Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERKEMBANGAN MASA AWAL KANAK-KANAK


Mata Kuliah : Psikologi Perkembangan
Dosen Pengampu :

DISUSUN
O
L
E
H

KELOMPOK X
MIFTAHUL JANNAH
( 18. 11. 2358 )

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI )


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AN –NADWAH
KUALA TUNGKAL
2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Sebab karena
limpahan Karunia, Rahmat, dan Hidayah-Nya kami mampu untuk
menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk
kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling berat yakni
Syariah Agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.
Seanjutnya dengan rendah hati saya meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali
karena saya sangat menyadari bahwa makalah yang telah saya buat ini
masih memiliki benyak kekurangan.
Saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap
pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses
penyelesaian makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, saya berharap supaya
makalah yang telah saya buat ini mampu memberikan manfaat kepada
setiap pembacanya.

Kuala Tungkal, 25 April 2019

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Maslah ............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Kanak-Kanak Awal .............................. 3
B. Perkembangan Sosial Masa Kanak-Kanak Awal ............................ 4
C. Perkembangan Emosi Masa Kanak-Kanak Awal ........................... 6

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN ........................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu prinsip perkembangan manusia adalah adanya point perkembangan
multi dimensi. Yaitu perkembangan yang melibatkn aspek biologi (fisik), kognitif
dan sosioemosi. Ketiga aspek tersebut sama pentingnya untuk diteliti dan
diketahui sebagai upaya pengkajian untuk menghasilkan informasi yang
berhubungan dengan perkembangan hidup manusia. Fokus utama yang akan
dibahas nantinya adalah mengenai perkembangan masa kanak-kanak awal,
khususnya pada aspek perkembangan sosioemosi. Telah diketahui bersama masa
kanak-kanak awal disebut juga fase golden age, dimana segala bentuk
pembelajaran yang diterima oleh anak akan sangat melekat dan berpengaruh bagi
kehidupannya dimasa yang akan datang. Masa kanak-kanak awal adalah masa
dimana anak mulai belajar mengenali dan mengeksplorasi lingkungan sekitarnya.
Secara umum masa kanak-kanak dikenal dengan masa menjelajah, masa
bertanya, masa meniru, masa berteman, dan masa bermain (kreatifitas). Sehingga
menjadi begitu penting bagi kalangan akademisi dibidang psikologi maupun
masyarakat umum untuk mengetahui seputar dunia perkembangan masa kanak-
kanak sosioemosi. Perkembangan sosioemosi pada anak merupakan aspek psikis
yang sangat berpengaruh pada kehidupan sang anak. Dimana keadaan lingkungan
berpengaruh terhadap perkembangan psikis anak. Seperti lingkungan kehidupan
yang sangat sibuk berakibat buruk pada sosial emosi anak, yaitu anak lebih mudah
kesal dan marah dalam menghadapi segala hal.Oleh karena itu, pengkajian
makalah ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terkait perkembangan
anak dari perspektif para pakar psikologi barat, dan diharapkan dapat
diaplikasiakan poin-poin pokok dalam konteks kultur ke Indonesia-an

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka ditariklah suatu rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan kanak-kanak awal?
2. Bagaimana perkembangan kanak-kanak awal dari sisi sosial?
3. Bagaimana perkembangan kanak-kanak awal dari sisi emosional?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui:
1. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan kanak-kanak awal.
2. Bagaimana perkembangan kanak-kanak awal dari sisi social.
3. Bagaimana perkembangan kanak-kanak awal dari sisi emosional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Kanak-Kanak Awal


