Mr. Steven, 46 tahun datang ke RSAL dengan keluhan utama malaise. Dia juga mengeluh
sering merasakan kelelahan terutama karena aktivitas yang sedang.Pasien sering
menggunakan tablet multivitamin namun tidak merasakan dampaknya.
Riwayat :
Sejak 3 bulan lalu dia sering merasakan sangat haus dan buang air kecil dengan volume
urin yang banyak. Dia kehilangan berat badannya sekitar 12 kg dalam 3 bulan, meskipun ia
mengkonsumsi banyak makanan.
Guiding Questions:
1. Identifikasi problem pasien
Pria, usia 46 tahun
Malaise
Lelah setelah beraktivitas, pemberian multivitamin tidak menunjukkan adanya
peningkatan
Rasa haus yang berlebih
Sering buang air kecil dengan volume yang besar
Berat badan turun
Makan banyak
2. Hipotesis
Diabetes Mellitus (Tipe 2)
Keganasan
Gagal jantung kongestif
Anemia
Diabetes insipidus
Informasi tambahan
HALAMAN 2
4. Alasan hipotesis
Anamnesis : poliuria, polidipsi, poliphagia, BB turun (+)
Glukosa darah acak > 200 mg/dL
Onset = dewasa
11. Sel spesifik yang menyusun pulau Langerhans dan hormon yang diproduksinya
• Pulau pulau pankreas mengandung bermacam macam tipe sel yang masing masing
bertanggung jawab untuk sekresi satu tipe hormon polipeptida.
• Tiap pulau mengandung sel poligonal atau bulat yang tercat sedikit, tersusun
membentuk barisan yang dipisahkan oleh jaringan kapiler darah. Pada rekonstruksi 3
dimensi, pulau langerhans tampak sebagai massa bulat padat yang tersusun dari sel
epitelial sekretoris yang disisipi oleh jaringan kapiler darah.
• Baik sel endokrin dan pembuluh darah diinervasi oleh sabut saraf oonom. Kapsul halus
dari sabut retikulare mengelilingi masing masing pulau, memisahkannya dari jaringan
pankreatik eksokrin diseberangnya.
• Pewarnaan rutin atau pewarnaan trichrome dapat mengenali sel asidofil (alfa) dan
basofil (beta).
• Sel beta (atau sel B) merupakan sumber insulin, sedangkan sel alfa (atau sel A)
merupakan sumber glukagon. (Setidaknya terdapat satu hormon lain — somatostatin
— yang disekresi oleh sel pulau yang lain, tetapi fungsi dari hormon pankreas ini pada
manusia masih belum sepenuhnya diketahui.) Sel beta yang memproduksi insulin
menyusun lebih dari 60% sel pada pulau tersebut.
• Dengan menggunakan metode immunositokimia, telah dikenali empat tipe sel - A
(produksi glukagon), B ( produksi insulin), D dan F - yang terletak pada pulau pankreas.
(Junquieraris, 11th ed).
Kesimpulan dari keseluruhan respon sel target terhadap (a) peningkatan atau (b) penurunan
dari konsentrasi insulin plasma. Responnya (a) pada hakekatnya mirip dengan keadaan
absortif (ak nangkep e absortif itu hbs makan glukosa darah e di absorbsi) ; respon (b) pada
hakekatnya mirip dengan keadaan postabsortif (setelah glukosa makanan diabsorbsi)
Stmulasi insulin terhadap translokasi glukosa transporter dari vesicle sitoplasmic ke
membran plassma sel otot dan sel jaringan adiposa. Penting bahwa transporter ini di
dau8r ulang secara terus menerus dengan endocytosis dari membran plasma
kembali lagi sampai dengan endosome menuju vesicle. Selama kadar insulin
meningkat, seluruh siklus berlanjut dan jumlah transorter di membrn plasma tetap
tinggi. Itulah cara insulin menurunkan kadar glukiosa dalam plasma. Ketika kadar
insulin menurun, siklusnya terhenti (broken), vesicle menurun. Sehingga, tanpa ada
insuylin kadar glukosa dalam plasma akan meningkat karena transport glukosa dari
plasma ke sel akan menurun.
