Anda di halaman 1dari 5

Naskah Akademik | SMP Katolik St.

Maria Goretti Lembean

BAB I

PENDAHULUAN

Menapaki milenial ketiga, kehidupan manusia telah mengalami perkembangan yang teramat
kompleks dalam kehidupannya. Di abad 21 masyarakat dunia menunjukkan gejala semakin
menyatunya masyarakat berbagai negara menjadi satu masyarakat dunia yang disebut globalisasi.
Gejala demikian memberikan dampak yang luar biasa pada berbagai aspek kehidupan, Aspek
kehidupan tersebut tidak hanya yang berkait pada bidang ekonomi semata, tetapi juga berkait
dengan aspek lain seperti budaya, sosial , jasa, komunikasi dan teknologi serta terjadinya interaksi
yang semakin intensif dan ekstensif antar anggota masyarakat negara satu dengan anggota
masyarakat negara lain.

Tantangan dalam kehidupan di abad 21 terutama disebabkan oleh semakin kompleksnya kebutuhan
hidup dan keinginan masyarakat. Manusia harus berkompetisi dalam upaya memenuhi kebutuhan
hidup dan keinginannya tersebut. Untuk dapat memenangkan kompetisi ini manusia harus dapat
menjadi sumber daya yang handal dalam mengelola alam, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Arus kehidupan yang semakin mengglobal tidak hanya memberikan tantangan namun sekaligus
menyediakan peluang yang luas bagi tiap individu. Kemajuan di bidang sains, teknologi dan informasi
merupakan peluang bagi manusia tidak saja untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya sekarang
tetapi juga untuk meningkatkan kualitas kehidupannya secara global.

Kesadaran terhadap tantangan dan peluang yang dihadirkan oleh globalisasi menimbulkan suatu
pemikiran bahwa tantangan yang dihadapai masyarakat dalam era globalisasi ini dapat dipatahkan
dengan peluang yang ditawarkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi.
Akan tetapi, kemampuan manusia untuk dapat mengoptimalkan semua peluang yang dimiliknya
dalam menjawab tantangan globalisasi ini hanya bisa dihasilkan oleh proses pendidikan. Pendidikan
harus mampu memberikan kemampuan olah pikir, olah rasa, olah karsa dan olah raga kepada
manusia agar manusia dapat menumbuh-kembangkan kemampuannya sendiri menemukan cara
menjawab tantangan zaman.

Sekolah sebagai salah satu sarana pendidikan, tidak hanya berfungsi mendidik manusia untuk dapat
menegambangkan kompetensi pengetahuan dan keterampilannya. Lebih daripada itu sekolah
adalah sarana untuk menggali kesadaran akan jati diri seorang manusia dan membentuk kualitas
kepribadian manusia agar sepadan dengan kedudukannya sebagai ciptaan yang segambar dan
secitra dengan Allah oleh karena keluhuran budi pekertinya.

1
Naskah Akademik | SMP Katolik St. Maria Goretti Lembean

Gereja diharapkan memberi perhatian pada pembentukan seluruh pribadi manusia (GE a.2). Gereja
memandang Sekolah Katolik sebagai kehadiran Gereja dalam dunia, terutama dunia pendidikan (GE
8). Sekolah Katolik ikut meneruskan karya keselamatan Tuhan bagi umat manusia, terutama untuk
manusia muda. Sekolah Katolik terlibat dalam mewartakan kasih Tuhan bagi yang dilayaninya.
Untuk tujuan itulah sekolah katolik harus mengusahakan lingkungan sekolah yang berjiwa kasih injili,
mengembangkan pribadi siswa secara utuh, mempersiapkan siswa menjadi terang dan garam
masyarakat dan memiliki andil dalam masyarakat.1

Pendidikan adalah wahana transmisi peradaban. (Will Durant). Dalam pandangan Ki Hadjar
Dewantara, pendidikan adalah proses belajar menjadi manusia seutuhnya dengan mempelajari dan
mengembangkan kehidupan sepanjang hidup, yang diperantarai sekaligus membentuk kebudayaan.
Alhasil, pendidikan dan kebudayaan merupakan proses kreatif yang tak dapat dipisahkan, ibarat dua
sisi dari keping uang yang sama.
Mohammad Hatta menyatakan bahwa apa yang diajarkan dalam proses pendidikan adalah
kebudayaan, sedangkan pendidikan itu sendiri adalah proses pembudayaan. 2

Masyarakat Sulawesi Utara, khususnya masyarakat etnis Minahasa mengenal suatu falsafah hidup
Sitou Timou Tumou Tou atau Manusia hidup untuk menghidupkan orang lain. Filosofi ini disarikan
oleh DR. Sam Ratulangi dari kearifan nilai budaya etos kerja Mapalus yang dihidupi oleh Suku
Minahasa. Mapalus berarti gotong royong atau bekerja sama. Dalam pelbagai segi kehidupan
masyarakat baik religi, sosial, ekonomi, dsb, budaya Mapalus masih sangat kental dilaksanakan oleh
masyarakat Minahasa, termasuk masyarakat Tonsea – sebagai sub etnis Minahasa, yang hidup di
wilayah Kabupaten Minahasa Utara.

Indonesia adalah bangsa yang majemuk paripurna. Bagi Negara supermajemuk seperti Indonesia,
usaha menyatukan segala keragaman kepentingan individu dan kelompok ke dalam suatu komunitas
Negara-bangsa dalam suatu komunitas moral bersama iti tidaklah mudah. Sejak awal berdirinya
Republik ini, para founding fathers menyadari sepenuhnya bahwa nation building merupakan
agenda penting yang harus terus dibina dan ditumbuhkan.

Paham nasionalisme Indonesia bersifat positif. Nasionalisme yang hendak ditumbuhkan adalah
nasionalisme yang inklusif dan luas, baik dalam kehidupan domestik maupun internasional. Dalam
kehidupan dalam negeri , yang dikehendaki bukanlah etno-nasionalisme (ethno - nasionalism) yang
sempit dan segregatif, melainkan civic-nationalism yang inklusif. Untuk menumbuhkan nasionalisme
positif seperti itu diperlukan suatu proses pendidikan dan pembudayaan yang sungguh-sungguh
secara terencana,terpadu, konsisten dan persisten.

2
Naskah Akademik | SMP Katolik St. Maria Goretti Lembean

Untuk membangun bangsa Indonesia khususnya menghadapi tantangan abad 21 tidak cukup hanya
mengandalkan sumber daya alam, sumber daya finansial dan sumber daya keterampilan, melainkan
harus didahului oleh modal social. Modal social ini yaitu kesadaran sebagai satu bangsa Indonesia
dengan memperluas ruang perjumpaan dan merentangkan jaring – jaring konektivitas antar warga
bangsa yang dilandasi rasa saling percaya. Jaring konektivitas ini harus diperkuat dalam satu ikatan
moral. Singkat kata, persatuan nasional memerlukan kesepakatan mengenai nilai inti (core values)
moral public yang terkristalisasi dalam Pancasila.

Dalam Pancasila, nilai-nilai inti tersebut disarikan dari nilai-nilai universal (etika-spiritual) agama-
agama, dan dikombinasikan dengan gagasan-gagasan (dari luar agama) yang sejalan dengan nilai etis
agama-agama. Dengan demikian, Pancasila memiliki kapasitasnya sebagai civic religion yaitu norma,
nilai, symbol dan perilaku public yang bisa efektif menjadi sumber tertib social warga.

Usaha membangun mental-karakter Pancasila memerlukan berbagai usaha pembudayaan secara


kinsisten, berkelanjutan, dan terpadu. Dalam usaha pembudayaan Pancasila dunia pendidikan
ditantang untuk menjadikan pendidikan sebagai proses belajar menjadi manusia seutuhnya dengan
belajar dari kehidupan sepanjang hayat. Hal ini diaktifkan melalui pendidikan budi pekerti dimana di
dalamnya termasuk pendidikan karakter.

Adapun pengembangan karakter adalah suatu pendekatan holistic yang menghubungkan dimensi
moral pendidikan dengan ranah social dan sipil dari kehidupan peserta didik. Dalam pendidikan
karakter, komunitas sekolah mengidentifikasi nilai-nilai inti (Core values) sekolah untuk mendidik
dan meneguhkan nilai-nilai bersama dalam kehidupan siswa. Konsensus dari nilai-nilai inti sekolah
dikembangkan untuk melahirkan visi sekolah tentang sifat – sifat karakter yang harus dipelihara.
Sifat karakter inilah yang akan dijiwai oleh lingkungan belajar, baik kurikulum, perencanaan dan
pelaksanaan serta evaluasi dan assesment kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sifat-sifat karakter
ini merupakan bagian dari tatanan nilai yang harus dihidupi oleh seluruh komunitas sekolah dan
stake holder sekolah.

Landasan Filosofi

1. Iman Katolik
Dalam Iman katolik, Pendidikan adalah tugas perutusan gereja yang dilandasi oleh Sabda
Allah dalam Injil Matius, yaitu:
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman.

Matius 28; 19 – 20

3
Naskah Akademik | SMP Katolik St. Maria Goretti Lembean

2. Moral

a. Nilai spritual keteladanan Santa Maria Goretti Lembean

”Lebih baik mati seribu kali daripada berbuat dosa satu kali.”

b. Nilai spiritualitas Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Manado

Solidaritas, Karitas, Subsidiaritas.

c. Nilai kearifan budaya masyarakat etnis Minahasa:

1. Sitou Timou Tumou Tou

2. Mapalus

d. Nilai spiritual yang terkandung dalam profil Pelajar Pancasila.

Pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada
Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri,
bernalar kritis, dan kreatif.

Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab
atas proses dan hasil belajarnya.

3. Konsep Pendidikan dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara

1. Ing ngarsa sung tuladha (di depan memberi contoh),

2. Ing madya mangun karsa (di tengah memberi semangat)

3. Tut wuri handayani ( di belakang memberi dorongan)

Landasan Hukum

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 tentang pendidikan.
2. Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. PP No 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter

4
Naskah Akademik | SMP Katolik St. Maria Goretti Lembean

1 Arah Dasar Keuskupan Manado, Rumusan Hasil Sinode Keuskupan Manado 2018, hal.52

Anda mungkin juga menyukai