Masa kanak-kanak awal (early childhood) memiliki beberapa perspektif
pemikiran tentang periodenya. Beberapa pakar psikologi perkembangan barat
memiliki periode tersendiri akan masa kanak-kanak awal. Namun secara umum
sebagaimana yang diterangkan oleh John Santrock dalam Life Span Development,
bahwa yang dimaksud masa kanak-kanak awal adalah periode perkembangan
pada manusia yang dimulai pada masa akhir bayi (24 bulan) hingga pada usia 5
atau 6 tahun.1
Masa kanak-kanak merupakan masa terpanjang dalam rentan waktu
kehidupan dimana individu relatif tidak berdaya dan lebih banyak bergantung
dengan orang lain. Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi
yangpeneuh dengan ketergantungan, yakni kira-kira usia 2 tahun sampai saat anak
matang secara seksual, kira-kira usia tiga belas tahun untuk wanita dan empat
belas tahun untuk laki-laki. Setelah anak matang secara seksual, maka ia disebut
remaja.2 Dalam periode ini terjadi beberapa perubahan yang sangat jelas baik
secara fisik maupun psikologinya. Pada masa ini dapat diketahui bahwa masa
kanak-kanak dapat dibagi menjadi dua periode yaitu masa kanak-kanak awal dan
masa kanak-kanak akhir. Periode awal berlangsung dari umur 2-6 tahun dan
periode akhir berlangsung dari umur 6 tahun sampai tiba saatnya anak matang
secara seksual.Dalam masa ini, masa kanak-kanak dimulai sebagai penutup masa
bayi dan berakhir sekitar usia enam tahun.
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, maka dapat dirumuskan mengenai
periode perkembangan kanak-kanak awal dari beberapa pakar psikolog barat.
Dalam teori Sigmund Freud (psikoanalisis) periode perkembanagn masa kanak-
kanak awal dapat digolongkan pada tahap phallic (3-6 tahun). Kemudian dari

1
John W. Santrock.Life Span Development, Terjemahan. (Jakarta: Erlangga, 2012). h. 18
2
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi perkembangan , (Jakarta : Erlangga, 2010).h. 108

3
11

perspektif Erik Erikson dapat digolongkan pada tahap inisiatif vs rasa bersalah
(3-6 tahun). Sedangkan menurut teori Jean Piaget dapat digolongkan pada tahap
praoperasional (praoperational), lebih lanjut dari teori Lawrence Kohlberg dapat
digolongkan pada tahap penalaran konvensional.3 Namun demikian hal yang harus
ditekankan adalah bukan pada pembagian periode tiap-tiap psikolog, tapi esensi
akan pembelajaran sosioemosi yang global.

B. Perkembangan Sosial Masa Kanak-Kanak Awal


1. Perspektif Sigmund Freud (Psikoanalisis)
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa periode kanak-
kanak awal dalam psikoanalisis dapat digolongkan pada tahap masa falik
(phalic). Pada masa ini Freud meyakini bahwa dorongan sensual anak-anak
beralih dari masa anal ke masa falik, yaitu kenikmatan pada daerah kelamin.4
Selain itu pda masa ini anak-anak mulai membentuk superego mereka. Pada
term Oedipus dan Elektra, anak-anak berusaha menghindari hukuman dan
memelihara kasih sayang orang tua. Oleh karenanya anak-anak membentuk
superego melalui identifikasi dengan orang tua berjenis kelamin sama. Pada
masa ini anak-anak mengadopsi standar moral dari masyarakat sekitarnya
bahwa ketika perilakunya melanggar hati nurani, dia akan merasa bersalah.5
Pada masa ini superego berkembang melalui interaksi social dengan
orang-orang di sekelilingnya termasuk keluarga. Orang-orang terdekat selalu
mengarahkan agar segala tindakan dan perilaku si anak tidak menyimpang
dengan norma social ayang berlaku. Jadi ego pun akan mengalami tugas yang
lebih berat, yaitu mensinergikan antara tuntutan id dan kepentingan
superego.6 Jadi interaksi social anak adalah hasil pembelajaran dan
pemahaman terhadap lingkungannya. Perilaku social yang baik akan
menguatkan dan mendukung terbentuknya superego. Superego mewakili

