Anda di halaman 1dari 13

UIKl:t\1 UKAI JtNUI:KAL INUU~ IKI LUl;AM MI:~IN TEKSTIL DAN ANEKA

,-:~,.",~
'O~ . r"
,,.
((\ ....;;.e I'~ Z
~~ ~~ ..:~
Jalan Jenderal Galal Subrala Kav. 52 - 53 Lanlal 9 JAKARTA 12950 Kalak Pas: 4478 JKSMG
'At '. q.. Telp.: 5255509, 5252482 Fax. : 5252978
o u S~ http://ilmea.dprln.ga.id
~

PERATURAN

DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA

NOMOR : 09 IILMTA/PER/4/2009

..
TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI)


BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUM.INIUM - SENG
( (Bj.L AS) SECARA WAJIB '

DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA,

Menimbang:

a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 10 Peraturan Menteri


Perindustrian Nomor 02/M-IND/PER/1/2009 tentang Pemberlakuan Standar
Nasional Indonesia (SNI) Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan
Aluminrum (Bj.L AS) Secara, Wajib sebctgaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 39/M-IND/PER/3/2009 r perlu
menerbitkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pemberlakuan SNI Baja
Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (Bj'. l AS) secara Wajib;
b. bahwa untuk itu perlu diterbitkan Peraturan Direktur Jenderal, Industri Logam
( Mesin TekstU dan Aneka

Mengingat:

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 73/M Tahun 2005 tentang


Pemberhentian dan pengangkatan Pejabat Eselon I di Lingkungan
Departemen Perindustrian;
2. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 01/M-IND/PER/3/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Oepartem'Em Perindustrian;
. ~ ..
3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 02/M-IND/PER/1/2009 tentang
Pemberlakuan Standar Nasional I,ndonesia (SNI) . Baja Lembaran Dan
Gulungan Lapis Paduan Aluminium (Bj.L AS) Secara Waj!ib;

Industrialisasi Meriuju Kehidupan Yang Lebih Baik


4. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 39/M-'IND/PER/3/2009 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 02/M­
IND/PER/1/2009 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI)
Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (Bj.L AS) Secara
Wajib

MEMUTUSKAN: ..
Menetapkan

PERTAMA Memberlakukan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penerapan,


Pembinaan dan Pengawasan Standar Nasional Indonesia (SN I)
Baja Lembaran Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (Bj.L AS)
( - Secara WaJib sebagaimana dimaksud da,lam Lampiran Peraturan
ini sebagai pedoman dalam Pemberlakuan SNI Baja Lembaran
Dan Gulungan Lapis Paduan Aluminium (Bj.L AS) Secara Wajib

KEDUA Peraturan Direktur Jenderal mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan .

Ditetap'kan di Jakarta
Pada. tanggal 27 April 2009

Salinan Peraturan Direktur Jenderal ini disampaikan kepada :


1. Menteri Perindustrian;
2. Menteri Perdagangan;
3. Menteri Perhubungan;
4. Direktur Jenderal Bea & Cukai, Departemen Keuangan;
5. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Depart~men Perdagangan;
6. Direktur Jenderal.Perdagangan Oalam Negeri, Departemen Perdagangan;
7. Para Pejabat Eselon , di lingkungan Departemen Perindustrian;
B. Kepala Badan Standardisasi Nasional;
9. Kepala Dinas yang bertanggunQl jawab di bidang Per,industrian

di Propinsi/Kabupaten/Kota;

10. Kepala Balai di ,Iingkungan Departemen Perindustrian.


, LAMPIRAN PERATURAN
DIREKTUH JENDERAL INDUSTIRI LOGAM MESIN TEKSTIL DAN ANEKA
NOMOR' : 09 flLMT AlPERf4f2009
TANGGAL : 27 April 2009

PETUNJUK TEKNIS PEMBERLAKUAN STAN DAR NAS'I ONAL INDONESIA (SNI)

BAJA LEM:BARAN. DAN GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUM

(Bj.L AS) SECARA WAJIB

( 1. BAB I KETENTUAN UMUM


2. BAB II LlNGKUP PEMBERLAKUAN SNI BAJA LEMBARAN DAN
GULUNGAN LAPIS PADUAN ALUMINIUM (Bj .L AS)
3. BAB III TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI
4. BAB IV TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH
~

5. BAB V TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI


6. BAB VI PROSEDUR MEMPEHOLEH PERTIMBANGAN TEKNIS
7. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
8. BAB VIII PENUTUP

( '
DIREKTUR JENDERAL

..

PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)

PEMBERLAKUAN SNI WAJIB

BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN LAPIS

PADUAN ALUMINIUM - SENG (Bj.L AS)

SNI 4096:2007 dan atau revisinya

BABI
KETENTUAN UMUM

1.1. Sertifikat' Produk Penggunaa~


. ~

Tanda SNI (SPPT SNI) Bj.L AS adalah Sertifikat


Produk Penggunaan Tanda SNI yang diberikan kepada produsen yang mampu
menghasilkan 8j. L AS yang sesuai persyaratan SNI.
(
1.2. Industri 8j .L AS adalah industri yang memproduksi 8j.L AS minimal memiliki
fasilitas produksi untuk melakukan pembersihan permukaan, pelapisan aluminium
seng celup panas (Hot Dip), pendinginan, perlakuan permukaan dan memiliki
peralatan pengendalian mutu ..
1.3. 8j.L AS adalah produk yang dihasHkan dari proses pelapisan paduan aluminium
seng dengan cara celup panas dari bahan baku baja I'embaran canai dingin.
1.4. Sistem Manajemen Mutu (SMM) adalah rangkaian kegiatan dalam rangka
penerapan manajemen mutu menu rut SNI 19-9001-2001 atau ISO 9001:2000
...
atau revisinya .
1.5. Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) adalah lembag.a yang ditunjuk Menteri
Perindustri.an untuk mel;:lkukan kegiatan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda

c SNI.
1.6. Laboratorium Penguji adalah laboratorium yang melakukan kegiatan pengujian
terhadap Bj.L AS sesuai persyaratan SNI dan telah ditunjuk Menteri Perindustrian
untuk melakukan pengujian sesuai SNI.
1.7. Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu (LSSM) adalah lembaga yang te!ah
mendapatkan akreditasi dari KAN atau badan akreditasi di negara pabrikan yang
telah melakukan perjanjian saling pengakuan atau Mutual Recognition
Arrangement atau Mutual Recognition of Approval (MRA) .
..$

1.8. Perjanjian Saling Pengakuat:1, Mutual Recognition Arrangement atau Mutual


Recognition of Approval (MRA) adalah kesepakatan yang dHakukan oleh KAN

1
dengan Badan Akreditasi negara lain untuk saling mengakui dan menerima
beberapa atau keseluruhan aspek dalam hal hasil-hasil penilaian kesesuaian.
1.9. Surat Pendaftaran Barang (SPB) adalah dokumen yang diterbitkan oleh Direktur
Jenderal Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan yang diberikan
kepada importir untuk mendaftarkan Bj.L AS, yang akan diimpor.
1.10. Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Direktur Jenderal Industri Lbgam
Mesin Tekstil dan Aneka (Dirjen ILMTA) Departemen Perindustrian yang
menjelaskan tentang produk Bj.L AS yang terkait dengan penerapan SNI wajib.

BABII

LlNGKUP PEMBERLAKUAN SNI WAJIB BAJA LEMBARAN DAN GULUNGAN

c. LAPIS PADUAN ALUMINIUM·SENG (Bj.L AS)

2.1. Pemberlakuan SNI Bj.L AS (SNI 4096:2007 dan atau revisinya) dengan nomor
Harrnonized System (HS) sebagai berikut :

No Jenis Produk No. SNI No. HS

1. BAJA LEMBARAN DAN SN14096:2007 HS : 7210.61.10.00


GULUNGAN LAPIS HS : 7210.61 .90.00
PADUAN ALUMINIUM­ HS : 7212.50.10.10
SENG (Bjl.L AS); HS: 7212.50.20.10
-

2.2. Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pemberlakuan


C SNI Bj. L AS Secara Wajib dan atau revisinya, maka 8j.L AS yang tidak sesuai
dengan SNI 4096:2007 dan atau revisinya tidak boleh diproduksi dan
diperdagangkan di dalam negeri.

