansietas
1. Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Menyebabkan individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilakn
pertumbuhan serta kreativitas.
b. Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting dan
mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu.
Sehingga individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat lebih
berfokus pasda area jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus ada
sesuatu yang rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal yang lain.
Semua perilaku ditujukkan untuk mengurangi ketegangan. Individu
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada hal lain.
d. Tingkat Panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dengan arahan,
karena mengalami kehilangan kendali.
2. Rentang respon ansietas :

5
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan, ansietas sedang,
ansietas berat, dan ansietas panik.
1. Ansietas Ringan
a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari.
b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta waspada.
c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
 Respon Ansietas Ringan
 Fisiologis : Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada lambung,
muka berkerut dan bibir bergetar.
 Kognitif : Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.
 Perilaku dan Emosi : Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara
kadang meninggi.
2. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan menurun, individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dn mengesampingkan hal lain.
 Respon Ansietas Sedang
 Fisiologis : Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, gelisah
 Kognitif : Lapang persepsi menyempit, Rangsang luar tidak mampu diterima,
Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
 Perilaku dan Emosi : Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), Bicara banyak
& lebih cepat, Susah tidur, Perasaan tidak aman
3. Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak
mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/ tuntunan.

6
 Respon Ansietas Berat
 Fisiologis : Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan.
 Kognitif : Lapang persepsi sangat sempit, Tidak mampu menyelesaikan
masalah
 Perilaku dan Emosi : Perasaan ancaman tinggi, Verbalisasi cepat, Blocking
4) Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/ tuntunan
 Respon Ansietas Panik
 Fisiologis : Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi,
koordinasi motorik rendah.
 Kognitif : Lapang pandang persepsi sangat sempit, Tidak dapat berpikir logis
 Perilaku dan Emosi : Agitasi mengamuk dan marah, Ketakutan dan berteriak-
teriak, blocking, Kehilangan diri kendali/ kontrol diri, Persepsi kacau
2.5 Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Perkembangan seksual
b. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan

7
4. Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pension
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya
seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b) Tidur yang cukup.
c) Cukup olahraga.
d) Tidak merokok.
e) Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-
transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system).
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic),
yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan
pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

8
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi
keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila
dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat
stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak
mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar
faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga
dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian
I. Faktor Predisposisi :
A. Biologis
1. Latar belakang genetik :
a. Riwayat ansietas dalam keluarga, ada komponen genetik yang sedang dan
dihubungkan dengan fobia sosial dan depresi mayor
b. Sensitivitas laktat
c. Kembar monozigot 5 x > dizigot
d. Sindrom kromosom 13 terkait dengan gangguan panik, sakit kepala berat,
hipotiroid
2. Status nutrisi :
a. BB kurang (terlalu kurus) atau lebih dari BB ideal (overweight)
3. Kondisi kesehatan secara umum : memiliki riwayat penyakit fisik
a. Riwayat penyakit kanker (semua jenis kanker)
b. Riwayat gangguan pada paru-paru : (seperti ada pada penyakit paru
obstruksif kronik, oedema paru, sumbatan jalan nafas, asma, embolus)
c. Riwayat gangguan jantung (Penyakit jantung bawaan atau demam rhematik,
riwayat serangan jantung, dan hipertensi, kondisi arteriosclerosis)
d. Riwayat penyakit endokrin (Hipertiroid, hipoglikemi, hipotiroid,
premenstrual sindrom, menopause)
e. Riwayat penyakit neurologis (Epilepsi, Huntington’s disease, Multiple
Sclerosis, Organic Brain Syndrome)
f. Riwayat penyakit gastrointestinal : Gastritis, Ulkus Peptik, CH
g. Riwayat penyakit integumen : Herpes, Varisela, Eskoriasis
h. Riwayat penyakit muskuloskletal : Fraktur dengan Amputasi,
i. Riwayat penyakit reproduksi : Impoten, Frigid, Infertil,
j. Riwayat penyakit kelamin : Gonorhoe, Sipilis
k. Riwayat penyakit imunologi : HIV/AIDS, Sindrom Steven Johnson

