Anda di halaman 1dari 40

PERBEDAAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA

PESERTA DIDIK YANG MENGGUNAKAN MODEL


PEMBELAJARAN INKUIRI TERSTRUKTUR DENGAN
PESERTA DIDIK YANG MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA KONSEP
STRUKTUR DAN FUNGSI TUBUH TUMBUHAN

Proposal Penelitian
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Individu Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu: Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd

Disusun Oleh:
FIRDHA AULIA
11140161000010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek yang paling penting dalam suatu negara, karena
melalui pendidikan tercipta subjek-subjek (manusia) yang mampu mengembangkan
negaranya, seperti berpikir kritis, kreatif, dan mampu menyelesaikan masalah. Hal ini senada
dengan definisi pendidikan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan yang menyatakan bahwa, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.”1
Jika suatu negara pendidikannya lemah atau buruk dapat dikatakan bahwa negara
tersebut sulit untuk berkembang bahkan dapat dikatakan negara yang lemah. Sebaliknya, jika
negara tersebut memiliki pendidikan yang baik maka negara tersebut dapat berkembang dan
menjadi negara yang kuat.
Hal tersebut tercermin dalam Undang-Undang Republik Indonesia yang merupakan
dasar pendidikan nasional yang menyebutkan bahwa,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.”2

Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem


pendidikan dengan berpedoman pada suatu kurikulum.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu muatan kurikulum yang wajib
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. IPA
merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
bukan hanya penguasaan fakta, konsep, maupun prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan.3 Pembelajaran IPA tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga
memperhatikan bagaimana proses mendapatkan informasi melalui pengembangan

1
Tim Penyusun, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Indonesia), hlm.2.
2
Ibid., hlm.3.
3
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 153.

1
kemampuan lain, seperti kemampuan menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar
dengan selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,
menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan
atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-
gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.
Namun, saat ini kecenderungan pembelajaran IPA hanya sebagai produk, dan peserta
didik hanya menghapal teori-teori saja. Hal ini diperparah dengan adanya anggapan bahwa
IPA merupakan pelajaran yang sulit sehingga menurunkan motivasi belajar peserta didik.
Selain itu, pembelajaran IPA yang diterapkan di lapangan cenderung berorientasi pada nilai,
padahal hakikat IPA meliputi empat unsur utama, yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi.4
Melalui pembelajaran IPA dapat dibangun berbagai keterampilan berpikir tingkat
tinggi. Adapun kekuatan pembelajaran IPA untuk membangun kemampuan berpikir peserta
didik terletak pada kemampuan merumuskan hipotesis, yang mengacu dikembangkannya
berbagai kemampuan berpikir peserta didik. 5 Kemampuan berpikir tersebut kurang dapat
dikembangkan pada pembelajaran IPA tanpa melalui kegiatan eksperimen atau percobaan,
seperti pembelajaran IPA yang ditemukan di sekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya.
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa masih banyak guru yang enggan
melakukan praktikum karena dianggap menyita waktu dan tenaga. Peserta didik sekolah
menengah mengalami kesulitan dalam mempelajari beberapa konsep biologi disebabkan
konsep tersebut dipandang abstrak oleh peserta didik. Hasil penelitian tentang praktik
pembelajaran IPA di beberapa kota menunjukkan bahwa kegiatan praktikum yang telah
dilaksanakan ternyata kurang menggugah proses berpikir pada peserta didik.6
Dalam proses pembelajaran IPA dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat dan
mampu mengembangkan keterampilan proses sains pada peserta didik, salah satunya adalah
metode eksperimen yang terangkum dalam model pembelajaran inkuiri. Menurut hasil
penelitian Burak Feyzioglu bahwa terdapat hubungan yang positif antara keterampilan proses
sains dengan kegiatan praktikum.7 Metode eksperimen atau percobaan merupakan metode
mengajar yang menerapkan praktek langsung untuk menguji atau membuktikan suatu konsep.
Metode eksperimen ini merupakan salah satu kegiatan pada model pembelajaran inkuiri.
Inkuiri merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
4
Ibid., hlm.154.
5
Susuwi, et al., Analisis Keterampilan Proses Sains SMA Pada Model Pembelajaran Praktikum D-Ei-Hd, Jurnal Pengajaran MIPA Vol.14,
2009, hlm.3.
6
Nuryany Rustaman, Strategi Pembelajaran Biologi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm.98.
7
Burak Feyzioglu, “An Invvestigation of the Relationship between Science Process Skill with Effienct Laboratory Use and Science
Achievement in Chemistry Education”, Journal of Turkish Science Education, 2009, hlm.1.
2
untuk mengkonstruks sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif. Aktivitas
aktif yang dimaksud adalah peserta didik melakukan eksperimen atau percobaan.
Menurut Alan Colburn dikutip oleh Zulfiani, model inkuiri dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu Structured Inquiry (Inkuiri Terstruktur), Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing), dan
Open Inquiry (Inkuiri Terbuka).8 Berdasarkan hasil observasi penulis terhadap penerapan
model inkuiri untuk siswa tingkat SMP/MTs, inkuiri terstruktur dan inkuiri terbimbing yang
banyak digunakan sebagai model pembelajaran. Selain model pembalajaran, bahan ajar juga
menjadi pertimbangan yang penting untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Dalam pembelajaran konvensioanal, sering guru menentukan buku teks sebagai satu-satunya
bahan ajar.9 Model pembelajaran inkuiri membutuhkan bahan ajar untuk mendukung
tercapainya tujuan pembelajaran, yaitu Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Perbedaan
model inkuiri yang diterapkan menyebabkan perbedaan LKPD yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran.
Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan merupakan salah satu konsep IPA khususnya
biologi yang memerlukan proses penemuan dalam mempelajarinya. Hal ini tercantum dalam
kompetensi inti, kompetensi dasar pada konsep struktur dan fungsi tubuh tumbuhan ini
menekankan peserta didik untuk menganalisis keterakitan struktur jaringan tumbuhan dan
fungsinya melalui pengamatan.10 Namun pada kenyataanya banyak guru yang
mengabaikannya, hanya menerapkan metode ceramah. Oleh karena itu, model pembelajaran
yang tepat pada materi struktur dan fungsi tubuh tumbuhan ini adalah inkuiri. Praktikum
mengenai struktur dan fungsi tubuh tumbuhan dipandang sangat sesuai dengan kurikulum
dan materi pelajaran di kelas, namun kurang layak untuk dikerjakan peserta didik secara
perorangan karena adanya peralatan dan bahan di sekolah, kapasitas laboratorium, guru
pembimbing, dan waktu yang tersedia.11 Melalui pembelajaran struktur dan fungsi tubuh
tumbuhan ini mampu melatih dan mengembangkan keterampilan proses sains peserta didik.
Berdasarkan alasan di atas, penulis melakukan penelitian mengenai pembelajaran
struktur dan fungsi tubuh tumbuhan dengan membedakan model pembelajaran yang
diterapkan yaitu inkuiri terstruktur dengan inkuiri terbimbing, dengan harapan mengetahui
perbedaan keterampilan proses sains yang akan muncul pada peserta didik. Judul dari
penelitian ini adalah “Perbedaan keterampilan proses sains antara peserta didik yang

8
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), hlm.121.
9
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Disain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm.146.
10
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Indonesia), hlm.148.
11
Amalia Sapriati, “Pengembangan Instrumen Penilaian Praktikum Fotosintesis”, Jurnal Pendidikan Lembaga Penelitian Universitas
Terbuka, 2004, hlm.9.
3
menggunakan model pembelajaran inkuiri terstruktur dengan peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada konsep struktur dan fungsi tubuh
tumbuhan”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai
berikut :
1. Motivasi peserta didik untuk belajar IPA biologi masih rendah
2. Kurang tepatnya pemilihan model pembelajaran dalam pelajaran IPA
3. Kurang tepatnya pemilihan bahan ajar yang sesuai guna mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan
4. Banyak guru yang mengabaikan keterampilan proses sains peserta didik di dalam
proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini menjadi terarah, ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi
pada hal-hal sebagai berikut :
1. Materi yang diteliti dibatasi pada konsep struktur dan fungsi tubuh tumbuhan
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah inkuiri terstruktur dengan inkuiri
terbimbing
3. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan peserta didik terhadap
keterampilan proses sains.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas peneliti merumuskan masalah yaitu,
“Apakah keterampilan proses sains peserta didik yang menggunakan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terstruktur lebih tinggi dari pada peserta didik yang menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing?”.

E. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis sebagai
salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran, antara lain :
1. Bagi peneliti: sebagai khasanah pengetahuan dalam membedakan model
pembelajaran inkuiri terstruktur dengan inkuiri terbimbing bagi pemahaman peserta
didik pada konsep struktur dan fungsi tubuh tumbuhan

4
2. Bagi peserta didik: mampu mengembangkan keterampilan proses sains peserta didik
melalui model pembelajaran inkuiri
3. Bagi guru: mendorong guru untuk mengembangkan keterampilan proses peserta
didik melalui model pembelajaran inkuiri.

5
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Keterampilan Proses Sains (KPS)
a. Pengertian Keterampilan Proses Sains
Pembelajaran IPA lebih menekankan peserta didik untuk memahami suatu
konsep atau kejadian alam melalui proses mencari tahu dan berbuat. Keterampilan
peserta didik dalam mencari tahu dan berbuat ini dikenal dengan keterampilan
proses sains atau keterampilan penyelidikan.12
Keterampilan proses sains berkembang pada saat guru memahami hakikat
belajar IPA, yaitu sebagai proses dan produk. IPA merupakan ilmu yang mempelajari
gejala alam yang memerlukan proses untuk memahaminya dan menghasilkan
produk ilmiah.13 Keterampilan proses sains dapat dikembangkan melalui
pengalaman belajar secara langsung atau penemuan sendiri. Penemuan merupakan
kegiatan inti dari pembelajaran inkuiri. Dalam pembelajaran inkuiri peserta didik
akan diasah keterampilan prosesnya, tetapi keterampilan proses tidak dapat
dikembangkan hanya dalam satu kali pembelajaran.
Keterampilan proses melibatkan keterampilan kognitif, manual dan sosial.
Keterampilan kognitif terlibat karena peserta didik menggunakan pikiran dalam
merumuskan masalah atau menarik kesimpulan. Keterampilan manual terlibat
karena peserta didik menggunakan alat dan bahan serta melakukan pengukuran.
Keterampilan sosial terlibat karena peserta didik melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan cara bekerja sama atau berkelompok.14
Keterampilan proses sains merupakan kemampuan mendasar yang dimiliki
oleh para ilmuwan yang kemudian terasah dengan adanya berbagai penyelidikan
untuk menemukan suatu fakta dan konsep.15 Senada dengan Fathiye Karsli dan
Cigdem Sahin, bahwa keterampilan proses sains merupakan bentuk adaptasi dari
keterampilan yang digunakan oleh para ilmuan untuk menyusun pengetahuan,
memecahkan suatu masalah, dan menarik kesimpulan.16

12
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), hlm.48.
13
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hlm.141.
14
Nuryani Y. Rustaman, et al. Strategi Belajar dan Mengajar Biologi, (Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2005), hlm.78.
15
Conny R Semiawan, et al., Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: PT Gramedia, 1992), hlm.17.
16
Fethiye Karsli dan Cigdem Sahin, “Developing Worksheet Based on Science Process Skills:Factors Affecting Solubility”, Asia-Pasific
Forum on Science and Teaching Vol.10, 2009, hlm.2.
6
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses sains
merupakan keterampilan yang dimiliki secara alami oleh manusia meliputi
keterampilan kognitif, manual, dan sosial yang tercerminkan dalam hakikat
pembelajaran IPA yaitu proses dan produk. Melalui pembelajaran IPA, keterampilan
proses sains ini dapat terasah dan berkembang menjadi seorang ilmuwan.
b. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains
Menurut Josephy seperti dikutip oleh Susiwi, dkk., kemampuan- kemampuan
yang dikembangkan dalam kegiatan praktikum, yaitu perencanaan (menuangkan ide-
ide yang dapat diuji dan mendesain penyelidikan), penampilan (memanipulasi,
observasi dan pengumpulan data), interpretasi (pengolahan data, penarikan
kesimpulan dan penerapan konsep), dan komunikasi (melaporkan dan menerima
informasi).17
Keterampilan proses yang dikembangkan dalam kegiatan praktikum
meliputi:
1) Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan keterampilan sains yang
mendasar. Dalam observasi kita dituntut untuk menggunakan seluruh indera,
untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap, dan mencium. Kegiatan yang
berhubungan dengan observasi meliputi penghitungan, pengukuran, klasifikasi
dan hubungan ruang waktu.
2) Pembuatan hipotesis
Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan
suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja ilmiah, seorang ilmuwan
biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen.
3) Perencanaan penelitian
Eksperimen adalah usaha menguji atau mengetes melalui penyelidikan
praktis. Dalam merencanakan penelitian, kita perlu menentukan alat dan bahan
yang akan digunakan, objek yang akan diteliti, faktor atau variable yang perlu
diperhatikan, kriteria keberhasilan, cara dan langkah kerja, serta bagaimana
mencatat dan mengolah data untuk menarik kesimpulan.
4) Pengendalian variabel

17
Susiwi, et al., “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Model Pembelajaran Praktikum D-Ei-Hd”, Jurnal Pengajaran
MIPA Volume 14, 2, 2009, hlm.2.

7
Variabel adalah faktor yang berpengaruh. Pengendalian variabel adalah
suatu aktivitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit seperti
yang dibayangkan.Yang penting adalah bagaimana guru melatih peserta didik
untuk mengontrol dan memperlakukan variabel.
5) Interprestasi data
Interpretasi data artinya menafsirkan data yang sudah didapatkan. Data
yang dikumpulkan melalui observasi, penghitungan, pengukuran, eksperimen,
dapat dicatat atau disajikan dalah bentuk table, grafik, histogram atau diagram.
6) Inferensi
Guru melatih peserta didik dalam menyusun suatu kesimpulan sementara
dalam proses penelitian yang dilakukan. Pertama-tama data dikumpulkan,
kadang-kadang melalui eksperimen terlebih dahulu, lalu dibuat kesimpulan
sementara berdasarkan informasi yang dimiliki sampai suatu waktu tertentu.
Kesimpulan tersebut bukan merupakan kesimpulan sementara yang dapat
diterima sampai pada saat itu.
7) Peramalan
Para ilmuwan sering membuat ramalan atau prediksi berdasarkan hasil
observasi, pengukuran, atau penelitian yang memperlihatkan kecenderungan
gejala tertentu.
8) Aplikasi
Guru melatih peserta didik untuk menerapkan konsep yang telah
dikuasai untuk memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu peristiwa
baru dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki.
9) Komunikasi
Setelah menemukan hasil penelitian, kita dituntut untuk
menyampaikannya kepada orang lain. Bentuk komunikasinya berupa laporan
penelitian, membuat paper, jurnal atau dapat dikomunikasikan secara lisan.18
Menurut Nuryani Rustaman, aspek-aspek keterampilan proses sains terdiri
dari observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi, mengajukan pertanyaan,
berhipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, menerapkan
konsep, berkomunikasi, dan melaksanakan percobaan.19

18
Semiawan, op. cit., hlm.17-33.
19
Rustaman, op. cit., hlm.86-87.

8
Dalam penelitian ini aspek KPS yang diamati oleh peneliti adalah observasi,
membuat hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan,
interpretasi, menerapkan konsep, dan berkomunikasi. Pemilihan aspek ini
berdasarkan kesesuaian kemungkinan munculnya KPS dengan kegiatan praktikum.
c. Peranan Keterampilan Proses Sains
Trianto menyebutkan beberapa peranan keterampilan proses sehingga perlu
dilatih dalam pengajaran IPA adalah sebagai berikut:20
1) Membantu peserta didik belajar mengembangkan pikirannya

2) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penemuan

3) Meningkatkan daya ingat

4) Memberikan kepuasan intrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu

5) Membantu peserta didik mempelajari konsep­konsep sains
Secara umum peran guru terutama berkaitan dengan pengalaman mereka
membantu peserta didik mengembangkan keterampilan proses sains. Menurut
Hallen seperti dikutip oleh Nuryani sedikitnya terdapat lima aspek yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam berperan mengembangkan keterampilan proses sains.
1) Memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses dalam
melakukan eksplorasi materi dan fenomena.
2) Memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dan
diskusi kelas.
3) Mendengarkan pembicaraan peserta didik dan mempelajari produk mereka
untuk menemukan proses yang diperlukan untuk membentuk gagasan
mereka.
4) Mendorong peserta didik mengulas (review) secara kritis tentang bagaimana
kegiatan mereka telah dilakukan.
5) Memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan keterampilan,
khususnya ketepatan dalam observasi dan pengukuran misalnya, atau teknik-
teknik yang perlu rinci dikembangkan dalam berkomunikasi.21
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa keterampilan proses sains ini
merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh para ilmuwan, sehingga dengan
melatih keterampilan proses sains ini pada peserta didik dapat menciptakan peserta
didik yang kritis, terampil, kreatif dan inovatif.