2.3. Terhadap 8j.L AS yang dalam penerapan SNI Wajib pedu mendapatkan
pertimbangan teknis Dirjen ILMTA adalah :

a. 8j.L AS yang memiliki kesamaan dengan kelompok HS sesuai butir 2.1 . tetapi
memiliki spesifikasi teknis lain selain dimaksud dalam SNI 4096:2007 dan atau
revisinya.

b. 8j.L AS sejenis yang telah memiliki nomor SNI lain selain SNI 4096:2007 dan
atau revisinya.
2
c. Bj.L AS dengan spesifikasi teknis yang dipergunakan khusus untuk keperluan
bahan baku pada industri komponen kendaraan bermotor, industri peralatan
listrik konsumsi dan elektronika.

d. Bj. L AS yang dipergunakan khusus untuk keperluan bahan baku untuk produk
ekspor.

BAB III
TATA CARA MEMPEROLEH SPPT SNI

3.1. Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI diterbitkan oleh LSPro dan sebelum
melaksanakan kegiatan Sertifikasi SNI, LSPro berkewajiban menyampaikan

c pedoman, prosedur dan persyaratan permohonan SPPT-SNI


ILMTA serta Kepala BPP!.
kepada Dirjen

3.2. Untuk memperoleh Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) SNI Bj.L AS dari
LSPro, pelaku usaha wajib mengikuti prosedur yang ditetapkan LSPro apabila
telah :
a. Memenuhi persyaratan administrasi, dengan menunjukkan do.kumen asli dan
menyerahkan salinan bukti kepemilikan :
1). Izin Usaha Industri (lUI) dengan lingkup Bj.L AS;
2). Sertifikat atau Tanda Daftar Merek yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Departemen Hukum dan HAM
untuk Bj.L AS dan atau lisensi dari pemilik merek dengan ketentuan:

c a. dalam satu merk yang sama tidak diperkenankan untuk digunakan


lebih dari 1 (satu) SPPT-SNI ;
b. untuk Bj.LAS yang berasal dari impor SPPT-SNI harus mencantumkan
nama produsen dan nama importir;
c. produsen Bj.LAS melampirkan surat pernyataan tidak akan
menggunakan beberapa SPPT-SNI dalam satu merk.
b. Telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu (SMM), sesuai dengan SNI 19­
9001-2001 atau ISO 9001:2000 atau revisinya melalui:
a. pengendalian mutu sesuai dengan persyaratan SNI milik sendiri;
b. kerjasama pengujian dengan laboratorium uji lainnya yang fasilitas ujinya
telah dikalibrasi.
3
c. Hasil produksi harus memenuhi persyaratan SNI berdasarkan hasil uji :
a. memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Ilaboratorium yang telah ditunjuk
Menteri Perindustrian;
b. memperoleh Sertifikat Hasil Uji (SHU) dari Laboratorium Penguji negara
pabrikan atau dari dalam negeri yang telah diakred rtasi oleh KAN atau
ditunjuk Menteri Perindustrian, khusus untuk Bj .LAS impor.

3.3. Untuk keperluan pengujian sesuai dengan SNI, 4096:2007 dan atau revisinya
sebagaimana dimaksud pada butir 3.2. huruf c, contoh uji Bj.L AS diambil di pabrik
pada proses produksi dan di gudang. Jenis dan jumlah contoh yang ditetapkan

c adalah dapat mewakili semua


SPPT-SNI.
produk yang diajukan dalam permohonan

3.4. Dokumen permohonan SPPT-SNI disampaikan ke LSPro dengan tembusan


disampai.kan kepada Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka.
3.5. Sesuai dengan permohonan SPPT-SNI LSPro wajib :
a. meneliti kebenaran dan pemenuhan atas persyaratan sebaga1
imana dimaksud
pada butir 3.2 huruf a dan huruf b;
b. memberitahukan kepada Dirjen ILMTA tentang rencana audit apabila telah
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 3.2 huruf a dan huruf
b audit kecukupan dan kebenaran dokumen SMM;
c. mengadakan rapat pleno untuk penentuan penerbitan SPPT-SNI, dengan
mempertimbangkan masukan dan memperhatikan rekomendasi Dirjen I·LMTA;
c- d. menerbitkan SPPT-SNI, apabila hasil audi't sebagaimana dimaksud pada huruf
c memenuhi persyaratan dan atau ketentuan SNI 4096:2007.

3.6. Berdasarkan tembusan dokumen permohonan sebagaimana dimaksud pada butir


3.4 Direktorat Jenderal Industri Logam Mesln Tekstil dan Aneka dapat melakukan
pemeriksaan perusahaan sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi kepada
LSPro, bahwa perusahaan yang. bersangkutan layak ditindaklanjuti dalam proses
pengajuan SPPT-SNI.

3.7. Waktu y~ng diperlukan untuk pelaksanaan audjj dan penerbitan SPPT SNI oleh
LSPro apabila .dokumen sudah lengkap dan benar adalah 41 (empat puluh satu)
hari kerja diluar proses pengujian atau tindakan koreksi.

4
BAB IV

TATA CARA PENGAMBILAN CONTOH

4.1. Ruang Lingkup


Tata cara pengambilan contoh ini digunakan oleh LSPro atau Petugas
Pengawasan Standar di Pabrik (PPSP) sebagai acuan untuk menentukan cara
dan jumlah pengambilan contoh Bj.L AS dalam rangka pel'aksanaan Sertifikasi
Produk Peng9'unaan Tanda SNI dan Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik.

4.2. Ketentuan-Ketentuan
4.2.1. Pengambilan contoh dilaksanakan oleh :
a. Petugas Pengambil Contoh (PPC) berdasarkan Surat tugas dari LSPro untuk
permohonan Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda SNI.
c Pengambi,lan contoh dilakukan 1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau
di gudang.
b. Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik (PPSP)
berdasarkan Surat tugas dari Dirjen ILMTA untuk pengawasan penerapan
SNI wajib di pabrik yang dil'aksanakan PPSP. Pengambilan contoh dilakukan
1 (satu) kali pada proses produksi dan I atau di Gudang.
4.2.2. Pengiriman contoh ke Laboratorium Uji untuk :
a. Permohonan SPPT-SNI dilakukan oleh PPC dari LSPro;
b. Pengawasan penerapan SNI wajib di pabrik dilaksanakan oleh PPSP.

4.3. Cara Pengambil'an Contoh


4.3.1. Untuk permohonan SPPT-SNI

( a. Produk yang diperiksa harus dikelompokkan sedemikian rupa sehingga


mudah diidentifikasi dan setiap kelompok sedapat mung kin terdiri dari satu
macam kelas, ukuran dan komposisi yang dihasilkan pada kondisi dan waktu
yang bersamaan.
b. 8j.L AS berjumlah sampai dengan 3000 lembar dari spesifikasi yang
sam a diambil 1 (satu) lembar contoh, dan selebihnya tiap kelipatan 3000
lembar ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyak-banyaknya 10 contoh.
c. 8j.L AS dalam bentuk gulungan berjurnlah sampai dengan 50 ton diwakili oleh
1(satu) lembar contoh dengan ukuran panjang 1 (satu) meter yang diambil
pada jarak minimum 1,5 meter dari ujung terluar, dan selebihnya setiap

5
kelipatan 50 (lima puluh) ton ditambah 1 (satu) lembar contoh dan sebanyak­
banyaknya 10 contoh.
d. Pengambilan contoh dilakukan secara acak.
e. Petugas yang mengambil contoh harus diberi keleluasaan oleh pihak
produsen untuk melakukan tugasnya.
4.3.2. tJntuk Pengawasan Penerapan SNI wajib di Pabrik oleh PPSP
a. Contoh Bj.L AS dalam bentuk lembaran
Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan, sebanyak 3
(tiga) lembar dari stok dan 2 (dua) lembar dari proses produksi dengan
ukuran panjang contoh masing-masing 1 (satu) meter. Apabila proses
produksi tidak berjalan maka 5 (lima) lembar diambil dari stok yang tersedia.
b. Contoh Bj .l AS dalam bentuk gulungan.

( Contoh diambil secara acak (random) dari jenis yang dominan, sebanyak 3
(tiga) gulungan dari stok dan 2 (dua) gulungan dari proses produksi dengan
ukuran panjang contoh masirig-masing 1 (satu) meter diambil pada jarak
minimum 1,5 meter dari ujung terluar. Apabila proses produksi tidak berjalan
maka contoh diambil dari 5 (lima) gulungall pada stok yang tersedia .

4.4. Tahapan Pelaksanaan Pengambilan Contoh.


4.4.1. Untuk Permohonan SPPT- SNI sesuai prosedur LSPro
4.4.2. Untuk Pengawasan Penerapan SNI waj ib di Pabrik sebagai berikut
a. Memberitahukan kepada pihak produsen mengenai waktu dan rencana
pengambilan contoh (sampling plan);
b. Menyiapkan Surat Tugas PengambiJan Contoh;
c. Menyiapkan Berita Acara Pengambilan Contoh dan label Contoh Uji;
(
d. Mengambil contoh sesuai dengan metode yang ditetapkan.
e. Pengambilan contoh disaksikan oleh pihak produsen.
f. Contoh dikemas dan diberi label kemudian ditanda tangani oleh kedua pihak,
serta dicap produsen.
g. 8erita Acara Pengambilan Contoh ditanda tangani dan dicap oleh pihak
produsen
h. Contoh kemudian dikirim ke Laboratorium Uji oleh PPSP dan atau pihak
produsen.

BABV
TATA CARA PENCANTUMAN TANDA SNI

Setiap Bj.L AS harus diberi penandaan SNI sebagai berikut :


a. Pada setiap kemasan Bj. l AS dalam bentuk lembaran dan gulungan diberi tanda
sekurang-kurangnya yaitu :
1) Nama dan logo pabrik pembuat.
2) Simbol dan kelas .
3) Tanda SNI.
b. Pada. label produk diberi tanda yaitu :
1) Spesifikasi

2) Ukuran

( 3) Nomor ·identifikasi (nomor gulungan dan leburan)


4) Jumlah lembaran dari setiap kemasan (I'embaran dan pel at)
5) Berat setiap kemasan

6) SNI. 4096:2007

7) No. 10 LSPro.

BABVI
PROSEDUR MEMPEROLEH PERTIMBANGAN TIE!KNIS

6.1. Pertimbangan Teknis adalah Rekomendasi Oirjen ILMTA Oepartemen


Perindustrian yang menjelaskan tentang produk Bj.L AS yang terkait dengan
c-. penerapan SNI wajib dalam hal:
a. Pemberian pengecualian terhadap ketentuan SNI wajib untuk produk impor.
b. Kelayakan perusahaan untuk mendapatkan SPPT SNI.

6.2. Persyaratan memperoleh pertimbangan teknis untuk pengecualian importasi


produk Bj.L AS dengan mengajukan surat permohonan dengan mel.ampirkan :
a. Kerengkapan administrasi sebagai berikut :

1) Surat Izin Usaha Industri (IU 'I) untuk produsen;

2) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk impo.rtir;


3) Tanda Oaftar Perusahaan (TOP);
4) Nomor Pokok Wajib Paj,ak (NPWP);

7
b. Menyampaikan rencana impor meliputi :
1) Jenis penggunaan produk Bi .LAS sebagai bahan baku
2) Jumlah kebutuhan
3) Jadual pelaksanaan
4) Jenis dan spesifikasi produk yang menggunakan Bi.LAS sebagai bahan
baku (melampirkan copy Mill Sertificate)
5) Untuk importir menyampaikan surat permintaan dari perusahaan pengguna.

6.3. Terhadap Bj.LAS yang importasinya telah berjalan dan memasuki pabean,
disamping persyaratan butir 6.2 maka importir wajib melampirkan dokumen
Be 1.1.
6.4. Penerbitan Pertimbangan teknis dilakukan setelah pelaksanaan penilaian
kelayakan perusahaan yang terkait dengan:

c 1)
2)
Perizinan industri yang bersangkutan;

Penggunaan Bi.LAS sebagai bahan baku jenis industri yang bersangkutan;

3) Jenis dan spesifikasi;

4) Jumlah kebutuhan Bj.LAS yang akan di impor;

5) Kapasitas produksi.

6.5. Berdasarkan hasil penilaian atas kebenaran dan kelengkapan dokumen dengan
kenyataan kebutuhan Bj.LAS, Direktorat Jendera,1 ILMTA menerbitkan atau
menolak untuk menerbitkan Surat Perimbangan Teknis selambat-Iambatnya 7
(tujuh) hari kerja sejak diterimanya kelengkapan dokumen permohonan
pertimbangan teknis Bj. LAS.
6.6. Perusahaan importir Bj.L AS diwajibkan untuk menyampaikan laporan realisasi
impor berdasarkan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) kepada Dirjen ILIVITA

c- , 6.7.
setiap kali importasi.
Direktorat Jenderal Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Departemen
Perindustrian melakukan evaluasi dan verifikasi terhadap laporan realisasi impor
tersebut diatas.

BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

7.1. Pembinaan dan pengawasan dalam rangka pemberlakuan SNI Bj.L AS secara
wajib dilaksanakan oleh Dirjen ILMTA.

8
7.2. Pembinaan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan industri dalam
menerapkan SNI wajib melalui :

a. sosiaHsasi setiap pemberlakuan SNI wajib maupun adanya perubahan


ketentuan yang berlaku;

b. pembinaan teknis dan konsultasi dalam penerapan SNI.

7.3 . Dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di pabrik, Dirjen ILMTA dapat
menugaskan Petugas Pengawasan Standar Barang dan atau Jasa di Pabrik
(PPSP) untuk melakukan pemeriksaan perusahaan dan uji petlk.

7.4. Dirjen ILMTA dapat melakukan kerjasama dengan lembaga lain untuk mendukung
PPSP dalam melaksanakan pengawasan SNI Wajib di Pabrik.

c-_ 7.5. Mekanisme dan prosedur pengawasan SNI Wajib di Pabrik terhadap produk
8j.L AS dapat diatur dalam peraturan tersendiri oleh Dirjen ILMTA.

7.6. Dirjen ILMTA dapat melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang


mendapatkan pertimbangan teknis melalui verifikasi :

a. Legalitas perusahaan;

b. Realisasi impor;

c. Kemampuan produsen ;

d. Penggunaan bahan baku impor~

9
BAB VIII
PENUTUP

Peraturan Menteri Perindustrian No. 02/M-·IND/PER/1/2009 dan Perubahannya No. 391


M-IND/PER/1/2009 sebagai dasar petunjuk teknis ini berlaku efektif sejak tanggal 6 Juli
tahun 2009 berdasarkan Pemberitahuan Impor Sarang (PIS) untuk produk yang di
impor.
Petunjuk teknis penerapan SNI Sj .L AS secara wajib ini merupakan sa lah satu
pedoman yang ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku untuk dapat
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab.
Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman inil akan diatur leb.ih lanjut sesuai dengan
kebutuhan.
r
Ditetapkan di Jakarta.
padatanggal 27 April 2009

Direktur Jenderal
Industri Logam Mesin Teksti l dan Aneka

t .-·...nR#il'rt..H I 1i<f1ari
(

Ranc Juknls Bj.L AS 24 April-09

10

Anda mungkin juga menyukai