Tema :
Teori Teori Perubahan
(Konflik, dan Perubahan Sosial Dalam Pergeseran Paradigma Masyarakat)
Disusun Oleh :
Panji Hermawan
Guna Memenuhi Syarat Latihan Kader II HmI
Cabang Tembilahan
ABSTRACK
Salah satu doktrin perjuangan HMI adalah Nilai-Nilai Dasar perjuangan (NDP), yang
menempati posisi strategis. HMI yang berperang sebagai organisasi perjuangan, berusaha
untuk melakukan perubahan-perubahan dalam masyarakat indonesia, telah memiliki nilai-
nilai dasar untuk melakukan perubahan itu, mengetahui, memahami, menghayati dan
melaksanakan NDP tidak cukup hanya dengan mengetahui sejarah perumusan, NDP, isi dari
masing-masing bab, akan tetapi pengetahuan dan pemahaman tentang NDP, harus
menempatkanya sebagai suatu doktrinasi HMI yang memuat gagasan-gagasan untuk
mengatur kehidupan masyarakat indonesia. 1 kaum intelektual islam Indonesia harus
memakai doktrin NDP dan memacu cara berpikir untuk menjawab tantangan di era
modernisme. Sebab, Modernisme adalah masalah penting yang dihadapi masyarakat islam
indonesia. Masalah yang lebih penting adalah hubungan antara modernitas yang
dipaksakan. Harus kita ungkapkan apakah modernitas seperti dikatakan adalah sinonim dari
“beradab”,ataukah hal itu adalah masalah yang sama sekali berbeda dan gejala sosial yang
tidak punya hubungan sama sekali dengan peradaban. Namun, Nurcholish Madjid
menyadari bahwa tidak mudah melakukan suatu pembaruan, sebab ini menyangkut
perubahan pola pikir yang sudah mapan. Karena itu yang pertama kali dilakukan oleh Cak
Nur ialah meletakkan konsep pembaruannya didalam rintangan dinamika. Ia menuturkan
“pembaruan harus dimulai dengan dua tindakan yang saling berhubungan, yaitu
melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional dan mencari nilai-nilai yang berorientasi ke
masa depan. Untuk melakukan pembaruan, yang diperlukan suatu proses liberalisasi .Proses
ini menyanngkut: (1) sekulerisasi, (2) kebebasan berpikir, dan (3) sikap terbuka. kata kunci :
indoktrinasi nilai-nilai dasar perjuangan (NDP) HMI sebagai spirit gerakan membangun
intelektual islam indonesia di era modernisme.
A. Latar Belakang
1 1Muh.Arif, “Peranan Bimbingan Konseling (BK) Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di Smp Guppi Samata
Kelurahan Romang Polong di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. (Skripsi: Sarjana Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, Tahun 2014)
2 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Radja Grafindo Persada, 2001). h. 40
2
3
manusia karena dengan pendidikan manusia dapat mencapai taraf hidup yang lebih baik,
dalam segala tindakan, ucapan dan tingkah laku manusia yang tak lepas dipengaruhi
oleh suatu proses pendidikan. Proses pendidikan dapat dilakukan sejak usia bayi sampai
akhir hayat.
Sedangkan menurut istilah syara‟ nikah itu berarti akad yang menghalalkan
pesetubuhan. Tujuan perkawinan bukan hanya untuk hidup sehari atau dua hari, bukan
pula untuk hidup setahun atau dua tahun, akan tetapi kehidupan berumah tangga
dimaksudkan untuk hidup bersama sampai Tuhan memisahkan keduanya. Membentuk
rumah tangga diperlukan adanya kedewasaan antara kedua pasangan sehingga ukuran
umur dianggap perlu pula dijadikan bahan pertimbangan. Menurut Undang-Undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 7 ayat 1 Mengatur usia pernikahan yakni,
pernikahan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak
perempuan sudah mencapai umur 16 tahun dan pihak perempuan yang umurnya belum
mencapai pada umur yang telah ditetapkan, maka dianggap belum siap untuk menjalani
mahligai rumah tangga. Pernikahan seperti inssi dikenal dengan sebutan pernikahan usia
3 Zulkifli, Psikologi Perkembangan ( Cet. I-V1; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 6
4 Tim Permata Perss. Undang-Undang Perkawinan Administrasi, Kepedudukan dan
Kewarganegaraan, (BAB. II Pasal 7), h.