Seperti semua hormon peptida, insulin menginduksi efeknya dengan berikatan
dengan reseptor spesifik di membran plasma dari sel targetnya. Ikatan ini memicu
trransduksi signal pathway yang memengaruhi protein transoirt pada membran
plasma dan enzim intraseluler dari sel target. Contohnya pada sel otot dan sel
jaringan adiposa peningkatan konsentrasi insulin menstimulasi vesicle sitoplasmik
yang mengandung glukosa transporter khusus (GLUT4) untuk fusi / bergabung
dengan membran plasma. Gluklosa memasukisemua sel pada tubuh dengan difusi
terfasilitasi. Ada beberapa subtipe ytansporter glukosa yang memeduiasi proses ini,
subtype GLUT4 yang direguylasi oleh insulin ditemukan terutama di sel otot dan sel
jaringan adiposa
Mempertahankan tingkat stabil glukosa dalam darah adalah salah satu mekanisme
homeostatik diregulasi dengan plaing baik, melibatkan liver, jaringan ekstrahepatik, dan
beberapa hormon.Sel liver dapat ditembus oleh glukosa dengan bebas (melalui GLUT2
transporter), sedangkan sel jaringan ekstrahepatik (selain pulau pada pankreas) secara
relatif tidak dapat ditembus, dan transporter glukosanya diatur oleh insulin. Sebagai
hasilnya, uptake dari aliran darah merupakan rate limiting step pada penggunaan glukosa
pada jaringan ekstrahepatik. Peran dari berbagai protein transporter glukosa yang
ditemukan pada membran sel dapat dilihat di tabel.
Ditingkatkan oleh insulin Sintesis asam lemak Uptake glukosa Uptake glukosa
Sintesis glikogen Sintesis asam lemak Sintesis
Sintesis protein glikogen
Sintesis protein
Diturunkan oleh insulin Ketogenesis Lipolisis
Glukoneogenesis
Ditingkatkan oleh Glikogenolisis Lipolisis
glukagon Glukoneogenesis
Ketogenesis
Tabel respon jaringan terhadap insulin dan glikogen
18. Hubungan metabolik antar jaringan pada berbagai kelainan nutrisional, hormonal, dan
penyakit pada Diabetes Melitus Tipe 2
Individual ini resisten terhadap insulin dan ada kekurangan produksi insulin untuk melawan
resistensi tersebut. Mayoritas pasien mengalami obesitas, dan mesikpun jumlah insulinnya
tinggi, tetapi tidak setinggi orang obesitas yang non diabetes. Kegagalan sel ß dan resistensi
insulin adalah penyebab diabetes tipe ini.Insulin eksogen dapat mengurangi hiperglikemia,
dan seringkali harus diberikan pada pasien untuk mengendalikan gula darah.Meskipun
tubuh masih memproduksi insulin pada pasien diabetes tipe 2, insulin tersebut tidak
cukup untuk mengendalikan produksi glukosa oleh liver atau untuk meningkatkan uptake
glukosa oleh otot rangka.Kedua alasan tersebut menyebabkan hiperglikemia.Peningkatan
normal dari fruktosa 2,6 bifosfat dan regulasi kebawah dari fosfoenolpiruvat
karoboksinase tidak terjadi pada pasien ini.Translokasi dari vesikel intrasel yang
membawa GLUT4 ke membran plasma sebagai respon terhadap insulin dikurangi pada
otot polos dan jaringan adiposa dari pasien ini.Ketoasidosis jarang terjadi, kemungkinan
karena insulin yang ada cukup untuk mencegah pelepasan asam lemak yang tidak
terkontrol dari adiposit dan mencegah asam lemak mencapai liver atau yang telah disintesis
secara de novo diarahkan menuju triacylgliserol.Hipertriacylcliserolemia khas dan
biasasnya merupakan hasil dari peningkatan VLDL tanpa hiperchylomicronemia.Hal ini
dijelaskan oleh sintesis asam lemak di hepar dan pengalihan asam lemak yang menuju ke
liver menjadi triacylcliserol dan VLDL.Lipogenesis dan Glukoneogenesis normalnya tidak
boleh terjadi bersamaan, tetapi pada penyakit ini terjadi karenakeadaan resistensi insulin
pada jalur sinyal insulin yang mengendalikan proses ini. Kelainan pada jalur sinyal insulin
yang mengendalikan glukogenesis mencegah supresi produksi hepatik (via PI3 kinase) pada
keadaan jumlah insulin tinggi.Jalur sinyal insulin yang lebih responsif yang mengendalikan
sintesis asam lemak dan esterifikasi menyebabkan overproduksi dari triacylgliserol.