20
Trianto, op. cit., hlm.148.
21
Rustaman, op.cit., hlm.82.

9
d. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya
Untuk mempermudah dalam membuat instrumen, diperlukan indikator pada
setiap aspek keterampilan proses sains, yaitu:
1) Observasi
a) Menggunakan sebanyak mungkin indera
b) Mengumpulkan atau menggunakan fakta yang relevan
2) Klasifikasi
a) Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
b) Mencari perbedaan dan persamaan
c) Mengontraskan ciri-ciri
d) Membandingkan
e) Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan
f) Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
3) Menafsirkan/Interpretasi
a) Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
b) Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan
c) Menyimpulkan
4) Meramalkan/Prediksi
a) Menggunakan pola-pola hasil pengamatan
b) Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum
diamati
5) Mengajukan Pertanyaan
a) Bertanya apa, bagaimana dan mengapa
b) Bertanya untuk meminta penjelasan
c) Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis
6) Berhipotesis
a) Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari
suatu kejadian
b) Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan
memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan
masalah
7) Merencanakan Percobaan
a) Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan
10
b) Menentukan variabel/faktor penentu
c) Menentukan apa yang akan diukur, diamati dan dicatat
d) Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja
8) Menggunakan Alat/Bahan
a) Memakai alat/bahan
b) Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan
c) Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan
9) Menerapkan Konsep
a) Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru
b) Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa
yang sedang terjadi
10) Berkomunikasi
a) Mengubah bentuk penyajian
b) Menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan
grafik atau tabel atau diagram
c) Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis
d) Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian
e) Membaca grafik, tabel atau diagram
f) Mendiskusikan hasil kegiatan, suatu masalah atau suatu peristiwa
11) Melaksanakan percobaan/eksperimentasi
a) Mengumpulkan data melalui percobaan
b) Membuat pola-pola berdasarkan hasil percobaan.22
e. Pengukuran Keterampilan Proses Sains
Pengukuran keterampilan proses sains tidak seperti pengukuran pengetahuan
konsep pada umumnya. Untuk mengevaluasi keterampilan proses perlu adanya
kajian mengenai karakteristik butir soal keterampilan proses sains, penyusunan butir
soal keterampilan proses sains, dan pemberian skor butir soal keterampilan proses
sains.
Secara umum butir soal keterampilan proses harus mengandung beberapa
karakteristik, yaitu konsep yang sudah dipelajari peserta didik, informasi yang harus
diolah oleh peserta didik (gambar, grafik, diagram atau data dalam tabel), dan satu
soal hanya mengandung satu aspek saja. Secara khusus satiap butir soal
22
Ibid., hlm. 86-87.

11
keterampilan proses harus mengandung satu aspek keterampilan proses sains yang
akan diukur.
1) Observasi
Soal pada keterampilan ini harus dari objek atau peristiwa
sesungguhnya.
2) Interpretasi
Soal menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola yang harus
diinterpretasikan.
3) Klasifikasi
Soal memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari atau
menemukan persamaan dan perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk
melakukan pengelompokan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus
terbentuk.
4) Prediksi
Soal harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan
dugaan atau ramalan.
5) Berkomunikasi
Soal harus ada suatu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk
penyajian lainnya, misalnya bentuk tabel ke bentuk grafik.
6) Berhipotesis
Soal mengandung pernyataan atau cara kerja untuk menguji atau
membuktikan suatu kejadian, sehingga memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk merumuskan dugaan atau jawaban sementara.
7) Merencanakan percobaan atau penyelidikan
Soal memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengusulkan
gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang
harus ditempuh dan menentukan variabel.
8) Menerapkan konsep atau prinsip
Soal memuat konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan
nama konsepnya.
9) Mengajukan pertanyaan
Soal harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, tidak biasa atau
kontradiktif agar peserta didik termotivasi untuk bertanya.23
23
Ibid, hlm. 163.

12
Penyusunan butir soal keterampilan proses sains menuntut penguasaan dan
pengembangan masing-masing jenis keterampilan proses sainsnya. Pilih salah satu
materi yang dijadikan konteks dalam mengembangkan keterampilan proses sains.
Keterampilan yang akan diukur disajikan dengan sejumlah informasi yang perlu
diolah. Setelah itu siapkan pertanyaan atau perintah yang dimaksudkan untuk
memperoleh respon atau jawaban yang diharapkan.
Dalam penelitian ini, butir soal keterampilan sains yang digunakan dalam
bentuk essay dengan skor yang berbeda-beda setiap aspeknya disesuaikan dengan
tingkatan kognitif dan kesulitan dari setiap aspek keterampilan proses sains.

2. Model Pembelajaran Inkuiri


a. Pengertian Model Inkuiri
Model berarti contoh, acuan atau ragam sesuatu yang akan dibuat atau yang
dihasilkan. Model pembelajaran berarti acuan pembelajaran yang dilaksanakan
berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu secara sistematis.24 Model merupakan
pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.25 Model pembelajaran merupakan pilihan bagi para guru agar proses
belajar mengajar di kelas lebih efektif, efisien, dan mencapai kompetensi yang
diharapkan.
Inkuiri merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. 26 Peserta didik dituntut untuk
mencari dan menemukan konsep materi ajar dengan sendiri melalui kegiatan
penyelidikan.
Inkuiri dapat dikatakan sebagai proses discovery yang digunakan lebih dalam
karena proses inkuiri mengandung proses-proses yang lebih tinggi tingkatannya dan
bersifat student centered.27 Proses yang lebih tinggi tingkatanya seperti merumuskan
masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

24
La Iru dan La Ode Arihi, Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi dan Model- Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi
Presindo, 2012), hlm. 6.
25
Rusman, Model-Model Pembejaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 133.
26
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm.
119.
27
Iru, op. cit., hlm. 14.

13
Inkuiri merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan.28
Menurut Jerome Brumer dalam Trianto, bahwa peserta didik hendaknya
belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
agar peserta didik memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen yang
mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. 29 Belajar
penemuan merupakan cara belajar yang akan memberikan hasil yang terbaik. Selain
itu, dilihat dari segi kepuasan secara emosional, sesuatu hasil menemukan sendiri
nilai kepuasan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemberian. Salah satu model
pembelajaran penemuan ini adalah inkuiri.
Salah satu prinsip dari model pembelajaran inkuiri adalah memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonstruks sendiri pemahamannya
dengan melakukan aktivitas aktif dalam pembelajaran. 30 Aktivitas aktif yang
dimaksud adalah eksperimen. Eksperimen merupakan suatu metode pembelajaran
yang bertujuan untuk menyelidiki dan membuktikan kebenaran suatu teori. Kegiatan
eksperimen ini merupakan bentuk pelatihan bagi peserta didik untuk memecahkan
suatu masalah. Selain itu peserta didik pun dilatih untuk menjadi seorang ilmuan
atau sainstis, sehingga keterampilan proses sains peserta didik pun akan
berkembang.
Hasil penelitian Schlenker dikutip oleh Trianto, bahwa latihan inkuiri dapat
meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan peserta didik
menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.31 Keterampilan
yang dikembangkan dalam pembelajaran inkuiri yaitu merumuskan masalah atau
mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis
data, dan membuat kesimpulan. Semua keterampilan tersebut merupakan bagian
keterampilan proses sains.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model inkuiri
merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik aktif menemukan
pengetahuan atau pemahaman melalui kegiatan praktikum atau eksperimen, materi
yang disajikan biasanya berupa pengujian suatu prinsip. Tujuan utama dari inkuiri
28
Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 191
29
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Surabaya: Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 26.
30
Zulfiani, op.cit., hlm. 119.
31
Trianto, op.cit., hlm. 136.

