Anda di halaman 1dari 3

KEMAJUAN TEKNOLOGI DI ERA MILENIAL DALAM MODERASI BERAGAMA

Era milenial adalah zaman dimana teknologi baru serta canggih lahir. Pada era ini para
pemuda dimanja dengan keanekaragaman kemajuan teknologi. Pada umumnya
kemajuan teknologilah yang dapat membuat pergerakan pemuda untuk maju dengan
cepat. Namun tidak sedikit yang menyalah artikan serta menyalah gunakan kemajuan
teknologi ini. Zaman dimana yang seharusnya ketentraman, semangat cinta tanah air
dan toleransi antar umat semakin dijunjung tinggi, akan tetapi harus tertampar dengan
kenyataan yang mulai terkikisnya budaya pemuda yang sering menyalah gunakan
kemajuan teknologi ini.

Dimana para peran mileniallah yang terdepan serta terpenting dalam aspek ini. Peran
kalangan milenial sebagai agen moderasi beragama. Dalam moderasi beragama dapat
dilihat melalui empat indikator diantaranya adanya komitmen kebangsaan yang kuat,
sikap toleransi terhadap sesama, memiliki prinsip menolak tindakan kekerasan baik
secara fisik maupun verbal serta menghargai tradisi dan budaya lokal masyarakat
Indonesia yang beragam. Indikator-indikator inilah yang menjadi tugas para milenial
dalam mensosialisasikan muatan moderasi beragama di kalangan masyatakat agar
tercipta kehidupan yang harmonis, damai dan rukun.

Pentingnya moderasi beragama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di


Indonesia, dikarenakan terdapat keberagaman masyarakat dengan latar belakang
agama, sosial dan budaya yang berbeda-beda. Moderasi beragama merupakan suatu
konsep dan pergerakan yang dapat membangun sikap toleran, rukun serta damai guna
memperkuat persatuan dan kesatuan. Inilah yang menjadi tugas serta tanggung jawab
kalangan milenial. Para generasi ini mampu melakukan perannya dengan cepat melalui
kemajuan teknologi. Menerapkan ide-ide serta inovasi-inovasi yang dapat membangun
semangat para kalangan muda mudi, agar lebih melek dan peka terhadap kondisi
negera yang rawan ini.

Para milinenial harus mampu mengembalikan citra kaum muda seperti sikap muda
mudi dahulu. Memiliki semangat juang dan cinta tanah air yang tinggi, menghargai
keberagamaan, memunculkan sikap toleransi antar sesama. Dalam upanyanya para
milenial harus menyusun strategi yang matang serta kekinian. Sebagai contoh langkah
yang dapat dilakukan di antaranya dengan memasukan muatan moderasi beragama
dalam kurikulum pendidikan, mengembangkan wawasan multikultural dan multireligius
dalam kalangan masayarakat, mengintensifkan dialog antar umat beragama berbasis
komunitas, dan melibatkan seluruh masyarakat untuk menyelenggarakan kegiatan
sosial ekonomi, lintas budaya dan agama khususnya di kalangan generasi muda.

Kaum milenial memiliki citra terdidik, terbuka dan paham teknologi. Kita saat ini tengah
menyongsong era beragama yang lebih humanistis dan universal. Dari sinilah
hubungan multireligius tampak lebih positif di masa depan nanti. Memaksimalkan
pemanfaat teknologi akan mendorong para generasi ini untuk menuju peremajaan
berkeyakinan dan moderatisme beragama.

Karena itu, penting sekali untuk menghidupkan kembali pluralisme historis beragama.
Pada masanya generasi muda akan didorong untuk berfikir lebih kritis terhadap
informasi agama, sosial budaya dan berbagai sumber kekayaan intelektual lainnya
yang lebih terbuka. Kita membutuhkan pemahaman yang menciptakan ruang untuk
hidup berdampingan. Serta saling mengakui bahwa semuanya sama, yaitu sama-sama
makhluk ciptaan Tuhan.

Kalangan milenial harus bisa melihat keimanan sebagai sesuatu hal yang
memberdayakan, memotivasi dan menginspirasi kemanusiaan. Pada saat ini anak
muda mungkin tidak lagi memandang dunia dalam "Benturan Peradaban". Namun
sebaliknya, memang sudah sewajarnya kita menyadari bahwa kompleksitas budaya,
nilai dan pengalaman yang tumbuh dalam diri setiap individu. Bagi generasi milenial,
agama, pengetahuan dan modernitas adalah aspek dari cara hidup yang sama serta
tidak bertentangan satu dengan lainnya. Oleh karena itu, praktik beragama yang
bertentangan dengan nilai kemanusiaan maupun tindakan menghakimi yang diklaim
atas nama Tuhan sangat diragukan.

Sebab pada hakekatnya kualitas iman dan realisasi merupakan kehendak Tuhan, yang
akan dinilai melalui seberapa besar kontribusi kita pada kemanusiaan. Bukan hanya
kepada saudara seiman atau seagama, tetapi kepada seluruh umat manusia yang ada
di dunia ini. Hal ini merupakan perintah umum yang berlaku pada agama yaitu perintah
cinta kepada Tuhan dan perintah cinta kepada sesama umat manusia. Dan terlebih lagi
di negara kita yaitu Indonesia memiliki masyarakat dengan keanekaragaman latar
belakang. Sehingga memunculkan hikmah dimana kita antar sesama manusia yang
berbeda harus bisa berjalan beriringan, selaras serta seimbang.

Dalam hal ini, para milenial sebagai agen moderasi beragama tidak terasing dari
masyarakat. Mencari perubahan-perubahan melalui ide, menolak ekstremisme agama,
dan pastinya menentang kekerasan serta terorisme. Tidak luput dari peran milenial saja
sebagai masyarakat yang memandang harus memberikan ruang, sarana serta
dukungan supaya kegiatan ataupun rencana para melinial dalam mengubah mindset
yang kurang menjadi lebih baik berjalan dengan sempurna.

William Johnston, dalam bukunya yang berjudul "Mystical Theology : The Science of
Love" (1995), membuktikan bahwa terdapat hubungan yang erat dan saling terikat
antara derajat spiritual dan loyalitas pada sesama manusia. Orang-orang yang memiliki
keimanan mendalam pasti memiliki rasa empati dan simpati dengan orang lain dan
lingkungan. Para spiritulis akan aktif bersimpati, berbagi rasa, dan membela siapa pun
yang menderita serta tertindas. Misalnya Nabi Muhammad SAW merupakan orang
yang istimewa yang tidak pernah absen dari kegiatan kemanusiaan. Meskipun memiliki
derajat yang tinggi, bekiau tidak mengasingkan diri dari dunia. Tetapi justru ikut terlibat
langsung dalam perjuangan dan pembebasan kaum lemah serta tertindas.

Itulah keindahan dari moderasi beragama, yaitu menuhankan Tuhan dan


memanusiakan manusia. Kalangan milenial dengan adanya kemajuan teknologi harus
mampu berperan aktif dalam moderasi beragama, agar keberagaman yang dimiliki
Indonesia mampu membangun ketuhanan yang berkeadaban, serta dapat membangun
toleransi dan harmoni di tengah kebinekaan.

Anda mungkin juga menyukai