19. Jalur ketogenesis di liver
Pada keadaan metabolik yang berhubungan dengan leju oksidasi asam lemak yang tinggi,
liver memproduksi asetoasetat dan D-3 hidroksibutirat (ß-hidroksibutirat) dalam jumlah
tinggi.Asetoasetat mengalami dekarboksilasi spontan membentuk aseton secara terus
menerus. Ketiga bahan ini secara keseluruhan dikenal dengan namabadan keton (juga
disebut badan aseton atau ketones).
Tabel glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
(mg/dl)
Sesi Kedua
3 bulan kemudian, tuan Steven dibawa ke IGD RSAL oleh keluarganya dengan keluhan
utama ketidaksadaran.
Pemeriksaan fisik :
Ekstremitas: ulkus pada kaki kiri, diameter sekitar 3 cm, gangren (-)
Lab :gula darah acak = 960 mg/dl, Na = 146 mg/dl; K = 4,0 mg/dl;
2. Menentukan diagnosa
Diabetes Mellitus dengan hiperosmolar Koma non Ketotik (HONK)./ Hiperosmolar
Hiperglikemik state (HHS)
(𝑂𝑠𝑚 − 295)
Fluid deficit (Fd) = x 0,6 x BB (liter)
295
- usia lanjut,
- Penyakit penyerta : Stroke, Emboli Paru, infark Senyap
- infeksi : Infeksi dapat menyebabkan penurunan fungsi insulin sehingga resiko
terjadinya HHS meningkat
- Efek pengobatan : Diabetes, antipsikotik Aktipikal, Alkohol, total nutrisi parenteral
- Ketidakpatuhan
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda dehidrasi berat seperti turgor
yang buruk, mukosa pipi yang kering, muka cekung, perubahan ekstremitas yang
diingin dan denyut nadi yang cepat dan lemah.
Temuan laboratorium awal pada pasien dengan HHS adalah kadar glukosa darah yang
sangat tinggi (>600 mg per dL) dan osmolaritas serum yang tinggi (>320 mOsm per kg air
[normal = 290 ± 5j] dengan pH lebih besar dari 7,30 dan disertai ketonemia ringan. HHS
menyebabkan tubuh banyak kehilangan berbagai macam elektrolit.
ATAU
Perhatikan pasien untuk bukti dari hiperosmolar hiperglikemik state (HHS), fokus terhadap
status hidrasi, mentasi, dan tanda dari kemungkinan penyebab utama, seperti sumber
dari infeksi.
Vital signs
o Glukosa fingerstick harus diperiksa segera dan biasanya lebih dari 600 mg/dL.
o Takikardia adalah tanda awal dehidrasi; hipotensi adalah tanda sugestif
belakangan dari dehidrasi berat yang disebabkan kehilangan volume sekunder
karena diuresis osmotik.
o Vital signs Orthostatik merupakan status volume sensitif maupun spesifik.
o Tachypnea dapat terjadi karena kompensasi respiratori untuk metabolisme
asidosis dalam kasus overlap.
o Menilai temperatur dalam secara rektal.
Temperatur abnormal tinggi atau rendah mensugestikan sepsis sebagai
penyebab utama.
Kurangnya demam tidak mengesampingkan infeksi.
Hipothermia adalah faktor prognostik yang buruk.
o Hipoxemia dapat menjadi masalah bersamaan yang mempengaruhi mentasi.
Penampilan umum dan kebersihan dapat menyediakan petunjuk keadaan dari
hidrasi, kehadiran penyakit kronis, dan pengurangan level mentasi.