14
adalah untuk mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, mampu
memecahkan masalah secara ilmiah, dan untuk mengembangkan keterampilan
proses sains peserta didik.
b. Jenis-jenis Model Pembelajaran Inkuiri
Menurut Rustaman, dkk. model pembelajaran inkuiri terbagi atas inkuiri
terpimpin (guided inquiry), dan inkuiri bebas atau terbuka (open-ended inquiry).
Perbedaan kedua jenis inkuiri ini hanyalah pada siapa yang mengajukan pertanyaan
dan tujuan dari pembelajaran dan subjek yang dikenakan model pembelajaran ini.32
Peran guru dalam inkuiri terpimpin adalah membimbing peserta didik dalam
melakukan penyelidikan, sedangkan peran guru dalam inkuiri bebas hanyalah
memfasilitasi peserta didik dalam melakukan penyelidikan.
Menurut Alan Colburn dikutip oleh Zulfiani, pendekatan inkuiri dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu:
1) Structured Inquiry (Inkuiri Terstruktur)
Dalam inkuiri terstruktur, peserta didik akan mengadakan penyelidikan
dan penemuan yang berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang disediakan
guru.
2) Guided Inquiry (Inkuiri Terbimbing)
Meskipun peserta didik melakukan penyelidikan yang berdasarkan pada
pertanyaan yang diajukan guru, tetapi peserta didik yang menentukan prosedur
penyelidikannya.
3) Open Inquiry (Inkuiri Terbuka)
Dalam inkuiri terbuka, peserta didik melakukan penyelidikan
berdasarkan pada pertanyaan dan prosedur yang mereka bentuk.33
Menurut La Iru dan La Ode, inkuiri dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu:
1) Free inquiry
Peserta didik memiliki kebebasan dalam menetapkan tujuan isi dan cara
belajar, guru hanya mengawasi pelaksanaannya.
2) Modified free inquiry

32
Rustaman, Strategi Belajar Mengajar Biologi, op. cit., hlm. 95.
33
Zulfiani, op. cit., hlm. 121.

15
Peserta didik tidak bebas sepenuhnya menetapkan tujuan isi dan cara
belajar, karena dalam beberapa hal peserta didik mendapatkan pengarahan dan
pengawasan dari guru.
3) Guided inquiry
Kebebasan peserta didik semakin berkurang, dengan kata lain peran guru
semakin besar.34
c. Tahapan Pembelajaran Inkuiri
Terdapat lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pendekatan
inkuiri, yaitu merumuskan masalah untuk dipecahkan peserta didik, menetapkan
jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis, peserta didik mencari
informasi, data dan fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau
hipotesis, menarik kesimpulan atau generalisasi, dan mengaplikasikan kesimpulan
atau generalisasi dalam situasi baru.35
d. Karakteristik Inkuiri
Menurut Hinrichsen dan Jarrett dikutip oleh Zulfiaani, terdapat empat
karakter inkuiri, yaitu:36
1) Koneksi: peserta didik mengajukan pertanyaan, observasi, dan diskusi
2) Desain: peserta didik aktif mendiskusikan prosedur, persiapan materi,
menentukan variabel dan melakukan pengukuran
3) Investigasi: peserta didik melakukan melakukan penelitian, dan
mempresentasikan data
4) Membangun pengetahuan: peserta didik mengaplikasikan pemahamannya
pada situasi baru.
Terdapat beberapa kondisi umum yang merupakan syarat agar kegiatan ikuiri
dapat berjalan dengan baik bagi peserta didik, yaitu:
1) Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang peserta didik
berdiskusi
2) Inkuiri berfokus pada hipotesis
3) Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi fakta).37
Adapun dalam sumber lain menyebutkan terdapat enam syarat yang harus
dipenuhi agar pendekatan inkuiri dapat terlaksana, yaitu:
34
Iru, op. cit., hlm. 15.
35
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 197.
36
Zulfiani, op. cit., hlm. 122-123.
37
Trianto, op. cit., hlm. 135.

16
1) Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada
kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang peserta
didik /problematik)
2) Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar peserta didik dan
menciptakan situasi belajar yang menyenangkan
3) Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup
4) Adanya kebebasan peserta didik untuk berpendapat, berkarya, dan berdiskusi
5) Partipasi setiap peserta didik dalam setiap kegiatan belajar
6) Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan peserta
didik.38
e. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri
Terdapat beberapa keunggulan dalam inkuiri atau metode eksperimen ini,
diantaranya adalah:
1) Dapat membuat peserta didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau
buku saja
2) Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang
sains dan teknologi, suatu sikap dari seseorang ilmuwan
3) Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, seperti peserta didik
belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian,
peserta didik terhindar jauh dari verbalisme, memperkaya pengalaman
dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis, mengembangkan sikap
berpikir ilmiah, dan hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi.39
Model inkuiri sering digunakan dalam pembelajaran IPA Biologi, hal ini
didasari dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Model pembelajaran ini khusus dirancang hanya untuk mata pelajaran
biologi dan beberapa hasil penelitian telah terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar
2) Model pembelajaran inkuiri biologi, memiliki prosedur dan langkah-langkah
yang sistematis sehingga mudah diterapkan guru

38
Sagala, loc.cit.
39
Ibid., hlm. 221.

17
3) Model pembelajaran biologi dirancang dengan memandukan ketepatan
strategi pembelajaran dengan cara otak bekerja selama proses pembelajaran.40
Menurut Sahin Pekmez dikutip oleh Burak Feyzioglu menyebutkan alasan
para guru memilih model inkuiri, yaitu:
1) Membantu peserta didik lebih mudah dalam memahami dan belajar
2) Meningkatkan motivasi peserta didik di kelas
3) Meningkatkan kemampuan manual peserta didik
4) Membantu mereka menemukan pengetahuannya sendiri
5) Meningkatkan kemampuan observasi peserta didik
6) Meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
7) Peserta didik belajar bagaimana melakukan eksperimen.41
Selain memiliki keunggulan tersebut, model inkuiri mengandung beberapa
kelemahan sebagai berikut:
1) Pelaksanaan metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan
yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah
2) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena
mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan
kemampuan atau pengendalian
3) Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan
bahan mutakhir.42
Ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode ini,
yaitu:
1) Hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin
dicapai sehingga ia mengatahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab
dengan eksperimen
2) Hendaknya guru untuk memecahkan masalah dalam eksperimen, serta
bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang
perlu dicatat
3) Bila perlu, guru membantu peserta didik untuk memperoleh bahan-bahan
yang diperlukan

40
Made Weda, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 66-67.
41
Burak Feyzioglu, An Investigation of the Relationship between Science Process Skills with Efficient Laboratory Use and Science
Achievement in Chemistry Education, Journal of Turkish Science Education, 3, 2009, hlm. 2.
42
Sagala, loc.cit.

18
4) Guru perlu merangsang peserta didik agar setelah eksperimen berakhir, ia
membanding bandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan
mendiskusikannya bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan.43

3. Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur


a. Pengertian Model Inkuiri Terstruktur
Inkuiri terstruktur merupakan pendekatan dimana guru melibatkan peserta
didik dalam kegiatan hands-on untuk melakukan penyelidikan sesuai dengan
prosedur dan konsep, akan tetapi guru tidak memberitahukan peserta didik alternatif
hasil. Peserta didik menemukan hubungan antara variabel-variabel atau disamping
itu peserta didik menyimpulkan data yang telah dikumpulkan. Inkuiri terstruktur
masih memegang peranan guru dalam menentukan topik, pertanyaan, bahan dan
prosedur. Sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh peserta didik.
Inkuiri terstruktur menuntut peserta didik mengikuti dengan seksama setiap langkah
kerja dalam kegiatan hands-on yang telah disusun oleh guru melalui lembar kerja
peserta didik (LKPD) jenis guided worksheet activity.44
Inkuiri terstruktur merupakan salah satu pendekatan inkuiri dimana guru
menyediakan tujuan, petunjuk dan prosedur kegiatan tetapi tidak memberitahukan
ahsil. Peserta didik diharapkan menemukan sendiri hubungan antar variabel ataupun
menggeneralisasikan data. Menurut Zulfiani dalam tingkatan discovery/structured
inquiry tindakan utama guru adalah mengidentifikasi permasalahan dan proses,
sementara peserta didik mengidentifikasi alternatif hasil.45
Berdasarkan uraian diatas inkuiri terstruktur merupakan salah satu
pendekatan inkuiri yang menyajikan permasalahan, pertanyaan dan prosedur
percobaan untuk menyelesaikan masalah. Masalah dan pertanyaan mendorong
peserta didik melakukan penyelidikan untuk menemukan jawabannya. Kegiatan
pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang diajukan oleh guru,
membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat
kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan
b. Tahapan Model Inkuiri Terstruktur

43
Ibid.
44
Nengsih Juanengsih, Perbandingan Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Terstruktur terhadap peningkatan Penguasaan
Konsep dan Kemampuan Kerja Ilmiah Siswa Kelas X pada Konsep Bioteknologi, (Metamorfosa, Jurnal Pendidikan IPA) Vol.1, hlm.28.
Zulfiani., op.cit., hlm.121.
45

19
Tahap pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terstruktur terdiri dari empat
fase, yaitu penyajian masalah, berhipotesis, melakukan percobaan,
mengkomunikasikan hasil percobaan:46
Tabel 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur
Fase Perilaku Guru
Guru membimbing peserta didik
mengidentifikasi masalah dan masalah
Menyajikan pertanyaan atau masalah
dituliskan di papan tulis. Guru membagi
peserta didik dalam kelompok.
Guru memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk memberikan pendapat dalam
bentuk hipotesis. Guru membimbing peserta
Berhipotesis didik dalam menentukan hipotesis yang
relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis mana yang
menjadi prioritas penyelidikan.
Melakukan percobaan untuk memperoleh Guru membimbing peserta didik
informasi mendapatkan informasi melalui percobaan
Guru memberi kesempatan kepada setiap
Mengkomunikasikan hasil percobaan kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul
Guru membimbing peserta didik dalam
Membuat kesimpulan
membuat kesimpulan

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Inkuiri Terstruktur


Menurut Suryosubroto dalam Henik Ismawati, ada beberapa kelebihan
pembelajaran inkuiri terstruktur, antara lain:
1) Menerapkan pengetahuan dalam situasi yang berbeda
2) Mendapatkan kemampuan untuk belajar dan menerapkan materi pengetahuan
3) Mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sehari-hari
4) Memperoleh dan menganalisa informasi menjadi lebih terampil

46
Sri Anggraeni, Hakikat Pembelajaran IPA, (Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UPI Bandung, 2010), hlm.96.