10
4. Riwayat penggunaan zat
a. Intoksikasi : obat antikolinergik, aspirin, kafein, kokain, halusinogen
termasuk phenchiclidine, steroid dan simpatomimetik
5. Riwayat putus zat : alkohol, narkotik, sedatif-hipnotik
6. Sensitivitas biologi :
a. Secara anatomi : gangguan pada sistem limbik, talamus, korteks frontal.
b. Sistem neurokimia: GABA (Gama Amino Butiric Acid) defisiensi relatif atau
ketidakseimbangan GABA, Norepinephrin: terlalu aktif atau kurang aktif di
bagian otak yang berkaitan dengan ansietas, Serotonin: kekurangan atau
ketidakseimbangan
7. Paparan terhadap racun
B. Psikologis
1. Intelegensia
a. Retardasi mental ringan IQ 50-70
b. Retardasi mental sedang IQ 35-50
c. Kadang-kadang tidak mampu membuat penilaian dan keputusan
d. Kadang-kadang tidak mampu berkonsentrasi
2. Kemampuan verbal
a. Adanya gangguan sensori penglihatan dan pendengaran:
- buta - tuli
b. Adanya kerusakan area motorik bicara :
- pelo - gagap
c. Adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga dan teman :
- perbedaan budaya - lokasi tempat tinggal yang terisolasi
d. Proses pengobatan yang menyebabkan gangguan bicara : ICU, NGT, ETT,
trakeostomi
3. Kepribadian
ambang, histrionik, narsisistik, menghindar, dependen, obsesif kompulsif/
kepribadian pencemas
4. Pengalaman masa lalu
Pengalaman yang tidak menyenangkan :

11
- di keluarga : masa kecil yang kacau, berpisah dengan orang tua
pada usia awal/ dini, proses imitasi dan identifikasi diri terhadap kedua
orang tua
- di tempat kerja : mutasi, PHK, pensiun, turun jabatan, konflik di tempat
kerja
- di sekolah : tinggal kelas, tidak lulus, sering pindah sekolah
- di masyarakat
Riwayat pasca trauma yang buruk (pengalaman berperang, perkosaan,
kecelakaan yang serius, deprivasi atau penyiksaan yang buruk)
5. Konsep diri
a. Gambaran diri:
- tidak menyukai tubuhnya
- merasa tidak sempurna
- ketidak puasan terhadap ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan
potensi yang dimiliki
b. Identitas diri
- kerancuan identitas
c. Peran
- konflik peran
- peran ganda
- ketidak mampuan menjalankan peran
- tuntutan peran tidak sesuai usia
d. Ideal diri
- ideal diri tidak realistis
- ideal diri terlalu rendah
- ambisius
e. Harga diri
- harga diri rendah situasional
6. Motivasi
- motivasi rendah
7. Pertahanan psikologis
- self kontrol (kadang tidak mampu menahan diri terhadap dorongan yang

12
kurang positif)
- menurut pandangan Psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan super ego
C. Sosial Budaya
1. Usia : remaja, dewasa awal
2. Gender : wanita : pria = 2 : 1
3. Pendidikan : kurang/ rendah
4. Pendapatan : kurang/ rendah
5. Pekerjaan : tidak tetap, tidak punya pekerjan, tidak mandiri dalam ekonomi, beban
kerja yang terlalu tinggi
6. Status sosial : belum bisa memisahkan diri dari autokritas keluarga
7. Latar belakang budaya : budaya yang individualis, nilai budaya yang bertentangan
dengan nilai kesehatan dan nilai dirinya
8. Agama dan keyakinan : semua agama, kurang mengamalkan ajaran agama dan
keyakinannya/mempunyai religi dan nilai agama yang buruk
9. Keikutsertaan dalam politik : pengurus partai politik, post power syndrome
10. Pengalaman sosial : adanya perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan orang yang
dicintai, lingkungan sosial yang rawan bencana, kriminalitas, kadang tidak mampu
berhubungan secara intim dengan lawan jenis
11. Peran sosial : gagal melaksanakan peran sosial
12. Keluarga : proses imitasi dan identifikasi diri terhadap kedua orang tua

II. Faktor Presipitasi


1. Nature
Faktor-faktor biologis;
1) Status nutrisi : BB kurang (terlalu kurus) atau lebih dari BB ideal (overweight)
2) Kondisi kesehatan secara umum : memiliki sakit fisik (kehilangan salah satu bgn
tubuh, kehilangan fungsi tubuh)
3) Sensitivitas biologi :
secara anatomi : gangguan pada sistem limbik, talamus, korteks frontal

