Makalah Miftahul Jannah
Makalah Miftahul Jannah
DISUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK X
MIFTAHUL JANNAH
( 18. 11. 2358 )
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Sebab karena
limpahan Karunia, Rahmat, dan Hidayah-Nya kami mampu untuk
menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk
kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling berat yakni
Syariah Agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.
Seanjutnya dengan rendah hati saya meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali
karena saya sangat menyadari bahwa makalah yang telah saya buat ini
masih memiliki benyak kekurangan.
Saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap
pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses
penyelesaian makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, saya berharap supaya
makalah yang telah saya buat ini mampu memberikan manfaat kepada
setiap pembacanya.
Pemakalah
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Maslah ............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Kanak-Kanak Awal .............................. 3
B. Perkembangan Sosial Masa Kanak-Kanak Awal ............................ 4
C. Perkembangan Emosi Masa Kanak-Kanak Awal ........................... 6
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu prinsip perkembangan manusia adalah adanya point perkembangan
multi dimensi. Yaitu perkembangan yang melibatkn aspek biologi (fisik), kognitif
dan sosioemosi. Ketiga aspek tersebut sama pentingnya untuk diteliti dan
diketahui sebagai upaya pengkajian untuk menghasilkan informasi yang
berhubungan dengan perkembangan hidup manusia. Fokus utama yang akan
dibahas nantinya adalah mengenai perkembangan masa kanak-kanak awal,
khususnya pada aspek perkembangan sosioemosi. Telah diketahui bersama masa
kanak-kanak awal disebut juga fase golden age, dimana segala bentuk
pembelajaran yang diterima oleh anak akan sangat melekat dan berpengaruh bagi
kehidupannya dimasa yang akan datang. Masa kanak-kanak awal adalah masa
dimana anak mulai belajar mengenali dan mengeksplorasi lingkungan sekitarnya.
Secara umum masa kanak-kanak dikenal dengan masa menjelajah, masa
bertanya, masa meniru, masa berteman, dan masa bermain (kreatifitas). Sehingga
menjadi begitu penting bagi kalangan akademisi dibidang psikologi maupun
masyarakat umum untuk mengetahui seputar dunia perkembangan masa kanak-
kanak sosioemosi. Perkembangan sosioemosi pada anak merupakan aspek psikis
yang sangat berpengaruh pada kehidupan sang anak. Dimana keadaan lingkungan
berpengaruh terhadap perkembangan psikis anak. Seperti lingkungan kehidupan
yang sangat sibuk berakibat buruk pada sosial emosi anak, yaitu anak lebih mudah
kesal dan marah dalam menghadapi segala hal.Oleh karena itu, pengkajian
makalah ini diharapkan mampu memberikan kontribusi terkait perkembangan
anak dari perspektif para pakar psikologi barat, dan diharapkan dapat
diaplikasiakan poin-poin pokok dalam konteks kultur ke Indonesia-an
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka ditariklah suatu rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan kanak-kanak awal?
2. Bagaimana perkembangan kanak-kanak awal dari sisi sosial?
3. Bagaimana perkembangan kanak-kanak awal dari sisi emosional?
C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui:
1. Apakah yang dimaksud dengan perkembangan kanak-kanak awal.
2. Bagaimana perkembangan kanak-kanak awal dari sisi social.
3. Bagaimana perkembangan kanak-kanak awal dari sisi emosional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
John W. Santrock.Life Span Development, Terjemahan. (Jakarta: Erlangga, 2012). h. 18
2
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi perkembangan , (Jakarta : Erlangga, 2010).h. 108
3
11
perspektif Erik Erikson dapat digolongkan pada tahap inisiatif vs rasa bersalah
(3-6 tahun). Sedangkan menurut teori Jean Piaget dapat digolongkan pada tahap
praoperasional (praoperational), lebih lanjut dari teori Lawrence Kohlberg dapat
digolongkan pada tahap penalaran konvensional.3 Namun demikian hal yang harus
ditekankan adalah bukan pada pembagian periode tiap-tiap psikolog, tapi esensi
akan pembelajaran sosioemosi yang global.