Melakukan pemeriksaan kulit secara seksama.
o Skin turgor adalah petunjuk lain tentang status hidrasi.
Memeriksa kepala, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan (HEENT).
Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS) paling sering terjadi ada pasien dengan DM
tipe 2 yang memiliki beberapa penyakit yang terjadi bersama-sama yang mengakibaykan
penurunan intake cairan. Infeksi adalah penyebab yang paling umum, tapi banyak
kondisi lain dapat menyebabkan perubahan mentation, dehidrasi, atau keduanya.
Penyakit yang terjadi bersama-sama bisa saja tak dapat diidentifikasi.
ATAU
Pada pasien dengan keadaan kekurangan atau resistan insulin yang telah ada
sebelumnya, stres fisiologi seperti penyakit akut dapat menyebabkan pengurangan lebih
jauh dr insulin yang bersirkulasi. Mekanisme yang mendasari dari HHS adalah reduksi
insulin efektif di sirkulasi dibarengi dengan peningkatan counter-regulatory hormone
(hormon regulasi yang berlawanan) seperti glukagon, catecholamine, cortisol, dan
growth hormone. Penurunan renal clearace (pembersihan oleh ginjal) dan penurunan
penggunaan glukosa di perifer mengakibatkan hyperglikemia. Hyperglycemia dan
hyperosmolarity menghasilkan osmotic diuresis dan perpindahan osmotic dari cairan
menuju ruangan intravascular, mrngakibatkan dehidrasi intraseluler lebih lanjut. Diuresis
ini juga mengakibatkan kehilangan elektrolit, seperti sodium dan potasium.
Tidak seperti pasien dengan DKA, pasien dengan HHS tidak menunjukan ketoasidosis
yang signifikan, tapi penyebabnya masih belum diketahui. Faktor yang berkontribusi
sepertinya mencakup avaibiklitas jumlah insulin yang mampu menghambat ketogenesis
tapi tidak mampu untuk mencegah hyperglikemia. Sebagai tambahan, hiperosmolaritas
juga dapat menurunkan lipolisis, membatasi jumlah dari free fatty acid (asam lemak
bebas) untuk ketogenesis. Juga penurunan dari counter-regulatory hormones
didapatklan pada hhs dibandingkan dengan penderita DKA.
Sesi Ketiga
7 tahun kemudian Mr. Steven dibawa ke RSAL dengan keluhan utama malaise dan
penglihatan yang kabur
Pemeriksaan fisik:
Laboratory:
Urine = protein (++), reduksi (++), sedimen = leukosit 2-4, eritrosit 0-1
Glukosa darah acak = 245 mg/dL
1. Hipotesis
Pasien mengalami komplikasi kronis Diabetes Mellitus: Suspect Retinopathy (=
penglihtan menurun), Nephropathy (= proteinuria), dan Neuropathy (= gangguan
sensibilitas)
7. Sulfonylurea
Mekanisme aksi
Aksi major dari sulfonylurea adalah untuk meningkatkan pelepasan insulin dari
pankreas. 2 mekanisme tambahannya yaitu – mereduksi tingkat glukagon serum
dan penutupan channel potasssium dalam jaringan ekstrapankreas (yang tidak
diketahui tapi mungkin cukup signifikan).
Generasi pertama sulfonylurea
- Tolbutamide adalah obat yang dapat diabsorbsi dengan baik tapi
dimetabolisme cepat di hepar. Durasi efeknya relatif pendek, dengan eliminasi
waktu paruh 4-5 jam, dan dapat diadministrasi dengan baik dalam dosis terpisah.
Karena waktu paruhnya pendek, obat ini adalah sulfonylurea paling aman untuk
penderita diabetes yang lebih tua.
- Chlorpropamide memiliki waktu paruh 32 jam dan dimetabolisme lambat di
hepar untuk menahan beberapa aktivitas biologis; kurang lebih 20-30%
diekskresi tanpa perubahan dalam urine. Chlorpropamide juga berinteraksi
dengan obat yang disebutkan diatas tergantung katabolisme oksidatif hepar, dan
obat ini merupakan kontraindikasi pada pasien dengan insufisiensi renal atau
hepar dan pasien dengan usia lebih tua.