3
Laura E. Berk. Development Through The Lifespan. Terjemahan. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012). h. 20-26
4
Ibid. h. 20 , Lihat juga Singgih D. Gunarsa. Dasar & Teori Perkembangan Anak. (Jakarta:
Gunung Mulia, 2011). h. 100 .
5
Op. Cit. Laura E. Berk. h. 342
6
Ibid. Laura E. Berk, h. 19
12

batasan-batasan yang timbul dari lingkunan sosial dan kebudayaan yang


memberi arahan baik dan buruk.
2. Perspektif Erik Erikson (Psikososial)
Setelah perkembangan manusia melalui tahap trust vs mistrust,
kemusian otonomi vs rasa malu dan ragu, maka periode kanak-kanak awal
menurut Erikson dimaknai sebagai tahap inisiatif vs rasa bersalah (initiative
vs guilt).Meski kerangka dasar teori psikososial dibangun di atas teori
psikoanalisis, namun bukan berarti teori Erikson selalu dekat dengan aspek
sensualitas belaka. Bagi Erikson masa kanak-kanak awal terlalu ketat dalam
superego sehingga anak-anak sangat merasa bersalah karena selalu merasa
ditekan, dikritik, dan dihukum oleh orang dewasa. Anak-anak prasekolah
yang mulai memasuki dunia social dituntut untuk tidak hanya berperilaku
aktif namun juga bertujuan. Mereka diharapkan mulai memahami sikap
bertanggung jawab atas segala tindakan yang mereka lakukan. Artinya -
dalam pandangan barat – bertanggung jawab terhadap permainan sebaya,
hewan peliharaan, fisik, dan sebagainya.7
Erikson mengartikan masa kanak-kanak awal sebagai masa penuh
semangat dan permainan adalah salah satu cara anak belajar diri dan dunia
social mereka. Permainan sebagai sarana bagi anak-anak prasekolah untuk
memahami hubungan social dan cara bekerja sama dalam kelompok.Inisiatif
berupa ambisi dan tanggung jawab akan tumbuh saat orang tua mndukung
cita-cita baru mereka. Rasa bersalah akan muncul ketika orang tua terlalu
banyak menuntut pengendalian diri.8 Serta perilaku tidak bertanggung jawab
dapat juga emunculkan perasaan bersalah dan menjadikan rasa cemas. Masa
kanak-kanak awal adalah masa anak-anak menjadi lebih yakin akan diri
mereka sendiri dan mulai menjadikan pribadi yang diinginkan. Lingkungan
social mempunyai peran besar dalam perkembangan ego anak.

7
Op. Cit. John Santrock, h. 26
8
Op. Cit. Laura Berk, h. 342
13

Erikson menekankan akan pengaruh kelompok dan budaya yang


mengelilingi anak terhadap perilaku selanjutnya. 9 Menurut Erikson
sebagaimana dikutip oleh Singgih Gunarsa, bahwa pada masa ini unsure-
unsur id, ego, dan superego mulai mengalami keseimbangan. Anak mulai bisa
mengetahui perbedaan jenis kelamin terhadap orang di sekelilingnya, yang
mempengaruhi dorongan dan perasaan tapi dibatasi oleh norma social.Jadi
konflik timbul antara ego dengan lingkungan social (konflik sosial). Anak
mulai menguji setiap tindakannya apakah telah sesuai denagn harapan
lingkungan atau tidak, baik atau buruk, benar atau salah.10
Erikson membagi tahap tugas-tugas perkembangan anak pada periode
usia 0-6 tahun. Tugas tersebut antara lain adalah membentuk konsep-konsep
sederhana mengenai realitas sosial, mengenal perbedaan jenis kelamin,
belajar membedakan mana yang benar dan salah.11
3. Perspektif Jean Piaget
Piaget mengemukakan bahwa interaksi sosial memberikan banyak
keuntungan dalam pendidikan. Menurut dia kesempatan interaksi sosial dapat
dijadikan anak sebagai proses imitasi bagi perkembangannya.12