13
sistem neurokimia : GABA (Gama Amino Butiric Acid), norepinephrIn,
serotonin
4) Paparan terhadap racun
Faktor-faktor psikologis
1) Intelegensia
a) Retardasi mental ringan IQ 50-70
b) Retardasi mental sedang IQ 35-50
c) Kadang-kadang tidak mampu membuat penilaian dan keputusan
d) Kadang-kadang tidak mampu berkonsentrasi
2) Kemampuan verbal
adanya gangguan sensori penglihatan dan pendengaran:
-buta -tuli
adanya kerusakan area motorik bicara :
-pelo - gagap
adanya pembatasan kontak sosial dengan keluarga dan teman :
perbedaan budaya,
lokasi tempat tinggal yang terisolasi
proses pengobatan : ICU, NGT, ETT, Trakeostomi
3) Moral
Konflik dengan norma atau peraturan di masyarakat, tempat kerja pelanggaran norma
dan nilai di masyarakat terlibat masalah hukum
4) Kepribadian :
ambang, histrionik, narsisistik, menghindar, dependen, obsesif kompulsif/
kepribadian pencemas
5) Pengalaman yang tidak menyenangkan (korban perkosaan, kehilangan pekerjaan/
pensiun, kehilangan sesuatu/ orang yang dicintai, saksi kejadian traumatis,
ketegangan peran, kekerasan, penculikan, perampokan, kehamilan di luar nikah,
perselingkuhan)
6) Konsep diri
Gambaran diri:
- tidak menyukai tubuhnya
- merasa tidak sempurna

14
- ketidak puasan terhadap ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan
potensi yang dimiliki
Identitas diri
- kerancuan identitas
Peran
- konflik peran
- peran ganda
- ketidak mampuan menjalankan peran
- tuntutan peran tidak sesuai usia
Ideal diri
- ideal diri tidak realistis
- ideal diri terlalu rendah
- ambisius
Harga diri
- harga diri rendah situasional
7) Motivasi
- motivasi rendah
8) Pertahanan psikologis
- self kontrol
D. Faktor sosial budaya
1) Usia : remaja, dewasa awal
2) Gender : wanita : pria = 2 : 1
3) Pendidikan : kurang/ rendah
4) Pendapatan : kurang/ rendah
5) Pekerjaan : tidak tetap, tidak punya pekerjan, beban kerja yang terlalu tinggi
6) Status sosial : menengah ke bawah
7) Latar belakang budaya : budaya yang individualis
8) Agama dan keyakinan : semua agama, kurang mengamalkan ajaran agama dan
keyakinannya
9) Keikutsertaan dalam politik : pengurus partai politik, post power syndrome

15
10) Pengalaman sosial : berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan orang yang
dicintai, lingkungan sosial yang rawan kriminalitas, bencana alam, peperangan/
konflik, kecelakaan)
11) Peran sosial : gagal melaksanakan peran sosial, gagal membentuk keluarga baru,
belum menikah
2. Origin
a. Internal:
1) Persepsi Individu yang buruk tentang dirinya dan orang lain
b. Eksternal
1) Kurang dukungan kelompok/ peer group
2) Kurang dukungan keluarga
3) Kurang dukungan masyarakat
3. Timing
a. Stres terjadi dalam waktu dekat
b. Stres terjadi dalam waktu yang cukup lama
c. Stres terjadi secara berulang-ulang/ terus menerus
4. Number
a. Sumber stres lebih dari satu (semua stressor yang ada selama usia tumbang)
b. Stres dirasakan sebagai masalah yang sangat berat

III. Fisiologik
Sistem Tubuh Respons
 Kardiovaskuler • Palpitasi, Jantung berdebar, Tekanan darah meningkat
dan denyut nadi menurun, Rasa mau pingsan dan pada
akhirnya pingsan.
 Pernafasan • Napas Cepat, Pernapasan dangkal, Rasa tertekan pada
dada, Pembengkakan pada tenggorok, Rasa tercekik,
Terengah-engah.
 Neuromuskular • Peningkatan reflek, Reaksi kejutan, Insomnia,
Ketakutan, Gelisah, Wajah tegang, Kelemahan secara
umum, Gerakan lambat, Gerakan yang janggal.