3
Laura E. Berk. Development Through The Lifespan. Terjemahan. (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012). h. 20-26
4
Ibid. h. 20 , Lihat juga Singgih D. Gunarsa. Dasar & Teori Perkembangan Anak. (Jakarta:
Gunung Mulia, 2011). h. 100 .
5
Op. Cit. Laura E. Berk. h. 342
6
Ibid. Laura E. Berk, h. 19
12
7
Op. Cit. John Santrock, h. 26
8
Op. Cit. Laura Berk, h. 342
13
9
Op. Cit. Singgih D. Gunarsa. h. 104-107
10
Ibid. Singgih D. Gunarsa, h. 111
11
Ibid. Singgih Gunarsa, h.63
12
Ibid. Cit. Singgih Gunarsa, h. 164
13
Op. Cit.,John W. Santrock. h. 205
14
pada seorang anak berkaitan dengan kemampuan merasakan emosi yang semakin
luas. Seperti orang dewasa, anak-anak mengalami berbagai emosi dalam
kehidupannya seharai-hari. Perkembangan emosi dimasa ini akan membuat
mereka mencoba untuk memahami reaksi-reaksi emosi orang lain dengan
mengendalikan emosinya sendiri.14
Pada periode ini, perkembangan emosi seorang anak masih sangat kuat. Pada
saat ini merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak keluar dari fokus,
anak-anak mudah terbawa pada ledakan-ledakan emosional, sehingga sulit
dibimbing dan diarahkan. Hal ini dapat kita lihat pada anak usia 2,5 sampai 3,5
dan pada usia 5,5 sampai 6,5 tahun. Walaupun setiap emosi dapat dipertinggi
dalam artian bahwa emosi itu lebih sering timbul dan lebih kuat daripada biasanya
pada individu tertentu, tetapi emosi yang meninggi pada masa awal kanak-kanak
ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan iri hati yang
tidak masuk akal. Sebagian dari emosi yang kuat pada periode ini dapat
disebabkan oleh kelemahan akibat lamanya bermain, tidak mau tidur siang, dan
makan terlalu sedikit.15
Masa anak antara usia 2 hingga 4 tahun memperlihatkan peningkatan ekspresi
atas representasi terhadap emosi yang mereka rasakan. Namun mereka sekaligus
juga meningkatkan kesadaran pengelolaan emosi yang sesuai dengan standar
social – pandangan ini sejalan dengan psikoanalisis Freud. 16 Pada rentang waktu
usia 2 hingga 6 tahun ada beberapa perubahan pada sisi emosional anak yang
perlu diingat. Antara lain :
Pertama, anak-anak prasekolah mengalami peningkatan pemahaman
emosional, lebih dapat mengungkapkan rasa emosional mereka sekaligus
memahami emosi orang lain.
Kedua, anak-anak lebih bisa mengendalikan emosi diri terutama yang
berhubungan dengan emosi negative.
14
Op. Cit., John W. Santrock, h. 280
15
Op. Cit. Elizabeth B. Hurlock, h. 155
16
Op. Cit., John W. Santrock, h. 281
15
Ketiga, pada masa ini anak-anak sering mengalami emosi sadar diri dan
empati, yang berperan sebagai peningkatan kesadaran moral.17
Anak-anak juga mulai menemukan cara meredam perasaan negative orang
lain secara efektif, seperti berpelukan ketika sedih. Ini menunjukan bahwa anak-
anak prasekolah mulai mampu mengintepretasikan, memperkirakan, dan
mangubah perasaan orang lain. Oleh karenanya pada masa ini anak-anak belajar
tentang emosi melalui interaksi dengan orang dewasa. Termasuk pola pengasuhan
orang tua sangat mempengaruhi kompetensi emosional guna keberhasilan
pertemanan dan kesehatan mental anak. Pada masa ini anak terkadang akan
berhenti bermain, berdiam diri, dan menampakkan wajah cemas atau menangis
bila seorang asing mendekatinya. Namun ada juga yang menampakkan hal
berbeda, yaitu tersenyum, bertepuk tangan dan membiarkan orang asing bermain
dengannya.18
Pengendalian Diri (self-regulation), salah satu aspek yang berkembang pada
masa kanak-kanak awal. Anak-anak mengungkapkan baragam cara guna
