Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN PELAYANAN DARAH

DAN
PRODUK DARAH

SUNGAILIAT
2019

1
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA

NOMOR : 005Z /PT.RSBT/SK- 1300 / 19 .UM

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN PELAYANAN DARAH DAN PRODUK DARAH

RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA

DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA


MENIMBANG : a. bahwa dalam rangka meningkatkan Standar, Mutu
dan Pelayanan Rumah Sakit Medika Stannia
maka diperlukan panduan pelayanan darah dan
produk darah di Rumah Sakit Medika Stannia

b. bahwa agar pelayanan darah dan produk darah di


Rumah Sakit Medika Stannia dapat terlaksana
dengan baik perlu adanya kebijakan Direktur
Rumah Sakit Medika Stannia sebagai landasan
dari pelayanan darah dan produk darah di Rumah
Sakit Medika Stannia ;

c. bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu


ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur
Rumah Sakit Medika Stannia.

2
MENGINGAT : 1. Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas;

2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit;

3. Akta Notaris Irma Devita Purnamasari, S.H., M.Kn.


nomor 34.- tanggal 18 Desember 2014 tentang
Pendirian PT. Rumah Sakit Bakti Timah;

4. Surat Keputusan Direksi PT. Rumah Sakit Bakti


Timah Nomor : 099/PT.RSBT/SK-0000/17 tentang
Penetapan Struktur Organisasi Rumah Sakit
Medika Stannia pada PT. Rumah Sakit Bakti
Timah;

5. Surat Keputusan Direksi PT. Rumah Sakit Bakti


Timah Nomor : 080 / PT.RSBT / SK-0000 / 19
tentang Pengangkatan Direktur RS. Medika
Stannia Sungailiat di Lingkungan PT. Rumah Sakit
Bakti Timah atas nama Sdr. dr. Zainal Arpan

3
MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :

PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA


STANNIA SUNGAILIAT TENTANG PANDUAN
PELAYANAN DARAH DAN PRODUK DARAH;

KEDUA : Panduan Pelayanan Darah Dan Produk Darah


dimaksudkan sebagaimana tercantum dalam panduan
dikeputusan ini;

KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku terhitung sejak tanggal


ditetapkan, dengan ketentuan apabila di kemudian hari
terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini, maka
akan dilakukan pembetulan sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI : SUNGAILIAT

PADA TANGGAL : 13 MEI 2019

RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA

Direktur,

dr. Zainal Arpan

4
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah bagi allah SWT, tuhan semesta alam yang telah
memberikan ridho dan petunjuknya, sehingga Panduan Pelayanan Darah Dan
Produk Darah ini dapat diselesaikan.
Panduan ini dibuat untuk menjadi panduan kerja bagi semua staf dalam
melakukan Pelayanan Darah Dan Produk Darah di Rumah Sakit Medika Stannia
Sungailiat. Dalam panduan ini antara lain berisi tentang tatalaksana Pelayanan
Resusitasi
Untuk peningkatan mutu pelayanan diperlukan pengembangan kebijakan,
pedoman, panduan dan prosedur. Untuk tujuan tersebut panduan ini akan kami
evaluasi setidaknya setiap 2 tahun sekali. Masukan, kritik dan saran yang
konstruktif untuk pengembangan panduan ini sangat kami harapkan dari para
pembaca.

Sungai liat, Mei 2019

Penyusun

5
BAB. I

Definisi

A. Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi
antara seseorang dengan orang lain.
B. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak
langsung di rumah sakit
C. Pelayanan pasien adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam
interaksi antara petugas kesehatan dengan pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
D. Pelayanan risiko tinggi adalah pelayanan atau kegiatan pemberian asuhan pada kasus
– kasus yang memiliki dampak/ risiko tinggi terhadap pasien dan petugas pemberi
asuhan
E. Pasien risiko tinggi adalah pasien dengan keadaan medis yang berisiko mudah
mengalami penurunan status kesehatan atau yang dinilai belum atau tidak dapat
memahami proses asuhan yang diberikan
F. Pelayanan pemberian darah dan produk darah (transfusi darah) adalah pelayanan
atau kegiatan proses pemindahan darah dari seseoramg yang sehat (donor) kepada
orang sakit (resipien) dalam bentuk darah lengkap atau komponen darah
G. Penggantian darah atau tranfusi darah adalah suatu pemberian darah lengkap atau
komponen darah seperti plasma, sel darah merah kemasan atau trombosit melalui IV

6
BAB. II
RUANG LINGKUP

Meskipun tranfusi darah penting untuk mengembalikan homeostasis, tranfusi darah


dapat juga membahayakan. Banyak komplikasi dapat ditimbulkan oleh terapi komponen
darah, contohnya reaksi hemolitik akut yang kemungkinan mematikan, penularan penyakit
infeksi dan reaksi demam. Kebanyakan reaksi tranfusi yang mengancam hidup diakibatkan
oleh identifikasi pasien yang tidak benar atau pembuatan label darah atau komponen darah
yang tidak akurat, menyebabkan pemberian darah yang inkompatibel. Pemantauan pasien
yang menerima darah dan komponen darah dan pemberian produk-produk ini adalah
tanggung jawab keperawatan. Perawat bertanggung jawab untuk mengkaji sebelum dan
selama tranfusi yang dilakukan. Apabila klien sudah terpasang selang IV, perawat harus
mengkaji tempat insersi untuk melihat tanda infeksi atau infilrasi.
Perawat harus memastikan bahwa kateter yang dipakai klien menggunakan kateter
ukuran besar Komponen darah harus diberikan oleh personel yang kompeten,
berpengalaman dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

A. Tujuan Tranfusi Darah


1. Meningkatkan volume sirkulasi darah setelah pembedahan, trauma atau
perdarahan
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin pada klien yang mengalami anemia berat.
3. Memberikan komponen seluler yang terpilih sebagai terapi pengganti (misal :
faktor pembekuan plasma untuk membantu mengontrol perdarahan pada klien
yang menderita hemofilia)

B. Golongan dan Tipe Darah


Darah tersusun dari beberapa unsur yang mempunyai peran utama dalam terapi
tranfusi darah. Komponen ini meliputi antigen, antibody, tipe Rh, dan antigen HLA.
Antigen adalah zat yang mendatangkan respon imun spesifik bila terjadi kontak
dengan benda asing. Sistem imun tubuh berespon dengan memproduksi antibody
untuk memusnahkan penyerang. Reaksi Antigen (Ag) dan Antibodi (AB) ini
diperlihatkan dengan aglutinasi atau hemolisis. Antibodi dalam serum berespon

7
terhadap antigen penyerang dengan mengelompokkan sel-sel darah merah bersama-
sama dan menjadikan mereka tidak efektif atau memusnahkan sel darah merah. Sistem
penggolongan darah didasarkan pada reaksi Ag-AB yang menentukan kompabilitas
darah.
Golongan darah yang paling penting untuk tranfusi darah ialah sistem ABO,
yang meliputi golongan berikut: A, B, O, AB. Penetapan penggolongan darah
didasarkan pada ada tidaknya antigen sel darah merah A dan B. Individu-individu
dengan golongan darah A mempunyai antigen A yang terdapat pada sel darah merah;
individu dengan golongan darah B mempunyai antigen B, dan individu dengan
golongan darah O tidak mempunyai kedua antigen tersebut.
Aglutinin, atau antibody yang bekerja melawan antigen A dan B, disebut
agglutinin anti A dan agglutinin anti B. Aglutinin ini terjadi secara alami. Individu
dengan golongan darah A memproduksi aglutinin anti B di dalam plasmanya secara
alami. Begitu juga dengan individu dengan golongan darah B, akan memproduksi
agglutinin anti A di dalam plasma secara alami. Individu dengan golongan darah O
secara alami memproduksi kedua aglutinin tersebut, inilah sebabnya individu dengan
golongan darah O disebut sebagai donor universal. Individu golongan AB juga
menghasilkan antibodi AB, oleh karena itu individu dengan golongan AB disebut
resipien universal. Bila darah yang ditranfusikan tidak sesuai, maka akan timbul reaksi
tranfusi.
Setelah system ABO, tipe Rh merupakan kelompok antigen sel darah merah
dengan kepentingan klinis besar. Tidak seperti anti-A dan anti-B, yang terjadi pada
individu normal dan tidak diimunisasi, antibody Rh tidak terbentuk tanpa stimulasi
imunisasi. Individu dengan antibodi D disebut Rh positif, sedangkan yang tidak
memiliki antibodi D disebut Rh negatif, tidak menjadi soal apakah ada antibodi Rh
lainnya. Antibody D dapat menyebabkan destruksi sel darah merah, seperti dalam
kasus reaksi tranfusi hemolitik lambat.
Penggolongan darah mengidentifikasi penggolonga ABO dan Rh dalam donor
darah. Pencocoksilangan (crossmatching) kemudian menentukan kompatibilitas ABO
dan Rh adalah penting dalam pemberian terapi tranfusi darah.
System HLA merupakan komponen berikutnya untuk dipertimbangkan dalam
pemberian tranfusi. System HLA didasarkan pada antigen yang terdapat dalam
leukosit, trombosit dan sel-sel lainnya. Penggolongan dan pencocoksilangan HLA
kadang-kadang diperlukan sebelum tranfusi trombosit diulangi.

8
C. Indikasi
1. Pasien dengan kehilangan darah dalam jumlah besar (operasi besar, perdarahan
postpartum, kecelakaan, luka bakar hebat, penyakit kekurangan kadar Hb atau
penyakit kelainan darah).
2. Pasien dengan syok hemoragi.

D. Macam-macam Komponen Darah


1. Darah lengkap (whole blood)
Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif,
meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan
dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Infuskan selama 2 sampai 3 jam,
maksimum 4 jam/unit. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan
volume yang diperlukan untuk stabilisasi. Bisanya tersedia dalam volume 400-500
ml dengan masa hidup 21 hari. Hindari memberikan tranfusi saat klien tidak dapat
menoleransi masalah sirkulasi. Hangatkan darah jika akan diberikan dalam jumlah
besar.
Indikasi:
a. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka
bakar
b. Klien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25 persen dari
volume darah total
2. Packed Red Blood cells (RBCs)
Komponen ini mengandung sel darah merah, SDP, dan trombosit karena
sebagian plasma telah dihilangkan (80 %). Tersedia volume 250 ml. Diberikan
selama 2 sampai 4 jam, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.
Hindari menggunakan komponen ini untuk anemia yang mendapat terapi nutrisi
dan obat. Masa hidup komponen ini 21 hari.
Indikasi :
a. Pasien dengan kadar Hb rendah
b. Pasien anemia karena kehilangan darah saat pembedahan
c. Pasien dengan massa sel darah merah rendah

9
3. White Blood Cells (WBC atau leukosit)
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti RBCs, plasma
dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian
perlu diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan
dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan
demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung
dengan antibiotik.
Indikasi :
Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk
pasien dengan kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan
granulositopenia).
4. Leukosit –poor RBCs
Komponen ini sama dengan RBCs, tapi leukosit dihilangkan sampai 95 %,
digunakan bila kelebihan plasma dan antibody tidak dibutuhkan. Komponen ini
tersedia dalam volume 200 ml, waktu pemberian 1 ½ sampai 4 jam.
Indikasi:
Pasien dengan penekanan system imun (imunokompromise)
5. Platelet/trombosit
Komponen ini biasanya digunakan untuk mengobati kelainan perdarahan
atau jumlah trombosit yang rendah. Volume bervariasi biasanya 35-50 ml/unit,
untuk pemberian biasanya memerlukan beberapa kantong. Komponen ini
diberikan secara cepat. Hindari pemberian trombosit jika klien sedang demam.
Klien dengan riwayat reaksi tranfusi trombosit, berikan premedikasi
antipiretik dan antihistamin. Shelf life umumnya 6 sampai 72 jam tergantung pada
kebijakan pusat di mana trombosit tersebut didapatkan. Periksa hitung trombosit
pada 1 dan 24 jam setelah pemberian.
Indikasi:
a. Pasien dengan trombositopenia (karena penurunan trombosit, peningkatan
pemecahan trombosit
b. Pasien dengan leukemia dan marrow aplasia

10
6. Fresh Frozen Plasma (FFP)
Komponen ini digunakan untuk memperbaiki dan menjaga volume akibat
kehilangan darah akut. Komponen ini mengandung semua faktor pembekuan
darah (factor V, VIII, dan IX). Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian
FFP dalam jumlah besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam
sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Shelf life 12 bulan jika dibekukan dan 6 jam
jika sudah mencair. Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system
Rh.
Indikasi:
a. Pencegahan perdarahan postoperasi dan syok
b. Pasien dengan defisiensi faktor koagulasi yang tidak bisa ditentukan
c. Klien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan.

7. Albumin 5 % dan albumin 25 %


Komponen ini terdiri dari plasma protein, digunakan sebagai ekspander
darah dan pengganti protein. Komponen ini dapat diberikan melalui piggybag.
Volume yang diberikan bervariasi tergantung kebutuhan pasien. Hindarkan untuk
mencampur albumin dengan protein hydrolysate dan larutan alkohol.
Indikasi :
a. Pasien yang mengalami syok karena luka bakar, trauma, pembedahan atau
infeksi
b. Terapi hyponatremi

E. Pertimbangan Pediatrik dan Gerontik


1. Pediatrik
a. Pada anak-anak, 50 ml darah pertama harus diinfuskan lebih dari 30 menit.
Bila tidak ada reaksi terjadi, kecepatan aliran ditingkatkan dengan sesuai
untuk menginfuskan sisa 275 ml lebih dari periode 2 jam.
b. Darah untuk bayi baru lahir dicocok silangkan dengan serum ibu karena
mungkin mempunyai antibody lebih dari bayi tersebut dan memungkinkan
identifikasi yang lebih mudah tentang inkompabilitas
c. Dosis untuk anak-anak bervariasi menurut umur dan berat badan (hitung dosis
dalam milliliter per kilogram berat badan)

11
d. Tranfusi sel darah merah memerlukan waktu infus yang ketat (untuk
mempermudah deteksi dini reaksi hemolitik yang mungkin terjadi)
e. Penggunaan penghangat darah mencegah hipotermi yang menimbulkan
disritmia
f. Gunakan pompa infus elektronik untuk memantau dan mengontrol akurasi
kecepatan tetesan
g. Gunakan vena umbilikalis pada bayi baru lahir sebagai tempat akses vena
h. Tranfusi pada bayi baru lahir hanya boleh dilakukan oleh perawat atau dokter
yang kompeten dan berpengalaman (prosedur ini memerlukan ketrampilan
tingkat tinggi)
i. Tinjau kembali riwayat tranfusi anak
2. Gerontik
a. Riwayat sebelumnya (anemia dengan gagal sumsum tulang, anemia yang
berhubungan dengan keganasan, perdarahan gastrointestinal kronik, gagal
ginjal kronik)
b. Terdapat kemungkinan bahaya pada jantung, ginjal, dan sistem pernafasan
(atur kecepatan aliran jika klien tidak mampu menoleransi aliran yang telah
ditetapkan), sehingga waktu tranfusi lebih lambat
c. Defisit sensori dapat terjadi (konsultasikan dengan rekam medik atau anggota
keluarga terhadap reaksi tranfusi darah sebelumnya)
d. Premedikasi dapat menyebabkan mengantuk
e. Integritas vena mungkin melemah, pastikan kepatenan kateter atau jarum
sebelum melakukan tranfusi

F. Efek samping tranfusi


1. Alergi
Penyebab:
a. Alergen di dalam darah yang didonorkan
b. Darah hipersensitif terhadap obat tertentu
Gejala:
Anaphilaksis (dingin, bengkak pada wajah, edema laring, pruritus, urtikaria,
wheezing), demam, nausea dan vomit, dyspnea, nyeri dada, cardiac arrest, kolaps
sirkulasi
Intervensi:
12
a. Lambatkan atau hentikan tranfusi
b. Berikan normal saline
c. Monitor vital sign dan lakukan RJP jika diperlukan
d. Berikan oksigenasi jika diperlukan
e. Monitor reaksi anafilaksis dan jika diindikasikan berikan epineprin dan
kortikosteroid
f. Apabila diresepkan, sebelum pemberian tranfusi berikan diphenhidramin
2. Anafilaksis
Penyebab:
Pemberian protein IgA ke resipien penderita defisiensi IgA yang telah membentuk
antibodi IgA.
Gejala:
Tidak ada demam, syok, distress pernafasan (mengi, sianosis), mual, hipotensi,
kram abdomen, terjadi dengan cepat setelah pemberian hanya beberapa milliliter
darah atau plasma.
Intervensi:
a. Hentikan tranfusi
b. Lanjutkan pemberian infus normal saline
c. Beritahu dokter dan bank darah
d. Ukur tanda vital tiap 15 menit
e. Berikan ephineprine jika diprogramkan
f. Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) jika diperlukan

Pencegahan:
Tranfusikan sel darah merah (SDM) yang sudah diproses dengan memisahkan
plasma dari SDM tersebut, gunakan darah dari donor yang menderita defesiensi
IgA.
3. Sepsis
Penyebab:
Komponen darah yang terkontaminasi oleh bakteri atau endotoksin.
Gejala:
Menggigil, demam, muntah, diare, penurunan tekanan darah yang mencolok, syok
Intervensi:
a. Hentikan tranfusi

13
b. Ambil kultur darah pasien
c. Pantau tanda vital setiap 15 menit
d. Berikan antibiotik, cairan IV, vasoreseptor dan steroid sesuai program
Pencegahan:
Jaga darah sejak dari donasi sampai pemberian
4. Urtikaria
Penyebab:
Alergi terhadap produk yang dapat larut dalam plasma donor
Gejala:
Eritema lokal, gatal dan berbintik-bintik, biasanya tanpa demam
Intervensi:
a. Hentikan tranfusi
b. Ukur vital sign tiap 15 menit
c. Berikan antihistamin sesuai program
d. Tranfusi bisa dimulai lagi jika demam dan gejala pulmonal tidak ada lagi
Pencegahan:
Berikan antihistamin sebelum dan selama pemberian tranfusi
5. Kelebihan sirkulasi
Penyebab:
Volume darah atau komponen darah yang berlebihan atau diberikan terlalu cepat
Gejala:
Dyspnea, dada seperti tertekan, batuk kering, gelisah, sakit kepala hebat, nadi,
tekanan darah dan pernafasan meningkat, tekanan vena sentral dan vena jugularis
meningkat
Intervensi:
a. Tinggikan kepala klien
b. Monitor vital sign
c. Perlambat atau hentikan aliran tranfusi sesuai program
d. Berikan morfin, diuretik, dan oksigen sesuai program

Pencegahan:
Kecepatan pemberian darah atau komponen darah disesuaikan dengan kondisi
klien, berikan komponen SDM bukan darah lengkap, apabila diprogramkan

14
minimalkan pemberian normal saline yang dipergunakan untuk menjaga
kepatenan IV
6. Hemolitik
Penyebab:
Antibody dalam plasma resipien bereaksi dengan antigen dalam SDM donor,
resipien menjadi tersensitisasi terhadap antigen SDM asing yang bukan dalam
system ABO
Gejala:
Cemas, nadi, pernafasan dan suhu meningkat, tekanan darah menurun, dyspnea,
mual dan muntah, menggigil, hemoglobinemia, hemoglobinuria, perdarahan
abnormal, oliguria, nyeri punggung, syok, ikterus ringan. Hemolitik akut terjadi
bila sedikitnya 10-15 ml darah yang tidak kompatibel telah diinfuskan, sedangkan
reaksi hemolitik lambat dapat terjadi 2 hari atau lebih setelah tranfusi.
Intervensi:
a. Monitor tekanan darah dan pantau adanya syok
b. Hentikan tranfusi
c. Lanjutkan infus normal saline
d. Pantau keluaran urine untuk melihat adanya oliguria
e. Ambil sample darah dan urine
f. Untuk hemolitik lambat, karena terjadi setelah tranfusi, pantau pemeriksaan
darah untuk anemia yang berlanjut
Pencegahan:
Identifikasi klien dengan teliti saat sample darah diambil untuk ditetapkan
golongannya dan saat darah diberikan untuk tranfusi (penyebab paling sering
karena salah mengidentifikasi)
7. Demam Non-Hemolitik
Penyebab:
Antibody anti-HLA resipien bereaksi dengan antigen leukosit dan trombosit yang
ditranfusikan.
Gejala:
Demam, flushing, menggigil, tidak ada hemolisis SDM, nyeri lumbal, malaise,
sakit kepala
Intervensi:
a. Hentikan tranfusi

15
b. Lanjutkan pemberian normal saline
c. Berikan antipiretik sesuai program
d. Pantau suhu tiap 4 jam
Pencegahan:
Gunakan darah yang mengandung sedikit leukosit (sudah difiltrasi)
8. Hiperkalemia
Penyebab:
Penyimpanan darah yang lama melepaskan kalium ke dalam plasma sel
Gejala:
Serangan dalam beberapa menit, EKG berubah, gelombang T meninggi dan QRS
melebar, kelemahan ekstremitas, nyeri abdominal
9. Hipokalemia
Penyebab:
Berhubungan dengan alkalosis metabolik yang diindikasi oleh sitrat tetapi dapat
dipengaruhi oleh alkalosis respiratorik
Gejala:
Serangan bertahap, EKG berubah, gelombang T mendatar, segmen ST depresi,
poliuria, kelemahan otot, bising usus menurun

10. Hipotermia
Penyebab:
Pemberian komponen darah yang dingin dengan cepat atau bila darah dingin
diberikan melalui kateter vena sentral.
Gejala:
Menggigil, hipotensi, aritmia jantung, henti jantung/cardiac arrest
Intervensi:
a. Hentikan tranfusi
b. Hangatkan pasien dengan selimut
c. Ciptakan lingkungan yang hangat untuk pasien
d. Hangatkan darah sebelum ditranfusikan
e. Periksa EKG

16
11. Infeksi yang ditularkan melalui tranfusi
a. AIDS
Penyebab:
Darah donor HIV seropositif
Gejala:
Demam, keringat malam, letih, berat badan menurun, adenopati, lesi kulit
seropositif terhadap virus HIV
b. Kontaminasi bakteri
Penyebab:
Kontaminasi pada saat penyumbangan atau persiapan, bakteri endotoksin
melepaskan endotoksin.
Gejala:
Serangan dalam 2 jam tranfusi (menggigil, demam, nyeri abdomen, syok,
hipotensi yang nyata
c. Cytomegalovirus (CMV)
Virus CMV dapat berada pada orang dewasa yang sehat. Pasien-pasien
dengan imunosupresi berisiko tinggi tertular CMV
Gejala:
Letih, lemah, adenopati, demam derajat rendah
d. Hepatitis
Hepatitis A dan hepatitis B jarang, penyakit hati kronik lebih umum dengan
Hepatitis C daripada hepatitis B
Gejala:
Terjadi dalam dalam beberapa minggu sampai bulan setelah tranfusi, mual,
muntah, ikterus, malaise, kadar enzim hati tinggi
e. GVHD (Graft versus host desease)
Penyebab:
Limfosit donor yang normal bereproduksi di dalam tubuh resipien yang
mengalami gangguan kekebalan, limfosit menyerang jaringan resipien karena
dianggap sebagai protein asing.
Gejala:
Demam, ruam kulit, diare, infeksi, gangguan fungsi hati (jaundice, supresi
sumsum tulang)
Intervensi:

17
Berikan metotresat dan kortikosteroid jika diprogramkan
Pencegahan;
Berikan darah yang tidak diradiasi jika diprogramkan, berikan darah yang
telah dicuci dengan saline jika diprogramkan

18
BAB. III
TATA LAKSANA

A. Manajemen efek tranfusi


Pedoman untuk mengatasi reaksi tranfusi yang dibuat oleh
AmericanAssotiation of Blood Banks adalah:
1. Hentikan tranfusi untuk membatasi jumlah darah yang diberikan
2. Beritahu dokter
3. Pertahankan jalur IV tetap terbuka dengan infus normal saline
4. Periksa semua label, formulir, dan identifikasi pasien untuk menentukan apakah
pasien
5. menerima darah atau komponen darah yang benar
6. Segera laporkan reaksi tranfusi yang dicurigai pada petugas bank darah/PMI
7. Kirimkan sample darah yang diperlukan ke bank darah sesegera mungkin,
bersama -
8. sama dengan kantong darah yang telah dihentikan, set pemberian, larutan IV yang
9. diberikan,dan semua formulir dan label yang berhubungan.
10. Kirim sampel lainnya (misal urin)
11. Lengkapi laporan institusi atau formulir “reaksi tranfusi yang dicurigai”
12. Peralatan yang harus disiapkan (obat-obatan seperti: aminophilin, difenhidramin,
hidroklorida, dopamine, epinefrin, heparin, hidrokortison, furosemid,
asetaminofen, aspirin; set oksigenasi; kit kateter foley; botol kultur darah; cairan
IV; selang IV).

B. Hal-hal yang perlu diperhatikan


1. Kondisi pasien sebelum ditranfusi
2. Kecocokan darah yang akan dimasukkan
3. Label darah yang akan dimasukkan
4. Golongan darah klien
5. Periksa warna darah (terjadi gumpalan atau tidak)
6. Homogenitas (darah bercampur semua atau tidak).

19
C. Persiapan Pasien
1. Jelaskan prosedur dan tujuan tranfusi yang akan dilakukan
2. Jelaskan kemungkinan reaksi tranfusi darah yang keungkinan terjadi dan
pentingnya melaporkan reaksi dengan cepat kepada perawat atau dokter
3. Jelaskan kemungkinan reaksi lambat yang mungkin terjadi, anjurkan untuk segera
melapor apabila reaksi terjadi
4. Apabila klien sudah dipasang infus, cek apakah set infusnya bisa digunakan untuk
pemberian tranfusi
5. Apabila klien belum dipasang infus, lakukan pemasangan dan berikan normal
saline terlebih dahulu
6. Pastikan golongan darah pasien sudah teridentifikasi.

D. Persiapan Alat
1. Set pemberian darah
2. Kateter besar (18 G atau 19 G), untuk anak-anak disesuaikan dengan usia
3. Cairan IV normal saline (NaCl 0,9 %)
4. Set infus darah dengan filter
5. Produk darah yang tepat
6. Sarung tangan sekali pakai
7. Kapas alkohol
8. Plester dan gunting
9. Manset tekanan darah
10. Stetoskope
11. Termometer
12. Format persetujuan pemberian tranfusi yang ditandatangani
13. Bengkok
14. Penghangat darah (jika diperlukan)

B. Prosedur kerja
1. Baca status dan data klien untuk memastikan program tranfusi darah
2. Pastikan bahwa klien telah menandatangani format persertujuan tindakan
3. Cek alat-alat yang akan digunakan
4. Cuci tangan
5. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
20
6. Perkenalkan nama perawat
7. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
8. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
9. Kaji pernah tidaknya klien menerima tranfusi sebelumnya dan catat reaksi yang
timbul, apabila ada
10. Minta klien untuk melaporkan apabila menggigil, sakit kepala, gatal-gatal, atau
ruam dengan segera
11. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
12. Tanyakan keluhan klien saat ini
13. Jaga privasi klien
14. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
15. Periksa tanda vital klien sebelum memulai tranfusi
16. Kenakan sarung tangan sekali pakai
17. Lakukan pemasangan infuse, apabila belum terpasang dengan menggunakan
kateter berukuran besar ( 18 atau 19 G), apabila sudah terpasang cek apakah set
yang ada bisa digunakan untuk pemberian tranfusi dan cek kepatenan vena
18. Gunakan selang infus yang memiliki filter di dalam selang (apabila selang infus
masih menggunakan selang infuse yang kecil, ganti dengan selang infus untuk
tranfusi yang ukurannya lebih besar)
19. Gantungkan botol normal saline untuk diberikan setelah pemberian darah selesai
20. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah. Minta
darah pada saat Anda siap menggunakannya.
21. Bersama seorang perawat lainnya yang telah memiliki lisensi, identifikasi produk
darah yang akan dimasukkan (periksa etiket kompabilitas yang menempel pada
kantong darah dan informasi pada kantong tersebut; untuk darah lengkap, periksa
golongan darah ABO dan tipe Rh yang terdapat pada catatan klien; periksa
kembali kesesuaian produk darah yang akan diberikan dengan resep dokter;
periksa data kadaluarsa pada kantong darah; inspeksi darah untuk melihat adanya
bekuan darah; tanyakan nama klien dan periksa tanda pengenal yang dimiliki
klien)
22. Mulai pemberian tranfusi darah (sebelum darah diberikan, berikan dahulu larutan
normal saline; mulai berikan tranfusi secara perlahan diawali dengan pengisian
filter di dalam selang; atur kecepatan sampai 2 ml/menit untuk 15 menit pertama
dan tetaplah bersama klien. Apabila perawat menjumpai adanya reaksi, segera

21
hentikan tranfusi, bilas selang dengan normal saline, laporkan pada dokter dan
beritahu bank darah)
23. Monitor tanda vital ( pada 15 menit pertama, selanjutnya setiap 2 jam)
24. Observasi klien untuk melihat adanya reaksi tranfusi
25. Pertahankan kecepatan infus yang diprogramkan dengan menggunakan pompa,
jika perlu
26. Apabila tranfusi sudah selesai, bilas dengan normal saline
27. Bereskan alat, lepas sarung tangan
28. Cuci tangan
29. Kaji respon klien setelah tranfusi diberikan
30. Berikan reinforceament positif pada klien
31. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
32. Observasi timbulnya reaksi yang merugikan secara berkelanjutan
33. Catat pemberian darah atau produk darah yang diberikan dan respon klien
terhadap terapi darah pada status kesehatan klien
34. Setelah tranfusi selesai, kembalikan kantong darah serta selang ke bank darah.

22
BAB.IV
DOKUMENTASI

Setiap hasil asesmen dan rencana asuhan pasien yang akan menerima transfusi
darah didokumentasikan dalam berkas rekam medis pasien agar asuhan yang diterima oleh
pasien terencana dengan baik, terpadu sehingga pelayanan yang diberikan dapat secara optimal
dan sesuai dengan kebutuhan asuhan pasien.
Setiap instalasi rawat inap harus mempunyai pemantauan pasien risiko tinggi berisi
nama – nama pasien yang berisiko tinggi atau yang mendapatkan pelayanan risiko tinggi
didokumentasikan di buku PJ perawat dan dievaluasi setiap shift oleh tenaga keperawatan
yang bertugas.

23

Anda mungkin juga menyukai