C. Perkembangan Emosi Masa Kanak-Kanak Awal


Para pakar psikologi telah mengklasifikasikan emosi dalam dua bentuk yaitu,
emosi positif yang mencangkup antusiasme, kegembiraan, dan cinta. Sedangkan
emosi negatif adalah, kecemasan, kemarahan, rasa bersalah, dan kesedihan. 13
Selama tahun-tahun awal periode ini, emosi-emosi seprti bangga dan rasa bersalah
menjadi lebih umum akibat dipengaruhi respon-respon orang tua terhadap
perilaku anak. Pada masa kanak-kanak awal, seorang anak mulai mengembangkan
tentang pemahaman diri (self-understanding). Kemudian mereka juga akan mulai
belajar tentang memahami orang lain. Kesadaran mengenai diri yang berkembang

9
Op. Cit. Singgih D. Gunarsa. h. 104-107
10
Ibid. Singgih D. Gunarsa, h. 111
11
Ibid. Singgih Gunarsa, h.63
12
Ibid. Cit. Singgih Gunarsa, h. 164
13
Op. Cit.,John W. Santrock. h. 205
14

pada seorang anak berkaitan dengan kemampuan merasakan emosi yang semakin
luas. Seperti orang dewasa, anak-anak mengalami berbagai emosi dalam
kehidupannya seharai-hari. Perkembangan emosi dimasa ini akan membuat
mereka mencoba untuk memahami reaksi-reaksi emosi orang lain dengan
mengendalikan emosinya sendiri.14
Pada periode ini, perkembangan emosi seorang anak masih sangat kuat. Pada
saat ini merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak keluar dari fokus,
anak-anak mudah terbawa pada ledakan-ledakan emosional, sehingga sulit
dibimbing dan diarahkan. Hal ini dapat kita lihat pada anak usia 2,5 sampai 3,5
dan pada usia 5,5 sampai 6,5 tahun. Walaupun setiap emosi dapat dipertinggi
dalam artian bahwa emosi itu lebih sering timbul dan lebih kuat daripada biasanya
pada individu tertentu, tetapi emosi yang meninggi pada masa awal kanak-kanak
ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri hati yang
tidak masuk akal. Sebagian dari emosi yang kuat pada periode ini dapat
disebabkan oleh kelemahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, dan
makan terlalu sedikit.15
Masa anak antara usia 2 hingga 4 tahun memperlihatkan peningkatan ekspresi
atas representasi terhadap emosi yang mereka rasakan. Namun mereka sekaligus
juga meningkatkan kesadaran pengelolaan emosi yang sesuai dengan standar
social – pandangan ini sejalan dengan psikoanalisis Freud. 16 Pada rentang waktu
usia 2 hingga 6 tahun ada beberapa perubahan pada sisi emosional anak yang
perlu diingat. Antara lain :
Pertama, anak-anak prasekolah mengalami peningkatan pemahaman
emosional, lebih dapat mengungkapkan rasa emosional mereka sekaligus
memahami emosi orang lain.
Kedua, anak-anak lebih bisa mengendalikan emosi diri terutama yang
berhubungan dengan emosi negative.

