Ulkus Kornea
Oleh :
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya, sehingga CRS yang berjudul Ulkus Kornea dapat kami selesaikan.
CRS ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai infeksi pada kornea
sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan
Terimakasih kami ucapkan kepada staf pengajar yang telah membimbing penulis selama
menjalani kepaniteraan klnik senior di bagian Ilmu Kesehatan Mata, serta dr. Fitratul Ilahi, SpM
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa CRS ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu penulis sangat mengahrapkan segala kritik dan saran membangun demi perbaikan di masa yang
akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga CRS ini dapat memberi manfaat bagi kita semua di
masa mendatang.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea sampai lapisan stroma
akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea karena adanya kolagenase yang
dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea yaitu ulkus
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah salah satu penyebab kebutaan dan
gangguan penglihatan. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila
diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Penyebab ulkus kornea
adalah bakteri, jamur, akantamuba dan herpes simpleks, dan bila terlambat didiagnosis atau
diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma dan meninggalkan jaringan parut
1,2
yang luas. Ulkus
kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma yang merusak epitel kornea. riwayat trauma
bisa saja hanya berupa trauma kecil seperti abrasi oleh karena benda asing, atau akibat insufisiensi
air mata, malnutrisi, ataupun oleh karena penggunaan lensa kontak. Peningkatan penggunaan lensa
kontak beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang dramatis terhadap angka kejadian
ulkus kornea, terutama oleh Pseudomonas Aeroginosa. Sebagai tambahan, penggunaan obat
kortikosteroid topikal yang mula diperkenalkan dalam pengobatan penyakit mata penyebabkan
kasus ulkus kornea lebih sering ditemukan. .Perjalanan penyakit ulkus kornea dapat progresif,
memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan hingga berat, fotofobia, penglihatan menurun
dan kadang kotor. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang baik dibantu slit
2
lamp. Pemeriksaan laboratorium seperti mikroskopik dan kultur sangat berguna untuk membantu
membuat diagnosis kausa. Pemeriksaan jamur dilakukan dengan sediaan hapus yang memakai
larutan KOH. 1,
Penulisan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan penulisan mengenai ulkus kornea.
Penulisan ini menggunakan metode penulisan tinjauan kepustakaan merujuk pada berbagai
literatur.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
- Nama : Tn. I
- Usia : 62 tahun
- Pekerjaan : Petani
Anamnesa
Keluhan Utama :
Mata kiri tampak merah dan bagian hitam mata kiri tampak putih sejak 1 minggu yang lalu
- Mata kiri tampak merah dan bagian hitam mata kiri tampak putih sejak 1 minggu yang
lalu. Awalnya mata kiri terkena daun nipah . Satu hari kemudian mata menjadi merah,
- Pasien berobat ke bidan kemudian diberikan obat oral (pasien tidak mengetahui jenis
obatnya). Lima hari kemudian, tampak putih pada bagian hitam mata kiri disertai
penglihatan kabur.
- Selanjutnya pasien berobat ke spesialis mata dan diberikan obat tetes mata (pasien tidak
Pemeriksaan Fisik :
- Suhu : Afebris
Status Generalisata :
STATUS
OD OS
OFTALMIKUS
Visus tanpa
4/6 1/60
koreksi
Visus dengan
- -
koreksi
Refleks fundus + + (menurun)
Silia Trikiasis (-), Madarosis (-) Trikiasis (-), Madarosis (-)
Palpebra superior Edema (-) Edema (+)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (+)
Aparat lakrimalis Dalam batas normal Dalam batas normal
Konjungtiva Hiperemis (-), Papil (-), folikel Hiperemis (-), Papil (-), folikel (-),
Tarsalis (-), sikatrik (-) sikatrik (-)
Konjungtiva
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Forniks
Konjungtiva Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (+)
Bulbii Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (+)
Sklera Warna Putih Warna putih
Ulkus (+) sentral diameter 2-4 mm,
Kornea Bening kedalaman sampai endotel,
maserasi (-) infiltrat (+)
Kamera Okuli Cukup dalam, hipopion (+) ukuran
Cukup Dalam
Anterior 2-3 mm
Iris Coklat Coklat
Refleks cahaya (+/+), diameter Refleks cahaya (+/+), diameter =2- 3
Pupil
= 2-3 mm, bulat, letak sentral mm, bulat, letak sentral
Lensa Bening Bening
Korpus vitreum Bening Sulit Dinilai
Fundus : Tidak diperiksa Tidak diperiksa
6