4
dini, pernikahan ini di anggap rentan karena belum terbentuknya kematangan dalam
menghadapi masalah rumah tangga.5 Perkawinan bukan hanya sekedar sebagai pemuas
kebutuhan biologis semata, akan tetapi jauh dari itu adalah untuk melaksanakan sunnah
Rasulullahh saw. Di dalam Alquran Allah swt. telah menganjurkan kepada hambanya
untuk melangsungkan pernikahan sepanjang mampu melaksanakannya sebab hidup
berumah tangga merupakan rahmat, sekaligus merupakan bukti kekuasaan Allah swt.
sebagaimana yang dijelaskan dalam salah satu ayat dalam QS.Ar-Ruum/30:21 :
Ayat tersebut menggambarkan tentang apa yang dapat dicapai dari suatu
perkawinan, yang pada kenyataannya sejalan dengan tujuan perkawinan yakni
membentuk kehidupan berumah tangga yang bahagia dan sejahtera yang di bina atas
rasa kasih dan sayang, saling menghormati dan saling membantu antara satu dengan
yang lainnya. Pelaksanaan perkawinan, terutama di Kelurahan Tolo Kecamatan Turatea
sangat memerlukan perhatian, dan kurang diperhatikan aturan- aturan pernikahan yang
telah ditetapkan, terutama masalah umur, hal semacam ini sulit sekali dihindari
mengurangi hal tersebut, maka peranan bimbingan konseling sangat diperlukan
mengenai dampak yang akan ditimbulkan dari pernikahan usia dini.7 Beriringan dengan
kesadaran masyarakat mengenai banyaknya dampak yang akan ditimbulkan dari
Pernikahan Usia Dini, Namun secara umum, perkawinan usia anak ini tidak terlepas
dari beberapa faktor yang memengaruhi. Menurut Hadi Supeno, ada tiga faktor atau
sinyalemen ini yaitu: Tradisi lama yang sudah turun temurun yang menganggap
perkawinan pada usia anak-anak sebagai suatu hal yang wajar. Dalam masyarakat
5 Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Isllam, Kementriaan Agama R,I, Himpunan Peraturan Perundang-undangan dalam Lingkungan
Peradilan Agama (Jakarta: Al-Hikmah, 2001), h. 131.
6 Kementrian Agama RI.,Al-Quran dan Terjemahnya, ( Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006), h.644
5
Indonesia, bila anak gadisnya tidak segera memperoleh jodoh, orang tua merasa malu
karena anak gadisnya belum menikah Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang
diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna perkawinan berbeda-
beda, tetapi praktekpraktek perkawinan dihampir semua kebudayaan cenderung sama
perkawinan menunujukkan pada suatu peristiwa saat sepasang calon suami-istri
dipertemukan secara formal dihadapan ketua agama, para saksi, dan sejumlah hadirin
untuk kemudian disahkan secara resmi dengan upacara dan ritual-ritual tertentu. Pada
hakekatnya perkawinan adalah ikatan lahir batin manusia untuk hidup bersama antara
seorang pria dan seorang wanita untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal,
bahagia dan sejahtera. Menurut Bachtiar, definisi Perkawinan adalah pintu bagi
bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka
waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh masingmasing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak,
bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan. Perkawinan itu merupakan ikatan yang
kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak
untuk hidup bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi.
Seperti firman Allah dalam surat Az-Zariyat (51) ayat 49 yang berbunyi:
Berdasarkan uraian di atas tersebut, alasan pemilihan judul juga didasarkan pada
aspek-aspek sebagai berikut: pernikahan usia muda yang sangat menarik untuk dikaji,
karena pada usia muda masih banyak hal belum mereka pahami mengenai pola
kehidupan berumah tangga yang bahagia dan kekal, serta pada usia muda merupakan
usia yang masih memiliki harapan-harapan besar untuk meraih impian dan cita-cita.
maka penulis peneliti mencoba untuk melakukan sebuah penelitian mengenai
“DINAMIKA MASYARAKAT TRANSISI: MENCARI ALTERNATIF TEORI
BUDAYA DAN PENDIDIKAN ( NIKAH MUDA )”
PEMBAHASAN
Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan untuk waktu yang lama. Perkawinan merupakan titik awal dari kehidupan
bersama sebagai suami istri dalam satu rumah tangga. Menurut Undang-Undang
Perkawinan No. 1 tahun 1974 mengenai dasar perkawinan, perkawinan diartikan
sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita dengan tujuan
membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
(Muhammad, 2000:75). Persoalan yang muncul saat ini adalah masih banyak terdapat
daerah yang masyarakatnya masih melakukan pernikahan di usia muda. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat belum bisa memahami arti dari sebuah pernikahan.
Meskipun pada aturannya pernikahan yang ideal adalah pernikahan yang sudah
memiliki usia yang cukup untuk berumah tangga. Namun, kenyataannya masih banyak
yang saat ini masih menikah pada usia dini dan keadaan social budaya yang ada
dilingkungan tersebut, yakni termasuk lingkungan keluarga. 7
Pernikahan usia dini masih banyak terjadi di indonesia. Dimana kebanyakan orang
tua menikahkan anaknya karena alasan ekonomi, hal lainnya juga dipengaruhi alasan
sosial dan budaya seperti adat orang tua harus menjodohkan anaknya sejak mereka
masih kecil, masyarakat yang negatif yaitu dianggap perawan tua terhadap perempuan
yang menikah di usia 18 tahun. Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2007 menunjukan 22 persen perempuan menikah sebelum usia 18 tahun.
Beberapa daerah di Indonesia seperti Bondowoso menunjukan angka pernikahan usia
dini yang lebih tinggi yaitu 57% dan dalam waktu 1 tahun 50 persen dari pernikahan
tersebut berakhir dengan perceraian. Berdasarkan data dari UNICEF, Perempuan yang
melahirkan pada usia 14- 19 tahun akan mengalami resiko kematian 2 kali lebih besar
dibandingkan perempuan yang melahirkan pada usia diatas 20 tahun. Di tahun 2011 di
Bondowoso ditemukan 192 kasus kematian bayi karena kurang gizi akibat kurangnya
7 Mohammad Faisal “Pernikahan Usia Dini. (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 38
pengetahuan ibu. Praktek perkawinan di bawah umur terjadi di banyak negara terutama
di negara-negara sub sahara Afrika dan Asia Selatan. Data Perserikatan BangsaBangsa,
Agustus 2012 menunjukan bahwa Niger dan Chad adalah dua negara dengan ranking
tertinggi angka kawin di bawah umur dengan masing-masing mencapai 75 dan 72
persen dan indonesia menduduki rankng 57 dengan 22 persen angka kawin di bawah
umur. Sedangkan beberapa Negara Islam seperti Iran, Tunisia , Malaysia memeliki 0%
angka kawin di bawah umur. Negara Saudi Arabia, negara tempat lahirnya Islam
ternyata juga tidak tercatat adanya perkawinan di bawah umur- 0% (patut dipertanyakan
kalau agama dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku atau kebiasaan
perkawinan di bawah umur)
Pernikahan dini secara faktual memiliki banyak dampak negatif. Plan Indonesia,
dalam penelitiannya menemukan bahwa pernikahan usia dini mempengaruhi secara
negatif masa depan perempuan, kerena pernikahan usia dini akan membatasi gerak sang
perempuan, membuat mereka tak punya kesempatan melakukan berbagai hal yang
seharusnya mereka lakukan pada usia tersebut. Dari 33.5% perempuan yang menikah
pada usia dini, hanya sekitar 5.6% yang masih melanjutkan pendidikannya.