16
 Gastrointestinal • Kehilangan nafsu makan, Menolak makan, Perasaan
dangkal, Rasa tidak nyaman pada abdominal, Rasa
terbakar pada jantung, Nausea, Diare.
 Perkemihan • Tidak dapat menahan kencing, Sering kencing.
 Kulit • Rasa terbakar pada mukosa, Berkeringat banyak pada
telapak tangan, Gatal-gatal, Perasaan panas atau dingin
pada kulit, Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.
Respon perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.
Sistem Respons
 Perilaku • Gelisah, Ketegangan fisik, Tremor, Gugup, Bicara cepat,
Tidak ada koordinasi, Kecenderungan untuk celaka,
Menarik diri, Menghindar, Terhambat melakukan
aktifitas.
 Kognitif • Gangguan perhatiaan, Konsentrasi hilang, Pelupa, Salah
tafsir, Adanya bloking pada pikiran, Menurunnya lahan
persepsi, Kreatif dan produktif menurun, Bingung,
Khawatir yang berlebihan, Hilang menilai objektifitas,
Takut akan kehilangan kendali, Takut yang berlebihan.
 Afektif • Mudah terganggu, Tidak sabar, Gelisah, Tegang,
Nerveus, Ketakutan, Alarm, Tremor, Gugup, Gelisah.
IV. Sumber Koping
a. Personal ability
1) Kurang komunikatif
2) Hubungan interpersonal yang kurang baik
3) Kurang memiliki kecerdasan dan bakat tertentu
4) Mengalami gangguan fisik
5) Perawatan diri yang kurang baik
6) Tidak kreatif
b. Sosial Support
1) Hubungan yang kurang baik antar : indiv, keluarga , kelp dan masyarakat
2) Kurang terlibat dalam organisasi sosial/ kelompok sebaya
3) Ada konflik nlai budaya

17
c. Material Assets
1) Kurang memilki penghasilan secara individu.
2) Sulit mendapat pelayanan kesehatan
3) Tidak memiliki pekerjaan/ vokasi/ posisi
d. Positive beliefs
1) Tidak mempunyai keyakinan dan nilai yang positif
2) Kurang memiliki motivasi
3) Kurang berorientasi kesehatan pada
4) pencegahan (lebih senang melakukan pengobatan )
V. Mekanisme Koping (Penanganan Masalah)
Setiap individu mempunyai pengalaman dalam menggunakan mekanisme koping.
Ada 2 mekanisme koping yang dapat dikategorikan untuk mengatasi ansietas :
i. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction) Adalah pemecahan
masalah secara sadar yang digunakan untuk mananggulangi ancaman stressor
yang ada secara realistis yaitu:
1) Perilaku Menyerang (Agresif)
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi
kebutuhan.
2) Perilaku Menarik Diri
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik
maupun psychologis.
3) Perilaku Kompromi
Digunakan untuk merubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
ii. Mekanisme Pertahanan Ego (Ego Oriented Reaction) Mekanisme pertahanan Ego
membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang digunakan untuk
melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan
keseimbangan.
1) Kompensasi : proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri
dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan : menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas tersebut.
Mekanisne pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitive

18
3) Pemindahan (Displacement) : pengalihan emosi yang semula ditunjukkan pada
seseorang/benda tertentu yang biasanya netral/atau kurang mengancam
tarhadap dirinya
4) Disosiasi : pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran
dan identitasnya
5) Identifikasi (Identification) : proses dimana seseorang mencoba menjadi orang
yang dia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan
seleraorang tersebut
6) Intelektualisasi (Intelectualization) : penggunaan logika dan alasan yang
berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya
7) Introjeksi (Introjection) : suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang
mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok
kedalam struktur egonya sendiri, berupa hati nurani
8) Isolasi : pemisahan unsure emosional dari suatu pikiran yang mengganggu
dapat bersifat sementara atau berjangka lama
9) Proyeksi : pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang
lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat
ditoleransi
10) Rasionalisasi : mengemukakan alasan yang tampak logis dan dapat diterima
masyarakat untuk membenarkan impuls, perasaan, perilaku dan motif yang
tidak dapat diterima
11) Reaksi formasi : pengembangan sikap dan pola perilaku yang disadari, yang
bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau yang ia ingin lakukan
12) Regresi : kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan cirri khas
dari sueta taraf perkembangan yang lebih dini
13) Represi : pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran , impuls atau
ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang
primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego lainnya
14) Pemisahan (Splitting) : sikap mengelompokkan orang dianggap semuanya baik
atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan
negative didalam diri seseorang