- Media Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Papil optikus Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Makula Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- aa/vv retina Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Retina Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tekanan bulbus
Normal palpasi Normal palpasi
okuli
Posisi bulbus
Ortho Ortho
okuli
Gerakan bulbus
Bebas Bebas
okuli
Gambar
Pemeriksaan Penunjang
Slit Lamp
Diagnosis Kerja :
Diagnosis banding :
7
Anjuran Pemeriksaan :
1. Laboratorium
3. Kultur
Rencana Terapi :
Ceftriaxone 2x1 gr iv
Fluconazole ed OS
Fluconazole 1x150 mg
Ceftriaxone fortified ed OS
SA ed 3x1 OS
Follow up
S/ Mata kiri merah dan bagian hitam memutih, mata kiri kabur, nyeri (+)
O/
Status Oftalmologi OS
Visus 1/60
Palpebra Edema (+)
Konjungtiva Injeksi konjungtiva (+), injeksi siliar (+),
ulkus (+) sentral ukuran 3-4mm,
Kornea kedalaman sampai endotel, maserasi (-)
CoA Hipopion (+); 2-3 mm
Iris Coklat
Pupil Refleks cahaya (+/+), diameter =2- 3 mm,
bulat, letak sentral
8
Lensa bening
TIO N
A/ Ulkus kornea sentral OS ec susp jamur DD Ulkus kornea sentral OS ec susp bakteri
P/ Ceftriaxone 2x1 gr iv
Fluconazole ed OS
Fluconazole 1x150 mg
Ceftriaxone fortified ed OS
SA ed 3x1 OS
9
BAB III
DISKUSI
Pasien datang dengan keluhan mata kiri tampak merah dan bagian hitam mata kiri tampak
putih sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan mata silau, mata berair dan nyeri serta
penglihatan yang kabur. Keluhan pada pasien ini mulai muncul setelah mata kiri pasien terkena
daun nipah. Berdasarkan keluhan dan riwayat perjalanan penyakitnya, diagnosis pada pasien ini
mengarah kepada ulkus kornea. Temuan pada pemeriksaan fisik pasien juga semakin menunjang
diagnosis ulkus kornea. Pada mata kiri pasien ditemukan injeksi siliar dan pada kornea mata kiri
ditemukan ulkus ukuran 3-4 mm di endotel kornea, disertai dengan endothelial plaque.1
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma yang disebabkan oleh
infeksi.1 Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, virus, parasit atau karena proses imunologi.
Kornea merupakan bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi pada daerah ini, maka
proses infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Badan
kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat di limbus dan
tampak sebagai injeksi perikornea. Selanjutnya terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel
plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN) yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak
sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak
licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan menjadi ulkus.1,2,3
Riwayat trauma mata akibat terkena daun nipah mengarahkan penyebab ulkus kornea pada
pada pasien ini disebabkan oleh jamur. Gambaran klinis ulkus kornea yang disebabkan oleh jamur
diantaranya adalah irregular, tepi ulkus mirip bulu, berwarna putih keabu-abuan atau coklat sesuai
koloni jamur. Ulkus dapat disertai dengan lesi satelit dan hipopion dengan permukaan agak
mencembung. Pada pasien ini ditemukan gambaran yang merupakan ciri khas dari suatu ulkus
kornea yang disebabkan oleh jamur seperti hipopion yang mencembung dan riwayat trauma mata
10
akibat terkena daun nipah yang menunjang untuk menegakkan ulkus kornea pada pasien ini
disebakan oleh jamur.6,7
Keluhan lain pada pasien seperti mata merah, muncul karena terjadi kongesti pembuluh
darah sekitar kornea. Silau (fotofobia) muncul disebabkan oleh stimulasi nerve ending pada iris
yang meradang. Mata berair disebabkan oleh refleks hiperlakrimasi akibat infeksi. Nyeri muncul
akibat lesi pada kornea yang kaya akan serat saraf nyeri. Pandangan yang kabur muncul akibat
kekeruhan kornea yang disebabkan oleh ulkus berada pada jalur visual.8
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus ulkus kornea adalah kerokan lesi
dengan pewarnaan Gram, Giemsa, dan KOH. Pada pasien ini, hasil pemeriksaan Gram tidak
ditemukan adanya bakteri gram (+)/gram (-). Hasil pewarnaan Giemsa ditemukan sel-sel PMN
lebih banyak dari pada sel-sel MN, berarti infeksi tersebut bisa disebabkan oleh bakteri atau jamur.
Sementara hasil pemeriksaan dengan KOH tidak ditemukan hifa. Tidak ditemukannya hifa pada
pemeriksaan ini kemungkinan disebabkan karena hifa berada pada bagian endotel kornea,
sementara kerokan lesi yang dilakukan hanya mengenai bagian epitel kornea saja. Kondisi lain
yang bisa menyebabkan hal ini terjadi adalah karena proses pengambilan sampel dengan korekan
lesi yang kurang baik, sehingga bagian yang mengandung hifa tidak terambil.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tersebut maka bisa
diarahkan diagnosis pada pasien ini adalah ulkus kornea para sentral OD ec. suspek jamur dan
diagnosis bandingnya adalah ulkus kornea para sentral OD ec. Suspek bakteri.