Namun, apabila harus memasuki dunia kerja, mereka juga tidak siap karena
minimnya pengetahuan dan pengalaman. Selain itu, pernikahan dini menempatkan
perempuan pada kerentanan untuk mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Sekitar 44% perempuan yang menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) dengan frekuensi yang cukup tinggi. Sedangkan, 56% perempuan sisanya
mengalami KDRT dalam frekuensi rendah. Banyaknya jumlah tersebut dipicu karena
tingginya pernikahan di bawah umur. Hal ini bisa terjadi, karena biasanya pelaku
pernikahan dini memang belum memiliki kesiapan ekonomi maupun mental untuk
berumahtangga. Pernikahan dianggap suatu yang suci. Upacara pernikahan adalah
upacara yang suci, yang kedua pihak dihubungkan menjadi pasangan suami istri atau
saling meminta menjadi pasangan hidupnya dengan mempergunakan nama Allah swt.8
Menurut syariat, nikah juga berarti akad, sedangkan pengertian hubungan badan itu
8 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indinesia (Jakarta: Universitas Indonesia, 1974), h. 47.
8
hanya merupakan metafora saja, dengan pemahaman lain, bahwa dengan akad tersebut,
maka menjadi boleh apa yang telah dilarang. Rasulullah saw menekankan bahwa pada
hakekatnya nikah itu tidak hanya sekedar akad. Akan tetapi, lebih dari itu setelah
pelaksanaan akad pengantin tersebut harus merasakan nikmatnya akad tersebut.9
Sedikit badai sangat rawan menggoyahkan rumah tangga pelaku pernikahan dini.
Tujuan perkawinan seperti disebutkan itu kadang terhalang oleh keadaan yang tidak
dibayangkan sebelumnya. Para ahli hokum berpendapat faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda salah satunya menurut RT. Akhmad
Jayadiningrat, faktor-faktor yang mendasari terjadinya perkawinan usia muda
diantaranya
a. Menginginkan anggota tambahan baru dalam keluarga
b. Kurangnya pemahaman efek pernikahan terlalu muda terhadap kedua mempelai dan
anak turunnya.
c. Adat yang sangat kuat dipercayai dimasyarakat yang mempunyai efek kebaikan.
d. Masalah ekonomi keluarga
e. Menghindari pergaulan bebas dikalangan anak usia muda Sejalan dengan hal diatas,
juga menjelaskan diantara faktor-faktor yang menyebabkan keretakan dan
perselisihan terus-menerus pada pasangan perkawinan usia muda sehingga sampai
terjadinya perceraian adalah: a. Perkawinan pada usia muda, yang mengakibatkan
kedua pasangan tersebut belum bias berfungsi secara baik sebagai suami istri.
b. Masalah ekonomi, yang menjadi faktor yang utama dalam perceraian.
c. Kurang mengetahui dan mempelajari agama, hal demikian dapatt menimbulkan
kekacauan rumah tangga dimana si suami tidak tahu fungsinya dan si istrinya tidak
tahu kewajibannya
d. Kepribadian yang egoistis baik salah satu maupun kedua-duanya sehingga sulittt
untuk mencapai mawaddah dan rahmah yyang merupakan wujud dari
keharmonisan dan keserasian dalam rumah tangga. Yang dimaksud sebagai
Pendidikan merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam
upaya untuk meningkatkan pengetahuan penduduk. Tingkat pendidikan juga akan
mempengaruhi jenis mata pencaharian yang akhirnya akan berpengaruh terhadap
jumlah pendapatan dan pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga Tingkat
pendidikan orang tua pelaku nikah muda tergolong rendah. Mereka hanya mampu
menamatkan pendidikan sampai sekolah menengah pertama. Hal ini dikarenakan
kurangnya biaya dan kurangnya kesadaran akan pendidikan.
Tingkat pendidikan orang tua penduduk yang menikah pada usia muda tergolong
rendah, selain itu pengaruh lainya yang menjadi Faktor meningkatnya Pernikahan Dini
1. Sebagian besar orang tua pelaku pernikahan usia muda tidak tamat SD.
2. Tingkat pendidikan pelaku nikah muda Pekon Pagarbukit tahun 2016 masih rendah,
sebagian besar penduduk hanya lulusan SD.
3. Tingkat pendapatan orang tua pelaku nikah muda masih di bawah UMK
Berdasarkan data dari UNICEF, perempuan yang melahirkan pada usia 14- 19 tahun
akan mengalami resiko kematian 2 kali lebih besar dibandingkan perempuan yang
melahirkan pada usia diatas 20 tahun..