14
Op. Cit., John W. Santrock, h. 280
15
Op. Cit. Elizabeth B. Hurlock, h. 155
16
Op. Cit., John W. Santrock, h. 281
15

Ketiga, pada masa ini anak-anak sering mengalami emosi sadar diri dan
empati, yang berperan sebagai peningkatan kesadaran moral.17
Anak-anak juga mulai menemukan cara meredam perasaan negative orang
lain secara efektif, seperti berpelukan ketika sedih. Ini menunjukan bahwa anak-
anak prasekolah mulai mampu mengintepretasikan, memperkirakan, dan
mangubah perasaan orang lain. Oleh karenanya pada masa ini anak-anak belajar
tentang emosi melalui interaksi dengan orang dewasa. Termasuk pola pengasuhan
orang tua sangat mempengaruhi kompetensi emosional guna keberhasilan
pertemanan dan kesehatan mental anak. Pada masa ini anak terkadang akan
berhenti bermain, berdiam diri, dan menampakkan wajah cemas atau menangis
bila seorang asing mendekatinya. Namun ada juga yang menampakkan hal
berbeda, yaitu tersenyum, bertepuk tangan dan membiarkan orang asing bermain
dengannya.18
Pengendalian Diri (self-regulation), salah satu aspek yang berkembang pada
masa kanak-kanak awal. Anak-anak mengungkapkan baragam cara guna
menyesuaikan rangsangan emosional pada tingkat yang lebih nyaman. Misalnya
saja anak menutup mata atau telinga untuk mengurangi pandangan atau
pendengaran yang menakutkan. Kemudian anak-anak denagn emosi negative
mengalami kesulitan dalam mengelola perasaan mereka. Pembelajaran hal
tersebut dapat dilakukan dengan orang tua mereka dalam mengendalikan perasaan
mereka, tentunya dengan mengutarakan emosi yang positif. Orang tua
mempersiapkan anak bagaimana mangatasi kecemasan, salah satunya
pembelajaran percakapan dengan orang dewasa. Kemudian relasi dengan kawan
sabaya sangat dipengaruhi oleh sisi emosi anak. Kemampuan mengelola emosi
akan berpengaruh pada hubungan temsn sebaya. 19
Emosi Sadar-Diri (self-conscious), salah satu bagian yang mengikuti
perkembangan anak. Anak prasekolah menjadi lebih peka terhadap pujian dan
kesalahan, sehingga mereka sering mengalami emosi sadar diri berupa perasaan

17
Op. Cit. Laura Berk, h. 345
18
Paul Henry Mussen dkk. Perkembangan dan Kepribadian Anak. (Jakarta: Erlangga, 1984),
h.125
19
Op. Cit. Laura Berk, h. 347 , Lihat juga Op. Cit., John W. Santrock, h. 279-282
16

penuh kesedihan atau bahagia (peningkatan kesadaran diri mereka). Namun


meraka masih memegang standar keunggulan dan tingkah laku yang diajarkan
oleh orang tua, guru, dan oaring penting disekelilingnya. Jika orang tua
berkomentar atas pencapaian anak – baik positif atau negative – anak mengalami
penguatan emosi sadar diri, yaitu lebih malu jika gagal dan bangga jika berhasil.20
Beberapa kecakapan emosional lain yang berkembang adalah empati, yang
berperan sebagai salah satu pendorong perilaku prososial (altruistic). Anak yang
mudah bergaul lebih mau untuk membantu, berbagi, dan menghibur oaring lain.
Dari kesemua aspek yang telah dijelaskan, bahwa sekali lagi pola pengasuhan
orang tua sangat mempengaruhi dalam pengungkapan emosi anak.
Perspektif Psikoanalisis, Freud meyakini perkembangan moral sempurna
sepenuhnya pada usia 5-6 tahun. Lebih lanjut dia mengemukakan bahwa
kehidupan emosi pada tahun-tahun pertama anak harus berlangsung baik agar
tidak menjadi masalah saat dewasa.21 Dalam teorinya, rasa takut akan hukuman
dan kehilangan kasih saying ikut mendorong terbentuknya nurani (aspek emosi).
Salah satu disipli yang mendukung terbentuknya nurani adalah adanya induksi,
yaitu pembelajaran ketika orang dewasa membantu anak agar memperhatikan
perasaan dengan menunjukkan dampak perilaku buruk terhadap oarng lain. Freud
ingin menanamkan rasa bersalah pada anak berdasar empati sebagai aspek penting
terbentuknya moral melalui emosi yang seharusnya.22
Sedangkan menurut Erikson bahwa tahun-tahun pertama kehidupan anak
penting untuk ditanamkan dasar mempercayai orang lain demi perkembangan
emosionalnya. Perkembangan ego lebih penting dari pada fungsi id dan
perkembangan ego menurut Erikson sangat dipengaruhi lingkungan. Kemudian
dia menjelaskan bahwa anak mulai mengetahui kemampuannya dan bisa
berkhayal mengenai apa yang akan dilakukan.23
Freud dan Erikson, sebagaimana dijelaskan oleh John Santrock dalam Life
Span Development bahwa bermain dapat membantu anak dalam mengatasi

20
Ibid.
21
Op. Cit. Singgih Gunarsa, h. 62
22
Op. Cit. Laura Berk, h. 355-356
23
Op. Cit. Singgih Gunarsa, h. 105-110
17

kecemasan dan konflik-konfliknya. Dalam konteks bermain nak lebih mudah


mengekspresikan perasaan-perasaan yang sebenarnya. Sedangkan menurut Piaget
dan Vygotsky bahwa bermain dapat meningkatkan fungsi kognitif. Permainan
sosial merupakan konteks utama bagi interaksi sosial anak-anak dengan kawan
sebayanya. Televisi atau media juga dapat mengajarkan anak-anak bertindak
positif dan proposional dari pada bertindak negative dan antisosial, seperti pada
acara Sesame Street.24

24
Op. Cit. John Santrock, h. 306-307
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Perkembangan masa kanak-kanak awal secara umum adalah periode
perkembangan pada manusia yang dimulai pada masa akhir bayi (24 bulan)
hingga pada usia 5 atau 6 tahun.
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak awal dari pespektif psikoanalisis
(Freud) digolongkan pada tahap falik. Lebih lanjut Freud berpendapat bahawa
superego mulai terbentuk, dan hal tersebut sebagai dampak atas interaksi sosial.
Sedangkan menurut Erikson masuk pada tahap inisiatif vs rasa bersalah. Artinya
perilaku sosial anak mulai didorong oleh inisiatif, serta rasa bersalah akan muncul
tatkala ketatnya kontrol superego.
Perkembangan emosi pada masa kanak-kanak awal mengalami perubahan
pada : peningkatan pemahaman emosional, lebih dapat mengungkapkan rasa
emosional mereka sekaligus mengendalikan emosi diri terutama yang
berhubungan dengan emosi negative, sering mengalami emosi sadar diri dan
empati, yang berperan sebagai peningkatan kesadaran moral. Kemudaian mereka
mulai menemukan cara meredam perasaan negative orang lain secara efektif,
seperti berpelukan ketika sedih. Ada beberapa aspek yang penting yaitu
Pengendalian Diri (self-regulation) - memahami emosi orang lain – kemudian
Emosi Sadar-Diri (self-conscious), lebih peka terhadap pujian dan kesalahan,
sehingga mereka sering mengalami emosi sadar diri berupa perasaan penuh
kesedihan atau bahagia (peningkatan kesadaran diri mereka), perilaku prososial
(altruistic).
Meskipun lingkungan sangat berpengaruh tetapi, ada yang tidak kalah
pentingnya terhadap perkembangan sosioemosi anak yaitu pola asuh orang tua,
dimana orang tualah yang menentukan anak menjadi pribadi yang baik atau
buruk. Karena seorang anak yang baru lahir diibaratkan sebagai kertas putih
dimana orang tualah yang melukis kertas putih dengan berbagai macam tinta, baik

11
12

tinta kebaikan ataupun tinta keburukan. Pola perkembangan sosial anak diusia 4-5
tahun baik laki-laki maupun perempuan merupakan tahun penting bagi
pertumbuhan psikososial mereka. Perkembangan emosional anak dan pemahaman
diri akan berakar pada pengalaman tahun-tahun tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Berk, Laura E. 2012. Development Through The Lifespan. Terjemahan.


Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Gunarsa, Singgih D. 2011. Dasar & Teori Perkembangan Anak. Jakarta.
Gunung Mulia
Hurlock, Elizabeth B. 2010.Psikologi Perkembangan. Jakarta. Erlangga
Mussen, Paul Henry dkk. 1984. Perkembangan dan Kepribadian Anak.
Jakarta. Erlangga
Santrock, John W. 2012. Life Span Development, Terjemahan. Jakarta.
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai