Anda di halaman 1dari 16

JURNAL

“DINAMIKA MASYARAKAT TRANSISI: MENCARI ALTERNATIF TEORI


BUDAYA DAN PENDIDIKAN ( NIKAH MUDA )”

Tema :
Teori Teori Perubahan
(Konflik, dan Perubahan Sosial Dalam Pergeseran Paradigma Masyarakat)

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti


“INTERMEDIATE TRAINING (LK II) TINGKAT NASIONAL
HMI CABANG TEMBILAHAN
Oleh:
PANJI HERMAWAN
Komisariat Dakwah dan Hukum
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM ( HMI
)
CABANG TANJUNG JABUNG BARAT
2020
“DINAMIKA MASYARAKAT TRANSISI: MENCARI ALTERNATIF TEORI
BUDAYA DAN PENDIDIKAN ( NIKAH MUDA )”

Disusun Oleh :

Panji Hermawan
Guna Memenuhi Syarat Latihan Kader II HmI
Cabang Tembilahan

ABSTRACK
Salah satu doktrin perjuangan HMI adalah Nilai-Nilai Dasar perjuangan (NDP), yang
menempati posisi strategis. HMI yang berperang sebagai organisasi perjuangan, berusaha
untuk melakukan perubahan-perubahan dalam masyarakat indonesia, telah memiliki nilai-
nilai dasar untuk melakukan perubahan itu, mengetahui, memahami, menghayati dan
melaksanakan NDP tidak cukup hanya dengan mengetahui sejarah perumusan, NDP, isi dari
masing-masing bab, akan tetapi pengetahuan dan pemahaman tentang NDP, harus
menempatkanya sebagai suatu doktrinasi HMI yang memuat gagasan-gagasan untuk
mengatur kehidupan masyarakat indonesia. 1 kaum intelektual islam Indonesia harus
memakai doktrin NDP dan memacu cara berpikir untuk menjawab tantangan di era
modernisme. Sebab, Modernisme adalah masalah penting yang dihadapi masyarakat islam
indonesia. Masalah yang lebih penting adalah hubungan antara modernitas yang
dipaksakan. Harus kita ungkapkan apakah modernitas seperti dikatakan adalah sinonim dari
“beradab”,ataukah hal itu adalah masalah yang sama sekali berbeda dan gejala sosial yang
tidak punya hubungan sama sekali dengan peradaban. Namun, Nurcholish Madjid
menyadari bahwa tidak mudah melakukan suatu pembaruan, sebab ini menyangkut
perubahan pola pikir yang sudah mapan. Karena itu yang pertama kali dilakukan oleh Cak
Nur ialah meletakkan konsep pembaruannya didalam rintangan dinamika. Ia menuturkan
“pembaruan harus dimulai dengan dua tindakan yang saling berhubungan, yaitu
melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional dan mencari nilai-nilai yang berorientasi ke
masa depan. Untuk melakukan pembaruan, yang diperlukan suatu proses liberalisasi .Proses
ini menyanngkut: (1) sekulerisasi, (2) kebebasan berpikir, dan (3) sikap terbuka. kata kunci :
indoktrinasi nilai-nilai dasar perjuangan (NDP) HMI sebagai spirit gerakan membangun
intelektual islam indonesia di era modernisme.

Kata Kunci : Fenomena Perceraian, Teori Pendidikan dan Budaya, Solusi


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah Perkembangan di era globalisasi sekarang ini, dunia pendidikan


menghadapi berbagai macam tantangan dan permasalahan. Diantara permasalahannya
adalah timbulnya berbagai macam bentuk kenakalan remaja. Remaja pada usia sekolah
yang pada umumnya difokuskan untuk menuntut ilmu dan hal yang bermanfaat, namun
kenyataannya malah melakukan berbagai bentuk tindakan yang tidak terpuji yang
seharusnya tidak mereka lakukan. Kenakalan ini biasa terjadi pada anak-anak, namun
yang paling dominan terjadi pada usia remaja dan pada masa ini remaja mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat atau disebut dengan masa
peralihan (transisi), dengan adanya kebebasan pers, media massa bebas menayangkan
sesuatu yang dapat memberi rangsangan negativ bagi perilaku remaja saat ini, seperti
televisi, internet, dan lainnya merupakan media yang memberikan pengaruh besar
terhadap perilaku remaja sekarang.1 Remaja adalah suatu masa individu berkembang
dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia
mencapai kematangan seksual.2
Olehnya itu, ketika anak telah berada pada usia 12 sampai 21 Tahun, maka ini
yang disebut dengan masa remaja, Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak
menjadi dewasa. Pada usia ini terjadi perubahan, baik secara fisik maupun psikis.
Perubahan secara fisik yang nyata adalah pertumbuhan tulang dan perkembangan alat
kelamin serta tanda-tanda seksual sekunder, baik pada laki-laki maupun pada
perempuan. Sedangkan secara psikis, perubahan yang terjadi pada remaja ialah
munculnya dorongan seksual, perasaan cinta dan tertarik pada lawan jenisnya.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kelangsungan hidup

1 1Muh.Arif, “Peranan Bimbingan Konseling (BK) Dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di Smp Guppi Samata
Kelurahan Romang Polong di Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa. (Skripsi: Sarjana Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, Tahun 2014)
2 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Radja Grafindo Persada, 2001). h. 40

2
3

manusia karena dengan pendidikan manusia dapat mencapai taraf hidup yang lebih baik,
dalam segala tindakan, ucapan dan tingkah laku manusia yang tak lepas dipengaruhi
oleh suatu proses pendidikan. Proses pendidikan dapat dilakukan sejak usia bayi sampai
akhir hayat.

Adanya berbagai perbedaan tersebut sehingga di anjurkan saling mengenal sehingga


terbentuk hubungan sosial antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan
pembentukan keluarga melalui pernikahan memerlukan adanya upaya saling mengenal
di dalammnya. Agama mengajarkan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang suci, baik,
dan mulia. Pernikahan menjadi dinding kuat yang memelihara manusia dari
kemungkinan jatuh ke lembah dosa yang di sebabkan oleh nafsu birahi yang tak
terkendalikan. Perkawinan merupakan peristiwa yang sangat penting dan sakral dalam
kehidupan seseorang, karena perkawinan adalah jenjang memasuki dunia baru, dunia
yang penuh liku-liku kehidupan yang sangat rumit. Perkawinan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal.3 berdasarkan ketuhanan yang maha esa.4

Sedangkan menurut istilah syara‟ nikah itu berarti akad yang menghalalkan
pesetubuhan. Tujuan perkawinan bukan hanya untuk hidup sehari atau dua hari, bukan
pula untuk hidup setahun atau dua tahun, akan tetapi kehidupan berumah tangga
dimaksudkan untuk hidup bersama sampai Tuhan memisahkan keduanya. Membentuk
rumah tangga diperlukan adanya kedewasaan antara kedua pasangan sehingga ukuran
umur dianggap perlu pula dijadikan bahan pertimbangan. Menurut Undang-Undang
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 7 ayat 1 Mengatur usia pernikahan yakni,
pernikahan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak
perempuan sudah mencapai umur 16 tahun dan pihak perempuan yang umurnya belum
mencapai pada umur yang telah ditetapkan, maka dianggap belum siap untuk menjalani
mahligai rumah tangga. Pernikahan seperti inssi dikenal dengan sebutan pernikahan usia

3 Zulkifli, Psikologi Perkembangan ( Cet. I-V1; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. 6
4 Tim Permata Perss. Undang-Undang Perkawinan Administrasi, Kepedudukan dan
Kewarganegaraan, (BAB. II Pasal 7), h.
4
dini, pernikahan ini di anggap rentan karena belum terbentuknya kematangan dalam
menghadapi masalah rumah tangga.5 Perkawinan bukan hanya sekedar sebagai pemuas
kebutuhan biologis semata, akan tetapi jauh dari itu adalah untuk melaksanakan sunnah
Rasulullahh saw. Di dalam Alquran Allah swt. telah menganjurkan kepada hambanya
untuk melangsungkan pernikahan sepanjang mampu melaksanakannya sebab hidup
berumah tangga merupakan rahmat, sekaligus merupakan bukti kekuasaan Allah swt.
sebagaimana yang dijelaskan dalam salah satu ayat dalam QS.Ar-Ruum/30:21 :

Terjemahnya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia


menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.6

Ayat tersebut menggambarkan tentang apa yang dapat dicapai dari suatu
perkawinan, yang pada kenyataannya sejalan dengan tujuan perkawinan yakni
membentuk kehidupan berumah tangga yang bahagia dan sejahtera yang di bina atas
rasa kasih dan sayang, saling menghormati dan saling membantu antara satu dengan
yang lainnya. Pelaksanaan perkawinan, terutama di Kelurahan Tolo Kecamatan Turatea
sangat memerlukan perhatian, dan kurang diperhatikan aturan- aturan pernikahan yang
telah ditetapkan, terutama masalah umur, hal semacam ini sulit sekali dihindari
mengurangi hal tersebut, maka peranan bimbingan konseling sangat diperlukan
mengenai dampak yang akan ditimbulkan dari pernikahan usia dini.7 Beriringan dengan
kesadaran masyarakat mengenai banyaknya dampak yang akan ditimbulkan dari
Pernikahan Usia Dini, Namun secara umum, perkawinan usia anak ini tidak terlepas
dari beberapa faktor yang memengaruhi. Menurut Hadi Supeno, ada tiga faktor atau
sinyalemen ini yaitu: Tradisi lama yang sudah turun temurun yang menganggap
perkawinan pada usia anak-anak sebagai suatu hal yang wajar. Dalam masyarakat

5 Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Isllam, Kementriaan Agama R,I, Himpunan Peraturan Perundang-undangan dalam Lingkungan
Peradilan Agama (Jakarta: Al-Hikmah, 2001), h. 131.
6 Kementrian Agama RI.,Al-Quran dan Terjemahnya, ( Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan, 2006), h.644
5

Indonesia, bila anak gadisnya tidak segera memperoleh jodoh, orang tua merasa malu
karena anak gadisnya belum menikah Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang
diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna perkawinan berbeda-
beda, tetapi praktekpraktek perkawinan dihampir semua kebudayaan cenderung sama
perkawinan menunujukkan pada suatu peristiwa saat sepasang calon suami-istri
dipertemukan secara formal dihadapan ketua agama, para saksi, dan sejumlah hadirin
untuk kemudian disahkan secara resmi dengan upacara dan ritual-ritual tertentu. Pada
hakekatnya perkawinan adalah ikatan lahir batin manusia untuk hidup bersama antara
seorang pria dan seorang wanita untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal,
bahagia dan sejahtera. Menurut Bachtiar, definisi Perkawinan adalah pintu bagi
bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka
waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh masingmasing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak,
bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan. Perkawinan itu merupakan ikatan yang
kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak
untuk hidup bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi.

Seperti firman Allah dalam surat Az-Zariyat (51) ayat 49 yang berbunyi:

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu


mengingat kebesaran Allah.”

Berdasarkan uraian di atas tersebut, alasan pemilihan judul juga didasarkan pada
aspek-aspek sebagai berikut: pernikahan usia muda yang sangat menarik untuk dikaji,
karena pada usia muda masih banyak hal belum mereka pahami mengenai pola
kehidupan berumah tangga yang bahagia dan kekal, serta pada usia muda merupakan
usia yang masih memiliki harapan-harapan besar untuk meraih impian dan cita-cita.
maka penulis peneliti mencoba untuk melakukan sebuah penelitian mengenai
“DINAMIKA MASYARAKAT TRANSISI: MENCARI ALTERNATIF TEORI
BUDAYA DAN PENDIDIKAN ( NIKAH MUDA )”
PEMBAHASAN

A. Fenomena nikah muda

Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dan seorang
perempuan untuk waktu yang lama. Perkawinan merupakan titik awal dari kehidupan
bersama sebagai suami istri dalam satu rumah tangga. Menurut Undang-Undang
Perkawinan No. 1 tahun 1974 mengenai dasar perkawinan, perkawinan diartikan
sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita dengan tujuan
membentuk keluarga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
(Muhammad, 2000:75). Persoalan yang muncul saat ini adalah masih banyak terdapat
daerah yang masyarakatnya masih melakukan pernikahan di usia muda. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat belum bisa memahami arti dari sebuah pernikahan.
Meskipun pada aturannya pernikahan yang ideal adalah pernikahan yang sudah
memiliki usia yang cukup untuk berumah tangga. Namun, kenyataannya masih banyak
yang saat ini masih menikah pada usia dini dan keadaan social budaya yang ada
dilingkungan tersebut, yakni termasuk lingkungan keluarga. 7
Pernikahan usia dini masih banyak terjadi di indonesia. Dimana kebanyakan orang
tua menikahkan anaknya karena alasan ekonomi, hal lainnya juga dipengaruhi alasan
sosial dan budaya seperti adat orang tua harus menjodohkan anaknya sejak mereka
masih kecil, masyarakat yang negatif yaitu dianggap perawan tua terhadap perempuan
yang menikah di usia 18 tahun. Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2007 menunjukan 22 persen perempuan menikah sebelum usia 18 tahun.
Beberapa daerah di Indonesia seperti Bondowoso menunjukan angka pernikahan usia
dini yang lebih tinggi yaitu 57% dan dalam waktu 1 tahun 50 persen dari pernikahan
tersebut berakhir dengan perceraian. Berdasarkan data dari UNICEF, Perempuan yang
melahirkan pada usia 14- 19 tahun akan mengalami resiko kematian 2 kali lebih besar
dibandingkan perempuan yang melahirkan pada usia diatas 20 tahun. Di tahun 2011 di
Bondowoso ditemukan 192 kasus kematian bayi karena kurang gizi akibat kurangnya

7 Mohammad Faisal “Pernikahan Usia Dini. (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 38
pengetahuan ibu. Praktek perkawinan di bawah umur terjadi di banyak negara terutama
di negara-negara sub sahara Afrika dan Asia Selatan. Data Perserikatan BangsaBangsa,
Agustus 2012 menunjukan bahwa Niger dan Chad adalah dua negara dengan ranking
tertinggi angka kawin di bawah umur dengan masing-masing mencapai 75 dan 72
persen dan indonesia menduduki rankng 57 dengan 22 persen angka kawin di bawah
umur. Sedangkan beberapa Negara Islam seperti Iran, Tunisia , Malaysia memeliki 0%
angka kawin di bawah umur. Negara Saudi Arabia, negara tempat lahirnya Islam
ternyata juga tidak tercatat adanya perkawinan di bawah umur- 0% (patut dipertanyakan
kalau agama dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku atau kebiasaan
perkawinan di bawah umur)
Pernikahan dini secara faktual memiliki banyak dampak negatif. Plan Indonesia,
dalam penelitiannya menemukan bahwa pernikahan usia dini mempengaruhi secara
negatif masa depan perempuan, kerena pernikahan usia dini akan membatasi gerak sang
perempuan, membuat mereka tak punya kesempatan melakukan berbagai hal yang
seharusnya mereka lakukan pada usia tersebut. Dari 33.5% perempuan yang menikah
pada usia dini, hanya sekitar 5.6% yang masih melanjutkan pendidikannya.
Namun, apabila harus memasuki dunia kerja, mereka juga tidak siap karena
minimnya pengetahuan dan pengalaman. Selain itu, pernikahan dini menempatkan
perempuan pada kerentanan untuk mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Sekitar 44% perempuan yang menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) dengan frekuensi yang cukup tinggi. Sedangkan, 56% perempuan sisanya
mengalami KDRT dalam frekuensi rendah. Banyaknya jumlah tersebut dipicu karena
tingginya pernikahan di bawah umur. Hal ini bisa terjadi, karena biasanya pelaku
pernikahan dini memang belum memiliki kesiapan ekonomi maupun mental untuk
berumahtangga. Pernikahan dianggap suatu yang suci. Upacara pernikahan adalah
upacara yang suci, yang kedua pihak dihubungkan menjadi pasangan suami istri atau
saling meminta menjadi pasangan hidupnya dengan mempergunakan nama Allah swt.8
Menurut syariat, nikah juga berarti akad, sedangkan pengertian hubungan badan itu

8 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indinesia (Jakarta: Universitas Indonesia, 1974), h. 47.
8

hanya merupakan metafora saja, dengan pemahaman lain, bahwa dengan akad tersebut,
maka menjadi boleh apa yang telah dilarang. Rasulullah saw menekankan bahwa pada
hakekatnya nikah itu tidak hanya sekedar akad. Akan tetapi, lebih dari itu setelah
pelaksanaan akad pengantin tersebut harus merasakan nikmatnya akad tersebut.9
Sedikit badai sangat rawan menggoyahkan rumah tangga pelaku pernikahan dini.
Tujuan perkawinan seperti disebutkan itu kadang terhalang oleh keadaan yang tidak
dibayangkan sebelumnya. Para ahli hokum berpendapat faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya perkawinan usia muda salah satunya menurut RT. Akhmad
Jayadiningrat, faktor-faktor yang mendasari terjadinya perkawinan usia muda
diantaranya
a. Menginginkan anggota tambahan baru dalam keluarga
b. Kurangnya pemahaman efek pernikahan terlalu muda terhadap kedua mempelai dan
anak turunnya.
c. Adat yang sangat kuat dipercayai dimasyarakat yang mempunyai efek kebaikan.
d. Masalah ekonomi keluarga
e. Menghindari pergaulan bebas dikalangan anak usia muda Sejalan dengan hal diatas,
juga menjelaskan diantara faktor-faktor yang menyebabkan keretakan dan
perselisihan terus-menerus pada pasangan perkawinan usia muda sehingga sampai
terjadinya perceraian adalah: a. Perkawinan pada usia muda, yang mengakibatkan
kedua pasangan tersebut belum bias berfungsi secara baik sebagai suami istri.
b. Masalah ekonomi, yang menjadi faktor yang utama dalam perceraian.
c. Kurang mengetahui dan mempelajari agama, hal demikian dapatt menimbulkan
kekacauan rumah tangga dimana si suami tidak tahu fungsinya dan si istrinya tidak
tahu kewajibannya
d. Kepribadian yang egoistis baik salah satu maupun kedua-duanya sehingga sulittt
untuk mencapai mawaddah dan rahmah yyang merupakan wujud dari
keharmonisan dan keserasian dalam rumah tangga. Yang dimaksud sebagai

9 Kamil Muhammad Uwaidah, Fikih Wanita, (Cet.31; Pustaka Al-Kautsar: Jakarta


Timur, 2009), h. 393.
9

pernikahan di usia muda aalah pernikahan yyang dilangsungkan seorang pria


dibawah 19 tahun dan perempuan berusia dibawah 16 tahun. Pernikahan ini yang
biasa dikenal dengan pernikahan dini. Undang-undang perkawinan membahas
tujuan membentuk keluarga dan menghindari perceraian. Dibutuhkan alasan dan
sebab yang kuat “untuk melakukan perceraian itu harus ada cukup alasan”. Adapun
alasan yang dimaksud, tercantum

B. Teori Budaya dan teori pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam
upaya untuk meningkatkan pengetahuan penduduk. Tingkat pendidikan juga akan
mempengaruhi jenis mata pencaharian yang akhirnya akan berpengaruh terhadap
jumlah pendapatan dan pemenuhan kebutuhan pokok minimum keluarga Tingkat
pendidikan orang tua pelaku nikah muda tergolong rendah. Mereka hanya mampu
menamatkan pendidikan sampai sekolah menengah pertama. Hal ini dikarenakan
kurangnya biaya dan kurangnya kesadaran akan pendidikan.

Pendidikan orang tua menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pernikahan


usia muda yang terjadi. Dengan rendahnya pendidikan orang tua maka
pengetahuannya akan pernikahan usia muda sangatlah minim dan mereka tidak
memikirkan dampak yang akan terjadi karena pernikahan usia muda akhirnya
menyebabkan para orang tua menikahkan anaknya pada usia muda. Rendahnya
tingkat pendidikan pelaku nikah muda ini berkaitan erat dengan faktor ekonomi
yakni pendapatan orang tua mereka. Hal ini disebabkan karena pendapatan orang tua
mereka hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan akan pangan sehingga
menyebabkan putus sekolah karena tidak mampu membiayai pendidikan anaknya.
Karena putus sekolah dan tidak ada kegiatan positif yang bisa ia lakukan, maka
ketika datang seseorang yang ingin melamar akan langsung diterima
10

C. Faktor Penyebab dan Solusi Dalam Mengatasi Fenomena Nikah Muda

Faktor yang Mempengaruhi Perkawinan Muda Hasil analisis pengaruh dengan


menggunakan regresi logistik berganda menunjukkan adanya pengaruh faktor sosial
yaitu tempat tinggal dan pendidikan. Hal ini menyebutkan bahwa sekitar 67,82% dari
seluruh perempuan yang menikah di bawah 17 tahun bertempat tinggal di perdesaan dan
dengan tingkat pendidikan yang rendah yaitu SD ke bawah juga menyimpulkan bahwa
tempat tinggal dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap peningkatan umur kawin
pertama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemungkinan yang bertempat tinggal
di desa akan menikah dini 6,21 kali lebih besar jika dibandingkan yang tinggal di kota.
menyimpulkan bahwa makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepat
berlangsungnya perkawinan usia muda. Hal ini dimungkinkan karena masih banyak
komponen faktor ekonomi dan budaya yang bisa berpengaruh terhadap usia kawin
namun tidak diteliti dalam penelitian. Misalnya faktor ekonomi dari sisi penghasilan
orang tua dan variabel perjodohan di faktor budaya. bahkan banyak pula masyarakat
yang lebih memilih menjadi janda daripada menjadi perawan tua. berdasarkan konvensi
hak anak, batas awal dewasa adalah usia 18 tahun.

Dalam undang-undang perlindungan anak juga menyebutkan bahwa orang tua


wajib mencegah terjadinya perkawinan anak (usia muda). Perkawinan di usia muda
merupakan suatu pelanggaran terhadap hak anak karena anak akan kehilangan hak
untuk menempuh pendidikan lebih tinggi, hak kesehatan dan juga hak anak untuk
bermain bersama teman sebayanya. Jumlah perkawinan usia muda perlu dikurangi
karena memiliki dampak negatif bagi masyarakat. Secara psikologis, anak belum bisa
berperan sebagai istri, ibu, dan partner seks sehingga bisa berpengaruh terhadap
kejiwaan serta berujung pada perceraian. Semakin muda usia menikah semakin besar
peluang untuk memiliki anak lebih banyak sehingga selain berdampak pada peledakan
penduduk juga jumlah tanggungan keluarga yang semakin tinggi. Dampak perkawinan
usia muda bagi kesehatan diantaranya adalah peningkatan risiko komplikasi medis
11
karena rahim belum siap untuk hamil di usia terlalu muda. Resiko kematian ibu dua kali
lipat lebih besar pada kelompok usia 15-19 tahun dibandingkan usia 20-24 tahun saat
hamil maupun melahirkan. Masalah kesehatan lain yang timbul adalah obstetric fistula.
Penyebab fistula diantaranya karena faktor kemiskinan, pernikahan usia muda (early
marriage) dan melahirkan terlalu muda. Pernikahan anak dan langsung hamil
menyebabkan fistula karena panggul belum sepenuhnya berkembang dan belum siap
untuk hamil serta melahirkan. Data WHO 2006 menyebutkan bahwa di Ethiopia dan
Nigeria lebih dari 25% kasus fistula dikarenakan hamil sebelum usia 15 tahun, dan lebih
dari 50% karena hamil sebelum 18 tahun. Pencegahan fistula adalah dengan cara
menunda pernikahan dini dan usia awal melahirkan.