Prinsip terapi pada pasien ini adalah pemberian antibiotik sistemik dan topikal dan anti
jamur. Antibiotik topikal yang diberikan adalah ceftriaxone yang merupakan antibiotik spektrum
luas. Fluconazole tab diberikan atas indikasi adanya ulkus kornea karena infeksi jamur pada mata
kiri pasien. Fluconazole merupakan anti jamur yang mengandung triazol. Triazol merupakan
enzim yang berfungsi untuk mencegah lanosterol berubah menjadi ergosterol. Ergosterol
merupakan komponen vital pada membran sitoplasma jamur. Apabila pembentukan ergosterol
dihambat akan menghancurkan sel-sel jamur. Obat tetes mata ini diberikan setiap jam pada mata
kanan.8
Sulfas atropin (SA) bekerja dengan menghilangkan rasa sakit (sedatif), dekongestif
(menurunkan tanda inflamasi), dan menyebabkan paralisis otot siliaris serta otot konstriktor pupil.
Lumpuhnya otot siliaris mata menyebabkan daya akomodasi mata tidak ada sehingga mata dalam
11
keadaan istirahat sedangkan lumpuhnya otot konstriktor pupil menyebabkan midriasis sehingga
pembentukan sinekia posterior dapat dicegah. Atropin juga meningkatkan aliran darah ke uvea
anterior dengan mengurangi tekanan pada arteri siliaris anterior dan membawa lebih banyak
antibodi ke aquous humor. Obat ini juga mereduksi eksudasi dengan menurunkan hiperemis dan
permeabilitas vaskular. SA diteteskan 3x sehari pada mata kanan.8
Pasien juga direncanakan tindakan bedah yaitu Amniotic Membrane Transplantation
(AMT). Anti inflamasi yang terdapat di dalam Amniotic Membrane (AM) akan membantu
pemyembuhan inflamasi kornea jika AM di tempelkan pada kornea tersebut. Amnitioc membrane
mengandung growth factor, natural inhibitor pada berbagai protease dan substansinya
antiangiogenik. Jumlah lapisan yang digunakan bergantung kepada kedalaman dari ulkus kornea,
teknik pemasangan AMT dapat dilakukan secara onlay (patch) atau inlay (graft) kemudian seluruh
kornea ditutupi dengan overlay AMT.4,12
Pada pasien telah diberikan edukasi agar menjaga kebersihan mata dengan tidak memegang
atau menggosok mata yang meradang. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menjaga
kebersihan tangan dengan hand rup atau mencucinya dengan sabun dan mengeringkannya dengan
kain yang bersih.
Prognosis quo ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena kondisi pasien tidak
mengancam kehidupan. Prognosis quo ad sanationam pasien adalah dubia ad bonam karena
kemungkinan rekurensi bisa saja terjadi. Prognosis quo ad functionam adalah dubia ad malam
karena ulkus pasien berada pada jalur visual. Kondisi ini dapat mengancam fungsi penglihatan jika
ulkus sembuh dengan sikatrik yang permanen.6
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Biswell R. Cornea In Vaughn D, Asbury T, Eva PR, eds. General Ophtalmology 17th ed. USA
2. Mills TJ, Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine. Citied on
2. Olson, R Todd, Pawlina Woiciech. A.D.A.M Student Atlas of Anatomy. 2nd Edition. 2008.
3. Basic and Clinical Science Course. External Disease and Cornea, part 1, Section 8, American
5. Stephen A. Wilson, M.D and Allen Last, M.D. American Family Physician. University of
6. Riordan P. Anatomy & Embriology of the Eye. In: Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eve P.
General Ophtalmology. 17th ed. USA: Appleton & Lange; 2008. P.8-10
7. Ilyas, Sidarta. et al. Penuntun Ilmu Penyakit Mata FKUI Edisi ke-3. 2008. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta.
8. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata
Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2. 2005. Penerbit Sagung
Seto: Jakarta.
9. Farouqui SZ, Central Sterile Cornea Ulceration. Citied on January, 19th, 2015. Available from:
www.emedicine.com.
13
10. James Mc Culley. Diagnosing dan Managing Corneal Infections. Citied on January 19th
2015.Availablefrom:http://www.ophthalmologymanagement.com/articleviewer.aspx
?articleID=104385
12. American Academy of Ophtalmology . External Disease and Cornea. Basic and Clinical
Science Course, Section 11. The Foundation of AAO. San Fransisco. 2008-2009.
13. Titiyal JS. Standart Treatment Guidelines ; Management of Corneal Injuries and Infections.
14. Soehardjo, Widodo F, Dewi UM. Tingkat keparahan ulkus kornea di RS Dr. Sardjito sebagai
14