- Tolazamide adalah obat yang diabsorbsi lebih lambat daripada obat sulfonylurea
lain.
8. Meglitinide
Repaglinide adalah anggota pertama kelompok meglitinide dari insulin
secretagogues. Obat ini mengatur pelepasan selbeta insulin melalui pengaturan
efflux potassium pada potassium channel.
Obat ini dibersihkan di hepar melalui CYP3A4 dengan waktu paruh plasma 1 jam.
Karena onset yang cepat, obat ini indikasi yaitu untuk mengontrol postpranidal
glukosa. Obat harus diminum tepat sebelum makan dalam dosis 0.25-4 mg
(maksimum 16 mg/d); hypoglycemia adalah resiko jika makanan tertunda atau
terlewati atau mengandung karbohidrat inadequate. Obat ini harus digunakan secara
hati-hati pada individu dengan kerusakan renal dan hepar. Repaglinide digunakan
sebagai monotherapy atau atau dalam kombinasi dengan binguanides. Tidak ada
sulfur dalam strukturnya, jadi repagilinide dapat digunakan pada DM tipe 2 dengan
alergi sulfur atau sulfonylurea.
9. D-phenylalanine
Nateglinide, sebuah turunan D-phenylalanine, adalah insulin secretagogue tebaru
yang telah teesedia secara klinis. Netaglinide merangsang pelepasan insulin dari sel
beta melalui penutupan ATP-sensitive K+ Channel dengan sangat cepat dan bersifat
sementara. Netaglinide dapat memiliki peran khusus dalam pengobatan individu
dengan postpranidal hyperglicemia, tapi memiliki efek yang minimal pada tingkat
glukosa malam atau saat puasa. Nateglinide ini manjur ketika diberikan sendiri atau
dalam kombinasi dengan obat oral nonsecretagogue (seperti metformin). Sebagai
kontras dengan insulin secretagogues lain, dosis titrasi tidak dianjurkan.
Nateglinide diminum tepat sebelum makan. Obat ini diabsorbsi dalam 20 menit
setelah administrasi oral dengan waktu untuk konsentrasi puncak kurang dari 1 jam
dan dimetabolisme dalam hepar oleh CYP2C9 dan CYP3A4 dengan waktu paruh
sekitar 1 jam. Insidensi hypoglycemia dengan nateglinide merupakan yang paling
rendah dari secretagogues lain, dan nateglinide memiliki keuntungan yaitu lebih
aman digunakan pada pasien dengan fungsi renal yang sangat menurun.
11. Thiazolidinedione
Tzds adalah ligand peroxisome proliferator-activated reseptor-gamma (PPAR-ϒ),
bagian dari steroid dan superfamily thyroid dari nuclear receptor. Reseptor PPAR-ϒ
mengatur ekspresi gen yang terlibat dalam metabolisme lipid dan glukosa, transduksi
sinyal insulin, dan adiposit dan perbedaan jaringan lain.
Dua thiazolidinedione yang tersedia, yaitu: pioglitazone dan rosiglitazone.
Pioglitazone memiliki PPAR-α yang aktivitasnya seperti PPAR-ϒ. Obat ini diabsorbsi
dalam 2 jam setelah diminum, walaupun makanan dapat menghambat uptake,
bioavailabilitas total tidak terpengaruh. Pioglitazone dimetabolisme oleh CYP2C8
dan CYP3A4 untuk mengaktifkan metabolit. Bioavailabilitas banyak obat lain yang
didegradasi oleh enzim tersebut dapat memengaruhi terapi pioglitazone, termasuk
kontrasepsi oral yang mengandung estrogen; metode tambahan untuk kontrasepsi
dianjurkan. Efek menurunkan trygliserida pada pioglitazone lebih signifikan daripada
rosiglitazone, dikarenakan karakteristik PPAR-α binding. Pioglitazone digunakan
sebagai monotherapy dan dalam kombinasi dengan metformin, sulfonylurea, dan
insulin untuk pengobatan diabetes tipe 2. Resiko kanker bladder (vesica urinaria)
dapat muncul karena dosis yang tinggi.