20
Model pembelajaran inkuiri terstruktur juga memiliki kelemahan,
diantaranya:
1) Diharuskan adanya persiapan mental
2) Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas yang besar, misalnya sebagian
waktu hilang karena membantu peserta didik menemukan teori-teori.
3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan peserta
didik yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara
tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri terstruktur ini.47
4. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
a. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut Alan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu pembelajaran
bersifat investigasi dimana guru hanya memberikan bahan dan permasalahan untuk
diselesaikan. Peserta didik memutuskan sendiri bagaimana cara untuk
menyelesaikan masalah tersebut.48
Menurut Kuhlthau, Maniotes, dan Caspari, inkuiri yang dibimbing oleh guru
agar peserta didik mendapat pemahaman yang mendalam dan pandangan pribadi
melalui berbagai sumber informasi yang luas disebut inkuiri terbimbing (guided
inquiry).49
Melalui kegiatan investigasi yang terdiri dari tahapan kegiatan ilmiah, yaitu
membuat hipotesis, merumuskan masalah, melakukan eksperimen, menganalisis
hasil sampai membuat kesimpulan dan mengkomunikannya, peserta didik dapat
mengkonstruk pengetahuannya melalui kegiatan eksperimen. Hal ini sesuai dengan
Zulfiani bahwa salah satu prinsip utama inkuiri adalah peserta didik dapat
mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam
proses pembelajaran.50
Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa model inkuiri
terbimbing merupakan model pembelajaran yang berfokus dalam mengkonstruk
pengetahuan peserta didik dengan peranan guru memberikan suatu permasalahan
yang kemudian diselesaikan oleh peserta didik melalui kegiatan eksperimen. Model
inkuiri terbimbing lebih menuntut peserta didik untuk aktif dan kritis dari pada

47
Henik Ismawati, “Meningkatkan Aktivitas dan hasil Belajar Sains-Fisika melalui Pembelajaran Inkuiri Terstruktur untuk Sub-Pokok
Bahasan Pemantulan Cahaya”, Skripsi pada FMIPA Universitas Negeri Semarang, 2007.
48
Colburn, op.cit., hlm. 45.
49
Carol C. Kuhlthau, “Guided Inquiry: School Libraries in the 21st Century, School Libraries Worldwide Volume 16, hlm. 18.
50
Zulfiani, op.cit., hlm. 119.

21
model inkuiri terstruktur karena pada model ini peserta didik merancang kegiatan
sendiri dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru.
b. Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Menurut Trianto, tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari
enam fase. Secara ringkas kegiatan guru dan peserta didik selama proses
pembelajaran model inkuiri terbimbing dapat dijabarkan sebagai berikut:51
Tabel 2.2 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Fase Perilaku Guru
Guru membimbing peserta didik
mengidentifikasi masalah dan masalah
Menyajikan pertanyaan atau masalah
dituliskan di papan tulis. Guru membagi
peserta didik dalam kelompok.
Guru memberikan kesempatan pada peserta
didik untuk memberikan pendapat dalam
bentuk hipotesis. Guru membimbing peserta
Membuat hipotesis didik dalam menentukan hipotesis yang
relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis mana yang
menjadi prioritas penyelidikan.
Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menentukan langkah-
langkah yang sesuai dengan hipotesis yang
Merancang percobaan
akan dilakukan. Guru membimbing peserta
didik mennyusun langkah-langkah
percobaan.
Melakukan percobaan untuk memperoleh Guru membimbing peserta didik
informasi mendapatkan informasi melalui percobaan
Guru memberi kesempatan kepada setiap
Mengumpulkan dan menganalisa data kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul
Guru membimbing peserta didik dalam
Membuat kesimpulan
membuat kesimpulan

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Inkuiri Terbimbing

51
Trianto, op.cit., hlm.141.

22
Kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing diantaranya sebagai
berikut:
1) Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor
secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna
2) Dapat member ruang kepada peserta didik untuk belajar sendiri dengan cara
belajar mereka
3) Model ini dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern
yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku dikarenakan
adanya pengalaman
4) Model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan kebutuhan peserta didik
yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinyapeserta didik yang
memiki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh peserta didik
yang mempunyai kemampuan lemah belajar.52
Kekurangan model pembelajaran inkuiri terbimbing secara umum tidak jauh
berbeda dengan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri terstruktur. Namun,
model ini membutuhkan persiapan yang lebih matang sehingga tidak semua guru
dan peserta didik yang mampu menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing.

5. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


a. Pengertian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Menurut Tim Diknas 2004, lembar kegiatan peserta didik (student worksheet)
adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Tugas-tugas yang diberikan peserta didik dapat berupa teoritis maupun praktis.
Tugas teoritis misalnya berupa tugas membaca artikel tertentu, sedangkan tugas
praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan.53
Menurut Andi Praastowo, LKPD merupakan suatu bahan ajar cetak yang
berisi materi, ringkasan, dan tugas yang dikerjakan oleh peserta didik yang mengacu
pada kompetensi dasar yang harus dicapai. 54 LKPD sebaiknya dibuat sendiri oleh
guru karena LKPD ini dapat lebih menarik serta lebih kontekstual dengan situasi dan
kondisi sekolah maupun lingkungan social budaya peserta didik. Senada dengan
Andi Prastowo, Eli Roheti, dkk. menyatakan bahwa LKPD merupakan salah satu
52
Sanjaya, op.cit., hlm.206.
53
Tim Diknas, Panduan Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta: Ditjen Dikdasmenum, 2008), hlm. 13.
54
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), hlm. 204.

23
media pembelajaran yang dapat disusun dan dikembangkan sesuai dengan kondisi
dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi.
Senada dengan Andi Prastowo, Eli Roheti, dkk. menyatakan bahwa LKPD
merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat disusun dan dikembangkan
sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi.55
Hal tersebut dipertegas dalam penelitian yang dilakukan oleh Fatihiye Karsli,
“the worksheet are developed to meet needs in the learning environment and also
used for different puposes according to researchers needs or aims. Worksheet are
also used for teaching science concepts.”56 Lembar kerja peserta didik disusun
menyesuaikan kebutuhan dan tujuan dari praktikum yang akan dilakukan, dan
LKPD dijadikan bahan ajar dalam konsep IPA.
Di dalam buku Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang dikeluarkan
oleh PPPPTK IPA menyebutkan bahwa LKPD IPA harus disesuaikan dengan
pendekatan pembelajaran IPA salah satunya adalah pendekatan keterampilan proses
sains.57 Hal ini bertujuan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan proses
sains peserta didik.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa lembar kerja
peserta didik (LKPD) merupakan bahan ajar cetak yang berisikan materi dan tugas-
tugas yang bertujuan untuk mempermudah peserta didik dalam memahami suatu
konsep tertentu dengan menyesuaikan kondisi pembelajaran baik kondisi peserta
didik maupun lingkungan sekitar sehingga tercapai kompetensi yang diharapkan.
LKPD dalam pembelajaran IPA sering digunakan dalam kegiatan praktikum yang
berisikan petunjuk-petunjuk praktikum serta latihannya. LKPD praktikum mampu
melatih dan mengembangkan keterampilan proses sains peserta didik karena di
dalamnya terdapat petunjuk praktikum yang merupakan tahapan dari pendekatan
keterampilan proses sains.
b. Fungsi dan Tujuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Menurut Andi Prastowo, LKPD merupakan bahan ajar yang penting, hal ini
dikarenakan LKPD memiliki fungsi sebagai berikut:

55
Eli Rohaeti, et. al., Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia SMP Kelas VII, VIII, dan IX, Artikel
Penelitian FMIPA UNY, hlm. 3.
56
Fathiye Karsli dan Cigdem Sahin, op.cit., hlm. 3
57
Poppy Kamalia Devi, dkk., Pengembangan Perangkat Pembelajaran, (Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan IPA, 2009), hlm. 32.

