Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ilham Ammar Faisal

NPM : 1946031001

Etnik : Lampung

UJIAN TENGAH SEMESTER

Soal :

1. Jelaskan persamaan, perbedaan dan kaitan etika, moral, serta budaya. Berikan contohnya
masing-masing.
2. Jelaskan bahwa etika dapat menjadi jembatan dalam komunikasi pada masyarakat
majemuk.
3. Jelaskan dengan contoh bahwa budaya memiliki nilai universal, sebagaimana etika juga
memiliki nilai universal.
4. Jelaskan bahwa nilai-nilai kearifan lokal pada sistem kekerabatan/organisasi sosial dapat
mendukung efektivitas komunikasi organisasi. Berikan contoh sesuai dengan nilai
kearifan lokal pada etnik Anda.
5. Jelaskan bahwa nilai kearifan lokal pada kesenian dapat digunakan dalam interaksi pada
masyarakat majemuk. Berikan contoh sesuai dengan nilai kearifan lokal pada etnik Anda.
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan agen budaya serta sebutkan siapa saja yang menjadi
agen budaya.
Terkait dengan pertanyaan sebelumnya, sebutkan siapa saja yang bisa berperan sebagai
agen budaya dalam pewarisan kearifan lokal serta jelaskan perannya dalam pewarisan
tersebut.
7. Jelaskan dan sebutkan peluang serta tantangan pewarisan budaya dan kearifan lokal pada
generasi masa kini.
Jawaban :

1. Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa
dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu.
Sedangkan persamaan etika, moral, dan budaya adalah sebuah tindakan yang mendasari
perilaku seseorang, dimana perilaku tersebut akan mendapatkan penilaian baik dan buruk
dari masyarakat. Sedangkan etika merupakan ilmu tentang kesusilaan yang menentukan
bagaimana sepatutnya manusia hidup didalam masyarakat yang menyangkut aturan-
aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar. Moral adalah
mengacu kepada akhlak yang sesuai dengan peraturan sosial, atau menyangkut hukum
atau adat kebiasaan yang mengatur tingkah laku. Contoh etika adalah seperti
mengucapkan salam saat bertamu kerumah orang lain. Contoh moral adalah
menggunakan Bahasa yang halus (kromoinggil) ketika berbicara dengan orang yang lebih
tua. Contoh budaya adalah etnik Jawa ketika hari besar melakukan “sungkem” untuk
meminta maaf atas segala kesalahan kepada orang tua.

2. Heterogenitas masyarakat dalam berbagai sisinya, baik etnis, ras, bahasa, budaya, agama
dan lainnya harus bisa dikelola dengan cerdas untuk melahirkan kemaslahatan atau nilai
positif baru. Kata benturan (clash) yang sempat dipopulerkan Samuel Huntington dalam
bukunya The Clash of Civilization harus berubah menjadi akomodasi etis dalam konteks
pertemuan tradisi, nilai dan kepentingan yang berbeda. Damai tidak mermakna harus
selalu sama dan tidak berbeda, tetapi bisa dalam bentuk sepakat untuk berbeda dan
menghargai perbedaan itu.

Indonesia sedari awal sudah jelas dengan slogan Bhinneka Tunggal Ika mengakui
heterogenitas (keberanekaragaman) yang bersepakat untuk bersatu nusa, bangsa, dan
bahasa. Motto ini sangat tepat untuk mengakomodasi perbedaan tetapi dengan satu
semangat kebersamaan.

Hidup dalam masyarakat yang majemuk dalam banyak hal sangat tidak mudah. Karena
itu, kesuksesan bangsa Indonesia menjaga kebersamaan dan kebersatuan yang tetap
terjaga sampai saat ini adalah suatu prestasi yang sangat bisa dibanggakan, terlepas dari
fakta di berbagai tempat tentang masih adanya ujian yang belum terjawab dan
terselesaikan, seperti kerukunan umat beragama, konflik kepentingan politik dan
diskriminasi etnis.

Harmonisasi akan bisa terus tebangun dalam kemajemukan hidup bersama apabila etika
yang disepakati dilaksanakan secara konsisten oleh setiap unsur masyarakat. Etika yang
dimaksud meliputi etika agama dan etika sosial. Setiap agama membawa pesan etika
yang bersifat universal, seperti keadilan, cinta,kasih sayang, tolong menolong dan
kedamaian.

Etika sosial adalah kesepakatan nilai perilaku yang harus dijadikan dasar hidup
bermasyarakat di suatu komunitas. Etika sosial ini pasti merujuk pada upaya bersama
menciptakan keteraturan dan kemaslahatan bersama yang secara esensial tidak akan
pernah bertentangan dengan nilai universal etika agama.

Berjalannya etika, moral, akhlak atau budi pekerti dalam masyarakat majemuk
merupakan penjamin keberlangsungan kedamaian (al-salaam). Tak salah Nabi Agung
Muhammad menyatakan bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Hilangnya etika dalam sebuah pola hubungan hanya akan menciptakan konflik yang tidak
akan pernah menemukan titik akhir , karena sudah ditunggangi nafsu yang tidak pernah
mengenal kata mengalah dan puas. Etika ini harus berangkat dari kesadaran personal
yang akhirnya melebar menjadi kesadaran komunal. Akan menjadi sangat indah
manakala para pemimpin dan tokoh masyarakat menjadi orang pertama,pelopor, dan
teladan sempurna untuk masyarakatnya.

Kesadaran personal atas urgensi etika akan membimbing pemiliknya pada perbuatan baik
yang menyenangkan dan membahagiakan. Perasaan senang dan bahagia personal
menurut teori psikologi akan sangat dimungkinkan menular pada orang lain, terutama
orang yang berada di dekatnya.

3. Kebudayaan universal adalah kebudayaan yang mencari jawab atas problematika


masyarakat, bukan apologi terhadap kesenian, tidak pula apriori terhadap politisasi
massa. Tetapi, lebih pada rasionalitas melihat dan menjangkau ke depan demi
perkembangan masyarakat majemuk Indonesia.

Contohnya manusia berburu dan meramu, beternak, bercocok tanam di ladang,


memanfaatkan setiap kesempatan kerja, ikut menjaga keteraturan ekonomi nasional
dengan berwirausaha, bersaing dengan sehat, sampai berpartisipasi dengan lingkup
sistem ekonomi dunia dengan lembaga-lembaga terkait.

4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kearifan lokal Beguwai Jejama


memiliki makna sebagai suatu pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama (gotong
royong) di dalam kehidupan bermasyarakat atau adat istiadat yang berfungsi sebagai alat
untuk mempererat tali silaturahmi dan meringankan beban yang ditanggung masyarakat.
Lebih lanjut, intensitas solidaritas masyarakat sering dilakukan oleh warga Pekon
Kampung Baru yang diimplementasikan dalam kegiatan gotong-royong serta tolong
menolong diantara anggota masyarakat yang sedang mengalami musibah. Lebih lanjut,
sikap tolong menolong tersebut merupakan perwujudan kepedulian atau solidaritas
diantara anggota masyarakat, khususnya ketika terdapat anggota masyarakat yang sedang
mengalami kesulitan atau musibah. Kegiatan lainnya yaitu membantu tetangga dalam
menyiapkan resepsi pernikahan atau khitanan (hajatan).

5. Di tengah munculnya konflik dan dibalik fenomena kompleksitas serta kekacauan yang
terjadi pada masyarakat saat ini, apalagi daerah tersebut merupakan daerah yang multi
agama dan etnis seperti di Lampung. Diperlukan kontribusi berbagai macam cara untuk
dijadikan acuan bagi individu dan kelompok masyarakat dalam berinteraksi diantara
mereka guna mewujudkan tatanan yang berkualitas. Salah satu cara yang potensial bagi
persoalan tersebut adalah kearifan lokal. Kearifan lokal masyarakat Lampung yang
diketengahkan disini yaitu Piil Pesenggiri dan Muakhi yang keduanya secara ideal
memiliki nilai dan spirit universal sehingga bisa dijadikan rujukan bagi masyarakat
Lampung. Kearifan lokal dimaksud seharusnya teraktualisasi bukan hanya bagi
masyarakat yang beretnis Lampung, akan tetapi juga bagi masyarakat pendatang (datang
dari daerah lain/suku lain) agar supaya dapat saling menghargai, menghormati dan
memahami adanya perbedaan tradisi. Hal ini diperlukan dalam rangka mengantisipasi
kesalahpahaman yang tidak jarang berujung pada konflik hingga pada akhirnya dapat
merugikan masyarakat itu sendiri.

6. Agen budaya adalah pelaku yang meyebarkan suatu kebudayaan. Semua orang bisa
menjadi agen budaya asalkan seseorang itu membantu dalam mengenalkan kebudayaan
itu ke orang lain.

7. Di era milenial ini, peran internet menjadi sangat masif di kalangan masyarakat.
Berdasarkan data dari www.cnnindonesia.com saat ini pengguna internet di Indonesia
telah mencapai 65 persen dari total populasi dengan rata-rata durasi penggunaan
mencapai 8 jam 44 menit sehari.

Selain memudahkan dalam mengakses informasi tertentu, tidak dapak dielakan bahwa
internet juga memang merupakan keran masuknya budaya asing. Durasi 8 jam 44 menit
sehari dengan pengguna internet sebesar 65 persen dari total populasi merupakan angka
yang terbilang fantastis. Sehingga wajar saja jika budaya global semakin mewabah di
Indonesia.

Dalam perkembangannya, internet memberikan berbagai layanan komunikasi dan yang


paling sering dikunjungi akhir-akhir ini adalah instagram, twitter, whatsapp dan beberapa
lainnya. Setiap orang dapat dengan mudah berbagi pengalaman ataupun memuat tulisan
apa saja di sana. Hal ini mendorong terjadinya pertukaran informasi secara global dengan
sangat cepat.

Dengan kondisi yang seperti ini, para pemuda generasi milenial seharusnya tidak
kehilang akal dalam rangka mengembalikan posisi kearifan lokal yang mulai tergeser
oleh budaya asing. Tidak cukup sampai di situ, juga dibutuhkan jiwa-jiwa kreatif yang
mampu menjawab tantangan zaman ini.
Untuk mempublikasikan kearifan lokal yang dimiliki Indonesia, tidaklah cukup dengan
menuangkannya pada halaman-halaman buku bacaan. Akan menjadi solusi brilian jika
kearifan lokal ini dipropagandakan dengan cara-cara yang milenial juga yaitu dalam
bentuk tulisan-tulisan yang dibagikan melalui media internet baik berupa karya ilmiah,
maupun bacaan santai di jejaring sosial. aksi ini dapat membantu mengedukasikan nilai-
nilai kearifan lokal yang mampu mereduksi resiko terjangkit budaya-budaya asing yang
merugikan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.sridianti.com/perbedaan-budaya-dan-etika.html

https://informasiana.com/pengertian-moral-dan-pengertian-etika-dan-perbedaannya/

https://www.kompasiana.com/nur.ar-rohmah/54f7b564a33311f81f8b4863/antara-etika-
dan-budaya-masyarakat

https://suwardilubis.blogspot.com/2016/01/efektivitas-komunikasi-dalam-organisasi.html

Anda mungkin juga menyukai