Rosiglitazone diabsorbsi dengan cepat dan merupakan pengikat protein yang tinggi.
Obat ini dimetabolisme dalam hepar untuk meminimalisir metabolit yang aktif ,
secara dominan oleh CYP2C8 dan lebih sedikit oleh CYP2C9. Rosiglitazone memiliki
efek samping Tzds yang umum tapi lebih menyebabkan resiko cardiovascular
daripada pioglitazone. Administrasi yang bersamaan dari nitrat dan insulin
meningkatkan resiko infark myocardial dan merupakan kontraindikasinya; sistem
penghambat renin-angiotensin dapat menyebabkan resiko yang mirip namun tidak
dilarang secara spesifik.
Walaupun pengobatan ini sangat manjur, efek sampingnya yaitu peningkatan berat
badan, gagal jantung kongestif, demineralisasi dan peningkatan patah tulang pada
perempuan; mampu (untuk rosiglitazone) memperburuk status cardiovascular; dan
resiko onkogenik yang tidak diketahui dan berpotensi membatasi penggunaannya di
masa depan.
12. α-glucosidase
Acarbose dan miglitol adalah inhibitor kompetitif untuk α-glucosidase intenstinal
dan menurunkan perjalanan postmeal glukosa dengan menghambat pencernaan
dan absorpsi dari pati dan disakarida.
FAAL REVISI
Mekanisme sel dasar untuk sekresi insulin oleh sel beta pankreas sebagai respon
untuk peningkatan kadar gula darah, yang merupakan pengendali utama untuk
sekresi insulin. Sel beta dapat mentranspor insulin melalui jumlah besar dari
transporter glukosa yang memungkinkan influx glukosa yang proporsional untuk
konsentrasi darah dalam tingkatan fisiologis. Ketika didalam sel, glukosa mengalami
fosforilasimenjadi glukosa-6-fosfat oleh glucokinase. Fosforilasi ini muncul untuk
menjadi ratelimiting step metabolisme glukosa dalam sel beta dan dianggap
mekanisme major...
C. Kerja Insulin
Insulin bekerja pada hepar, jaringan adipose, dan otot.
a. Insulin menurunkan glukosa darah melalui beberapa mekanisme:
1. Meningkatkan uptake glukosa menuju sel target dengan mengatur
penempatan glukosa.
2. Sebagai transporter kedalam membran sel. Ketika glukosa memasuki sel,
maka glukosa darah akan menurun.
3. Mendorong pembentukan glikogen dari glukosa dalam otot dan hepar, dan
secara bersamaan juga menghambat glycogenolysis.
4. Menurunkan glukoneogenesis. Insulin meningkatkan produksi fruktosa 2,6-
bifosfat, meningkatkan kerja fosfofruktokinase. Sehingga efeknya, substrat
dijauhkan dari pembentukan glukosa.
b. Insulin menurunkan konsentrasi asam lemak dan asam keton darah.
Dalam jaringan adipose, insulin merangsang deposisi lemak dan
menghambat lipolysis.
Insulin menghambat pembentukan asam keton dalam hepar karena
menurunkan degradasi asam lemak sehingga mengurangi substrat acetyl
CoA untuk pembentukan asam keton.
c. Insulin menurunkan konsentrasi asam amino darah.
Insulin merangsang uptake asam amino kedalam sel, meningkatan
sintesis protein, dan menghambat degradasi protein. Jadi, insulin adalah
anabolik.
d. Insulin menurunkan konsentrasi K+ darah.
Insulin meningkatkan uptake K+ ke dalam sel, sehingga menurunkan K+
darah.
D. Transpor insulin
Insulin adalah satu satunya hormon yang bekerja menurunkan kadar gula darah.
