Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Seorang manusia membutuhkan bantuan dan pertolongan orang lain, karena pada
dasarnya seorang individu tidak mampu mencukupi kebutuhan-kebutuhannya sendiri.
Allah SWT menciptakan manusia terdiri dari dua unsur, yaitu unsur jasmani dan rohani.
Manusia bisa dikatakan sehat jasmani dan rohaninya apabila kedua unsur tersebut
seimbang dan saling terpenuhi kebutuhan kebutuhannya. Apabila jasmani dan rohaninya
tidak seimbang, maka yang lainnya akan mengalami ketidakseimbangan.
Dalam ilmu kedokteran hal ini disebut “psikomatik” yaitu suatu penyakit yang
berhubungan antara jasmani dan rohani. Salah satu pungsi agama adalah membimbing
manusia kejalan yang benar.Agama Islam di isyaratkan Allah SWT sebagai aturan untuk
segala kebutuhan manusia, baik jasmani maupun rohani. Dalam hal ini, agama berperan
penting dalam ilmu kedokteran terutama dalam membantu pemulihan kesehatan mental
bagi pasien, sebagai akibat dari penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.
Bimbingan dan Penyuluhan Agama adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh
seorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami
kesulitan-kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya agar orang orang tersebut
mampu mengatasinya sendiri, karena timbul kesadaran atau penyerahan diri terhadap
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga timbul pada diri pribadinya suatu cahaya
harapan kebahagian hidup sat sekarang dan masa depannya.
Rumah sakit merupakan tempat orang-orang yang sakit, baik itu sakit lahir
biasanya identik dengan penyakit fisik ataupun non fisik. Banyak hal yang dialami
olehsetiap manusia yang berada dirumah sakit umum daerah kota bandung (Ujung
Berung).Berbagai masalah yang ditangani dokter maupun oleh perawat baik itu perawat
rumah sakit ataupun perawat rohani islam yang berkaitan dengan spiritual.
Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agamanya, menjalin hubungan
penuh rasa percaya dengan Tuhan serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau
pengampunan dan mencintai, kebutuhan dasar spiritual manusia. Menurut Dr. Howard
Clinebell adalah : kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan akan

1
makna hidup dan tujuan hidup, kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya
dalam hidup keseharian, kebutuhan akan pengisian spiritualnya dengan selalu secara
teratur, kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan berdosa, kebutuhan akan
penerimaaan diri dan harga diri, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan dicapainya
derajat dan martabat yang semakin tinggi, kebutuhan akan terpeliharanya interaksi
dengan alam dan sesama manusia dan kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang
penuh dengan nilai-nilai religious. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi begitu
penting karena mempunyai pengaruh terhadap kesehatan fisik dengan teraktivasinya
Adenocorticotropic Hormon atau ACTH pada keadaan distress spiritual.Peningkatan
ACTH ini mengaktifkan korteks adrenal untuk mensekresi hormone glukokortikoid,
terutama kortisol. Peningkatan kadar kortisol ini menyebabkan daya tahan tubuh
menjadi melemah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi distress spiritual?
2. Apa etiologi dari Distress Spiritual?
3. Apa batasan karakteristik dari Distress Spiritual?
4. Bagaimana mekanisme dari Distress Spiritual?
5. Bagaimana rentang respon Distress Spiritual?
6. Bagaimana penatalaksanaan distress spiritual?
7. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien dengan Distress Spiritual?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui distress spiritual
2. Untuk mengetahui etiogi dari Distress Spiritual
3. Untuk mengetahui karakteristik dari Distress Spiritual
4. Untuk mengetahui mekanisme dari Distress Spiritual
5. Untuk mengetahui rentang respon Distress Spiritual
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan distress spiritual
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk pasien dengan Distress Spiritual

2
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan

Makalah ini bagi Institusi pendidikan kesehatan adalah untuk mengetahui


tingkat kemampuan mahasiswa sebagai peserta didik dalam menelaah suatu
fenomena kesehatan yang spesifik tentang asuhan keperawatan distress spiritual

2. Bagi Tenaga Kesehatan (Perawat)

Makalah ini bagi tenaga kesehatan khususnya untuk perawat adalah untuk
mengetahui pentingnya bagaimana pelayanan yang tepat kepada penderita asuhan
keperawatan distress spiritual

3. Bagi Mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik menyusun maupun pembaca adalah
untuk menambah wawasan terhadap seluk beluk tentang asuhan keperawatan
distress spiritual

3
BAB II\

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Distres Spiritual

Terdapat berbagai defenisi spiritual menurut sudut pandang masing - masing.


Mahmoodishan (2010) dan Vlasblom (2012) mendefenisikan spiritualitas merupakan
konsep yang luas, sangat subjektif dan individualis, diartikan dengan cara yang
berbeda pada setiap orang. Spiritualitas adalah kepercayaan seseorang akan adanya
Tuhan, dan kepercayaan ini menjadi sumber kekuatan pada saat sakit sehingga akan
mempengaruhi keyakinannya tentang penyebab penyakit, proses penyembuhan
penyakit dan memilih orang yang akan merawatnya (Blais et al, 2002; Hamid, 2008).
Spiritual adalah keyakinan dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi
individu untuk menemukan makna dan tujuan hidup. Spiritual merupakan salah satu
aspek keperawatan holistik berupa pelayanan dalam aspek bio, psiko, sosio dan
spiritual. Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien adalah dengan
menerapkan asuhan keperawatan spiritual berupa pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi dan evaluasi keperawatan spiritual.
Distress spiritual adalah hambatan kemampuan untuk mengalami dan
mengintegrasikan makna dan tujuan dalam hidup melalui hubungan dengan diri
sendiri, orang lain, music, seni, buku, alam, ataupun dengan tungan yang maha esa
(Judith, 2016).
Monod (2012) menyatakan distres spiritual muncul ketika kebutuhan spiritual
tidak terpenuhi, sehingga dalam menghadapi penyakitnya pasien mengalami depresi,
cemas, dan marah kepada Tuhan. Distres spiritual dapat menyebabkan
ketidakharmonisan dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan Tuhannya.
Distress spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna
tentang apa yang terjadi, dan dapat mengakibatkan seseorang merasa sendiri dan
terasing. Untuk itu diharapkan perawat mengintegrasikan perawatan spiritual kedalam
proses keperawatan (Potter & Perry, 2004).

4
Distres spiritual adalah hambatan yang terjadi karena spritual pada diri
seseorang tidak terpenuhi sehingga klien mengalami marah kepada tuhan atas apa
yang dialami pada dirinya (kelompok 2)

B. Etiologi

1. Ketidaksiapan menghadapi kematian dan pengalaman kehidupan setelah


kematian, Kehilangan agama yang merupakan dukungan utama ( merasa
ditinggalkan oleh Tuhan), Kegagalan individu untuk hidup sesuai dengan ajaran
agama, Ketidakmampuan individu untuk merekonsiliasi penyakit dengan
keyakinan spiritual(Achir Yani H, 2008)
2. Ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian dan ancaman terhadap
integritas(Potter & Perry, 2005 dalam Grace Yopi, 2013).
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan spiritual individu (Craven &Hirnle,2009 dalam
Hendra saputra,2014)
4. Terkait dengan patofisiologi tantangan pada sistem keyakinan atau perpisahan dari
ikatan spiritual sekunder karena berbagai akibat, misalnya kehilangan bagian atau
fungsi tubuh; penyakit terminal; penyakit yang membuat kondisi
lemah;nyeri;trauma; dan keguguran atau kelahiran mati. (Rahayu Winarti,2016)
5. Hal – hal terkait dengan konflik antara program atau tindakan yang ditentukan
oleh keyakinan, meliputi : aborsi, isolasi, pembedahan, amputasi, tranfusi darah,
pengobatan, pembatasan diet, dan prosedur medis. (Rahayu Winarti,2016)
6. Hal yang berkaitan dengan situasional, kematian atau penyakit dari orang
terdekat; keadaan yang memalukan pada saat melakukan ritual keagamaan (
seperti pembatasan perawatan intensif, kurangnya privasi, kurang tersedianya
makanan atau diet khusus), keyakinan yang ditentang keluarga, teman sebaya; dan
yang berhubungan dengan perpisahan orang yang dicintai. (Rahayu Winarti,2016)

C. Batasan Karakteristik Distres Spiritual

1. Hubungan dengan diri sendiri


a. Marah
b. Mengungkapkan kurangnya motivasi
c. Mengungkapkan kurang dapat memaafkan diri sendiri
d. Mengungkapkan kekurangan harapan

5
e. Mengungkapkan kekurangan cinta
f. Mengungkapkan kurangnya makna hidup
g. Mengungkapkan kekurangan tujuan hidup
h. Mengungkapkan kurangnya ketenangan (mis., kedamaian)
i. Merasa bersalah
j. Koping tidak efektif

2. Hubungan dengan orang lain


a. Mengungkapkan rasa terasing
b. Menolak interaksi dengan orang yang dianggap penting
c. Menolak interaksi dengan pemimpin spiritual
d. Mengungkapkan dengan kata-kata telah terpisah dari sistem pendukung

3. Hubungan dengan seni, musik, literatur, alam


a. Tidak berminat pada alam
b. Tidak berminat membaca literatur spiritual
c. Ketidakmampuan mengungkapkan kondisi kreativitas sebelumnya
(misalnya menyanyi atau mendengarkan musik atau menulis)

4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari pada dirinya sendiri
a. Mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih besar dari
dirinya
b. Mengungkapkan telah diabaikan
c. Mengungkapkan ketidakberdayaan
d. Mengungkapkan penderitaan
e. Ketidakmampuan berintrospeksi
f. Ketidakmampuan mengalami pengalaman religiositas
g. Ketidakmampuan berpartisipasi dalam aktivitas keagamaan
h. Ketidakmampuan berdoa
i. Meminta menemui pemimpin keagamaan
j. Perubahan yang tiba-tiba dalam praktik spiritual

6
D. Mekanisme Koping

Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres
spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif
thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan
pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003)
menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk
meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai
keterampilan koping yang efektif.
Menurut Mooss (1984) yang dikutip Brunner dan Suddarth menguraikan yang
positif (Teknik Koping) dalam menghadapi stress, yaitu:
1. Pemberdayaan Sumber Daya Psikologis (Potensi diri)
Sumber daya psikologis merupakan kepribadian dan kemampuan individu
dalam memanfaatkannya menghadapi stres yang disebabkan situasi dan lingkungan
(Pearlin & Schooler, 1978:5). Karakterisik di bawah ini merupakan sumber daya
psikologis yang penting, diantaranya adalah:
a. Pikiran yang positif tentang dirinya (harga diri)
Jenis ini bermanfaat dalam mengatasi situasi stres, sebagaimana teori
dari Colley’s looking-glass self: rasa percaya diri, dan kemampuan untuk
mengatasi masalah yg dihadapi.
b. Mengontrol diri sendiri
Kemampuan dan keyakinan untuk mengontrol tentang diri sendiri dan
situasi (internal control) dan external control (bahwa kehidupannya
dikendalikan oleh keberuntungan, nasib, dari luar) sehingga pasien akan
mampu mengambil hikmah dari sakitnya (looking for silver lining).

7
2. Rasionalisasi (Teknik Kognitif)
Upaya memahami dan mengiterpretasikan secara spesifik terhadap stres
dalam mencari arti dan makna stres (neutralize its stressfull). Dalam menghadapi
situasi stres, respons individu secara rasional adalah dia akan menghadapi secara
terus terang, mengabaikan, atau memberitahukan kepada diri sendiri bahwa
masalah tersebut bukan sesuatu yang penting untuk dipikirkan dan semuanya akan
berakhir dengan sendirinya. Sebagaian orang berpikir bahwa setiap suatu kejadian
akan menjadi sesuatu tantangan dalam hidupnya. Sebagian lagi menggantungkan
semua permasalahan dengan melakukan kegiatan spiritual, lebih mendekatkan diri
kepada sang pencipta untuk mencari hikmah dan makna dari semua yang terjadi.
3. Teknik Perilaku
Teknik perilaku dapat dipergunakan untuk membantu individu dalam
mengatasi situasi stres. Beberapa individu melakukan kegiatan yang bermanfaat
dalam menunjang kesembuhannya. Misalnya, pasien HIV akan melakukan
aktivitas yang dapat membantu peningkatan daya tubuhnya dengan tidur secara
teratur, makan seimbang, minum obat anti retroviral dan obat untuk infeksi
sekunder secara teratur, tidur dan istirahat yang cukup, dan menghindari konsumsi
obat-abat yang memperparah keadan sakitnya.

E. Rentang Respon Distress Spiritual

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Harapan Kesempatan Ketidakpastian Bahaya Putus asa

1. Harapan
Harapan akan mempngaruhi respons psikologis terhadap penyakit fisik.
Kurangnya harapan dapat meningkatkan stres dan berakhir dengan penggunaan
mekanisme koping yang tidak adekuat. Pada beberapa kasus, koping yang tidak
adekuat dapat menimbulkan masalah kesehatan jiwa.
2. Kesempatan

8
Kesempatan adalah situasi terbaik yang sedang di hadapi seseorang
dimana seseorang memiliki peluang yang sangat besar untuk mendapatkan hasil
akhir yang terbaik.
3. Ketidakpastian
Ketidakpastian adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu
memahami kejadian yang terjadi. Hal ini akan mempengaruhi kemmapuan
individu mengkaji situasi dan memperkirakan upaya yang akan dilakukan.
Ketidakpastian menjadi berbahaya jika disertai rasa pesimis dan putus asa.
4. Bahaya
Bentuk-bentuk yang berlaku yang biasanya disebabkan oleh berbagai
macam yang di lakukan oleh individu. Yang terpenting dari segala sesuatu yang
berkerja adalah individu-individu yang terkendali dan dapat mengaksesnya
dengan mudah.
5. Putus asa
Putus asa ditandai dengan perilaku pasif, perasaan sedih dan harapan
hampa, kondisi ini dapat membawa klien dalam upaya bunuh diri.

F. Penatalaksanaa distress spiritual


1. Distress spiritual dengan diagnosa kanker
Komunikasi terapeutik pada pasien mengalami peran penting sehingga
komunikasi ini sangat diperlukan untuk memperoleh data pasien dengan tujuan:
a Untuk memberikan informasi tentang spiritualitas
b menentukan ruang lingkup dan sifat komunikasi perawatan spiritual
c untuk mengetahui cara memulai komunikasi tentang spiritual
d untuk memberikan pengetahuan tentangng sejarah spiritual
e untuk mendukung harapan pasien / keluarga akan keajaiban terhadap
kondisi pasien yang mengalami distress spiritual
Komunikasi spiritual penting di seluruh perawatan kanker. Perawat
berperan untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien dan keluarga. Dengan cara
melakukan pelatihan kesadaran diri yang terlibat dalam strategi komunikasi
terapeutik perawatan spiritual. Perawat memberikan komunikasi terapeutik
perawatan spiritual sehingga pasien memliki rasa atau beranggapan sebagai
manusia yang utuh atau individu yang utuh dan dengan demikian dapat
meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga, kualitas hidup dan kesejahrteraan

9
pasien(journal of Ellingten, Lee. 2017. Spiritual Care Communication Of Patients
Cancer. Elsivier).

Kanker adalah sumber stres dan kesusahan bagi pasien kanker dan keluarga
mereka, dan penting bagi mereka untuk mengambil tindakan untuk mengatasi
kesusahan (Jacobson dan Holland , 1991). Merawat pasien yang terkena kanker,
adaptasi psikologis pengasuh keluarga dan kesehatan mental mereka terpengaruh
(Hindz, 1985). Dampak kanker pada kondisi mental dan kualitas kehidupan
keluarga pasien tidak kurang dari dampak pada pasien (Hechler, Blankenburg et al,
2008). Keluarga yang memiliki anak dengan kanker dihadapkan dengan masalah
yang kompleks (Mac dan Wolf, 2009). Dengan demikian, penting untuk
memastikan kesehatan mental mereka untuk kelangsungan perawatan dan
mengurangi kesusahan mereka (Kim dan Given, 2008). Menurut beberapa
penelitian, spiritualitas adalah prediktor kuat untuk harapan dan kesehatan mental
(Koening, 1998). Spiritualitas adalah komponen penting yang semakin menarik
perhatian para psikolog dan profesional kesehatan mental dalam beberapa dekade
terakhir (West, 2001). Spiritualitas adalah konstruksi multidimensional dan dapat
digunakan sebagai pertahanan terhadap masalah dan tekanan hidup. Beberapa
pasien kanker telah menyimpulkan bahwa intervensi berdasarkan intervensi
spiritual dapat membantu melawan krisis fisik dan psikologis mengikuti diagnosis
dan pengobatan penyakit ini (Meraviglia, 2006). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa jenis intervensi ini terkait dengan pengurangan efek kanker, peningkatan
kualitas hidup pengasuh keluarga dan mengurangi tekanan mereka (Oznur, 2010).
Pada tahun 2007 sebuah penelitian menunjukkan bahwa keyakinan dan spiritualitas
mempengaruhi kualitas hidup pengasuh sehingga kecemasan dan kesusahan mereka
terkait dengan disfungsi mental yang lebih buruk (Kulgrav, Kim, dan Thompson,
2007). Dalam penelitian ini, kami mencoba untuk menyelidiki efek intervensi
spiritual pada mengurangi tekanan pada ibu dari anak-anak dengan kanker (journal
of Kashani, farah lotfhi. 2014. Spritual Intervention and Distress in Mother of
Children with Cancer. India. Elsivier )

2. Distress Spiritual Dengan Diagnosa Stroke


mengeksplorasi banyak sumber daya budaya yang tersedia untuk membantu
mengelola tantangan kehidupan yang tidak terduga atau peristiwa kesehatan,
tetapi lebih fokus pada satu aspek yang muncul dalam akun survivor stroke,

10
spiritualitas, sehingga dapat lebih dipahami dan dikenal dengan baik oleh
profesional. Sumber-sumber seperti fatalisme dan cerita rakyat dalam budaya apa
pun juga merupakan metode di mana individu menemukan makna dan tujuan, dan
dengan demikian dapat dimasukkan di bawah definisi spiritualitas kita. Setiap
pendekatan filosofis atau tradisi yang memberi makna pada kehidupan di luar
struktur fisik, emosi, dan kognitif dapat menginformasikan diri spiritual.
pembentukan diri pasca-stroke adalah proses untuk menemukan manifestasi baru
dari diri yang dimulai dengan familiar, dan membuka pandangan seseorang
terhadap kemungkinan yang sepenuhnya baru yang sangat berbeda dengan apa
yang sebelumnya dipahami. Dalam konteks fisik yang sempit, kehidupan dapat
dijalani lebih dalam. Ini adalah proses pertumbuhan yang mendasari sifat
spiritualitas yang terungkap. Untuk sebagian besar, pasien bergantung pada
perawatan medis untuk menangani penyakit mereka. Namun, sulit untuk pulih
secara efisien dan efektif jika tidak ada dukungan dari sumber lain yang
ditemukan. Penelitian telah menunjukkan bahwa selain dukungan sosial, pasien
dapat menggunakan spiritualitas sebagai sumber daya untuk memfasilitasi
penyesuaian dan ketahanan emosional: mereka memiliki lebih banyak perasaan
positif dan memperhatikan elemen positif dalam hidup mereka (Bartlett,
Piedmont, Bilderback, Matsumoto, & Bathon , 2003; Faircloth et al., 2004).
Lima strategi penanggulangan utama diidentifikasi:
a. mobilisasi sumber daya pribadi
b. mencari bantuan dari sumber-sumber social
c. menarik kekuatan supranatural
d. mengadopsi filsafat melakukan apa-apa (Taoisme)
e. penghindaran
(Journal of Chow, esther. 2010. Spiritual Distress to spiritual transformatio:
Stroke survivor naratives From Hongkong. Elservier).

G. Asuhan Keperawatan Distres Spiritual

1. Pengkajian
a. Untuk pasien yang mengindikasikan adanya ketaatan beragama, kaji adanya
indikator langsung status spiritual pasien dengan mengajukan pertanyaan
sebagai berikut :

11
a) Apakah anda merasa keimanan anda dapat membantu anda? Dengan
cara apa keimanan tersebut penting bagi anda saat ini?
b) Bagaiman saya dapat membantu anda menjalankan keimanan anda?
Misalnya, apakah anda ingin saya membacakan buku doa untuk anda?
c) Apakah anda menginginkan kunjungan dari penasihat spiritual atau
layanan keagamaan dari rumah sakit?
d) Tolong beri tahu saya tentang aktivitas agama tertentu yang penting
bagi anda?

b. Lakukan pengkajian tidak langsung terhadap status spiritual pasien dengan


melakukan langkah berikut :
a) Tentukan konsep ketuhanan pasien dengan mengamati buku-buku yang
ada disamping tempat tidur atau program telivisi yang dilihat pasien.
Juga catat apakah kehidupan pasien tampak memiliki arti, nilai, dan
tujuan.
b) Tentukan sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien. Apakah Tuhan
dalam arti tradisional, anggota kluarga, atau kekuatan “bersumber dari
dalam dirinya”? Catat siapa yang paling banyak diperbincangkan oleh
pasien, atau tanyakan, “Siapa yang penting bagi anda?”

c. Amati apakah pasien sedang berdoa ketika anda memasuki ruangan, sebelum
makan, atau saat tindakan.
d. Amati barang-barang, seperti litratur keagamaan,rosario, kartu ucapan semoga
lekas sembuh yang bersifat keagamaan disamping tempat tidur pasien.
e. Dengarkan pandangan-pandangan pasien tentang hubungan antara kepercayaan
spiritual dan kondisi kesehatannya, terutama untuk pernyataan seperti,
“mengapa Tuhan membiarkan hal ini menimpa saya?” atau “ Jika saya
beriman, saya pasti akan sembuh.”

2. Diagnosa
Diagnosis keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan berkaitan
dengan prinsip dan aktivitas kehidupan spiritual atau keagamaan akibat masalah
fisik atau psikososial yang dialami oleh pasien adalah Distres spiritual.

12
3. Intervensi
a. Tujuan intervensi keperawatan untuk pasien:
a) Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
b) Mampu mengungkapkan penyebab distres spiritual
c) Mampu mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang keyakinannya
d) Mampu mengembangkan kemampuan mengatasi masalah dan perubahan
keyakinan
e) Mampu melakukan kegiatan keagamaan

b. Tindakan keperawatan untuk pasien distres spitual :


a) Bina hubungan saling percaya dengan pasien
b) Kaji faktor penyebab distres spiritual pada pasien
c) Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikirian tentang keyakinannya
d) Bantu klien mengembangkan keterampilan untuk mengatasi perubahan
spiritual dalam kehidupan
e) Fasilitasi pasien dengan alat – alat ibadah sesuai dengan agamanya
f) Fasilitasi pasien untuk menjalani ibadah sendiri atau dengan orang lain
g) Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan
h) Bantu pasien mengevalusi perasaan setelah melakukan kegiatan keagamaan

13
SP 1-P. Bina hubungan saling percaya dengan pasien, Kaji faktor penyebab distres
spiritual pada pasien, Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikirian
terhadap aama yang diyakininya, bantu klien mengembangkan kemampuan
mengatasi perubahan spiritual dalam kehidupan.

Orientasi
Selamat pagi, Pak. Nama saya suster .... suka dipanggil .... Nama Bapak siapa ?
suka dipanggil siapa ? saya perawat puskesmas .... yang akan merawat Bapak, saya
akan datang secara berkala ke rumah Bapak. Bapaimana perasaan Bapak pagi ini ?
bagaimana kalu kita bercakap – cakap tentang masalah yang Bapak alami, kita
ngobrol selama 30 menit, ya ? Dimana menurut Bapak tempat yang cocok untuk
kita ngobrol bersama ? Oh, disana ? Mari, pak kalau begitu.

Kerja
Apa masalah yang bapak rasakan saat ini.
Coba bapak sampaikan apa yang meneybabkan bapak tidak aktif sholat dan
pengajian yang diadakan di masjid seperti dahulu. Oh,ya!
Pak, masih adakan faktor-faktor lain yang meneyebabkan bapak tidak aktif lagi
untuk mengikuti kegiatan dan sosial yang biasa bapak lakukan?
Apa saja kegiatan ibadah dan sosial yang dapat bapak jalankan?
Mana kira-kira yangingin bapak coba jalankan? Bagus sekali. Mari Bapak coba ya.

Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang?
Tampaknya bapak semangat menjawab pertanyaan suster,ya!
Coba bapak ulangi apa yang sudah kita diskusikan bersama-sama hari ini! Bagus
sekali, jadi bapak sudah tahu penyebab masalah bapak ya? Selain itu, bapak juga
telah mengungkapkan perasaan dan pikiran bapak tentang agama dan tau kegiatan
yang bapak bisa lakukan.
Seminggu lagi, kita bertemu untuk mengetahui manfaat kegiatan yang bapak
lakukan serta belajar cara lain. Sampai jumpa, selamat pagi.

14
SP 2-P. Fasilitasi klien dengan alat-alat ibadan sesuai keyakinannya, fasilitasi klien
untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain. Bantu pasien untuk
ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

Orientasi
Selamat pagi, pak. Bagaimana keadaan dan perasaan bapak saat ini? Sudah dicoba
melakukan ibadah? Bagaimana perasaan bapat setelah mencobanya. Hari ini kita
akan mendiskusikan tentang persiapan alat-alat sholat dengan cara menjalankan
shoolat baik sendiri maupun berjamaah bersama orang lain. Bagaimana kalau kita
ngobrol selama 30 menit? Dimana bapak mau ngobrol? Atau abagaimana kalau
disini saja. (jika ditempat bencana, bawakan alat-alatnya).

Kerja
Pak, sepengetahuan bapak, apa saja persiapan alat sholat, baik alat maupun diri
kita? Bagus sekali! Menyiapkan kopiah, sajadah dan sarung, dan sebelum sholat
bapak harus mandi dan berwudhu.
Coba bapak sebutkan sholoat 5 waktu sehari semalam, sholat subuh jam berapa,
bagaimana ucapannya, sampai dengan sholat isya.
Selain itu, bapak dapat melakukan sholat jamaah dirumah.
Bagaimana kalau kita membuat tempat sholat dirumah bapak ini setuju kan,pak?
Baik kalau begitu kamar depan ini bapak siapkan untuk melakukan sholat lima
waktu nanti dan dapat bersama-sama.
Mulai hari ini, bapak sudah bisa mulai melakukan sholat dan berdoa secara teratur
agar diberi ketenangan oleh Tuhan dalam menghadapi masalah hidup ini.
Pada hari Jum’at nanti, bapak bisa pergi bersama dengan warga lain untuk sholat
Jum’at di Masjid AL-Manaar. Bagaimana, pak?

Terminasi
Bagaimana perasaan bapak setelah kita diskusi tentang cara-cara mempersiapkan
alat sholat dan mengajarkan sholat di rumah berapa kali sehari bapak mencobanya?
Mari kita buat jadwalnya, kalau sudah di lakukan, beri tanda ya, tiga hari lagi saya
akan dating untuk mendiskusikan tentang perasaan bapak dalam melakukan sholat
serta membahas kegiatan ibadah lain, kalau begitu saya permisi dulu. Sampai
jumpa. Salam pagi.
.

15
c. Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien distress
spiritual agar keluarga mampu :
a) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat pasien dengan
masalah spiritual
b) Mengetahui proses terjadinya distress spiritual yang di hadapi oleh pasien
c) Mengetahui cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
spiritual
d) Melakukan rujukan pada tokoh agama apabila diperlukan.

d. Tindakan keperawatan untuk keluarga :


a) Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat pasien
b) Jelaskan proses terjadinya masalah spiritual yang dihadapi pasien
c) Jelaskan pada keluarga cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah spiritual
d) Bantu keluarga untuk membantu pasien melaksanakan kegiatan spiritual
e) Beri pujian jika keluarga mampu melakukan kegiatan yang positif

SP 1.K. Bantu keluarga mengidentifikasi masalah yang dihadapi dalam merawat


pasien. Bantu keluarga untuk mengetahui proses terjadinya masalah spiritual
yang dihadapi dan perawatannya.

16
Orientasi
Selamat pagi pak, bagaimana keadaan bapak hari ini > hari ini kita akan
mendiskusikan tentang masalah yang bapak hadapi dalam merawat atau membantu
anak bapak, selama 30 menit. Disini saja ya pak.

Kerja
Menurut bapak apa masalah yang bapak hadapi dalam merawat atau membantu
anak bapak?
jadi A malas sholat dant idak mau mengikuti pengajian?
Apakah hal tersebut terjadi setelah gempa atau akibat terjadi tsunami yang lalu. Oh,
jadi masalah yang bapak hadapi adalah susah member tahu dan mengajak A untuk
sholat lima waktuya?
Bagaimana dengan kegiatan keagamaan lainnya, apakah anak Bapak mau
melakukannya? Jadi, Bapak kewalahan membantu A agar dapat melakukan ibadah
dan ini terjadi sesudah tsunami.

17
Pak, biasanya kalau ada kejadian bencana seperti gempa tsunami, terkadang
seseorang akan mengalami kejadian seperti anak Bapak tersebut. Oleh karena itu,
mari saya bantu Bapak untuk bersama-sama dan merawat anak Bapak, ya.
Pak, cara untuk membantu anak Bapak yang malas sholat atau ke masjid adalah
dengan selalu mengingatkan mengajak atau memberi contoh sholat pada waktunya.
Selain itu, Bapak menyiapkan perlengkapan sholat untuk anak Bapak, misalnya
kopiah, sarung, dan sajadah. Lalu, Bapak bersamma-sama satu keluarga melakukan
sholat jamaah, ya Pak? Jangan lupa mengajak anak-anak untuk bersama-sama
sholat berjamaah.
Setelah sholat. Bapak ajak anak Bapak untuk berdoa semoga diberi kekuatan dan
ketabahan dalam menghadapi masalah akibat adanya bencana yang dialami
tersebut.
Jangan lupa, agar Jumat depan Bapak mengajak anaknya untuk sholat Jumat
berjamaah di masjid bersama warga lainnya, ya Pak?
Kemudian, Bapak jangan segan-segan untuk meminta nasihat dan bantuan kepada
ustadz Arsyad bin Jalil. Saya yakin beliau akan senang hati membantu Bapak dan
terutama memberi nasihat keagamaan kepada anak Bapak.
Bagaimana kalau minggu depan pengajian di masjid Al Manaar, Bapak minta
untuk diadakan di rumah ini? Saya kira dengan cara tersebut, anak Bapak akan
aktif mengikuti kegiatan pengajian! Betul kan, Pak?
Bagus sekali, Bapak sudah bisa mengerti cara merawat dan membantu anak Bapak
yang mengalami masalah tersebut. Dengan demikian, Bapak bisa membantu dia
untuk aktif dan rajin sholat lima waktu serta mengikuti pengajian, ya kan, Pak?

Terminasi
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita diskusi tentang masalah yang dihadapi
dalam merawat anak Bapak?
Bisa Bapak ulangi kembali apa saja masalah yang Bapak hadapi dalam merawat
anak Bapak tersebut?
Nah, sekarang bagaimana kalau Bapak mengulangi menyampaikan proses
terjadinya masalah yang dihadapi oleh anak Bapak tersebut!
Bagus sekali, Pak. Bapak sudah mengetahui semua permasalahan yang terjadi, ya?
Kalau begitu saya pamit dulu. Selamat pagi.

18
4. Evaluasi
a. Pasien selalu menujukkan harapan, yang dibuktikan dengan mengungkapkan
keyakinan, arti hidup, kedamaian diri.
b. Pasien menunjukkan tidak ada gangguan kesehatan spiritual yang dibuktikan
dengan mampu untuk mencintai dan memaafkan, mampu untuk berdoa dan
beribadah.
c. Pasien mampu memahami bahwa penyakit adalah suatu tantangan terhadap
sistem keyakinan.
d. Pasien mampu memahami bahwa terapi bertentangan dengan sistem
kepercayaan.
e. Pasien mampu menunjukkan teknik koping untuk menghadapi distress
spiritual.
f. Pasien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap keterbatasan ikatan
budaya atau keagamaan.
g. Pasien mampu mendiskusikan praktik dan keluhan spiritual.
h. Pasien yang menjelang ajal mampu mengungkapkan penerimaan atau kesiapan
menghadapi kematian.
i. Pasien yang menjelang ajal mampu berbahagia dengan hubungan sebelumnya.
j. Pasien yang menjelang ajal mampu mengungkapkan kasih sayang terhadap
orang terdekat.

19
PENILAIAN PASIEN DAN KELUARGA
DENGAN DISTRES SPIRITUAL

Nama Pasien: __________________


Alamat: _______________________
Nama Perawat: _________________
Petunjuk pengisian:
1. Berikan tanda (√) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan
dibawah ini
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian
Kemampuan Tanggal
Pasien
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Mengetahui penyebab distress
spiritual pada pasien
3. Mengungkapkan perasaan dan
pikiran tentang keyakinan
4. Mengembangkan kemampuan
untuk mengatasi masalah dan
perubahan keyakinan
5. Melakukan kegiatan
keyakinan
Keluarga
1. Mengidentifikasi masalah
yang dihadapi
2. Mengetahui proses terjadinya
masalah spiritual
3. Mengetahui cara merawat

4. Melakukan rujukan

20
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN
DENGAN DISTRES SPIRITUAL

Petunjuk pngisian:
1. Berilah tanda ( ) jika perawat mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian
Kemampuan Tanggal
Pasien
SP 1p
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengetahui faktor penyebab distress
spiritual pada pasien
3. Mengungkapkan perasaan dan
pikiran tentang keyakinan
Nilai SP 1p
SP 2p
1. Mengembangkan keterampilan
untuk mengatasi penyakit dan
perubahan dalam kehidupan
2. Membuat rencana keperawatan
selanjutnya
Nilai SP 2p
SP 3p
1. Mengungkapakan perasaan untuk
berduka
Nila SP 3p
SP 4p
1. Menyiapkan alat-alat ibadah sesuai
keyakinan klien
2. Menjalankan ibadah sendiri atau
dengan orang lain
3. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan

21
Keluarga
SP 1K
1. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi
dalam merawat pasien
2. Mengetahui pross terjadinya masalah
spiritual yang dihadapi
3. Mengetahui cara merawat anggota
keluarga yang mengalami masalah spritual
4. Membantu pasien melaksanakan kegiatan
spiritual
Nilai SP 3k
Total nilai SPp + SPk

5. Dokumentasi
Dokumentasi asuhan keperawatan dengan distres spiritual adalah
berfokus pada kemampuan pasien, keluarga, dan perawat yang menangani
pasien dan keluarganya. Berikut ini adalah format dokumentasi asuhan
keperawatan kesehatan jiwa masyarakat pasien dan keluarga dengan distres
spritual.

CATATAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

Nama Pasien: _____________________


Nama Puskesmas: __________________
No RM: __________________________
Tanggal: _________________________

Data
_________________________________________________________________
_________________________________________________________________

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Spiritualitas adalah dimensi manusia, dan dengan demikian dimensi praktek
Keperawatan. Fokus pada tanggung jawab perawat untuk menyediakan kerohanian
meliputi penilaian, diagnosis, perencanaan, intervensi dan evaluasi. Ini adalah langkah-
langkah yang mendefinisikan proses keperawatan, yang merupakan scien- tific metode
pelayanan keperawat adalah diterapkan dalam praktek.

Distres spiritual adalah suatu gangguan yaang berhubungan dengan prinsip


kehidupan, keyakinan, kepercayaan atau keagamaan pasien yang menyebabkan
gangguan pada aktivitas spiritual akibat masalah-masalah fisik atau psikososial yan
dialami

B. Saran
Dalam keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, tentu dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan dan kejanggalan. Untuk itu kami mengharapkan
saran agar kami dapat meningkatkan kualitas makalah yang akan dibuat selanjutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, khususnya mahasiswa ilmu keperawatan
dalam mempelajari keperawatan jiwa mengenai distress spiritual.

23
DAFTAR PUSTAKA

Caldeira ,Sílvia, dkk. 2013. Spiritual Distress—Proposing a New Definition and Defining
Characteristics.

Chan, M. (2010). Factors affecting nursing staff in practicing spiritual care.Journal of Clinical
Nursing,19(15–16), 2128–2136.

Chow, esther. 2010. Spiritual Distress to spiritual transformatio: Stroke survivor naratives
From Hongkong. Elservier

Ellingten, Lee. 2017. Spiritual Care Communication Of Patients Cancer. Elsivier

Grace Yopi Dkk. 2013. Hubungan Peran Perawat Dalam Pemberian Terapi Spiritual
Terhadap Perilaku Pasien Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Di Ruang Icu Rsm
Ahmad Dahlan Kota Kediri.

Herdman, T. (Ed.). (2009). North American Nursing Diagnosis Association International


Nursing Diagnoses: Definitions and classification 2009– 2011 . Oxford: Wiley-
Blackwell.

Hubbell et al. 2012. Spiritual Care Practices of Nurse Practitioners in Federally Designated
non Metropolitan Areas of North Carolina. Journal of The American Academy of
Nurse Practitioners, 18, 85-91.

Internasional, NANDA, Herman, T, Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan dan Klasifikasi.


(2012-2014). Jakarta : EGC.

Kashani, farah lotfhi. 2014. Spritual Intervention and Distress in Mother of Children with
Cancer. India. Elsivier

Keliat, Budi Anna. 2011. Manajemen Kasus Gangguan Jiwa. Jakarta: EGC

Pesut, B. (2008). A conversation on diverse perspectives of spirituality innursing


literature.Nursing Philosophy,9(2), 98–109.

Potter, P.A., & Perry, A.G. 2004. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta:
EGC.

24
Wilkinson, Judith M. (2016). Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA-I, Intervensi NIC,
Hasil NOC, Ed. 10. Jakarta: EGC

Yani S Achir. 2009. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC Diakses 15
Oktober 2016 dari google ebook.

25

Anda mungkin juga menyukai