menyesuaikan rangsangan emosional pada tingkat yang lebih nyaman. Misalnya
saja anak menutup mata atau telinga untuk mengurangi pandangan atau
pendengaran yang menakutkan. Kemudian anak-anak denagn emosi negative
mengalami kesulitan dalam mengelola perasaan mereka. Pembelajaran hal
tersebut dapat dilakukan dengan orang tua mereka dalam mengendalikan perasaan
mereka, tentunya dengan mengutarakan emosi yang positif. Orang tua
mempersiapkan anak bagaimana mangatasi kecemasan, salah satunya
pembelajaran percakapan dengan orang dewasa. Kemudian relasi dengan kawan
sabaya sangat dipengaruhi oleh sisi emosi anak. Kemampuan mengelola emosi
akan berpengaruh pada hubungan temsn sebaya. 19
Emosi Sadar-Diri (self-conscious), salah satu bagian yang mengikuti
perkembangan anak. Anak prasekolah menjadi lebih peka terhadap pujian dan
kesalahan, sehingga mereka sering mengalami emosi sadar diri berupa perasaan
17
Op. Cit. Laura Berk, h. 345
18
Paul Henry Mussen dkk. Perkembangan dan Kepribadian Anak. (Jakarta: Erlangga, 1984),
h.125
19
Op. Cit. Laura Berk, h. 347 , Lihat juga Op. Cit., John W. Santrock, h. 279-282
16
20
Ibid.
21
Op. Cit. Singgih Gunarsa, h. 62
22
Op. Cit. Laura Berk, h. 355-356
23
Op. Cit. Singgih Gunarsa, h. 105-110
17
24
Op. Cit. John Santrock, h. 306-307
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perkembangan masa kanak-kanak awal secara umum adalah periode
perkembangan pada manusia yang dimulai pada masa akhir bayi (24 bulan)
hingga pada usia 5 atau 6 tahun.
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak awal dari pespektif psikoanalisis
(Freud) digolongkan pada tahap falik. Lebih lanjut Freud berpendapat bahawa
superego mulai terbentuk, dan hal tersebut sebagai dampak atas interaksi sosial.
Sedangkan menurut Erikson masuk pada tahap inisiatif vs rasa bersalah. Artinya
perilaku sosial anak mulai didorong oleh inisiatif, serta rasa bersalah akan muncul
tatkala ketatnya kontrol superego.
Perkembangan emosi pada masa kanak-kanak awal mengalami perubahan
pada : peningkatan pemahaman emosional, lebih dapat mengungkapkan rasa
emosional mereka sekaligus mengendalikan emosi diri terutama yang
berhubungan dengan emosi negative, sering mengalami emosi sadar diri dan
empati, yang berperan sebagai peningkatan kesadaran moral. Kemudaian mereka
mulai menemukan cara meredam perasaan negative orang lain secara efektif,
seperti berpelukan ketika sedih. Ada beberapa aspek yang penting yaitu
Pengendalian Diri (self-regulation) - memahami emosi orang lain – kemudian
Emosi Sadar-Diri (self-conscious), lebih peka terhadap pujian dan kesalahan,
sehingga mereka sering mengalami emosi sadar diri berupa perasaan penuh
kesedihan atau bahagia (peningkatan kesadaran diri mereka), perilaku prososial
(altruistic).
Meskipun lingkungan sangat berpengaruh tetapi, ada yang tidak kalah
pentingnya terhadap perkembangan sosioemosi anak yaitu pola asuh orang tua,
dimana orang tualah yang menentukan anak menjadi pribadi yang baik atau
buruk. Karena seorang anak yang baru lahir diibaratkan sebagai kertas putih
dimana orang tualah yang melukis kertas putih dengan berbagai macam tinta, baik
11
12
tinta kebaikan ataupun tinta keburukan. Pola perkembangan sosial anak diusia 4-5
tahun baik laki-laki maupun perempuan merupakan tahun penting bagi
pertumbuhan psikososial mereka. Perkembangan emosional anak dan pemahaman
diri akan berakar pada pengalaman tahun-tahun tersebut.
DAFTAR PUSTAKA