Setelah makan makanan berkarbohidrat atau minuman manis, kadar glukosa plasma
akan meningkat. Peningkatan glukosa plasma ini menstimulasi sel beta pulau
langerhans untuk mensekresi insulin lebih banyak.Insulin kemudian mengikat ke
reseptornya pada membran plasma sel target, dan, melalui aksi dari molekul
pengirim sinyal, menyebabkan translokasi dari vesikel intrasel yang mengandung
GLUT4 ke membran plasma.Protein carier ini menyebabkan terjadinya difusi
terfasilitasi dari glukosa kedalam sel dari organ target insulin — terutama otot
rangka, liver, dan jaringan adipsoa.Selain itu, insulin juga secara tidak langsung
mensimulasi aktivitas enzim glikogen sintetase pada otot rangka dan liver, yang
menyebabkan pengubahan glukosa intrasel menjadi glikogen untuk simpanan. Jadi
insulin menyebabkan glukosa keluar dari plasma dan memasuki sel target, dimana ia
diubah menjadi molekul simpanan energi yaitu glikogen (pada otot rangka dan liver)
dan lemak (pada jaringan adiposa). Melalui efek ini, insulin menurunkan kadar
glukosa darah dengan meningkatkan anabolisme. Kemampuan sel beta untuk
mensekresi insulin, dan aksi dari insulin untuk menurunkan kadar glukosa plasma,
dapat dites dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO) pada pasien diabetes mellitus.
Glukagon yang disekresi oleh sel alfa pulau langerhans pankreas bertindak antagonis
dengan insulin — ia menyebabkan peningkatan kadar glukosa plasma. Sekresi
glukagon dirangsang oleh penurunan kadar glukosa plasma dan penurunan sekresi
insulin yang terjadi saat orang berpuasa. Pada kondisi ini, glukagon merangsang liver
untuk menhidrolisis glikogen menjadi glukosa (proses yang disebut glikogenolisis),
menyebabkan liver mensekresi glukosa kedalam darah. Glukagon, bersamaan
dengan hormon glukokortikoid, juga merangsang terjadinya glukoneogenesis —
pengubahan molekul nonkarbohidrat menjadi glukosa — untuk membantu
meningkatkan kadar glukosa plasma selama masa puasa. Sebagai tambahan,
glukagon dan hormon lain juga meningkatkan efek katabolik, termasuk lipolisis
(hidrolisis simpanan lemak) dan ketogenesis (pembentukan badan keton dari asam
lemak bebas pada liver). Asam lemak bebas dan badan keton ini bertindak sebagai
sumber energi untuk respirasi sel selama masa berpuasa.
Saat puasa normal tingkat glukosa darah antara 80-90 mg/100 ml, kadar sekresi
insulin berada pada minimal dari 25 ng/min/kg dari berat tubuh, tingkatan dimana
hanya memiliki aktivitas psikologis yang sedikit. Jika konsentrasi glukosa darah
meningkat mendadak ke tingkat 2-3 kali lebih dari normal dan tetap di tingkat tinggi,
sekresi insulin meningkat di 2 tahap, seperti yang ditunjukkan oleh perubahan di
konsentrasi plasma insulin pada
a. Konsentrasi insulin pada plasma meningkat hampir 10-kali lipat dalam 3-5
menit setelah peningkatan glukosa darah akut. Ini meningkatkan hasil
pembuangan segera insulin preformed dari sel beta pulau Langerhans.
Tetapi, awal kadar tinggi dari sekresi tidak diatur; namun, konsentrasi insulin
berkurang sekitar setengah dari normal dalam 5-10 menit.
b. Awal permulaan sekitar 15 menit, sekresi insulin meningkat pada waktu
kedua dan mencapai plateau baru dalam 2-3 jam, biasanya pada kadar
sekresi lebih tinggi daripada saat fase awal. Hasil sekresi ini berasal dari
pelepasan tambahan insulin preformed dan dari aktivasi sistem enzim yang
mensintesis serta melepas insulin baru dari sel.
Gambar 3.
Homeostasis glukosa diatur oleh insulin dan glukagon. (a) konsentrasi plasma
glukosa meningkat setelah makan, sel beta mensekresi peningkatan insulin (dan sel
alpha dihambat dari sekresi glukagon). Insulin meningkatkan uptake sel dari glukosa
darah, menurunkan konsentrasi plasma glukosa supaya homeostasis glukosa darah
terjaga. (b) konsentrasi plasma glukosa menurun, sekresi insulin dihambat dan
sekresi glukagon distimulasi.