Himpunan Mahasiswa Islam adalah Suatu wadah yang dikelola mampi, guna
memberikan pemahaman di tengah masyarakat dan lingkungan yang ada tentang
kesehatan reproduksi serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.
Salah satu tujuan penting Himpunan Mahasiswa Islam adalah memberikan
pendidikan dan pengetahuan dalam menanggulangi pernikahan dini dengan cara
memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang program Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP). Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk
meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan
12
diharapkan mencapai usia minimal 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi l aki-
laki. Semakin banyak yang mengetahui program PUP dan manfaatnya, maka angka
pernikahan dini dapat di tekan.
Melalui wadah ini remaja-remaja akan semakin terarah memberikan pemahaman
merupakan bagian penting dalam untuk mandapat pengetahuan bagaimana
merencanakan secara baik jenjang pendidikan, berkarir dalam pekerjaan, dan kehidupan
berkeluarga (kapan menikah, kapan mempunyai anak, berapa jumlah anaknya,
bagaimana mendidik anak).
Solusi yang bisa ditawarakan Para Kader Lain untuk Menanggulangi Pernikahan Dini
1. Perlunya pengawasan orang tua terhadap pergaulan anaknya, sehingga terhindar dari
pergaulan bebas.
2. Memperkenalkan ajaran agama sejak dini,sehingga akan menjauhkan anak dari hal-hal
yang kurang baik.
3. Memberlakukan seluruh akses internet di kalangan sekolah, warnet dan rumahan yang
bebas dari situs-situs porno.
4. Memberikan Pelajaran dan Pentingnya Nilai Pendidikan dalam Upaya menanggulangi
Perhatian untuk Nikah Muda
5. Aktif dan Belajar di Kegiatan Kemasyarakatan
6. Belajar Berwirausaha atau UMKM
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fenomena Nikah Muda menjadi bagian yang akan dicapai bagi kemajuan
pembangunan berkelanjutan yang akan dicapai di masa yang akan datang tepatnya pada
tahun 2030 sebagai upaya untuk mencapai hal itu wadah HMI akan mengambil peran
yang penting sebagai tempat menciptakan kader HMI yang akan memberi pandangan
dan tyerjun langsung yang sifatnya dapat mengakselerasi semua tujuan dan manfaat
yang akan di capai nantinya. Peran strategis kader HMI akan dilihat di masa yang akan
datang dengan meningkatnya kualitas Kader HMI akan semakin menjadikan peran dan
fungsi wadah ini dalam memberikan Edukasi dalam memberikan pandangan Pernikahan
Dini (Nikah Muda) dan meningkatkan tingkat pendidikan, tidak imbangnya
pembangunnan, meningkatnya angka kesehatan yang semakin baik, dan sektor lainya.
Adanya Fenomena Pernikahan Dini akan menjadi tantangan yang harus dihadapi
ke depan dengan adanya hak tersebut menuntut setiap sektor harus disiapkan dari semua
lini bagi tiap tiap kader yang akan menciptkan peranan ditiap lini masing masing. Baik
di bidang sosial, agama, ekonomi kebudayaan dan lain sebagainya Upaya peningkatan
kualitas kader HMI membutuhkan proses panjang, dan keberhasilannya sangat
bergantung dari kesiapan Kader itu sendiri.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Nastiti, Sri Indah Wibi, et.all. Dokumentasi Best Practice Kota–kota Jilid 8.
Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), 2012.
Nugroho, Yanuar. Some notes on Preparation for the implementation of the Post–
2015 Development Agenda / SDGs / Agenda 2030.
DATA PRIBADI
Email : panjipradana71@gmail.com
No Hp : 0821-7065-3399 (WA)
Agama : Islam
Status : Mahasiswa
Berat Badan : 54 Kg
RIWAYAT PENDIDIKAN
Formal :
2013- 2016 : MTS Riadhul Jannah Parit 4 Sungai Saren, Tanjab Barat
PENGALAMAN ORGANISASI
Pramuka