19
15) Sublimasi : penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya
secara normal
16) Supresi : suatu proses yang digoloongkan sebagai mekanisme peratahanan
tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan
yang disengaja tentang sesuatu dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat
mengarah pada represi yang berikutnya
17) Undoing : tindakan atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme pertahanan
primitive

b. Diagnosa Keperawatan
Perumusan diagnosis keperawatan mangharuskan perawat untuk menetukan
kualitas (kesesuaian) respon pasien, kuantitas (tingkat) ansietas pasien, dan sifat
adptif atau maladaptif mekanisme koping yang digunakan.
Suatu pengkajian keperawatan yang lengkap harus menccakup semua respons
maladaptif pasien. Banyak masalah keperawatan tambahan akan teridentifikasi pada
saat ansietas pasien mempengaruhi area lain secara timbal balik.
Diagnose keperawatan NANDA yang utam dan berhubungan dengan respon
ansietas, sebagai berikut :
1. Ansietas
2. Ketidakefektifan koping
3. Ketakutan

c. Intervensi
Tindakan keperawatan dengan ansietas berat dan panic.
Tujuan umum :
Klien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan
Tujuan khusus :
Klien mampu :
 Membina hubungan saling percaya
 Melakukan aktifitas sehari-hari

20
 Mengidentifikasi dan mengekspresikan tentang ansietasnya
 Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas
 Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya
 Klien terlindung dari bahaya
Tindakan keperawatan pada klien tingkat ansietas berat sampai panic
Prinsip Rasional Tindakan Keperawatan
Membian hubungan Mengurangi ancaman yang  Dengarkan klien
saling percaya dapat ditimbulkan oleh perawat  Dukung klien mendiskusikan
pada klien dengan ansietas perasannya
berat  Jawab pertanyaan klien secara
langsung
 Tunjukkan sikap menerima klien
tanpa pamrih
 Hargai pribadi klien
Menyadari dan Ansietas harus  Bersikap terbuka sesuai dengan
mengontrol perasaan dikomunikasikan secara perasaan
sendiri interpersonal, apabila perawat  Terima perasaan positif maupun
dalam kondisi ansietas maka negatif termasuk perkembangan
hubungan terapeutik tidak akan ansietasnya
tercapai  Pahami perasaan anda dengan cara
yang terapeutik
Mengidentifikasi Perilaku klien mungkin dapat  Tunjukkan sikap yang tenang
situasi yang dapat dimodifikasi dengan merubah  Ciptakan situasi dan lingkungan
menimbulkan ansietas interaksi klien dengan yang tenang
pada klien lingkungannya  Batasi interaksi klien lain untuk
mengurangi rangsangan-
rangsangan yang dapat
menimbulkan ansietas
 Identifikasi dan modifikasi situasi
yang menyebabkan klien ansietas
 Berikan bantuan terapi fisik seperti
mandi hangat atau massage
Menganjurkan klien Dengan memberikan dorongan  Beri aktifitas yang bersifat
melakukan untuk melakukan kegiatan- mendukung dan menguatkan
kegiatan/aktifitas kegiatan luar perilaku sosial yang produktif
sehari-hari yang telah  Beri klien latihan fisik sesuai
dijadwalkan dengan bakat klien
 Rencanakan jadwal aktivitas yang
dapat dilaksanakan sehari-hari
 Libatkan anggota keluarga dan
system pendukukung lainnya
sebanyak mungkin

21
Tingkatkan kesehatan Hubungan terapeutik  Beri klien pengobatan untuk
fisik dan kesejahteraan memungkinkan klien untuk membantu menurunkan
klien memperhatikan secara ketidaknyamanan klien
langsung kesehatan fisiknya  Amati efek samping obat dan
berinisiatif melakukan pendidikan
kesehatan yang relevan