24
1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih
mengaktifkan peserta didik,
2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami
materi yang diberikan,
3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, dan
4) Memudahkan pelaksana kegiatan pengajaran kepada peserta didik.58
Adapun tujuan dari penyusunan LKS menurut Andi Pratowo adalah sebagai
berikut:
1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk berinteraksi
dengan materi yang diberikan,
2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik
terhadap materi yang diberikan,
3) Melatih kemandirian belajar peserta didik, dan
4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada peserta didik.59
c. Penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Menurut Fethiye Karsli dan Cigdem Sahin, terdapat beberapa langkah dalam 
menyusun lembar kerja peserta didik (LKPD), yaitu:

1) Menentukan topik

2) Memilih keterampilan proses sains yang ingin dikembang kepada peserta 
didik

3) Membuat draft lembar kerja peserta didik (LKPD) sebagai persiapan

4) Mengkonsultasikan LKPD yang telah disusun kepada para ahli

5) Merevisi LKPD sesuai dengan saran dari para ahli

6) Mengujicobakan LKPD kepada peserta didik.60
Adapun LKPD yang disusun harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar
menjadi LKPD yang berkualitas baik. Menurut Hendro Darmodjo dan Jenny R.E.
Kaligis dikutip oleh Eli Rohaeti, dkk., syarat-syarat didaktik, konstruksi dan teknis
yang harus terpenuhi antara lain:
1) Syarat didaktik: mengatur tentang penggunaan LKPD yang bersifat universal
dapat digunakan dengan baik untuk peserta didik yang lamban atau yang

58
Prastowo, op.cit., hlm. 205.
59
Ibid., hlm. 206.
60
Karsli, op. cit., hlm. 4.

25
pandai. LKPD lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep dan
yang terpenting dalam LKPD ada variasi stimulus melalui media dan
kegiatan peserta didik
2) Syarat konstruksi : berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan
kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan kejelasan dalam LKPD.
3) Syarat teknis : menekankan pada tulisan, gambar, dan penampilan dalam
LKPD.61
Menurut Eli, dkk., untuk menilai LKS tersebut baik atau tidak terdapat
beberapa kriteria yang terbagi atas 10 aspek, yaitu:
1) Aspek pendekatan penulisan
2) Aspek kebenaran konsep biologi
3) Aspek kedalaman konsep
4) Aspek keluasan konsep
5) Aspek kejelasan kalimat
6) Aspek kebahasaan
7) Aspek penilaian hasil belajar
8) Aspek kegiatan peserta didik/percobaan biologi
9) Aspek keterlaksanaan
10) Aspek penampilan fisik.62
d. Sistematika Penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik
Menurut Germann dikutip oleh Nuryani Rustaman, LKPD hendaknya
mencakup beberapa aspek, yaitu tujuan kegiatan, latar belakang atau dasar teori
praktikum, alat dan bahan, cara kerja, cara perangkaian alat, penafsiran hasil
pengamatan, analisis dan penerapan konsep, dan pembuatan kesimpulan.63
Sistematika LKPD umumnya terdiri dari judul, pengantar, tujuan, alat bahan,
langkah kerja, kolom pengamatan, dan pertanyaan. Berikut penjelasan lengkapnya:
1) Pengantar: berisi uraian singkat mengenai materi pelajaran (konsep-konsep
IPA) yang dicakup dalam praktikum
2) Tujuan: memuat tujuan yang berkaitan dengan permasalahan yang
diungkapkan di pengantar
3) Alat dan bahan: memuat alat dan bahan yang diperlukan pada praktikum
61
Rohaeti, op.cit., hlm. 5.
62
Ibid., hlm. 9.
63
Nuryani Rustaman, Strategi Pembelajaran Biologi, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007), hlm. 28.

26
4) Langkah kegiatan: berisi intruksi untuk melakukan kegiatan praktikum, dapat
berupa langkah kerja yang sistematik ataupun gambar
5) Tabel pengamatan: berisi tabel-tabel untuk mencatat data hasil pengamatan
selama praktikum
6) Pertanyaan: berisikan pertanyaan yang bertujuan untuk mengarahkan peserta
didik memahami konsep yang dikembangkan atau mempeoleh kesimpulan
dari praktikum yang dilaksanakan.64
Menurut Fethiye Karsli dan Cigdem Sahin, dalam LKPD berbasis
keterampilan proses sains terdapat beberapa komponen penting yang harus
tercantum dalam LKPD tersebut, yaitu:
1) Gambar kartun untuk menarik perhatian peserta didik yang berisi informasi
tentang praktikum yang akan dilaksanakan
2) Alat dan bahan yang ditampilkan dalam bentuk gambar sehingga peserta
didik harus menuliskannya. Selain itu, pertanyaan tentang rancangan
percobaan yang akan dilakukan
3) Menuliskan aktivitas peserta didik seperti menurumuskan hipotesis tentang
percobaannya, mengidentifikasi variabel-variabel yang digunakan dalam
percobaan, mengobservasi, mencatat data dalam bentuk tabel dan grafik,
menginterpretasikan grafik, dan membandingkan rumusan hipotesis dengan
hasil percobaan tersebut.65
e. Jenis-jenis Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Menurut Poppy Kamalia, dkk. membagi LKPD menjadi dua jenis, yaitu
LKPD eksperimen dan LKPD non-eksperimen. LKPD untuk eksperimen berupa
lembar kerja yang memuat petunjuk praktikum yang menggunakan alat-alat dan
bahan-bahan. Sedangkan LKPD non-eksperimen berupa lembar kegiatan yang
memuat teks yang menuntun peserta didik melakukan kegiatan diskusi suatu materi
pembelajaran.66
Menurut Andi Prastowo, jenis-jenis LKPD berkaitan dengan maksud dan
tujuan dari LKPD tersebut, berikut lima macam LKPD yang umumnya digunakan
oleh peserta didik:
1) LKPD yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep

64
Devi, loc. cit.
65
Karsli, loc.cit.
66
Devi, loc. cit.

27
2) LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan
berbagai konsep yang telah ditemukan
3) LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar
4) LKPD yang berfungsi sebagai penguatan
5) LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum.67
Dikarenakan LKPD ini sangat merekat dengan model pembelajaran inkuiri,
sebagian berpendapat bahwa LKPD ini terbagi atas LKPD inkuiri terstruktur dan
LKPD inkuiri terbimbing.
Lembar kerja peserta didik (LKPD) terstruktur merupakan LKPD yang
secara rinci menjelaskan kegiatan praktikum yang akan dilaksanakan. LKPD
terstruktur sudah tercantum judul dan tujuan praktikum, alat dan bahan, serta
langkah kerja praktikum. Peserta didik hanya dituntut untuk menuliskan hasil dan
kesimpulan dari kegiatan praktikum.
Isi dari lembar kerja peserta didik (LKPD) terbimbing tidak serinci LKPD
terstruktur. LKPD terbimbing hanya mencantumkan judul dan tujuan praktikum,
serta alat dan bahan, tidak ada penjelasan mengenai langkah kerja praktikum. LKPD
terbimbing menuntut peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan
praktikum terutama dalam merancang percobaan dengan alat dan bahan yang sudah
ditentukan, tetapi peserta didik berhak untuk mendapatkan bimbingan secara lisan
dari guru.
6. Konsep Struktur dan Fungsi Tubuh Tumbuhan
Semua organisme termasuk tumbuhan tersusun atas sejumlah sel. Struktur dan
fungsi sel yang menyusun tumbuhan berbeda-beda. Sel-sel uang mempunyai struktur dan
fungis yang sama membentuk jaringan. Beberapa jaringan tersusun dalam sistem
jaringan. Struktur tumbuhan umumnya terdiri dari akar, batang, daun, buah, dan biji.
Tumbuhan secara umum tersusun atas tiga sistem jaringan utama, yaitu jaringan dasar,
jaringan dermis, dan jaringan pengangkut.
a. Jaringan Dasar
Jaringan dasar terdiri dari iga macam, yaitu parenkim, kolenkim, dan
sklerenkim. Parenkim adalah jaringan yang tersusun atas sel-sel hidup yang
berdinding tipis dan berbentuk kubus. Fungsi sel-sel parenkim, antara lain untuk
fotosintesis, menyimpan makanan dan menutup luka. Jika parenkim adalah jaringan
yang sel-selnya tipis, maka kolenkim sebaliknya, yaitu sel-sel nya tebal. Kolenkim
67
Prastowo, op.cit., hlm. 208-211.

28
adalah jaringan hidup yang memanjang dengan dinding sel lentur dan memiliki
ketebalan yang berbeda-beda. Kolenkim berfungsi mendukung daerah pertumbuhan.
Jaringan yang lain, yaitu sklerenkim. Sklerenkim adalah jaringan yang tersusun atas
dinding sel yang sudah mati yang berfungsi untuk menguatkan dan mendukung
tumbuhan.
b. Jaringan Dermis
Jaringan dermis tersusun atas sel-sel yang melapisi bagian tumbuhan paling
luar yang disebut epidermis. Umumnya, epdermis tertutup oleh lapisan kutikula
yang mengandung lilin. Epidermis berfungsi melindungi tumbuhan, mengurangi
penguapan air, dan mengatur pertukaran udara. Bagian yang terbuka dari epidermis
disebut stomata. Stomata berfungsi untuk mengatur keluar-masuknya udara dari dan
ke dalam tumbuhan.
c. Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkut terdiri dari xilem dan floem. Kedua pembuluh itu
berupa pipa-pipa kecil seperti pipa ledeng yang mengangkut cairan ke atas dan ke
bawah. Xilem tersusun atas sel-sel yang sudah mati dan mengangkut air dan mineral
dari akar ke daun. Sedangkan, floem tersusun atas sel-sel yang hidup. Padda
tumbuhan berbiji tertutup, ujung sel-sel penyusun floem berbentuk seperti ayakan
atau tapi yang saling bersambungan membentuk tabung panjang. Oleh karena itu
floem sering disebut pembuluh tapis ataupembuluh ayak.68

B. Kajian Penelitian Relevan


Penelitian yang dilakukan oleh Naeli Zakiyah dengan judul pengaruh pendekatan
inkuiri terstruktur tehadap keterampilan proses sains peserta didik pada konsep sistem
pernapasan manusia menunjukkan bahwa pendekatan ini dapat meningkatkan keterampilan
proses sains peserta didik di MTs. Yasti 1 Cisaat, Sukabumi, hal ini dibuktikan dengan uji-t
pada taraf signifikansi 5% yang diperoleh hasil thitung 14,74 dan ttabel 1,99 maka thitung > ttabel.69
Penelitian yang dilakukan oleh Sandra Dewi dengan judul pengaruh model
pembelajaran inkuiri terstruktur terhadap keterampilan proses sains peserta didik pada konsep
sistem pencernaan manusia yang menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran

68
Setya Nurachmandani, Ilmu Pengetahuan Alam (Terpadu), (Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional, 2010), hlm.100-
102.
69
Naeli Zakiyah, “Pengaruh Pendekatan Inkuiri Terstruktur Tehadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Sistem Pernapasan
Manusia”. Skripsi pada FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2011, hlm.60, tidak dipublikasikan.
29
tersebut terhadap keterampilan proses sains peserta didik di MTs Tangerang II Pamulang
dengan analisis data posttest diperoleh dari hasil thitung sebesar 24,1509 dan ttabel sebesar 2,02.70
Penelitian yang dilakukan oleh Rulita Purnaningtyas dengan judul pengembangan
lembar kerja peserta didik (LKPD) IPA terpadu berbasis inkuiri terbimbing (guided inquiry)
dengan tema “asyiknya berolahraga dan berkeringat” guna mengembangkan keterampilan
proses sains peserta didik SMP N 1 Klaten menunjukkan bahwa LKPD berbasis terbimbing
mampu meningkatkan keterampilan proses sains pada aspek menggunakan alat-alat
praktikum (15%), menyusun hipotesis (6%), melakukan penyelidikan (5%), dan menarik
kesimpulan (43%).71
Penelitian yang dilakukan oleh Nurrokhmi Latifatun dengan judul peningkatan
keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA terpadu materi fotosintesis dengan metode
percobaan di kelas VIII C SMP N 1 Seyegan menunjukkan adanya peningkatan keterampilan
proses sains pada aspek observasi (28,58%), klasifikasi (42,85%), prediksi (5,72%), inferensi
(2,85%), dan komunikasi (25,71%).72

C. Kerangka Pikir
Pendidikan IPA memiliki tujuan yang cukup kompleks, selain untuk
mengembangkan pengetahuan, peserta didik pun dapat mengembangkan keterampilan proses
sains. Keterampilan ini merupakan keterampilan yang berguna dalam kehidupan nyata,
terutama dalam menyelesaikan masalah. Berpikir kritis, sistematis, mandiri, dan interaktif.
Dengan mengembangkan keterampilan ini akan meningkatkan kualitas pemikiran manusia
dan manusia akan mengembangkan negara tempat berpijaknya.
Salah satu alternatif model pembelajaran yang mampu mengembangkan
keterampilan proses sains adalah inkuiri, dimana peserta didik diberikan kesempatan untuk
menemukan sendiri pengetahuan yang sedang dibangun. Pembelajaran inkuiri ini tidak hanya
menghapal suatu konsep yang sudah ada, peserta didik memiliki pengalaman langsung dalam
menemukan konsep tersebut.
Berdasarkan jenisnya, model pembelajaran inkuiri terbagi atas inkuiri terstruktur dan
inkuiri terbimbing. Kedua model pembelajaran ini memiliki perbedaan dalam peranan peserta
didik selama proses pembelajaran. Dikarenakan hal tersebut memungkinkan adanya
70
Sandra Dewi, “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Sistem
Pencernaan Manusia“,Skripsi pada FITK UIN Jakarta, Jakarta, 2012, hlm. 61, tidak dipublikasikan.
71
Rulita Purnaningtyas, “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Dengan
Tema “Asyiknya Berolahraga Dan Berkeringat” Guna Mengembangkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP N 1 Klaten”, Skripsi pada
FMIPA Universitas Negeri Yogtakarta, 2012, hlm. 42, tidak dipublikasikan.
72
Nurrokhmi Latifatun, “Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran IPA Terpadu Materi Fotosintesis Dengan Metode
Percobaan Di Kelas VIII C SMP N 1 Seyegan”, Skripsi pada FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, 2012, hlm. 56, tidak dipublikasikan.
30
keterampilan proses sains yang muncul pada peserta didik. Dalam pembelajaran inkuiri
dibutuhkan suatu bahan ajar yang berfungsi sebagai alat bantu untuk memahami konsep yang
sedang dipelajari. Media tersebut adalah lembar kerja peserta didik (LKPD), yang kemudian
LKPD ini disesuaikan dengan model pembelajaran yang diterapkan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui jenis model inkuiri manakah yang
lebih tepat untuk mengembangkan keterampilan proses sains pada peserta didik. Instrumen
yang dirancang memuat konsep yang diajarkan oleh guru, yaitu struktur dan fungsi tubuh
tumbuhan. Oleh karena itu penulis hanya mengukur pengetahuan peserta didik terhadap
keterampilan proses sains saja.

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian ini adalah
“Terdapat perbedaan keterampilan proses sains peserta didik yang menggunakan model
pembelajaran inkuiri terstruktur lebih tinggi dari pada peserta didik yang menggunakan
model pembelajaran inkuiri terbimbing”.

31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui apakah keterampilan
proses sains peserta didik yang menggunakan model ikuiri terstruktur lebih tinggi dari pada
peserta didik yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di MTs X yang beralamat di jalan Y, pada bulan Februari
semester genap tahun ajaran 2017/2018.

C. Metode dan Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimental Design atau
Eksperimental Semu. Metode ini digunakan dengan tujuan untuk memperoleh pengaruh
sebab-akibat dari perlakuan yang diberikan. Menurut Davis dikutip oleh Emzir menyatakan
bahwa tujuan penelitan eksperimental adalah untuk menetapkan hukum sebab-akibat dengan
mengisolasi variabel kausal.73 Quasi Experimental Design merupakan metode penelitian yang
bertujuan untuk membandingkan suatu kelompok, tetapi metode ini memiliki kelemahan
yaitu randomisasi.74
Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design.75
Dengan desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kontrol dibandingkan, tetapi
kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui randomisasi. Dalam penelitian ini,
tidak ada yang berperan sebagai kelompok kontrol, kedua kelompok berperan sebagai
kelompok eksperimen yang diberi perlakuan yang berbeda dan keduanya diberikan pretest
dan posttest. Meskipun desain ini memiliki sumber ketidakvalidan karena tidak adanya
randomisasi, tetapi kemampuan maupun jumlah sampel yang digunakan hampir setara.
Pretest-posttest yang diberikan berupa soal keterampilan proses sains, hal ini dikarenakan
variabel terikatnya adalah keterampilan proses sains peserta didik. Perlakuan yang diberikan
pada kelompok eksperimen pertama yaitu LKPD inkuiri terstruktur, sedangkan kelompok
eksperimen kedua yaitu LKPD inkuiri terbimbing. Berikut design yang digunakan dalam
penelitian ini:
73
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), hlm. 63.
74
Ibid., hlm. 102.
75
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 116.

32
Tabel 3.1 Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen 1 T1 X1 T2
Eksperimen 2 T2 X2 T2
Keterangan : X1 : perlakuan berupa pemberian LKPD terstruktur
X2 : perlakuan berupa pemberian LKPD terbimbing
T1 : tes awal yang sama pada kedua kelompok (pretest)
T2 : tes akhir yang sama pada kedua kelompok (posttest)

D. Populasi dan Sampel


Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.76 Populasi dalam penelitian ini adalah
peserta didik MTs. X tahun ajaran 2017/2018 yang terdiri dari empat kelas. Sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.77 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dua kelas yaitu kelas VIII-2 MTs. X. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
random sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan cara diacak.78 Sehingga didapatkan
kelas VIII-2 (kelompok eksperimen I) adalah sampel dengan peserta didik yang diberikan
LKPD terstruktur dan kelas VIII-1 (kelompok eksperimen II) adalah sampel dengan peserta
didik yang diberikan LKPD terbimbing selama proses pembelajaran.

E. Teknik Analisis Data


1. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan yaitu liliefors,
dengan rumus:79
Lo = F (Zi) - S (Zi)
Keterangan :
Lo : Harga mutlak terbesar
F (Zi) : Peluang angka baku
S (Zi) : Proporsi angka baku
Adapun langkah-langkah nya sebagai berikut :
76
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 115.
77
Ibid., hlm. 117.
78
Ibid., hlm. 120.
79
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 2002), hlm. 466.

33
1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga yang terbesar
2) Tentukan nilai dengan :
Zt = Skor baku
Xi = Skor data
X = Nilai rata-rata
S = Simpangan baku
3) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi
berdasarkan tabel dan sebut dengan F (Zi) dengan aturan, jika F
Zi > 0, maka F (Zi) = 0,5 + nilai tabel, dan jika Zi > 0, maka F
(Zi) = 0,5 – nilai tabel
4) Selanjutnya hitung proporsi Z1, Z2, Z3,....., Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Z1, jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi),
maka:

5) Hitunglah selisih F (Z1) - S (Z1) kemudian tentukan harga


mutlaknya
6) Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak selisih tersebut ini
kita namakan Lo
7) Memberikan interprestasi Lo, dengan membandingkan dengan
Lt. Lt adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis Uji
Liliefors
8) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah
didapat. Apabila Lo < Lt, maka sampel berasal dari distribusi
normal
Kriteria pengujian :
Jika L hit < L tab, berarti data berdistribusi normal
Jika L hit > L tab, berarti data berdistribusi tidak normal
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas data ini adalah untuk mengatahui kesamaan antara dua
keadaan atau populasi. Homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan
kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher pada
taraf signifikasi 0,05 dengan rumus:

34
Keterangan :
F : Uji Fisher
S12 : Varian Terbesar
S22 : Varian Terkecil
Adapun langkah-langkah nya sebagai berikut :
1) Hipotesis
2) Bagi data menjadi kelompok
3) Cari masing-masing kelompok nilai simpangan bakunya
4) Tentungan F hitung dengan rumus :

5) Tentukan kriteria pengujian


 Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, berarti varians kedua
populasi homogen
 Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak, berarti varians kedua
populasi tidak homogen
2. Uji Normal Gain (N-gain)
N-Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan
untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan bias penelitian. karena
pada nilai pretest kedua kelompok penelitian sudah berbeda maka digunakan uji normal
gain dengan rumus:

Dengan kategorisasi perolehan :


tinggi : N-gain ≥ 0.70
sedang : 0.30 ≤ N-gain < 0.70
rendah : N-gain < 0.30
3. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan perhitungan normalitas dan homogenitas maka dilakukan
analisis data untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, uji ini dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan KPS peserta didik yang menggunakan LKPD
terstruktur dengan yang menggunakan LKPD terbimbing.
Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumus uji t, yaitu:

35
Keterangan :

1 : Rata-rata data kelompok 1

2 : Rata-rata data kelompok 2

dsg : Nilai standar deviasi gabungan kelompok 1 dan 2


n1 : Banyaknya data kelompok 1
n2 : Banyaknya data kelompok 2
V1 : Varian data kelompok 1
V2 : Varian data kelompok 2
Dengan db = (N1+N2-2) dan taraf signifikan α 0,05
Kriteria pengujian:
Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
4. Hipotesis Statistik
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Ho : μA = μB
Ha : μA > μB
μA = nilai keterampilan proses sains pada kelas eksperimen 1
μB = nilai keterampilan proses sains pada kelas eksperimen 2
5. Teknik Analisis Kemampuan Keterampilan Proses Sains
Untuk mengetahui persentase ketercapaian kemampuan keterampilan proses
sains, digunakan rumus sebagai berikut:

Persentase keterampilan proses sains dikelompokkan dalam lima kategori.

36
Tabel 3.1 Kaegori Keterampilan Proses Sains
Persentase Kategori
Sangat tinggi 90% - 100%
Tinggi 75% - 89%
Sedang 55% - 74%
Rendah 31% - 54%
Sangat rendah < 30%

6. Teknik Analisis Lembar Observasi


Lembar observasi digunakan untuk mengetahui gambaran keterampilan proses
sains siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tahapan analisisnya sebagai
berikut:
1) Menjumlahkan indikator yang teramati
2) Menghitung persentase aspek keterampilan proses sains peserta didik
dalam kelompok, dengan menggunakan rumus:

37
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan, dan Iif Khoiru Ahmadi. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, Jakarta: PT
Prestasi Pusatakaraya, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Dewi, Sandra. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terstruktur terhadap Keterampilan
Proses Sains Siswa pada Konsep Sistem Pencernaan Manusia. Skripsi tidak
diterbitkan: FITK UIN Jakarta, 2012.
Emzir. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2007.
Feyzioglu, Burak. An Investigation of the Relationship between Science Process Skills with
Efficient Laboratory Use and Science Achievement in Chemistry Education.
Journal of Turkish Science Education. 3, 2009.
Iru, La, dan La Ode Arihi. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi dan Model-
Model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo, 2012.
Juanengsih, Nengsih. Perbandingan Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri
Terstruktur Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Kerja
Ilmiah Siswa Kelas X Pada Konsep Bioteknologi. Metamorfosa. 1, 2006.
Devi, Poppy Kamalia, et al. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan IPA,
2009.
Latifatun, Nurrokhmi. “Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran IPA
Terpadu Materi Fotosintesis dengan Metode Percobaan Di Kelas VIII C SMP
N 1 Seyegan”. Skripsi tidak diterbitkan: FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta, 2012.
Nurachmandani, Setya. Ilmu Pengetahuan Alam (Terpadu), Jakarta: Pusat Perbukuan
Kementrian Pendidikan Nasional. 2010.
Prastowo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press,
2011.
Purnaningtyas, Rulita. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA Terpadu Berbasis
Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dengan Tema “Asyiknya Berolahraga dan
Berkeringat” Guna Mengembangkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP N
1 Klaten. Skripsi tidak diterbitkan: FMIPA Universitas Negeri Yogtakarta.
Rohaeti, Eli, et al. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia
SMP Kelas VII, VIII, dan IX. Jurnal Penelitian FMIPA UNY

38
Rusman. Model-Model PembelAjaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2011.
Rustaman, Nuryani, et al. Strategi Belajar dan Mengajar Biologi. Malang: Penerbit
Universitas Negeri Malang, 2005.
_______. Strategi Pembelajaran Biologi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2011.
Sanjaya, Wina. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011.
_______. Perencanaan dan Disain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010.
Sapriati, Amalia, Pengembangan Instrumen Penilaian Praktikum Fotosintesis. Jurnal
Pendidikan Lembaga Penelitian Universitas Terbuka, 2004.
Semiawan, Conny, et al. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT Gramedia, 1992.
Sofyan, Ahmad., Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama. Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012.
Sudjana. Metode Statistik. Bandung: Tarsito, 2002.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.
Susuwi, et al. Analisis Keterampilan Proses Sains SMA pada Model Pembelajaran Praktikum
D-Ei-Hd. Jurnal Pengajaran MIPA Vol.14, 2009.
Tim Diknas. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjen Dikdas. 2008.
Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011.

39

Anda mungkin juga menyukai