Tingkat pendidikan orang tua penduduk yang menikah pada usia muda tergolong
rendah, selain itu pengaruh lainya yang menjadi Faktor meningkatnya Pernikahan Dini

1. Sebagian besar orang tua pelaku pernikahan usia muda tidak tamat SD.

2. Tingkat pendidikan pelaku nikah muda Pekon Pagarbukit tahun 2016 masih rendah,
sebagian besar penduduk hanya lulusan SD.

3. Tingkat pendapatan orang tua pelaku nikah muda masih di bawah UMK

Berdasarkan data dari UNICEF, perempuan yang melahirkan pada usia 14- 19 tahun
akan mengalami resiko kematian 2 kali lebih besar dibandingkan perempuan yang
melahirkan pada usia diatas 20 tahun..

Himpunan Mahasiswa Islam adalah Suatu wadah yang dikelola mampi, guna
memberikan pemahaman di tengah masyarakat dan lingkungan yang ada tentang
kesehatan reproduksi serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya.
Salah satu tujuan penting Himpunan Mahasiswa Islam adalah memberikan
pendidikan dan pengetahuan dalam menanggulangi pernikahan dini dengan cara
memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang program Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP). Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk
meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga pada saat perkawinan
12
diharapkan mencapai usia minimal 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi l aki-
laki. Semakin banyak yang mengetahui program PUP dan manfaatnya, maka angka
pernikahan dini dapat di tekan.
Melalui wadah ini remaja-remaja akan semakin terarah memberikan pemahaman
merupakan bagian penting dalam untuk mandapat pengetahuan bagaimana
merencanakan secara baik jenjang pendidikan, berkarir dalam pekerjaan, dan kehidupan
berkeluarga (kapan menikah, kapan mempunyai anak, berapa jumlah anaknya,
bagaimana mendidik anak).
Solusi yang bisa ditawarakan Para Kader Lain untuk Menanggulangi Pernikahan Dini
1. Perlunya pengawasan orang tua terhadap pergaulan anaknya, sehingga terhindar dari
pergaulan bebas.
2. Memperkenalkan ajaran agama sejak dini,sehingga akan menjauhkan anak dari hal-hal
yang kurang baik.
3. Memberlakukan seluruh akses internet di kalangan sekolah, warnet dan rumahan yang
bebas dari situs-situs porno.
4. Memberikan Pelajaran dan Pentingnya Nilai Pendidikan dalam Upaya menanggulangi
Perhatian untuk Nikah Muda
5. Aktif dan Belajar di Kegiatan Kemasyarakatan
6. Belajar Berwirausaha atau UMKM
PENUTUP

A. Kesimpulan

Fenomena Nikah Muda menjadi bagian yang akan dicapai bagi kemajuan
pembangunan berkelanjutan yang akan dicapai di masa yang akan datang tepatnya pada
tahun 2030 sebagai upaya untuk mencapai hal itu wadah HMI akan mengambil peran
yang penting sebagai tempat menciptakan kader HMI yang akan memberi pandangan
dan tyerjun langsung yang sifatnya dapat mengakselerasi semua tujuan dan manfaat
yang akan di capai nantinya. Peran strategis kader HMI akan dilihat di masa yang akan
datang dengan meningkatnya kualitas Kader HMI akan semakin menjadikan peran dan
fungsi wadah ini dalam memberikan Edukasi dalam memberikan pandangan Pernikahan
Dini (Nikah Muda) dan meningkatkan tingkat pendidikan, tidak imbangnya
pembangunnan, meningkatnya angka kesehatan yang semakin baik, dan sektor lainya.

Adanya Fenomena Pernikahan Dini akan menjadi tantangan yang harus dihadapi
ke depan dengan adanya hak tersebut menuntut setiap sektor harus disiapkan dari semua
lini bagi tiap tiap kader yang akan menciptkan peranan ditiap lini masing masing. Baik
di bidang sosial, agama, ekonomi kebudayaan dan lain sebagainya Upaya peningkatan
kualitas kader HMI membutuhkan proses panjang, dan keberhasilannya sangat
bergantung dari kesiapan Kader itu sendiri.

B. Saran

· Bagi kader-kader HMI, sebagai insan akademis, pencipta, pengabdi yang


bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhai Allah SWT, dengan keberadaan HMI yang dapat masuk ke seluruh
kalangan, hendaknya dapat mengadakan kegiatan atau acara-acara dalam rangka
pencerdasan hak-hak politik perempuan. Dalam Internal HMI sendiri sudah banyak
contoh-contoh politik, karena politik merupakan suatu hal yang statis dan dinamis.
Maka berpolitiklah dengan baik agar menjadi contoh dan tauladan bagi masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an al-aziim, di terjemahkanoleh yayasan penyelenggara Al Qur’an, Al


Mizzan Publishing House, Bandung 2010.

Mukhtar EffendiN (1994) menejemen suatu pendekatan berdasarkan ajaran


islam, Rajawali Press, Jakarta

Veitzen Rivai, dan Avian Arifin, membengun suoer leardershep melalui


kecerdasan spiritual, Toplak Press, Jakarta, 2001

Muhammad Zakaryah, Kitab Fadhilah Amal, Ass-Sharff, Yogyakarta 2004


Muhammad Yusup, Muntakhob Ahadist, Pustaka Nabawi, Yogyakarta, 2001

Solichin, Hmi Candradimuka Mahasiswa,Sinergi Persedatama


Foundation,Jakarta, 2010

Sidratha Mukhtar, Hmi dan Kekuasaan, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2006

Hasil-Hasil Kongres XXIX di Pekanbaru tanggal 1-5 November 2015 Azhar


Amalm Tarigan, Islam Mazhab HMI, Balai Pustaka, Jakarta, 2007

Kuncoro, Mudrajad. Mudah Memahami & Menganalisis Indikator Ekonomi.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2013.

Nastiti, Sri Indah Wibi, et.all. Dokumentasi Best Practice Kota–kota Jilid 8.
Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), 2012.

Nugroho, Yanuar. Some notes on Preparation for the implementation of the Post–
2015 Development Agenda / SDGs / Agenda 2030.

Presentasi di Konferensi INFID, Jakarta, 6 Oktober, 2015. Nurba, Muhary


Wahyu dan Simolla, Nurliah. Membangun Percaya Diri Warga Menuntu
CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Panji Hermawan

Ttl : Kuala Tungkal, 18 November 2000

Alamat : Parit Sungai Tiram, Desa Bunga Tanjung, Kecamatan Betara

Kabupaten Tanjung Jabung Barat-Jambi

Email : panjipradana71@gmail.com

No Hp : 0821-7065-3399 (WA)

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Status : Mahasiswa

Tinggi Badan : 178 cm

Berat Badan : 54 Kg

RIWAYAT PENDIDIKAN

Formal :

2007 -2013 : SDN 2 Kuala Tungkal

2013- 2016 : MTS Riadhul Jannah Parit 4 Sungai Saren, Tanjab Barat

2016 – 2019 : MA Riadhul Jannah Parit 4 Sungai Saren, Tanjab Barat

2019 – Skrg : (S1) STAI An-Nadwah Kuala Tungkal

PENGALAMAN ORGANISASI

 Pencak Silat SSPS Siliwangi Betara (2017)

 Taekwondo Kuala Tungkal (2011)

 Pramuka

 HMI Cabang Tanjung Jabung Barat

Anda mungkin juga menyukai