meningkatkan kenyamanan pasien, penurunan morbiditas perioperative, dan mengurangi biaya
serta memperpendek waktu di rumah sakit.
Selain itu, nyeri juga berfungsi sebagai mekanisme proteksi, defensif, dan penunjang diagnostik.
Nyeri, selain menimbulkan penderitaan, juga berfungsi sebagaim e k a n i s m e p r o t e k s i , d e f e
nsif dan penunjang diagnostik. e b a g a i m e k a n i s m e proteksi, sensibel nyeri memu ngkinkan seseorang untuk bereaksi terhadap suatutrauma atau penyebab nyeri sehingga dapat menghindari terjadinya kerusakan jaringan tubuh. ebagai mekanisme defensif, memungki nkan untuk immobilsasio r g a n t u b u h y a n g m e n g a l a m i i n f l a m a s i a t a u p a t a h s e h i n g g a s e n s i b e l y a n g dirasakan akan mereda dan bisa memper!epat penyembuhan. Nyeri juga dapat berperan sebagai penuntun diagnostik, karena denganadanya nyeri pada daerah tertentu, proses yang terjadi pada seorang pasien dapatdiketahui, misalnya, nyeri yang dirasakan oleh seorang pada daerah perut kanan bawah, kemungkinan pasien tersebut menderita radang usus buntu. "ontoh lain,misalnya seorang ibu hamil !ukup bulan, mengalami rasa nyeri di daerah perut,kemungkinan merupakan tanda bahwa proses persalinan sudah dimulai. Tujuan dari tatalaksana nyeri post operatif adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dan ketidaknyamanan pasien dengan efek samping seminimal mungkin. Pereda nyeri post operatif harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien dan hal ini dapat dicapai dengan mempertimbangkan berbagai macam faktor, salah satunya ialah persepsi pasien terhadap rasa sakit. Efektivitas tatalaksana nyeri post operatif sangat penting untuk dipertimbangkan, karena dengan adanya tatalaksana nyeri post operatif yang baik, maka keadaan fisiologis pasien pun akan menjadi lebih baik. Manajemen nyeri yang baik tidak hanya akan membantu mempercepat penyembuhan pasien pasca operasi, tetapi juga dapat mengurangi onsetterjadinya chronic pain syndrome.