Tindakan Keperawatan Pada Tingkat Ansietas Sedang


Apabila ansietas klien menurun sampai tingkat ringan atau sedang perawat dapat
meng implementasikan tindakan keperawatan yang berorientasi kepada kesadaran diri
atau redukatif. Tindakan keperawatan ini melibatkan klien dalam proses penyelesaian
masalah.
Tujuan : Membantu klien menyelesaikan masalahnya dan mengatasi stress
Prinsip Rasional Tindakan Keperawatan
Menjalin dan Mengurangi ancaman  Jadilah pendengar yang hangat dan
mempertahankan perawat terhadap klien responsive
hubungan saling  Beri waktu yang cukup pada klien
percaya untuk berespons
 Beri dukungan pada klien untuk
mengekspresikan dirinya
Menyadari dan  Kenali perasaan anda sendiri
mengenal ansietas  Identifikasi pola perilaku klien yang
dapat menimbulkan perasaan negatif
akibat pendekatan anda
 Bersama klien menggali perilaku yang
maladaptive sehingga klien dapat
belajar dan berkembang
Membantu klien Untuk menggunakan  Bantu klien untuk mengidentifikasi dan
untuk mengenal respons koping yang baru, menguraikan perasaannya
ansietasnya klien pertama-tama perlu  Kaitkan perilaku klien dengan
menyadari perasaannya perasaannya
 Validasi kesimpulan dan asumsi klien
 Gunakan konfrontasi yang suportif
Memperluas Ketika klien telah mengenali  Bantu klien menjelaskan situasi dan
kesadaran klien perasaan ansietas, perawat interaksi yang mendahului ansietas
terhadap harus membantu klien  Bersama klien meninjau kembali
perkembangan memahami penilaian klien terhadap stressor yang
ansietas perkembangannya termasuk dirasakan mengancam dan
stressor pencetus, penilaian menimbulkan konflik
terhadap stressor dan  Ketika pengalaman sekarang dengan
ketersediaan sumber koping pengalaman masa lalu klien yang
relevan
Meningkatkan Klien dapat mengatasi stress  Gunakan teknik relaksasi, untuk
respons relaksasi dengan mengatur tekanan mengurangi tingkat stress klien

22
emosi melalui penggunaan  Ajarkan klien latihan relaksasi untuk
teknik pengelolaan stress. mengingat kontrol dan rasa percaya diri

Rencana pendidikan kesehatan jiwa untuk meningkatkan respons relaksasi klien.


Isi Kegiatan Instruksional Evaluasi
Jalin dan pertahankan Diskusikan perubahan  Klien dapat mengidantifikasi
hubungan saling percaya fisiologis yang berhubungan respon dirinya terhadap ansietas
dengan relaksasi  Klien menguraikan elemen
keadaan rileks
Ajarkan relaksasi otot Sertakan klien dalam prosedur  Seluruh otot klien dapat menjadi
yang mendalam malalui progresif sehingga ketegangan regang dan rileks
latihan relaksasi yang seluruh tubuh menjadi rileks  Klien dapat mengidentifikasi otot
berurutan yang menjadi tegang
Jelaskan prosedur Uraikan elemen-elemen  Klien memilih kata atau
relaksasi dan meditasi dan bantu klien gambaran dengan konotasi yang
komponennya menggunakan teknik relaksasi menyenangkan dan mengikuti
meditasi relaksasi
Bantu mengatasi situasi Bersama klien menyusun  Klien mengidentifikasi situasi
yang menimbulkan hirarki dari situasi yang dapat yang menimbulkan ansietas
ansietas menimbulkan ansietas
Lakukan relaksasi yang Lakukan imajinasi atau realitas  Klien menempatkan dirinya pada
sistematis dengan menggunakan teknik situasi tersebut, sementara dia
relaksasi dalam keadaan rileks
Berikan penggunaan Fasilitas klien bermain peran  Klien menjadi merasa nyaman
secara praktis relaksasi dengan anda tentang situasi dalam situasi yang aman dan
dalam lingkungan yang yang dapat menimbulkan stress mendukung
aman

Intervensi Spesialis
1. Terapi individu : Deep Breathing, Relaksasi Progresif, Meditasi, Visualisasi,
Penghentian Pikiran
2. Terapi keluarga : Triangle Terapi, Terapi Komunikasi
3. Terapi kelompok : Logoterapi, Terapi Supportif
4. Terapi komunitas : Psikoedukasi

23
Daftar Pustaka

Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.

Videbecek, S. L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai